Anda di halaman 1dari 7

ANTIBIOTIK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


FARMAKOLOGI

Dosen Pengampu:
Drg. Ani Subekti, MDSc, SP.KGA

Oleh Kelompok 1
P1337425122001 Alifya Zhavira
P1337425122002 Laili Rahmawati
P1337425122003 Ana Siti Nurul Azizah
P1337425122004 Adinda Fayza Maharani
P1337425122005 Hasna Budi Ardiani
P1337425122006 Anisa Viandani
P1337425122007 Adellya Putri
P1337425122008 Jihan Dwi Arman
P1337425122009 Salsabila Sahlaa Nor Aginda
P1337425122010 Maulia Annasya Hafid
P1337425122011 Adelia Dwira Oktavina

KELAS 2A
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA
JURUSAN KESEHATAN GIGI
POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Pengertian:
Antibiotik adalah golongan senyawa antimikroba yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia pada organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik
khususnya berkaitan dengan pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi, ia
termasuk bahan antibakteri paling penting.
Obat ini termasuk sebagai golongan obat paling kuat yang efektif untuk
melawan infeksi bakteri. Namun, penggunaannya perlu di bawah pengawasan
ketat dokter agar tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan,
misalnya saja resistensi antibiotik. Dalam dunia medis, obat ini tersedia dalam
berbagai bentuk yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasien, seperti: Oles
atau topikal, tetes, tablet dan pil.

B. Macam-macam Antibiotik
Secara umum, antibiotik dibedakan menjadi tujuh kelompok berbeda.
Pengelompokan ini bertujuan untuk memudahkan tenaga medis memberikan
obat yang sesuai dengan kondisi pasiennya.
 Penisilin
Ini merupakan kelompok antibiotik yang sering digunakan untuk
mengobati infeksi bakteri umum, seperti infeksi kulit, infeksi paru-
paru, hingga infeksi salurah kemih. Beberapa obat yang termasuk
kelompok penisilin ini, seperti amoxicillin, ampicillin, dan penicillin.
 Cephalosporin
Kelompok obat ini sering digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri
yang sifatnya serius, seperti meningitis dan septikemia. Obat-obatan
yang masuk dalam kelompok cephalosporin, antara lain cefotaxime,
ceftazidime, dan cefuroxime.
 Aminoglikosida

2
Aminoglikosida sering digunakan untuk mengobati infeksi bakteri
yang sangat berbahaya, seperti septikemia. Antibiotik yang termasuk
ke dalam kelompok ini, antara lain paromomycin, tobramycin, dan
gentamicin.
 Makrolida
Kelompok obat makrolida umum dipakai untuk mengatasi infeksi
pernapasan, infeksi telinga, infeksi kulit, hingga penyakit menular
seksual. Contoh antibiotik makrolida, seperti erythromycin,
clarithromycin, dan azithromycin.
 Tetrasiklin
Golongan antibiotik ini digunakan untuk mengobati berbagai infeksi,
seperti sifilis, gonore, infeksi saluran kemih, anthrax, hingga jerawat.
Minocycline, doxycycline, tetracycline, dan tigecycline adalah
beberapa contoh antibiotik yang masuk ke dalam golongan ini.
 Quinolon
Berbagai Infeksi bakteri, seperti infeksi saluran pernapasan, infeksi
kulit, hingga infeksi saluran kemih, bisa diatasi dengan golongan obat
ini. Contoh obat quinolon, meliputi ciprofloxacin, moxifloxacin, dan
levofloxacin.
 Sulfonamida
Biasanya, sulfonamida digunakan untuk mengobati kondisi-kondisi,
seperti infeksi saluran kemih, infeksi mata, bronkitis, hingga diare.
Sulfamethoxazole dan sulfisoxazole adalah dua contoh jenis antibiotik
sulfonamida.

3
C. Cara pemberian
Antibiotik biasanya diberikan kepada pasien dalam tiga bentuk, yaitu:
Oral yakni jenis antibiotik ini biasanya berbentuk tablet, kapsul, maupun
sirup, Topikal jenis antibiotik ini berupa salep, lotion, semprotan atau tetes,
Suntikan jenis antibiotik ini diberikan melalui suntikan langsung maupun
lewat infus.

D. Mekanisme obat antibiotik terhadap jaringan yang terinfeksi


Mekanisme kerja antibiotik ini melalui cara menghambat pembentukan
enzim biosintetik (fosfomisin, sikloserin), berikatan dengan molekul
pembawa (basitrasin), berikatan dengan substrat dinding sel (vankomisin),
serta menghambat polimerisasi dan perlekatan peptidoglikan pada dinding sel
(penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam). Antibiotik melawan
bakteri penyebab infeksi di dalam tubuh dengan cara menghancurkan struktur
bakteri atau kemampuannya untuk membelah atau bereproduksi. Secara
umum mekanisme kerja antibiotik pada sel bakteri dapat terjadi melalui
bebrapa cara yaitu :
a. Menghambat sintesis dinding sel bakteri.
b. Menghambat fungsi membran plasma.
c. Menghambat sintesis asam nukleat.
d. Menghambat sintesis protein melalui penghambatan pada tahap
translasi dan transkripsi meterial genetik.
e. Menghambat metabolisme folat.

