Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

PENYULUHAN

DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

OLEH :

KELOMPOK 1

1. ERNA D1A113008
2. ANISA D1A113003
3. DESRI ASFRIANTI DAMIN D1A113005
4. DITA SEPTIANI KAMAL D1A113006
5. MARSULI D1A113027
6. RASID D1A113041

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
dengan tepat pada waktunya. Praktik lapang yang bertempat di Desa Sindang
Kasih merupakan tugas mata kuliah Penyuluhan Pembangunan Pertanian Jurusan
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Penulis berharap semoga
laporan ini dapat memberikan informasi dan pemahaman tentang kondisi social
ekonomi masyarakat Desa Sindang Kasih, efektifitas kegiatan penyuluhan
pertanian di Desa Sindang Kasih, dan untuk mengetahui pembangunan pertanian
di desa tersebut.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-


teman guna penyempurnaan penulisan laporan ini di masa mendatang. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih.

Kendari, 7 Juni 2015

Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .....................................................................................i


DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II. KAJIAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Sejarah Penyuluhan Pertanian di Indonesia..................................................3
2.2 Pengertian Penyuluhan Pertanian.................................................................4
2.3 Unsur-Unsur Penyuluhan Pertanian..............................................................5
BAB III. METODE PRAKTIKUM................................................................12
3.1 Waktu dan Lokasi Praktik............................................................................12
3.2 Teknik Penentuan Responden......................................................................12
3.3 Variabel Praktik...........................................................................................12
3.4 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................13
3.5 Analisis Data................................................................................................14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................15
4.1 Hasil Praktik.................................................................................................15
4.2 Pembahasan..................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan sangat jelas UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, mendefinisikan penyuluhan pertanian adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraanya serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan demikian
penyuluhan pertanian mengambil peranan yang sangat penting terhadap
pembangunan pertanian di Indonesia karena dengan adanya kegiatan penyuluhan
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi pelaku utama dan pelaku
usaha serta melestarikan lingkungan hidup.
Dalam kegiatan penyuluhan, materi, waktu dan metode yang digunakan
oleh penyuluh harus sesuai dengan kondisi social ekonomi masyarakat sasaran.
Dan setiap usaha untuk mengembangan pertanian tidak terlepas dari ketersediaan
sarana dan prasarana, apabila sarana dan prasarana di tempat penyuluhan tersedia
maka proses penyuluhan lebih cepat berhasil.
Akan tetapi setiap upaya pengembangan masyarakat petani tidak terlepas
dari masalah-masalah yang dihadapi, misalnya dalam upaya pengembangan sector
pertanian melalui usaha budidaya tanaman padi sawah dihapkan pada masalah
saluran irigasi yang tidak memadai, hama dan penyakit tanaman padi sawah atau
bahkan sikap dan perilaku masyarakat petani yang sulit untuk berkembang. Dan
setiap daerah memiliki potensi dan masalahnya masing-masing sehingga perlu
diadakan suatu penelitian untuk mengetahui potensi dan masalah yang ada dalam
suatu wilayah.
Untuk itu, praktikum Mata Kuliah Penyuluhan Pembangunan Pertanian
melakukan penelitian di Desa Sindang Kasih, Kecamatan Ranomeeto Barat,
Kabupaten Konawe Selatan untuk mengetahui potensi dan masalah di desa
tersebut, sebab desa tersebut merupakan salah satu desa penghasil produk
pertanian di Sulawesi Tenggara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
 Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Sindang Kasih ?
 Bagaimana efektifitas kegiatan penyuluhan (dilihat berdasarkan materi,
waktu, dan metode penyuluhan yang biasa digunakan) ?
 Apakah sarana dan prasarana pendukung pengembangan potensi
pertanian di Desa Sindang Kasih tersedia ?
 Bagaimana proses pembangunan yang sedang dan telah berlangsung di
Desa Sindang Kasih ?
 Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat terutama
permasalahan yang berkaitan dengan usahatani, peternakan,
perkebunan, pengolahan tahu, dan industri keripik ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktik lapang ini adalah sebagai berikut :
 Untuk mengetahui kondisi social ekonomi masyarakat Desa Sindang
Kasih,
 Untuk mengetahui efektifitas kegiatan penyuluhan (dilihat berdasarkan
materi, waktu, dan metode penyuluhan yang biasa digunakan),
 Untuk mengamati ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan potensi pertanian,
 Untuk mengetahui proses pembangunan yang sedang dan telah
berlangsung di Desa Sindang Kasih,
 Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
terutama permasalahan yang berkaitan dengan usahatani, peternakan,
perkebunan, pengolahan tahu, dan industri keripik.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Penyuluhan Pertanian


Perkembangan penyuluhan pertanian di Indonesia menunjukkan
perjalanan waktu yang cukup panjang, awalnya timbulnya penyuluhan ditandai
berdirinya Botanical Garden atau sekarang disebut Kebun Raya Bogor pada
tanggal 18 Mei 1817.
Pada tahun 1905 berdirilah Departemen Pertanian yang langsung
membentuk Dinas penyuluhan pertanian atau dalam istilah bahasa Belanda
disebut Landbauw Voorlichting Dienst (LVD). Adapun tujuan pembentukan dinas
penyuluhan pada saat itu sebagian besar adalah untuk memenuhi kepentingan
penjajah. Adanya istilah tanam paksa (cultur stelsel) dan kerja rodi yang memaksa
rakyat Indonesia untuk bercocok tanam diperuntukkan bagi kepentingan Belanda.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, terjadi perubahan yang mendasar
dalam konsepsi, pengertian, tujuan dan aspek- aspek lain dalam penyuluhan
pertanian. Selanjutnya Penyuluh yang mampu dan terlatih juga semakin
diperlukan sejak penyuluhan mendapat tempat terdepan dalam pembangunan
pertanian pada tahun 1954, melalui metoda Demontrasi Massal (DEMAS) yaitu
percontohan teknik bercocok tanam dengan penerapan panca usahatani, hingga
berkembang menjadi sistem bimbingan massal (BIMAS) dan Intensifikasi Massal
(INMAS).
Pola bimbingan dan pembinaan petani terus meningkat melalui pola
Intensifikasi Khusus (INSUS) dan yang terakhir menjadi pola Supra Insus.
Sebagai hasilnya produktivitas pertanian terutama beras semakin meningkat. Pada
tahun 1970 sampai dengan 1980-an produk padi meningkat, karena adanya sistem
Latihan dan Kunjungan (LAKU). Pada tahun 1995 Bank Dunia, melakukan
evaluasi kelemahan penyuluhan di Indonesia yaitu (1) kurangnya partisipasi, (2)
kesalahan menempatkan fokus penyuluhan, (3) mekanisme top-down, dan (4)
kurangnya koordinasi antar sektor. Kelemahan penyuluhan pertanian di Indonesia
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah belum
adanya persepsi yang sama tentang definisi penyuluhan pertanian. Kondisi ini
mengakibatkan penyelenggaraan penyuluhan di era reformasi sempat mengalami
stagnasi atau bahkan di beberapa daerah tidak ada lagi kelembagaan yang
mengurusi penyelenggaraan penyuluhan. Hal tersebut sangat menjadi keprihatinan
bagi insan yang peduli dengan pembangunan pertanian. Oleh karena itu, lahirlah
Undang- Undang no 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (SP3K).

