Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/360975460

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI LIMOUSIN PADA LAMA SIMPAN YANG


BERBEDA

Article · January 2018


DOI: 10.32503/fillia.v3i1.162

CITATIONS READS

6 18

4 authors, including:

Enike Dwi Kusumawati Syam Rahadi


Universitas PGRI Kanjuruhan Malang Universitas Halu Oleo
29 PUBLICATIONS   47 CITATIONS    34 PUBLICATIONS   47 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

My current research is sexing sperm on Bali cattle View project

syamrahadi@yahoo.com View project

All content following this page was uploaded by Syam Rahadi on 31 May 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI LIMOUSIN PADA LAMA SIMPAN YANG BERBEDA
1 1 1 2
Enike Dwi Kusumawati , Hilarius Betu , Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih , Syam Rahadi
1
Fakultas Peternakan, Universitas Kanjuruhan Malang, Malang, Jawa Timur
2
Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara
enike@unikama.ac.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas semen segar sapi limousin dengan
lama simpan yang berbeda. Penelitian dilakukan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Malang
dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan Malang. Variabel dalam penelitian
meliputi motilitas dan viabilitas semen segar sapi limousin. Metode penelitian yang digunakan adalah
eksperimental dengan menggunakan rancangan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lama simpan yang sangat nyata (P<0,01) baik yang
menggunakan pengencer maupun tanpa pengencer terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa
semen segar sapi limousin. Motilitas dengan lama simpan baik yang menggunakan pengencer
maupun tanpa pengencer 12, 9, 6, 3 dan 0 jam menunjukkan nilai yang lebih baik yaitu 70% dari pada
lama simpan 15,18, 21 dan 24 jam yaitu hanya mencapai 25%. Tetapi tidak ada pengaruh (P>0,01)
penggunaan pengencer dan tidak ada interaksi antara lama simpan dan penggunaan pengencer
terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa semen segar sapi limousin. Kesimpulan dari hasil
penelitian ini yaitu motilitas dan viabilitas tertinggi diperoleh pada perlakuan semen segar sapi
o
pejantan limousin pada suhu 25-27 C selama 0 jam baik dengan menggunakan pengencer maupun
tanpa pengencer sebesar 70% dan 93%. Sedangkan terendah diperoleh pada penelitian dengan suhu
o
25-27 C sebesar 20% dan 56,99%. Berdasarkan penelitian ini maka disarankan untuk menggunakan
o
semen segar pada suhu 25-27 C tidak lebih dari 3 jam.

Kata Kunci : Lama Simpan, Kualitas Semen, Semen Segar, Sapi Limousin, Motilitas.
ABSTRACT
The aim of this reseach was to determine the quality of fresh semen of Limousin Cattle in
0
room temperature (25 - 27 C) and different time storage by using extender and without extender . The
study was conducted at the Laboratory of the Faculty of Animal Husbandry Kanjuruhan University of
Malang. Research method was used the experiment method by using Completely Randomized
Design (CRD) Factorial. Replications of each treatment was given as many as 10 samples of fresh
semen of Limousin Cattle. The results show that there was influence of the time storage that is very
significant (P <0.01) using either the extender or without extender on semen motility and sperm
viability of fresh Limousin cattle. Motility with good time storage without using a extender or extender
12, 9, 6, 3 and 0 hours showed a better value than the time storage 15,18,21 and 24 hours. But there
was no effect (P> 0.01) using the diluent and didn’t interaction between the time storage and use
extender on sperm motility and viability of fresh semen of limousin cattle. The conclusion from the
results of this research was the highest motility and viability obtained on treatment with temperatures
o
25-27 C for 0 hours by using a extender of 70% and 93%. While the lowest temperature obtained in
o
studies with 25-27 C at 20% and 56.99%. Based on this research it was advisable to use fresh semen
o
at 25-27 C temperature of not more than 3 hours.
Keywords: Time Storage, Semen Quality, Fresh Semen, Limousine Cattle, Motility.

PENDAHULUAN melakukan pengenceran semen menggunakan


Berhasilnya suatu program kegiatan beberapa bahan pengencer. Menurut Hafez
Inseminasi Buatan (IB) pada ternak tidak (2008), syarat bahan pengencer adalah harus
hanya tergantung pada kualitas dan kuantitas dapat menyediakan nutrisi bagi kebutuhan
semen yang diejakulasikan seekor pejantan, spermatozoa selama penyimpanan, harus
tetapi tergantung juga kepada kesanggupan memungkinkan sperma dapat bergerak secara
untuk mempertahankan kualitas dan progresif, tidak bersifat racun bagi sperma,
memperbanyak volume semen tersebut untuk menjadi penyanggah bagi sperma, dapat
beberapa saat lebih lama setelah ejakulasi melindungi sperma dari kejutan dingin (cold
sehingga lebih banyak betina akseptor yang shock) baik untuk semen beku maupun semen
akan diinseminasi (Kusumawati dan Leondro, yang tidak dibekukan (semen cair).
2015). Usaha untuk mempertahankan kualitas Beberapa masalah pengenceran dan
semen dan memperbanyak hasil sebuah terutama penyimpanan semen sudah dapat
ejakulasi dari jantan unggul adalah dengan diatasi dengan menempuh jalur pembekuan

