Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 3 : Risti Ratna Duhita (5013211010)

Fani Nur Ummatin (5013211031)


Firda Dwi Heriyanto (5013211033)
Adinda Putri Amara (5013211093)
Mata Kuliah : Teori Arsitektur (A)
Tugas 1 : Sejarah dan Pengertian Teori dalam Arsitektur

A History of Architectural Theory from Vitruvius to the Present


Hanno-Walter Kruft

Pengertian dari teori arsitektur memungkinkan untuk lebih ataupun kurang objektif,
akan tetapi perubahan ini akan beresiko membuat teori ini tidak bersifat historis karena
menimbulkan asumsi terhadap istilah yg mungkin tidak memiliki makna. Pengkategorian
definisi membutuhkan pembuktian secara historis, tapi hanya berlaku dalam 1 periode waktu
tertentu. Untuk pendefinisian sendiri mengasumsikan karakter dari kategori, dimana semakin
dipelajari semakin abstrak dan tidak dapat dipraktikkan dan secara historis tidak dapat
dipertahankan. Sejarah teori arsitektur diambil dari penggabungan dari rumusan sejarah
pemikiran tentang arsitektur. Pada awalnya sumber-sumber tertulis tidak dirasa penting
karena dulu diungkapkan secara arsitektur yang dibangun. Kita harus mengetahui sejauh
mana sebuah teori bisa di ekstrapolasi (perluasan data) dari arsitektur yang bertahan. Tidak
mungkin ada suatu keselarasan opini, yang dapat dilihat dari banyaknya interpretasi
Arsitektur Yunani dan Gothic yang menginterpretasi terkait subjek daripada objek.
Rekonstruksi prinsip dapat dilakukan tetapi tidak dapat mengulang apa yang dipikirkan
pencipta.
Analisis sejarah arsitektur sering memiliki makna yang ambigu beserta dengan
teori-teorinya. Dengan membandingkan beberapa analisis dapat memberikan suatu
pengetahuan. Pada prinsipnya, teori tidak perlu dihadirkan secara tertulis, akan tetapi sejarah
tetap bergantung pada catatan-catatan ini. Teori arsitektur identik dengan penulisnya, dan
teori arsitektur sendiri merupakan aspek dari proses sejarah dimana pengamat menjadi
bagiannya. Tidak ada kriteria objektif untuk definisi objek dan penilaiannya, pernyataan ini
sebenarnya dapat dikatakan sebuah teori apabila sudah terverifikasi dan kredibilitas. Hal ini
berfungsi untuk memahami sistem sejarah sesuai dengan premis dan tujuan mereka sendiri.
Sebelum membandingkan beberapa teori untuk menarik kesimpulan, harus dipertimbangkan
dahulu ini untuk apa dan untuk siapa?
Konsep evolusi atau positivisme tentang perkembangan tidak terlihat dapat
dipertahankan. Perkembangan lahir dari adanya kebutuhan atau teknologi baru, hal ini kurang
tepat, seharusnya jika berkembang sesuai teknologi harusnya muncul teori paling baru
sebagaimana teknologi kita sekarang yang sudah sangat canggih, dimana pada tahun 2010
merupakan masa peralihan. Tidak dapat diasumsikan bahwa perkembangan sejarah disertai
dengan peningkatan kualitas teori arsitektur, nyatanya stagnasi intelektual dn hilangnya
kecanggihan lebih sering terlihat. Dari pandangan penulis berdasarkan pengalaman sejarah,
hukum alam tidak bisa diterima maupun disimpulkan begitu saja. Dengan demikian
perkembangan teori tidak bisa dilakukan dengan rumus.
Pendekatan seni sejarah berawal dari konsep dasar. Konsep teoritis arsitektur
ditemukan dalam konteks sastra yang kompleks dan tidak berbatasan dengan ilmu lain karena
pengamatan pada subjek sering ditemukan tergabung dalam diskusi yang lebih umum tentang
teori artistik, dimana arsitektur hanyalah satu aspek dari beberapa masalah yang lebih luas.
Terutama ketika penekanannya menghasilkan kategori komprehensif yang mencakup semua
seni. Sumber pengetahuan teori arsitektur bersifat polivalen (banyak sisi) karya tentang
subjek. Disisi lain, kita harus menentukan sikap apa yang harus diadopsi terhadap isu-isu
praktis (konstruksi, material, penggunaan) karena hal tersebut menjadi premis dalam setiap
teori. Jika ada kemungkinan, study case terkait masalah teknologi konstruksi harus dibawa
dulu ke ranah teori. Sistem atau program teori arsitektur berusaha menggabungkan
pertimbangan estetika, sosial, dan praktis dalam satu kesatuan. Rata-rata buku teori
disampaikan secara ilustrasi desain ideal atau aktual sehingga memberikan perspektif
masing-masing. Karena nilai praktis, buku-buku ini lebih populer dibandingkan buku teoritis
yang tidak ada ilustrasinya.
Karya-karya atas perintah Klasik yang diterbitkan di Eropa Utara menggunakan aspek
praktis yang memungkinkan untuk topik individu tapi hal tersebut bisa mengakibatkan aspek
teoritis diabaikan dan disalahartikan. Teori arsitektur terdiri dari setiap sistem arsitektur
tertulis, baik komprehensif maupun parsial, yang didasarkan pada kategori estetika. Definisi
ini tetap berlaku meskipun konten estetika direduksi menjadi fungsional. Ada kaitan erat
antara teori arsitektur dan disiplin ilmu sejarah lainnya, khususnya arkeologi, sejarah
arsitektur, dan sejarah seni. Arkeologi, yang telah menjadi elemen penting dari teori arsitektur
sejak Renaisans. Pada abad ke-19, sejarah arsitektur dijadikan wahana teori arsitektur,
perwakilan paling ekstrim dari sistematis programatis ini mungkin adalah Ferguson dan
Choisy. Sejarah seni dapat mempengaruhi teori arsitektur dengan menghidupkan kembali
memori teori sejarah yang kemudian diangkat oleh teori arsitektur. Emil Kaufmann,
memberikan pengaruh yang cukup besar melalui penemuan kembali apa yang disebut
"Arsitektur Revolusioner". Peran sejarawan dalam kasus seperti itu seharusnya didefinisikan
secara ketat, karena meskipun ia dapat melacak sejarah teori arsitektur, ia tidak dapat
memajukan teorinya sendiri tanpa melebihi tugas singkatnya sebagai sejarawan.
Orang lain, arsitek dan ahli teori, dapat menggunakan karyanya adalah sesuatu yang
karyanya dapat mencerminkan tetapi tidak dapat menentukan. Teori-teori arsitektur selalu
termasuk dalam konteks sejarah yang sebagian bersifat kausatif. Sistem baru muncul dari
perdebatan tentang sistem lama, tidak ada yang namanya sistem yang sama sekali baru, dan
jika suatu sistem mengaku seperti itu, itu bodoh atau berbahaya. Teori arsitektur dan
