Kualitas Semen Segar Sapi Limousin Pada Lama Simpan Yang Berbeda
Kualitas Semen Segar Sapi Limousin Pada Lama Simpan Yang Berbeda
net/publication/360975460
CITATIONS READS
6 18
4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Syam Rahadi on 31 May 2022.
KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI LIMOUSIN PADA LAMA SIMPAN YANG BERBEDA
1 1 1 2
Enike Dwi Kusumawati , Hilarius Betu , Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih , Syam Rahadi
1
Fakultas Peternakan, Universitas Kanjuruhan Malang, Malang, Jawa Timur
2
Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara
enike@unikama.ac.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas semen segar sapi limousin dengan
lama simpan yang berbeda. Penelitian dilakukan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Malang
dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan Malang. Variabel dalam penelitian
meliputi motilitas dan viabilitas semen segar sapi limousin. Metode penelitian yang digunakan adalah
eksperimental dengan menggunakan rancangan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lama simpan yang sangat nyata (P<0,01) baik yang
menggunakan pengencer maupun tanpa pengencer terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa
semen segar sapi limousin. Motilitas dengan lama simpan baik yang menggunakan pengencer
maupun tanpa pengencer 12, 9, 6, 3 dan 0 jam menunjukkan nilai yang lebih baik yaitu 70% dari pada
lama simpan 15,18, 21 dan 24 jam yaitu hanya mencapai 25%. Tetapi tidak ada pengaruh (P>0,01)
penggunaan pengencer dan tidak ada interaksi antara lama simpan dan penggunaan pengencer
terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa semen segar sapi limousin. Kesimpulan dari hasil
penelitian ini yaitu motilitas dan viabilitas tertinggi diperoleh pada perlakuan semen segar sapi
o
pejantan limousin pada suhu 25-27 C selama 0 jam baik dengan menggunakan pengencer maupun
tanpa pengencer sebesar 70% dan 93%. Sedangkan terendah diperoleh pada penelitian dengan suhu
o
25-27 C sebesar 20% dan 56,99%. Berdasarkan penelitian ini maka disarankan untuk menggunakan
o
semen segar pada suhu 25-27 C tidak lebih dari 3 jam.
Kata Kunci : Lama Simpan, Kualitas Semen, Semen Segar, Sapi Limousin, Motilitas.
ABSTRACT
The aim of this reseach was to determine the quality of fresh semen of Limousin Cattle in
0
room temperature (25 - 27 C) and different time storage by using extender and without extender . The
study was conducted at the Laboratory of the Faculty of Animal Husbandry Kanjuruhan University of
Malang. Research method was used the experiment method by using Completely Randomized
Design (CRD) Factorial. Replications of each treatment was given as many as 10 samples of fresh
semen of Limousin Cattle. The results show that there was influence of the time storage that is very
significant (P <0.01) using either the extender or without extender on semen motility and sperm
viability of fresh Limousin cattle. Motility with good time storage without using a extender or extender
12, 9, 6, 3 and 0 hours showed a better value than the time storage 15,18,21 and 24 hours. But there
was no effect (P> 0.01) using the diluent and didn’t interaction between the time storage and use
extender on sperm motility and viability of fresh semen of limousin cattle. The conclusion from the
results of this research was the highest motility and viability obtained on treatment with temperatures
o
25-27 C for 0 hours by using a extender of 70% and 93%. While the lowest temperature obtained in
o
studies with 25-27 C at 20% and 56.99%. Based on this research it was advisable to use fresh semen
o
at 25-27 C temperature of not more than 3 hours.