2.2 Pengertian Penyuluhan Pertanian


Pengertian penyuluhan pertanian berdasarkan Undang-Undang No. 16
Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan,
penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraanya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Adapun pengertian penyuluhan menurut para ahli, sebagai berikut :
a) Menurut Asngari (2003), penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang
(kegiatan pendidikan) dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai
dengan yang direncanakan/dikehendaki yakni orang semakin modern. Ini
merupakan usaha mengembangkan potensi individu klien agar lebih
berdaya secara mandiri.
b) Menurut A.W Van Den Ban dan Hawkins (1999), penyuluhan adalah
keterlibatan sesorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar
dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa
membuat keputusan yang benar.
c) Menurut Wiriaatmadja, penyuluhan merupakan system pendidikan di luar
sekolah, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi tahu, mau,
dan mampu menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapi secara baik,
menguntungkan dan memuaskan.
d) Menurut Margono Slamet, penyuluhan adalah suatu pendidikan luar
sekolah (pendidikan non formal) untuk petani dan keluarganya dengan
tujuan mereka mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga
Negara yang baik sesuai bidang profesinya, serta mampu dan sanggup
berswadaya untuk memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraannya
sendiri dan masyarakat.
e) Menurut Zakaria (2006), penyuluhan pertanian adalah upaya
pemberdayaan petani dan nelayan beserta keluarganya melalui
peningkatan kemandirian agar mereka mau dan mampu, sanggup dan
berswadaya memperbaiki/ meningkatkan daya saing usahanya,
kesejahteraan sendiri serta masyarakatnya.
f) Menurut Salim. F (2005), penyuluhan pertanian adalah upaya
pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku
agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian,
agar mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, social
maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
mereka dapat dicapai.

2.3 Unsur-Unsur Penyuluhan Pertanian


1. Sumber Penyuluhan Pertanian (Tenaga Penyuluh)
Penyuluh pertanian adalah orang yang bertugas memberikan dorongan
kepada para petani sehingga terjadi perubahan cara berpikir, cara bekerja dan
cara hidupnya dengan memanfaatkan berbagai teknologi pertanian terbaru
yang relevan dengan kondisi jaman dan lingkungan sosial.
Seorang tenaga penyuluh harus mempunyai 3 peranan penting, yaitu;
1. Sebagai fasilitator, memberikan pengetahuan, fasilitas atau cara-cara
baru dalam bertani/beternak sehingga petani lebih terarah dalam
meningkatkan usahanya.
2. Sebagai mediator, menghubungkan kepentingan lembaga pemerintah /
lembaga penyuluhan dengan sasaran penyuluhan sehingga terjadi
perubahan pola pikir dan pola kerja dalam kaitannya mensukseskan
program pemerintah..
3. Sebagai dinamisator, menimbulkan perubahan melalui pelayanan,
peragaan atau contoh, pemberian petunjuk serta motivasi kepada
petani/peternak.
Berdasarkan tugasnya, maka penyuluh pertanian dibedakan atas :
1. Penyuluh yang langsung berhubungan dengan para petani/peternak.
Contoh; Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Penyuluh Pertanian
Madia (PPM).
2. Penyuluh yang tidak langsung berhubungan dengan para
petani/peternak. Umumnya terdiri dari dari para ahli
pertanian/peternakan, contoh; pegawai pada Dinas Pertanian, atau
instansi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan pertanian; Balai
Benih, BPTP, Bank, Perguruan Tinggi dan lainnya.
2. Materi Penyuluhan Pertanian
Dalam proses komunikasi pertanian, antara penyuluh dengan sasaran
penyuluhan, akan disampaikan segala hal menyangkut ilmu dan teknologi
pertanian-peternakan yang kesemuanya itu disebut sebagai materi penyuluhan.
Sehingga materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam
kegiatan penyuluhan pertanian.
Ilmu bersifat teori dan dengan bantuan ilmu petani dapat memikirkan
segala sesuatu yang relevan dengan kondisi usahatani yang sedang dijalankan,
sedangkan teknologi bersifat praktek yakni berupa penjabaran atau apa yang
harus dilakukan dari apa yang telah dipikirkan. Oleh karena itu, materi
penyuluhan haruslah sesuai dengan kebutuhan sasaran penyuluh (petani-
peternak) sehingga dengan demikian sasaran penyuluhan akan memiliki
perhatiannya dan termotivasi untuk mempraktekkannya. Dalam bahasa teknik
penyuluhan pertanian, materi penyuluhan seringkali disebut sebagai informasi
pertanian (Berisi data atau bahan yang dibutuhkan penyuluh, petani-peternak
dan masyarakat tani).
Agar penyuluhan itu dapat diterima dan dimanfaatkan oleh sasaran
penyuluhan, maka syarat-syarat materi penyuluhan yang dibuat haruslah :
a. Sesuai dengan tingkat kemampuan sasaran, sehingga dapat
dipraktekkan,
Memiliki resiko kegagalan yang relative kecil dan biaya rendah.
b. Mudah dilakukan dan bersifat praktis.
c. Tidak bertentangan dengan tata adat, kepercayaan dan pola pertanian-
peternakan yang telah terbiasa dilakukan (tidak bertentangan dengan
nilai dan norma yang ada),
d. Memberikan keuntungan secara nyata bagi sasaran penyuluhan
(Berpengaruh positif terhadap tingkat kehidupan petani/petrenak),
e. Mengesankan dan memotivasi petani/peternak untuk melaksanakan
perubahan dan cara pikir, cara kerja dan cara hidup menuju
perkembangan dan kemajuan,
f. Menggairahkan para petani/peternak sehingga mereka seakan-akan
terbujuk untuk selalu mau memperhatikan, menerima, mencoba dan
melaksanakan/menerapkannya dalam usahanya.
Selain itu, kegiatan penyuluhan dapat berisikan beberapa materi seperti
a. Pengalaman, misalnya pengalaman petani yang sukses
mengembangkan komoditas tertentu.
b. Hasil pengujian/hasil penelitianKeterangan pasar.
c. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.

