Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016,77-93

Available online at http://journal.sbm.itb.ac.id


Manajemen
Teknologi
Indonesian Journal for the Science of Management

Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM


di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model

Donald Crestofel Lantu1*, Mochamad Sandy Triady2, Ami Fitri Utami2, Achmad Ghazali1
1
Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung
2
Sekolah Bisnis dan Manajemen, Bina Nusantara University

Abstrak.Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki potensi dalam meningkatkan pendapatan serta penyerapan
tenaga kerja. Kendala baik secara internal maupun eksternal masih banyak dialami UMKM sehingga dinilai belum berdaya
saing tinggi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta pendapatan masyarakat. Terdapat beberapa faktor yang
diperkirakan dapat meningkatkan daya saing UMKM. Studi ini bertujuan untuk mengkonfirmasi rancangan model dan
indikatornya yang dapat mempengaruhi daya saing UMKM melalui data primer yang kemudian diolah secara kuantitatif.
Berdasarkan data dari 19 provinsi terdapat enam variabel utama yang membentuk daya saing UMKM suatu provinsi yaitu
ketersediaan dan kondisi lingkungan usaha, kemampuan usaha, kebijakan dan infrastruktur, riset dan teknologi, dukungan
finansial dan kemitraan, serta variabel kinerja.

Kata kunci: usaha kecil dan menengah (UKM), daya saing, model empiris, validasi dan evaluasi model kualitatif, modifikasi
model kualitatif

Abstract. Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) have potentials in increasing incomes and employment. Some
obstacles is experienced by many MSMEs, it is often considered as the reason of low competitiveness to boost economic growth and
incomes. There are several factors that ar expected to increase the competitiveness of SMEs. This study aimed to confirm the model
and indicators quantitatively that may affect the competitiveness of SMEs through primary. From the study, it was found that the
need for an adjustment of the design of the models that have been built on previous studies. Based on data from 19 provinces, there
are six main variables that shape the competitiveness of SME; resource availability and business environement, business
capability, policy and infrastructures, research and technology; financing and partnership, and performances.

Keywords: small and medium enterprises (SME), competitiveness, empirical model, validate & evaluate qualitative model,
modified qualitative model

*Corresponding author. Email: donald@sbm-itb.ac.id


Received: 1 Maret 2016, Revision: 11 April 2016, Accepted: 31Mei 2016
Print ISSN: 1412-1700; Online ISSN: 2089-7928. DOI: http://dx.doi.org/10.12695/jmt.2016.15.1.6
Copyright@2016. Published by Unit Research and Knowledge, School of Business and Management - Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB)

Jurnal
77 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Pendahuluan Kedua, model daya saing dalam konteks lingkup daya saing; (b) menciptakan kapabilitas Watson et al. (1998, p.217-238) menjelaskan
perusahaan atau UMKM perlu organisasi; dan (c) menetapkan tujuan-tujuan bahwa faktor keberhasilan adalah faktor
Pe r a n U M K M d a l a m m e n i n g k a t k a n mempertimbangkan tiga dimensi daya saing dan strategi pencapaiannya. penting dalam mempengaruhi hasil bisnis.
pendapatan serta penyerapan tenaga kerja sebagaimana dikonsepkan oleh Buckley et al Chawla et al (2007, p. 1) mendefinisikan CSFs
tentu dapat dinilai besar bagi Indonesia. (1988, dalam Man, Lau & Chan, 2002, p. 123- Tambunan (2008) menyusun suatu kerangka sebagai peristiwa, situasi, kondisi, atau kegiatan
Kementerian Koperasi dan UKM (2014) 142) yaitu potensi, proses, dan kinerja. pikir mengenai daya saing sebuah perusahaan yang membutuhkan perhatian khusus karena
menyatakan kontribusi UMKM dalam PDB dan faktor-faktor penentunya. Dalam kerangka signifikansi CSFs dapat dapat membantu
pada tahun 2013 mencapai 57.56% dari total Dimensi “potensi” mencakup lingkup daya pikir ini, daya saing sebuah perusahaan dalam penciptaan usaha kecil, dalam segi
PDB nasional dengan jumlah usaha sebanyak saing dan kemampuan berorg anisasi. tercermin dari daya saing produk yang pengambilan keputusan, dalam fokus persepsi,
57.9 juta unit atau 99% dari total unit usaha Sementara itu dimensi “proses” dihasilkannya dan daya saing sebuah dalam perencanaan, dan pengorganisasian.
yang ada. UMKM juga mampu menyerap 97% mencerminkan kemampuan untuk mengelola perusahaan dapat dicirikan oleh faktor internal Beberapa pihak lain menyebut daya saing
dari total tenaga kerja di Indonesia. Kontribusi pekerjaan; sedangkan “kinerja” merupakan dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal sebagai faktor kompetitif.
UMKM yang ting gi ini namun belum resultan dari berbagai faktor yang tersebut mencakup (1) keahlian atau tingkat
menjadikan UMKM di Indonesia memiliki membentuknya seperti (1) karakter, perilaku, pendidikan pekerja, (2) keahlian pengusaha, (3) Li (2011) mengatakan faktor kompetitif
daya saing yang tinggi. Kendala baik secara keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki ketersediaan atau akses ke modal, (4) sistem menjadi tingkat pertama, kriteria sebagai
internal maupun eksternal banyak dialami oleh pengusaha; (2) karakter sektor, pasar dan organisasi dan manajemen yang baik (sesuai tingkat kedua dan atribut sebagai tingkat ketiga,
UMKM sehingga UMKM tersebut kemudian lingkungan usaha strategis; dan lain-lain. kebutuhan bisnis), (5) ketersediaan atau serta menyimpulkan tujuh faktor kompetitif
dipandang belum berdaya saing tinggi untuk penguasaan teknologi, (6) ketersediaan atau adalah: kompetensi manajemen (management
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Hasil yang ketiga yaitu tingkat daya saing yang penguasaan informasi, dan (7) ketersediaan competency), kompetensi pengorganisasian
serta pendapatan masyarakat. Skala usaha, tinggi dari suatu perusahaan skala kecil dan atau penguasaaan/akses kepada input-input (organizing competency), kemampuan teknologi
produktivitas dan tingkat penerapan teknologi menengah dapat dipertahankan melalui lainnya seperti enerji, bahan baku, dan lain-lain. (technological capability), kompetensi keuangan
mer upakan faktor-faktor yang dapat pemenuhan empat jenis kemampuan, yaitu (1) (financial competency), pangsa pasar (market share),
mempengaruhi daya saing UMKM. Ketiga kemampuan perusahaan untuk meningkatkan Pengukuran daya saing juga dapat dilihat dari tanggung jawab sosial (social responsibility), dan
faktor tersebut dapat digunakan untuk pangsa pasar, keuntungan dan pertumbuhan beberapa perspektif. Menurut Gal (2010), daya saing regional (regional competitiveness).
mengukur daya saing UMKM. nilai tambah secara berkelanjutan peningkatan daya saing dapat diukur dari sisi
(sustainability); (2) kemampuan perusahaan kinerjanya. Namun dari segi pandangan Daya saing yang tinggi juga sangat diperlukan
Faktor-faktor lain, seperti tingkat pendidikan untuk mengakses dan mengelola berbagai komprehensif, daya saing dapat diukur dari segi dalam kondisi bersaing dengan pasar global
pemilik dan pekerja UMKM, keterampilan dan sumber daya dan kemampuannya pengaruhnya sampai hasil akhir yang telah se per ti deng an adanya implementasi
tingkat kewirausahaan, akses UMKM kepada (controllability); (3) kemampuan strategis dicapai. Hal ini dikatakan sebagai objek yang Masyarakat Ekonomi Asean. Kondisi ini akan
sumber pembiayaan, akses kepada lembaga perusahaan untuk menilai tingkat daya kompetitif. Berdasarkan model dari Buckely et memberikan tantangan namun juga dapat
pengembangan usaha, faktor-faktor eksternal saingnya dibandingkan dengan perusahaan al (1998, p.175-200), daya saing dianggap memperoleh peluang, sehingga UMKM
seperti kemudahan perijinan dan biaya lain (relativity); dan (4) kemampuan perusahaan sebagai proses yang berkelanjutan, tidak hanya dituntut untuk meningkatkan daya saingnya.
transaksi, dan lain-lain, juga dapat digunakan untuk ter us menciptakan keung gulan kinerja yang dihasilkan, tetapi juga proses Susilo (2012) menyatakan bahwa kunci
untuk menggambarkan tingkat daya saing kompetitif (dynamism). untuk melakukannya. utamanya adalah UMKM itu sendiri khususnya
UMKM. Tambunan (2008) menyatakan bahwa pemilik UMKM dengan dukungan para
meskipun ukuran daya saing UMKM sangat Keempat, model daya saing UMKM perlu Untuk meningkatkan daya saing, UMKM pekerjanya.
beragam, identifikasi mengenai daya saing mempertimbangkan pengaruh dari aspek- harus memiliki kemampuan berkompetisi.
UMKM perlu mencakup tiga karakteristik aspek internal perusahaan, lingkungan Untuk mencapai kinerja yang sangat baik, Pengusaha/pemilik UMKM dengan jiwa
yaitu potensi, proses, dan kinerja. eksternal dan pengusaha/pemilik usaha UMKM harus mempertimbangkan beberapa kewirausahaan dan jiwa inovasi yang dimiliki,
(proses atau perspektif perilaku pengusaha). faktor yang mempengaruhi kinerja. Beberapa harus mampu menjadi motor penggerak untuk
Telah banyak studi yang dilakukan mengenai studi yang disebut kemampuan kompetitif meningkatkan daya saing perusahaan. Peran
daya saing UMKM dengan hasil yang Kelima, berdasarkan ketiga pendekatan adalah faktor yang mempengaruhi kinerja pemilik UMKM menjadi sangat penting dalam
bervariasi. Salah satu yang terpenting adalah tersebut, Man, Lau & Chan (2002, p. 123-142) UMKM atau keberhasilan atau bisa disebut meningkatkan daya saing, Hunter and Lean
hasil penelitian dari Man, Lau & Chan (2002, p. mengembangkan suatu model konseptual sebagai Faktor-faktor Kunci Keberhasilan (Key (2014, p.179-190) menyatakan bahwa karakter
123-142) yang mencoba untuk menganalisis untuk menghubungkan karakteristik- Success Factors/KSFs) atau Faktor-faktor Kritis entrepreneurial leadership diperlukan oleh seorang
tingkat daya saing UMKM dengan karakteristik dari manajer atau pemilik Keberhasilan (Critical Success Factors/CSFs). pemilik UMKM untuk memimpin usahanya.
menggabungkan antara konsep daya saing dan perusahaan dan kinerja perusahaan dalam KSFs didefinisikan sebagai faktor yang sangat Karakter yang dinyatakan berperan penting
kompetensi kewirausahaan. Hasil analisisnya j a n g k a p a n j a n g. H u b u n g a n t e r s e b u t penting dalam mengukur kinerja yang sangat adalah ambisius, berorientasi pada kinerja, dan
yaitu; pertama, daya saing merupakan proses dihipotesakan kedalam tiga tugas prinsip baik dari perusahaan (Ghosh et al, 2001, p. 209- visioner.
yang berkelanjutan, dan bukan proses yang seorang pengusaha yaitu (a) membentuk 221).
statis.