Keywords: Time Storage, Semen Quality, Fresh Semen, Limousine Cattle, Motility.
semen. Namun untuk kegiatan IB yang Alat yang digunakan dalam penelitian
memanfaatkan semen cair karena ketiadaan tersebut adalah timbangan analitik, water bath,
atau kelangkaan semen beku di daerah yang thermometer, erlenmeyer, kertas saring,
telah memiliki jenis pejantan unggul yang neraca ukur, tissue, magnetik stirer, tabung
sama dengan jantan penghasil semen beku, reaksi, rak tabung reaksi, aluminium foil,
maka pengenceran dan penyimpanan akan mikropipet (Luthan, 2010; Kusumawati,
menjadi masalah. Dilaporkan oleh (Yudi, Wahjuningsih dan Susilawati, 2007; Zenichiro,
Arifiantini, Purwantara dan Yusuf, 2008) bahwa Herliantien dan Sarastina, 2002; Sekosi,
daya tahan simpan semen segar berdasarkan Kusumawati, dan Krisnaningsih, 2016). Bahan
motilitas (M%) dan viabilitas (H%), setelah 3 pengencer meliputi Tris aminomethane
dan 9 jam penyimpanan pada suhu ruang (25 - (Merck), asam sitrat (Merck), laktosa (Merck),
27°C) berturut – turut adalah 48,33 ± 10,52% gliserol (Merck), kuning telur, trihalosa (Merck),
dan 20,00 ± 7,98%. Sedangkan pada suhu penisilin (Meiji), streptomisin, aquadest
o
5 C adalah 41,67± 8,88% dan 12,92 ± 7,22%. (Zenichiro, dkk, 2002), Mikroskop cahaya
Sementara itu, H% dalam waktu simpan yang binokuler, object glass dan cover glass, tissue,
sama adalah 71,49 ± 6,32% dan 50,40 ± 7,3% kertas lakmus, water bath, thermometer,
pada suhu ruang dan 65,82 ± 6,68 % dan gunting, ose, haemocytometer, hand counter
o
41,07± 8,34 % pada suhu 5 C. Perbedaan M% (Luthan, 2010; Kusumawati, dkk, 2007;
dan H%, yang nyata (P<0,05) antara Zenichiro, dkk, 2002). Bahan penelitian
o
penyimpanan pada suhu ruang dan suhu 5 C meliputi pewarna eosin negrosin, semen, NaCl
0
dapat terlihat setelah 3 jam. Semen yang 3%, air hangat suhu 37 C (Isnaini, 2007;
o
disimpan pada suhu 5 C memperlihatkan Zenichiro, dkk, 2002).
penurunan M% dan H% lebih cepat dari pada
semen yang disimpan pada suhu ruang. Metode
Sehingga pada setiap titik pengamatan semen Metode Penelitian yang digunakan
yang di simpan pada suhu ruang menunjukan adalah penelitian laboratories dengan
perbedaan nyata pada M% dan H% yang lebih menggunakan Rancangan Acak Lengkap
tinggi dibandingkan penyimpanan semen pada (RAL) Pola Faktorial (Kusumawati,
o a
suhu 5 C. Krisnaningsih dan Romadlon, 2016 ). Setiap
Berdasarkan latar belakang tersebut perlakuan yaitu semen segar dengan
diatas maka diperlukan penelitian mengenai menggunakan pengencer dan tanpa
kualitas semen segar sapi pejantan pada suhu pengencer serta lama simpan 0, 3, 6, 9, 12, 15,
o
ruang (25 - 27 C) dan lama simpan yang 18, 21, 24 jam diberikan masing-masing 10 kali
berbeda dengan pengencer dan tanpa ulangan.
pengencer.
Masalah dalam penelitian ini adalah Variabel Penelitian
Bagaimana kualitas semen segar sapi
pejantan Limousin pada suhu ruang (25 - Variabel dalam penelitian ini adalah
o
27 C) dan lama simpan yang berbeda dengan motilitas dan viabilitas spermatozoa.
pengencer dan tanpa pengencer.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Analisis Data
mengetahui kualitas semen segar sapi
pejantan Limousin pada suhu ruang (25 - Data yang diperoleh dianalisis
o
27 C) dan lama simpan yang berbeda dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola
pengencer dan tanpa pengencer. Faktorial. Apabila perlakuan memberikan
Manfaat penelitian adalah dapat pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Beda
dijadikan standar untuk penyimpanan semen Nyata Terkecil.
segar sapi pejantan Limousin pada suhu ruang
o
(25 - 27 C) dan lama simpan yang berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hipotesis penelitian adalah terdapat
pengaruh lama simpan yang berbeda dengan Kualitas Semen Segar
pengencer dan tanpa pengencer terhadap Pemeriksaan semen segar sapi
kualitas semen segar sapi pejantan pada pejantan limousin pada penelitian ini meliputi
0
ruang (25-27 C). volume, warna, konsentrasi, motilitas massa,
motilitas individu, persentase hidup dan
MATERI DAN METODE abnormalitas spermatozoa (Tabel 1.).