Sebuah materi penyuluhan yang baik haruslah dapat diukur


kelayakannya, yaitu :

a. Secara ekonomi menguntungkan


b. Secara teknis dapat diterapkan
c. Secara sosial dapat dipertanggungjawabkan
d. Tidak merusak lingkungan, tercipta better living, better farming, better
business, dan better environment
3. Metode Penyuluhan Pertanian
Untuk mencapai tujuan kegiatan penyuluhan secara baik dan terarah,
diperlukan metode atau cara-cara penyuluhan pertanian yang bersifat
mendidik, membimbing dan menerapkan sehingga para petani-peternak dapat
“menolong dirinya sendiri”, mengubah memperbaiki pola pikir, tingkat kerja
dan tingkat kesejahteraan hidupnya.
Dalam kegiatan penyuluhan kita mengenal ada 3 metode pendekatan
penyuluhan, yaitu : 
a. Metode pendekatan perorangan (personal approach method)
Melakukan hubungan atau pendekatan secara langsung dengan sasaran
yaitu seorang petani, biasanya dilakukan secara berdialog langsung,
melakukan kunjungan ke rumah, sawah/ladang/padang/kandang, surat
menyurat, melalui telepon, dll. Metode ini sangat efektif, tetapi akan
banyak menyita waktu dan energi.
b. Metode pendekatan kelompok (Group approach method)
Dilakukan terhadap kelompok tani dimana para petani diajak dan
didampingi serta diarahkan secara berkelompok untuk melaksanakan suatu
kegiatan yang tentunya lebih produktif atas dasar kerja sama, dengan
saling tukar pendapat dan pengalaman, demonstrasi, kursus,karyawisata,
perlombaan kelompok, dan lainnya yang sifatnya kelompok. Metode ini
biasanya lebih berdaya guna dan hasilnyapun akan lebih mantap.
c. Metode pendekatan massal (mass approach method)
Penyuluhan dengan metode ini dapat menggunakan media surat kabar,
majalah atau brosur pertanian-peternakan, radio, televisi, film, slide dan
media lainnya. Dipandang dari segi penyampaian informasi memang
metode ini baik, akan tetapi dipandang dari keberhasilannya adalah kurang
efektif karena pada dasarnya hanya dapat menimbulkan tahap kesadaran
dan tahap minat pada para petani/peternak pendengar penyuluhan, itupun
kalau pendekatan-pendekatannya dapat dilakukan dengan baik, dapat
menarik perhatian para petani/peternak kepada sesuatu hal yang lebih
menguntungkan.
Sedangkan menurut mekanisme diterimanya materi/isi penyuluhan
oleh para petani/peternak, maka metode penyuluhan dapat dibedakan atas:
a. Metode yang dapat didengar, yaitu pesan-pesan penyuluh akan diterima
petani/peternak melalui pendengaran. Misalnya percakapan tatap muka,
telepon, radio, tape recorder, pidato, ceramah dan lainnya.
b. Metode yang dapat dilihat, yaitu pesan-pesan penyuluh dapat dilihat atau
diterima melalui penglihatannya. Misalnya pesan dalam bentuk gambar,
spanduk/poster, leaflet, brosur, film bisu, pameran tanpa penjelasan vocal,
slides dan lainnya.
c. Metode yang dapat di dengar dan dilihat, yaitu pesan-pesan penyuluh
disampaikan melalui peragaan yang disertai petunjuk-petunjuk lisan,
gambar di televisi, film bersuara, telepon bergambar, karyawisata,
demonstrasi dan lainnya.
Sedangkan prinsip-prinsip yang harus diketahui dalam metode
penyuluhan, adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan untuk berpikir kreatif
b. Dilakukan di lingkungan kerja/kegiatan sasaran
c. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya.
d. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan
e. Menciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran.
4. Sasaran Penyuluhan Pertanian

Sasaran penyuluhan pertanian yaitu siapa sebenarnya yang akan


disuluh atau ditujukan kepada siapa penyuluhan tersebut. Sehingga dalam
konteks yang demikian, sasaran penyuluhan pertanian adalah para
petani/peternak beserta keluarganya.
Sasaran penyuluhan dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

a. Sasaran utama yang meliputi :


 Petani dan keluarganya.
 Langsung terlibat dalam kegiatan.
 Petani adalah orang yang tidak bodoh; mempunyai harga diri; memiliki
banyak pengalaman; menjunjung norma, adat istiadat, dll.; memerlukan
bukti nyata.
 Perlu dilakukan identifikasi sebelum melaksanakan penyuluhan
b. Sasaran penentu yang meliputi :
 Tidak terlibat langsung/bukan pelaksana kegiatan bertani, tetapi secara
langsung /tidak langsung terlibat dalam penentuan kebijakan dan/atau
menyediakan kemudahan-kemudahan pelaksanaan dan pengelolaan
usahatani.
 Pimpinan lembaga pertanian, peneliti/ilmuwan, lembaga perkreditan,
pedagang, produsen dan penyalur saprodi-alsintan, pengusaha/industri
pengolahan hasil pertanian.
c. Sasaran Pendukung
 Secara langsung atau tidak langsung tidak memiliki hubungan dengan
kegiatan pertanian tetapi dapat dimintai bantuan guna kelancaran
penyuluhan pertanian.
 Pekerja sosial, seniman, biro iklan, konsumen hasil pertanian.

Beberapa istilah sasaran penyuluhan dalam penyuluhan pertanian:

 Petani naluri adalah petani yang cara usahanya masih seperti yang
diwariskan oleh nenek moyangnya.
 Petani maju adalah petani yang telah menerapkan teknologi baru dalam
usaha atau kegiatan-kegiatan bertaninya dan bersikap maju (progresif).
 Petani teladan adalah petani yang usahanya dicontoh oleh para petani
lainnya di lingkungannya, akan tetapi mereka itu sendiri tidak/kurang aktif
dalam penyebarluasannya.
 Kontak Tani merupakan petani-petani teladan yang aktif/berperan serta
dalam usaha menyebarluaskan teknologi baru kepada para petani di
desanya.
5. Media Penyuluhan Pertanian
Menurut bentuknya media penyuluhan pertanian dapat dibedakan :

a. Media visual : madia yang sifatnya dapat dilihat (slide, transparansi,


gambar mati).
b. Media audio : media yang sifatnya dapat didengar (radio, peta didengar).
c. Media audio visual : media yang sifatnya dapat didengar dan dilihat
(televisi, film).
d. Media tempat memeragakan (papan tulis, papan tempel, OHP, papan
planel).
e. Media pengalaman nyata atau media tiruan (simulasi, contoh benda nyata).
f. Media cetakan (bukubacaan, leaflet, folder, poster, brosur).
6. Waktu Penyuluhan Pertanian

