Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aurellia Citra Melati

NIM : 048638019

Jurusan : Manajemen 2022

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Tugas Tutorial 3

Di saat kondisi perekonomian global yang tengah krisis, torehan pertumbuhan


ekonomi Indonesia menunjukkan hasil yang positif. Jika dibandingkan pada
triwulan kedua tahun ini dengan periode yang sama tahun lalu, ekonomi
Indonesia meningkat kurang lebih 6,4%. Pertumbuhan ini tetap masih terpusat
di Pulau Jawa dengan peningkatan sebesar 57,5%. Apabila diakumulasikan,
pertumbuhan ekonomi Indonesia semester i tahun 2012 lebih baik dibandingkan
dengan semester i tahun 2011 yang tumbuh sekitar 6,3%.

Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai mengalami bias atau


anomali. Hal ini dikatakan oleh Salamuddin Daeng, pengamat ekonomi
Indonesia for global justice. Ia berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi ini
tidak diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya itu,
Daeng juga memaparkan, sekurang-kurangnya ada empat faktor yang membuat
ekonomi Indonesia mengalami bias.

Pertama, perekonomian Indonesia lebih banyak ditengarai oleh utang asing


yang nilainya terus meningkat. “Utang Indonesia mencapai dua ribu delapan
ratus enam puluh lima triliun rupiah. Utang asing pemerintah meningkat setiap
tahunnya. Utang ini menjadi sumber penghasilan utama pemerintah dan menjadi
pendorong tumbuhnya ekonomi Indonesia,” ujar Daeng.

Kedua, peningkatan konsumsi masyarakat dinilai ikut mendorong pertumbuhan


ekonomi Indonesia. Konsumsi masyarakat yang meningkat bersumber dari
harga sandang pangan yang mengalami kenaikan, serta disokong oleh
pertumbuhan kredit terutama kredit konsumsi.
Ketiga, ekonomi Indonesia pertumbuhannya didorong oleh ekspor bahan
mentah, contohnya hasil perkebunan, hutan, migas, dan bahan tambang,
sehingga kurang menciptakan nilai tambah dan lapangan pekerjaan.

Faktor terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh penanaman


asing yang menjadikan sumber daya alam Indonesia makin dikuasai asing.

Di lain pihak, A Tony Prasetiantono, seorang pengamat ekonomi dari


Universitas Gadjah Mada, menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia
ditopang oleh sektor domestik. Menurutnya, dampak krisis global melalui
defisit neraca perdagangan dan penurunan ekspor baru akan terasa pada kuartal
ketiga dan keempat tahun ini. Ia menilai kontribusi ekspor terhadap PDB tidak
besar.

Selaras dengan itu, seorang ekonom Mirza Adityaswara berpendapat bahwa


sejumlah sektor ekonomi dalam negeri tumbuh karena didorong oleh suku
bunga rendah. Hal ini tampak dari peningkatan kredit yang mencapai 26-28%
sekaligus didukung oleh harga BBM yang rendah sebab masih disubsidi oleh
pemerintah. Lebih lanjut Mirza menyampaikan, sektor yang berorientasi dalam
negeri mengalami pertumbuhan tinggi, misalnya otomotif, manufaktur,
transportasi, komunikasi, dan perdagangan.

Dampaknya, pertumbuhan sektor yang berorientasi dalam negeri memiliki


kecenderungan defisit neraca perdagangan yang makin besar. Menurut A Tony
Prasetiantono, belanja pemerintah yang lebih cepat dan besar juga sangat
membantu pertumbuhan. Seiring dengan hal itu, tingkat inflasi yang berada di
bawah 5% cukup membantu, walaupun hal tersebut ada dampaknya, yakni nilai
subsidi energi yang terus membengkak yang sebetulnya tidak sehat.

Anda mungkin juga menyukai