Anda di halaman 1dari 9

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING BOER


DALAM PENGENCER TRIS KUNING TELUR YANG
DISIMPAN PADA TEMPERATUR BERBEDA
(Survive ability of Boer Spermatozoa in Egg Yolk Tris Diluent Stored on
Different Temperatures)
Fitra Aji Pamungkas, Anwar

Loka Penelitian Kambing Potong


PO Box 1 Sei Putih, Galang 20585 Sumatera Utara

ABSTRACT

The experiment was conducted to evaluate the survival of boer goat spermatozoa stored at room
temperature and 35°C in Tris egg yolk extender. The semen was collected using artificial vagina from three
male Boer goats, 2 years old with body weight of 50-55 kg. The semen was than evaluated microscopically
after diluted with Tris egg yolk extender, with a concentration of 200 x 106 /ml, and then stored at room
temperature and 35°C. The sperm motility, viability and membrane integrity were evaluated every 1.5 hours.
Result of the experiment showed that the initial quality of Boer goat spermatozoa diluted with Tris egg yolk
extender obtained percentage motility 79.09±3.75%, viable sperm was 91.70±4.41 with membrane integrity
75.13±4.34%. After 6 hours of storage, the percentage of sperm motility of liquid semen stored at room
temperature (61.62±8.52%) were higher (P<0.05) compare to stored at 35°C (17.00±6.08%). The percentage
of sperm viability and membrane integrity showed the same pattern. It is concluded that Boer goat
spermatozoa in Tris egg yolk extender and stored at room temperature up to 6 hours of storage time is better
than 35°C.
Key Words: Chilled Semen, Goats, Boer, Room Temperature

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji daya tahan hidup spermatozoa kambing Boer dalam pengencer Tris
kuning telur yang disimpan pada suhu ruang dan 35°C. Ternak yang digunakan adalah tiga ekor kambing
pejantan Boer berumur 2 tahun dengan bobot hidup 50-55 kg. Penampungan semen menggunakan vagina
buatan, semen yang diperoleh dievaluasi secara mikroskopis selanjutnya diencerkan dengan Tris kuning telur
hingga konsentrasi 200x106 ml-1, lalu disimpan pada suhu ruang dan 35oC. Pengamatan semen cair dilakukan
terhadap persentase motilitas, viabilitas dan integritas membran spermatozoa setiap 1,5 jam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kualitas awal spermatozoa kambing Boer dalam pengencer Tris kuning telur diperoleh
persentase motilitas 79,09±3,75%, viabilitas spermatozoa 91,70±4,41% dengan integritas membran
75,13±4,34%. Setelah 6 jam penyimpanan, semen cair yang disimpan pada suhu ruang (61,62±8,52%)
menunjukkan persentase motilitas yang lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan disimpan pada suhu 35°C
(17,00±6,08%), demikian juga dengan viabilitas dan integritas membran spermatozoa. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah spermatozoa kambing Boer dalam pengencer Tris kuning telur yang disimpan pada suhu
ruang selama 6 jam lebih baik dibandingkan dengan disimpan pada suhu 35°C.
Kata Kunci: Semen Cair, Kambing Boer, Suhu Ruang

PENDAHULUAN apabila menggunakan semen beku. Berbagai


hasil penelitian menunjukkan bahwa angka
Penerapan teknologi Inseminasi Buatan kebuntingan pada kambing yang diperoleh
(IB) pada kambing hingga saat ini masih belum dengan menggunakan semen beku bervariasi
sesuai dengan yang diharapkan, ditandai dari 30-70% (Salvador et al. 2005; Dorado et
dengan angka kebuntingan rendah terutama al. 2007). Selain itu, permasalahan dalam