Materi Kualitas semen segar pada penelitian
ini menunjukkan bahwa semen yang
Materi Penelitian yang digunakan digunakan layak untuk diproses lebih lanjut.
adalah semen segar sapi pejantan Limousin Persentase motilitas spermatozoa semen
yang didapatkan dari Balai Besar Inseminasi segar sapi Limousin yang didapat dari
Buatan (BBIB) Singosari Kabupaten Malang. pemeriksaan mikroskopis adalah 70% dengan
konsentrasi 1333 juta spermatozoa/ml.
Persentase motilitas dan konsentrasi semen merupakan sumber makanan baginya, antara
segar yang digunakan sudah memenuhi lain yaitu seperti fruktosa, laktosa, rafinosa,
persyaratan untuk proses lebih lanjut, karena asam-asam amino dan vitamin dalam kuning
persentase minimal motilitas dan konsentrasi telur sehingga spermatozoa dapat
yang dihasilkan harus 70% (Kusumawati et. memperoleh sumber energi dalam jumlah yang
al., 2015; Kusumawati, Leondro dan cukup untuk motilitasnya. Dilaporkan oleh
b
Krisnaningsih, 2016 ) dan tidak kurang dari Tambing dkk. (2003) bahwa pengencer tris
500 juta spermatozoa/ml (Zenichiro, dkk, laktosa kuning telur ternyata efektif melindungi
2002). Lebih lanjut Hafez and Hafez (2008) spermatozoa dari kerusakan ultrastruktural,
menyatakan bahwa spermatozoa segar yang biokimia maupun fungsional selama proses
digunakan harus mempunyai persentase kriopreservasi untuk mempertahankan kualitas
motilitas lebih dari 50% dengan konsentrasi spermatozoa.
lebih dari 500 juta spermatozoa/ml. Persentase
motilitas semen segar pada penelitian ini Persentase Motilitas Spermatozoa
tergolong tinggi. Motilitas spermatozoa dievaluasi segera
setelah penampungan. Hal ini bertujuan
Tabel 1. Hasil pemeriksaan semen yang agar energi yang dimiliki spermatozoa
digunakan dalam penelitian tidak cepat habis. Berdasarkan evaluasi
Pemeriksaan Rataan semen segar menggunakan parameter ini
Volume 12,8 ml dapat diketahui bahwa semen dalam
Warna Putih susu penelitian ini mempunyai kualitas yang baik.
pH 6,4 Hal ini ditunjukkan dengan motilitas
Motilitas massa ++ spermatozoa sebesar 70% seperti terlihat
Motilitas Individu (%) 70 pada Tabel 3 , sehingga dapat diproses lebih
Konsentrasi (juta/ml) 1333 lanjut menjadi semen beku.
Viabilitas (%) 93 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
0
Abnormalitas (%) 3 lama simpan pada suhu 25-27 C dengan
menggunakan pengencer memberikan
Menurut Ax, et. al. (2008) bahwa semen motilitas spermatozoa semen segar yang lebih
yang mempunyai persentase motilitas diatas baik pada waktu 0 jam sebesar 70±0%.