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Volume 3 Nomor 1 Maret 2018 -1-


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325

semen. Namun untuk kegiatan IB yang Alat yang digunakan dalam penelitian
memanfaatkan semen cair karena ketiadaan tersebut adalah timbangan analitik, water bath,
atau kelangkaan semen beku di daerah yang thermometer, erlenmeyer, kertas saring,
telah memiliki jenis pejantan unggul yang neraca ukur, tissue, magnetik stirer, tabung
sama dengan jantan penghasil semen beku, reaksi, rak tabung reaksi, aluminium foil,
maka pengenceran dan penyimpanan akan mikropipet (Luthan, 2010; Kusumawati,
menjadi masalah. Dilaporkan oleh (Yudi, Wahjuningsih dan Susilawati, 2007; Zenichiro,
Arifiantini, Purwantara dan Yusuf, 2008) bahwa Herliantien dan Sarastina, 2002; Sekosi,
daya tahan simpan semen segar berdasarkan Kusumawati, dan Krisnaningsih, 2016). Bahan
motilitas (M%) dan viabilitas (H%), setelah 3 pengencer meliputi Tris aminomethane
dan 9 jam penyimpanan pada suhu ruang (25 - (Merck), asam sitrat (Merck), laktosa (Merck),
27°C) berturut – turut adalah 48,33 ± 10,52% gliserol (Merck), kuning telur, trihalosa (Merck),
dan 20,00 ± 7,98%. Sedangkan pada suhu penisilin (Meiji), streptomisin, aquadest
o
5 C adalah 41,67± 8,88% dan 12,92 ± 7,22%. (Zenichiro, dkk, 2002), Mikroskop cahaya
Sementara itu, H% dalam waktu simpan yang binokuler, object glass dan cover glass, tissue,
sama adalah 71,49 ± 6,32% dan 50,40 ± 7,3% kertas lakmus, water bath, thermometer,
pada suhu ruang dan 65,82 ± 6,68 % dan gunting, ose, haemocytometer, hand counter
o
41,07± 8,34 % pada suhu 5 C. Perbedaan M% (Luthan, 2010; Kusumawati, dkk, 2007;
dan H%, yang nyata (P<0,05) antara Zenichiro, dkk, 2002). Bahan penelitian
o
penyimpanan pada suhu ruang dan suhu 5 C meliputi pewarna eosin negrosin, semen, NaCl
0
dapat terlihat setelah 3 jam. Semen yang 3%, air hangat suhu 37 C (Isnaini, 2007;
o
disimpan pada suhu 5 C memperlihatkan Zenichiro, dkk, 2002).
penurunan M% dan H% lebih cepat dari pada
semen yang disimpan pada suhu ruang. Metode
Sehingga pada setiap titik pengamatan semen Metode Penelitian yang digunakan
yang di simpan pada suhu ruang menunjukan adalah penelitian laboratories dengan
perbedaan nyata pada M% dan H% yang lebih menggunakan Rancangan Acak Lengkap
tinggi dibandingkan penyimpanan semen pada (RAL) Pola Faktorial (Kusumawati,
o a
suhu 5 C. Krisnaningsih dan Romadlon, 2016 ). Setiap
Berdasarkan latar belakang tersebut perlakuan yaitu semen segar dengan
diatas maka diperlukan penelitian mengenai menggunakan pengencer dan tanpa
kualitas semen segar sapi pejantan pada suhu pengencer serta lama simpan 0, 3, 6, 9, 12, 15,
o
ruang (25 - 27 C) dan lama simpan yang 18, 21, 24 jam diberikan masing-masing 10 kali
berbeda dengan pengencer dan tanpa ulangan.
pengencer.
Masalah dalam penelitian ini adalah Variabel Penelitian
Bagaimana kualitas semen segar sapi
pejantan Limousin pada suhu ruang (25 - Variabel dalam penelitian ini adalah
o
27 C) dan lama simpan yang berbeda dengan motilitas dan viabilitas spermatozoa.
pengencer dan tanpa pengencer.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Analisis Data
mengetahui kualitas semen segar sapi
pejantan Limousin pada suhu ruang (25 - Data yang diperoleh dianalisis
o
27 C) dan lama simpan yang berbeda dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola
pengencer dan tanpa pengencer. Faktorial. Apabila perlakuan memberikan
Manfaat penelitian adalah dapat pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Beda
dijadikan standar untuk penyimpanan semen Nyata Terkecil.
segar sapi pejantan Limousin pada suhu ruang
o
(25 - 27 C) dan lama simpan yang berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hipotesis penelitian adalah terdapat
pengaruh lama simpan yang berbeda dengan Kualitas Semen Segar
pengencer dan tanpa pengencer terhadap Pemeriksaan semen segar sapi
kualitas semen segar sapi pejantan pada pejantan limousin pada penelitian ini meliputi
0
ruang (25-27 C). volume, warna, konsentrasi, motilitas massa,
motilitas individu, persentase hidup dan
MATERI DAN METODE abnormalitas spermatozoa (Tabel 1.).
Materi Kualitas semen segar pada penelitian
ini menunjukkan bahwa semen yang
Materi Penelitian yang digunakan digunakan layak untuk diproses lebih lanjut.
adalah semen segar sapi pejantan Limousin Persentase motilitas spermatozoa semen
yang didapatkan dari Balai Besar Inseminasi segar sapi Limousin yang didapat dari
Buatan (BBIB) Singosari Kabupaten Malang. pemeriksaan mikroskopis adalah 70% dengan
konsentrasi 1333 juta spermatozoa/ml.

