Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS

RENDAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia di kelas rendah

Dosen Pengampu : Risma Nuriyanti. M,Pd.

Disusun oleh :

NENG RIA NURJULIA

NIM. 16842050

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

YAYASAN GRIYA WINAYA

INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA


BAB I

A. Analisis Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas Rendah

Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi baik lisan, gerakan maupun
tulisan, yang mampu dimengerti orang lain dan mampu menjadi media dalam pertukaran
pikiran, wawasan dan perasaan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Bahasa
sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, namun dapat diwujudkan dengan
tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan sendiri Bahasa
memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa. Ini
berarti setiap manusia dituntut terampil dalam menggunakan bahasa. Pengembangan
kemampuan berbahasa anak di sekolah dasar akan menjadikan bahasa sebagai alat
komunikasi mereka yang efektif dan efisien.

Kemampuan berbahasa anak akan berkembang seiring dengan perkembangan mental


dan kognitif anak. Terdapat empat aspek kemampuan bahasa anak yaitu kemampuan
menyimak, kemampuan berbicara, kemampuan menulis, dan kemampuan membaca.
Kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara merupakan kemampuan berbahasa lisan
sedangkan kemampuan membaca dan kemampuan menulis merupakan kemampuan
berbahasa tertulis. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Menurut Rahim (2011:1) membaca
pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak sekedar
melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik dan
metakognitif.

Dalam kehidupan sehari-hari peranan membaca tidak dapat dipungkiri lagi. Ada
beberapa peranan yang dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca antara lain: kegiatan
membaca dapat membantu memecahkan masalah, dapat memperkuat suatu keyakinan
atau kepercayaan pembaca, sebagai suatu pelatihan, memberi pengalaman estetis,
meningkatkan prestasi, memperluas pengetahuan dan sebagainya. Pembelajaran membaca
di sekolah dasar dinilai sangat penting. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
pembelajaran membaca tidak hanya berperan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa
anak, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mempelajari mata pelajaran yang lainnya. Namun kenyataanya pembelajaran membaca
yang dilaksanakan di sekolah dasar masih belum memuaskan dan belum sesuai dengan
harapan. Hal tersebut, disebabkan pembelajaran membaca di sekolah dasar masih belum
menitikberatkan pada pembentukan kebiasaan membaca pada siswa. Selain itu, pembelajaran
membaca masih dianggap membosankan dan monoton. Kondisi ini ditengarai oleh belum
maksimalnya pelaksanaan pembelajaran membaca di sekolah. Sebagian guru masih
menerapkan prosedur pembelajaran membaca yang kurang tepat. Di sisi lain,
pengembangan kemampuan metakognisi siswa melalui penguasaan berbagai macam
strategi membaca masih diabaikan oleh guru. Kondisi tersebut dapat berdampak pada
kemampuan membaca siswa yang dinilai masih cukup rendah.

Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas-kelas


awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis di kelas-kelas awal disebut
pelajaran membaca dan menulis permulaan, sedangkan di kelas-kelas tinggi disebut
pelajaran membaca dan menulis lanjut. Membaca permulaan merupakan tahapan proses
belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Menurut Purwanto (1997: 25)
disebut membaca permulaan jika dimaksud memberikan kecakapan kepada siswa untuk
mengubah rangkaian huruf menjadi rangkaian bunyi bermakna dan melancarkan teknik
membaca pada anak-anak. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai
Teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu
merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan
kebisaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.

Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan


kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk
memperoleh keterampilan / kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini
merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut
dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh
kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a)
lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan
makna dalam kemahiran bahasa. Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan
dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-
lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang
fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat (Huda dalam
Sri Nuryati, 1997).

Pembelajaran membaca permulaan di SD mempunyai nilai yang strategis bagi


pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa. Pengembangan kepribadian dapat
ditanamkan melalui materi teks bacaan (wacana, kalimat, kata, suku kata, huruf/bunyi
bahasa) yang berisi pesan moral, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai emosional-spiritual,
dan berbagai pesan lainnya sebagai dasar pembentuk kepribadian yang baik pada siswa.
Demikian pula dengan pengembangan kemampuan juga dapat diajarkan secara terpadu
melalui materi teks bacaan yang berisi berbagai pengetahuan dan pengalaman baru yang
pada akhirnya dapat berimplikasi pada pengembangan kemampuan siswa.

Kegiatan membaca permulaan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan menulis


permulaan. Artinya, kedua macam keterampilan berbahasa tersebut dapat dilatihkan secara
bersamaan. Ketika siswa belajar membaca, siswa juga belajar mengenal tulisan yakni
berupa huruf-suku kata-kata-kalimat yang dibaca. Setelah belajar membaca satuan unit
bahasa tersebut, siswa perlu belajar bagaimana menuliskannya. Demikian pula
sebaliknya, ketika siswa belajar menulis huruf-suku kata-kata-kalimat, siswa juga belajar
bagaimana cara membaca satuan unit bahasa tersebut. Hampir sama dengan pendekatan
Whole Language yang menekankan kegiatan membaca dan menulis dimulai dari bentuk
yang utuh dan tak terpisahkan (Musfiroh, 2009: 59).

1. Problematika Membaca

Kemampuan membaca yang diperoleh siswa sekolah dasar akan menjadi dasar
pembelajaran membaca di kelas berikutnya. Sebagai kemampuan yang mendasari
kemampuan berikutnya, kemampuan membaca benar-benar memerlukan perhatian
khusus dari guru, jika dasar itu tidak kuat, maka pada tahap membaca lanjut siswa akan
mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai. Siswa
yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran pada semua mata pelajaran. Selain itu, siswa juga akan
mengalami kesulitan menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam
berbagai buku pelajaran. Hal ini akan berdampak pada kemajuan belajarnya, sehingga
menjadi lamban jika dibandingkan dengan teman yang lainnya.

Kebisaaan dan kegemaran membaca perlu ditumbuhkan sejak dini. Dalam rangka
menumbuhkan kebisaaan dan kegemaran membaca pada suatu masyarakat perlu dimulai
secara bertahap. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD, kegiatan yang berkaitan
dengan masalah tersebut terwadahi dalam pembelajaran membaca, khususnya terdapat
pada jenjang kelas 1 atau kelas 2 SD. Dalam kondisi normal, pelaksanaan pembelajaran
membaca tersebut akan berjalan lancar, artinya siswa dengan mudah memahami apa yang
mereka pelajari dalam kegiatan membaca. Namun, tidak jarang ditemui berbagai
permasalahan dalam pembelajaran membaca permulaan. Sebagian siswa telah lancar dan
tidak mengalami hambatan dalam belajar membaca tetapi sebagian lainnya belum
bahkan tidak dapat atau tidak mampu membaca.

A. Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan maupun
membaca lanjut (membaca pemahaman). Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca
permulaan menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2011) ialah faktor fisiologis,
intelektual, lingkungan dan psikologis.
1) Faktor  Fisiologis
Faktor Fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis
kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak
untuk belajar, khususnya belajar membaca,. Beberapa ahli mengemukakan bahwa
keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara
fisik merupakan salah satu factor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Guru hendaknya cepat
menemukan tanda-tanda yang disebutkan diatas. Gangguan pada alat bicara, alat
pendengaran, dan alat penglihatan biasa memperlambat kemajuan belajar membaca
anak. Analisis bunyi, misalnya, mungkin sukar bagi anak yang mempunyai masalah
pada alat bicara dan alat pendengaran
2) Faktor intelektual
Istilah intelegensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang
terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya
secara tepat (Page, dalam Rahim 2011). Terkait dengan penjelasan Heinz diatas,
Harris dan Sipay (1990) mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global
individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara
efektif terhadap lingkungan. Penelitian Ehansky dan Muehl dan Forrel yang dikutip
oleh Harris dan Spay (1990) menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan posotif
(tetapi rendah)  kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata  peningkatan
remedial membaca. Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi
berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan. Faktor metode mengajar
guru, prosedur, dan kemampuan guru juga turut mempengaruhi kemampuan membaca
permulaan anak.
3) Faktor Lingkungan
Factor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca siswa. Factor
lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, dan (2)
sosial ekonomi keluarga siswa.
a. Latar Belakang dan Pengalaman Anak di Rumah
Rubin (dalam Rahim, 2011) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat,
demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka kepada kegiatan yang
berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk berpikir , dan suka
mendoakan anak untuk mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang
dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar disekolah. Rumah juga
berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar
membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang
membacakan cerita kepada anak-anak mereka umumnya menghasilkan anak yang
senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan
sekolah anak-anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak dalam belajar,
khususnya belajar membaca.
b. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi, orang, dan lingkungan tetangga merupakan factor yang
membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa
status social ekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin
tinggi status social ekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa.
Anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan
membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam
akan mempunyai kemampuan membaca yanggi (Crawley & Mountain, dalam
Rahim 2011)
4) Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah
faktor psikologis.. faktor ini mencakup
a. Moivasi
b. Minat
c. Kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.
B. Permasalahan Membaca di Kelas Rendah
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru kelas I di sebuah
sekolah swasta di Garut, ditemukan sebuah permasalahan dalam pembelajaran
membaca permulaan yaitu ada seorang siswa laki-laki yang belum fasih membaca
kata dan kalimat, terkadang guru harus berulang-ulang kali menyuruh si anak
untuk membaca namun hal ini tak berdampak sedikitpun bagi si anak. Si anak
akan tetap diam dan tidak mau menggubris perintah dari gurunya. Hal ini
memunculkan kekesalan dari siswa lain, lalu berdampak pada timbulnya
cemoohan dari siswa lainnya. Si anak pun kurang mampu menghafal huruf A
sampai dengan Z.