331
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

penanganan semen beku yang sering dijumpai suhu ruang dan 35°C di dalam pengencer Tris
di lapangan adalah keterbatasan kontainer, kuning telur.
kesulitan dan keterlambatan dalam memperoleh
nitrogen cair, serta mahalnya harga nitrogen
cair (Situmorang 2003). MATERI DAN METODE
Keuntungan utama menggunakan semen
cair yaitu proses preservasi dan distribusi yang Penelitian dilakukan di Laboratorium
mudah dan murah karena tidak ada peralatan Reproduksi Loka Penelitian Kambing Potong
khusus yang diperlukan (Verstegen et al. 2005; Sei Putih, Sumatera Utara. Materi ternak untuk
Shahiduzzaman dan Linde-Forsberg 2007). penelitian adalah kambing pejantan Boer
Penggunaan pengencer Tris pada semen cair berjumlah 3 ekor yang berumur antara 2-3
karena keunggulan dalam mempertahankan: tahun dengan bobot badan berkisar antara 50-
perubahan pH, tekanan osmotik, keseimbangan 55 kg. Kambing ditempatkan dalam kandang
elektrolit dan osmolaritas (Yoshida 2000). individu yang dilengkapi dengan tempat pakan
Penggunaan kuning telur umumnya digunakan dan minum. Pemberian sumber bahan makanan
sebagai agen yang efektif untuk melindungi dalam bentuk konsentrat dan hijauan pakan
membran plasma dan akrosom spermatozoa ternak. Pemberian konsentrat berkisar antara
dari efek kejutan dingin karena kandungan 400-500 gram per ekor per hari dilakukan pada
fosfolipid, low density lipoproteins dan waktu pagi hari, sedangkan hijauan pakan
kandungan kolesterolnya (Aboagla dan Terada berupa rumput dengan jumlah pemberian
2004; Amirat et al. 2004). berkisar antara 3-4 kg segar per ekor per hari
Aplikasi penggunaan semen cair dibatasi diberikan pada waktu siang dan sore hari.
oleh longivitas atau daya tahan hidup Pemberian air minum secara ad libitum.
spermatozoa. Longivitas atau daya tahan hidup
adalah kemampuan spermatozoa bertahan Koleksi semen
dalam temperatur tertentu (Arifiantini et al.
2005). Menurut Birkhead et al. (2009), Penampungan semen menggunakan vagina
longivitas merupakan respon adaptasi buatan dengan inner liner pada bagian
spermatozoa yang ditentukan dengan dalamnya untuk selanjutnya diberi air bersuhu
mengetahui kapan metabolisme spermatozoa 40-42°C dan udara melalui katup, diberi
kembali aktif menggunakan sumber energinya. pelumas dengan kedalaman tidak lebih dari 3
Balai Inseminasi Buatan Lembang melakukan cm sehingga vagina buatan menyerupai kondisi
uji longivitas spermatozoa pada suhu 35-37°C, sebenarnya, kemudian pada salah satu bagian
dimana selama 4 jam masih harus memiliki ujung vagina buatan dipasang tabung
motilitas spermatozoa sebanyak 10% untuk penampung spermatozoa. Semen ditampung
bisa didistribusikan semen bekunya ke secara reguler dengan interval 1 minggu sekali
peternak. Daya tahan hidup spermatozoa dari dan 1 ejakulat per setiap periode penampungan.
semen beku sapi FH dengan berbagai bahan
pengencer dapat bertahan sampai dengan 9 jam Pengolahan dan preservasi semen
(Arifiantini 2005). Daya tahan hidup
spermatozoa dari semen cair yang disimpan Semen segar hasil penampungan dibawa ke
pada suhu 5oC pada sapi Simmental (Said et al. laboratorium, lalu diencerkan menggunakan
2005), sapi Friesian Holstein (Kusumaningrum bahan pengencer Tris kuning telur dengan
et al. 2004) dan kambing Peranakan Ettawah komposisi yaitu 2,96 g Tris aminomethane,
(Rizal et al. 2008) dapat dipertahankan selama 1,65 g asam sitrat, 2,16 g laktosa, 6 ml gliserol,
3 hari. Sedangkan penggunaan semen cair yang 1.000 IU/ml penisilin, 1.000 µg/ml streptomisin,
disimpan pada suhu ruang masih membutuhkan 20 ml kuning telur dan aquabidest ad 100 ml
penelitian yang panjang mengingat daya hidup (Kostaman et al. 2000). Konsentrasi
dan waktu simpan yang didapat masih rendah. spermatozoa dalam bahan pengencer adalah
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini 200 x 106 ml-1. Penyimpanan semen cair
adalah untuk mengetahui daya tahan hidup dilakukan pada suhu ruangan dan di water bath
semen cair kambing Boer yang disimpan pada bersuhu 35°C. Pengamatan semen cair
dilakukan setiap 1,5 jam dengan parameter

