Anda di halaman 1dari 40

MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI DASAR

(FKK006)

Disusun Oleh :

Apt.Riyadatus Solihah, S.Farm. M.Si


Apt. M Shofwan Haris,S.Farm.,M.AP
Apt. Rianur Oktavia, S.Farm

S1 FARMASI KLINIK DAN KOMUNITASSTIKES


NGUDIA HUSADA MADURA
Tata Tertib Praktikum Di Laboratorium

1. Setiap peserta harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan. Apabila peserta
terlambat lebih dari 10 (sepuluh) menit dari waktu yang telah ditentukan, maka
mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu dan diwajibkan
mengikuti praktikum pada hari lain (inhal untuk percobaan tersebut).
2. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai sepatu (dilarang mengenakan
sandal atau sepatu sandal) dan jas praktikum berwarna putih dan dikancingkan dengan
rapi.
3. Simpanlah tas, jaket, dan barang-barang lainnya yang tidak diperlukan di tempat yang
telah disediakan
4. Jangan melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen sebelum mengetahui
informasi mengenai alat-alat yang akan digunakan.
5. Tidak diperkenankan makan dan minum di dalam ruang laboratorium.
6. Setiap peserta wajib membuat laporan praktikum yang formatnya sudah ditentukan
dan ditandatangani dosen setelah selesai suatu acara praktikum.
7. Setiap peserta harus mengembalikan alat-alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih
dan kering. Sebelum meninggalkan ruang praktikum, peserta harus mengembalikan
botol-botol bahan kimia yang telah ditutup rapat ke tempat semula.
8. Setiap peserta harus menjaga kebersihan Laboratorium, bekerja dengan tertib, tenang
dan teratur. Selama mengikuti praktikum, peserta harus bersikap sopan, baik dalam
berbicara maupun bergaul.
9. Setiap peserta harus melaksanakan semua mata praktikum dan mematuhi budaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
10. Bagi mereka yang tidak mengikuti praktikum pada hari yang telah terjadwal,
diperbolehkan inhal (menunda praktikum) apabila memenuhi persyaratan yang ada,
dan dengan mengirim surat permohonan praktikum inhal kepada Dosen yang
mengampu.
11. Apabila peserta praktikum melanggar hal-hal yang telah diatur di atas maka yang
bersangkutan dapat dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan untuk
melanjutkan praktikum pada hari itu. Kegiatan praktikum dinyatakan batal dan tidak
diijinkan untuk inhal.

1
12. Hal-hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum
akan diatur kemudian.

SANKSI:
1. Terlambat datang tanpa alasan, tidak bisa mengikuti praktikum
2. Tidak mengumpulkan laporan pendahuluan tidak diperkenankan praktikum
3. Terlambat pengumpulan laporan resmi, mengurangi nilai laporan
4. Merusak/memecahkan/menghilangkan segala peralatan laboratorium wajib untuk
mengganti
5. Jika terdapat pelanggaran lain yang belum diatur dalam tata tertib, asisten/dosen
berhak memberikan sanksi sesuai kebijaksanaanya
6. Segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh praktikan akan mempengaruhi
penilaian oleh asisten/dosen

2
PERALATAN LABORATORIUM KIMIA

Peralatan laboratorium kimia sebagian besar terbuat dari gelas, gelas dipilih sebagai
bahan pembuatan peralatan karena mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan. Sifat-sifat
gelas yang menguntungkan antara lain : tembus cahaya atau tembus pandang (opaque), kaku
(rigid), tidak mudah bereaksi dengan bahan kimia, memiliki titik didih tinggi sehingga tidak
mudah meleleh, terutama pada pemanasan biasa dibawah 1000C, dan mudah dilas jika retak
dan pecah.