Jurnal Jurnal
78 Manajemen Teknologi 79 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Pendahuluan Kedua, model daya saing dalam konteks lingkup daya saing; (b) menciptakan kapabilitas Watson et al. (1998, p.217-238) menjelaskan
perusahaan atau UMKM perlu organisasi; dan (c) menetapkan tujuan-tujuan bahwa faktor keberhasilan adalah faktor
Pe r a n U M K M d a l a m m e n i n g k a t k a n mempertimbangkan tiga dimensi daya saing dan strategi pencapaiannya. penting dalam mempengaruhi hasil bisnis.
pendapatan serta penyerapan tenaga kerja sebagaimana dikonsepkan oleh Buckley et al Chawla et al (2007, p. 1) mendefinisikan CSFs
tentu dapat dinilai besar bagi Indonesia. (1988, dalam Man, Lau & Chan, 2002, p. 123- Tambunan (2008) menyusun suatu kerangka sebagai peristiwa, situasi, kondisi, atau kegiatan
Kementerian Koperasi dan UKM (2014) 142) yaitu potensi, proses, dan kinerja. pikir mengenai daya saing sebuah perusahaan yang membutuhkan perhatian khusus karena
menyatakan kontribusi UMKM dalam PDB dan faktor-faktor penentunya. Dalam kerangka signifikansi CSFs dapat dapat membantu
pada tahun 2013 mencapai 57.56% dari total Dimensi “potensi” mencakup lingkup daya pikir ini, daya saing sebuah perusahaan dalam penciptaan usaha kecil, dalam segi
PDB nasional dengan jumlah usaha sebanyak saing dan kemampuan berorg anisasi. tercermin dari daya saing produk yang pengambilan keputusan, dalam fokus persepsi,
57.9 juta unit atau 99% dari total unit usaha Sementara itu dimensi “proses” dihasilkannya dan daya saing sebuah dalam perencanaan, dan pengorganisasian.
yang ada. UMKM juga mampu menyerap 97% mencerminkan kemampuan untuk mengelola perusahaan dapat dicirikan oleh faktor internal Beberapa pihak lain menyebut daya saing
dari total tenaga kerja di Indonesia. Kontribusi pekerjaan; sedangkan “kinerja” merupakan dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal sebagai faktor kompetitif.
UMKM yang ting gi ini namun belum resultan dari berbagai faktor yang tersebut mencakup (1) keahlian atau tingkat
menjadikan UMKM di Indonesia memiliki membentuknya seperti (1) karakter, perilaku, pendidikan pekerja, (2) keahlian pengusaha, (3) Li (2011) mengatakan faktor kompetitif
daya saing yang tinggi. Kendala baik secara keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki ketersediaan atau akses ke modal, (4) sistem menjadi tingkat pertama, kriteria sebagai
internal maupun eksternal banyak dialami oleh pengusaha; (2) karakter sektor, pasar dan organisasi dan manajemen yang baik (sesuai tingkat kedua dan atribut sebagai tingkat ketiga,
UMKM sehingga UMKM tersebut kemudian lingkungan usaha strategis; dan lain-lain. kebutuhan bisnis), (5) ketersediaan atau serta menyimpulkan tujuh faktor kompetitif
dipandang belum berdaya saing tinggi untuk penguasaan teknologi, (6) ketersediaan atau adalah: kompetensi manajemen (management
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Hasil yang ketiga yaitu tingkat daya saing yang penguasaan informasi, dan (7) ketersediaan competency), kompetensi pengorganisasian
serta pendapatan masyarakat. Skala usaha, tinggi dari suatu perusahaan skala kecil dan atau penguasaaan/akses kepada input-input (organizing competency), kemampuan teknologi
produktivitas dan tingkat penerapan teknologi menengah dapat dipertahankan melalui lainnya seperti enerji, bahan baku, dan lain-lain. (technological capability), kompetensi keuangan
mer upakan faktor-faktor yang dapat pemenuhan empat jenis kemampuan, yaitu (1) (financial competency), pangsa pasar (market share),
mempengaruhi daya saing UMKM. Ketiga kemampuan perusahaan untuk meningkatkan Pengukuran daya saing juga dapat dilihat dari tanggung jawab sosial (social responsibility), dan
faktor tersebut dapat digunakan untuk pangsa pasar, keuntungan dan pertumbuhan beberapa perspektif. Menurut Gal (2010), daya saing regional (regional competitiveness).
mengukur daya saing UMKM. nilai tambah secara berkelanjutan peningkatan daya saing dapat diukur dari sisi
(sustainability); (2) kemampuan perusahaan kinerjanya. Namun dari segi pandangan Daya saing yang tinggi juga sangat diperlukan
Faktor-faktor lain, seperti tingkat pendidikan untuk mengakses dan mengelola berbagai komprehensif, daya saing dapat diukur dari segi dalam kondisi bersaing dengan pasar global
pemilik dan pekerja UMKM, keterampilan dan sumber daya dan kemampuannya pengaruhnya sampai hasil akhir yang telah se per ti deng an adanya implementasi
tingkat kewirausahaan, akses UMKM kepada (controllability); (3) kemampuan strategis dicapai. Hal ini dikatakan sebagai objek yang Masyarakat Ekonomi Asean. Kondisi ini akan
sumber pembiayaan, akses kepada lembaga perusahaan untuk menilai tingkat daya kompetitif. Berdasarkan model dari Buckely et memberikan tantangan namun juga dapat
pengembangan usaha, faktor-faktor eksternal saingnya dibandingkan dengan perusahaan al (1998, p.175-200), daya saing dianggap memperoleh peluang, sehingga UMKM
seperti kemudahan perijinan dan biaya lain (relativity); dan (4) kemampuan perusahaan sebagai proses yang berkelanjutan, tidak hanya dituntut untuk meningkatkan daya saingnya.
transaksi, dan lain-lain, juga dapat digunakan untuk ter us menciptakan keung gulan kinerja yang dihasilkan, tetapi juga proses Susilo (2012) menyatakan bahwa kunci
untuk menggambarkan tingkat daya saing kompetitif (dynamism). untuk melakukannya. utamanya adalah UMKM itu sendiri khususnya
UMKM. Tambunan (2008) menyatakan bahwa pemilik UMKM dengan dukungan para
meskipun ukuran daya saing UMKM sangat Keempat, model daya saing UMKM perlu Untuk meningkatkan daya saing, UMKM pekerjanya.
beragam, identifikasi mengenai daya saing mempertimbangkan pengaruh dari aspek- harus memiliki kemampuan berkompetisi.
UMKM perlu mencakup tiga karakteristik aspek internal perusahaan, lingkungan Untuk mencapai kinerja yang sangat baik, Pengusaha/pemilik UMKM dengan jiwa
yaitu potensi, proses, dan kinerja. eksternal dan pengusaha/pemilik usaha UMKM harus mempertimbangkan beberapa kewirausahaan dan jiwa inovasi yang dimiliki,
(proses atau perspektif perilaku pengusaha). faktor yang mempengaruhi kinerja. Beberapa harus mampu menjadi motor penggerak untuk
Telah banyak studi yang dilakukan mengenai studi yang disebut kemampuan kompetitif meningkatkan daya saing perusahaan. Peran
daya saing UMKM dengan hasil yang Kelima, berdasarkan ketiga pendekatan adalah faktor yang mempengaruhi kinerja pemilik UMKM menjadi sangat penting dalam
bervariasi. Salah satu yang terpenting adalah tersebut, Man, Lau & Chan (2002, p. 123-142) UMKM atau keberhasilan atau bisa disebut meningkatkan daya saing, Hunter and Lean
hasil penelitian dari Man, Lau & Chan (2002, p. mengembangkan suatu model konseptual sebagai Faktor-faktor Kunci Keberhasilan (Key (2014, p.179-190) menyatakan bahwa karakter
123-142) yang mencoba untuk menganalisis untuk menghubungkan karakteristik- Success Factors/KSFs) atau Faktor-faktor Kritis entrepreneurial leadership diperlukan oleh seorang
tingkat daya saing UMKM dengan karakteristik dari manajer atau pemilik Keberhasilan (Critical Success Factors/CSFs). pemilik UMKM untuk memimpin usahanya.
menggabungkan antara konsep daya saing dan perusahaan dan kinerja perusahaan dalam KSFs didefinisikan sebagai faktor yang sangat Karakter yang dinyatakan berperan penting
kompetensi kewirausahaan. Hasil analisisnya j a n g k a p a n j a n g. H u b u n g a n t e r s e b u t penting dalam mengukur kinerja yang sangat adalah ambisius, berorientasi pada kinerja, dan
yaitu; pertama, daya saing merupakan proses dihipotesakan kedalam tiga tugas prinsip baik dari perusahaan (Ghosh et al, 2001, p. 209- visioner.
yang berkelanjutan, dan bukan proses yang seorang pengusaha yaitu (a) membentuk 221).
statis.

Jurnal Jurnal
78 Manajemen Teknologi 79 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Studi yang dilakukan sebelumnya oleh Lantu et Hal ini dilakukan untuk memberi gambaran Metodologi Penelitian Kuesioner daya saing UMKM terdiri atas tiga
al (2015) telah menghasilkan suatu catatan dalam pemetaan tingkat perkembangan bagian utama yaitu profil responden, profil
bahwa dibutuhkan suatu penelaahan lebih UMKM sehingga selanjutnya dapat digunakan Terdapat tiga tahapan utama pada studi ini usaha, serta pertanyaan yang dibuat untuk
mendalam terhadap indikator daya saing sebagai dasar bagi penyusunan kebijakan diantaranya adalah tahap studi awal, tahap mewakili setiap variabel yang dibentuk pada
UMKM, ter utama untuk faktor yang peningkatan peran UMKM di pasar domestik, survey, kemudian tahap pengolahan data untuk studi daya saing UMKM sebelumnya. Secara
mempengaruhi daya saing sehingga dapat regional dan internasional. Lantu et al (2015) menguji validitas model secara kuantitatif. keseluruhan, kuesioner ini terdiri atas 96
memberikan gambaran lebih menyeluruh telah membangun model melalui 3 tahapan Studi awal merupakan tahap dimana kuesioner pertanyaan tertutup, dan 29 pertanyaan
mengenai daya saing UMKM. Adapun qualitative coding yang digambarkan dalam serta acuan survey dihasilkan. Adapun terbuka dan semi terbuka sesuai ditampilkan
penelaahan perlu mencakup konteks daya saing model pada gambar 1. keluaran atau output tersebut dihasilkan pada tabel 1.
UMKM di sektor usaha dan lokasi tertentu. melalui beberapa proses yang dilakukan secara
simultan, yaitu perancangan kuesioner, studi
penelitian terdahulu, dan pilot test.
Tabel 1. Komposisi Pertanyaan Kuesioner
Variabel Sub-Variabel Jumlah Pertanyaan
Input Ketersediaan sumber daya 12
Kondisi pasar 7
Proses Kemampuan teknik & produksi 10
Kemampuan manajerial 8
Kemampuan tata kelola dan tata layanan 7
Kemampuan wirausaha 7
Kinerja Kinerja internal 9
Kinerja eksternal 6
Keberlangsungan pertumbuhan usaha 7
Moderator 1 Kebijakan pemerintah dan infrastruktur 11
Moderator 2 Pendukung proses 5
Dukungan eksternal 7

Gambar 1. Model Daya Saing UMKM (Lantu et al, 2015) Studi awal menghasilkan dokumen kuesioner Hasil yang diperoleh yaitu 574 responden dari
dan panduan survey yang digunakan sebagai 19 provinsi. Namun, jumlah ini tidak
Setelah rancangan model daya saing Lantu et al Hasil studi kualitatif pada tahap sebelumnya media dalam mengumpulkan data primer seluruhnya dapat digunakan sebagai data
(2015) dilakukan maka kemudian perlu kemudian perlu dikonfimasi secara kuantitatif dengan melakukan survey di dua puluh dalam proses pengolahan data karena terdapat
dijalankan tahap konfirmasi secara kuantitatif dengan tujuan untuk mendapatkan model daya provinsi di Indonesia. Survey dilakukan kepada 9,0 persen data yang tidak lengkap/valid,
atas rancangan model tersebut yang akan saing UMKM yang lebih valid dan terpercaya. pelaku usaha mikro kecil dan menengah sehingga didapat 520 data responden yang
menjadi tujuan dari studi ini. Tahap konfirmasi Nagy (2016, p.446-453) menyatakan bahwa (UMKM) sebagai responden untuk menjawab dapat digunakan untuk tahapan selanjutnya.
ini kemudian dilakukan melalui pendekatan konsep daya saing UMKM akan sangat pertanyaan yang sudah disusun dalam Data yang tidak valid ini dikarenakan kuesioner
data primer yang bertujuan untuk memberikan berbeda dengan konsep daya saing perusahaan kuesioner. Hasil survey kemudian akan yang dikumpulkan tidak diisi secara lengkap
konfirmasi atas kebenaran rancangan model besar yang saat ini sudah banyak alat ukurnya. digunakan sebagai data untuk menguji model sehingga terdapat item pertanyaan yang tidak
kualitatif. Oleh karena itu perlu dilakukan Oleh karena itu kebutuhan terhadap alat ukur yang telah dibangun pada studi sebelumnya. dapat diinput datanya. Tabel 2 menampilkan
pengambilan data primer untuk mengukur daya saing UMKM masih sangat diperlukan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan model hasil rekapitulasi jumlah responden yang
setiap variabel dan indikator yang terkandung Model yang dihasilkan dari studi ini kemudian yang valid secara statistik. Pengujian model didapat per provinsi.
didalam rancangan model dengan akan digunakan untuk mengembangkan suatu menggunakan metode Partial Least Square
menggunakan kuesioner. Adapun hasil data alat ukur daya saing UMKM pada studi (PLS). Survey yang dilakukan pada studi ini
dari kuesioner ini selain berfungsi untuk selanjutnya. Alat ukur ini bertujuan untuk dilakukan di Sembilan belas provinsi dengan
mengkonfirmasi rancangan model. Studi ini melihat aspek-aspek yang perlu ditingkatkan target jumlah responden adalah minimal tiga
merupakan lanjutan dari tahap pengkajian awal dalam mengembangkan UMKM di suatu puluh responden per provinsi untuk
tentang model daya saing UMKM secara daerah. memenuhi standar jumlah minimal data per
kualitatif oleh Lantu et al (2015). provinsi.