332
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

yang diamati adalah persentase motilitas, dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar.
integritas membran dan viabilitas spermatozoa. Untuk keperluan pengamatan, diteteskan 10 μl
sampel semen pada gelas objek yang ditutup
Evaluasi semen dengan gelas penutup dan evaluasi dilakukan
di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x.
Evaluasi dilakukan secara mikroskopis Perhitungan dilakukan pada lima lapang
(motilitas, viabilitas dan integritas membran). pandang secara acak terhadap spermatozoa
Penilaian persentase motilitas spermatozoa yang mempunyai ekor melingkar (membran
ditentukan dengan cara menempatkan satu plasma utuh) maupun yang mempunyai ekor
tetes semen yang telah diencerkan dengan lurus (membran plasma tidak utuh). Jumlah
larutan 0,9% NaCl pada gelas objek dan ditutup total spermatozoa yang dihitung adalah 200
dengan gelas penutup. Pengamatan terhadap spermatozoa.
spermatozoa yang bergerak progresif dilakukan
secara subjektif pada enam lapang pandang Analisis data
yang berbeda di bawah mikroskop dengan
pembesaran 400x. Penilaian yang diberikan Data dianalisis menggunakan rancangan
mulai nol persen (tidak ada spermatozoa yang acak lengkap dengan dua perlakuan, dengan
bergerak ke depan) sampai 100 persen (semua jumlah ternak 3 ekor dan masing-masing
spermatozoa bergerak ke depan). diulang sebanyak lima kali. Apabila terdapat
Penentuan persentase viabilitas dari perbedaan antar perlakukan dilanjutkan dengan
spermatozoa dilakukan dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
metode pewarnaan eosin-negrosin dengan menurut Steel dan Torrie (1993). Data diolah
komposisi pewarna eosin-negrosin untuk 300 menggunakan program SPSS versi 19.
ml air mili-Q terdiri dari 3,3 g eosin yellow
(Wako Pure chemical Industries, 058-00062),
20 g nigrosin (Sigma-Aldrich 198285) dan 1,5 HASIL DAN PEMBAHASAN
g sodium sitrat, menurut prosedur Barth dan
Oko (1989). Sebanyak 10 μl sampel semen dan Karakteristik spermatozoa kambing boer
40 μl eosin-negrosin dicampur di atas gelas dalam pengencer tris kuning telur
obyek kemudian dibuat preparat ulas dan
dikeringkan menggunakan bunsen selama 15 Karakteristik spermatozoa kambing Boer
detik sebelum dilakukan pengamatan di bawah setelah penambahan pengencer Tris kuning
mikroskop dengan pembesaran 400x. telur menunjukkan kualitas baik dengan
Spermatozoa yang dikategorikan hidup adalah persentase motilitas, viabilitas dan integritas
spermatozoa yang tidak menyerap zat warna membran spermatozoa seperti pada Tabel 1.
sehingga pada bagian kepala spermatozoa tidak Hasil ini menunjukkan bahwa motilitas
terwarnai (putih), sedangkan spermatozoa yang spermatozoa yang progresif sebesar
dikategorikan mati adalah spermatozoa yang 79,09±3,75%. Nilai ini tidak jauh berbeda
menyerap zat warna sehingga pada bagian dengan yang dilaporkan oleh Naing et al.
kepalanya akan berwarna merah. Persentase (2010) pada kambing Boer dengan persentase
viabilitas spermatozoa ditentukan berdasarkan motilitas spermatozoa 73,8±1,9%. Hal yang
perbandingan antara jumlah spermatozoa hidup kurang lebih sama juga dilaporkan
dengan jumlah total spermatozoa. Jumlah total Kusumaningrum et al. (2004) bahwa
spermatozoa yang dihitung adalah 200 persentase motilitas spermatozoa sapi FH
spermatozoa. setelah penambahan kuning telur sebesar
Penilaian persentase integritas membran 75,00±5,34%. Tambing et al. (2003)
spermatozoa diperiksa menggunakan melaporkan bahwa persentase motilitas
Hypoosmotic Swelling Test (HOS-Test) dengan spermatozoa kambing Peranakan Ettawah
komposisi larutan HOS untuk 10 ml air mili-Q sebesar 71,67±2,58%. Begitu pula Said et al.
ditambah dengan 0,135 g fruktosa (Merck, (2005) melaporkan persentase motilitas
Germany) dan 0,0735 g trisodium citrate spermatozoa sapi Simmental setelah
2H2O. Sampel semen sebanyak 20 µl penambahan kuning telur sebesar 76,25%.
diencerkan dengan 80 µl larutan HOS dan