1. Pengenalan Alat Praktikum Kimia Non Ukur


a. Tabung Reaksi
Digunakan untuk mereaksikan zat, dapat
dipanaskan pada nyala api oksidasi. untuk
tabung reaksi dengan gelas bukan
borosilikat bersifat tidak tahan panas.
Kapasitas yang tersedia 5 ml, 10 ml, 14 ml,
16 ml, 19 ml, 31 ml, 55 ml, 75 ml.

b. Tabung Sentrifugal
Tabung sentrifugal mempunyai bentuk tabung
yang salah satu ujungnya menyerupai kerucut.
Tabung sentrifugal biasanya terbuat dari gelas
walaupun ada juga yang terbuat dari bahan
plastik atau kimia. Tabung ini digunakan untuk
tempat bahan yang diendapkan dengan alat
sentrifuge.

· Tabung sentrifugal dengan skala


· Tabung sentrifugal tanpa skala
· Tabung sentrifugal dengan penutup ulir atau
skrup

3
c. Buret (Burette)
Buret adalah alat laboratorium dari bahan gelas
berbentuk silinder yang memiliki garis ukur dan
sumbat keran pada bagian bawahnya. Buret
digunakan dalam percobaan yang memerlukan presisi
seperti pada eksperimen titrasi dengan cara
meneteskan sejumlah reagen cairan ke dalam obyek
dalam wadah gelas di bawahnya. Pembacaan skala
harus dilakukan secara seksama pada permukaan
meniskus zat cair. Ukuran skala Buret : Buret Makro
(50 ml), Buret semi makro (25 ml) dan buret Mikro
(10 ml)

d. Corong
Corong adalah alat laboratorium berbentuk kerucut
dan terdapat bagian seperti tabung yang sempit.
Corong digunakan untuk memindahkan larutan dan
atau menyaring yang biasanya menggunakan kertas
saring

e. Corong Buchner (Buchner Funnel)

Corong Buchner adalah alat laboratorium yang


terbuat dari porselen, gelas atau plastik yang
digunakan untuk penyaringan vakum. Pada bagian
atas terdapat sebuah silinder dengan dasar yang
berpori. Corong buchner digunakan untuk menyaring
dengan dipasangkan pada labu penyaring dan pompa
penghisap (vacum pump). Keuntungan menyaring
dengan menggunakan corong buchner adalah lebih
cepat jika dibandingkan dengan penyaring
menggunakan corong piala

f. Corong Pisah (Separating Funnel)

Corong pisah adalah peralatan laboratorium dari


gelas yang digunakan dalam proses pemisahan cairan

4
dari dua fase yang tidak dapat bercampur. larutan
yang akan dipisahkan digojok terlebih dahulu
kemudian didiamkan beberapa saat sampai masing-
masing larutan terpisah. Larutan dengan masa jauh
lebih kecil akan berada diatas sedangkan massa jenis
lebih besar akan berada dibawah. Larutan yang ada
dibawah dikeluarkan hati-hati.

g. Pipet Tetes

Terbuat dari gelas dilengkapi karet


digunakan untuk mengambil larutan dalam
jumlah kecil ( tetes )

h. Batang Pengaduk

Terbuat dari gelas, digunakan untuk mengaduk larutan


atau untuk membantu memindahkan larutan dari satu
wadah ke dalam wadah lain

i. Beaker glass

Terbuat dari gelas umumnya terbuat dari bahan


borosilikat dengan skala pada dindingnya, digunakan
untuk menuang, membuat dan mendidihkan larutan.
Dapat digunakan juga untuk mengukur volume
larutan yang tidak memerlukan tingkat

j. Desikator

Seperti panci bersusun, dengan pembatas dibagian


tengah. Bagian bawah berisi silica gel sebagai
pengering. Digunakan untuk pengeringan bahan kimia.

5
Pada penutupnya dilapisi dengan vaselin untuk
menjaga tetap kedap udara.

Ada 2 macam desikator : desikator biasa dan vakum.


Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup yang
bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke
pompa

k. Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask/ Conical Flask)

Terbuat dari gelas borosilikat. Digunakan


ditempat larutan yang dititrasi dalam analisa
volumetri. Bentuk mirip beaker glass memiliki
leher yang sempit, dengan keuntungan
mengurangi penguapan zat cair dalam pemanasan
dan menghindari tumpah ketika dalam proses
pengadukan. Pada sisi luar terdapat skala yang
menunjukan perkiraan

l. Gelas Arloji (Watch Glass)

Terbuat dari gelas sebagai penutup dan


menimbang bahan kimia yang berwujud padat
atau kristal.

m. Labu ukur (Volumetric flask)

Terbuat dari bahan gelas biasa atau dari bahan


borosilikat dengan volume sampai dengan 2 liter.
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
dan mengencerkan larutan dengan akurasi yang
tinggi

2. Pengenalan Alat Praktikum Kimia Ukur

a. Gelas Ukur

6
Terbuat dari bahan gelas biasa, tidak tahan pemanasan.
Digunakan untuk mengukur volume cairan atau larutan.
Jumlah volume berdasarkan pada volume didalamnya.

Kapasitas yang tersedia :

No Kapasitas Sub Skala Toleransi +/ (ml)


(ml) (ml)
1 5 0,1 0,1
2 10 0,2 0,2
3 25 0,5 0,5
4 50 1,0 1,0
5 100 1,0 1,0
6 250 2,0 2,0
7 500 5,0 5,0
8 1000 10,0 10,0
9 2000 20,0 20,0

b. Pipet Ukur

Terbuat dari bahan gelas biasa, kadang-kadang


terbuat dari bahan borosilikat. Digunakan untuk
mengukur cairan atau larutan. Jumlah volumenya
berdasarkan volume yang dikeluarkan.

Kapasitas Yang Tersedia :

No Kapasitas (ml) Sub Skala (ml) Toleransi +/ (ml)

1 0,1 0,01 0,01


2 0,2 0,01 0,01
3 0,5 0,02 0,01
4 1 0,1 0,01
5 2 0,1 0,02
6 5 0,1 0,05
7 10 0,1 0,1
8 25 0,2 0,2
c. Pipet Volume

7
Terbuat dari bahan gelas biasa kadang
– kadang terbuat dari bahan
borosilikat. Digunakan untuk
mengukur volume tepat berdasarkan
volume yang dikeluarkan.

Kapasitas Yang Tersedia :

NO Kapasitas (ml) Sub Skala (ml)


1 1 0,015
2 2-4 0,02
3 5 0,03
4 10 0,04
5 20 0,06
6 25 0,08
7 50 0,1
8 100 0,160

d. Timbangan analitik

Fungsi dan jenis :

- Digunakan untuk menimbang padatan kimia

- Neraca analitis dengan tiga buah lengan


ayun berskala

- Neraca analitis dengan tiga buah lengan


ayun untuk masing-masing skala (10 g, 1
g, 0,01 g, dan 0,0001 g)

- Neraca analitis digital dengan penutup

- Neraca analitis digital model kompak

3. Alat Praktikum Non Gelas dan Alat Penunjang Praktikum

a. Kawat Kassa
kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan
sebagai alas dalam penyebaran panas yang
berasal dari suatu pembakar

8
b. Kaki Tiga
Besi yang menyangga ring dan digunakan
untuk menahan kawat kasa dalam pemanasan.

c. Klemp (clamp)

Klem buret : terbuat dari besi atau baja


untuk memegang buret yang digunakan
untuk titrasi.

d. Pembakar spirtus

Digunakan untuk memanaskan bahan baik


berupa padat maupun cair.

e. Statif

Terbuat dari besi atau baja yang berfungsi


untuk menegakkan buret, corong, corong
pisah dan peralatan gelas lainnya pada saat
digunakan.

f. Pro Pipet (pipet filler)

Digunakan untuk membantu proses


pengambilan cairan. Terbuat dari karet yang
disertai dengan tanda untuk menyedot
cairan (suction), mengambil udara (aspirate)
dan mengosongkan (empty).