sejarahnya adalah sinonim, sehingga posisi saat ini selalu merepresentasikan fase dalam
proses sejarah pada zamannya. Sebuah arsitektur tanpa dasar teori akan muncul dalam
kesewenang-wenangan atau menjadi stereotip. Teori artistik itu sendiri tidak lebih dari
ekspresi semangat zaman, dan signifikansinya tidak terletak pada kenyataan bahwa ia
menunjukkan jalan untuk itu. Untuk usianya sendiri, tetapi dalam melayani generasi
berikutnya sebagai monumen untuk ide-ide masa lalu. Kesimpulan Paul Valery bahwa ketika
mereka mencapai perumusan yang paling ekstrim, teori kadang-kadang dapat menyediakan
senjata untuk digunakan. Saat ini hampir tidak mungkin untuk menyangkal bahwa seluruh
arsitektur dari Renaisans hingga Neo-klasikisme akan terlihat sangat berbeda jika bukan
karena pengaruh Vitruvius. Studi tentang arsitektur Klasik dan studi tentang Vitruvius
mungkin saling melengkapi tetapi mereka juga menempuh jalan mereka sendiri.
Terdapat ambiguitas tertentu dalam pengaruh teori pada arsitektur yang dibangun,
dimana penggunaan norma-norma dapat membuat arsitektur yang tidak benar-benar buruk,
namun dengan membuat konvensi estetika menjadi normatif dapat menghambat kreativitas.
Teori arsitektur dapat menjadi bencana apabila dibangun atau dioperasikan dari tempat yang
salah. Teori arsitektur dan arsitektur itu sendiri dapat berkembang jika hanya berada dalam
dialog atau cakupan yang sama, hal tersebut dapat berupa pernyataan, kodifikasi praktik atau
program, dan kualitas arsitektur yang sesuai berfungsi sebagai ukuran kegunaan teori.
Beberapa arsitek telah mengakui hubungan timbal balik antara arsitektur dan teori arsitektur
dengan peninggalannya berupa kumpulan karya teoritis, misalnya orang tidak akan pernah
sepenuhnya memahami bangunan mereka jika seseorang tidak mengenal karya teoritisnya,
begitupun sebaliknya. Namun dalam menggunakan hukum ini harus berhati-hati dan hanya
dalam sejarah tertentu saja para arsitek mampu mengungkapkan gagasan mereka dalam teori.
Karena pada abad ke-15 dan abad ke-18 terdapat pernyataan bahwa arsitek individu tidak
perlu memajukan teorinya sendiri, tidak ada hubungan sebab akibat yang sederhana antara
arsitektur dengan teori arsitektur. Teori arsitektur telah diwarnai dalam berbagai tingkatan
oleh ideologi politik, namun tidak ada korespondensi langsung antara teori dan praktik.
Dalam konteks historis teori arsitektur harus dilihat sebagai masalah prinsip. Setiap
survei dalam bentuk sejarah sistem abstrak, latar belakang sejarahnya selalu dipisahkan.
Seperti yang dilakukan sejarah filsafat dan estetika karena tidak ada nilai sejarahnya dan
nilainya sedikit. Ide estetika itu tidak penting, yang penting adalah kapan, dalam keadaan apa,
dan dalam konteks apa yang ada didalamnya. History teori Arsitektur harus dijelaskan
terperinci meskipun tidak memiliki bobot saat survei. History teori arsitektur dapat diambil
alih oleh sejarah estetika, teknologi, masyarakat, budaya, dan sebagainya, seperti yang terjadi
pada Mioutine Borissavlievitch dalam bukunya Les théories de l'architecture (Paris, 1926).
Secara metodologis subjek dapat disajikan melalui beberapa cara misalnya bahasan mengenai
bab-bab tentang proporsi, simetri, tatanan Klasik, ornamen, fungsionalisme, arsitektur
organik, dan konsep-konsep dasar lainnya. Investigasi ke dalam sejarah konsep-konsep
individu mungkin bermanfaat, tetapi ada bahaya bahwa konsep-konsep yang dipersoalkan
dapat terlepas dari konteks historisnya. Contohnya adalah Origins of Functionalist Theory
karya Edward Robert De Zurko (New York, 1957).
Sistem teori arsitektur paling mudah dipahami sebagai entitas dan rangkaian dari
history itu sendiri. Makna sistem harus dipahami terlebih dahulu sebelum ke penilaian
kritisnya hal ini untuk memahami dasar sejarah sebelum sistem-sistem sejarah berikutnya
muncul. Agar suatu sistem adil, seseorang harus mengukurnya terhadap klaimnya sendiri
sebelum mengucapkan putusan kritis terhadapnya. Hal ini mempertimbangkan pergeseran
fokus dalam teori arsitektur yang telah terjadi selama berabad-abad: pada abad keenam belas
misalnya, minat berpusat pada tatanan Klasik, sedangkan pada tahun 1920 fokus perhatian
adalah perumahan populer. Penyusunan buku ini berdasarkan kronologi nasional dan
linguistik. Kedua faktor di atas memiliki peran penting daripada yang diperkirakan
sebelumnya, bahkan di abad ke-20, dengan tren internasionalnya. Isi dan judul bab ditulis
untuk memperjelas pola konvensional dari zaman hingga konsep gaya yang digunakan.
Buku ditulis sesuai dokumen-dokumen yang dilestarikan mulai dari Vitruvius dengan
memperhatikan catatan-catatan yang harus diperhatikan, meskipun karya teoritis yang
digunakan Vitruvius sebelumnya tidak bertahan. Bahasa yang digunakan diusahakan sesuai
referensi rujukan karena baik kutipan maupun kerangka pemikiran karena apabila
diterjemahkan makna bisa berbeda oleh karena itu buku ini ditulis menggunakan bahasa
inggris. Sebagian besar buku teori ditulis sesuai zamannya, akan tetapi pengaruhnya juga
dapat dirasakan di kemudian hari. Seperti Vitruvius yang tidak mempengaruhi Roma klasik
dan baru tenar di abad ke-15. Buku ditulis tidak terlepas dari praduga sejarah, geografis dan
pribadi. Buku ini ditulis orang orang jerman yang mencoba berpikir sebagai orang eropa.
Dalam artian subjeknya adalah teori arsitektur barat. Kesimpulannya yaitu Teori arsitektur
berjalan beriringan dengan sejarahnya. Sehingga setiap teori memiliki sejarahnya
masing-masing. Dengan otomatis teori arsitektur bersifat universal dimana teori tersebut
dapat digunakan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Teori dapat bersifat objektif dan
tidak subjektif. Tetapi teori tidak membatasi seseorang dalam berasumsi terhadap pendapat
pribadi tentang teori tersebut.
4 substansi tugas 1 :
1. hal - hal yang dibicarakan teori/bukunya
- sejarah teori arsitektur dari jaman vitruvius sampe sekarang(?)
- pengertian teori arsitektur
- teori dan manifesto