333
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

Tabel 1. Kualitas awal spermatozoa kambing Boer kuning telur yang didalamnya terdapat lesitin
dalam pengencer Tris kuning telur dapat mempertahankan motilitas spermatozoa
karena kandungan phosphatidylcholine
Karakteristik semen Rataan±SD (%)
(Kikuchi et al. 1998). Kandungan phovitin,
Motilitas 79,09±3,75 ceruloplasmin, ovalbumin dan ovotransferrin
Viabilitas 91,70±4,41 yang terdapat pada kuning telur dapat
Integritas membran 75,13±4,34 menghilangkan ion logam bebas yang dapat
mengkatalisis produksi Reactive Oxygen
Persentase viabilitas dan integritas Species (ROS). Begitu pula protein yang mirip
membran spermatozoa setelah penambahan dengan ekstraselular superoksida dismutase
pengencer Tris kuning telur pada penelitian ini dan plasma glutathione peroksidase pada
berturut-turut sebesar 91,70±4,41% dan 75,13 kuning telur dapat berkontribusi dalam
±4,34%. Hasil yang diperoleh pada penelitian meningkatkan kapasitas antioksidan (Mann
ini menunjukkan persentase motilitas, dan Mann 2008).
viabilitas dan integritas membran spermatozoa Selain itu, keberadaan seminal plasma
masih cukup tinggi. Penggunaan pengencer merupakan media isotonis mengandung sumber
Tris kuning telur dengan kandungan Tris dan energi yang langsung dapat dipergunakan oleh
kuning telur diduga dapat melindungi spermatozoa seperti fruktosa dan sorbitol
spermatozoa selama proses penyimpanan. (Hafez 2000). Menurut Hammerstedt (1993),
Penggunaan pengencer tris pada semen cair spermatozoa hanya dapat hidup tergantung
karena keunggulan dalam mempertahankan: pada seminal plasma sebagai sumber energi
perubahan pH, tekanan osmotik, keseimbangan dan tidak dapat mensintesa sendiri energi yang
elektrolit dan osmolaritas (Salamon dan diperlukan untuk proses metabolisme maupun
Maxwell 2000; Yoshida 2000). Begitu pula memperbaiki kerusakan sel.