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Volume 3 Nomor 1 Maret 2018 -2-


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325

Persentase motilitas dan konsentrasi semen merupakan sumber makanan baginya, antara
segar yang digunakan sudah memenuhi lain yaitu seperti fruktosa, laktosa, rafinosa,
persyaratan untuk proses lebih lanjut, karena asam-asam amino dan vitamin dalam kuning
persentase minimal motilitas dan konsentrasi telur sehingga spermatozoa dapat
yang dihasilkan harus 70% (Kusumawati et. memperoleh sumber energi dalam jumlah yang
al., 2015; Kusumawati, Leondro dan cukup untuk motilitasnya. Dilaporkan oleh
b
Krisnaningsih, 2016 ) dan tidak kurang dari Tambing dkk. (2003) bahwa pengencer tris
500 juta spermatozoa/ml (Zenichiro, dkk, laktosa kuning telur ternyata efektif melindungi
2002). Lebih lanjut Hafez and Hafez (2008) spermatozoa dari kerusakan ultrastruktural,
menyatakan bahwa spermatozoa segar yang biokimia maupun fungsional selama proses
digunakan harus mempunyai persentase kriopreservasi untuk mempertahankan kualitas
motilitas lebih dari 50% dengan konsentrasi spermatozoa.
lebih dari 500 juta spermatozoa/ml. Persentase
motilitas semen segar pada penelitian ini Persentase Motilitas Spermatozoa
tergolong tinggi. Motilitas spermatozoa dievaluasi segera
setelah penampungan. Hal ini bertujuan
Tabel 1. Hasil pemeriksaan semen yang agar energi yang dimiliki spermatozoa
digunakan dalam penelitian tidak cepat habis. Berdasarkan evaluasi
Pemeriksaan Rataan semen segar menggunakan parameter ini
Volume 12,8 ml dapat diketahui bahwa semen dalam
Warna Putih susu penelitian ini mempunyai kualitas yang baik.
pH 6,4 Hal ini ditunjukkan dengan motilitas
Motilitas massa ++ spermatozoa sebesar 70% seperti terlihat
Motilitas Individu (%) 70 pada Tabel 3 , sehingga dapat diproses lebih
Konsentrasi (juta/ml) 1333 lanjut menjadi semen beku.
Viabilitas (%) 93 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
0
Abnormalitas (%) 3 lama simpan pada suhu 25-27 C dengan
menggunakan pengencer memberikan
Menurut Ax, et. al. (2008) bahwa semen motilitas spermatozoa semen segar yang lebih
yang mempunyai persentase motilitas diatas baik pada waktu 0 jam sebesar 70±0%.
70% lebih tahan hidup bila dibandingkan Kemudian terjadi penurunan motilitas
dengan semen yang persentasenya lebih spermatozoa pada lama simpan yang semakin
rendah dari 70%. Pemeriksaan konsentrasi panjang. Motilitas terendah ditunjukan pada
perlu dilakukan karena konsentrasi waktu lama simpan 15 dan 18 jam sebesar
spermatozoa dapat digunakan untuk 20±0% yang tertera pada Tabel 2.
memprediksi fertilitas sapi jantan. Persentase
abnormalitas semen segar sebesar 3% Tabel 2. Persentase Motilitas spermatozoa
0
menunjukkan bahwa semen segar yang pada suhu 25-27 C dengan
digunakan layak untuk proses lebih lanjut menggunakan pengencer dan lama
a
karena menurut Kusumawati, dkk. (2016 ) simpan yang berbeda.
abnormalitas spermatozoa tidak boleh melebihi Lama
20%. Kualitas semen segar yang digunakan simpan(jam) Motilitas(%)
dalam penelitian ini adalah semen yang
mempunyai kualitas baik.
b
0 70±0
b
Kualitas semen segar sapi pejantan pada 3 65±0
0 b
suhu ruang (25 - 27 C) dan lama simpan 6 65±0
b
yang berbeda dengan menggunakan 9 55±0
b
pengencer 12 45±0
a
Semen segar yang digunakan dalam 15 20±0
a
penelitian ini adalah semen segar hasil 18 20±0
a
penampungan dari sapi Limousin yang 21 25±0
a
diperoleh dari Balai Besar Inseminasi Buatan 24 25±0
Singosari Malang. Pemeriksaan semen segar Keterangan: notasi yang berbeda menunjukan
yang dilakukan di Bali Besar Inseminasi adanya perbedaan yang
Buatan Singosari meliputi volume, warna sangat nyata (P<0,01)
semen, pH, konsistensi, konsentrasi dan
motilitas individu.Pemeriksaan terhadap Berdasarkan hasil analisis
semen segar dilakukan untuk melihat menunjukkan bahwa motilitas semen segar
kualitas dari semen tersebut apakah dapat sapi pejantan (limousin) pada suhu
dilakukan proses selanjutnya atau tidak. 0
penyimpanan 25-27 C dan lama simpan yang
Pengencer ini memiliki bahan atau zat berbeda dengan menggunakan pengencer
yang diperlukan oleh spermatozoa yang