2. pokok pikiran yang ada di teori


- analogi - analogi (?)
3. pernyataan penting yang perlu diketahui
- what architecture should do(?)
-
4. aspek arsitektur yang disoroti di buku
- aspek epistemologi (teori artistik dan estetika)

HAL 1 - 2
- pengertian dari teori arsitektur memungkinkan untuk lebih ataupun kurang objektif?
tapi perubahan ini akan beresiko membuat teori ini tidak bersifat historis karena
menimbulkan asumsi terhadap istilah yg mungkin tidak memiliki makna (t)
- pengkategorian definisi membutuhkan pembuktian secara historis, tapi hanya berlaku
dalam 1 periode waktu tertentu
- pendefinisian mengasumsikan karakter dari kategori
- semakin dipelajari semakin abstrak dan tidak dapat dipraktikkan dan scara historis
tidak dapt dipertahakan

- sejarah teori arsitektur diambil dari penggabungan dari rumuusan sejarah pemikiran
tntnag arsitektur
- pada awalnya sumber2 tertulis tidak diraasa pentig karena dulu dungkapkan secra
arsitektur yg dibangun.
- kita hrus mengtahui sejauh mana sebuah teori bisa di ekstrapolasi (perluasan data)
dari arsitektur yg bertahan.
- tidak mungkin ada suatu keselarasan opini (bisa dilihat dari banyaknya interpretasi
arsitektur yunani dan gothic yg menintrepetasi terkait subjek daripada objek) (f)
- rekontruksi prinsip bisa dilakukan tapi tidak dpt mengulang apa yg dipikirkan
pencipta
- analisis ejarah arsitejtur serung ambigu beserta dengan teori2ny
- membangingkan beberap anlisi bisa meberikan suatu pengetahuan
- pada prinsipnya, teorii tidak perlu dihadirkan secra tertulis, tapi sejaran bergantung
pada catan2 ini
- teori arsitektur identik dengan penulisnya
- teori arsitektur merupakan aspek dari proses sejarah dimana pengamat menjadi
bagiany
- tidak da kriteria objektif unyuk definisi objek dan penilaianny (f : sebuah pernyataan
dapat dikatakan sebuah teori adapila sudah terferivikasi, kredibilitas)
- hal ini berfungsi untuk memhami sitem sejarah sesuai dengan premis dan tujuan
mereksendiri
- sebelum menabdingkan bbrpa teori untuk menrik kesimpulan, harus dipertibangkan
dahulu ini untuk apa? dan untuk siapa?

- konsep evolusi/ positivisme tetng perkembangan tidak terlihat dapat dipertahankan


- perkembangan lahir dari adaany kebutuhna atau teknologi baru, (f, seharusnya klo
berkemang sesaui teknologi harusya muncul teori paling baru sebagemana teknolgi
kita sekarang uadh canggih banget, 2010 masa peralihan)
- tidak dapat diasumsikan bahwa perkembangan sejarah disertai dengan peningkatan
kualitas teori arsitektur, nyatanya stagnasi intelektual dn hilangnya kecanggihan mlh
sering terlihat (t)
- dari pandangan penulis berdasarkan pengalaman sejarah, hukum alam tidak bis
diterima maupun disimpulkan bgtu saja
- dengn demikina perkembangan teori tidak bisa diaukan cengan rumus
- pendekatan seni sejarah ( dari konsep dasar)

- kosep teoriras arsirtektur diemuksn dalam kontests sastra yg kompleks dan tidak
bebrbatasan dengan ilmu lain krna pengamatan pada subjek sering ditemukna
tergabung dalam diskusi yg lebih umum tentang teori artistik dimana arsitektur
hanyalah satu aspek dari bbrp masalah yg lebi luas. terutama ketika penekanannnya
menghasilkan kategori komprehensif yg mencakup semua seni
- sumber pengetahuan teori arsi bersifat polivalen (banyak sisi) karya tntng subjek
- di sisi lain, kit hrus menetukan sikap apa yg hrus diadopsi trhdp isu2 praktis
(kontruksi,material,npenggunaan) krna hll tersebut mejadi premis dlm setip teori
- jika ada kemumngkkinan, study case tekait masalah teknologi kontstruks hrus dibawa
ke dl kerana teori
- sistem/progam teori ars brusaha menggabungkan pertimbangan estetika, sosial dan
praktis dalam 1 kesatuan
- rata2 buku teori disampaikan secra iustrasi design ideal/ aktual sehingga memberikan
perspektif masing2.
- krna nilai praktis, buku2 ini lebih populer dibandingkan buuku teoritis yg tidka ad
ilustasi