90
80
70
60
% Motilitas

50
40 Suhu ruang
30 Suhu 35°C
20
10
0
1,5 3 4,5 6
Lama penyimpanan (jam)

(*)
Menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada persentase motilitas spermatozoa di antara suhu
penyimpanan
Gambar 1. Persentase motilitas spermatozoa kambing Boer selama penyimpanan. Dalam setiap lamanya
penyimpanan, bar dengan huruf yang berbeda (a,b; x,y,z) menunjukkan perbedaan yang nyata
untuk spermatozoa yang disimpan pada suhu ruang dan suhu 35°C (P<0,05)

334
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

Karakteristik spermatozoa kambing boer Persentase viabilitas dan integritas


selama proses penyimpanan pada membran spermatozoa kambing Boer dalam
temperatur berbeda pengencer Tris kuning telur yang di simpan
pada temperatur yang berbeda menunjukkan
Preservasi semen cair umumnya dilakukan pola yang sama dengan persentase motilitas
pada suhu 3-5°C. Pada kondisi tidak terdapat spermatozoa. Hasil penelitian menunjukkan
lemari es, maka tidak ada pilihan lain selain bahwa persentase viabilitas spermatozoa
menyimpan semen cair pada suhu ruang. Suhu kambing Boer yang disimpan pada suhu ruang
ruang di daerah tropis berbeda dengan di menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,01)
daerah sub tropis. Di daerah sub tropis suhu dengan suhu 35°C pada lama penyimpanan
ruang umumnya adalah 20°C. Suhu ruang 1,5-6 jam, begitu pula pada persentase
ditempat penelitian ini berkisar antara 27°C integritas membran spermatozoa. Penurunan
(pagi hari) sampai dengan 30°C (sore hari). persentase viabilitas dan integritas membran
Persentase motilitas merupakan gambaran spermatozoa pada suhu 35°C lebih cepat
dari aktifitas spermatozoa yang progresif dan dibandingkan dengan suhu ruang, hal ini
berkorelasi sangat erat dengan fertilitas. Hasil dikarenakan metabolisme spermatozoa berjalan
penelitian menunjukkan bahwa persentase hampir optimal dibandingkan dengan suhu
motilitas spermatozoa kambing Boer yang ruang. Pada suhu ruang, menurut Vishwanath
disimpan pada suhu ruang menunjukkan dan Shannon (2000) spermatozoa mempunyai
perbedaan yang nyata (P<0,01) dengan suhu daya tahan hidup yang sangat pendek, apalagi
35°C pada lama penyimpanan 1,5-6 jam. jika spermatozoa disimpan melebihi suhu
Penurunan persentase spermatozoa motil pada ruang.
suhu 35°C lebih cepat dibandingkan dengan Selama proses metabolisme spermatozoa
suhu ruang. Hal ini dapat dipahami mengingat akan dihasilkan radikal bebas dinamakan
pada suhu 35°C metabolisme berlangsung reactive oxygen species (ROS) yang dapat
hampir optimal, sehingga fruktosa ataupun merusak ikatan rangkap pada asam lemak
glukosa sebagai sumber energi bagi pergerakan sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada
spermatozoa cepat habis dan menghasilkan DNA dan protein (Best 2006). Hal ini selain
hasil sampingan berupa asam laktat yang dapat disebabkan sumber nutrisi yang cepat habis
menurunkan pH bahan pengencer (Nalley dan dihasilkannya ROS, penyebab lain adalah
2007). enzim aromatic amino acid aminase (AAAO)
Penyimpanan dalam jangka waktu lama yang dilepaskan dari membran plasma
menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa yang mati. Semakin tinggi suhu
spermatozoa akibat adanya asam laktat sisa dan semakin lama penyimpanan spermatozoa,
metabolisme sel yang menyebabkan kondisi jumlah enzim ini akan meningkat. Substrat
medium menjadi semakin asam karena energi yang menurun, penimbunan asam laktat,
penurunan pH dan kondisi ini dapat bersifat ROS dan dilepaskannya enzim AAAO oleh
membran spermatozoa yang mati,
racun terhadap sepermatozoa yang akhirnya
menyebabkan spermatozoa hanya bertahan
menyebabkan kematian spermatozoa (Sugiarti
selama 24 jam saja (Nalley 2007). Hal ini
et al. 2004). Apabila sumber cadangan energi
terjadi karena adanya sisa metabolisme
lain telah habis, spermatozoa akan
spermatozoa yang bersifat asam dan
menggunakan cadangan energi yang terdapat
mengakibatkan pH menjadi turun, dan inilah
dalam plasmalogen yang diuraikan terlebih
yang menjadi toksik bagi spermatozoa.
dahulu oleh O2 dan asam lemak yang Situmorang et al. (2001) menyatakan
dibebaskan akan di oksidasi menjadi CO 2 bahwa keasaman akan mempengaruhi struktur
(Hafez 2000). Menurut Gazali dan Tambing kimia kuning telur dan kemungkinan besar
(2002), peroksida lipid berperan utama dalam protein maupun lipid protein akan
proses penuaan, memperpendek daya hidup terdenaturasi, sehingga tidak efektif lagi
spermatozoa, menginduksi perubahan struktur berfungsi sebagai bahan yang dapat
terutama pada daerah akrosom dan penurunan melindungi spermatozoa dari lingkungan yang
motilitas secara cepat. kurang baik.

