Anda di halaman 1dari 5

Prosiding The 12th Industrial Research Workshop and National Seminar

Bandung, 4-5 Agustus 2021

Kontrol Struktur Geologi Terhadap Gerakan Tanah dan Batuan


pada Batuan Formasi Halang di Daerah Sirau, Kecamatan Karang
Moncol-Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah
Asmoro Widagdo1, Sachrul Iswahyudi2, Rachmad Setijadi3, Indra Permanajati4,
Anjar Tilaksono5
1,2,3,4,5Jurusan Teknik Geologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto-Jawa Tengah
E-mail : asmoro.widagdo@unsoed.ac.id

ABSTRAK

Bencana alam gerakan tanah merupakan salah satu bencana tahunan yang terjadi di Indonesia yang terjadi terutama
pada musim hujan. Daerah penelitian yang berada di Pulau Jawa bagian tengah merupakan daerah pegunungan dengan
kelerengan terjal dan memiliki kondisi struktur geologi yang khas. Bagaimana kondisi struktur geologi yang ada di
daerah kajian yang mempengaruhi terjadinya bencana gerakan tanah merupakan permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini. Penelitian dilakukan melalui pengamatan lapangan terhadap area gerakan tanah dan batuan meliputi
dimensi gerakan tanah, batuan penyusun, pengukuran rekahan batuan. Dimensi dan arah gerakan tanah kemudian
digambarkan pada peta topografi. Jenis batuan dan arah rekahan batuan juga digambarkan pada peta sehingga diketahui
keterkaitan struktur rekahan batuan, jenis batuan dan gerakan tanah dan batuan di daerah kajian. Struktur geologi yang
dijumpai di daerah kajian berupa bidang lapisan batuan, kekar gerus, kekar tarik dan bidang kontak intrusional. Struktur
kemiringan lapisan batuan dan kekar yang intensif dijumpai pada batulepung-batupasir Formasi Halang. Struktur ini
mempercepat pelapukan pada batulempung-batupasir hingga membentuk tanah tebal. Intrusi andesit berjenis sill atau
dyke yang lebih muda menciptakan zona ubahan batuan dan menciptakan pembebanan pada batulempung. Hal-hal
tersebut merupakan factor internal yang menyebabkan longsor di daerah kajian.

Kata Kunci
Struktur, lapisan, kekar, formasi, tanah, intrusi

1. PENDAHULUAN Bencana tanah longsor/gerakan tanah dari tahun ke


tahun semakin sering terjadi di Indonesia, khususnya
Daerah kajian (Gambar 1) yang berada di bagian tengah
pada saat musim hujan [2]. Kondisi tektonik di
Pulau Jawa secara umum merupakan daerah yang
Indonesia yang membentuk morfologi tinggian,
memiliki kemungkinan kejadian bencana longsor lebih
patahan, batuan vulkanik yang mudah lapuk serta
tinggi daripada daerah lain di utara dan selatan Pulau
ditunjang dengan iklim di Indonesia yang berupa tropis
Jawa. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti
basah, sehingga menyebabkan potensi tanah longsor
kondisi geologi alamiah yang mendukung (batuan,
menjadi makin tinggi. Hal ini ditunjang dengan adanya
kelerengan dan struktur geologi), curah hujan yang
degradasi perubahan tataguna lahan yang menyebabkan
tinggi dan kepadatan penduduk dan penggunaan lahan
bencana tanah longsor menjadi semakin meningkat.
yang kurang sesuai. Inventarisasi dan penelitian harus
terus dilakukan untuk mengurangi resiko dan dampak
negatif bencana longsor yang masih akan terjadi di masa
datang. Pemahaman masyarakat terhadap kondisi
geologi daerah yang ditempatinya perlu dilakukan guna
meningkatkan kesiapsiagaan warga terhadap ancaman
longsor di lingkungannya.
Tanah Iongsor atau gerakan tanah dapat merusak
jaringan jalan, pipa dan kabel baik akibat gerakan
dibawahnya atau karena penimbunan material hasil
longsoran [1]. Gerakan tanah yang berjalan lambat juga
dapat menyebabkan penggelembungan (tilting) dan
bangunan tidak dapat digunakan. Rekahan pada Gambar 1. Daerah kajian di bagian tengah Pulau Jawa
tanah/batuan menyebabkan fondasi bangunan terpisah bagian tengah
dan menghancurkan utilitas lainnya didalam tanah.
Runtuhan lereng yang tiba-tiba dapat menyeret
rumah/permukiman turun jauh dibawah lereng.