70% lebih tahan hidup bila dibandingkan Kemudian terjadi penurunan motilitas
dengan semen yang persentasenya lebih spermatozoa pada lama simpan yang semakin
rendah dari 70%. Pemeriksaan konsentrasi panjang. Motilitas terendah ditunjukan pada
perlu dilakukan karena konsentrasi waktu lama simpan 15 dan 18 jam sebesar
spermatozoa dapat digunakan untuk 20±0% yang tertera pada Tabel 2.
memprediksi fertilitas sapi jantan. Persentase
abnormalitas semen segar sebesar 3% Tabel 2. Persentase Motilitas spermatozoa
0
menunjukkan bahwa semen segar yang pada suhu 25-27 C dengan
digunakan layak untuk proses lebih lanjut menggunakan pengencer dan lama
a
karena menurut Kusumawati, dkk. (2016 ) simpan yang berbeda.
abnormalitas spermatozoa tidak boleh melebihi Lama
20%. Kualitas semen segar yang digunakan simpan(jam) Motilitas(%)
dalam penelitian ini adalah semen yang
mempunyai kualitas baik.
b
0 70±0
b
Kualitas semen segar sapi pejantan pada 3 65±0
0 b
suhu ruang (25 - 27 C) dan lama simpan 6 65±0
b
yang berbeda dengan menggunakan 9 55±0
b
pengencer 12 45±0
a
Semen segar yang digunakan dalam 15 20±0
a
penelitian ini adalah semen segar hasil 18 20±0
a
penampungan dari sapi Limousin yang 21 25±0
a
diperoleh dari Balai Besar Inseminasi Buatan 24 25±0
Singosari Malang. Pemeriksaan semen segar Keterangan: notasi yang berbeda menunjukan
yang dilakukan di Bali Besar Inseminasi adanya perbedaan yang
Buatan Singosari meliputi volume, warna sangat nyata (P<0,01)
semen, pH, konsistensi, konsentrasi dan
motilitas individu.Pemeriksaan terhadap Berdasarkan hasil analisis
semen segar dilakukan untuk melihat menunjukkan bahwa motilitas semen segar
kualitas dari semen tersebut apakah dapat sapi pejantan (limousin) pada suhu
dilakukan proses selanjutnya atau tidak. 0
penyimpanan 25-27 C dan lama simpan yang
Pengencer ini memiliki bahan atau zat berbeda dengan menggunakan pengencer
yang diperlukan oleh spermatozoa yang
20±0%. Adanya perbedaan yang sangat nyata Keterangan: notasi yang berbeda
(P<0.01) pada lama simpan spermatozoa yang menunjukan adanya perbedaan
menggunakan pengencer terhadap persentase yang sangat nyata (P<0,01)
motilitas berhubungan dengan persediaan
nutrisi yang dibutuhkan oleh spermatozoa Berdasarkan hasil analisis
untuk memperoleh energi yang digunakan menunjukkan bahwa viabilitas kualitas semen
untuk menunjang pergerakan. segar sapi pejantan (Limousin) pada suhu
Persediaan nutrisi spermatozoa 0
penyimpanan 25-27 C dan lama simpan yang
berasal dari pengencer yang dipakai dalam berbeda dengan menggunakan pengencer
penelitian ini. Semakin lama waktu menunjukan adanya perbedaan yang sangat
penyimpanan, berarti energi yang dibutuhkan nyata (P<0,01). Pada penelitian ternyata
semakin menurun karena nutrisi yang tersedia viabilitas spermatozoa masih dalam kisaran
sudah semakin berkurang. Faktor penyesuaian normal yaitu sebesar 45-70%, sehingga masih
suhu dari suhu tubuh ternak ke suhu ruang 25- dapat diproses lebih lanjut untuk semen beku.
0
27 C dapat juga mempengaruhi pergerakan Sesuai dengan literatur dari (Ax, et.
karena spermatozoa harus mampu al., 2008) yang menyebutkan bahwa
menyesuaikan kondisi fisik dengan lingkungan. viabilitas semen berkisar antara 40-75%.