Jurnal Jurnal
80 Manajemen Teknologi 81 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Studi yang dilakukan sebelumnya oleh Lantu et Hal ini dilakukan untuk memberi gambaran Metodologi Penelitian Kuesioner daya saing UMKM terdiri atas tiga
al (2015) telah menghasilkan suatu catatan dalam pemetaan tingkat perkembangan bagian utama yaitu profil responden, profil
bahwa dibutuhkan suatu penelaahan lebih UMKM sehingga selanjutnya dapat digunakan Terdapat tiga tahapan utama pada studi ini usaha, serta pertanyaan yang dibuat untuk
mendalam terhadap indikator daya saing sebagai dasar bagi penyusunan kebijakan diantaranya adalah tahap studi awal, tahap mewakili setiap variabel yang dibentuk pada
UMKM, ter utama untuk faktor yang peningkatan peran UMKM di pasar domestik, survey, kemudian tahap pengolahan data untuk studi daya saing UMKM sebelumnya. Secara
mempengaruhi daya saing sehingga dapat regional dan internasional. Lantu et al (2015) menguji validitas model secara kuantitatif. keseluruhan, kuesioner ini terdiri atas 96
memberikan gambaran lebih menyeluruh telah membangun model melalui 3 tahapan Studi awal merupakan tahap dimana kuesioner pertanyaan tertutup, dan 29 pertanyaan
mengenai daya saing UMKM. Adapun qualitative coding yang digambarkan dalam serta acuan survey dihasilkan. Adapun terbuka dan semi terbuka sesuai ditampilkan
penelaahan perlu mencakup konteks daya saing model pada gambar 1. keluaran atau output tersebut dihasilkan pada tabel 1.
UMKM di sektor usaha dan lokasi tertentu. melalui beberapa proses yang dilakukan secara
simultan, yaitu perancangan kuesioner, studi
penelitian terdahulu, dan pilot test.
Tabel 1. Komposisi Pertanyaan Kuesioner
Variabel Sub-Variabel Jumlah Pertanyaan
Input Ketersediaan sumber daya 12
Kondisi pasar 7
Proses Kemampuan teknik & produksi 10
Kemampuan manajerial 8
Kemampuan tata kelola dan tata layanan 7
Kemampuan wirausaha 7
Kinerja Kinerja internal 9
Kinerja eksternal 6
Keberlangsungan pertumbuhan usaha 7
Moderator 1 Kebijakan pemerintah dan infrastruktur 11
Moderator 2 Pendukung proses 5
Dukungan eksternal 7

Gambar 1. Model Daya Saing UMKM (Lantu et al, 2015) Studi awal menghasilkan dokumen kuesioner Hasil yang diperoleh yaitu 574 responden dari
dan panduan survey yang digunakan sebagai 19 provinsi. Namun, jumlah ini tidak
Setelah rancangan model daya saing Lantu et al Hasil studi kualitatif pada tahap sebelumnya media dalam mengumpulkan data primer seluruhnya dapat digunakan sebagai data
(2015) dilakukan maka kemudian perlu kemudian perlu dikonfimasi secara kuantitatif dengan melakukan survey di dua puluh dalam proses pengolahan data karena terdapat
dijalankan tahap konfirmasi secara kuantitatif dengan tujuan untuk mendapatkan model daya provinsi di Indonesia. Survey dilakukan kepada 9,0 persen data yang tidak lengkap/valid,
atas rancangan model tersebut yang akan saing UMKM yang lebih valid dan terpercaya. pelaku usaha mikro kecil dan menengah sehingga didapat 520 data responden yang
menjadi tujuan dari studi ini. Tahap konfirmasi Nagy (2016, p.446-453) menyatakan bahwa (UMKM) sebagai responden untuk menjawab dapat digunakan untuk tahapan selanjutnya.
ini kemudian dilakukan melalui pendekatan konsep daya saing UMKM akan sangat pertanyaan yang sudah disusun dalam Data yang tidak valid ini dikarenakan kuesioner
data primer yang bertujuan untuk memberikan berbeda dengan konsep daya saing perusahaan kuesioner. Hasil survey kemudian akan yang dikumpulkan tidak diisi secara lengkap
konfirmasi atas kebenaran rancangan model besar yang saat ini sudah banyak alat ukurnya. digunakan sebagai data untuk menguji model sehingga terdapat item pertanyaan yang tidak
kualitatif. Oleh karena itu perlu dilakukan Oleh karena itu kebutuhan terhadap alat ukur yang telah dibangun pada studi sebelumnya. dapat diinput datanya. Tabel 2 menampilkan
pengambilan data primer untuk mengukur daya saing UMKM masih sangat diperlukan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan model hasil rekapitulasi jumlah responden yang
setiap variabel dan indikator yang terkandung Model yang dihasilkan dari studi ini kemudian yang valid secara statistik. Pengujian model didapat per provinsi.
didalam rancangan model dengan akan digunakan untuk mengembangkan suatu menggunakan metode Partial Least Square
menggunakan kuesioner. Adapun hasil data alat ukur daya saing UMKM pada studi (PLS). Survey yang dilakukan pada studi ini
dari kuesioner ini selain berfungsi untuk selanjutnya. Alat ukur ini bertujuan untuk dilakukan di Sembilan belas provinsi dengan
mengkonfirmasi rancangan model. Studi ini melihat aspek-aspek yang perlu ditingkatkan target jumlah responden adalah minimal tiga
merupakan lanjutan dari tahap pengkajian awal dalam mengembangkan UMKM di suatu puluh responden per provinsi untuk
tentang model daya saing UMKM secara daerah. memenuhi standar jumlah minimal data per
kualitatif oleh Lantu et al (2015). provinsi.

Jurnal Jurnal
80 Manajemen Teknologi 81 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Tabel 2. Rekapitulasi Data Responden Provinsi Profil responden yang ikut serta dalam survey Hal ini menunjukkan sebagian besar
kali ini dapat dilihat dari beberapa parameter responden merupakan usaha infor mal.
Jumlah Responden sehingga diharapkan profil responden akan Hampir seluruh responden menjalankan
No Provinsi
Jumlah Responden Valid % Valid bervariasi dan dapat menggambarkan kondisi usahanya secara individu (93%), dan hanya
1 Aceh 30 27 90% usaha UMKM di Indonesia. Jumlah responden sekitar 7% yang bermitra atau menjalankan
2 Bali 30 25 83% pelaku UMKM yang masih didominasi oleh usaha secara berkelompok. Sektor usaha yang
3 Gorontalo 30 30 100% laki-laki sebanyak 70%. Sebagian besar paling banyak digeluti oleh para pelaku
4 Jawa Barat 30 29 97% responden memiliki tingkat pendidikan UMKM yang menjadi responden adalah
tamatan SMA ke atas. Sebagian kecil tidak industri peng olahan (37%) kemudian
5 Jakarta 38 33 87% memiliki pendidikan formal. Berdasarkan perdagangan, hotel, dan restoran serta jasa.
6 Jateng 30 30 100% bentuk badan usaha mayoritas UMKM yang
7 Jatim 30 30 100% menjadi responden masih belum terdaftar
8 Lampung 30 30 100% secara resmi sebagai badan usaha (57%).
9 Maluku 32 31 97%
Tabel 4. Profil Responden (2)
10 NTB 30 29 97%
11 Papua 30 12 40% Kepemilikan Persentase
12 Sulawesi Selatan 30 21 70%
13 Sulawesi Tenggara 30 28 93% Sendiri 92.79
14 Sulawesi Utara 30 30 100% Mitra 7.21
15 Sumatera Barat 30 30 100% Sektor Usaha Persentase
16 Sumatera Selatan 24 17 71%
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 6.81
17 Sumatera Utara 30 30 100%
18 Kalimantan Barat 30 30 100% Pertambangan dan Penggalian 1.56
19 Kalimantan Selatan 30 28 93% Industri Pengolahan 36.58
Total 574 520 91% Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.95
(Sumber: Hasil pengolahan data survey, 2014)
Konstruksi 3.89
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 24.71
Tabel 3. Profil Responden (1)
Pengangkutan dan Komunikasi 0.97

Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 1.17


Bentuk Badan Usaha Persentase
Jasa-jasa 18.48
PT 7.78
Lain-lain 3.89
Yayasan 0.19 Omzet per tahun Persentase
Koperasi 1.95
1. < 100.000.000 5.25
Persekutuan Perdata 0.78
2. 100.000.000 - 300.000.000 37.35
Firma 4.28
3. 300.000.001 - 1.000.000.000 30.93
CV 21.60
4. 1.000.000.001 - 2.500.000.000 17.12
Belum terdaftar 56.61
5. > 2.500.000.000 9.34
Lain-lain 6.81 (Sumber: Hasil pengolahan data survey, 2014)
(Sumber: Hasil pengolahan data survey, 2014)
Skala usaha UMKM didominasi oleh skala kecil nilai aset dam omzet yang dihasilkan, sesuai
dengan jumlah hampir 50 persen. Kriteria yang UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM.
digunakan dalam penentuan ini berdasarkan

Jurnal Jurnal
82 Manajemen Teknologi 83 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Tabel 2. Rekapitulasi Data Responden Provinsi Profil responden yang ikut serta dalam survey Hal ini menunjukkan sebagian besar
kali ini dapat dilihat dari beberapa parameter responden merupakan usaha infor mal.
Jumlah Responden sehingga diharapkan profil responden akan Hampir seluruh responden menjalankan
No Provinsi
Jumlah Responden Valid % Valid bervariasi dan dapat menggambarkan kondisi usahanya secara individu (93%), dan hanya
1 Aceh 30 27 90% usaha UMKM di Indonesia. Jumlah responden sekitar 7% yang bermitra atau menjalankan
2 Bali 30 25 83% pelaku UMKM yang masih didominasi oleh usaha secara berkelompok. Sektor usaha yang
3 Gorontalo 30 30 100% laki-laki sebanyak 70%. Sebagian besar paling banyak digeluti oleh para pelaku
4 Jawa Barat 30 29 97% responden memiliki tingkat pendidikan UMKM yang menjadi responden adalah
tamatan SMA ke atas. Sebagian kecil tidak industri peng olahan (37%) kemudian
5 Jakarta 38 33 87% memiliki pendidikan formal. Berdasarkan perdagangan, hotel, dan restoran serta jasa.
6 Jateng 30 30 100% bentuk badan usaha mayoritas UMKM yang
7 Jatim 30 30 100% menjadi responden masih belum terdaftar
8 Lampung 30 30 100% secara resmi sebagai badan usaha (57%).
9 Maluku 32 31 97%
Tabel 4. Profil Responden (2)
10 NTB 30 29 97%
11 Papua 30 12 40% Kepemilikan Persentase
12 Sulawesi Selatan 30 21 70%
13 Sulawesi Tenggara 30 28 93% Sendiri 92.79
14 Sulawesi Utara 30 30 100% Mitra 7.21
15 Sumatera Barat 30 30 100% Sektor Usaha Persentase
16 Sumatera Selatan 24 17 71%
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 6.81
17 Sumatera Utara 30 30 100%
18 Kalimantan Barat 30 30 100% Pertambangan dan Penggalian 1.56
19 Kalimantan Selatan 30 28 93% Industri Pengolahan 36.58
Total 574 520 91% Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.95
(Sumber: Hasil pengolahan data survey, 2014)
Konstruksi 3.89
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 24.71
Tabel 3. Profil Responden (1)
Pengangkutan dan Komunikasi 0.97

Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 1.17


Bentuk Badan Usaha Persentase
Jasa-jasa 18.48
PT 7.78
Lain-lain 3.89
Yayasan 0.19 Omzet per tahun Persentase
Koperasi 1.95
1. < 100.000.000 5.25
Persekutuan Perdata 0.78
2. 100.000.000 - 300.000.000 37.35
Firma 4.28
3. 300.000.001 - 1.000.000.000 30.93
CV 21.60
4. 1.000.000.001 - 2.500.000.000 17.12
Belum terdaftar 56.61
5. > 2.500.000.000 9.34
Lain-lain 6.81 (Sumber: Hasil pengolahan data survey, 2014)
(Sumber: Hasil pengolahan data survey, 2014)
Skala usaha UMKM didominasi oleh skala kecil nilai aset dam omzet yang dihasilkan, sesuai
dengan jumlah hampir 50 persen. Kriteria yang UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM.
digunakan dalam penentuan ini berdasarkan