574
Prosiding The 12th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 4-5 Agustus 2021

Berdasarkan pada hasil kajian [3] menyebutkan bahwa tapal kuda perbukitan/lembah dan lain-lain. Beberapa
kejadian-kejadian bencana alam selama ini telah banyak struktur geologi regional [6] yang terdapat di sekitar
menimbulkan kerugian dan penderitaan yang cukup lokasi bencana antara lain zona patahan dan perlipatan.
berat sebagai akibat dari perpaduan bencana alam dan
Secara regional daerah Sirau, Kecamatan
kompleksitas permasalahan lainnya. Longsoran
Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga termasuk dalam
merupakan fenomena alam yang disebabkan oleh
jajaran Pegunungan Serayu Utara. Pegunungan ini
turunnya material tanah, regolith, dan batu dari atas
secara struktur geologi terbentuk akibat perlipatan dan
bukit karena gravitasi [4]. Peristiwa ini seringkali
pensesaran pada batuan berumur Tersier. Lipatan
menimbulkan korban jiwa dan kerusakan lingkungan
antiklin dan sinklin terbentuk di daerah kajian akibat
ketika harus berinteraksi dengan kehidupan manusia
gaya berarah Utara-Selatan. Struktur intrusional dan
yang berada di daerah tersebut.
ketidakselarasan juga dijumpai di daerah ini. Batuan
intrusi andesit dan diorite berkembang memotong
2. GEOLOGI REGIONAL batuan Tersier Formasi Rambatan dan Halang. Intrusi-
intrusi ini terbentuk bersamaan dengan pembentukan
2.1. Fisiografi (Geomorfologi Regional) batuan ekstrusif dan efusif pada Formasi Kumbang.
Secara fisiografi atau kenampakan bentang alam, lokasi Bidang-bidang perlapisan batuan pada Formasi Halang
penelitian termasuk dalam Antiklinorium Bogor- (dibagian tengah) dan batuan Formasi Kumbang di
Kendeng [5]. Antiklinorium Bogor-Kendeng merupakan atasnya memiliki perberbedaan kedudukan strike (jurus)
perlipatan besar yang terdiri atas lipatan-lipatan kecil dan dip (kemiringan). Batuan formasi Kumbang
penyusunnya yang berarah relatif barat-timur. Litologi umumnya memiliki kecenderungan arah strike
penyusun bentang alam ini antara lain terdiri atas perlapisan Barat-Timur (E-W) dengan kemiringan ke
batuan-batuan berumur Tersier (puluhan juta tahun lalu) selatan di sebelah selatan daerah kajian. Sementara
yang terlipat kuat dengan struktur-struktur geologi bidang perlapisan pada Formasi Halang memiliki
berupa patahan (fault) dan lipatan (fold). kedudukan yang lebih bervariasi. Perbedaan kedudukan
perlapisan batuan sedimen ini terjadi karena adanya
2.2. Stratigrafi Regional/Urutan Batuan even tektonik atau vulkanik diantara kedua formasi.
Stratigragi lokasi kajian longsor tersusun atas Kejadian ini mengakibatkan pembentukan kemiringan
litologi/batuan gunungapi dan sedimen berumur Tersier batuan pada waktu sebelum pembentukan Formasi
[6]. Stratigrafi regional daerah penelitian dari tua ke Kumbang.
muda seperti diuraikan sebagai berikut:
3. LONGSOR PADA FORMASI HALANG
2.2.1. Formasi Rambatan (Tmr)
Kejadian longsor di Dusun Pengungsen, Desa Sirau,
Tersusun atas batuan batupasir-gampingan dan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang ada di
konglomerat yang bersisipan dengan lapisan tipis napal lokasi bencana, antara lain: morfologi (kelerengan),
dan serpih yang menempati bagian bawah satuan; litologi, struktur geologi, pelapukan, curah hujan, dan
sedangkan bagian atas terdiri dari batupasir gampingan penggunaan lahan (Tabel 1). Faktor pengontrol
berwarna abu-abu terang, sampai kebiruan, mengandung terjadinya longsor pada suatu lereng dikelompokan
kepingan batuan beku andesit. menjadi faktor internal dan eksternal [7]. Faktor internal
terdiri dari jenis/kondisi geologi batuan dan tanah
2.2.2. Formasi Kumbang (Tmpk) penyusun lereng, sudut kemiringan lereng
Tersusun atas breksi-gunungapi, lava, intrusi batuan (geomorfologi lereng), air tanah/hidrologi dan struktur
beku, dan tuf bersusunan andesit sampai basal; batupasir geologi. Sedangkan faktor dari luar (eksternal) yang
tuf dan konglomerat, serta sisipan lapisan tipis magnetit. disebut juga sebagai faktor pemicu yaitu curah hujan,
Satuan ini memiliki hubungan menjemari dengan vegetasi penutup, penggunaan lahan pada lereng dan
Formasi Halang. getaran gempa.