335
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

100
90
80
70
60
% Viabilitas

50
40 Suhu ruang
30 Suhu 35°C
20
10
0
1,5 3 4,5 6
Lama penyimpanan (jam)

90
80
% Integritas membran

70
60
50
40 Suhu ruang
30 Suhu 35°C
20
10
0
1,5 3 4,5 6
Lama penyimpanan (jam)

(*)
Menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada persentase viabilitas dan integritas membran
spermatozoa diantara suhu penyimpanan

Gambar 2. Persentase viabilitas dan integritas membran spermatozoa kambing Boer selama penyimpanan.
Dalam setiap lamanya penyimpanan, bar dengan huruf yang berbeda (a,b; x,y,z) menunjukkan
perbedaan yang nyata untuk spermatozoa yang disimpan pada suhu ruang dan suhu 35°C
(P<0,05)

KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH

Persentase motilitas, viabilitas dan Terima kasih diucapkan kepada Bapak


integritas membran spermatozoa kambing Boer Mikael Situmorang, Bapak Wagiman, yang
dalam pengencer Tris kuning telur yang telah membantu dalam pemeliharaan kambing
disimpan pada suhu ruang hingga lama Boer di Kandang Percobaan Loka Penelitian
penyimpanan 6 jam lebih baik dibandingkan Kambing Potong. Kepada Bapak Imaniyanto
dengan suhu 35°C. dan Bapak Yousep, kami mengucapkan terima