Jurnal Jurnal
82 Manajemen Teknologi 83 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Partial Least Square (PLS) adalah suatu teknik  Convergent Validity adalah nilai loading factor Hasil Penelitian dan Pembahasan oKE: Kinerja Eksternal
statistik multivariat yang bisa menangani pada variabel laten dengan indikator- KPS: Kinerja Pasar
banyak variabel respon dan variabel indikatornya. Nilai yang diharapkan >0.7. Validasi Model KS: Kinerja Sosial
eksplanatori secara bersamaan. PLS  Discriminant Validity merupakan nilai cross oKPU : Keberlangsungan dan Pertumbuhan
dikembangkan sebagai alternatif pemodelan loading factor yang berguna untuk Spesifikasi Model Usaha
persamaan struktural atau structural equation mengetahui apakah konstruk memiliki Tahap ini berkaitan dengan pembentukan FIN: Kinerja Finansial
model (SEM). Vincenzo et al (2010) menyatakan diskriminan yang memadai yaitu dengan model awal persamaan struktural, sebelum SCU: Pertumbuhan Usaha
terdapat beberapa hal yang membedakan cara membandingkan nilai loading pada dilakukan estimasi dengan menggunakan PLS.
analisis menggunakan PLS dengan SEM yaitu: konstruk yang dituju harus lebih besar Model awal ini diformulasikan berdasarkan Model jalur terdiri dari 3 (tiga) sub-struktur.
1. Data tidak harus berdistribusi normal dibandingkan dengan nilai loading dengan suatu teori atau penelitian sebelumnya. Model Hubungan moderasi ini diuji dengan Moderated
multivariate. konstruk yang lain. diatas merupakan diagram konseptual yang Regression Analysis (MRA) yang merupakan
2. Dapat digunakan dengan jumlah sampel  Composite Reliability >0.8 mempunyi digunakan pada proses pengolahan data aplikasi khusus regresi linier berganda dimana
yang kecil (minimal 30 data). reliabilitas yang tinggi. dengan deskripsi variabel sebagai berikut: dalam persamaan regresinya mengandung
3. PLS selain dapat digunakan unutk  A v e r a g e Va r i a n c e E x t r a c t e d ( AV E )  KKL: Ketersedian Sumber Daya dan unsur interaksi (perkalian dua atau lebih
mengkonfirmasikan teori, dapat juga diharapkan >0.5. Kondisi Lingkungan Usaha variabel independen). Secara umum, ketiga sub
digunakan untuk menjelaskan ada atau  Cronbach Alpha sebagai uji reliabilitas. Nilai oKSD: Ketersedian Sumber Daya struktur tersebut dapat dijabarkan melalui
tidaknya hubungan antar variabel laten. yang diharapkan >0.6 untuk seluruh  BB: Bahan Baku, Mesin, dan Peralatan persamaan-persamaan berikut:
4. PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk konstruk.  SDM: Sumber Daya Manusia
yang dibentuk dengan indikator reflektif 2. Evaluasi model struktural (inner model), yaitu oPasar: Kondisi Pasar Sub struktur 1: KKL = a1 + b1 DE + b2 PP + b3
dan formatif mengevaluasi model yang menghubungkan  PU: Persaingan Usaha KPI + e1
5. PLS mampu mengestimasi model yang antar variabal laten. Uji yang dapat  SP: Struktur Pasar Sub struktur 2: KU = a2 + b4 KKL + b5 DE + b6
besar dan kompleks dengan ratusan dilakukan pada inner model:  KPI: Kebijakan dan Infrastruktur PP + b7 KPI + e2
variabel laten dan ribuan indikator.  R Square adalah koefisien determinasi pada oKH: Kebijakan Hukum Sub struktur 3: KIN = a3 + b8 KU + b9 DE +
konstruk endogen. Nilai R square sebesar 0.67 oKE: Kebijakan Ekonomi b10 PP + b11 KPI + e3
Evaluasi model PLS dibagi ke dalam dua - 1.00 (kuat), 0.20 - 0.33 (moderat) dan 0 - oKSB: Kebijakan Sosial Budaya
tahapan (Vincenzo et al, 2010) sebagai berikut: 0.19 (lemah) oINF: Infrastruktur Proses estimasi model tersebut dilakukan
1. Evaluasi model pengukuran (outer model),  Estimate for Path Coefficients merupakan nilai  KU: Kemampuan Usaha dengan meng gunakan bantuan aplikasi
yaitu mengevaluasi model yang koefisen jalur atau besarnya oKTP: Kemampuan Teknikal/Produksi prog ram Smar tPLS. Prosesnya dapat
menghubungkan indikator dengan variabel hubungan/pengaruh konstruk laten yang KP: Kemampuan Pekerja digambarkan sebagai berikut.
latennya. Uji yang dapat dilakukan pada dilakukan dengan prosedur Bootrapping. KPR: Kemampuan Produksi a. Outer Model
outer model: o KM: Kemampuan Manajerial Model pengukuran menggunakan Second-
SKU: Sistem dan Kebijakan Usaha Order Confirmatory Factor Analysis (2nd-Order
oKTK: Kemampuan Tata Kelola dan Tata CFA). Variabel-variabel manifest di dalam
Layanan model daya saing UMKM adalah sebagai
LA: Legal dan Administrasi berikut:
TL: Tata Layanan  Variabel KKL diukur oleh 2 variabel laten,
oKW: Kemampuan Wirausaha yaitu KSD dan Pasar. Variabel laten KSD
INV: Inovasi diukur 2 variabel teramati, yaitu BB dan
IP : Identifikasi Peluang SDM. Sedangkan variabel laten Pasar
 PP: Riset dan Teknologi diukur oleh 2 variabel termati, yaitu PU dan
oRND: Pemanfaatan Teknologi SP.
oTEK: Penelitian dan Pengembangan Variabel KU diukur oleh 4 variabel laten,
 DE: Dukungan Eksternal yaitu KTP, KM, KTK dan KW. Variabel
oBM: Akses Permodalan laten KTP diukur 2 variabel teramati, yaitu
oMU: Mitra Usaha KP dan KPR. Variabel laten KM diukur
 KIN: Kinerja Usaha oleh hanya 1 variabel termati, yaitu SKU.
oKI: Kinerja Internal Variabel laten KTK diukur oleh 2 variabel
KLT: Kualitas termati, yaitu LA dan TL. Sedangkan
PRD: Produksi variabel laten KW diukur oleh 2 variabel
termati, yaitu INV dan IP.
Gambar 2. Diagram Konseptual Model Partial Least Square

Jurnal Jurnal
84 Manajemen Teknologi 85 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Partial Least Square (PLS) adalah suatu teknik  Convergent Validity adalah nilai loading factor Hasil Penelitian dan Pembahasan oKE: Kinerja Eksternal
statistik multivariat yang bisa menangani pada variabel laten dengan indikator- KPS: Kinerja Pasar
banyak variabel respon dan variabel indikatornya. Nilai yang diharapkan >0.7. Validasi Model KS: Kinerja Sosial
eksplanatori secara bersamaan. PLS  Discriminant Validity merupakan nilai cross oKPU : Keberlangsungan dan Pertumbuhan
dikembangkan sebagai alternatif pemodelan loading factor yang berguna untuk Spesifikasi Model Usaha
persamaan struktural atau structural equation mengetahui apakah konstruk memiliki Tahap ini berkaitan dengan pembentukan FIN: Kinerja Finansial
model (SEM). Vincenzo et al (2010) menyatakan diskriminan yang memadai yaitu dengan model awal persamaan struktural, sebelum SCU: Pertumbuhan Usaha
terdapat beberapa hal yang membedakan cara membandingkan nilai loading pada dilakukan estimasi dengan menggunakan PLS.
analisis menggunakan PLS dengan SEM yaitu: konstruk yang dituju harus lebih besar Model awal ini diformulasikan berdasarkan Model jalur terdiri dari 3 (tiga) sub-struktur.
1. Data tidak harus berdistribusi normal dibandingkan dengan nilai loading dengan suatu teori atau penelitian sebelumnya. Model Hubungan moderasi ini diuji dengan Moderated
multivariate. konstruk yang lain. diatas merupakan diagram konseptual yang Regression Analysis (MRA) yang merupakan
2. Dapat digunakan dengan jumlah sampel  Composite Reliability >0.8 mempunyi digunakan pada proses pengolahan data aplikasi khusus regresi linier berganda dimana
yang kecil (minimal 30 data). reliabilitas yang tinggi. dengan deskripsi variabel sebagai berikut: dalam persamaan regresinya mengandung
3. PLS selain dapat digunakan unutk  A v e r a g e Va r i a n c e E x t r a c t e d ( AV E )  KKL: Ketersedian Sumber Daya dan unsur interaksi (perkalian dua atau lebih
mengkonfirmasikan teori, dapat juga diharapkan >0.5. Kondisi Lingkungan Usaha variabel independen). Secara umum, ketiga sub
digunakan untuk menjelaskan ada atau  Cronbach Alpha sebagai uji reliabilitas. Nilai oKSD: Ketersedian Sumber Daya struktur tersebut dapat dijabarkan melalui
tidaknya hubungan antar variabel laten. yang diharapkan >0.6 untuk seluruh  BB: Bahan Baku, Mesin, dan Peralatan persamaan-persamaan berikut:
4. PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk konstruk.  SDM: Sumber Daya Manusia
yang dibentuk dengan indikator reflektif 2. Evaluasi model struktural (inner model), yaitu oPasar: Kondisi Pasar Sub struktur 1: KKL = a1 + b1 DE + b2 PP + b3
dan formatif mengevaluasi model yang menghubungkan  PU: Persaingan Usaha KPI + e1
5. PLS mampu mengestimasi model yang antar variabal laten. Uji yang dapat  SP: Struktur Pasar Sub struktur 2: KU = a2 + b4 KKL + b5 DE + b6
besar dan kompleks dengan ratusan dilakukan pada inner model:  KPI: Kebijakan dan Infrastruktur PP + b7 KPI + e2
variabel laten dan ribuan indikator.  R Square adalah koefisien determinasi pada oKH: Kebijakan Hukum Sub struktur 3: KIN = a3 + b8 KU + b9 DE +
konstruk endogen. Nilai R square sebesar 0.67 oKE: Kebijakan Ekonomi b10 PP + b11 KPI + e3
Evaluasi model PLS dibagi ke dalam dua - 1.00 (kuat), 0.20 - 0.33 (moderat) dan 0 - oKSB: Kebijakan Sosial Budaya
tahapan (Vincenzo et al, 2010) sebagai berikut: 0.19 (lemah) oINF: Infrastruktur Proses estimasi model tersebut dilakukan
1. Evaluasi model pengukuran (outer model),  Estimate for Path Coefficients merupakan nilai  KU: Kemampuan Usaha dengan meng gunakan bantuan aplikasi
yaitu mengevaluasi model yang koefisen jalur atau besarnya oKTP: Kemampuan Teknikal/Produksi prog ram Smar tPLS. Prosesnya dapat
menghubungkan indikator dengan variabel hubungan/pengaruh konstruk laten yang KP: Kemampuan Pekerja digambarkan sebagai berikut.
latennya. Uji yang dapat dilakukan pada dilakukan dengan prosedur Bootrapping. KPR: Kemampuan Produksi a. Outer Model
outer model: o KM: Kemampuan Manajerial Model pengukuran menggunakan Second-
SKU: Sistem dan Kebijakan Usaha Order Confirmatory Factor Analysis (2nd-Order
oKTK: Kemampuan Tata Kelola dan Tata CFA). Variabel-variabel manifest di dalam
Layanan model daya saing UMKM adalah sebagai
LA: Legal dan Administrasi berikut:
TL: Tata Layanan  Variabel KKL diukur oleh 2 variabel laten,
oKW: Kemampuan Wirausaha yaitu KSD dan Pasar. Variabel laten KSD
INV: Inovasi diukur 2 variabel teramati, yaitu BB dan
IP : Identifikasi Peluang SDM. Sedangkan variabel laten Pasar
 PP: Riset dan Teknologi diukur oleh 2 variabel termati, yaitu PU dan
oRND: Pemanfaatan Teknologi SP.
oTEK: Penelitian dan Pengembangan Variabel KU diukur oleh 4 variabel laten,
 DE: Dukungan Eksternal yaitu KTP, KM, KTK dan KW. Variabel
oBM: Akses Permodalan laten KTP diukur 2 variabel teramati, yaitu
oMU: Mitra Usaha KP dan KPR. Variabel laten KM diukur
 KIN: Kinerja Usaha oleh hanya 1 variabel termati, yaitu SKU.
oKI: Kinerja Internal Variabel laten KTK diukur oleh 2 variabel
KLT: Kualitas termati, yaitu LA dan TL. Sedangkan
PRD: Produksi variabel laten KW diukur oleh 2 variabel
termati, yaitu INV dan IP.
Gambar 2. Diagram Konseptual Model Partial Least Square