2.2.3. Formasi Halang (Tmph)


Tersusun atas batupasir-tufaan, konglomerat, napal, dan
batulempung; di bagian bawah terdapat breksi
berkomposisi andesit. Batupasir umumnya berupa
wakestone. Batuan formasi ini diendapkan sebagi
sedimen turbidit pada zona batial atas (laut dangkal).

2.3. Struktur Geologi Regional


Struktur geologi merupakan hasil dari tektonisme yang .
menyebabkan terbentuknya kelurusan-kelurusan Gambar 2. Kelerengan tinggi berpotensi longsor di
patahan atau bentuk-bentuk lahan khas, seperti bentuk Dusun Pengungsen.
575
Prosiding The 12th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 4-5 Agustus 2021

Di lokasi bencana longsor Desa Sirau – Karang Moncol Faktor lain penyebab longsor adalah komposisi litologi
seperti halnya, lokasi rawan longsor lain, memiliki yang menyusun lokasi bencana berupa batuan dasar
tingkat kelerengan yang tinggi (Tabel 1). Semakin batupasir dan lempung Formasi Halang. Litologi dasar
tinggi kelerengan, potensi terjadinya gerakan tanah tersebut sebaian besar telah mengalami pelapukan
semakin besar, termasuk longsor. Pada tingkat menjadi soil, tapi masih bisa diidentifikasi batuan asal
kelerengan tertentu, lokasi tersebut tidak mungkin soil tersebut. Litologi tersebut juga banyak mengalami
dijadikan sebagai tempat beraktifitas manusia rekahan/retakan yang bisa menjadi jalan air masuk lebih
(pemukiman dan pertanian) karena potensi longsor yang dalam ke bawah permukaan, membebani lereng,
sangat tinggi (Gambar 2). Kelerengan yang tinggi melarutkan batuan, dan memperbesar kemungkinan
menyebabkan lereng semain tidak stabil. Potensi bencana longsor. Rekahan-rekanan tersebut harus
longsor akan bertambah jika lereng semakin “berat” ditutup untuk mengurangi kemungkinan longsor.
karena kandungan air (dari hujan) atau penggunaan
Lahan pada lokasi bencana longsor umumnya
lahan (untuk pemukiman atau pertanian). Kelerengan
dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai
yang besar bisa dikurangi dengan sistem terasering
pemukiman dan pertanian sawah atau lading (Tabel 1).
lereng, tapi tetap memiliki batas tertentu terasering
Gerakan tanah dan longsor umumnya terjadi pada titik-
sudah tidak mungkin lagi dilakukan.
titik lokasi dengan kelerengan besar dan lahan pertanian
dengan beberapa pemukiman. Keberadaan hasil aktifitas
Tabel 1. Kondisi daerah kajian berdasar pengamatan manusia tersebut akan membebani lereng. Ditambah
lapangan dengan curah hujan yang tinggi, maka pada saat tertentu
tidak kuat menahan beban akhirnya akan terjadi longsor
Faktor
Geologi
Jenis Sebaran Pengaruh atau gerakan tanah. Indikasi terjadinya gerakan tanah
Morfologi pegunungan Tinggian di Arah gerakan
(walaupun belum terjadi longsor) antara lain adanya
timur, material bangunan yang mengalami pergerakan