HAL 3-4
- karya-karya atas perintah Klasik yang diterbitkan di Eropa Utara menggunakan aspek
praktis yang memungkinkan untuk topik individu tapi hal tersebut bisa
mengakibatkan aspek teoritis diabaikan dan disalah artikan.
- teori arsitektur terdiri dari setiap sistem arsitektur tertulis, baik komprehensif maupun
parsial, yang didasarkan pada kategori estetika. Definisi ini tetap berlaku meskipun
konten estetika direduksi menjadi fungsional.
- ada kaitan erat antara teori arsitektur dan disiplin ilmu sejarah lainnya, khususnya
arkeologi, sejarah arsitektur dan sejarah seni
- arkeologi, yang telah menjadi elemen penting dari teori arsitektur sejak Renaisans
- pada abad ke-19, sejarah arsitektur dijadikan wahana teori arsitektur, perwakilan
paling ekstrem dari sistematisasi programatik ini mungkin adalah Fergusson dan
Choisy.
- Sejarah seni dapat mempengaruhi teori arsitektur dengan menghidupkan kembali
memori teori sejarah yang kemudian diangkat oleh teori arsitektur.
- Emil Kaufmann, memberikan pengaruh yang cukup besar melalui penemuan kembali
apa yang disebut "arsitektur Revolusioner"
- Peran sejarawan dalam kasus seperti itu, atau harus, didefinisikan secara ketat, karena
meskipun ia dapat melacak sejarah teori arsitektur, ia tidak dapat memajukan teorinya
sendiri tanpa melebihi tugas singkatnya sebagai sejarawan
- orang lain, arsitek dan ahli teori, dapat menggunakan karyanya adalah sesuatu yang
karyanya dapat mencerminkan tetapi tidak dapat menentukan.
- Teori-teori arsitektur selalu termasuk dalam konteks sejarah yang sebagian bersifat
kausatif.
- Sistem baru muncul dari perdebatan tentang sistem lama; tidak ada yang namanya
sistem yang sama sekali baru, dan jika suatu sistem mengaku seperti itu, itu bodoh
atau berbahaya.
- teori arsitektur dan sejarahnya adalah sinonim, sehingga posisi saat ini selalu
merepresentasikan fase dalam proses sejarah pd zamannya
- Sebuah arsitektur tanpa dasar teori akan muncul dalam kesewenang-wenangan atau
menjadi stereotip
- Teori artistik itu sendiri tidak lebih dari ekspresi semangat zaman, dan signifikansinya
tidak terletak pada kenyataan bahwa ia menunjukkan jalan untuk itu. usianya sendiri,
tetapi dalam melayani generasi berikutnya sebagai monumen untuk ide-ide masa lalu.
- kesimpulan Paul Valery bahwa ketika mereka mencapai perumusan yang paling
ekstrim, teori kadang-kadang dapat menyediakan senjata untuk digunakan.
- Saat ini hampir tidak mungkin untuk menyangkal bahwa seluruh arsitektur dari
Renaisans hingga Neo-klasisisme akan terlihat sangat berbeda jika bukan karena
pengaruh Vitruvius. Studi tentang arsitektur Klasik dan studi tentang Vitruvius
mungkin saling melengkapi tetapi mereka juga menempuh jalan mereka sendiri.
-

HAL 5-6
- studi tentang arsitektur klasik dan studi tentang vitruvius bisa saling melengkapi
namun keduanya juga dapat berjalan dengan caranya sendiri
- Terdapat ambiguitas tertentu dalam pengaruh teori pada arsitektur yang dibangun,
dimana penggunaan norma-norma dapat membuat arsitektur yang tidak benar-benar
buruk, namun dengan membuat konvensi estetika menjadi normatif dapat
menghambat kreativitas
- teori arsitektur dapat menjadi bencana apabila dibangun/dioperasikan dari tempat
yang salah
- teori arsitektur dan arsitektur itu sendiri dapat berkembanfg jika hanya berada dalam
dialog/cakupan yang sama, hal tersebut dapat berupa pernyataan, kodifikasi praktiik
atau program, dan kualitas arsitektr yang sesuaii berfungsi sebagai ukuran kegunaan
teori
- beberapa arsiitek telah mengakui hubungan timbal balik antara arsitketur dan teori
arsitektur dengan peninggalannya berupa kumpulan karya teoritiis, misalnya orang
tidak akan pernah sepenuhnya memahami bangunan mereka jika seseorang tidak
mengenal karya teoritisnya, begitupun seballiknya
- namun dalam menggunakan hukum ini harus berhati-hati dan hanya dlam sejarah
tertentu saja para arsitek mampu mengungkapkan gagasan mereka dalam teori, karena
pada abad 15 dan 18 terdapat pernyataan bahwa arsitek individu tidak perlu
memajukan teorinya sendiri, tidak ada hubungan sebab akibat yang sederhana antara
arsitektur dengan teori arsitktur
- teori arsitektur telah diwarnai dalam berbagai tingkatan oleh ideologi politik, namun
tidak ada korespondensi langsung antara teori dan praktik

- dalam konteks historis teori arsi harus diliat sebagai masalah prinsiip
- setiap survei yang berbentuk sejarah sistem abstrak terpisah dari latar belakangg
sejarahnya, seperti sejarah filsafat dan estetika, tidak historis dan nilainya sedikit
- ide estetika tidak penting, yang penting adalah kpn, dalam keadaan apa, dan dalam
konteks apa (f)
- secara metodologis terdapat berbagai cara menyajikan subjek, misal bab yang
membahas ttg proporsi, simetri, tatanan klasik, ornamen, fungsionalisme, arsi organik,
dan konsep dasar llainnya,
- investigasi ke dalam sejarah konsepp-konsep individu mungkin bermanfaat, namun
ada bahaya bahwa konsep tersebut dapat terlepas dari konteks historisnya

HAL 6-7
- Dalam sejarahnya, Teori Arsitektur dilihat sebagai masalah prinsip
- setiap survei dalam bentuk sejarah sistem abstrak, latar belakang sejarahnya selalu
dipisahkan. Seperti yang dilakukan sejar/ah filsafat dan estetika karena tidak ada nilai
sejarahnya dan nilainya sedikit.
- Ide estetika itu tidak penting, yang penting adalah kapan, dalam keadaan apa, dan
- dalam konteks apa yang ada didalamnya
- History teori Arsitektur harus dijelaskan terperinci meskipun tidak memiliki bobot
saat survei
- History teori arsitektur dapat diambil alih oleh sejarah estetika, teknologi, masyarakat,
budaya, dan sebagainya, seperti yang terjadi pada Mioutine Borissavlievitch dalam
bukunya Les théories de l'architecture (Paris, 1926 ).
- Secara metodologis subjek dapat disajikan melalui beberapa cara misalnya bahasan
mengenai bab-bab tentang proporsi, simetri, tatanan Klasik, ornamen, fungsionalisme,
arsitektur organik, dan konsep-konsep dasar lainnya.
- Investigasi ke dalam sejarah konsep-konsep individu mungkin bermanfaat, tetapi ada
bahaya bahwa konsep-konsep yang dipersoalkan dapat terlepas dari konteks
historisnya. Contohnya adalah Origins of Functionalist Theory karya Edward Robert
De Zurko (New York, 1957).

