Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DENGAN GIZI

Dosen pembimbing:
Ambia Nurdin,SKM,S. pd, M. Pd,M. Kes

Di Susun Oleh:
Fazlil Mudawali |22181123
Mursida |22181154

UNIVERSITAS ABULYATAMA
FAKULTAS FIKES
SOSIO ANTROPOLOGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan limpahan karunia-Nya
kami masih bisa diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah pendidikan Sosio
Antropologi. Tak lupa pula kami sanjung sajikan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti yang kita rasakan saat ini. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada dosen
pebimbing mata kuliah Sosio Antropologi yang telah membimbing kami agar dapat mengerti
tentang bagaimana cara menyusun makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan mudah-mudahan
juga dapat memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca tentang “Sosio Antropologi”. Kami
menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini lebih baik di
masa yang akan datang.

Lampoh Keude, 13 November 2022

Ttd, Tim Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3

A. LatarBelakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3

C. Tujuan Makalah.....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4

A. TINJAUAN TEORISTIS......................................................................................4

B. PEMBAHASAN...................................................................................................12
BAB III PENUTUP.........................................................................................................13
A. KESIMPULAN ...................................................................................................13
B. SARAN................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada Zaman sekarang Banyak sekali orang yang kekurangan gizi atau mengalami


gizi buruk. Masalah ini sangat meresahkan sekali, karena asupan gizi itu penting
sekali bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan gizi yang baik, manusia apat hidup
sehat karena dengan mengkomsusi gizi yang baik dapat mencegah penyakit,
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bisa terhindar dari berbagai penyakit.
Kekurangan gizi ini bisa diakibatkan oleh panen yang gagal, kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang gizi itu sendiri, dan bisa juga diakibatkan oleh kebiasaan-kebiasaan atau
pantangan-pantangan yang dianut atau dipercaya oleh suatu masyarakat, dimana tidak
boleh memakan atau mengkomsumsi suatu makanan yang justru mengandung banyak
gizi. Dengan adanya masalah ini memotivasi penulis untuk menyusun makalah yang
berjudul “HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DENGAN GIZI”, untuk
mengetahui secara lebih mendalam ebiasaan-kebiasaan suatu masyarakat dalam hal
makanan, hal ini diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidaknya dapat
memberikan pengetahuan kepada kita tentang masalah kekurangan gizi ini supaya kita
dapat memperbaiki tentang masalah izi ini, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan orang banyak

B. R u m u s a n M a s a l a h

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis dapat merumuskan masalah
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. apa yang dimaksud dengan antropologi?
2. ap a y a n g d i m a k s u d d e n g a n g i z i ?
3. Bagaimana hubungan antara antropologi dengan gizi ?

C. Tujuan Makalah

Makalah ini disusun dengan tujuan


1. Untuk mengetahui pengertian antropologi
2. Untuk mengetahui pengertian gizi
3. Untuk mengetahui hubungan antara antropologi dengan gizi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis

1. P e n g e r t i a n A n t r o p o l o g i

Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
seluk beluk manusia dan juga budayanya. Menurut koentjaraningrat (1981 :
11) antropologi berarti “ilmu tentang manusia.” Ilmu antropologi telah
berkembang dengan luas, ruang lingkup dan batas lapangan perhatiannya
yang luas ini yang menyebabkan timbulnya paling sedikit 5 masalah
penelitian.

Koentjaraningrat (1981 : 12) mengemukakan tentang 5 masalah ini : masalah sejarah


asal dan pekembangan manusia secara biologi, masalah sejarah terjadinya aneka warna
makhluk manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya masalah sejarah asal,
perkembangan dan penyebaran aneka warna bahasa yang diucapkan manusia di seluruh
dunia. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya aneka warna kebudayaan
manusia di seluruh dunia. Masalah mengenai asas-asas dari kebudayaan manusia dalam
kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi
masa kini. Dengan melihat 5 masalah di atas, sudah dapat dipastikan terdapat ilmu-ilmu
yang terdapat dalam ilmu antropologi yang membahas tentang ke-5 masalah tersebut.
Untuk memecahkan suatu maslah sudah dapat dipastikan dibutuhkan beberapa
penelitian untuk mengetahui sumber masalah itu sendiri dan pemecahanna. Menurut
anderson {2006 : 256) ahli antropologi melaksanakan penelitian mereka dengan cara
eksplorasi yang relatif tanpa struktur dan melputi masalah-maslah yang sangat luas.
Seorang ahli antropologi tidak terlalu mempersoalan untuk memisahkan antara masalah-
masalah penelitian yang kecil dan ketat yang dapat mereka kerjakan dengan disain-
disain peelitian yang dari segi estetika memuaskan, dengan maalah-masalah umum yang
lus, yang akan mengarahkan peneliti kepada banyak jalur penemuan.