E. EFEK SAMPING PEMBERIAN ANTIBIOTIK


Masing-masing tipe dan golongan antibiotik dapat menimbulkan efek
samping yang berbeda pada setiap orang. Efek samping yang muncul juga

4
bisa bersifat ringan hingga berat. Nah, berikut ini adalah beberapa efek
samping antibiotik yang dapat terjadi:
1. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan merupakan efek samping antibiotik yang paling
sering terjadi. Gejala gangguan saluran cerna akibat penggunaan
antibiotik meliputi diare, mual, muntah, dan kram perut. Efek samping
ini lebih sering terjadi pada penggunaan antibiotik golongan penisilin,
cephalosporin, dan fluoroquinolone.
2. Reaksi alergi
Reaksi alergi antibiotik terbilang jarang terjadi. Namun, ketika
muncul, reaksi alergi antibiotik biasanya berat dan berbahaya.
Sebagian orang yang merasakan reaksi alergi antibiotik dapat
mengalami komplikasi berat berupa syok anafilaktik dan sindrom
Stevens-Johnson.
3. Infeksi jamur
Penggunaan antibiotik dapat mengurangi jumlah bakteri baik di dalam
tubuh. Ketika jumlah bakteri baik tersebut berkurang, maka jamur
akan mudah tumbuh. Penyakit infeksi jamur ini biasanya muncul
berupa sariawan di mulut, yang disebut kandidiasis oral.
Pada wanita, efek samping antibiotik bisa berupa infeksi jamur vagina
yang menimbulkan keluhan gatal dan perih pada vagina, nyeri saat
berhubungan intim, anyang-anyangan, hingga keputihan dengan bau
tidak sedap.
4. Sensitif terhadap cahaya
Penggunaan antibiotik tertentu, terutama golongan tetrasiklin, dapat
menyebabkan Anda lebih sensitif terhadap cahaya, termasuk cahaya
lampu dan sinar matahari. Akibatnya, semua cahaya yang Anda lihat
akan terasa menyilaukan dan membuat mata tidak nyaman.

5
5. Perubahan warna gigi
Beberapa jenis antibiotik, seperti tetrasiklin dan doksisiklin, juga dapat
menyebabkan efek samping berupa perubahan warna pada gigi yang
bersifat permanen, jika diberikan pada anak-anak berusia di bawah 8
tahun.
6. Resistensi antibiotik
Penggunaan antibiotik yang terlalu sering atau tidak sesuai dosisnya
dapat menyebabkan kuman mengalami resistensi atau kekebalan. Hal
ini merupakan salah satu efek samping antibiotik yang paling
mengkhawatirkan.
Ketika kuman yang menyebabkan infeksi sudah kebal terhadap
antibiotik, maka penyakit infeksi bakteri akan susah disembuhkan.
Karena kekebalannya, kuman juga berisiko tinggi menimbulkan
infeksi berat, seperti sepsis.

Selain beberapa efek samping di atas, antibiotik juga dapat menimbulkan efek
samping berikut ini:
 Kerusakan jaringan ikat, seperti tendonitis dan putusnya tendon
(umumnya akibat penggunaan antibiotik jenis fluoroquinolone,
cephalosporin, sulfonamide, dan azythromycin)
 Sakit kepala
 Kejang
 Gangguan jantung, seperti detak jantung tidak teratur dan tekanan
darah rendah
 Kelainan darah, misalnya leukopenia (menurunnya jumlah sel darah
putih) atau trombositopenia (jumlah trombosit yang terlalu rendah)

6
 Guna mengurangi risiko efek samping antibiotik, pastikan Anda
mengonsumsi antibiotik sesuai resep hingga habis, dan hindari
membeli antibiotik secara bebas tanpa resep atau pengawasan dokter.

F. Macam-macam obat antibiotik yang sering digunakan di kedokteran gigi


Antibiotik dalam bidang kedokteran gigi sangat luas digunakan baik
untuk pengobatan infeksi (terapeutik) ataupun dengan tujuan profilaksis
penyakit infeksi. Antibiotik yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran
gigi adalah golongan penisilin seperti penisilin dan amoksisilin, makrolida
seperti klindamisin, golongan sefalosporin dan metronidazol. Hal ini sesuai
dengan jenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi odontogenik, yaitu
bakteri Gram positif dan bakteri anaerob. Tingkat penggunaan antibiotik
secara empiris yang tinggi menimbulkan berbagai permasalahan sehingga
dapat menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Pemilihan
antibiotik dan penyesuaian dosis obat harus dilakukan secara cermat dan tepat
pada pasien-pasien khusus yang mengalami perubahan farmakokinetik dan
farmakodinamik, diantaranya pasien anak-anak dan usia lanjut, pasien dengan
gangguan fungsi ginjal dan/ atau hati, serta pasien wanita yang sedang hamil
atau menyusui. Insiden terjadinya resistensi terhadap antibiotik mulai terjadi
peningkatan di berbagai bidang kesehatan belakangan ini, termasuk
kedokteran gigi sehingga diperlukan perhatian khusus termasuk dari para
dokter gigi untuk menekan kejadian ini dengan menggunakan antibiotik
secara tepat dan benar.

Anda mungkin juga menyukai