- Sistem teori arsitektur paling mudah dipahami sebagai entitas dan rangkaian dari
history itu sendiri.
- Makna sistem harus dipahami terlebih dahulu sebelum ke penilaian kritisnya hal ini
untuk memahami dasar sejarah sebelum sistem-sistem sejarah berikutnya muncul
- Agar suatu sistem adil, seseorang harus mengukurnya terhadap klaimnya sendiri
sebelum mengucapkan putusan kritis terhadapnya.
- Hal ini mempertimbangkan pergeseran fokus dalam teori arsitektur yang telah terjadi
selama berabad - abad : pada abad keenam belas misalnya, minat berpusat pada
tatanan Klasik , sedangkan pada tahun 1920 fokus perhatian adalah perumahan
populer .

- Penyusunan buku ini berdasarkan kronologi nasional dan linguistik.


- Kedua faktor diatas memiliki peran penting daripada yang diperkirakan sebelumnya,
bahkan di abad ke-20, dengan tren internasionalnya
- Isi dan judul bab ditulis untuk memperjelas pola konvensional dari zaman hingga
konsep gaya yang digunakan
- Buku ditulis sesuai dokumen-dokumen yang dilestarikan mulai dari vitruvius dengan
memperhatikan catatan-catatan yang harus diperhatikan, meskipun karya teoritis yang
digunakan vitruvius sebelumnya tidak bertahan.
- Bahasa yang digunakan diusahakan sesuai referensi rujukan karena baik kutipan
maupun kerangka pemikiran karena apabila diterjemahkan makna bisa berbeda oleh
karena itu buku ini ditulis menggunakan bahasa inggris

- Sebagian besar buku teori ditulis sesuai zamannya, akan tetapi pengaruhnya juga
dapat dirasakan di kemudian hari. Seperti Vitruvius yang tidak mempengaruhi roma
klasik dan baru tenar di abad ke 15

- Buku ditulis tidak terlepas dari praduga sejarah, geografis dan pribadi.
- Buku ini ditulis orang orang jerman yang mencoba berpikir sebagai orang eropa.
Dalam artian subjeknya adalah teori arsitektur barat.

PPT KEL 1 :
- dapat dipersempit dengan menggabungkan catatna
- teori tidak butuh ditulis
- sejarah teori pada abad 16 vitruvius
- teori yang mengkaji suatu sejarah
- arsitektur merupakan pemikiran berpola
- teori yang sudah ada tapi di masa depan bisa dinyatakan tidak sesuai
- teori mewakili suatu masa yang nantinya akan mempengaruhi teori teori kedepannya
- teori melekat denagn sejarah dan terlahir dari pandangan-pandangan yang ada
- teori tidak perlu ditulis beda dengan sejarah
- dapat dilakukan sebanyak atau sesedikit mungkin
- tercipta karena adanya sejarah
-
sejaraawan merupakan salah satu

TANYA / tanggapan
STEREOTIPE(?) bagaimana teori tersebut tersebar luaskan jika tidak melalui penilaian
terhadap seseorang ?
teori arsitektur tidak perlu ditulis . > lalu bagaimana orang lain memahami teori tersebut?
bukankah jika tidak tertulis yang lain akan berasumsi masing-masing?

bagaimana jika ada negara adidaya yang berkuasa, apakah teori ini masih berlaku?
Apakah teori akan menjadi satu warna atau hilang?

tidak setuju jika adanya suatu negara yg mendominasi dimana teori akan otomatis berpatok
pada teori negara tersebut

karena teori itu dalam buku ini disebut sejalan dengan sejarahnya
bersifat universal, dimana artinya teori dapat digunakan dimanapun kapan pun dan siapapun
bersifat objektif tidak subjektif berdasar pada negara trsbut

mungkin busabtapi tidssk bisa kelkal azerbaijan

ada contohnya, terjadinya perang uni soviet yg menyebbkan uni soviet bubar dan negara2 ini
berdiri sendiri memulai sejarah arsitektur mereka sendiri
jadi di

atsitektur sebelum belanda datang

ars belanda berkembang karena memiliki latar belakang yg lebih maju


lalu munculnya ars baru ini juga ga semua orang indonesia otomatis

patric, qzaha hadid universal theory


06 MARET 2023
PENDEFINISIAN RUANG ARSITEKTUR SEIRING DENGAN BERJALANNYA
ZAMAN

Pro : setuju. didasari kebebasan berekspersi dalam kreativitasna’


Kontra : meskispn sebebas itu tetap ada batasan/ aturan yang tersirat dan berekspresi lebih
bersifat ke science
Pro : arsitektur bisa mengekpresikan diri tetapi tidak memlupakan fungsionalitas dari
arsitektur itu sendiri/ fine art lebih berisfat ke science, tidak condong ke abstrak namun tetap
mementingkan fungsionalitas. dulu terdapat batasan yang bisa disebut sbg prinsip/ideologi,
namun di zaman sekarang seseorang bisa lebih mengutarakan karyanya tanpa terikat
ideologi/prinsip yang dianut dalam berekspresi namun ttp memeperhatikan fungsionalitas itu
sendiri
KOntra: zaman sekarang bangunna lbh simpel, bentuk aneh tp ga mengutamakan fungsi,
artinya tidak merepresentasikan hal tersebut, dan bahwa kebebasan berekspresi itu tidak
mengarah ke fungsionalitas
Pro: pendefinisian fungsi tidak tidak sebanding dengan pendefinisan ruang, tidak hanya

klo dari kontra senidiri disini menyajikan dekonstruksi brati pendfinisian ini berjlaan sesaui
dengan zaman dong ?\

kontra: yg brubah bukan ruang tapi style

conclusion
ruang pasti akan berubah, dan berubahnya itu ke arah mana? Definisi ruang dalam arsitketur
itu akan berubah, yg dibivarakan adalah ruang arsitektur, bukan 'ruang', cara melihat tjdnya
pergeseran dalm ruang yaitu stylistik, langgam, dll,

skrng ruang tidak terbatas hanya ruang 3 dimensi, yakni ada ruang digital, skrng ada ruang
1D, 2D, 3D, 4D bahkan lebih dr itu

perubahan def ruang dalam arsitektur


membantu meletakkan arah isu akan kemana
Architecture And Morality

TOPIK : “ARSITEKTUR MEMILIKI POWER DALAM MEMBERIKAN


PENGARUH MORAL PADA SUATU INDIVIDU ATAU MASYARAKAT”