Menurut anderson (2006 : 57) pedekatan holistik antropologi


terhadap interprestasi atas bentuk-bentuk sosial dan budaya serta
ketergantungan pokok pada observasi pertisipasi untuk
mengumpulkan data dan menghasilkan hipotensis adalah hasil dari,
atau berkaitan erat dengan sampel umum dari penelitian
antropologi, akan tetapi anderson (2006 : 246) juga menyatakan
antropologi tidak mencukupi dari dalam menghasilkan hipotesis-
hipotesis dan topik-topik penelitian baru. Kata (ahli antropologi)
didorong oleh data dan ide-ide dariberbagai bidang lain.

Terdapat macam-macam antropologi seperti antropologi fisik,


antopologi budaya, antropologi biologi antropologi sosial,
antropologi kesehatan. Anderson (2006 : 247) menyatakan bahwa
kegunaan antropologi bagi ilmu-ilmu kesehatan terletak dalam 3
kategori utama:

a. Ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas dalam membidang masyarakat secara
keseluruhan maupun para anggota individual mereka, ilmu antropologi menggunakan
pendekatan yang menyeluruh atau bersifat sistem, dimana peneliti secara tetapi
menanyakan, bagaimana seluruh bagian ari sistem itu saling menyesuaika dan bagaimana
sistem itu bekerja.
b. Ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara operasional berguna untu
menguraikan proses-proses perubahan sosial dan budaya dan juga untuk membantu
memahami keadaan dimana para warga dari “kelompok sasaran” melakukan respon
terhadap kondisi yang berubah dan adanya kesempatan baru.
c. Ahli antropologi menawarkan kepada ilmu-ilmu kesehatan suatu metodologi penelitian
yang longgar dan efektif untuk menggali serangkaan masalah teoritis dan praktis yang
sangat luas, yang dihadapi dalam berbagai program kesehatan.

Begitu pula sebaliknya, menurut anderson (2006 : 244) ilmu-ilmu ksehatan menawarkan
kepada ilmu antropologi berbagai bidang yang khusus, yang langsung dapat dibandingkan
dengan subjek-subjek tradisional seperti masyarakat rumpun dan desa-desa. Antropologi
kesehatan merupakan bagian dari imu antropologi yang sangat penting sekli, karena di dala
ntropologi kesehatan diterangkan dengn jelas kaitan antara manusia, budaya, dan kesehatan
sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan
masyarakat itu sendiri. Anderson (2006 : 3) menyatakan bahwa antropologi kesehatan adalah
disiplin biobudaya yang meberikaan perhatian kepada aspek-aspek biologis dan sosial budaya
dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya di sepanjang
sejarah kehidupan manusia, yang mepengaruhi kesehatan dan penyakit.
Antropologi kesehtan ini tidak serta merata muncul dengan sendirinya, akan tetapi
antropoogi kesehatan ini mempunyai akar. Anderson (2006 : 4) menyatakan antropologi
kesehatan kontemporer mempunyai 4 sumber :

a. Perhatian ahli antropologi fisik terhadap topik-topik seperti evolusi, adaptasi, anatomi,
komperatif, tipe-tipe ras genetika, dan serologi
b. Perhatian etnografi tradisional terhadap pengobatan primitif, termasuk ilmu sihir dan magis
c. Gerakan “ kebudayaan dan kepribadian” pada akhir 1930-an yang merupakan kerjasama
antara ahl-ahli psikiatri dan antropologi
d. Grakan kesehatan masyarakat internasional setelah perang dunia II