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Volume 3 Nomor 1 Maret 2018 -3-


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325
0
menunjukan adanya perbedaan yang sangat lama simpan pada suhu 25-27 C dengan
nyata (P<0,01). menggunakan pengencer memberikan
Pada lama simpan 0, 3, 6, 9, dan 12 viabilitas spermatozoa semen segar yang lebih
jam, motilitas spermatozoa masih dalam baik pada waktu 0 jam sebesar 93±0%.
kisaran normal yaitu sebesar 45-70%, Kemudian terjadi penurunan motilitas
sehingga masih dapat diproses lebih lanjut spermatozoa pada lama simpan yang semakin
untuk semen beku. Sedangkan lama simpan panjang. viabilitas terendah ditunjukan pada
pada waktu 15, 18, 21 dan 24 jam, motilitas waktu lama simpan 15 jam sebesar
a
spermatozoa sudah mengalami penurunan 56,99±3,52 % yang tertera pada Tabel 3.
dibawah normal, dengan demikian tidak dapat
dilakukan pemrosesan lebih lanjut untuk Tabel 3. Persentase viabilitas spermatozoa
0
semen beku. pada suhu 25-27 C dengan
Sesuai dengan hasil penelitian menggunakan pengencer dan lama
Kusumawati dan Leondro (2011) serta simpan yang berbeda
Kusumawati, Krisnaningsih dan Lele (2017) Lama Simpan (jam) Viabilitas(%)
yang menyebutkan bahwa motilitas s em en
s egar mencapai 70%. Standar Nasional
Indonesia (SNI) mensyaratkan bahwa semen 0 93±0
a

yang memenuhi syarat digunakan dalam 3 90±0


a

program Inseminasi Buatan harus memiliki 6 58,709±13,86


a

persentase spermatozoa motil minimum 40% 9 61,459±5,20


a

(Badan Standarisasi Nasional, 2005). 12 59,132±5,04


a

Persentase motilitas tertinggi pada 15 56,99±3,52


a

semen segar sapi Limousin pada suhu 25- 18 60,106±4,97


a
0
27 C pada waktu 0 jam sebesar 70±0%. Dan 21 63,403±6,48
a

terendah pada waktu 15 dan 18 jam yaitu 24 58,114±3,31


a

20±0%. Adanya perbedaan yang sangat nyata Keterangan: notasi yang berbeda
(P<0.01) pada lama simpan spermatozoa yang menunjukan adanya perbedaan
menggunakan pengencer terhadap persentase yang sangat nyata (P<0,01)
motilitas berhubungan dengan persediaan
nutrisi yang dibutuhkan oleh spermatozoa Berdasarkan hasil analisis
untuk memperoleh energi yang digunakan menunjukkan bahwa viabilitas kualitas semen
untuk menunjang pergerakan. segar sapi pejantan (Limousin) pada suhu
Persediaan nutrisi spermatozoa 0
penyimpanan 25-27 C dan lama simpan yang
berasal dari pengencer yang dipakai dalam berbeda dengan menggunakan pengencer
penelitian ini. Semakin lama waktu menunjukan adanya perbedaan yang sangat
penyimpanan, berarti energi yang dibutuhkan nyata (P<0,01). Pada penelitian ternyata
semakin menurun karena nutrisi yang tersedia viabilitas spermatozoa masih dalam kisaran
sudah semakin berkurang. Faktor penyesuaian normal yaitu sebesar 45-70%, sehingga masih
suhu dari suhu tubuh ternak ke suhu ruang 25- dapat diproses lebih lanjut untuk semen beku.
0
27 C dapat juga mempengaruhi pergerakan Sesuai dengan literatur dari (Ax, et.
karena spermatozoa harus mampu al., 2008) yang menyebutkan bahwa
menyesuaikan kondisi fisik dengan lingkungan. viabilitas semen berkisar antara 40-75%.
Teknik pengolahan, termasuk pengencer dan Persentase viabilitas tertinggi pada semen
tingkat pengenceran, dan jenis karbohidrat 0
segar sapi Limousin pada suhu 25-27 C pada
sebagai sumber energi dalam media sekaligus waktu 0 jam sebesar 93±0% dan terendah
sebagai pelindung spermatozoa (anti-cold pada waktu 24 jam yaitu 56,99±3.52%. Adanya
shock) menjadi penting, karena akan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada
mempengaruhi kualitasnya (Ax, et. al., 2008). lama simpan spermatozoa yang menggunakan
pengencer terhadap persentase viabilitas
Persentase viabilitas spermatozoa berhubungan dengan persediaan nutrisi yang
Viabilitas spermatozoa dievaluasi segera dibutuhkan oleh spermatozoa untuk
setelah penampungan. Hal ini d i l a k u k a n memperoleh energi yang digunakan untuk
dengan m ak sud agar energi yang menunjang pergerakan.
dimiliki spermatozoa tidak cepat habis. Persediaan nutrisi spermatozoa
Berdasarkan evaluasi semen segar berasal dari pengencer yang dipakai dalam
menggunakan parameter ini dapat diketahui penelitian ini. Semakin lama waktu
bahwa semen dalam penelitian ini mempunyai penyimpanan, berarti energi yang dibutuhkan
kualitas yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan smakin menurun karena disebabkan nutrisi
Viabilitas spermatozoa sebesar 93±0% yang tersedia sudah semakin berkurang.
seperti terlihat pada Tabel 5, sehingga dapat Faktor penyesuaian suhu dari suhu tubuh
diproses lebih lanjut menjadi semen beku. 0
ternak ke suhu 25-27 C dapat juga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mempengaruhi pergerakan karena