- Arsitektur sebagai penyampai maksud, tujuan, dan nilai


contoh : Parthenon -> yunani,
Katedral Gothic
- Tidak ada kegiatan manusia yang netral
- Arsitektur dahulu berpatok pada nilai agama, sekarang mengutamakan
kemajuan teknologi
- Arsitek tidak merasa bertanggung jawab atas maksud perancangan bangunan karena
terpacu pada keinginan politik/ masyarakat
- Meskipun arsitek harus memperhatikan keinginan/kebutuhan klien tapi kebutuhan
yang lebih luas (pengguna/masyarakat) harus tetap diperhatikan.
- Kemajuan zaman pada arsitektur mengesampingkan nilai moral (estetika dan
sejarah) dengan tujuan teknologi (fungsional) lebih utama
- Moralitas/ etika memasuki ranah
-
- arsitektur dalam 4 tingkat
1. Integritas (kode etik) (tanggung jawab profesional)
2. Sensitivitas/ kepekaan brief
3. Kualitas Hidup
4. Kesadaran ekologi terkait keberlanjutan di masa depan

- Dalam praktiknya arsitek terdapat pengujian integritas arsitek


- Sejujurnya Arsitek berkuasa atas praktik rancang/ mendirikan bangunan karena dapat
memanipulasi klien
- Aspek moralitas dalam arsitektur disanggupi dengan integritas arsitek - sehingga
memunculkan kepercayaan terhadap arsitek

- Kepekaan arsitektur terhadap keinginan klien


- Letak moralitas diperdebatkan saat arsitek melayani keinginan klien
- Moral arsitek yang benar adalah tidak menjerumuskan klien dengan kata lain tidak
mentah2 menerima keinginan klien = memahami keinginan klien dan arsitektur secara
universal

- Arsitektur memiliki fokus utama terhadap kualitas hidup = tidak hanya pada
pengguna tetapi pada aspek lainnya (sosial, sejarah dari kemanusiaan, dan
kesejahteraan)
- sistem nilai dalam budaya tradisional yang mendasari tindakan arsitek berdasar pada
nilai-nilai intrinsik yg bersifat religius
- arsitek yang tidak mematuhi teknologi=mengkhianati kemajuan, mengkhianati
kemajuan=dosa moral (abad ke-20)
- waktu selalu berjalan, para arsitek tidak ingin disalahkan atas kerusakan yang telah
mereka perbuat di waktu dulu karena mereka masih terjebak dalam moral dan nilai
teknologi lama,
- empat tingkatan moral; integritas atau integritas profesional; kemampuan membaca
secara mendalam atas kebutuhan dan keinginan klien; rasa hidup yg lbh besar dimana
arsitek secara positif berkontribusi; kesadaran ekologis yg sekarang sgt penting untuk
mendesain dgn alam dan untuk mengambil tanggung jawab untuk generasi mendatang
- integritas dpt dikatakan sebagai kategori moral pada konteks tingkatan pertama moral
- apakah arsitek selalu harus memenuhi keinginan dan kebutuhan klien, sedangkan itu
bertolak belakang dengan moral?
- kepekaan arsitek hrs cukup halus untuk memahami secara mendalam tentang
keinginan klien, tp itu jg hrs cukup universal untuk memahami secara mendalam
peran arsitek dalam berkontribusi pada masyarakat
- Arsitektur selalu beroperasi dalam kerangka yang diresapi oleh nilai-nilai, dan dengan
demikian terkait dengan dan dikendalikan oleh suatu bentuk moralitas.
- Tanggung jawab moral setidaknya memasuki ranah arsitektur

- Semua konsep moral yang penting sulit untuk didefinisikan. Tapi ini kesulitan tidak
bisa menjadi jalan keluar kita dari tanggung jawab. Dan masuk relativisme akhirny
digunakan sebagai jalan tengah

- Singkatnya, arsitektur adalah bagian dari tatanan moral manusia semesta.

Moralitas dalam arsitektur bukan termasuk ke dalam konsep desain karena sifatnya yang
intangible dan tidak dapat dilihat dari perwujudan bentuk formal arsitekturnya. Namun, aspek
moralitas ini mengacu pada proses pertimbangan atau penilaian intrinsik dari arsitek terhadap
arsitekturnya sendiri yang tentunya tidak dapat kita (orang lain) rasakan secara sensoris.

Alasan lebih lanjut untuk mengabaikan etika arsitektur adalah sifat kompositnya. Sulit untuk
membedakan aspek dan menentukan efek dari aktivitas bangunan dengan presisi penuh.
Tipologi moral tampaknya merupakan prasyarat yang sangat diperlukan untuk etika arsitektur
yang substansial;

1. Perilaku dan interaksi profesional selama tahap perencanaan, perancangan, dan konstruksi.
2. Fungsi dan kegunaan suatu bangunan.
3. Dampak terhadap alam.
4. Dampak terhadap pengguna individu: kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan umum
mereka, termasuk kesejahteraan psikologis mereka
5. Pengaruh terhadap perilaku manusia, baik secara individu maupun kolektif.
6. Makna budaya atau simbolik bangunan, yang diberikan melalui pilihan bahan, warna,
bentuk, gaya estetika, dan sejenisnya.