lembah di longsor ke
barat barat
Pada titik-titik tertentu, terutama yang memiliki
Litologi/ Batupasir Batuan Bidang
kelerengan besar, keberadaan bangunan (besar) dan
batuan vulkanik sedimen di gelincir pada lahan pertanian atau perkebunan perlu dikurangi untuk
perselingan kaki lereng batuan menghindari bencana gerakan tanah di masa datang.
batu barat, sedimen di Pemilihan jenis-jenis vegetasi yang sesuai juga
lempung. andesit di bawah diperlukan untuk mengurangi resiko bencana longsor.
Bongkah sebelah
Andesit timur Curah hujan yang tinggi (Tabel 1) merupakan faktor
Struktur Sesar, kekar, Regional Rekahan utama penyebab terjadinya longsoran [8]. Hujan yang
antiklin, dan local di batuan terjadi pada saat terjadinya longsoran adalah sebesar
lapisan daerah intensif 100 mm/hari dengan tingkat intensitas lebat yaitu 16-22
batuan kajian membentuk
mm/jam selama 5 jam. Tanah lapisan penutup
zona lemah
merupakan tanah yang mudah meresapkan air (tanah
Air tanah Air tanah Makin kea Batuan di
dangkal di rah puncak sebelah kaki pelapukan yang poros) sedangkan tanah dibawahnya
batuan dasar makin dalam lebih labil berupa batuan segar yang kedap air sehingga berpotensi
dekat sungai menjadi bidang gelincir. Indonesia merupakan salah
Air Aliran Irigasi Resapan air satu negara yang sering mengalami bencana
permukaan irigasi, persawahan irigari di hidrometeorologi, yaitu bencana yang disebabkan
Sungai di bagian lereng karena perubahan iklim dan cuaca [9]. Kejadian longsor
atas menambah
beban leereg
di Kabupaten Purbalingga terjadi akibat adanya
Kemiringan 70o di bagian Terjal di Bagian akumulasi curah hujan yang cukup tinggi pada beberapa
lereng lembah barat dan lembah hari terakhir sebelum kejadian [10].
(barat) landau di sangat labil
timur
Besar curah hujan yang tinggi di lokasi rawan longsor
30o di bagian
timur juga menjadi salah satu pemicu longsor selain faktor-
Pelapukan Membentuk Menebal kea Bagian barat faktor lain yang telah disebutkan di atas. Dari data curah
soil tebal rah barat lebih rawan hujan selama tahun 2019 di Jawa Tengah, diketahui
pada batuan bahwa, pada bulan-bulan September/Oktober sampai
sedimen April/Mei, rata-rata curah hujan dan jumlah hari hujan
Curah hujan Lebat pada 100 mm/hari Membebani paling tinggi daripada bulan-bulan lain [11]. Pada
musim hujan Merata di lereng bulan-bulan tersebut perlu kesiapsiagaan terhadap
seluruh
kejadian bencana tanah longsor harus lebih tinggi
bagian
daripada pada bulan-bulan lain.
Penggunaan Sawah dan Sawah di Air di
lahan ladang barat persawahan Berdasar peta kerentanan gerakan tanah suatu daerah
(bawah) membebani
dapat dikelompokkan dalam beberapa tingkat
lading di lereng
timur kerawanan [12]. Daerah dengan tingkat kerawanan
(puncak) rendah hingga sedang dapat dimanfaatkan sebagai