336
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

kasih atas bantuannya dalam melakukan Kostaman T, Sutama IK, Situmorang P, Budiarsana
koleksi dan evaluasi karakteristik spermatozoa IGM. 2000. Pengaruh jenis pengencer dan
di Laboratorium Reproduksi Loka Penelitian waktu ekuilibrasi terhadap kualitas semen
Kambing Potong. beku kambing peranakan etawah. Dalam:
Haryanto B, Darminto, Hastiono S, Sutama
DAFTAR PUSTAKA IK, Partoutomo S, Subandriyo, Sinurat AP,
Darmono, Supar, Oloan Butar butar S,
Penyunting. Teknologi Peternakan dan
Aboagla EM, Terada T. 2004. Effects of egg yolk
Veteriner dalam Upaya Meningkatkan
during the freezing step of cryopreservation
Ketahanan Pangan Nasional. Prosiding
on the viability of goat spermatozoa.
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner.
Theriogenology. 62:1160-1172.
Bogor, 18-19 September 2000. Bogor
Amirat L, Tainturier D, Jeanneau L, Thorin C, (Indonesia): Pusat Penelitan dan
Gerard O, Courtens JL, Anton M. 2004. Bull Pengembangan Peternakan. hlm. 156-163.
semen in vitro fertility after cryopreservation
using egg yolk LDL: a comparison with Kusumaningrum DA, Triwulaningsih E, Situmorang
optidyl, a commercial egg yolk extender. P, Sugiarti T, Sianturi RG. 2004. Pengaruh
Theriogenology. 61:895-907. seminar plasma dan konsentrasi kuning telur
terhadap kualitas semen cair yang disimpan
Arifiantini I, Yusuf TL, Graha N. 2005. Longivitas pada suhu ruang. Dalam: Thalib A, Sendow I,
dan recovery rate pasca thawing semen beku Purwadaria T, Tarmudji, Darmono,
sapi Fresian Holstein menggunakan bahan
Triwulanningsih E, Beriajaya, Natalia L,
pengencer yang berbeda. Buletin Peternakan. Nurhayati, Ketaren PP, Priyanto D, Iskandar
29:53-61. S, Sani Y, penyunting. Iptek Sebagai Motor
Barth AD, Oko RJ. 1989. Abnormal morphology of Penggerak Pembangunan Sistem dan Usaha
bovine spermatozoa. Ames: Iowa State Agribisnis Peternakan. Prosiding Seminar
University Press. p. 136-143. Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4-5
Best B. 2006. Aging mechanism. http: Agustus 2004. Bogor (Indonesia): Pusat
//www.benbest.com/cryonics/agingmechanism Penelitan dan Pengembangan Peternakan.
.html. [(4 September 2006)]. hlm. 207-213.
Birkhead TR, Hosken DJ, Pitnick S. 2009. Sperm Mann K, Mann M. 2008. The chicken egg yolk
biology. An Evolutionary Perspective, plasma and granule proteomes. Proteomics.
Burlington, MA: Academic Press. 8:178-191.
Dorado J, Rodriguez I, Hidalgo M. 2007. Naing SW, Wahida H, Mohd Azam K, Rosnin Y,
Cryopreservation of goat spermatozoa: Zuki AB, Kazhal S, Bukar MM, Thein M,
comparison of two freezing extenders base on Kyaw T, San MM. 2010. Effect of sugars on
post-thaw sperm quality and fertility rates characteristics of Boer goat semen after
after artificial insemination. Theriogenology. cryopreservation. Anim Reprod Sci.
68:168-177. 122:23-28.
England GCW. 1993. Cryopreservation of dog semen:
Nalley WMM. 2007. Karakteristik semen rusa
A review. J Reprod Fertil. 37:243-255.
Timor (Cervus timorensis). Dalam: darmono,
Gazali M, Tambing SN. 2002. Kriopreservasi sel Wina E, Nurhayati, Sani Y, Prasetyo LH,
spermatozoa. Hayati. 9:27-32. Triwulanningsih E, Sendow I, Natalia L,
Hafez ESE. 2000. Reproduction in farm animals. Priyanto D, Indraningsih, Herawati T,
Philadelphia. Lea and Febiger. penyunting. Akselerasi Agribisnis Peternakan
Hammerstedt RH. 1993. Maintenance of Nasional Melelui Pengembangan dan
bioenergietic balance in sperm and prevention Penerapan IPTEK. Prosiding Seminar
of lipid peroxidation: A review of the effects Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
on design and storage preservation system. Bogor, 21-22 Agustus 2007. Bogor
Reprod Fert Div. 5:675-690. (Indonesia): Pusat Penelitan dan
Pengembangan Peternakan. hlm. 829-836.
Kikuchi K, Nagai T, Kashiwazaki N, Ikeda H,
Noguchi J, Shimada A, Soloy E, Kaneko H. Rizal M, Herdis, Surachman M, Nalley WMM.
1998. Cryopreservation and ensuing in vitro 2008. Pengaruh plasma semen domba
fertilization ability of boar spermatozoa from priangan terhadap daya hidup spermatozoa
epididymides stored at 4°C. Theriogenology. kambing peranakan etawah yang disimpan
50:615-623. pada suhu 3-5oC. JITV. 13:23-29.

337
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

Said S, Gunawan M, Kaiin EM, Tappa B. 2005. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan prosedur
Daya tahan hidup sperma cair sapi Simmental statistika: suatu pendekatan biometrik. Alih
yang disimpan dalam straw pada temperature Bahasa: B. Sumantri. Jakarta (Indonesia):
5°C. Dalam: Mathius IW, Bahri S, Tarmudji, Gramedia Pustaka Utama.
Prasetyo LH, Triwulanningsih E, Tiesnamurti
B, Sendow I, Suhardono, penyunting. Inovasi Sugiarti T, Triwulaningsih E, Situmorang P, R.G.
Teknologi Peternakan untuk Meningkatkan Sianturi RG, Kusumaningrum DA. 2004.
Kesejahteraan Masyarakat dalam Mewujudkan Penggunaan katalase dalam produksi semen
Kemandirian dan Ketahanan Pangan Nasional. dingin sapi. Dalam: Thalib A, Sendow I,
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Purwadaria T, Tarmudji, Darmono,
Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12-13 Triwulanningsih E, Beriajaya, Natalia L,
September 2005. Bogor (Indonesia): Pusat Nurhayati, Ketaren PP, Priyanto D, Iskandar
Penelitan dan Pengembangan Peternakan. S, Sani Y, penyunting. Iptek Sebagai Motor
hlm. 87-90. Penggerak Pembangunan Sistem dan Usaha
Agribisnis Peternakan. Prosiding Seminar
Salomon S, Maxwell WMC. 2000. Storage of ram Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
semen. Anim Reprod Sci. 62:77-111. Bogor, 4-5 Agustus 2004. Bogor (Indonesia):
Salvador I, Viudes de Castro MP, Bernacer J, Pusat Penelitan dan Pengembangan
Gomez EA, Silvestre MA. 2005. Factors Peternakan. hlm. 215-220.
affecting pregnancy rate in artificial Tambing SN, Toelihere MR, Yusuf TL, Purwantara
insemination with frozen semen during non- B, Sutama IK, Situmorang P. 2003. Kualitas
breeding season in Murciano-Granadina goats: semen beku kambing saanen pada berbagai
a field assay. Reprod Domest Anim. 40:526- jenis pengencer semen. Hayati. 10:146-150.
529.
Verstegen EJK, Kloosterboer JG, Lub J. 2005
Situmorang P, Triwulaningsih E, Lubis A, Caroline Synthesis and photopolymerization of
W, Sugiarti T. 2001. Pengaruh proline, oxetanes derived from bisphenol A. J Appl
carnitine terhadap daya hidup spermatozoa Polymer Sci. 98:1697-1707.
yang disimpan dalam suhu 5°C (chilling
semen). JITV. 6:1-6. Vishwanath R, Shannon P. 2000. Storage of bovine
semen in liquid and frozen state. Anim Reprod
Situmorang P. 2003. The effects of inclusion of Sci. 62:23-53.
exogenous phospholipid in Tris diluents
containing different level of egg yolk on the Yoshida M. 2000. Conservation of sperms: current
viability of bull spermatozoa. JITV. status and new trends. Anim Reprod Sci.
7:181-187. 60/61:349-355.

338
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

DISKUSI
Pertanyaan:
Penggunaan tris pada penyimpanan suhu 35°C. Konsentrasi menurun setelah 6 jam. Apakah
masih efektif penggunaan semen cair untuk IB.

Jawaban:
Penggunaan tris pada penyimpanan suhu 35 masih efektif tetapi dengan jumlah dinaikkan.
Dengan jumlah pejantan yang terbatas, maka penggunaan semen cair akan dapat mengawini
jumlah betina lebih banyak.

339

Anda mungkin juga menyukai