Jurnal Jurnal
84 Manajemen Teknologi 85 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Variabel KIN diukur oleh 3 variabel laten, Evaluasi Model Struktural Tabel 5. Loading Factor
yaitu KI, KE, dan KPU. Variabel laten KI Evaluasi inner model merupakan analisis hasil
diukur 2 variabel teramati, yaitu KLT dan hubungan antar konstruk. Hubungan antar Konstruk KSD PASAR KTP KM KTK KW KI KE KPU KPI PP DE
PRD. Variabel laten KE diukur oleh 2 konstruk dapat dikatakan signifikan jika SDM 0.815 0.302 0.472 0.246 0.219 0.064 0.195 0.207 0.257 0.283 0.056 0.229
variabel termati, yaitu KPS dan KS. Variabel memiliki nilai T-Statistics lebih besar dari 1,96. BB 0.823 0.315 0.468 0.199 0.167 0.082 0.266 0.129 0.331 0.347 0.095 0.279
laten KPU diukur oleh 2 variabel termati, Hasil estimasi hubungan antar konstruk dapat PU 0.366 0.858 0.363 0.232 0.234 0.189 0.265 0.327 0.390 0.281 0.120 0.198
yaitu FIN dan SCU. dilihat melalui tabel 7. SP 0.258 0.813 0.275 0.188 0.286 0.191 0.356 0.211 0.357 0.305 0.105 0.175
Variabel laten KPI diukur oleh 4 variabel KP 0.466 0.338 0.874 0.375 0.329 0.150 0.296 0.240 0.356 0.361 0.142 0.217
teramati, yaitu INF, KE, KH, dan KSB. KPR 0.527 0.324 0.850 0.311 0.273 0.143 0.299 0.207 0.351 0.337 0.189 0.229
SKU 0.272 0.253 0.399 1.000 0.438 0.344 0.358 0.311 0.395 0.378 0.351 0.309
Variabel laten PP diukur oleh 2 variabel
LA 0.127 0.163 0.193 0.355 0.761 0.294 0.267 0.237 0.225 0.296 0.233 0.182
teramati, yaitu RND dan TEK. Sedangkan TL 0.242 0.322 0.358 0.357 0.854 0.405 0.472 0.314 0.324 0.270 0.203 0.220
variabel laten DE diukur oleh 2 variabel INV 0.021 0.176 0.131 0.322 0.351 0.826 0.379 0.251 0.260 0.131 0.285 0.161
teramati, yaitu BM dan MU. IP 0.127 0.199 0.150 0.245 0.371 0.824 0.463 0.184 0.317 0.234 0.297 0.224
KLT 0.160 0.262 0.249 0.295 0.428 0.496 0.835 0.377 0.391 0.278 0.298 0.245
b. Inner Model PRD 0.313 0.364 0.338 0.321 0.384 0.392 0.885 0.394 0.616 0.391 0.202 0.275
Variabel KKL dipengaruhi oleh variabel KI, KPS 0.226 0.361 0.300 0.244 0.319 0.215 0.450 0.896 0.438 0.282 0.236 0.192
PP, dan DE, kemudian variabel KU KS 0.063 0.100 0.058 0.265 0.210 0.210 0.214 0.661 0.204 0.261 0.295 0.242
dipengaruhi oleh variabel KKL, KI, PP, dan FIN 0.300 0.359 0.331 0.361 0.336 0.354 0.570 0.388 0.868 0.360 0.209 0.317
DE. Variabel KIN dipengaruhi oleh variabel SCU 0.308 0.402 0.365 0.304 0.240 0.228 0.426 0.343 0.820 0.398 0.252 0.321
KU, KI, PP, dan DE. INF 0.198 0.182 0.151 0.142 0.147 0.154 0.198 0.189 0.253 0.493 0.202 0.290
KH 0.243 0.197 0.296 0.260 0.248 0.095 0.177 0.227 0.265 0.676 0.105 0.355
KE 0.319 0.205 0.305 0.356 0.211 0.107 0.255 0.243 0.302 0.739 0.141 0.442
Evaluasi Model Pengukuran KSB 0.220 0.299 0.267 0.191 0.267 0.209 0.355 0.209 0.319 0.634 0.168 0.264
Tahap ini mencakup penilaian kriteria convergent RND -0.03 0.088 0.082 0.245 0.248 0.356 0.259 0.256 0.191 0.109 0.777 0.198
validity. Suatu indikator dikatakan mempunyai TEK 0.177 0.124 0.215 0.307 0.173 0.204 0.192 0.247 0.234 0.259 0.799 0.185
validitas yang baik jika memiliki nilai loading BM 0.349 0.199 0.268 0.303 0.200 0.175 0.259 0.215 0.306 0.521 0.197 0.863
factor lebih besar dari 0,70. Nilai loading factor MU 0.105 0.149 0.118 0.166 0.198 0.202 0.217 0.199 0.292 0.278 0.188 0.704
0,50 sampai 0,60 masih dapat dipertahankan
untuk model yang masih dalam tahap Tabel 6. Nilai Composite Reliability dan Average Variance Extracted (AVE)
pengembangan. Berdasarkan hasil estimasi
dengan meng gunakan bantuan aplikasi
program SmartPLS 2.0 didapat output seperti Composite Reliability AVE
pada Tabel 5. KKL 0.78028 0.47087
KSD 0.80286 0.67066
Tahap berikutnya menilai kriteria composite
PASAR 0.82214 0.69814
reliability dan average variance extracted (AVE).
Setiap konstruk dikatakan reliabel jika memiliki KU 0.80848 0.37897
composite reliability lebih besar dari 0,70 dan AVE KTP 0.85281 0.74342
lebih besar dari 0,50. KM 1 1
KTK 0.78999 0.65364
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui seluruh
konstruk memiliki composite reliability yang lebih KW 0.80983 0.68043
besar dari 0,70. Hal yang cenderung sama KIN 0.83173 0.46042
tampak pada nilai AVE, seluruh konstruk KI 0.85066 0.74030
memiliki nilai AVE yang lebih besar dari 0,50 KE 0.76109 0.61962
kecuali pada konstruk KKL, KU, KIN, dan
KPI. Meskipun beberapa hasil estimasi AVE KPU 0.83215 0.71271
tidak memenuhi syarat, namun seluruh KPI 0.73314 0.41200
composite reliability telah menunjukkan hasil yang PP 0.76569 0.62039
reliabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua DE 0.76355 0.61993
konstruk eksogen, endogen, dan moderating
telah reliabel.

Jurnal Jurnal
86 Manajemen Teknologi 87 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Variabel KIN diukur oleh 3 variabel laten, Evaluasi Model Struktural Tabel 5. Loading Factor
yaitu KI, KE, dan KPU. Variabel laten KI Evaluasi inner model merupakan analisis hasil
diukur 2 variabel teramati, yaitu KLT dan hubungan antar konstruk. Hubungan antar Konstruk KSD PASAR KTP KM KTK KW KI KE KPU KPI PP DE
PRD. Variabel laten KE diukur oleh 2 konstruk dapat dikatakan signifikan jika SDM 0.815 0.302 0.472 0.246 0.219 0.064 0.195 0.207 0.257 0.283 0.056 0.229
variabel termati, yaitu KPS dan KS. Variabel memiliki nilai T-Statistics lebih besar dari 1,96. BB 0.823 0.315 0.468 0.199 0.167 0.082 0.266 0.129 0.331 0.347 0.095 0.279
laten KPU diukur oleh 2 variabel termati, Hasil estimasi hubungan antar konstruk dapat PU 0.366 0.858 0.363 0.232 0.234 0.189 0.265 0.327 0.390 0.281 0.120 0.198
yaitu FIN dan SCU. dilihat melalui tabel 7. SP 0.258 0.813 0.275 0.188 0.286 0.191 0.356 0.211 0.357 0.305 0.105 0.175
Variabel laten KPI diukur oleh 4 variabel KP 0.466 0.338 0.874 0.375 0.329 0.150 0.296 0.240 0.356 0.361 0.142 0.217
teramati, yaitu INF, KE, KH, dan KSB. KPR 0.527 0.324 0.850 0.311 0.273 0.143 0.299 0.207 0.351 0.337 0.189 0.229
SKU 0.272 0.253 0.399 1.000 0.438 0.344 0.358 0.311 0.395 0.378 0.351 0.309
Variabel laten PP diukur oleh 2 variabel
LA 0.127 0.163 0.193 0.355 0.761 0.294 0.267 0.237 0.225 0.296 0.233 0.182
teramati, yaitu RND dan TEK. Sedangkan TL 0.242 0.322 0.358 0.357 0.854 0.405 0.472 0.314 0.324 0.270 0.203 0.220
variabel laten DE diukur oleh 2 variabel INV 0.021 0.176 0.131 0.322 0.351 0.826 0.379 0.251 0.260 0.131 0.285 0.161
teramati, yaitu BM dan MU. IP 0.127 0.199 0.150 0.245 0.371 0.824 0.463 0.184 0.317 0.234 0.297 0.224
KLT 0.160 0.262 0.249 0.295 0.428 0.496 0.835 0.377 0.391 0.278 0.298 0.245
b. Inner Model PRD 0.313 0.364 0.338 0.321 0.384 0.392 0.885 0.394 0.616 0.391 0.202 0.275
Variabel KKL dipengaruhi oleh variabel KI, KPS 0.226 0.361 0.300 0.244 0.319 0.215 0.450 0.896 0.438 0.282 0.236 0.192
PP, dan DE, kemudian variabel KU KS 0.063 0.100 0.058 0.265 0.210 0.210 0.214 0.661 0.204 0.261 0.295 0.242
dipengaruhi oleh variabel KKL, KI, PP, dan FIN 0.300 0.359 0.331 0.361 0.336 0.354 0.570 0.388 0.868 0.360 0.209 0.317
DE. Variabel KIN dipengaruhi oleh variabel SCU 0.308 0.402 0.365 0.304 0.240 0.228 0.426 0.343 0.820 0.398 0.252 0.321
KU, KI, PP, dan DE. INF 0.198 0.182 0.151 0.142 0.147 0.154 0.198 0.189 0.253 0.493 0.202 0.290
KH 0.243 0.197 0.296 0.260 0.248 0.095 0.177 0.227 0.265 0.676 0.105 0.355
KE 0.319 0.205 0.305 0.356 0.211 0.107 0.255 0.243 0.302 0.739 0.141 0.442
Evaluasi Model Pengukuran KSB 0.220 0.299 0.267 0.191 0.267 0.209 0.355 0.209 0.319 0.634 0.168 0.264
Tahap ini mencakup penilaian kriteria convergent RND -0.03 0.088 0.082 0.245 0.248 0.356 0.259 0.256 0.191 0.109 0.777 0.198
validity. Suatu indikator dikatakan mempunyai TEK 0.177 0.124 0.215 0.307 0.173 0.204 0.192 0.247 0.234 0.259 0.799 0.185
validitas yang baik jika memiliki nilai loading BM 0.349 0.199 0.268 0.303 0.200 0.175 0.259 0.215 0.306 0.521 0.197 0.863
factor lebih besar dari 0,70. Nilai loading factor MU 0.105 0.149 0.118 0.166 0.198 0.202 0.217 0.199 0.292 0.278 0.188 0.704
0,50 sampai 0,60 masih dapat dipertahankan
untuk model yang masih dalam tahap Tabel 6. Nilai Composite Reliability dan Average Variance Extracted (AVE)
pengembangan. Berdasarkan hasil estimasi
dengan meng gunakan bantuan aplikasi
program SmartPLS 2.0 didapat output seperti Composite Reliability AVE
pada Tabel 5. KKL 0.78028 0.47087
KSD 0.80286 0.67066
Tahap berikutnya menilai kriteria composite
PASAR 0.82214 0.69814
reliability dan average variance extracted (AVE).
Setiap konstruk dikatakan reliabel jika memiliki KU 0.80848 0.37897
composite reliability lebih besar dari 0,70 dan AVE KTP 0.85281 0.74342
lebih besar dari 0,50. KM 1 1
KTK 0.78999 0.65364
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui seluruh
konstruk memiliki composite reliability yang lebih KW 0.80983 0.68043
besar dari 0,70. Hal yang cenderung sama KIN 0.83173 0.46042
tampak pada nilai AVE, seluruh konstruk KI 0.85066 0.74030
memiliki nilai AVE yang lebih besar dari 0,50 KE 0.76109 0.61962
kecuali pada konstruk KKL, KU, KIN, dan
KPI. Meskipun beberapa hasil estimasi AVE KPU 0.83215 0.71271
tidak memenuhi syarat, namun seluruh KPI 0.73314 0.41200
composite reliability telah menunjukkan hasil yang PP 0.76569 0.62039
reliabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua DE 0.76355 0.61993
konstruk eksogen, endogen, dan moderating
telah reliabel.

