Anda di halaman 1dari 2

PERNIKAHAN DIBAWAH UMUR

Selamat Siang,
Salam sejahtera untuk kita semua.
Rekan-rekan semua yang kami hormati,

Pada kesempatan hari ini, patutlah kiranya kita mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, di mana pada kesempatan ini dan detik ini kita bisa hadir untuk memenuhi ujian
dari Lembaga kursus yang kita cintai.

Sholawat dan salam tidak lupa kita tercurah keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Semoga kita senantiasa menjadi umatnya dan
mendapatkan syafaatnya di hari kiamat kelak. Amin

Hadirin dan Teman-teman sekalian yang berbagia.

Tema "pernikahan dibawah umur" bukanlah suatu hal yang baru untuk diperbincangkan,
masalah ini sangat sering "diangkat" dalam berbagai seminar dan diskusi, Bahkan juga sering
dibicarakan oleh media massa, baik media elektronik maupun non elektronik. Maka tidak
mengherankan jika sekali pun hal ini sering dibahas, selalu ramai dan mendapat perhatian,
khususnya dari kalangan kawula muda. Berbagai tanggapan tentang menikah di usia dini
bermunculan, ada yang menanggapi dengan postif, namun tak jarang pula ada yang
memandang negatif. Bahkan dahulu diawal tahun 2000 an ada sinetron "Pernikahan Dini" yang
sangat digandrungi oleh sebagian anak muda yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi
swasta di tanah air ini.

Teman-teman yang berbahagia,

Kita ketahui bahwa, Pernikahan dini merupakan pernikahan yang masih dini / belia yaitu
kisaran usia 15-20 tahun atau yang masih terdaftar sebagi siswa sekolah. Kita ketahui pula
dahulu nenek moyang kita banyak yang menikahi anak gadis-gadisnya dibawah umur, karena
pada saat itu masih banyak beranggapan jika perempuan tidak segera menikah akan
mendapatkan julukan miring “Perawan Tua”. Seiring zaman, pandangan tersebut berubah.
Sekarang justru menikah diusia belia sudah dianggap tabu dan ganjil.

Ini tak lepas dari Arus globalisasi yang bergerak cepat mengubah cara masyarakat. Perempuan
yang menikah di usia muda dianggap sebagai hal yang tabu. Bahkan lebih dari itu dianggap
menghancurkan masa depan perempuan, menekan kreativitas dan mencegah perempuan untuk
mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

Kawan-kawanku sekalian yang kami banggakan.

Negara dalam hal ini memberikan perhatian dengan terus menjaga dan mengatur hak-hak
perempuan untuk mendapatkan pendidkan yang tinggi, pengetahuan yang luas dan juga
pemerintah menerbitakn peraturan yakni UU No 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat 1 tentang
perkawinan yang mengatur batas usia pernikahan.

Sebagai Wanita yang sudah pengalaman berumah tangga puluhan tahun, dan memiliki adik-
adik perempuan, saya sangat mendukung adanya peraturan tesebut. Ini tak lepas dari semangat
Ajaran islam seperti Sabda Nabi;
َّ ‫ و َمن لَ ْم يَ ْستَطِ ْع فَعليه بال‬، ْ‫ع مِ ْن ُك ُم البَا َءةَ فَ ْليَتَزَ َّوج‬
‫ص ْو ِم؛ فإنَّه له ِو َجاء‬ َ َ‫ َم ِن ا ْست‬،‫ب‬
َ ‫طا‬ ِ ‫يا َم ْعش ََر ال َّشبَا‬

“Wahai para pemuda.. Siapa di antara kalian yang telah mampu menikah maka hendaklah ia
segera menikah, karena hal itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.
Barangsiapa belum mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi tameng
baginya”

Salah satu kunci maksud “mampu” pada hadist tersebut.


1) Matang dalam usia
2) Matang dalam sikologi dan biologis
3) Matang dalam materi
4) Matang dalam pengetahuan dan ilmu pernikahan

Agar pernikahan dini yang terjadi di masyarakat tidak meningkat, orang tua
membutuhkan bimbingan terus menerus untuk anak – anak untuk tumbuh dan berkembang
sesuai dengan usianya. Selain itu, orang tua tidak mengizinkan putri mereka masih muda,
meskipun laki-laki idola pria terpikat “angin surga” yang kemudian ternyata menghancurkan
masa depan gadis itu.

Anda mungkin juga menyukai