Untuk menjadi seorang ahli antropologi keehatan tidaklah mudah, dibutuhkan pengalaman,
naluri dalam menyikapi masalah, seperti yang dikatakan anderson (2006 : 244), beliau
menyatakan : untuk menjadi seorang ahli antropologi kesehatan, seseorang memerlukandasr
latihan antropologi yang baik, pengalaman penelitian, aluri terhadap masalah, simpati terhadap
orang lain, dan tentunya dapat memasuki dunia kessehatan dan masyarakat kesehatan yang
bersedia menerima kehadiran para ahli antropologi itu untuk menjadi ahli antropologi
kesehatan, selain yang sudah disebutkan, seorang ahli antropologi kesehatan haruslah sabar dan
teliti karena seperti yang dikatakan anderson (2006 : 246) beliau menyatakan : para ahli
antropologi harus menjadi generalis, mencatat, dan menginterprestasikan data tentang geografi.
Kebudyaan material, kehidupan ekonomi, organisasi sosial, rligi, kesenian, fokior, rekreasi,
bahasa segala sesuatu yang dilakukan manusia atau diingat pernah dilakukan mereka. Akan
tetapi semua ini tidaklah cukup seorang ahli antropologi harus bisa mengetahui, memahami, dan
juga menerangkan mengaa suau sikap atau tingkah laku di suatu masyarakat bisa terjadi.

2. Pengertian gizi

Ilmu gizi merupakan salah satu ilmu terapan yang berkaitan dengan berbagai ilmu dasar
seperti ilmu kimia, biokimia, biologi, fisiologi, pathologi, lmu pangan, dan lain-lain.
Lahirnya ilmu gizi diawali dengan penemuan tentang hal yang berkaitan dengan
penggunaan energi makanan meliputi proses ernapasan, oksidasi, dan kalorimetri.
Gizi merupakan zat yang sangat penting dan sanagat dibuuhkan oleh tubuh kita. Dan untuk
mengetahui tentang gizi ini kita harus lebih mendalam mempelajari tentang gizi. Almatsier
(2004 : 3) menyatakan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
makanan dalam hubungan dengan kesehatn optimal. Kta “gizi” berasal dari bahasa arab
ghidza, yang berarti “ makanan” di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi
lain dengan tubh manusia.

Selain pendapat almatsier, bayak juga yang berpendapat tentang ilmu gizi yang dibahas
dalam buku FKM UI (2007 : 4).

a. Guthrie (1983). Beliau menyatakan prinsip- prinsip gizi dasar adalah ilmu yang mempelajari
makanan, zat gizi, proses pencernaan, metabolisme dan penyerapan dalam tubuh, fungsi
serta akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi bagi tubuh
b. Sdiaaoetama (1987), beliau menyatakan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal
makanan yang diakibatkan denga kesehatan tubuh.
c. National academy of science (1994), ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari zat-zat dari
pangan yang bermanfaat bagi keehatan dan pross yang terjadi pada pangan sejak
dikomsumsi, dicerna, diserap sampai dimanfaatkan tubuh, serta dampaknya terhadap
pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup manusia serta faktor yang
mempengaruhinya.

Dengan melihat pengertian ilmu gizi diatas, sudah dapat dipastikan gizi merupakan zat gizi
atau makana yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kita. Menurut almastsier (2004 :3) zat gii
adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan
energi, membangun dan memelihara jarigan, serta mengatur proses proses jaringan. Dengan
demikian, apbia kita memilih makanan sehari hari kita harus memilih dengan baik karena
makanan yang baik dapat memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal
tubuh jadi apabila kita memilh makanan, kita harus memilih makanan yang mengandung zat
gizi yang berfungsi seperti yang yang dikatakan anderson (2006 : 8). Beliau menyatakan
bahwa :

a. Memberikan energi : zat-zat gizi yang dapat memberikn energi adalah karbohidrat, lemak,
dan protein. Oksidsi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk
melakukan kegiatan/ aktifitas.
b. Petumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh : protein, mieral, dan air adalah bagian dari
jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan
menggantikan sel-sel yang rusak
c. Mengatur proses tubuh : protein, mineral, air, dan viamin diperlukan untuk mengatur proses
tubuh. Protein mengatur keseibangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya
memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai pangkal organisme yang
bersifat infektif dan baan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh.

Setelah mengethui betapa pentingnya gizi bagi kesehatan atau fungsi tubuh ita, maka kita
harus senantiasa menjaga agar jangan sampai kita ini kekurangan ataupun kelebihan gizi,
karena akan berbahaya. Menurut almatsier (2004 : 9) bahwa gangguan gizi disebabkan oleh
faktor primer dan sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salh dalam
kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh kekurangannya peyediaan pagan, kurang
baiknya distribusi pangan, kemikinan, ketidak tahuan, kebiasaan makan yang salah, dan
sebagainy. Faktor skundr meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di
sel-se tubuh setelah mkanan dikomsumsi.