C. Solusi untuk Permasalahan


Problematika yang ditemui dalam pembelajaran membaca permulaan
bukanlah sekedar problematika yang bisa dianggap remeh, namun ini akan
menjadi sangat berdampak apabila dibiarkan terus-menerus. Oleh karena itu, guru
kelas rendah haruslah berusaha dengan sungguh-sungguh agar ia dapat
memberikan dasar kemampuan memadai dalam pelaksanaan pembelajaran
yang baik. Menyikapi hal tersebut di atas, sebagai seorang guru tentunya
memiliki tugas untuk mempersiapkan siswa agar termotivasi dalam
meningkatkan kemampuan membaca serta pemahaman terhadap apa yang
dibaca dan ditulisnya. Selain guru, orang tua juga berperan penting dalam
membantu mengatasi permasalahan berkaitan dengan pembelajaran membaca
permulaan. Berikut ini penulis merumuskan beberapa upaya untuk mengatasi hal
tersebut, diantaranya:
a. Memilih bahan bacaan Memilih materi bacaan merupakan salah satu tugas yang
harus dilakukan guru. Materi bacaan yang memiliki daya tarik bagi siswa akan
memotivasi siswa membaca teks dengan sungguh-sungguh. Selain itu bahan
bacaan juga harus menarik secara visual mulai dari menampilkan gambar yang
bervariasi dan dengan warna yang menarik pula.
b. Menjadikan huruf sebagai bahan nyanyian Bagi siswa yang belum mampu
mengenal huruf baik dalam membaca ataupun menulis, guru bisa membuatkan
nyanyian sederhana namun menarik yang berisikan huruf-huruf agar si anak
termotivasi untuk menghafal huruf-huruf.
c. Memilih Media Pembelajaran yang Inovatif.
Memilih Model Pembelajaran yang Inovatif dan Bervariatif Penerapan model-
model pembelajaran yang inovatif dan bervariatif sangat membantu guru dalam
berupaya mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan membaca permulaan
diantaranya model pembelajaran Example Non Example, dan model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC).
d. Program Bimbingan bagi Orangtua Menurut Mercer (dalam Abdurrahman:
2012) untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran
membaca dan menulis permulaan yaitu dengan menggunakan pendekatan
informasional. Pendekatan ini menekankan padapenyediaan pengetahuan bagi
orangtua tentang kesulitan belajar. Misalnya dengan menyelenggarakan suatu
rangkaian pertemuan bagi orangtua dan kepada mereka diberikan informasi
dan latihan untuk membantu kesulitan tersebut.
e. Memotivasi Siswa dengan Memberikan Umpan Balik Cara yang penting untuk
membantu siswa tetap termotivasi dalam kelas ialah selalu memberitahu
tentang kemajuan belajarnya. Oleh sebab itu, guru hendaknya memberi umpan
balik sesegera mungkin ketika siswa sedang bekerja dan sesudah siswa
melengkapi setiap tugas.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SEKOLAH DASAR


Kelas / Semester : II / 1
Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari
Sub Tema 1 : Tugasku Sehari-hari di Rumah
Pembelajaran Ke : 1
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat,
membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah
dan sekolah sekolah.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.

B. KOMPETENSI DASAR (KD)


Bahasa Indonesia
3.3 Menentukan kosakata dan konsep tentang lingkungan geografis, kehidupan
ekonomi, sosial, dan budaya di lingkungan sekitar dalam bahasa Indonesia atau
bahasa daerah melalui teks tulis, lisan, visual dan/atau eksplorasi lingkungan.
C. INDIKATOR
Bahasa Indonesia
3.3.1 Menyebutkan kosakata dan konsep yang berkaitan dengan geografis,
kehidupan ekonomi sosial, dan budaya di lingkungan sekitar.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

 Dengan bimbingan guru, siswa dapat membaca teks dan menunjukan tentang letak
rumah berdasarkan denah .

E. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Pendahuluan  Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa 15 menit


berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-
masing. (Religius)
 Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi
dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.
 Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu
tentang ”Tugasku Sehari-Hari”. (Mandiri)
 Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi
kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengomunikasikan dan menyimpulkan.
( Communication )

Inti  Pada awal pembelajaran, guru mengkondisikan siswa 180 menit


secara klasikal dengan mendeskripsikan ilustrasi
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

gambar dan menerangkan maksud isi teks bacaan yang


merangkum kompetensi-kompetensi yang akan
dipelajari dalam subtema 1. ( Communication )
 Siswa mengamati gambar yang menunjukkan tugas
sehari-hari di rumah. (Mandiri)
 Siswa diberi kesempatan mengamati dan menganalisis
gambar secara cermat.
 Gunakan rubrik pengamatan gambar untuk
mengetahui tingkat pencapaian siswa.
 Guru membimbing siswa untuk mengamati gambar
denah rumah Siti (mengamati).
 Siswa mengamati gambar letak rumah Siti
(mengamati).
 Siswa mengamati teks “Letak Rumah Siti”
(mengamati).
 Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk
mengecek pemahaman siswa.
− Di mana letak rumah Siti?
− Mengapa Siti harus tahu letak rumahnya?
− Bagaimana kondisi di sekitar rumah Siti?
 Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarahkan
pemahaman tentang lingkungan geografis rumah.
( Critical Thinking and Problem Solving )
 Guru membimbing siswa untuk mengajukan
pertanyaan tentang hasil pengamatannya.
 Kegiatan ini melatih siswa untuk menumbuhkan rasa
ingin tahu mereka.
 Siswa membaca teks dengan benar. Guru memberikan
contoh terlebih dahulu bagaimana cara membaca
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

dengan benar. ( Literasi )


 Guru dapat menunjuk siswa secara bergantian untuk
membaca teks.
 Guru menyampaikan pertanyaan kepada siswa untuk
mengetahui isi bacaan: ( Communication

Penutup  Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / 15 menit


rangkuman hasil belajar selama sehari
 Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
(untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)
 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran
yang telah diikuti.
 Melakukan penilaian hasil belajar
 Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran) (Religius)

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


 Buku Siswa Tema : Tugasku Sehari-Hari Kelas 2 (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 Rev.2017, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2013).
 Buku Siswa Kelas 2 Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”.

 Denah Rumah Siti


MENGETAHUI GURU KELAS II
KEPALA SEKOLAH

...................... ......................

LAMPIRAN 1
MATERI PEMBELAJARAN
 Menyebutkan isi teks berkaitan dengan lingkungan geografis di rumah

 Membaca teks tentang lingkungan geografis di rumah

PENDEKATAN & METODE PEMBELAJARAN


 Pendekatan : Saintifik

 Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan


ceramah

LAMPIRAN 2
Penilaian Pembelajaran
a. Menyebutkan isi teks bacaan tentang lingkungan geografis rumah. (Bahasa Indonesia KD
3.3 dan 4.3)

Kriteria Bobot

Menjawab lengkap sesuai gambar 4

Menjawab sebagian besar benar 3

Menjawab sebagian kecil benar 2

Tidak dapat menjawab dengan benar 1

b. Membaca teks tentang lingkungan geografis.


Penilaian: Unjuk Kerja
Rubrik Membaca

Perlu
Baik Sekali Baik Cukup
No Kriteria Bimbingan

4 3 2 1

1 Kejelasan suara Membaca Membaca Membaca Membaca


dan ketepatan dengan suara dengan dengan dengan
bahasa yang yang lantang suara yang suara yang suara yang
digunakan dan tidak ada lantang, cukup kurang
(KD BI 3.3) kesalahan ejaan namun ada lantang, lantang,
kesalahan namun ada namun ada
ejaan kesalahan kesalahan
ejaan ejaan

2 Sikap Sangat percaya Cukup Kurang Tidak


diri percaya diri percaya percaya diri
diri

Kegiatan Pengayaan
1. Jika siswa sudah bisa membaca teks dengan benar, siswa diminta membaca buku-
buku yang berkaitan dengan materi tugasku di rumah.

Kegiatan Remedial
1. Jika siswa belum bisa membaca teks dengan benar, siswa diminta membaca ulang
dengan pendampingan guru…

Anda mungkin juga menyukai