Jurnal Jurnal
86 Manajemen Teknologi 87 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Tabel 7. Nilai Path Coefficients Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa Kondisi yang dimaksud dalam konteks ini
terdapat beberapa pengaruh yang signifikan adalah keadaan yang sudah ada saat usaha
antara variabel eksogen terhadap variabel tersebut mulai menjalankan usahanya. Untuk
Original Standard Standard endogen, antara lain sebagai berikut: lebih jelas, beberapa sub-variabel yang
Sample T Statistics membentuk variabel ketersediaan dan kondisi
Sample Deviation Error
Mean (M) (|O/STERR|) Nilai R-square menggambarkan persentase ligkungan usaha ini yaitu:
(O) (STDEV) (STERR)
DE -> KIN 0.094 0.094 0.038 0.038 2.479 yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel a. Sub-variabel Ketersediaan Sumber Daya
DE -> KKL 0.119 0.119 0.050 0.050 2.356 bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan Ketersediaan sumber daya digambarkan
sisanya dipengaruhi atau dijelaskan oleh melalui ketersediaan sumber daya manusia
DE -> KU 0.069 0.070 0.044 0.044 1.554 variabel bebas lainnya di luar penelitian. bahan baku, serta mesin dan peralatan
KKL -> KU 0.348 0.344 0.040 0.040 8.719 Terdapat beberapa referensi terhadap besaran sebagai modal utama usaha. Pada indikator
KPI -> KIN 0.193 0.196 0.045 0.045 4.267 nilai R-square yang dapat diterima dalam suatu ketersediaan sumber daya manusia (SDM),
KPI -> KKL 0.375 0.379 0.044 0.044 8.532 penelitian, hal ini juga tergantung dengan yang ingin didapat adalah informasi
KPI -> KU 0.215 0.216 0.042 0.042 5.058 bidang peneltian. Penelitan ilmu sosial akan mengenai seberapa kuatkah atau besarkah
KU -> KIN 0.464 0.462 0.041 0.041 11.344 lebih sulit mendapatkan nilai R-square yang ketersediaan SDM yang siap bekerja di lokasi
PP -> KIN 0.103 0.103 0.044 0.044 2.341 tinggi dikarenakan fenomena sosial adalah hal sekitar usaha tersebut beroperasi. Semakin
PP -> KKL 0.020 0.021 0.044 0.044 0.458 yang kompleks dan multi dimensi, sehingga besar ketersediaan sumber daya manusia
PP -> KU 0.279 0.281 0.043 0.043 6.496 akan sangat sulit untuk mampu melihat yang siap bekerja tentu membuka semakin
seluruh variasi yang ada. Nilai R-square yang besar peluang bagi suatu usaha untuk
didapat dalam penelitan ini adalah 0,46 untuk mendapatkan tenaga kerja yang unggul bagi
sub struktur 3 dengan variabel kinerja sebagai usahanya.
variabel terikat, sehingga dapat dinyatakan Disisi lain, indikator ketersediaan bahan
penelitian ini mampu menggambarkan kondisi baku, serta mesin dan peralatan mencoba
nyata dalam rentang moderat menuju tinggi. menangkap informasi seberapa mudahkah
Tabel 8. Nilai Path Coefficients dan Nilai R-Square
Hal ini merupakan yang baik, dikarenakan akses usaha untuk mendapatkan bahan baku
penelitian ini merupakan penelitian yang yang dibutuhkan. Kemudahan akses
dikembangkan dari dasar. terhadap bahan baku di sekitar lokasi usaha
Variabel Variabel Koefisien
Sub Struktur t-s tatis tic R Sq u are tentu akan mempermudah usaha untuk
Endogen Eksogen Jalur
Evaluasi Model menjalankan kegiatan produksinya. Hal ini
DE 0,119 2.356
Validasi model daya saing UMKM pada tahap tentu dapat memudahkan usaha untuk lebih
1 KKL PP 0,020 0.458 0,21
sebelumnya menunjukkan faktor-faktor yang maju.
KPI 0,375 8.532
mempeng ar uhi daya saing UMKM di b. Sub-variabel Kondisi Pasar
KKL 0,348 8.719
Indonesia yang terdiri dari (i) variabel yang Kondisi pasar dalam hal ini diukur dari dua
DE 0,059 1.554
2 KU 0,42 menggambarkan dimensi potensi/input yaitu indikator yaitu situasi pasar dan persaingan
PP 0,279 6.496
KPI 0,215 8.719 ketersediaan sumber daya dan kondisi usaha. Kedua indikator mencoba untuk
KU 0,464 11.344 lingkungan; (ii) variabel yang menggambarkan melihat bagaimana kondisi atau keadaan
DE 0,094 2.479 dimensi proses yaitu kemampuan usaha; (iv) pasar di lokasi sekitar lingkungan usaha.
3 KIN 0,46 variabel yang meng gambarkan dimensi Indikator situasi pasar mencoba untuk
PP 0,103 2.341
kinerja/output yaitu kinerja usaha; dan (v) me ng g a mba rk a n u k u ra n pa s ar d a n
KPI 0,193 4.267
variabel yang menggambarkan faktor-faktor kemampuan pasar di lokasi sekitar usaha
moderator atau yang memfasilitasi berjalan. Ukuran pasar ingin
keterhubungan antara faktor-faktor pada memperlihatkan seberapa besar potensi
dimensi potensi, proses dan kinerja. Penjelasan penduduk yang dapat menjadi pasar bagi
setiap variabel adalah sebagai berikut: usaha yang dijalankan, sementara
ke m a m p u a n p a s a r m e n c o b a u n t u k
Va r i ab e l K e t e r s e d i a a n & K o n d i s i memperlihatkan daya beli dari pasar yang
Lingkungan Usaha ada di lokasi sekitar usaha beroperasi.
Variabel ketersediaan dan kondisi lingkungan Sementara itu, sub-variabel kondisi pasar
usaha menggambarkan situasi atau modal digambarkan melalui indikator persaingan
utama yang dimiliki oleh usuatu usaha dalam usaha yang mencakup informasi tentang
memulai usahanya. seberapa besar intensitas persaingan usaha
di lokasi sekitar usaha tersebut beroperasi.
Jurnal Jurnal
88 Manajemen Teknologi 89 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui seluruh Evaluasi Model Struktural Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa Kondisi yang dimaksud dalam konteks ini
konstruk memiliki composite reliability yang lebih Evaluasi inner model merupakan analisis hasil terdapat beberapa pengaruh yang signifikan adalah keadaan yang sudah ada saat usaha
besar dari 0,70. Hal yang cenderung sama hubungan antar konstruk. Hubungan antar antara variabel eksogen terhadap variabel tersebut mulai menjalankan usahanya. Untuk
tampak pada nilai AVE, seluruh konstruk konstruk dapat dikatakan signifikan jika endogen, antara lain sebagai berikut: lebih jelas, beberapa sub-variabel yang
memiliki nilai AVE yang lebih besar dari 0,50 memiliki nilai T-Statistics lebih besar dari 1,96. membentuk variabel ketersediaan dan kondisi
kecuali pada konstruk KKL, KU, KIN, dan Hasil estimasi hubungan antar konstruk dapat Nilai R-square menggambarkan persentase ligkungan usaha ini yaitu:
KPI. Meskipun beberapa hasil estimasi AVE dilihat melalui tabel 7. yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel a. Sub-variabel Ketersediaan Sumber Daya
tidak memenuhi syarat, namun seluruh bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan Ketersediaan sumber daya digambarkan
composite reliability telah menunjukkan hasil yang sisanya dipengaruhi atau dijelaskan oleh melalui ketersediaan sumber daya manusia
reliabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas lainnya di luar penelitian. bahan baku, serta mesin dan peralatan
konstruk eksogen, endogen, dan moderating Terdapat beberapa referensi terhadap besaran sebagai modal utama usaha. Pada indikator
telah reliabel. nilai R-square yang dapat diterima dalam suatu ketersediaan sumber daya manusia (SDM),
penelitian, hal ini juga tergantung dengan yang ingin didapat adalah infor masi
Tabel 7. Nilai Path Coefficients bidang peneltian. Penelitan ilmu sosial akan mengenai seberapa kuatkah atau besarkah
lebih sulit mendapatkan nilai R-square yang ketersediaan SDM yang siap bekerja di lokasi
Original Sample Standard Standard tinggi dikarenakan fenomena sosial adalah hal sekitar usaha tersebut beroperasi. Semakin
T Statistics
Sample Mean Deviation Error yang kompleks dan multi dimensi, sehingga besar ketersediaan sumber daya manusia
(|O/STERR|)
(O) (M) (STDEV) (STERR) akan sangat sulit untuk mampu melihat yang siap bekerja tentu membuka semakin
DE -> KIN 0.094 0.094 0.038 0.038 2.479 seluruh variasi yang ada. Nilai R-square yang besar peluang bagi suatu usaha untuk
DE -> didapat dalam penelitan ini adalah 0,46 untuk mendapatkan tenaga kerja yang unggul bagi
0.119 0.119 0.050 0.050 2.356
KKL sub struktur 3 dengan variabel kinerja sebagai usahanya.
DE -> KU 0.069 0.070 0.044 0.044 1.554 variabel terikat, sehingga dapat dinyatakan Disisi lain, indikator ketersediaan bahan
KKL -> KU 0.348 0.344 0.040 0.040 8.719 penelitian ini mampu menggambarkan kondisi baku, serta mesin dan peralatan mencoba
KPI -> nyata dalam rentang moderat menuju tinggi. menangkap informasi seberapa mudahkah
0.193 0.196 0.045 0.045 4.267 Hal ini merupakan yang baik, dikarenakan akses usaha untuk mendapatkan bahan baku
KIN
KPI -> penelitian ini merupakan penelitian yang yang dibutuhkan. Kemudahan akses
0.375 0.379 0.044 0.044 8.532 dikembangkan dari dasar. terhadap bahan baku di sekitar lokasi usaha
KKL
KPI -> KU 0.215 0.216 0.042 0.042 5.058 tentu akan mempermudah usaha untuk
KU -> KIN 0.464 0.462 0.041 0.041 11.344 Evaluasi Model menjalankan kegiatan produksinya. Hal ini
PP -> KIN 0.103 0.103 0.044 0.044 2.341 Validasi model daya saing UMKM pada tahap tentu dapat memudahkan usaha untuk lebih
sebelumnya menunjukkan faktor-faktor yang maju.
PP -> KKL 0.020 0.021 0.044 0.044 0.458
mempeng ar uhi daya saing UMKM di b. Sub-variabel Kondisi Pasar
PP -> KU 0.279 0.281 0.043 0.043 6.496 Indonesia yang terdiri dari (i) variabel yang Kondisi pasar dalam hal ini diukur dari dua
menggambarkan dimensi potensi/input yaitu indikator yaitu situasi pasar dan persaingan
Tabel 8. Nilai Path Coefficients dan Nilai R-Square ketersediaan sumber daya dan kondisi usaha. Kedua indikator mencoba untuk
lingkungan; (ii) variabel yang menggambarkan melihat bagaimana kondisi atau keadaan
Sub Variabel Variabel Koefisien t- R
dimensi proses yaitu kemampuan usaha; (iv) pasar di lokasi sekitar lingkungan usaha.
Struktur Endogen Eksogen Jalur s tatis tic Sq u are
variabel yang meng gambarkan dimensi Indikator situasi pasar mencoba untuk
DE 0,119 2.356 kinerja/output yaitu kinerja usaha; dan (v) meng gambarkan ukuran pasar dan
1 KKL PP 0,020 0.458 0,21 variabel yang menggambarkan faktor-faktor kemampuan pasar di lokasi sekitar usaha
KPI 0,375 8.532 moderator atau yang memfasilitasi berjalan. Ukuran pasar ingin
KKL 0,348 8.719 keterhubungan antara faktor-faktor pada memperlihatkan seberapa besar potensi
DE 0,059 1.554 dimensi potensi, proses dan kinerja. Penjelasan penduduk yang dapat menjadi pasar bagi
2 KU 0,42 setiap variabel adalah sebagai berikut: usaha yang dijalankan, sementara
PP 0,279 6.496 ke m a m p u a n p a s a r m e n c o b a u n t u k
KPI 0,215 8.719 Va r i ab e l K e t e r s e d i a a n & K o n d i s i memperlihatkan daya beli dari pasar yang
KU 0,464 11.344 Lingkungan Usaha ada di lokasi sekitar usaha beroperasi.
DE 0,094 2.479 Variabel ketersediaan dan kondisi lingkungan Sementara itu, sub-variabel kondisi pasar
3 KIN 0,46 usaha menggambarkan situasi atau modal digambarkan melalui indikator persaingan
PP 0,103 2.341
utama yang dimiliki oleh usuatu usaha dalam usaha yang mencakup informasi tentang
KPI 0,193 4.267 memulai usahanya. seberapa besar intensitas persaingan usaha
di lokasi sekitar usaha tersebut beroperasi.
Jurnal Jurnal
88 Manajemen Teknologi 89 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Variabel Kemampuan Usaha pelayanan yang dilakukan oleh usaha dalam menghambat usaha untuk beroperasi. Dalam Berdasarkan data primer kuesioner dari 19
Variabel kemampuan usaha pada awalnya menjalankan proses bisnisnya. Adapun sub- hal ini, terdapat beberapa indikator provinsi, terlihat bahwa model yang telah
dinamakan sebagai variabel proses. Namun variabel ini terdiri atas dua indikator yaitu pengukuran yaitu penerapan kebijakan hukum, dirancang pada studi sebelumnya masih perlu
untuk menghindari kesalahan persepsi maka legal dan administrasi yang bermaksud penerapan kebijakan ekonomi, penerapan validasi secara kuantitatif dan terkonfirmasi
nama variabel proses kemudian diganti sebagai untuk melihat keteraturan penerapan kebijakan sosial budaya, serta kelengkapan dan secara statistik sehing ga perlu dibuat
variabel kemampuan usaha. Variabel hukum yang berlaku dalam usaha, serta ketersediaan infrastruktur pendukung usaha. modifikasi atas model tersebut. Hal ini dapat
kemampuan usaha dalam konteks ini ingin indikator tata layanan untuk mengukur terjadi karena asumsi yang dibuat melalui data
menggambarkan mengenai sejauh mana usaha bag aimana layanan usaha terhadap Variabel Riset dan Teknologi kualitatif pada studi sebelumnya mungkin
yang dijalankan mampu atau sang gup konsumen. Variabel riset dan teknologi menggambarkan memiliki perbedaan dengan asumsi data
mengelola proses bisnis yang ada baik dari sisi d. Sub-variabel Kemampuan Wirausaha. tingkat pemanfaatan teknologi serta penelitian kuantitatif yang dianalisa melalui alat statistik
teknis maupun manajerial. Variabel ini diukur Kemampuan wirausaha berkaitan erat dan pengembangan dalam suatu usaha. Partial Least Square. Adapun perbedaan antara
dalam 4 (empat) sub-variabel yaitu kemampuan dengan sejauh mana pengelola usaha dapat Pemanfaatan teknologi mencoba untuk model kualitatif dan kuantitatif tidak
teknikal atau produksi, kemampuan manajerial, melihat peluang dan mengembangkan melihat sejauh mana suatu usaha terlampau jauh sehingga pada dasarnya faktor-
kemampuan tata kelola dan tata layanan, serta usahanya untuk lebih maju melalui inovasi memanfaatkan teknologi untuk keperluan faktor utama dasar yang membentuk daya saing
kemampuan wirausaha. Keempat variabel ini dan pemanfaatan peluang yang ada. Dalam produksi, manajemen hingga pemasarannya. UMKM masih dapat diterima. Pada akhirnya,
dinilai sangat penting dalam membentuk hal ini, kemudian dibentuklah dua indikator Penelitian dan pengembangan t e r d a p a t e n a m va r i a b e l u t a m a y a n g
kemampuan suatu usaha mengelola bisnisnya yaitu indikator inovasi serta indikator menggambarkan bagaimana suatu usaha membentuk daya saing UMKM suatu provinsi
secara menyeluruh. identifikasi peluang/pasar untuk mengukur memanfaatkan hasil penelitian, dan melakukan yaitu ketersediaan dan kondisi lingkungan
a. S u b - v a r i a b e l K e m a m p u a n sub- variabel kemampuan wirausaha. inovasi melalui kegiatan penelitian dan usaha, kemampuan usaha, kebijakan dan
Teknikal/produksi pengembangan dalam usahanya walaupun infrastruktur, riset dan teknologi, dukungan
Kemampuan teknikal/produksi bertujuan Variabel Kinerja Usaha bentuknya sederhana. finansial dan kemitraan, serta variabel kinerja.
untuk menangkap informasi mengenai Va r i a b e l k i n e r j a u s a h a m e n c o b a
kemampuan usaha dalam mengelola proses menggambarkan sejauh mana usaha dapat Variabel Dukungan Eksternal Daftar Pustaka
operasional bisnisnya dari hari ke hari. mencapai perkembangan dan kemajuan baik Variabel dukungan eksternal bertujuan untuk
Dalam hal ini, sub-variabel kemampuan secara finansial maupun non-finansial. mengukur dua hal utama yaitu pemodalan dan Alasadi, R., & Abdelrahim, A.(2001). Analysis
teknikal/produksi diukur dalam dua Variabel ini kemudian diukur oleh 3 (tiga) sub- mitra usaha. Akses pemodalan mencoba untuk of small business performance in Syria.
indikator yakni kemampuan pekerja dan variabel yaitu kinerja internal, kinerja eksternal melihat seberapa mudahkah usaha dapat E d u c a t i o n , B u s i n e s s a n d S o c i e t y,
kemampuan produksi. Indikator serta keberlangsungan dan pertumbuhan mengakses sarana bantuan pemodalan yang Contemporary Middle Eastern Issues, 1 (1),
kemampuan pekerja menggambarkan usaha. ada. Begitu juga halnya dengan mitra usaha, 50-62.
bagaimana kemampuan SDM yang dimiliki a. Sub-variabel kinerja internal pada dasarnya dalam konteks ini yang ingin digambarkan Alkali, M., Isa, A. H. M. & Baba, H. (2012). A
oleh usaha dalam mendukung produksi, ingin mengukur produktivitas tenaga kerja adalah bagaimana keterlibatan usaha dalam conceptual model of factors affecting
apakah kompetensi para SDM dapat dalam usaha serta kualitas atas produk yang program kemitraan baik yang dicanangkan business perfor mance among the
mendukung percepatan proses produksi dihasilkan. pemerintah maupun swasta. manufacturing sub-sector of small
atau sebaliknya. Disisi lain, kemampuan b. Sub-variabel kinerja eksternal ingin business enterprises in Nigeria (Bauchi
produksi ingin menggambarkan sejauh mengukur bagaimana kinerja pasar dari Simpulan state). Interdisciplinar y Jour nal of
mana usaha dapat memenuhi target usaha yaitu tingkat konsumsi atas produk, Contemporary Research in Business, 4(5),
produksinya setiap hari. serta kinerja sosial usaha yaitu sejauh mana Studi ini bertujuan untuk mengkonfirmasi 367.
b. Sub-variabel Kemampuan Manajerial usaha memberikan dampak positif rancangan model indikator yang dapat Ansoff, H.I. (1965). Cor porate Strateg y.
Kemampuan manajerial dalam hal ini ingin terhadap lingkungan sekitarnya mempengaruhi daya saing UMKM pada model McGraw-Hill, New York.
menggambarkan mengenai sejauh mana c. Sub-variabel keberlangsung an dan di studi sebelumnya. Perbedaannya adalah, Barney, B.J. (1991). Firm resources and
usaha menerapkan sistem manajemen yang pertumbuhan usaha mencoba pada tahap studi ini konfirmasi rancangan sustained competitive advantage. Journal
baik dalam mengelola bisnisnya. Untuk menggambarkan bagaimana pencapaian dilakukan melalui pengambilan data primer of Management, 17(1), 99–120.
mengukur sub-variabel kemampuan usaha secara finansial serta perluasan atau yang kemudian diolah secara kuantitatif untuk BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM.
manajerial ini maka dibentuklah indikator pengembangan usaha. memberikan model yang valid secara uji 2012. Perkembangan Data Usaha Mikro,
sistem dan kebijakan usaha. statistik. Dari hasil studi, ditemukan bahwa Kecil, Menengah, dan Usaha Besar. Jakarta:
c. Sub-variabel Kemampuan Tata Kelola dan Variabel Kebijakan dan Infrastruktur perlu adanya penyesuaian dari rancangan BPS.
Tata Layanan Variabel kebijakan dan infrastruktur ingin model yang telah dibangun pada studi Buckley, P.J., Pass, C.L. & Prescott, K. (1988).
Kemampuan tata kelola dan tata layanan menggambarkan sejauh mana penerapan sebelumnya. Measures of international
yang dimaksud adalah untuk melihat sejauh kebijakan serta infrastruktur di lokasi sekitar competitiveness: a critical survey. Journal
mana keteraturan sistem administrasi dan UMKM beroperasi dapat mendukung atau of Marketing Management, 4(2), 175–200.