3. Hubungan antara antropologi dengan gizi

Dari empat bilyun manusia di duna, ratusan juta orang menderita gizi buruk dan
kekurangan gizi. Angka yang tepat tidak ada, tidak ada sensus mengenai kelparan dan
erbedaan antara gizi cukup dan gizi kurang merupakan jalur yang lebar, bukan suatu garis
yang jelas. Apapun tolakukur kita. Keleparan (dan sering mati kelapara) merupakan
hambatan yang paling besar bagi perbaikan kesehatan di sebgian terbesr negara- negara di
duni. Kekurangan gizi menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, menyebabkan
banyak penyakit kronis, dan menyebabkan orang tidak mungkin melakukan kerja keras.
Kekurangan gizi ini selain dari ketidak mampan negara-negara non industri untuk
menghasilkan cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan pendudukmeeka yang
berkembang. Juga muncul karena kepercayaan. Kepecayaan keliru yang terdapat di mana-
mana, mengenai hubungan antara makanan dan kesehatn, dan juga tergantungan pada
kepercayaan-keperyaaan, pantangan-pantangan dan upacara-upacara, yang mencegah orang
memanfaatkan seaik-baiknya makanan yang tersedia bagi mereka. Anderson (2006 : 3)
menyatakan karena pengakuan bahwa masalah gizi di seluruh dunia didasarkan atas bentuk-
bentuk budaya maupun karena kurang berhasilnya petanian, maka semua oganisasi
pengembangan internasional maupun nasional yang utama menaruh perhatian tidak semata-
mata pada pertambahan produksi makanan, malainkan juga pada kebiasaan makanan
tradisionl yang berubah, untuk mencapa keuntungan maksimal dari gizi yang diperoleh dari
makanan yang tersedia.

K a r e n a   k e b i a s a a n   m a k a n   h a n y a   d a p a t   d i m e n g e r t i dalam konteks
budaya yang menyeluruh. maka program- program pendidikan gizi yang efekti. yang
mungin menujukepada perbaikan kebiasaan makan harus didasarkan ataspengertian tentang
makanan sebagai suatu pranata sosial yang memenuhi banyak fungsi. Studi mengenai
makanan dalam konteks budayanya yang menunju kepada
masalah-masalah yang praktis ini. jelas merupakan suatuperanan para ahli
antropologi yang sejak pertama dalam
penelitian lapangannya telah mengumpulkan keterangan tentang praktek-praktek makan
dan keper'ayaan tentang
makanan dari penduduk yang mereka observasi.
Dalam buku karya anderson (2006 : 312), norge jerome menyatakan
bahwa “antropologi gizi” meliputi disiplin
ilmutentang gizi dan antropologi. Bidang itu memperhatikan gejala-gejala antropologi
yang mengganggu status gizi darimanusia. Dengan demikian evolusi manusia. Dengan
demikian, evolusi manusi, sejarah dan kebudayaan, dan adaptasinya kepada
variabel gizi yang berubah-ubah dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam
menggambarkan bahan-bahan yang merupakan titik perhatikan dalam antropologi
gizi. Menurut anderson (2006 :312) ada dua aspek penting dari antropologi gizi ;

a. Sifat sosial, budaya, dan psikologis dari makanan (yaitu peranan-peranan sosial budaya dari
makanan yang berbeda dengan peranan-peranan gizinya).
b. Cara-cara dimana dimensi-dimensi sosial budaya dan psikologi dari makanan berkaitan
dengan masalah gizi yang cukup, terutama dalam masyakat-masyarakat tradisional.

Menurut anderson (2006 : 313) menyatakan bahwa para ahli antropologi memandang
kebiasaaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak-masakan, masalah kesukaran dan
ketidaksukaran, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan, dan takhayul-
takhayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan, dan konsumsi makanan. Pendeknya,
sebagai suatu kategori budaya yang penting, ahli-ahli antropologi melihat makanan
mempengaruhi dann berkaitan dengan banyak kategori budaya lainnya.