576
Prosiding The 12th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 4-5 Agustus 2021

pemukiman, pertanian, dan perkebunan. Daerah dengan Faktor batuan yang mempengaruhi tingkat kerawanan
kerawanan sedang dapat dimanfaatkan sebagai daerah longsor tidak hanya mencakup jenis dan kekerasan
pertanian, perkebunan, atau pun perumahan dengan batuan saja, namun yang lebih penting adalah struktur
memperhatikan beberapa aturan seperti pola tanam, batuannya [14]. Batuan yang berlapis dengan
jenis tanaman, dan kestabilan lereng di daerah tersebut. kemiringan (dip) searah dengan arah sudut lereng akan
Daerah dengan tingkat kerawanan tinggi dapat mempunyai tingkat kerawanan yang tinggi. Batuan yang
dimanfaatkan sebagai hutan lindung atau pun hutan keras dan masih relatif segar pun dapat juga menjadi
wisata. rawan longsor apabila ia miring seaarah lereng (Tabel 2)
atau mempunyai banyak retakan (joint) yang searah
Jenis longsor di daerah kajian adalah longsoran rotasi
dengan arah sudut lereng.
dimana bergeraknya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk cekung. Menurut penelitian Batuan yang keras dan banyak joint tersebut akan
[13], kemungkinan faktor dominan pada tipe longsor menjadi lebih rawan lagi apabila menumpang di atas
rotasi adalah kemiringan lereng, kedalaman tanah, sesar batuan lunak (lempung) yang mempunyai sifat kembang
dan infrastruktur. Tanah longsor di daerah kajian kerut. Kawasan dengan tanah (soil) yang tebal dan
memiliki dimensi panjang kurang lebih 252 meter dan terletak pada topografi tinggi juga relatif rawan terhadap
lebar 86 meter, dengan arah longsor kearah barat longsoran karena daerah ini sangat potensial untuk
menuju sungai Tambra. Area longsor berada pada mengalami penambahan beban massa karena tanah
ketinggian 610 meter sampai 670 meter (Gambar3). umumnya mempunyai kemampuan menyerap air hujan
yang relatif tinggi dibandingkan dengan batuan segar.
Atas dasar pengertian tersebut, maka penilaian
kerawanan longsor biasanya didasarkan pada penilaian
atas parameter morfometri lereng dan morfostruktur
lereng.
Batulempung dan batulanau Formasi Halang sebagai
batuan dasar daerah kajian memiliki sifat plastis dan
telah mengalami banyak rekahan. Kondisi ini
menyebabkan proses pelapukan kimia mampu
menjangkau hingga bagian yang lebih dalam yang pada
gilirannya akan menghasilkan lapisan tanah lapukan
Gambar 3. Peta topografi dan sebaran arah ke barat yang tebal.
longsor daerah kajian
Batuan beku andesit hadir di daerah kajian sebagai
batuan intrusi baik berupa sill maupun dyke. Rombakan
4. STRUKTUR GEOLOGI bongkah andesit hasil runtuhan atau longsoran purba
juga dijumpai di bagian lereng. Kehadiran intrusi ini
Salah satu faktor penyebab bencana longsor di daerah terupama sill dan endapan tallus/runtuhan menyebabkan
kajian adalah keberadaan struktur-struktur geologi lapisan tanah dan batulempung di bawahnya terbebani
(Tabel 2) yang ada di sekitar Desa Sirau-Karang dan bergerak bila dipicu oleh hujan yang panjang.
Moncol, yaitu: patahan-patahan mendatar dan lipatan-
lipatan (sinklin dan antiklin). Struktur-struktur geologi Retakan batuan/joint berkembang intensif pada batuan
yang tercatat pada peta geologi regional tersebut dasar di daerah kajian. Kondisi ini berkaitan dengan
merupakan struktur-struktur besar yang teridentifikasi di struktur sesar besar, yang mengapit daerah kajian di
lapangan. Keberadaan struktur besar akan diikuti oleh selatan dan utara, yang berupa patahan mendatar megiri
struktur-struktur geologi yang lebih kecil orde (sesar sinistral). Kondisi ini menyebabkan stabilitas
selanjutnya yang menyebabkan lahan lebih labil lereng menjadi sangat labil, terlebih bila diatasnya
termasuk kejadian longsor. terbebani oleh material tanah tebal, batuan lain atau
rumah warga.
Tabel 2. Karakter struktur geologi daerah kajian
Rekahan tarik/extentional joint terbentuk dengan arah
Struktur utara-selatan (Tabel 2) memotong batulempung dan
Jenis Arah Sifat
Geologi
batulanau di area longsor. Rekahan ini umumnya terisi
Sesar Sesar geser Baratlaut- regional oleh mineral kalsit yang berwarna putih. Kehadiran
kiri tenggara
rekahan ini menyebabkan batuan dasar kurang stabil.
Lipatan antiklin Barat-timur regional
Utara-selatan
Beberapa rekahan tanah terbentuk searah dengan
Rekahan/ Gerus bervariasi Spasi rapat,
rekahan ini.
kekar rongga Rapat
tarik Utara-selatan Rongga
terbuka,
terisi kalsit
Bidang Batuan Searah lereng Retakan rapat
lapisan sedimen