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Volume 3 Nomor 1 Maret 2018 -4-


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325

spermatozoa harus mampu menyesuaikan bahwa motilitas s em en s egar mencapai


kondisi fisik dengan lingkungan. 70%. Standar Nasional Indonesia (SNI)
mensyaratkan bahwa semen yang memenuhi
Kualitas semen segar sapi pejantan pada syarat digunakan dalam program Inseminasi
0
suhu ruang (25 - 27 C) dan lama simpan Buatan harus memiliki persentase
yang berbeda tanpa menggunakan spermatozoa motil minimum 40% (Badan
pengencer Standarisasi Nasional, 2005).
Persentase motilitas tertinggi pada
Persentase Motilitas Spermatozoa semen segar sapi Limousin pada suhu 25-
0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27 C pada waktu 0 jam sebesar 70±0%. Dan
0
lama simpan pada suhu 25-27 C tanpa terendah pada waktu 21 dan 24 jam yaitu
menggunakan pengencer memberikan 20±0%. Adanya perbedaan yang sangat nyata
motilitas spermatozoa semen segar yang lebih (P<0.01) pada lama simpan spermatozoa yang
baik pada waktu 0 jam sebesar 70±0%. tanpa menggunakan pengencer terhadap
Kemudian terjadi penurunan motilitas persentase motilitas berhubungan dengan
spermatozoa pada lama simpan yang semakin persediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh
panjang. Motilitas terendah ditunjukan pada spermatozoa memperoleh energi yang
waktu lama simpan 21 dan 24 jam sebesar digunakan untuk menunjang pergerakan.
20±0% yang tertera pada Tabel 4. Persediaan nutrisi spermatozoa
berasal dari seminal plasma saja tanpa
Tabel 4. Persentase Motilitas Spermatozoa tambahan nutrisi dari medium lainnya.
0
pada suhu 25-27 C tanpa Semakin lama waktu penyimpanan, berarti
menggunakan pengencer dan lama energi yang dibutuhkan semakin menurun
simpan yang berbeda karena disebabkan nutrisi yang tersedia sudah
semakin berkurang. Faktor penyesuaian suhu
0
Lama dari suhu tubuh ternak ke suhu ruang 25-27 C
Motilitas(%)
simpan(jam) dapat juga mempengaruhi pergerakan karena
spermatozoa harus mampu menyesuaikan
kondisi fisik dengan lingkungan. Dengan
0 70±0
b demikian terdapat pengaruh lama waktu
3 65±0
b simpan terhadap motilitas spermatozoa.
6 60±0
b Teknik pengolahan, termasuk
9 55±0
b pengencer dan tingkat pengenceran, dan jenis
12 50±0
b karbohidrat sebagai karbohidrat sebagai
15 25±0
a sumber energi dalam media sekaligus sebagai
18 25±0
a pelindung spermatozoa (anti-cold shock)
21 20±0
a menjadi penting, karena akan mempengaruhi
24 20±0
a kualitasnya (Hafez, 2008). Menurut hasil
Keterangan: notasi yang berbeda menunjukan penelitian Yudi dkk. (2008) bahwa karakteristik
adanya perbedaan yang sangat semen segar masih cukup baik dengan
nyata (P<0.01) notilitas pada 3 dan 12 jam setelah
penyimpanan pada suhu ruang adalah 48,33%
Berdasarkan hasil analisis dan 10,42%.
menunjukkan bahwa motilitas kualitas semen
segar sapi pejantan (limousin) pada suhu Persentase viabilitas spermatozoa
0
penyimpanan 25-27 C dan lama simpan yang Berdasarkan evaluasi semen segar
berbeda tanpa menggunakan pengencer menggunakan parameter ini dapat
menunjukan adanya perbedaan yang sangat diketahui bahwa semen dalam penelitian ini
nyata (P<0.01). mempunyai kualitas yang baik. Hal ini
Pada lama simpan 0, 3, 6, 9, dan 12 ditunjukkan dengan viabilitas spermatozoa
jam, motilitas spermatozoa masih dalam sebesar 93% seperti terlihat pada Tabel 5.,
kisaran normal yaitu sebesar 50-70%, sehingga dapat diproses lebih lanjut menjadi
sehingga masih dapat diproses lebih lanjut semen beku.
untuk semen beku. Sedangkan lama simpan Viabilitas spermatozoa dievaluasi segera
pada waktu 15, 18, 21 dan 24 jam, motilitas setelah penampungan. Hal ini d i l a k u k a n
spermatozoa sudah mengalami penurunan dengan m ak sud agar energi yang
kualitas dibawah normal, dengan demikian dimiliki spermatozoa tidak cepat habis.
tidak dapat dilakukan pemrosesan lebih lanjut Berdasarkan evaluasi semen segar
untuk semen beku. menggunakan parameter ini dapat diketahui
Sesuai dengan hasil penelitian bahwa semen dalam penelitian ini mempunyai
Kusumawati dan Leondro (2011) serta kualitas yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan
Kusumawati dkk. (2017) yang menyebutkan Viabilitas spermatozoa sebesar 93±0%
seperti terlihat pada Tabel 5, sehingga dapat