Setelah mengetahui betapa kuatnya kepercayaan-kepercayaan kita atau uatu masyarakat


mengenai apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan makanan, sehingga
terbukti sangat sukar untuk menyakinkan orang untuk menyesuaikan makanan tradisional
mereka dmi kepentingan gizi yang baik. Karena pantangan agama, takahyul, kepercayaan
tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang kebetulan dalam sejarh ada bahan-bahan yang
bergizi baik yang tidak boleh dimakan, mereka diklasifikasikan sebagai “ bukan makanan”.
Dengan kata lain, penting untuk membedakan antara nutrimen dengan makanan. Anderson
(2006 : 313) menyatakan bahwa nutrimen adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu
untuk memelihara dan menjaga kesehatan organsme yang menelannya. Makanan adalah suatu
konsep budaya, suatu pernyataan yang sesungguhnya mengatakan “zat ini sesuai bagi
kebutuhan gizi kita”. Dalam kebudayaan bukan hanya makanan saja yang dibatai atau diatur,
akan tetapi konsep tentang makanan. Kapan dimakannya, terdiri diri apa dan etiket makan. Di
antara masyaraat yang cukup makanan, kebudayaan mereka mendikte, kapan mereka merasa
lapar dan apa, serta berapa banyak mereka harus makan agar memuaskan rasa lapar. Jadi
dengan demikian, nafsu makan lapar adalah suatu gejala yang berhubungan namun berbeda.
Anderson (2006 : 315) menyatakan nafsu makan, dan apa yang dierlukan untuk memuaskan
adalah suatu konsep budaya yang dapat sangat berbeda antara suatu kebudayaan dengan
kebudayaan lainnya. Sebaliknya, lapar menggambarkan suattu kekurangan gizi yang dasar dan
meuakan suatu konsep fisiologis.

Makanan selain penting bagi kelangsungan hidup kita, juga penting bagi pergaulan sosiial.
Anderson (2006 : 317) menyatakan tentang simbollik dari makanan :
a. Makanan sebagai ungkapan ikatan sosial barangkali di setiap masyarakat, menawarkan
makanan (dan kadang-kadang minuman) adalah menawarkan kasih sayang, perhatian, dan
persahabatan. Menerima makanan yang ditawarkan adalah mengakui dan menerima
perasaaan yang diugkapkan dan untuk membalasnya.
b. Makanan sebagai ungkapan dari kesetiakawan kelopok makanan sering dihargai sebagai
lambang-lambang identitas suatu bangsa atau nasional, namun tidak semua makanan
mempunyai nilai lambang seperti ini, makanan yang mempunyai dampak yang besar adalah
makanan yang berasal atau dianggap berasal dari kelompok itu sendiri dan bukan yang
biasanya dimakan dibanyak negara yang berlainan atau juga dimakan oleh banyak suku
bangsa.
c. Makanan dan stress makanan memberikan rasa ketenteraman dalam keadaan-keadaan yang
menyebabkan stres. Burgess dan dean menyatakan bahwa sikap-sikap terhadap makanan
sering mencerminkan persepi tentang bahaya maupun perasaan stress. Menurut mereka,
suatu cara untuk mengatasi stres ini dari daam, sehubungan dengan ancaman terhadap jiwa
atau terhadap keamanan emosional adalah melebih-lebihkan bahaya dari luar, cara lainnya
adalah mempersalahkan ancaman dari dalam akibat pengaruh-pengaruh luar.
d. Simbolisme makanan dalam bahasa pada tingkatan yang berbeda, bahasa mencerminkan
hubungan-hubungan psikologis yang sangat dalam di antara makanan, persepsi kepribadian,
dan keadaan emosional. Dalam bahasa inggris, yang pada ukuran tertentu mungkin tidak
tertandingi oleh bahasa lain, kata-kata sifat dasar yang biasa digunakan untuk
menggambarkan kualitas-kualtas makanan digunakan juga untuk menggambarkan kualitas-
kualitas manusia.

Setelah mengetahui betapa rumit masalah ya berhbugan dengan gizi ii ataupun makanan
karena berkaitan dengan kebudayaan masyarakat yang berbeda-beda, maka salah satu cara
adalah dengan memberikan pengetahuan kepada masyaakat tentang apa yang sering belum
dipelajari oleh mayarakat rumpun maupun masyarakat pedesaan adalah hubunga antara
makanan dan esehatan serta antara makanan yang baik dengan kehamilan, juga kebutuhan-
kebutuhan akan makanan khusus bagi anak setelah penyapihan. Anderson (2006 : 323)
menyatakan bahwa dalam perencanaan kesehatan, masalahnya tidak terbatas pada pencarian
cara-cara untuk menyelesaikan lebih banyak bahan makanan, melainkan haruspula dicarikan
cara-cara untuk memastikan bahwa bahan-bahan makanan yang tersedia digunakan secara
efektif.

Kesenjangan yang besar dalam pemahaman tentang bagaimana makanan itu digunakan
dengan sebaik-baiknya. Barangkali yang terpenting dari kesenjangan itu adalah kegagalan yang
berulangkali terjadi untuk mengenal hubungan yang pasti antara makanan dan kesehatn.
Susunan makanan yang cukup cenderung ditafsikan dalam rangka kuantitas, bukan kualitasnya
mengenai makanan yang pokok, yang ckup, bukan pula dari keseimbangan dalam hal berbagai
maanan. Kesenjangan besar yang kedua dalam kerifan makanan tradisional pada masyarakat
rumpun dan masyarakat petani adalah seringnya kegagalan mereka untuk mengenai bahwa
anak-anak mempunyai kebutuhan-kebutuhan gizi khusus, baik sebelum maupun sesudah
penyapihan.

Penemuan burgess dan dean tentang masalah gizi karena perubahan budaya dalam buku
karya anderson (2006 : 325) menggambarkan aturan yang umum. Meskipun terdapat suatu
kecenderungan umum bahwa makanan menjadi lebih baik dengan bertambahnya penghasilan.
Kebalikannya, makanan juga bisa lebih buruk terutama dalam perubahan dari ekonomi sub
sistem menjadi ekonomi uang. Dan marchione yang berpendapat tentang masalah gizi karena
perubahan budaya. Beliau menemukan masalah gizi karena perubahan budaya. Beliau
menemukan maslah kekurangan gizi pada rumah tangga di desa yang lebih miskin, yang
hidupnya berorientasi pada pertanian setengah sub sistem, menurun secara menyolok terutama
di antara anak-anak. Bahwa suatu peningkatan dalam pertanian sub sistem sebagai besar atau
seluruhnya menjelaskan perbaikan ini, hal itu dibuktikan oleh angka-angka kekurangan gizi di
perkotaan, yang tetap konstan karena perubahan yang berarti dalam hal pola penyediaan
makanan.

Setelah mengetahui keterkaitan atau hubungan antara gizi atau makanan degan antropologi
atau kebudayaan, bagi kita yang menaruh perhatian pada usaha memperbaiki tingkatan gizi dan
masyarakat yang menderita kurang gizi, jelaskan bahwa analisis klininis dari kekurangan gizi
baru merupakan langkah awal, kemajuan akan sedikit sekali tercapai, kecuali apabila petugas
penyeluhan juga memahami fungsi-fungsi sosial dari makanan, arti simbolik, dan kepercayaan
yang terkait dengannya, pengetahuan mengenai kepercayaan lokal tersebut dapat dipakai dalam
perencanaan perbaikan gizi. Dalam buku anderson (2006 : 330) cassel telah menunjukan netapa
pengindetifikasian makanan-makanan sehat dalam makanan kuno orang dulu dapat
membangkitkan perhatian mereka terhadap makanan dan dengan motivasi nasionalistik
bersedia menerima banyak perubahan-perubahan demi peningkatan gizi mereka.

Kemikinan dan kekurangan akan gizi yang memadai pada tingkatan terentu membatasi
kemunginan untuk memperbaiki gizi jutaan penduduk yang menderita kurang pangan.
Sebaliknya, sungguh mengecewakan untuk melihat bahwa betapa seringnya praktek-praktek
budaya menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar. Kesadaran akanpraktek-praktek demikian
dan pengetahuan tentang “hambatan-hambatan” yang harus diatasi untuk dapat merubah mereka
adalah sangat penting untuk membantu masyarakat memaksimalkan sumber-sumber pangan
yang tersedia bagi mereka. Di sinilah antropologi memberikan sumbangan besar kepada ilmu
gizi dalam lapangan penelitian dan pengajaran.
B. Pembahasan

Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berkaian
dengan manusia dan budayanya, dan di dalam antropologi juga diterangkan tentang antropologi
kesehatan yng menerangkan tentag hubungan manusia, budaya, dan kesehatan. Di dalam
antropologi kesehatan ini diterangkan dengan lebih jelas tentag tingkah laku manusia yang
mempengaruhi kesehatannya dikarenakan budayanya. Gizi merupakan zat yang terdapat di
dalam maknan yang sanagat penting bagi kelangsungan hidup. Dengan mengkomsusikan gizi
seseorang dapat tumbuh dengan baik karena zat gizi ini dapat memberikan zat-zat yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh sehingga tubuh dapat terpelihara dengan baik.

Setelah mengetahui tentang antropologi dan gizi, maka sedikit banyak kita dapat melihat
hubungan antara antropologi dengan gizi. Hubungan antroppologi degan gzi ini sangat kuat
sekali atau sangat erat. Seseorang atau suatu kelompok masyarakat mengalami gizi buruk atau
kekurangan gizi bukan hanya karena maslah ekonomi, akan tetapi bisa juga diakibatkan oleh
kepercayaan atau budaya seseorang. Banyak sekali terdapat suatu kelompok masyarakat yang
mengalami gizi buruk dikarenakan mereka percaya kepada kepercayaan atau kebudayaan
mereka. Mereka mengalami gizi buruk karena mereka tidak mau memakan makanan yang
seharusnya mereka makan yg jelas mengandung banyak gizi dikarenakan mereka mempercayai
bahwa makan tersebut tidak boleh dimakan atau pun kebudayaan mereka melarang mereka
untuk mengkomsusikan makanan tersebut. Hali ini tentu saja sangat mengecewakan karena
banyak sekali kelompok nasyarakat yang kekurangan gizi karena tidak bisa medapatkannya
karena maslah ekonomi. Akan tetapi ada suatu kelompok masyarakat yang mampu untuk
mndapatkan makanan tersebut amun mereka tidak mempergunakannya dengan sebaik-baiknya.
Hal ini menyebabkan banyaknya suatu kelompok masyarakat yang kekurangan gizi, padahal
dala kelompok masyarakat itu terdapat cukup banyak makanan yang mengandung gizi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia dengan
budanya, atau juga berarti ilmu tentang manusia. Dalam antropologi diterangkan bagaimana
hubungan manusia dengan budayanya dan apa pengaruhnya. Cakupan ilmu antropologi itu
lus sekali, salah satunya antropologi kesehatan yang menerangkan tentang manusia, budaya,
dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat
dengan kesehatan masyarakat itu sendiri
2. Gizi merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Ilmu gizi sendiri adalah ilmu
yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan
optimal. Gizi itu sangat penting sekali bagi kelangsungan hidup kita. Apabila gizi kita
terpenuhi, maka kita akan terhindar dari berbagai penyakit karena kita mempunyai tubuh
yang sehat.
3. Hubungan antara antropologi dengan gizi itu sanagat erat sekali, karena banyak sekali orang
yang kekurangan gizi yang bukn diakibatkan oleh masalah ekonomi, akan tetapi diakibatkan
oeh kepercayaan atau kebudayaan mereka yang melarang memakan makanan yang
sebenarnya mengandung banyak gizi. Hal ini menimbulkan sesuatu yang sangat
mengecewakan. Di satu sisi terdapat masyarakat yang kekuragan gizi karena mereka tidak
bisa mendapatkannya karena masalah ekonomi, di sisi lain terdapat masyarakat yang
kekurangan gizi akibat kebudayaan mereka tidak mengizinkan atau melarang mereka
memakan makanan tersebut yang seharusnya dipergunakan dengan sebaik-baiknya karena
makanan tersebut sangat bermanfaat bagi mereka.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca lebih mendapatkan pengetahuan
tentang hubungan anatara antropologi dengan gizi, sehingga pembaca dapat mengetahui tenang
pentingnya gizi suatu masyarakat, sehingga pembaca mendapatkan pengetahuan tentang car-
cara meningkatkaan derajat kesehatan. Akhirnya, semoga penyusunan makalah in dapat
bermanfaat khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembac.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsfer, sunita. (2004), prinsip dasar ilmu gizi, jakarta : PT. Gramedia pustaka utama.

Anderson, foster. (2006)), antropologi kesehatan. Jakarta : UI Press.

FKM UI. (2007). Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakrta : PT. Raja grafindo persada.

Anda mungkin juga menyukai