Jurnal Jurnal
90 Manajemen Teknologi 91 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Variabel Kemampuan Usaha pelayanan yang dilakukan oleh usaha dalam menghambat usaha untuk beroperasi. Dalam Berdasarkan data primer kuesioner dari 19
Variabel kemampuan usaha pada awalnya menjalankan proses bisnisnya. Adapun sub- hal ini, terdapat beberapa indikator provinsi, terlihat bahwa model yang telah
dinamakan sebagai variabel proses. Namun variabel ini terdiri atas dua indikator yaitu pengukuran yaitu penerapan kebijakan hukum, dirancang pada studi sebelumnya masih perlu
untuk menghindari kesalahan persepsi maka legal dan administrasi yang bermaksud penerapan kebijakan ekonomi, penerapan validasi secara kuantitatif dan terkonfirmasi
nama variabel proses kemudian diganti sebagai untuk melihat keteraturan penerapan kebijakan sosial budaya, serta kelengkapan dan secara statistik sehing ga perlu dibuat
variabel kemampuan usaha. Variabel hukum yang berlaku dalam usaha, serta ketersediaan infrastruktur pendukung usaha. modifikasi atas model tersebut. Hal ini dapat
kemampuan usaha dalam konteks ini ingin indikator tata layanan untuk mengukur terjadi karena asumsi yang dibuat melalui data
menggambarkan mengenai sejauh mana usaha bag aimana layanan usaha terhadap Variabel Riset dan Teknologi kualitatif pada studi sebelumnya mungkin
yang dijalankan mampu atau sang gup konsumen. Variabel riset dan teknologi menggambarkan memiliki perbedaan dengan asumsi data
mengelola proses bisnis yang ada baik dari sisi d. Sub-variabel Kemampuan Wirausaha. tingkat pemanfaatan teknologi serta penelitian kuantitatif yang dianalisa melalui alat statistik
teknis maupun manajerial. Variabel ini diukur Kemampuan wirausaha berkaitan erat dan pengembangan dalam suatu usaha. Partial Least Square. Adapun perbedaan antara
dalam 4 (empat) sub-variabel yaitu kemampuan dengan sejauh mana pengelola usaha dapat Pemanfaatan teknologi mencoba untuk model kualitatif dan kuantitatif tidak
teknikal atau produksi, kemampuan manajerial, melihat peluang dan mengembangkan melihat sejauh mana suatu usaha terlampau jauh sehingga pada dasarnya faktor-
kemampuan tata kelola dan tata layanan, serta usahanya untuk lebih maju melalui inovasi memanfaatkan teknologi untuk keperluan faktor utama dasar yang membentuk daya saing
kemampuan wirausaha. Keempat variabel ini dan pemanfaatan peluang yang ada. Dalam produksi, manajemen hingga pemasarannya. UMKM masih dapat diterima. Pada akhirnya,
dinilai sangat penting dalam membentuk hal ini, kemudian dibentuklah dua indikator Penelitian dan pengembangan t e r d a p a t e n a m va r i a b e l u t a m a y a n g
kemampuan suatu usaha mengelola bisnisnya yaitu indikator inovasi serta indikator menggambarkan bagaimana suatu usaha membentuk daya saing UMKM suatu provinsi
secara menyeluruh. identifikasi peluang/pasar untuk mengukur memanfaatkan hasil penelitian, dan melakukan yaitu ketersediaan dan kondisi lingkungan
a. S u b - v a r i a b e l K e m a m p u a n sub- variabel kemampuan wirausaha. inovasi melalui kegiatan penelitian dan usaha, kemampuan usaha, kebijakan dan
Teknikal/produksi pengembangan dalam usahanya walaupun infrastruktur, riset dan teknologi, dukungan
Kemampuan teknikal/produksi bertujuan Variabel Kinerja Usaha bentuknya sederhana. finansial dan kemitraan, serta variabel kinerja.
untuk menangkap informasi mengenai Va r i a b e l k i n e r j a u s a h a m e n c o b a
kemampuan usaha dalam mengelola proses menggambarkan sejauh mana usaha dapat Variabel Dukungan Eksternal Daftar Pustaka
operasional bisnisnya dari hari ke hari. mencapai perkembangan dan kemajuan baik Variabel dukungan eksternal bertujuan untuk
Dalam hal ini, sub-variabel kemampuan secara finansial maupun non-finansial. mengukur dua hal utama yaitu pemodalan dan Alasadi, R., & Abdelrahim, A.(2001). Analysis
teknikal/produksi diukur dalam dua Variabel ini kemudian diukur oleh 3 (tiga) sub- mitra usaha. Akses pemodalan mencoba untuk of small business performance in Syria.
indikator yakni kemampuan pekerja dan variabel yaitu kinerja internal, kinerja eksternal melihat seberapa mudahkah usaha dapat E d u c a t i o n , B u s i n e s s a n d S o c i e t y,
kemampuan produksi. Indikator serta keberlangsungan dan pertumbuhan mengakses sarana bantuan pemodalan yang Contemporary Middle Eastern Issues, 1 (1),
kemampuan pekerja menggambarkan usaha. ada. Begitu juga halnya dengan mitra usaha, 50-62.
bagaimana kemampuan SDM yang dimiliki a. Sub-variabel kinerja internal pada dasarnya dalam konteks ini yang ingin digambarkan Alkali, M., Isa, A. H. M. & Baba, H. (2012). A
oleh usaha dalam mendukung produksi, ingin mengukur produktivitas tenaga kerja adalah bagaimana keterlibatan usaha dalam conceptual model of factors affecting
apakah kompetensi para SDM dapat dalam usaha serta kualitas atas produk yang program kemitraan baik yang dicanangkan business perfor mance among the
mendukung percepatan proses produksi dihasilkan. pemerintah maupun swasta. manufacturing sub-sector of small
atau sebaliknya. Disisi lain, kemampuan b. Sub-variabel kinerja eksternal ingin business enterprises in Nigeria (Bauchi
produksi ingin menggambarkan sejauh mengukur bagaimana kinerja pasar dari Simpulan state). Interdisciplinar y Jour nal of
mana usaha dapat memenuhi target usaha yaitu tingkat konsumsi atas produk, Contemporary Research in Business, 4(5),
produksinya setiap hari. serta kinerja sosial usaha yaitu sejauh mana Studi ini bertujuan untuk mengkonfirmasi 367.
b. Sub-variabel Kemampuan Manajerial usaha memberikan dampak positif rancangan model indikator yang dapat Ansoff, H.I. (1965). Cor porate Strateg y.
Kemampuan manajerial dalam hal ini ingin terhadap lingkungan sekitarnya mempengaruhi daya saing UMKM pada model McGraw-Hill, New York.
menggambarkan mengenai sejauh mana c. Sub-variabel keberlangsung an dan di studi sebelumnya. Perbedaannya adalah, Barney, B.J. (1991). Firm resources and
usaha menerapkan sistem manajemen yang pertumbuhan usaha mencoba pada tahap studi ini konfirmasi rancangan sustained competitive advantage. Journal
baik dalam mengelola bisnisnya. Untuk menggambarkan bagaimana pencapaian dilakukan melalui pengambilan data primer of Management, 17(1), 99–120.
mengukur sub-variabel kemampuan usaha secara finansial serta perluasan atau yang kemudian diolah secara kuantitatif untuk BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM.
manajerial ini maka dibentuklah indikator pengembangan usaha. memberikan model yang valid secara uji 2012. Perkembangan Data Usaha Mikro,
sistem dan kebijakan usaha. statistik. Dari hasil studi, ditemukan bahwa Kecil, Menengah, dan Usaha Besar. Jakarta:
c. Sub-variabel Kemampuan Tata Kelola dan Variabel Kebijakan dan Infrastruktur perlu adanya penyesuaian dari rancangan BPS.
Tata Layanan Variabel kebijakan dan infrastruktur ingin model yang telah dibangun pada studi Buckley, P.J., Pass, C.L. & Prescott, K. (1988).
Kemampuan tata kelola dan tata layanan menggambarkan sejauh mana penerapan sebelumnya. Measures of international
yang dimaksud adalah untuk melihat sejauh kebijakan serta infrastruktur di lokasi sekitar competitiveness: a critical survey. Journal
mana keteraturan sistem administrasi dan UMKM beroperasi dapat mendukung atau of Marketing Management, 4(2), 175–200.

Jurnal Jurnal
90 Manajemen Teknologi 91 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Chandler, A. (1962). Strategy and structure, MIT Li, V. (2011). The methodology to assess the Tambunan, M., Suryanto, I., & Agriva, M.
Press, Boston. competitiveness of real estate developers in (2008). Reposisi UMKM melalui Mobilisasi
Chawla, S. K., M. F. Hazeldine, R.E. Jackson, & China. Queensland University of Sumber Daya dalam Menghadapi Tantangan
R. J. Lawrence. (2007). Small business Technology. Globalisasi, Liberalisasi dan Desentralisasi.
critical success factors and the legal form Lielgaidina. L., & Geipele, I. (2011). Badan Perencanaan Pembangunan
of the firm. Journal of Business and Theoretical Aspects of Competitiveness Nasional. 2008.
Entrepreneurship, 19(2), 1. in Construction Enterprises. Business, Tambunan, T. T. H. (2008). Ukuran Daya Saing
Chong H. G. (2008). Measuring performance Management and Education, 9 (1): 67-80. Koperasi dan UKM. Badan Perencanaan
of small-and-medium sized enterprises: Maholtra, N. K. (2004). Marketing Research: An Pembangunan Nasional. 2008.
the grounded theory approach. Journal of Applied Orientation, 4th edition. Pearson UNESCA. (2009). Globalization of Production
Business and Public Affairs, 2 (1). Education. New Jersey: Prentice Hall. and the Competitiveness of Small and
Farra, F., Burgio, C., & Cernov, M. (2011). The Man T. W. Y; Lau, T., & Chan, K. F. (2002). The Medium-sized Enterprises in Asia and the
competitiveness of potential of central asia. competitiveness of small and medium Pacific: Trends and Prospects. Studies in
Central asia competitiveness outlook. enterprises – A conceptualization with Trade and Investment 65, New York:
OECD. focus on entrepreneurial competencies. United Nations.
Flanagan, R., W.Lu, L.Shen, & C. Jewell. (2007). Journal of Business Venturing, 17(2), 123- Vincenzo, E.V., L. Trincher & S. Amato.
Competitiveness in construction: a 142. (2010). Handbook of Partial Least Square.
critical review of research. Construction Markovics, K. (2005). Competitiveness of Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Management and Economics, 25(9), 989- Domest.ic Small and Medium Wernerfelt, B. (1984). Resource-based view of
1000. Enterprises in the European Union. the firm. Strategic Management Journal,
Gál, A. N. (2010). Competitiveness of small and European Integration Studies, Miskolc, 4(1), 5(2), 171–80.
medium sized enterprises – a possible analytical 13-24. Wiyadi. 2009. Pengukuran Indeks Daya Saing
framework. Diunduh tanggal 12 April Nagy, T.O. (2016). SME Sector, A Crucial Area Industri Kecil Menengah (IKM) di Jawa
2012 dari http://heja.szif.hu/ECO/ of The Corporate Competitiveness Tengah. Jurnal Siasat Bisnis, 13(1), 77-92.
ECO-100115-A/eco100115a.pdf. Measurement. Gradus, 3 (1), 446-453.
Hatten, K. J. & S. R. Rosenthal. (1999). ISSN 2064-8014.
Managing the Process-Centred Oral, M. (1993). A Methodolog y for
Enterprise. Long Range Planning, 32(3), Competitiveness Analysis and Strategy
293-310. Formulation in Glass Industry. European
Hunter, L. & Lean, J. (2014). Investigating the Journal of Operational Research, 68(1), 9-22.
Role of Entrepreneurial Leadership and Prahalad, C.K. & Hamel, G. (1990). The core
Social Capital in SME Competitiveness competence of the corporation. Harvard
in the Food and Drink Industry. The Business Review, 68(3), 79–91.
International Journal of Entrepreneurship and Porter, M.E. (1980). Competitive Strategy:
Innovation, 15(3,August), 179-190(12). Techniques for Analyzing Industries and
IMD. 2004. World Competitiveness Yearbook Competitors. Free Press, New
2003.IMD, Lausanne, Switzerland. York/Collier Macmillan, London.
K adocsa, G. (2006). Research on the Porter, M.E. (1985). Competitive Advantage:
Competitiveness Factors of SME. Acta Creating and Sustaining Superior Performance.
Polytechnica Hungaria, 3 (4), 71-84. F r e e P r e s s, N e w Yo r k / C o l l i e r
Kuswantoro, F., M. M. Rosli & R. A. Kader. Macmillan, London.
(2012). Innovation in Distribution Simanjuntak, D. (2008). Imperatif Mukjizat
Channel(s) dan Cost Efficiency on Small Pertumbuhan yang Berkelanjutan dan
dan Medium Enterprise Scales' Pemupukan Modal Manusia yang Progresif.
Performance in Indonesia. Journal of Sekolah Bisnis Prasetya Mulya. Jakarta.
Global Entrepreneurship, 3(1), 46-71. Susilo, Y., Sri. (2012) Strategi Meningkatkan Daya
Lantu, D.C., Triady,M.S., Utami, A.F.( 2015). Saing Umkm Dalam Menghadapi
Development of SMEs' competitiveness Implementasi CAFTA dan MES. Buletin
model in Indonesia. (have been accepted, on Ekonomi. ISSN 1410-2293
publishing process).

Jurnal Jurnal
92 Manajemen Teknologi 93 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016
Lantu dkk / Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing UMKM di Indonesia: Validasi Kuantitatif Model Jurnal Manajemen Teknologi, 15(1), 2016, 77-93

Chandler, A. (1962). Strategy and structure, MIT Li, V. (2011). The methodology to assess the Tambunan, M., Suryanto, I., & Agriva, M.
Press, Boston. competitiveness of real estate developers in (2008). Reposisi UMKM melalui Mobilisasi
Chawla, S. K., M. F. Hazeldine, R.E. Jackson, & China. Queensland University of Sumber Daya dalam Menghadapi Tantangan
R. J. Lawrence. (2007). Small business Technology. Globalisasi, Liberalisasi dan Desentralisasi.
critical success factors and the legal form Lielgaidina. L., & Geipele, I. (2011). Badan Perencanaan Pembangunan
of the firm. Journal of Business and Theoretical Aspects of Competitiveness Nasional. 2008.
Entrepreneurship, 19(2), 1. in Construction Enterprises. Business, Tambunan, T. T. H. (2008). Ukuran Daya Saing
Chong H. G. (2008). Measuring performance Management and Education, 9 (1): 67-80. Koperasi dan UKM. Badan Perencanaan
of small-and-medium sized enterprises: Maholtra, N. K. (2004). Marketing Research: An Pembangunan Nasional. 2008.
the grounded theory approach. Journal of Applied Orientation, 4th edition. Pearson UNESCA. (2009). Globalization of Production
Business and Public Affairs, 2 (1). Education. New Jersey: Prentice Hall. and the Competitiveness of Small and
Farra, F., Burgio, C., & Cernov, M. (2011). The Man T. W. Y; Lau, T., & Chan, K. F. (2002). The Medium-sized Enterprises in Asia and the
competitiveness of potential of central asia. competitiveness of small and medium Pacific: Trends and Prospects. Studies in
Central asia competitiveness outlook. enterprises – A conceptualization with Trade and Investment 65, New York:
OECD. focus on entrepreneurial competencies. United Nations.
Flanagan, R., W.Lu, L.Shen, & C. Jewell. (2007). Journal of Business Venturing, 17(2), 123- Vincenzo, E.V., L. Trincher & S. Amato.
Competitiveness in construction: a 142. (2010). Handbook of Partial Least Square.
critical review of research. Construction Markovics, K. (2005). Competitiveness of Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Management and Economics, 25(9), 989- Domest.ic Small and Medium Wernerfelt, B. (1984). Resource-based view of
1000. Enterprises in the European Union. the firm. Strategic Management Journal,
Gál, A. N. (2010). Competitiveness of small and European Integration Studies, Miskolc, 4(1), 5(2), 171–80.
medium sized enterprises – a possible analytical 13-24. Wiyadi. 2009. Pengukuran Indeks Daya Saing
framework. Diunduh tanggal 12 April Nagy, T.O. (2016). SME Sector, A Crucial Area Industri Kecil Menengah (IKM) di Jawa
2012 dari http://heja.szif.hu/ECO/ of The Corporate Competitiveness Tengah. Jurnal Siasat Bisnis, 13(1), 77-92.
ECO-100115-A/eco100115a.pdf. Measurement. Gradus, 3 (1), 446-453.
Hatten, K. J. & S. R. Rosenthal. (1999). ISSN 2064-8014.
Managing the Process-Centred Oral, M. (1993). A Methodolog y for
Enterprise. Long Range Planning, 32(3), Competitiveness Analysis and Strategy
293-310. Formulation in Glass Industry. European
Hunter, L. & Lean, J. (2014). Investigating the Journal of Operational Research, 68(1), 9-22.
Role of Entrepreneurial Leadership and Prahalad, C.K. & Hamel, G. (1990). The core
Social Capital in SME Competitiveness competence of the corporation. Harvard
in the Food and Drink Industry. The Business Review, 68(3), 79–91.
International Journal of Entrepreneurship and Porter, M.E. (1980). Competitive Strategy:
Innovation, 15(3,August), 179-190(12). Techniques for Analyzing Industries and
IMD. 2004. World Competitiveness Yearbook Competitors. Free Press, New
2003.IMD, Lausanne, Switzerland. York/Collier Macmillan, London.
K adocsa, G. (2006). Research on the Porter, M.E. (1985). Competitive Advantage:
Competitiveness Factors of SME. Acta Creating and Sustaining Superior Performance.
Polytechnica Hungaria, 3 (4), 71-84. F r e e P r e s s, N e w Yo r k / C o l l i e r
Kuswantoro, F., M. M. Rosli & R. A. Kader. Macmillan, London.
(2012). Innovation in Distribution Simanjuntak, D. (2008). Imperatif Mukjizat
Channel(s) dan Cost Efficiency on Small Pertumbuhan yang Berkelanjutan dan
dan Medium Enterprise Scales' Pemupukan Modal Manusia yang Progresif.
Performance in Indonesia. Journal of Sekolah Bisnis Prasetya Mulya. Jakarta.
Global Entrepreneurship, 3(1), 46-71. Susilo, Y., Sri. (2012) Strategi Meningkatkan Daya
Lantu, D.C., Triady,M.S., Utami, A.F.( 2015). Saing Umkm Dalam Menghadapi
Development of SMEs' competitiveness Implementasi CAFTA dan MES. Buletin
model in Indonesia. (have been accepted, on Ekonomi. ISSN 1410-2293
publishing process).

Jurnal Jurnal
92 Manajemen Teknologi 93 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.1 | 2016 Vol.15 | No.1 | 2016

Anda mungkin juga menyukai