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Volume 3 Nomor 1 Maret 2018 -5-


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325

diproses lebih lanjut menjadi semen beku.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas semen segar sapi pejantan pada
0 0
lama simpan pada suhu 25-27 C dengan suhu ruang (25 - 27 C) dan lama simpan
menggunakan pengencer memberikan yang berbeda dengan menggunakan
viabilitas spermatozoa semen segar yang lebih pengencer dan tanpa pengencer
baik pada waktu 0 jam sebesar 93±0%.
Kemudian terjadi penurunan viabilitas Persentase Motilitas Spermatozoa
spermatozoa pada lama simpan yang semakin Hasil analisis data menunjukkan
panjang. Viabilitas terendah ditunjukan pada bahwa lama simpan pada suhu ruang yang
waktu lama simpan 15 jam sebesar menggunakan pengencer memberikan
57.116±5.06% yang tertera pada Tabel 5. motilitas spermatozoa semen segar yang lebih
baik dari pada yang tanpa menggunakan
Tabel 5. Persentase Viabilitas Spermatozoa pengencer dimana seperti pada Tabel 6.
0
pada suhu 25-27 C tanpa bahwa sampai jam ke 24 spermatozoa yang
menggunakan pengencer dan lama menggunakan pengencer masih mencapai
simpan yang berbeda 25% sedangkan yang tanpa menggunakan
Lama Simpan pengencer pada jam ke 24 mengalami
Viabilitas (%) penurunan menjadi 20%. Rendahnya
(jam)
persentase motilitas spermatozoa diduga
disebabkan pada lama simpan spermatozoa
0 93±0
a yang tanpa menggunakan pengencer terhadap
3 90±0
a persentase motilitas berhubungan dengan
6 67,055±8,57
a persediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh
9 63,622±8,26
a spermatozoa memperoleh energi yang
12 60,75±6,73
a digunakan untuk menunjang pergerakan.
15 57,116±5,06
a Persediaan nutrisi spermatozoa
18 59,463±5,39
a berasal dari seminal plasma saja tanpa
21 57,626±4,78
a tambahan nutrisi dari medium lainnya.
24 58,126±3,60
a Semakin lama waktu penyimpanan, berarti
Keterangan: notasi yang berbeda menunjukan energi yang dibutuhkan semakin menurun
adanya perbedaan yang sangat karena disebabkan nutrisi yang tersedia sudah
nyata (P<0.01) semakin berkurang. Faktor penyesuaian suhu
0
dari suhu tubuh ternak ke suhu ruang 25-27 C
Berdasarkan hasil analisis dapat juga mempengaruhi pergerakan karena
menunjukkan bahwa motilitas kualitas semen spermatozoa harus mampu menyesuaikan
segar sapi pejantan (limousin) pada suhu kondisi fisik dengan lingkungan. Rata-rata nilai
0
penyimpanan 25-27 C dan lama simpan yang persentase motilitas spermatozoa terdapat
berbeda dengan menggunakan pengencer pada Tabel 6.
menunjukan adanya perbedaan yang sangat
nyata (P<0,01).
Persentase viabilitas tertinggi pada
semen segar sapi Limousin pada suhu 25-
0
27 C pada waktu 0 jam sebesar 93±0% dan
terendah pada waktu 24 jam yaitu
57.116±5.06%. Adanya perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01) pada lama simpan
spermatozoa tanpa menggunakan pengencer
terhadap persentase viabilitas berhubungan
dengan persediaan nutrisi yang dibutuhkan
oleh spermatozoa untuk memperoleh energi
yang digunakan untuk menunjang pergerakan.
Persediaan nutrisi spermatozoa
berasal dari pengencer yang dipakai dalam
penelitian ini. Semakin lama waktu
penyimpanan, berarti energi yang dibutuhkan
smakin menurun karena disebabkan nutrisi
yang tersedia sudah semakin berkurang.
Faktor penyesuaian suhu dari suhu tubuh
0
ternak ke suhu 25-27 C dapat juga
mempengaruhi pergerakan karena
spermatozoa harus mampu menyesuaikan
kondisi fisik dengan lingkungan.