Untuk melakukan pendekatan-pendekatan haruslah diketahui


waktunya yang tepat, sebab pendekatan-pendekatan yang dilakukan secara
serampangan maka penyuluh akan mendapat penerimaan yang kurang baik
sehingga maksudnya tidak kesampaian. Penyuluh harus mengetahui:
a. Kapan para petani/peternak ada di lapangan, aktif bekerja,
b. Kapan para petani/peternak ada dirumah, bersantai-santai dengan keluarga,
c. Kapan para petani/peternak brkumpul disuatu tempat, bersantai
berbincang-bincang mengemukakan berbagai berita dan masalah.
Dengan mengetahui waktu-waktunya itu maka para penyuluh dapat
melancarkan metode-metode penyuluhannya yang tepat.
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Lokasi Praktik


Praktik lapang mata kuliah Penyuluhan Pembangunan Pertanian
dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Juni 2015 mulai dari pukul 09.10 sampai 11.30.
Praktik lapang ini bertempat di Desa Sindang Kasih, Kecamatan Ranomeeto
Barat, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2 Teknik Penentuan Responden


Pengambilan sampel responden dalam praktikum Penyuluhan
Pembangunan Pertanian ini menggunakan beberapa teknik. Di bawah ini disajikan
secara rinci tentang teknik pengambilan responden.
1. Penentuan desa penelitian dilakukan secara purposive (disengaja) dengan
ketentuan sesuai dengan kebutuhan praktikum.
2. Penarikan sampel dengan acak (Random Sampling), yaitu penarikan sampel
secara acak dan tidak bermaksud untuk memilah-milah sampel.

3.3 Variabel Praktik


Dalam praktikum ini kami hanya menggunakan dua variable yaitu variabel
bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Dalam
penelitian ini kami ingin melihat pengaruh dari efektivitas penyuluhan pertanian
dan ketersediaaan sarana dan prasarana terhadap pembangunan pertanian di Desa
Sindang Kasih. Adapun yang termaksud dalam variabel bebas yaitu penyuluhan
pertanian dan sarana serta prasarana, sedangkan yang termaksud dalam variabel
terikat yaitu pembangunan pertanian.
Sehingga apabila penyuluhan pertanian berjalan efektif dan sarana serta
prasarana di Desa Sindang Kasih tersedia maka pembangunan pertanian di desa
tersebut berjalan baik. Dan sebaliknya apabila penyuluhan pertanian tidak efektif
dan sarana serta prasarana di Desa Sindang Kasih tidak tersedia maka
pembangunan pertanian di desa tersebut tidak baik.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang kami laksanakan di Desa Sindang Kasih dapat
dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dengan metode noninteraktif yang
dicirikan dengan observasi tak berperanserta, tehnik kuesioner,  mencatat
dokumen, dan partisipasi tidak berperan.
Menurut Sugiyono (2008) ada empat macam teknik pengumpulan data,
yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan/triangulasi. Berdasarkan
pada pandangan Sugiyono maka teknik pengumpulan data dalam praktikum ini
kami menggunakan ke empat teknik tersebut, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Teknik Wawancara
Kami melakukan wawancara langsung dengan responden di tempat
responden bekerja dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang sebelumnya
telah kami persiapkan. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan pekerjaan dan
kehidupan responden serta lingkungan sekitarnya. Pada saat wawancara kami
menambahkan beberapa pertanyaan tambahan sebagai umpan balik (feed back)
terhadap tanggapan atau jawaban dari pertanyaan sebelumnya untuk
memperdalam informasi yang kami peroleh.
b. Teknik Observasi
Saat melakukan wawancara dan setelah wawancara kami melakukan
observasi atau pengamatan terhadap kegiatan responden dan lingkungan sekitar
responden baik lingkungan social maupun lingkungan alam. Dengan melakukan
observasi (pengamatan) kami lebih merasakan kehidupan dari responden. Selain
itu, pada saat observasi kami dapat melakukan dokumentasi dengan mengambil
foto-foto.
c. Teknik Dokumen
Agar data dari hasil wawancara dan observasi lebih akurat dan mendukung
hasil penelitian maka kami juga mengumpulkan data dari hasil penelitian
sebelumnya yang juga bertempat di Desa Sindang Kasih.
Dalam kelompok 1 terdapat 6 orang, setiap orang mendatangi responden
yang berbeda yaitu, petani sawah dan hortikultura, pekebun, pembuat tahu,
pembuat kripik dan peternak. Dengan demikian dapat mengefisiensikan waktu
dan dapat diperoleh data dari berbagai responden yang memiliki pekerjaan yang
berbeda pada waktu yang sama.
d. Teknik Triangulasi
Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Kami menggabungkan teknik wawancara, teknik observasi dan teknik
dokumen dan sumber data seperti hasil penelitian sebelumnya agar diperoleh
keabsahan dalam penulisan laporan ini.

3.5 Analisis Data


Adapun analisis data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Tahap pertama pengolahan data dimulai dari penelitian pendahuluan hingga
tersusunnya usulan penelitian.
2. Tahap kedua, pengolahan data yang lebih mendalam dilakukan dengan cara
mengolah hasil kegiatan wawancara dan pengumpulan berbagai informasi
lapangan di lokasi penelitian.
3. Tahap ketiga, setelah itu dilakukan pemeriksaan keabsahan data hasil
wawancara dengan sejumlah nara sumber yang dijadikan informan penelitian
serta membandingkan data tersebut dengan berbagai informasi yang terkait.
4. Tahap akhir adalah analisis data dalam rangka menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian atau daftar kuisioner yang dilakukan dengan pendekatan
analisis triangulasi.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktik


4.1.1 Gambaran Umum Desa Sindang Kasih
Desa Sindang Kasih merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Ranomeeto Barat, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Struktur sosial masyarakat di desa Sindang Kasih bersifat heterogen karena secara
sosial budaya masyarakat terdiri dari beberapa suku yaitu suku Sunda, suku
Muna, suku Tolaki dan suku Bugis walaupun mayoritas masyarakat di desa
tersebut adalah suku Sunda. Suku Muna, suku Bugis dan suku Tolaki merupakan
suku pendatang di desa Sindang Kasih dan menjadi bagian dari masyarakat asli
desa karena ikatan pernikahan antara masyarakat setempat dengan masyarakat di
luar desa. Sehingga suku di desa Sindang Kasih yang semula seragam yaitu suku
Sunda seiring perkembangan zaman telah membentuk suku yang beragam.
Mayoritas masyarakat di Desa Sindang Kasih bekerja sebagai petani,
peternak dan petani sekaligus pedagang sayur-sayuran. Pola permukiman
masyarakat di desa Sindangkasih yaitu mengelompok karena terdiri atas beberapa
dusun. Jarak antara rumah penduduk tidak terlalu jauh dan berjejeran. Kondisi
tanahnya tidak rata ada dataran tinggi dan ada dataran rendah. Lahan pertanian
terletak disekitar rumah penduduk seperti kebun terong yang dibuat di samping
rumah, selain itu kandang hewan ternak seperti ayam dan sapi tidak dibuat jauh
dari permukiman melainkan di samping rumah. Dengan tujuan lebih mudah
merawat dan memberi makan hewan ternak tersebut.