Sifat fungsional arsitektur sering terlihat menentang gagasan bangunan sebagai artefak
ekspresif (Meyer, 1980, hal. 34). Tetapi mengapa tidak mungkin untuk 'mengatakan sesuatu',
yaitu mengungkapkan ide secara artistik, sambil mewujudkan tujuan tertentu? Sepertinya kita
bisa mengapresiasi kualitas estetika sebuah rumah saat (dengan senang hati) tinggal di
dalamnya. Tentu saja, jika tujuan pembuatan artefak tidak menyisakan ruang untuk ekspresi
diri, seperti dalam pembuatan, misalnya, kotak sepatu, kritik berlaku; bukan karena sesuatu
tidak dapat berfungsi dan pada prinsipnya merupakan karya seni, tetapi karena dalam hal ini
pengrajin memiliki sedikit atau tidak ada kebebasan dalam membuat pilihan artistik.
Tetapi sejauh penciptanya bebas, kerajinan (teknis) berubah menjadi seni; dan dalam
kebanyakan kasus pencipta akan memiliki kebebasan. Bahkan fungsi yang didefinisikan
dengan jelas dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk.

Lalu, apa pesan yang relevan secara moral dari bangunan sebagai seni atau artefak? Pesan
arsitektur dapat relevan secara moral dalam banyak hal. Dalam simbolismenya sebuah
bangunan dapat menyadarkan kita, misalnya, kemungkinan menjembatani antara budaya
yang berbeda dengan mencontohkan apa yang disebut Wolfgang Welsch (1996)
"Transculturalism". Dia mengilustrasikan hal ini dengan Menara John Hancock di Boston,
yang menggunakan bahasa arsitektur Asia untuk mengekspresikan keunggulan bangunan
Amerika, gedung pencakar langit. Bangunan juga dapat memuji kebajikan atau cita-cita - JD
Bergilez dan JL Genard (2004) berpendapat bahwa kontribusi moral dari arsitektur minimalis
sangat dibutuhkan saat ini karena arsitektur ini mengekspresikan dan mempromosikan
cita-cita seperti "Simplicité, dépouillement, sérénité, intériorité" yang dapat berfungsi sebagai
kritik terhadap pandangan dunia konsumeris dan ekonomis yang ada di mana-mana.

REVERENCE

Arsitektur adalah bagian dari susunan moral dari dunia manusia. Tapi sebenarnya arsitektur
juga tidak memberi penilaian jelas tentang bagaimana manusia harus bersikap.

Arsitektur di sini berperan sebagai pengantar dan media yang mengabadikan susunan moral
manusia.

CARA ARSITEKTUR BERKONTRIBUSI : Mengimplementasikan nilai yang spesifik pada


masyarakat mendekati ide good life atau ide life of quality. Jika hal itu dihilangkan maka
Arsitektur telah menghilangkan alasan keberadaannya sendiri.

ARSITEK ADALAH PELAYAN. Namun arsitek juga perlu tahu dalam konteks apa saja
mereka harus memposisikan diri sebagai pelayan.
Arsitek adalah pelayan sekaligus pengekal dari tradisi besar dari budaya manusia. Arsitek
adalah pelayan sekaligus pemelihara bagi kesatuan ekologi habitat.

Meskipun ingin mengikuti moral atau tidak merupakan hak prerogatif seseorang, arsitek
harus tetap menyadari bahwa beberapa perintah yang jelas mengikuti ide good life tentang
praktik arsitektur kontemporer, yang sangat relevan dengan arsitektur abad kedua puluh satu.
Perintah-perintah ini dapat dinyatakan sebagai berikut. Tidak merusak kesucian pribadi
manusia dengan mengubahnya menjadi thoughtless consumer. Tidak merusak kesatuan dari
alam dan daur hidupnya dengan overusing dan reducing sumber dayanya. Tidak
membuang-buang energi, sumber daya, ruang atau aspek lain di dunia ini hanya untuk
pemborosan. Pemborosan adalah merupakan morality sin Harus memiliki elevated view
tentang kondisi manusia dan kepadatan manusia untuk dapat merancang gambaran tentang
reverential human
TOPIK : “ARSITEKTUR MEMILIKI POWER DALAM MEMBERIKAN
PENGARUH MORAL PADA SUATU INDIVIDU ATAU MASYARAKAT”

Alasan yang mendukung :


1. munculnya relativisme terhadap arsitektur yg menjadi jalan tengah atas ke ambiguan
pengertian moral/maksud tujuan arsitektur
2. Moral arsitek yang benar adalah tidak menjerumuskan klien dengan kata lain tidak
mentah2 menerima keinginan klien = memahami keinginan klien dan arsitektur secara
universal
3. Arsitektur selalu beroperasi dalam kerangka yang diresapi oleh nilai-nilai, dan dengan
demikian terkait dengan dan dikendalikan oleh suatu bentuk moralitas. = arsitektur
terbangun selalu dengan alasan yang mendukung.
4. Arsitektur memiliki fokus utama terhadap kualitas hidup = tidak hanya pada
pengguna tetapi pada aspek lainnya (sosial, sejarah dari kemanusiaan, dan
kesejahteraan)
5. arsitek yang tidak mematuhi teknologi=mengkhianati kemajuan, mengkhianati
kemajuan=dosa moral (abad ke-20) = arsitektur selalu mengikuti teknologi terbaru
6. Contoh realisasi bangunan : kemungkinan menjembatani antara budaya yang
berbeda dengan mencontohkan apa yang disebut Wolfgang Welsch (1996)
"Transculturalism".
7. Arsitek juga dapat mewujudkan/mengatur/mengontrol aspek moralitas terhadap
bangunan yang akan dibangun = Arsitek berkuasa atas praktik rancang/ mendirikan
bangunan karena dapat memanipulasi klien (dalam ranah yang lebih benar jika kien
bersikap vulgar/ ingin pamer/ dll)
8. Arsitektur adalah bagian dari susunan moral dari dunia manusia dengan berperan
sebagai pengantar dan media yang mengabadikan susunan moral manusia.
9. Beberapa kewajiban praktik arsitek dalam morality architecture adalah (arsitektur
kontemporer)
- Tidak merusak kesucian pribadi manusia dengan mengubahnya menjadi thoughtless
consumer.
- Tidak merusak kesatuan dari alam dan daur hidupnya dengan overusing dan reducing
sumber dayanya.
- Tidak membuang-buang energi, sumber daya, ruang atau aspek lain di dunia ini hanya
untuk pemborosan.
- Harus memiliki elevated view tentang kondisi manusia dan kepadatan manusia untuk
dapat merancang gambaran tentang reverential human
- seorang arsitek tidak bisa melayani suatu klien dengan mentah”, namun ttp perlu
memperhatikan moral yang ada dalam mewujudkan kebutuhan dan keinginan klien,
sehingga arsitektur memiliki power dalam mempengaruhi suatu individu atau
masyarakat,
Moral adalah keprihatinan akan prinsip benar atau salah; moralitas adalah sebuah prinsip
untuk membenarkan atau salah
nilai yang mengkoordinir pemikiran arsitek yang mendasari tindakan religius pada era gothik
pada aabd modern abad 20 konsep teknologi yang tak bisa dihindari seperti villa savoye
gereja christ church teknologi merusak sejarah yang ingin diterapkan pada sebuah jalan
namun ditentang. arsitek dapat merusak moral demi teknologi.

memanifestasi prinsip2 yg tinggi untuk hasil yang lebih baik

etika kebijakan honour goodnes

relativism bukan posisi/ apapun itu adalah suatu ketidakberdayaan


arsitektur merupakan representasi
pengimplementasian nilai2 budaya

menghubungkan manusai dengan natural world yg mencipatakan horminy and purpose

arsitektur bertanggung jawab dalam lingkungan sekitarnya

sagrada familia : keindahan kreativitas dan keragaman budaya, ramah lingkungan


the built center : living building; air dan energi sendiri mengelola sampahnya sendiri ]
suoi re : implementasi lingkungan dan nilai2 sekitar

Apakah arsitektur bangunan yang mampu mengendalikan kondisi suatu batasan moral yang
ada di masyarakat atau arsitektur?

Merancang arsitektur itu juga didasari oleh moral tapi saat arsitektur itu udah terbangung,
arsitektur tersebut juga bisa menyalurkan pengaruh moral keap

seiring berjalan nya waktu pengertian moral itu berubah dari yang eksklusif menjadi relatif

3 hal yang relevan untuk pa > apa itu arsitektur, bagaimana kita merancangnya, dan apa
impact yang dihasilkan dari rancangan tersebut.
Kelompok 3 : Risti Ratna Duhita (5013211010)
Fani Nur Ummatin (5013211031)
Firda Dwi Heriyanto (5013211033)
Adinda Putri Amara (5013211093)
Mata Kuliah : Teori Arsitektur (A)
Tugas 2 : Architecture And Morality

Pada teori arsitektur dan moral arsitektur berperan sebagai penyampai maksud, tujuan,
dan nilai sebagai contoh : Parthenon pada zaman yunani dan Katedral Gothic. Arsitektur
dahulu berpatok pada nilai agama, namun sekarang mengutamakan kemajuan teknologi.
Bahkan dengan adanya kemajuan zaman, arsitektur mengesampingkan nilai moral (estetika
dan sejarah) dengan tujuan teknologi (fungsional) lebih utama. Pada abad ke-20 terdapat
anggapan arsitek yang tidak mematuhi teknologi=mengkhianati kemajuan, mengkhianati
kemajuan=dosa moral
Seiring berjalannya waktu, para arsitek tidak ingin disalahkan atas kerusakan yang
telah mereka perbuat di waktu dulu karena mereka masih terjebak dalam moral dan nilai
teknologi lama. Arsitek tidak merasa bertanggung jawab atas maksud perancangan bangunan
karena terpacu pada keinginan politik/ masyarakat. kepekaan arsitek hrs cukup halus untuk
memahami secara mendalam tentang keinginan klien, tp itu jg hrs cukup universal untuk
memahami secara mendalam peran arsitek dalam berkontribusi pada masyarakat. karena
moralitas/ etika sendiri memiliki 4 tingkatan dalam arsitektur :
1. Integritas (kode etik) (tanggung jawab profesional)
2. Sensitivitas/ kepekaan brief
3. Kualitas Hidup
4. Kesadaran ekologi terkait keberlanjutan di masa depan
Arsitek berkuasa atas praktik rancang/ mendirikan bangunan bahkan dapat
memanipulasi klien. Hal ini yang menyebabkan letak moralitas diperdebatkan saat arsitek
melayani keinginan klien. Moral arsitek yang benar adalah tidak menjerumuskan klien
dengan kata lain tidak mentah2 menerima keinginan klien dalam artian memahami keinginan
klien dan arsitektur secara universal
Arsitektur memiliki fokus utama terhadap kualitas hidup yang artinya tidak hanya
pada pengguna tetapi pada aspek lainnya (sosial, sejarah dari kemanusiaan, dan
kesejahteraan). Arsitektur selalu beroperasi dalam kerangka yang diresapi oleh nilai-nilai, dan
dengan demikian terkait dengan dan dikendalikan oleh suatu bentuk moralitas. Tanggung
jawab moral setidaknya memasuki ranah arsitektur
Semua konsep moral yang penting sulit untuk didefinisikan. Tapi ini kesulitan tidak
bisa menjadi jalan keluar kita dari tanggung jawab. Dan masuk relativisme akhirnya
digunakan sebagai jalan tengah. Singkatnya, arsitektur adalah bagian dari tatanan moral
manusia semesta.
Moralitas dalam arsitektur bukan termasuk ke dalam konsep desain karena sifatnya
yang intangible dan tidak dapat dilihat dari perwujudan bentuk formal arsitekturnya. Namun,
aspek moralitas ini mengacu pada proses pertimbangan atau penilaian intrinsik dari arsitek
terhadap arsitekturnya sendiri yang tentunya tidak dapat kita (orang lain) rasakan secara
sensoris. Alasan lebih lanjut untuk mengabaikan etika arsitektur adalah sifat kompositnya.
Sulit untuk membedakan aspek dan menentukan efek dari aktivitas bangunan dengan presisi
penuh. Tipologi moral tampaknya merupakan prasyarat yang sangat diperlukan untuk etika
arsitektur yang substansial;
1. Perilaku dan interaksi profesional selama tahap perencanaan, perancangan, dan
konstruksi.
2. Fungsi dan kegunaan suatu bangunan.
3. Dampak terhadap alam.
4. Dampak terhadap pengguna individu: kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan
umum mereka, termasuk kesejahteraan psikologis mereka
5. Pengaruh terhadap perilaku manusia, baik secara individu maupun kolektif.
6. Makna budaya atau simbolik bangunan, yang diberikan melalui pemilihan bahan,
warna, bentuk, gaya estetika, dan sejenisnya.

Anda mungkin juga menyukai