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Volume 3 Nomor 1 Maret 2018 -6-


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325

Tabel 6. Persentase Motilitas Spermatozoa Tabel 7. Persentase viabilitas Spermatozoa


pada lama simpan yang berbeda pada lama simpan yang berbeda
dengan menggunakan pengencer dengan menggunakan pengencer
dan tanpa pengencer dan tanpa pengencer

Rata-rata Perlakuan Lama waktu Rata-rata


Lama waktu
Perlakuan motilitas (jam) viabilitas
(jam)
(%) (%)

0 70±0 0 93±0
3 65±0 3 90±0
Dengan Dengan 6 58,709±13,86
6 65±0
pengencer pengencer 9 61,459±5,20
9 55±0
12 45±0 12 59,132±5,04
15 20±0 15 56,99±3,52
18 20±0 18 60,106±4,97
21 25±0 21 63,403±6,48
24 25±0 24 58,114±3,31

0 93±0
0 70±0 3 90±0
Tanpa 3 65±0
pengencer Tanpa 6 67,055±8,57
6 60±0 pengencer 9 63,622±8,26
9 55±0 12 60,75±6,73
12 50±0 15 57,116±5,06
15 25±0 18 59,463±5,39
18 25±0 21 57,626±4,78
21 20±0 24 58,126±3,60
24 20±0
Persentase viabilitas spermatozoa
Persentase viabilitas spermatozoa tertinggi pada semen segar sapi pejantan
Hasil analisis data menunjukkan Limousin yang diteliti pada suhu 25-27 C
o
bahwa lama simpan pada suhu ruang yang sebesar 93%. Hal ini kemungkinan disebabkan
menggunakan pengencer dan tanpa pada waktu tersebut spermatozoa telah
pengencer memberikan viabilitas mencapai kondisi yang optimum. Persentase
spermatozoa semen segar yang lebih baik viabilitas spermatozoa terendah pada semen
(P<0,01) pada waktu 0 jam. Rata-rata nilai segar sapi limousin yang diteliti pada suhu 25-
persentase viabilitas spermatozoa terdapat o
27 C yang menggunakan pengencer sebesar
pada Tabel 7. 56,99% sedangkan yang tanpa pengencer
sebesar 57,116%. Rendahnya persentase
viabilitas spermatozoa diduga disebabkan
karena pada waktu tersebut banyak
spermatozoa yang mati. Hal tersebut
berhubungan dengan persediaan nutrisi yang
dibutuhkan oleh spermatozoa untuk
memperoleh energi yang digunakan untuk
menunjang pergerakan.
Persediaan nutrisi spermatozoa
berasal dari pengencer yang dipakai dalam
penelitian ini. Semakin lama waktu
penyimpanan, berarti energi yang dibutuhkan
smakin menurun karena disebabkan nutrisi
yang tersedia sudah semakin berkurang.
Faktor penyesuaian suhu dari suhu tubuh
0
ternak ke suhu 25-27 C dapat juga
mempengaruhi pergerakan karena
spermatozoa harus mampu menyesuaikan
kondisi fisik dengan lingkungan. Dari hasil
analisis statistik menunjukan bahwa tidak

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Volume 3 Nomor 1 Maret 2018 -7-