4.1.2 Karakteristik Responden


a. Responden 1 (petani padi sawah dan hortikultura)
Bapak Lili Harun yang berusia 56 tahun dengan pengalaman menjadi
petani selama 46 tahun. Bapak Lili Harun beretnik Jawa Barat (Sunda),
merupakan penduduk asli Jawa Barat yang kemudian berpindah dan hidup
menetap di Sindang Kasih selama puluhan tahun. Memiliki banyak pengalaman
dalam budidaya padi sawah di Sindang Kasih. Sehingga dapat menjadi nara
sumber yang tepat.
b. Responden 2 (Petani hortikultura dan kebun jeruk)
Ibu Kharma yang beretnik Sunda merupakan petani jagung dan kacang-
kacangan serta memiliki kebun jeruk. Ibu Kharma memiliki 4 orang anak dan
seorang suami yang bekerja sebagai petani padi sawah dan pekerjaan sampingan
pedagang. Ibu Karma sudah bekerja sebagai petani selama 1 tahun lebih.
c. Responden 3 (pemilik industry rumahan keripik ubi dan pisang)
Responden yang ke dua yaitu Bapak Dedi yang merupakan pemilik
sekaligus pengolah industry rumahan keripik ubi dan pisang. Bapak Dedi
menjalankan usahanya bersama seorang istri dan tiga orang anak. Pak Dedi telah
menjalankan usahanya selama enam tahun yang mulai dirintis pada tahun 2009.
d. Responden 4 (pemilik industry rumahan pengolahan tahu)
Responden yang ke tiga adalah pemilik sekaligus pengolah tahu yang
bernama Pak Amir yang berusia 60 tahun. Pak Amir mengolah usaha tahu
bersama istri yang bernama Ibu Marti. Usaha tersebut telah berjalan selama 12
tahun. Sehingga dengan pengalaman yang cukup lama Pak Amir dan Ibu Marti
sangat baik dijadikan sebagai responden untuk mengetahui berbagai informasi
tentang pengolahan tahu seperti cara pembuatan tahu, bahan dan alat yang
diperlukan, harga pasaran tahu dan lain-lain.
e. Responden 5 (masyarakat)
Rusan Achmari satus sudah menikah dan pekerjaan sebagai pedagang
sayur.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Keadaan Pertanian di Desa Sindang Kasih dan Masalah yang Dihadapi
Petani
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petani yaitu Lili Harun
yang berusia 56 tahun. Petani di Desa Sindang Kasih telah memasuki generasi
kedua yang lahan persawahannya sekitar 60 ha adalah milik petani dan sisanya
milik orang lain atau dapat dikatakan sebagai petani penggarap. Dengan
pembagian 2 : 1 yaitu petani 2 dan pemilik lahan 1. Sedangkan generasi pertama
telah beralih dari usaha budidaya padi sawah menjadi usaha budidaya tanaman
hortikultura.
Efektifitas kegiatan penyuluh dilakukan dengan memberikan materi
kepada para petani, seperti; cara menanam padi yang baik, dan pemupukan serta
bagaimana cara mengatasi hama dan penyakit tanaman padi. Para penyuluh
melakukan penyuluhan kepada masyarakat desa Sindang Kasih hanya pada
waktu-waktu tertentu ketika petani membutuhkannya misalnya pada saat tanaman
padi terserang hama. Metode-metode yang digunakan oleh penyuluh pada saat
melakukan penyuluhan yaitu dengan metode berkelompok dengan diskusi,
melakukan pelatihan atau menerapkan langsung dilapangan. Penyuluh juga
menyediakan bibit padi untuk para petani dengan harga 2500/kantong. Kegiatan
penyuluhan di Desa Sindang Kasih dapat dikatakan efektif terlebih lagi penyuluh
pertanian di desa tersebut tinggal di sekitar masyarakat sehingga mudah
berkomunikasi. Namun terdapat beberapa orang petani yang kurang ikut serta
dalam kegiatan diskusi antara petani dan penyuluh sehingga kurang memperoleh
informasi.
Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pengembangan potensi
pertanian yang ada didesa Sindang Kasih yaitu seperti traktor, pacul, alat
penggilingan padi dan pembangunan jalan yang baik. Untuk traktor yang tersedia
berjumlah lima buah untuk lima kelompok tani yang total anggotanya sekitar 30
orang petani. Traktor tersebut disewakan dengan biaya sewa sebesar Rp
1.500.000. untuk anggota kelompok tani dan selain dari anggota kelompok tani
menyewanya dengan biaya sewa Rp 1.800.000. Ada juga sebagian masyarakat
yang memiliki modal meminjamkan alat pemanen padi yang hasilnya langsung
dalam bentuk gabah. Dari hasil panen tersebut, maka dilakukan sistem bagi hasil
dengan perbandingan 10 : 1.
Proses pembangunan yang telah dan berlangsung didesa Sindang Kasih
salah satunya yaitu perbaikan jalan, PNPM, penggilingan padi dan lain-lain.
Dengan adanya pembangunan pabrik penggilingan padi masyarakat di desa
Sindang Kasih tidak perlu keluar kota untuk menggiling padi mereka, karena telah
disediakan penggilingan padi yang berjumlah 3 buah yang dibangun dimasing-
masing tempat. Untuk 4 karung gabah bisa menghasilkan 2 karung beras, dengan
pembagian 8 : 2 yaitu 8 kaleng beras untuk petani dan 2 kaleng beras untuk
pemilik penggilingan padi. Proses pemasaran yang dilakukan oleh para petani
biasanya dilakukan ditempat penggilingan padi tersebut. Apabila pada musim
panen banyak, hasil yang diperoleh sudah dalam bentuk beras biasanya Rp
350.00 – Rp 360.00 per karung.
Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat terutama permasalahan yang
berkaitan dengan uahatani yaitu masyarakat desa Sindang Kasih masih
kekurangan pupuk. Pupuk digunakan oleh masyarakat bermacam-macam, akan
tetapi pupuk yang paling sering digunakan oleh masyarakat Desa Sindang Kasih
yaitu pupuk urea dan NPK. Selain itu, system pertanian di Desa Sindang Kasih
adalah system pertanian tadah hujan karena hanya memanfaatkan air tadah hujan
sehingga hanya bisa melakukan penanaman satu kali dalam setahun. Sekalipun
terdapat bendungan atau waduk akan tetapi bendungan atau waduk tersebut kering
pada saat musim kemarau. Sebernarnya pemerintah setempat telah membangun
sumur bor untuk mengairi persawahan akan tetapi karena mata air di tempat
tersebut sangat dalam sehingga air yang dikeluarkan tidak cukup. Dan sekarang
sumur bor tersebut sudah tidak dimanfaatkan lagi. Masalah lain yang dihadapi
para petani terkait usahataninya yaitu hama ulat, walang sangit dan tikus yang
menyerang tanaman padi. Untuk mengatasi hama ulat dengan menyemprotkan
pestisida, untuk hama tikus para petani melakukan penanaman padi secara
serentak, dan untuk hama walang sangit petani menyemprotkan dangke. Luas
persawahan di Desa Sindang Kasih sekitar 150 hektar akan tetapi ketika para
petani panen harga beras langsung turun, berbeda dengan di Desa Jati Bali yang
ketika panen harga beras naik. Sehingga petani di Desa Sindang Kasih kurang
menikmati harga beras yang naik.
Selain padi sawah petani di Desa Sindang Kasih juga menanam tanaman
hortikultura atau sayur-sayuran. Untuk petani yang memiliki sawah, mereka akan
menanam hortikultura setelah panen untuk mengisi waktu senggang. Adapun hasil
dari panen hortikultura para petani langsung menjualnya di pasar baruga dengan
menggunakan truk.
4.2.2 Industri Rumahan Keripik Ubi dan Pisang dan Masalah yang Dihadapi
oleh Pemilik Usaha

Industri rumahan ini merupakan usaha yang dijalankan oleh Pak Dedi
Saputra dengan keluarganya. Pak Dedi menjalankan usahanya di rumahnya
sendiri dengan bantuan istri dan ke tiga orang anaknya. Usaha keripik tersebut
sudah berjalan selama 6 tahun. selain itu Pak Dedi juga menjual sayur yang
bergantian dengan anak sulungnya apabila Pak Dedi sedang memproduksi kripik
maka anaknya yang menjual akan tetapi apabila tidak memproduksi Pak Dedi
kembali menjual sayur.
Awal ketertarikan Pak Dedi dengan usaha ini adalah dengan melihat di TV
tentang pengolahan keripik ubi dan pisang sehinga dia memberanikan diri untuk
mencoba dan belajar secara otodidak dalam membuat bumbu-bumbu keripiknya
dan alat untuk menipiskan bahan baku dari keripik ini. Pak Dedi bersama
keluarganya perna gagal dalam melakukan usahanya ini dengan kendala
pemasokan bahan baku yang tidak lancer dan sarana serta prasarana yang tidak
mendukung .
Akan tetapi pak Dedi dan sang istri tidak puas dengan apa yang terjadi
karena mereka tetap yakin bahwa usaha yang meraka lakukan akan berhasil suatu
hari nanti, akhirnya Pak Dedi pun memulai lagi usahanya pada tahun 2009 hingga
sekarang. Usaha Pak Dedi pun cukup sukses karena selama menjalankan usaha
dari 2009 ini tidak memiliki kendala apapun dalam pemasokan bahan baku dari
luar.
Pak Dedi memproduksi kripik sebnayak 4 kali per minggu dimana
produksinya itu selang seling kalau misalkan hari ini membuat kripik ubi maka
esok harinya akan membuat kripik pisang, bahan baku yang digunakan pak Dedi
diambil dari daerah sebelakwa dan palangga, yang diantarkan oleh pemasok
sendiri kerumah pak Dedi sebanyak 2 karung per satu kali produksi. Dua karung
bahan baku ini biasanya menghasilkan 40 gantung yang biasanya terdiri dari
beberapa bentuk ukuran produk, ada yang di jual secara eceran Rp 500, ada juga
yang per kilo dan ada juga yang dijual dengan bungkus yang besar dengan harga
Rp 5.000. dalam satu gantung terdapat 24 bungkus kripik.
Varian rasa dari kripik ini hanya ada dua rasa yaitu pedas dan manis
dimana yang kripik singkong dibuat dengan rasa pedas dan kripik pisang dibuat
dengan rasa manis. pemasaran dari kripik ini dititipkan di warung-warung di Desa
Sindang Kasih dan mulai menyebar ke beberapa daerah lainnya yaitu daerah
Mowila dan bahkan sampai di daerah Baruga.
Pak Dedi mempunyai keinginan untuk memperbesar usahanya akan tetapi
tidak memiliki modal yang cukup, Pak Dedi mengharapkan bantuan dari
pemerintah desa untuk membantunya akan tetapi belum juga ada respon dari
pemerintah desa. Pak Dedi berharap jika usaha ini lebih besar lagi akan
memberikan peluang untuk orang lain bekerja sehingga usaha ini bisa
memberikan manfaat oleh masyarakat sekitar produksi.
Usaha mereka pernah dikunjungi oleh Badan POM akan tetapi tidak ada
manfaat yang mereka peroleh dari kunjungan tersebut, padahal mereka sudah
berharap banyak dengan adanya kunjungan tersebut. Pak Dedi sempat ingin
mengurus persyaratan agar produknya dapat mempunyai kode produksi akan
tetapi persoalan waku dan jarak yang sangat jauh yang harus di tempuh Pak Dedi
dalam mengurus semua itu membuat sampai sekarang hal itu belum juga tercapai.
Jika ada yang bersedia mengurus hal tersebut mereka mau membayar tapi dengan
catatan tidak terlalu mahal.
Beberapa tahun lalu ada orang yang mengatasnamakan usaha Pak Dedi
sekeluarga untuk meminta bantuan dari pemerintah, akan tetapi hal ini dilakukan
tanpa sepengetahuan pak Dedi atau anggota keluarga yang lain, karena hal ini pak
Dedi dan keluarga mendapat caci maki dari warga sekitar, sehinga pak Dedi dan
keluarga trauma dengan hal yang harus berurusan dengan pemerintah mengenai
permintaan bantuan dari pemerintah untuk usahanya. Karena peristiwa tersebut
Pak Dedi dan keluarga memutuskan menjalankan usahanya tanpa bantuan dari
pemerintah.

4.2.3 Industri Rumahan Pengolahan Tahu


Pak Amin adalah seorang kepala keluarga yang menjalankan usaha pabrik
tahu ini bersama istrinya ibu marti selama 12 Tahun. Pekerjaan utama adalah
mengelola pabrik tahu dan pekerjaan sampingan adalah menggarap sawah. Jenis
pekerjaan yang ini sudah sesuai dengan keinginan dan harapannya untuk
menambah penghasilan keluarga.
Tanggapan masyarakat disekitar tempat tinggal mendukung dengan
adanya pabrik tahu ini dan tidak ada rasa kecemburuan antara warga sekitar.
Usaha ini tidak mendapat izin dari pemerintah. Modal dalam usaha tahu adalah
modal pribadi sebesar Rp. 5.000.000. adapun bahan dasarnya atau kedelai diambil
dari Konda.
Bahan dasarnya adalah kedelai, dari kedelai bisa menghasilkan beberapa
produk yaitu:
1. Tahu basah
2. Ampas tahu menjadi tempe gembus
3. Air tahu dapat dikemas didalam botol aqua kecil dan langsung bisa
dikonsumsi
4. Gorengan tahu isi
5. Tempe basah
Proses pembuatan tahu sebenarnya sama saja dengan proses pembuatan tahu
lainnya.
 Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Kacang Kedelai
2. Air
 Alat
3. Ember besar
4. Tampah (nyiru)
5. Kain Saring atau kain blancu
6. Kain pengaduk
7. Cetakan
8. Keranjang
9. Rak bamboo
10. Tungku atau kompor
11. Alat penghancur / mesin penggiling
12. Alat pemotong
 Langkah-langkah (proses) pembuatan tahu jambi adalah sebagai berikut:
1. Kedelai yang tersedia dicuci hingga bersih.
2. Lalu kedelai yang sudah bersih tersebut direndam dalam air selama ± 2-3
jam.
3. Setelah itu kedelai yang ada siap digiling.
4. Setelah digiling kedelai yang sudah halus tersebut kita masukkan dalam
bak-bak untuk selanjutnya dipanaskan.
5.  Setelah dipanaskan selama ± 10 menit kemudian selanjutnya dipindahkan
ke kain penyaring dan dibutuhkan waktu ± 10 menit agar sari kedelai
dapat terpisah dari ampasnya. Untuk mempermudah proses terpisahnya
sari kedelai dari ampasnya maka ditambahkan air sambil terus diaduk-
aduk.
6.  Ampas tahu akan tetap bertahan dalam kain sementara sari dari kedelai
akan jatuh kedalam bak yang sudah disiapkan dibawahnya.
7. Ampas tahu yang tertahan pada kain lalu dibuang, sedangkan sari tahu
dalam bak akan diolah lebih lanjut untuk menjadi tahu.
8.  Sari tahu yang ada dalam bak kemudian akan ditambahkan biang/bibit (air
tahu) secara terus menerus sambil terus diaduk untuk memisahkan sari
kedelai dari air biasa. Penambahan biang/bibit (air tahu) bertujuan agar
sari kedelai dalam bak dapat mengendap dengan baik.
9. Proses inipun memakan waktu ± 20 menit sampai air akan terpisah dari
sarinya. Setelah itu air biasa tersebut akan disedot hingga terpisah dari sari
kedelai. Air ini tidak selanjutnya dibuang, melainkan digunakan untuk
menjadi biang/bibit (air tahu) pada proses diatas.
10.  Setelah yang tersisa dalam bak hanyalah sari kedelai, maka sari-sari
tersebut akan diangkat dengan menggunakan penyaringan untuk
seterusnya dimasukkan ke cetakan tahu.
11.  Setelah dirasa sudah cukup maka cetakan kemudian ditutup. Proses ini
berfungsi untuk memberi bentuk pada produk tahu yang nantinya diasilkan
sekaligus unutk meniriskan air yang masih tertempel pada sari kedelai
tersebut.
12.  Lama penyimpanan dalam cetakan ± 15 menit. Jika kita ingin tahu yang
lebih keras kita tinggal menambah waktu pendiaman dalam cetakan.
13. Kemudian tahu yang sudah tercetak tersebut diris menajdi potongan-
potongan kecil.
Tahu basah dihasilkan dalam sehari 1000 iris dengan harga Rp. 500/iris.
Sedangkan Tahu isi dihasilakn 100 iris dengan harga Rp. 1000/iris. Pemasaran
dengan cara berkeliling kampung, dari rumah kerumah setiap hari di sekitar Desa
Sindang Kasih dan terkadang sampai di Desa Jati Bali. Limbah pabrik tahu ini
tidak mengganggu masyarakat setempat karena pengusaha tersebut sudah
menyiapkan saluran pipa yang akan terus mengalir ke sungai. Sehingga dalam
usaha pengolahan tahu ini dapat dikatakan tidak mengalami masalah dan modal
yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

4.2.4 Keadaan Peternakan di Desa Sindang Kasih


Hewan ternak yang dihasilkan di Desa Sindang Kasih yaitu mayoritas
sapi, ayam potong dan itik. Sedangkan untuk hewan kambing masih jarang. Untuk
kandang hewan ternak tidak diletakkan jauh dari rumah pemilik melainkan di
samping rumah. Sebab dengan jarak antara kandang dengan rumah pemilik yang
dekat memudahkan pemilik hewan ternak dalam memantau hewan ternaknya atau
pun memberikan makanan.
Hewan ternak langsung dipasarkan ke pemotongan sapi tapi biasanya
pembeli atau tengkulak dari pasar yang dating membeli. Jika sedang lebaran maka
pembeli yang datang langsung ke rumah pemilik. Adapun harga sapi jantan
dengan umur 2-3 tahun dijual dengan harga Rp. 8.000.000. sedangkan untuk sapi
yang berumur 1 tahun seharga Rp. 4.000.000. Untuk sapi induk dengan umur 2-3
tahun dijual seharga Rp. 6.000.000. sampai Rp. 7.000.000.
Sebelumnya ada bantuan untuk memelihara sapi dari LIPI. Masalah yang
dihadapi oleh peternak yaitu sudah tidak ada bantuan yang diberikan seperti dulu,
sebut saja bantuan obat-obatan untuk sapi. Sehingga usaha peternak di Desa
Sindang Kasih dijalankan tanpa bantuan pemerintah. Masalah lain yaitu sulitnya
untuk menyiapkan makanan untuk hewan ternak. Untuk sapi makanan yang
diberikan yaitu rumput atau sisa-sisa hasil panen.
BAB V. PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan pada Bab IV Hasil dan Pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa masyarakat di Desa Sindang Kasih mayoritas bekerja sebagai petani padi
sawah dan sayur-sayuran, peternak sapi, ayam, dan itik, serta telah berdiri industry
rumahan pengolahan tahu, dan industry rumahan pembuatan keripik ubi dan
pisang.
Adapun masalah yang dialami masyarakat petani dalam usahatani yaitu
tidak memadainya saluran irigasi untuk mengairi sawah, keringnya bendungan
pada saat musim kemarau, serta sumur bor yang tidak dapat digunakan.
Sedangkan pembangunan yang telah berlangsung di Desa Sindang Kasih dalam
usahatani yaitu telah dibangun pabrik penggilingan gabah dan pengadaan traktor.
Untuk hewan ternak di Desa Sindang Kasih mayoritas sapi, ayam potong dan itik,
untuk kambing masih sangat jarang yang memelihara. Untuk pemasaran hewan
ternak yaitu pembeli atau tengkulak dating langsung ke rumah peternak.
Sedangkan untuk industry rumahan pengolahan tahu dan keripik ubi dan pisang,
pemilik usaha hanya mengandalkan modal pribadi dibandingkan harus meminjam
ke badan perkreditan.
Untuk kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Sindang Kasih dapat
dikatakan sudah efektif karena materi yang disampaikan oleh penyuluh sudah
sesuai dengan kebutuhan petani, waktu penyampaian pada saat tertentu ketika
petani membutuhkan solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam usahatani atau
pun ketika harus mendiskusikan upah kerja pada hari tanam. Sedangkan metode
yang digunakan yaitu berkelompok dengan diskusi.
Pembangunan pertanian di Desa Sindang kasih terus mengalami kemajuan
karena masyarakat terus berusaha menjadi lebih baik, akan tetapi dari segi
bantuan pemerintah sudah mulai berkurang karena yang dulunya ada bantuan
obat-obatan untuk hewan ternak sekarang sudah tidak ada, dan bantuan pupuk
untuk usahatani dalam tahun ini tidak ada, serta bantuan pinjaman modal untuk
pemilik industry rumahan belum ada.
5.2 Saran
Kami menyarankan agar pemerintah daerah dan pemerintah pusat
memerhatikan para petani, peternak, dan pemilik industry rumahan. Karena
mereka merupakan ujung tombak pembangunan pertanian di Indonesia dan
bekerja keras agar produksi pertanian bisa meningkat. Setiap masalah yang
dialami oleh mereka akan memperlambat pembangunan pertanian.
Hendaknya penyediaan sarana dan prasarana di pedesaan ditingkatkan
bukan hanya focus pada pembangunan perkotaan. Penyediaan bibit, benih, pupuk,
dan traktor sangat dibutuhkan untuk menjamin produksi pertanian yang tinggi.
Kami menyarankan kepada dosen-dosen praktikum agar praktikum
selanjutnya dilaksanakan pada daerah yang berbeda agar mahasiswa memperoleh
pengalaman baru, dan informasi yang lebih banyak tentang pertanian di berbagai
daerah. Akhir kata kami mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan laporan maupun data yang kurang tepat. Sekian dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kurnia. 2014. Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif.


http://skripsimahasiswa.blogspot.com/2014/03/metode-dan-tehnik-
pengumpulan-data.html Diakses tanggal 9 Juni 2015.
Anonim. 2014. Contoh Teknik Analisis Data Penelitian.
http://tesisdisertasi.blogspot.com/2014/11/contoh-teknik-analisis-data-
penelitian.html Diakses tanggal 11 Juni 2015.
Damayanti Hilda. 2013. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.
https://damayantihilda4.wordpress.com/2013/04/14/variabel-penelitian-
dan-definisi-operasional/ Diakses tanggal 11 Juni 2015.
Deddy Randu. 2010. Unsur-unsur Penyuluhan Pertanian. Error! Hyperlink reference
not valid. Diakses tanggal 9 Juni 2015.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian kuantitatife, Kualitatife, dan R & D. Bandung:
ALFABETA.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner dalam wawancara
a. Kuisioner wawancara tentang pertanian (padi sawah dan
hortikultura)
1. Apa saja materi atau pesan yang disampaikan oleh penyuluh kepada
para petani? Setiap kapan kegiatan penyuluhan dilakukan ? dan
bagaimana cara penyuluh menyampaikan materi atau pesannya kepada
para petani ?
2. Apa saja sarana dan prasarana yang sudah ada di Desa Sindang Kasih
(misalnya pembangunan bendungan, irigasi dan lain-lain)?
3. Pabrik apa saja yang sudah dibangun di Desa Sindang Kasih untuk
mempermudah kegiatan usahatani ?
4. Bagaimanakah pembangunan di Desa Sindang Kasih ?
5. Apa saja masalah yang dihadapi dalam usahatani ? serta hama dan
penyakit apa yang menyerang tanaman budidaya ?
6. Apakah bapak/ibu memiliki pekerjaan lain selain bertani ?
7. Apakah ada bantuan dari pemerintah setempat ?
8. Apakah lahan yang digarap adalah milik pribadi ?
9. Di mana bapak menjual hasil panen sayur-sayuran ?
b. Kuisioner wawancara tentang industry rumahan (keripik ubi dan
pisang)
1. Berapakali membuat kripik dalam waktu satu minggu?
2. Berapa banyak bahan baku yang dibutuhkan dalam sekali membuat
kripik?
3. Darimana bahan baku kripik ini di ambil?
4. Berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan?
5. Ada berapa varian rasa kripik ini?
6. Apa kendala yang di hadapi dalam membuat kripik ini?
7. Sejak kapan usaha ini mulai dirintis?
8. Darimana mendapat ide membuat kripik ini?
9. Mengapa mengambil usaha ini?
10. Apa pekerjaan lain yang bapak tekuni ?
c. Kuisioner wawancara tentang industry rumahan (pengolahan tahu)
1. Bagaimana proses pembuatan tahu ini ?
2. Apa saja bahan yang disiapkan ?
3. Bagaimana proses pemasaran produk tahu ini ?
4. Berapa harga jual dari produk tahu ?
5. Apakah warga sekitar mendukung dengan adanya pabrik tahu ini ?
6. Apakah limbah pabrik tahu ini tidak mengganggu warga sekitar ?
7. Apakah ada pekerjaan sampingan selain mengelolah pabrik tahu ?
d. Kuisioner wawancara tentang peternakan
1. Apa saja hewan ternak yang dibudidayakan di Desa Sindang Kasih ?
2. Bagaimana pemasaran hewan ternak ?
3. Berapa harga hewan ternak sapi ?
4. Apa saja masalah yang dihadapi dalam memihara hewan ternak ?
5. Di mana letak kandang hewan ternak yang bapak/ibu pelihara ?
6. Apakah ada bantuan dari pemerintah untuk usaha peternakan
bapak/ibu ?
Lampiran 2
a. Gambar Pengolahan tahu di industry tahu

Gambar 1. Kedelai kering Gambar 2. sesudah direndam

Gambar 3. Kedelai digiling Gambar 4. Kedelai direbus

Gambar 5. Ampas tahu Gambar 6. Kedelai dalam cetakan

Gambar 7. Tahu yang didiamkan Gambar 8. Kedelai yang diiris


b. Gambar pembuatan keripik ubi dan pisang di industri tahu

Gambar 1. Ubi diiris Gambar 2. Ubi yang direndam

Gambar 3. Ubi digoreng Gambar 4. Ubi ditiriskan

Gambar 5. Keripik Ubi Gambar 6. Keripik Ubi dikemas

Gambar 7. Keripik Pisang dikemas Gambar 7. Sesudah wawancara


c. Gambar keadaan persawahan di Desa Sindang Kasih

sn

Gambar 1. Kondisi pengairan sawah Gambar 2. Persawahan

Gambar 3. Wawancara dengan petani


d. Gambar keadaan peternakan di Desa Sindang Kasih

Gambar 1. Keadaan kandang sapi Gambar 2. Sapi di samping rumah

Gambar 3. Peternakan itik Gambar 4. Kandang itik

Anda mungkin juga menyukai