577
Prosiding The 12th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 4-5 Agustus 2021

5. KESIMPULAN Tengah. Jurnal Dinamika Rekayasa Vol. 10 No. 2


Agustus, ISSN 1858-3075, Hal. 41-44, 2014.
Jenis struktur geologi yang dijumpai di daerah Sirau-
Karangmoncol-Purbalingga, berupa bidang perlapisan [8] Hidayat, R., Sutanto, S.J. dan Munir, M.D., Kondisi
batuan, kekar gerus, kekar tarik dan bidang kontak Geologi dan Pola Hujan Sebagai Pemicu Longsor di
Jawa Tengah Bagian Selatan Pada Juni 2016. Jurnal
intrusi. Struktur kemiringan bidang perlapisan dan kekar Teknik Hidraulik, Vol. 7, No. 2, Hal 147-146, 2016.
yang intensif dijumpai pada batulepung-batupasir
Formasi Halang. Struktur ini telah mempercepat [9] Susanti, P.D., Miardini, A. dan Harjadi, B., Analisis
pelapukan pada batulempung-batupasir hingga Kerentanan Tanah Longsor Sebagai Dasar Mitigasi Di
membentuk struktur soil yang tebal. Intrusi andesit Kabupaten Banjarnegara, Jurnal Penelitian Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai, Vol. 1. No.1. Hal. 49-59, 2017.
berjenis sill atau dyke yang lebih muda menciptakan
zona ubahan batuan dan menciptakan pembebanan pada [10] Harmoko, H.S.W., Analisis Kejadian Banjir dan
batulempung. Hal-hal tersebut merupakan factor longsor Di Wilayah Kabupaten Purbalingga Propinsi
internal batuan yang menyebabkan longsor di daerah Jawa Tengah. Badan Meteorologi, Klimatologi Dan
kajian. Geofisika Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang, 2018.
[11] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Jumlah
Curah Hujan dan Hari Hujan Provinsi Jawa Tengah
UCAPAN TERIMAKASIH Tahun 2019, , diakses 13-11-2020,
Atas terselesaikannya karya publikasi ilmiah ini, penulis https://jateng.bps.go.id/statictable/2020/07/28/2049/ban
yak-curah-hujan-dan-hari-hujan-menurut-bulan-di-
menyampaiakn terimakasih kepada Departemen ESDM
provinsi-jawa-tengah-2019.html, 2020.
kantor Banjarnegara-Jawa Tengah (Pambudi, ST. MT)
yang telah membantu dalam pengumpulan data [12] Arrisaldi, T. dan Hidayat, R., Kajian Pemanfaatan
lapangan. Terimakasih juga kepada rekan-rekan di Wilayah Rawan Longsor Di Kecamatan Karangkobar,
Jurusan Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman Kabupaten Banjarnegara BErdasarkan Peraturan
(Ir. Adi Candra, ST. MT, Ir. Siswandi ST., MT, Drs. Mentri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 Dengan
Modifikasi. Prosiding Seminar Nasional Geografi
Gentur Waluyo, MSi., Huzaely Latief Sunan, ST., MT., UMS, 2017.
Akhmad Kahlil Gibran, ST., MT., Januar Aziz
Zaenurrohman, ST., M.Eng, Maulana Rizki Aditama, [13] Susanti, P.D. dan Miardini, A., Identifikasi
SSi., MSi dan Dr. Eko Bayu Purwasatriya, ST, MSi) Karakteristik dan Faktor Pengaruh pada Berbagai Tipe
yang telah membantu dalam proses penulisan makalah. Longsor, Jurnal Agritech, Vol. 39 No. 2, Hal 97-107,
2019.
[14] Priyono, K.D. dan Priyono, Analisis Morfometri dan
DAFTAR PUSTAKA Morfostruktur Lereng Kejadian Longsor Di Kecamatan
[1] Rahman, A.Z., Kajian Mitigasi Bencana Tanah Banjarmangu, Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, hal. 72
Longsor Di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal – 84, 2008.
Manajemen Dan Kebijakan Vol. 1, No. 1. Hal. 1-14,
2015.
[2] Naryanto, H.S., Analisis Kejadian Bencana Tanah
Longsor Tanggal 12 Desember 2014 Di Dusun
Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan karangkobar,
Kabupaten banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, Jurnal
Alami (ISSN : 2548-8635), Vol. 1, No. 1. Hal. 1-10,
2017.
[3] Rahman, A.Z., Kapasitas Daerah Manjarnegara Dalam
Penanggulangan Bencana Alam Tanah Longsor, Jurnal
Ilmu Sosial, Vol. 16, No. 1. Hal 1-8, 2017.
[4] Permanajati, I. dan Iswahyudi, S., Zona Pelapukan
Sebagai Pengontrol Longsoran Di Daerah Jingkang
Dan Sekitarnya, Purbalingga. The 8th University
Research Colloquium 2018, UMP, Purwokerto, 2018.
[5] Van Bemmelen, The Geology of Indonesia, Vol. IA,
General Geology of Indonesia and Adjacent
Archipelagoes, Government Printing Office, The
Hague, 1949.
[6] Duri, M., Samodra, H., Amin, T.C. dan Gafoer, S., Peta
Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa,
Direktorat Geologi Lingkungan, Bandung, 1995.
[7] Widagdo, A., Jati, I.P., Waluyo, G., Purwasatriya, E.B.
dan Suwardi, Struktur Geologi Daerah Longsor di
Gunung Pawinihan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa

578

Anda mungkin juga menyukai