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325

terdapat interaksi antara penggunaan Sapi Pejantan pada Penyimpanan dan


pengencer dengan lama simpan. Lama Simpan yang Berbeda. Jurnal
Veteriner, 15(1), 433-439.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kusumawati, E. D., & Leondro, H. 2015. The
0
Kesimpulan Quality of Fresh Semen of Bulls at 5 C
0
Dari hasil penelitian menunjukan and 24 C With or Without Diluent. In
bahwa kualitas semen segar terbaik pada Proceeding International Seminar
0
suhu ruang (25-27 C) dengan lama simpan 0 Improving Tropical Animal Production
jam baik dengan pengencer maupun tanpa for Food Security. 1(1): 122-126.
pengencer dengan hasil motilitas 70% dan
viabilitas 93%. Kusumawati, E. D., Leondro, H., Susilawati, T.,
& Isnaini, N. (2015). Spermatozoa
Saran Viability of Filial Ettawa Goat After
Berdasarkan penelitian ini maka Sexing Process. In Proceeding
disarankan menggunakan semen segar pada International Seminar Improving Tropical
o
suhu 25-27 C tidak lebih dari 3 jam. Selain itu Animal Production for Food
tidak disarankan untuk pemakaian semen Security.1(1): 127-130.
segar lebih dari 15 jam karena kualitasnya
sudah menurun. Untuk penelitian selanjutnya Kusumawati, E. D., Krisnaningsih, A. T. N., &
a
perlu dilakukan tentang pengamatan kualitas Romadlon, R. R. 2016 . Kualitas
spermatozoa lebih dari 24 jam. Spermatozoa Semen Beku Sapi
Simental dengan Suhu dan Lama
DAFTAR PUSTAKA Thawing yang Berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan, 26(3), 38-41. DOI:
Ax, R.L., M.R. Dally, B.A. Didion, R.W. Lenz, http://dx.doi.org/10.21776/ub.jiip.2016.0
C.C. Love. D.D. Varner, B. Hafez and 26.03.06
M.E. Bellin. 2008. Artifical Insemination.
In: Reproduction In Farm Animals. E.S.E Kusumawati, E. D., Leondro, H., Krisnaningsih,
Hafez and B. Hafez. (Edit). ed. A. T. N., Susilawati, T., Isnaini, N., &
b
Blackwell Publishing. Australia: 365-375. Widhad, R. 2016 . Pengaruh Suhu dan
Lama Simpan Semen Segar terhadap
Badan Standarisasi Nasional. 2005. Semen Motilitas dan Abnormalitas Spermatozoa
Beku Sapi. BSN. Kambing Peranakan Etawa (PE). In
Seminar Nasional Hasil Penelitian. p
Hafez, E.S.E. 2008. Preservation and (pp. 199-208).
Cryopreservation of Gamet and
Embryos. Reproduction in Farm Animal Kusumawati, E. D., Krisnaningsih, A. T. N., &
ed by E.S.E. Hafez 7th Edition. Lele, Y. U. 2017. Motilitas Dan Viabilitas
Blackwell Publishing Professional USA. Spermatozoa Semen Sexing
pp. 431-442. Menggunakan Metode Sedimentasi
Putih Telur dengan Pengencer yang
Hafez, ESE and B. Hafez. 2008. X and Y Berbeda. Prosiding Seminar Nasional
Chromosome-Bearing Spermatozoa in Hasil Penelitian. Universitas Kanjuruhan
Animal Reproduction in Farm Animal ed Malang. 5(1): 171-177.
by ESE Hafez and B Hafez 7th edition
Blackwell Publishing. pp: 390-394. Luthan, F. 2010. Pedoman Teknis Alat Mesin
dan ULIB. Direktorat Budidaya Ternak
Isnaini, N. 2007. Motilitas Individu Ruminansia. Kementrian Pertanian.
Spermatozoa Kambing Boar Pada Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta
Berbagai Kadar Gliserol Dalam Selatan.
Pengencer Dasar Tris Setelah http://ditjennak.go.id/regulasi%5CPEDNI
Pembekuan. Jurnal Tropika Vol. 8 No. 1 S%20ALSIN%20ULIB.pdf. Tanggal
Juni 2007: 59-66. Acces: 12 Oktober 2011.

Kusumawati, E.D, S. Wahjuningsih, T. Philipus Pati Pelang Sekosi, Enike Dwi


Susilawati. 2007. Pengaruh Pengencer Kusumawati, Aju Tjatur Nugroho
yang Berbeda terhadap Kualitas Semen Krisnaningsih. 2016. Motilitas dan
Sexing pada Sapi Limousin. Jurnal Viabilitas Semen Segar Kambing
Tropika Vol. 8 No. 1 Juni 2007: 43-51. Peranakan Etawa (PE) dengan
Menggunakan Pengencer Cauda
Kusumawati, E. D., Leondro, H., & Malang, F. Epididymal Plasma (Cep-2) pada Lama
P. U. K. 2011. Kualitas Semen Segar

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Volume 3 Nomor 1 Maret 2018 -8-


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325

Dan Suhu Simpan yang Berbeda. Jurnal


Sains Peternakan. 4(1): 34-49.

Tambing, S.N., Mozes R. Toelihere, Tuty L.


Yusuf, Bambang Purwantara, I Ketut
Sutama, Polmer Z. Situmorang . 2003.
Kualitas Semen Beku Kambing Saanen
Pada Berbagai Jenis Pengencer
Semen. Jurnal Hayati. Vol. 10 No. 4;
146-150.

Yudi, I. Arifiantini, B. Purwantara dan T.L.


Yusuf. 2008. Daya Tahan Semen Segar
dan Kualitas semen Cair Kuda dengan
Konsentrasi Spermatozoa Berbeda
dalam pengencer Dimitropoulos yang
Dimodifikasi. JITV 13 (1): 35-42.

Zenichiro, K., Herliantien dan Sarastina. 2002.


Teknologi Prosesing Semen Beku pada
Sapi. Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari. Malang

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Volume 3 Nomor 1 Maret 2018 -9-

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai