Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN SISTEM IMUNOLOGI

diajukan untuk memenuhi tugas mata Kuliah Keperawatan Dewasa II

Yang di Ampu oleh Dosen Adi Nurapandi, S.Kep., Ners., M.Kep

oleh:

Rayhan Satria Pratama

2103277090

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS

TAHUN 2022 / 2023

Jl. K.H Ahmad Dahlan No. 20 Ciamis


BAB I
MATERI

A. Pengertian Sistem Imunologi


Imunologi berasal dari Bahasa Latin yaitu Immunis yang berarti bebas dari
beban dan logos yang berarti ilmu. Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
antigen, antibodi, dan fungsi pertahanan tubuh yang diperantarai oleh sel, terutama
berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif, alergi
dan penolakan jaringan.
Sedangkan Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi
bakteri dan virus, Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh
juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh (Smeltzer & Bare, 2001).
Sistem imun atau kekebalan tubuh merupakan sistem pertahanan tubuh
manusia sebagai pelindung terhadap infeksi dari serangan organisme seperti parasit,
protozoa, bakteri dan virus ataupun dari makromolekul asing (Dimyati & Mudjiono,
2012).
B. Anatomi dan Fisiologi
Sistem imun terdiri dari berbagai organ dan jaringan tubuh, biasanya organ
dan jaringan tubuh ini disebut dengan organ limfatik atau organ limfoid yang di
klasifikasikan menjadi dua, yaitu organ limfatik primer dan organ limfatik sekunder.
a) Organ limfatik primer
1. Sumsum tulang belakang (bone marrow)
Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih,
(termasuk limfosit dan makrofag dan platelet. Sel-sel dari sistem
kekebalan tubuh juga terdapatdi tempat lain. Sum-sum tulang merupakan
jaringan penghasil limfosit. Sel-sel limfosit yang dihasilkan tersebut akan
mengalami perkembangan. Limfosit yang berkembang di dalam sumsum
tulang akan menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang berkembang di
dalam kelenjar timus akan menjadi limfosit T. Limfosit-limfosit ini
berperan penting untuk melawan penyakit.
2. Kelenjar Tymus
Glandula thymus memproduksi dan mematurasi/mematangkan T limfosit
yang kemudian bergerak ke jaringan limfatik yang lain,dimana T limfosit
dapat berespon terhadap benda asing.
b) Organ limfatik sekunder
1. Limfa
Limfa merupakan organ limfoid yang paling besar. Kelenjar yang
dihasilkan dari limpa berwarna ungu tua. Limpa terletak di belakang
lambung. Fungsi limpa antara lain: membunuh kuman penyakit;
membentuk sel darah putih (leukosit) dan antibodi; menghancurkan sel
darah merah yang sudah tua.
2. Nodus limfa
Nodus Limfa berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di
sepanjang pembuluh limfe. Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang
lebih kecil yang disebut nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang
lebih kecil lagi yang disebut sinus. Di dalam sinus terdapat limfosit dan
makrofag. Fungsi nodus limfa adalah untuk menyaring mikroorganisme
yang ada di dalam limfa. Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam
leher, axial, thorax, abdomen, dan lipatan paha.
3. Getah bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang
perjalanan limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae,
selangkangan, dan para-aorta daerah.
4. Tonsil
Tonsil adalah sekumpulan besar limfonodi terletak pada rongga mulut dan
nasofaring. Tiga kelompok tonsil adalah tonsil palatine, tonsil lingual dan
tonsil pharyngeal.

Sel-Sel yang ada dalam sistem imun, terdiri dari :

1. Sel-sel limfoid/ mononuklear


Sel limfosit dan monosit termasuk dalam sel mononuklear. Sel limfosit
menyusun 20-40% leukosit dalam tubuh dan 99% limfosit berada dalam
pembuluh limfe. Berdasarkan fungsi dasarnya dan kompnen pada
membran selnya, sel limfosit terbagi menjadi 3 subpopulasi, yaitu sel B,
sel T dan sel natural killer (sel NK).
a) Sel limfosit B
Limfosit B terdapat dalam jumlah 5-15% dari jumlah seluruh
limfosit dalam sirkulasi. Fungsi utamanya sebagai APC (Antigen
Presenting Cells) yang memproses dan mempresentasikan
substansi asing atau antigen, sehingga dapat dikenali oleh limfosit
T (sel T), selain dapat mensintesa antibodi, limfosit B juga dapat
mensekresikan limfokin dan faktor- faktor lain yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas sel imunologi. Limfosit
B diproduksi sepanjang hidup manusia, walaupun jumlahnya
menurun seiring dengan bertambahnya jumlah umur.
b) Sel limfosit T
Disebut limfosit T karena tempat maturasi sel ini berlangsung di
kelenjar tymus. Limfosit T ini, ketika teraktivasi akan
berdiferensiasi menjadi 2 type yaitu sel limfosit T sitotoksik yang
berperan membunuh sel yang terinfeksi oleh virus serta sel T yang
dapat mengaktivasi sel B dan makrofag. Pertumbuhan sel T ini
terjadi di sumsum tulang belakang (bone marrow) yang kemudian
bermigrasi ke thymus.
c) Sel NK (Natural Killer)
Sel ini ditemukan pada tahun 1976, sel ini juga berukuran besar,
merupakan limfosit bergranul yang memiliki aktivitas sitotosik
melawan sel tumor. Sel NK berperan sangat penting dalam
pertahanan tubuh melawan sel tumor dan sel yang terinfeksi oleh
virus. Sel ini menyusun 5-10% limfosit didalam darah
d) Fagosit mononuklear
Terdiri dari sel monosit di dalam sirkulasi darah dan makrofag
jaringan. Makrofag memiliki beberapa fungsi dalam sistem imun,
yaitu pertama fungsi fagositik untuk menenlan benda asing atau sel
mati, sisa sel yang rusak, antigen atau kompleks imun, kedua
antigen-presenting cells (APC) sebagai penyaji antigen yang
masuk kedalam tubuh dan ketiga memproduksi mediator biologis.
2. Sel-sel granulositik
a) Neutrofil
Diproduksi melalui hematopoiesis disumsum tulang belakang.
Ketika terjadi infeks, sumsum tulang belakang menghasilkan lebih
banyak neutrofil yang kemudian menjadi sel imun pertama yang
tiba di lokasi inflamasi
b) Eosinofil
Seperti neutrofil, eosinofil merufakan sel fagositik motil yanh
dapat bermigrasi dari darah ke jaringan. Berperan sebagai
pertahanan tubuh melawan parasit karena kandungan granul
eosinofiliknya mampu merusak membran parasit
c) Basofil
Basodil merupakan sek granulosit non fagositik yang dapat
melepaskan bahan aktif dari granul sitoplasmanya, berperan
penting dalam respon alergi.
d) Sel malt
Sel malt dapat dijumpai pada kulit, jaringan ikat di berbagai organ,
dan jaringan epitel mukosa saluran nafas dan saluran cerna.
Mengandung histamin dan bahan aktif lainnya yang bersaam
dengan basofil berperan dalam respon alergi.
e) Sel dendritik
Sel ini memiliki perpanjangan memberan yang mirip dengan
dendrit sel saraf sihingga diberinama sel dendritik. Memiliki fungsi
utama yang sama sebagai sel yang mempresentasikan antigen
kepada sel T. terdapat 4 tipe sel dendritik yang diketahui, yaitu sel
langerhans, sel dendritik interstitial, sel myeloid dan sel dendritik
limfoid.

Adapun Fungsi dari Sistem Imun, menurut George & Hademenos, 2006

1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan menghancurkan


dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing seperti bakteri,
parasit, jamur dan virus serta tumor yang masuk kedalam tubuh
2. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan
jaringan
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
C. Reaksi Kimia
Reaksi kimia yang terjadi dalam sistem imun seperti :
a) HCL (Asam Klorida)
Senyawa kimia ini terdapat dalam lambung, yang dihasilkan oleh sel dinding
lambung sebagai respon tergadap adanya makanan yang masuk ke dalam
lambung, HCL juga berfungsi sebagai penghalang terhadap mikroorganisme
yang masuk kedalam lambung karena sifatnya yang asam (banyak bakteri atau
mikrorganisme yang tidak tahan hidup hidup dalam pH lambung yang
besarnya 4). HCL yang ada di lambung akan menganggu kerja enzim-enzim
penting yang ada dalam mikrorganisme.
b) Enzim lisozim
Lisozim merupakan enzim yang sanggup mencerna dinding sel bakteri
sehingga bakteri akan kehilangan kemampuannya menimbulkan penyakit
dalam tubuh kita (hilangnya dinding sel ini menyebabkan sel bekteri akan
mati). Lisozim banyak terdapat dalam cairan tubuh seperti air mata dan ingus.
c) Enzim proteolysis
Enzim proteolisis yang banyak terdapat dalam usus halus. Enzim ini akan
membunuh mikroorganisme yang berhasil mencapai usus dengan
mendegradasi (menghancurkan) protein mikroorganisme tersebut.
d) Interferon
Interferon yang dihasilkan oleh sel sebagai respon adanya serangan virus yang
masuk tubuh. Interferon bekerja menghancurkan virus dengan menghambat
perbanyakan virus dalam sel tubuh
e) Interleukin
Gejala demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul karena
diproduksinya senyawa kimia interleukin (suatu protein hormon) sebagai
respon terhadap adanya infeksi mikroba atau adanya jaringan tubuh yang
terluka. Meningkatnya suhu tubuh (demam) akan menyebabkan mikroba
tertentu yang ada dalam tubuh kita menjadi mati.
f) Antigen
Antigen merupakan senyawa kimia atau zat asing atau mikroba yang tidak
dikehendaki tubuh karena berbahaya yang mampu membangkitkan respon
kekebalan pada tubuh. Antigen menurut sifat kimia :
 Hidratarang (Polisakarida) : Umumnya imunogenik dapat
menimbulkan respon terutama pembentukan antibody. Contoh respon
imun yang ditimbulkan oleh golongan darah ABO berasal dari
polisakarida pada permukaan sel
 Lipid : Biasanya tidak imunogenik tetapi menjadi imunogenik bila
diikat carrier protelin dan dianggap sebagai hapten. Contoh, sponilipid
 Asam mukleat: Tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila
diikat carrier. DNA dalam bentuk heliks (rantai).
 Protein: Kebanyakan protein adalah imunogenik, umumnya multi-
determinan dan univalen (valensi satu).
g) Antibodi
Antibodi atau imunoglobin (Ig) adalah suatu protein yang dapat larut yang
dihasilkan sistem imun sebagai respons terhadap keberadaan antigen dan akan
bereaksi khusus dengan antigen tersebut. Golongan protein yang dibentuk sel
plasma atau proliferasi sel B akibat kontak dengan antigen yang
menimbulkannya secara spesifik. Semua molekul mempunyai empat
polipeptida dasar yang terdiri dari dua rantai berat dan dua rantai ringan yang
identik dan dihubungkan satu sama lainnya dengan ikatan disulfida.
D. Biokimia Terkait Imunologi
Adapun Biokimia terkait dengan imunologi, disebut dengan pertahanan biokimia,
yaitu;
a) pH asam dari keringat dan sekresi sebaseus  efek antimikrobal
b) Sekresi mukosa saluran napas dan telinga (sekresi lilin)
c) Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu  melindungi dari
berbagai kuman Gram Positif  menghancurkan dinding sel
d) Air susu ibu  laktoferin dan asam neuraminik  sifat antibakterial terhadap
E. Coli dan Staphylococcus
e) Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik dan empedu dalam
usus halus  menciptakan lingkungan anti bakteri

Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun beberapa
dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut. pH asam keringat
dan sekresi sebaseus berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunyai efek
denaturasi protein membran sel sehingga dapat mencegah infeksi yang terjadi melalui
kulit. Bakteri yang bersifat simbiotik atau komensial yang ditemukan pada kulit
menempati daerah terbatas pada kulit dan menggunakan hanya sedikit nutrient,
sehingga kolonisasi oleh mikroorganisme patogen sulit terjadi. Bila mikroba pathogen
menempel pada kulit, maka kulit merupakan sawar / penahan fisik efektif terhadap
pertumbuhan bakteri yang pada dasarnya dikerjakan oleh keasaman kulit (pH asam)
dari asam laktat yang terkandung dalam sel sebum yang dilepas kelenjar keringat.
Sekret dipermukaan mukosa yang mengandung enzim destruksi seperti lisozim
mampu menghancurkan dinding sel bakteri

Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu ibu melindungi tubuh
terhadap kuman gram-positif, karena dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan
pada dinding bakteri. ASI mengandung laktooksidase dan neuraminik yang
mempunyai sifat antibacterial terhadap Esercia coli dan Stafilokokus. Air liur juga
mengandung enzim laktooksidase dan immunoglobulin (Ig A) yang merusak dinding
bakteri. Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi dan empedu
dalam usus halus banyak menciptakan lingkungan saluran cerna yang dapat
membunuh mikroba. pH yang asam pada vagina, spermin dalam semen dan jaringan
lain dapat mencegah tumbuhnya bakteri grampositif. Pembilasan oleh urine dapat
mengeliminsasi kuman pathogen. Laktoferin dan transferin dalam serum mengikat
besi yang merupakan metabolit esensial untuk hidup beberapa jenis mikroba seperti
Pseudomonas. Mukus yang kental melindungi sel epitel mukosa, dan dapat
menangkap bakteri dan bahan lainnya yang selanjutnya dikeluarkan oleh gerakan
cilia.

E. Ilmu Fisika Terkait Sistem Imunologi


Sistem imun ditubuh diaktifkan oleh mikroorganisme atau zat asing (antigen)
yang tidak dikenali oleh tubuh. Contoh antigen tersebut seperti bakteri, jamur, dan
virus.
 Mengenali zat asing masuk kedalam tubuh
Ketika antigen melekat pada reseptor sel imun, seluruh tubuh akan bekerja
sama untuk mengenali antigen dan memberikan sinyal untuk mengaktifkan
setiap komponen sistem imun. Fungsi sistem imun salah satunya membuat
catatan mengenai setiap antigen yang pernah dijumpai pertama kalinya dan
bagaimana cara menghancurkannya. Sel memori ini ada dalam bentuk sel
darah putih yaitu limfosit T (sel T) dan limfosit B (sel B). Karena memori
tersebut, saat terserang oleh antigen yang sama, tubuh akan langsung
mengenali penyakit tersebut dan segera mengeluarkannya
 Menghasilkan antibody
Sel plasma dari limfosit B berfungsi menghasilkan antibodi. Antibodi akan
mengikat pada antigen yang masuk dan Limfosit B akan membentuk sel
memori yang bertahan di dalam tubuh. Jadi, ketika system imun berjumpa
dengan antigen yang sama, antibodi akan selalu siap sedia melawan antigen
tersebut.
Terdapat beberapa cara antibodi dalam menghadapi antigen yaitu :
a) Netralisasi, yaitu antibodi memblokir tempat-tempat dimana antigen
seharusnya berikatan dengan sel inang. Selain itu antibodi menetralkan bakteri
beracun dengan menyelubungi bagian beracunya sehingga makrofag dapat
dengan mudah memfagositnya.
b) Penggumpalan atau aglutinasi patogen atau antigen sehingga memudahkan
makrofag dalam menjalankan aktivitas fagositnya terhadap patogen
c) Pengendapan, yaitu dilakukan pada antigen terlarut oleh antibodi yang
menyebabkan antigen terlarut tidak dapat bergerak sehingga mudah ditangkap
makrofag.
d) Antibodi bekerja sama dengan protein komplemen dimana antibodi berikatan
dengan antigen akan mengaktifkan protein komplemen untuk membentuk pori
atau lubang pada sel patogen.

Pada Umumnya, respon imun sistem pertahanan tubuh digolongkan menjadi 2,


yaitu:

1) Respon imun non-spesifik (alamiah)


Merupakan respon terhadap antigen yang timbul walaupun tubuh
sebelumnya tidak/belum pernah terpapar antigen. Respon imun ini telah
ada dan berfungsi sejak dilahirkan, berfungsi memberikan respon dini
terhadap antigen dan menginduksi terjadinya resoin imun. Terdiri dari
barrier anatomi, fisiologis, fagositik dan inflamasi. Barrier fisik dapat
berupa struktur anatomis seperti kulit dan membrane mukosa, fungsi
fisiologis seperti suhu, pH yang rendah, mediator kimia, aktivitas fagositik
terhadap mikroba atau mekanisme inflamasi yang salah satunya ditandai
dengan eksudasi cairan plasma
2) Respon imun spesifik (adaptif)

Imunitas didapat mampu mengenali dan mengeliminasi mikroba spesifik


atau molekul. Imunitas ini memiliki karakteristik dalam hal spesifisitas
antigen, memori, dan kemampuan mengenali pathogen.
BAB II
TINJAUAN PRIBADI

Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai antibody, antigen dan fungsi
pertahanan tubuh sedangkan sistem imun merupakan sistem pertahanan manusia sebagai
pelindung terhadap infeksi dari serangan organisme seperti virus, bakteri, protozoa dan
parasite tersat makromolekul.

Sistem imun tersusun dari berbagai organ dan jaringan tubuh yang disebut juga dengan
organ limfatik atau organ limfoid yang terdiri dari organ limfatik primer sumsum tulang
dan timus serta organ limfatik sekunder tonsil, limfa, nodus limfa dan getah bening serta
terdiri dari sel sel yang menyusun seperti sel limfoid yang tersusun atas sel limfosit B, sel
limfosit C, sel NK (Naturall Killer) dan fagosit mononuclear serta sel granulositik yang
terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, sel malt dan sel dendritic.

Oleh karena itu, sistem imun sangatlah penting dalam tubuh karena sebagai pertahanan
dari antigen atau benda asing yang masuk kedalam tubuh manusia. Saat sistem imun baik
bisa mencegah masuknya atau melindungi tubuh dari penyakit .
DAFTAR PUSTAKA

George, F., & Hademenos. (2006). Schaum’s Outlines Biology (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah ( Brunner &
Suddarth ) (Jakarta). EGC.

Togatorop, Lina Berlina., dkk. (2021). Keperawaatan Sistem Imun dan Hematologi. Jakarta:
Yayasan Kita Menulis.

Hayati, Zinatul., dkk. (2021). Dasar-Dasar Imunologi dan Infeksi. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press

Antari, Arlita L., (2012). Imunologi Dasar. Yogyakarta: Dee Publish

Darwin, Eryati. (2018). Imunologi dan Infeksi. Yogyakarta-Padang: Andalas University Press

Sunarto., dkk. (2019). Modul Ajar Anatomi Fisiologi. Surabaya : Poltekkes Surabaya Prodi
Kebidanan Magetan

Anda mungkin juga menyukai