Teknik pengolahan, termasuk pengencer dan Persentase viabilitas tertinggi pada semen
tingkat pengenceran, dan jenis karbohidrat 0
segar sapi Limousin pada suhu 25-27 C pada
sebagai sumber energi dalam media sekaligus waktu 0 jam sebesar 93±0% dan terendah
sebagai pelindung spermatozoa (anti-cold pada waktu 24 jam yaitu 56,99±3.52%. Adanya
shock) menjadi penting, karena akan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada
mempengaruhi kualitasnya (Ax, et. al., 2008). lama simpan spermatozoa yang menggunakan
pengencer terhadap persentase viabilitas
Persentase viabilitas spermatozoa berhubungan dengan persediaan nutrisi yang
Viabilitas spermatozoa dievaluasi segera dibutuhkan oleh spermatozoa untuk
setelah penampungan. Hal ini d i l a k u k a n memperoleh energi yang digunakan untuk
dengan m ak sud agar energi yang menunjang pergerakan.
dimiliki spermatozoa tidak cepat habis. Persediaan nutrisi spermatozoa
Berdasarkan evaluasi semen segar berasal dari pengencer yang dipakai dalam
menggunakan parameter ini dapat diketahui penelitian ini. Semakin lama waktu
bahwa semen dalam penelitian ini mempunyai penyimpanan, berarti energi yang dibutuhkan
kualitas yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan smakin menurun karena disebabkan nutrisi
Viabilitas spermatozoa sebesar 93±0% yang tersedia sudah semakin berkurang.
seperti terlihat pada Tabel 5, sehingga dapat Faktor penyesuaian suhu dari suhu tubuh
diproses lebih lanjut menjadi semen beku. 0
ternak ke suhu 25-27 C dapat juga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mempengaruhi pergerakan karena
0 70±0 0 93±0
3 65±0 3 90±0
Dengan Dengan 6 58,709±13,86
6 65±0
pengencer pengencer 9 61,459±5,20
9 55±0
12 45±0 12 59,132±5,04
15 20±0 15 56,99±3,52
18 20±0 18 60,106±4,97
21 25±0 21 63,403±6,48
24 25±0 24 58,114±3,31
0 93±0
0 70±0 3 90±0
Tanpa 3 65±0
pengencer Tanpa 6 67,055±8,57
6 60±0 pengencer 9 63,622±8,26
9 55±0 12 60,75±6,73
12 50±0 15 57,116±5,06
15 25±0 18 59,463±5,39
18 25±0 21 57,626±4,78
21 20±0 24 58,126±3,60
24 20±0
Persentase viabilitas spermatozoa
Persentase viabilitas spermatozoa tertinggi pada semen segar sapi pejantan
Hasil analisis data menunjukkan Limousin yang diteliti pada suhu 25-27 C
o
bahwa lama simpan pada suhu ruang yang sebesar 93%. Hal ini kemungkinan disebabkan
menggunakan pengencer dan tanpa pada waktu tersebut spermatozoa telah
pengencer memberikan viabilitas mencapai kondisi yang optimum. Persentase
spermatozoa semen segar yang lebih baik viabilitas spermatozoa terendah pada semen
(P<0,01) pada waktu 0 jam. Rata-rata nilai segar sapi limousin yang diteliti pada suhu 25-
persentase viabilitas spermatozoa terdapat o
27 C yang menggunakan pengencer sebesar
pada Tabel 7. 56,99% sedangkan yang tanpa pengencer
sebesar 57,116%. Rendahnya persentase
viabilitas spermatozoa diduga disebabkan
karena pada waktu tersebut banyak
spermatozoa yang mati. Hal tersebut
berhubungan dengan persediaan nutrisi yang
dibutuhkan oleh spermatozoa untuk
memperoleh energi yang digunakan untuk
menunjang pergerakan.
Persediaan nutrisi spermatozoa
berasal dari pengencer yang dipakai dalam
penelitian ini. Semakin lama waktu
penyimpanan, berarti energi yang dibutuhkan
smakin menurun karena disebabkan nutrisi
yang tersedia sudah semakin berkurang.
Faktor penyesuaian suhu dari suhu tubuh
0
ternak ke suhu 25-27 C dapat juga
mempengaruhi pergerakan karena
spermatozoa harus mampu menyesuaikan
kondisi fisik dengan lingkungan. Dari hasil
analisis statistik menunjukan bahwa tidak