9
g. Water Bath

Fungsi utama water bath adalah untuk


menciptakan suhu yang konstan dan
digunakan untuk pemanasan, inkubasi dan
penguapan.

h. Segitiga porselin

Terbuat dari porselin


Merupakan suatu rangka/bingkai yang dapat
menahan wadah, seperti dapat menahan krus
pada waktu pemanasan atau dapat menahan
corong selama penyaringan

i. Rak tabung reaksi

Bahan :kayu,plastik , jumlah lubang: 40 , diameter:


16mm. Berfungsi untuk menyimpan / menopang
tabung reaksi

10
BAHAN KIMIA

Sebelum mulai bekerja di laboratorium kimia maka pengetahuan tentang jenis-jenis


bahan kimia harus dikuasai. Sifat – sifat bahan kimia bisa diketahui dari Material Safety Data
Sheet (MSDS). Bahan-bahan kimia memiliki sifat yang beragam dari yang bersifat mudah
terbakar, beracun, mengiritasi, korosif, dan dapat merusak lingkungan.
Bahan kimia dibedakan menjadi 3 jenis :
1. padat
2. cair
3. gas
Bahan berdasarkan kualitas
1. teknis
2. special grade : pro analyses (p.a)
3. special grade : material references (bahan pembanding)

BEKERJA DENGAN BAHAN KIMIA


Hal-hal yang harus diperhatikan bila bekerja dengan bahan kimia :
1. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia
2. Hindari menghirup langsung uap bahan kimia
3. Jangan mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus (cukup
dengan mengkibaskan kearah hidung )
4. Hati-hati kontak dengan bahan kimia karena dapat bereaksi langsung dengan kulit
menimbulkan iritasi (pedih dan gatal)
1. Pemindahan dan pengambilan bahan kimia
Untuk memindahkan atau mengambil bahan kimia perlu diperhatikan hal-hal berikut
ini :
a. Baca label bahan dengan seksama untuk menghindari kesalahan pengambilan bahan
karena ada beberapa bahan yang mempunyai nama hampir sama misalnya antara asam
sitrat dan asam nitrat.
b. Pindahkan sesuai jumlah yang diperlukan
c. Bila ada sisa bahan saat pengambilan, jangan dikembalikan ke dalam wadahnya
kembali karena bisa mengkontaminasi.
Bahan kimia dapat berupa bahan padat maupun cair, sehingga penanganan kedua
bahan tersebut akan berbeda. Pada saat pengambilan bahan kimia perlu diperhatikan halhal
berikut ini :

11
a. Bahan cair :
1) Tutup botol dibuka dengan cara dipegang dengan jari tangan dan sekaligus telapak
tangan memegang botol tersebut, gunakan satu tangan. Tutup botol jangan
diletakkan di atas meja karena kotoran diatas meja bisa mengotori tutup botol
sehingga dapat mencemari bahan kimia.
2) Dengan satu tangan yang lain ambil bahan sesuai kebutuhan, gunakan alat yang
memudahkan pekerjaan seperti pipet volume.
3) Pindahkan cairan menggunakan bantuan batang pengaduk untuk menghindari
percikan.
b. Bahan padat :
1) Gunakan sendok sungu atau alat lain yang sesuai, bukan berasal dari logam.
2) Ambil secukupnya sesuai kebutuhan. Jangan mengeluarkan bahan kimia secara
berlebihan.
3) Satu sendok untuk satu bahan, jangan mencampurkan sendok untuk mengambil
aneka bahan.

2. Pemanasan bahan kimia


Pada saat bekerja di laboratorium kimia sering kali dilakukan pemanasan bahan.
Pemanasan bisa dilakukan dengan tabung reaksi atau alat gelas kimia lain. Apabila
melakukan pemanasan harus diperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Tabung reaksi
1) Isi tabung reaksi sebagian saja, sekitar sepertiganya.
2) Api pemanas terletak pada bagian bawah larutan.
3) Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata. Arah mulut tabung reaksi pada
tempat yang kosong agar percikannya tidak mengenai orang lain.
b. Gelas kimia
1) Gunakan kaki tiga sebagai penopang gelas kimia tersebut.
2) Letakkan batang gelas atau batu didih pada gelas kimia untuk menghindari
pemanasan mendadak.
3) Jika gelas kimia tersebut berfungsi sebagai penangas air, isikan air seperempatnya
saja supaya tidak tumpah.

12
C. LAMBANG BAHAN KIMIA
Demi keselamatan kerja di laboratorium perlu dipahami simbol yang menyertai setiap
bahan kimia yang terdapat pada wadahnya. Simbol – simbol tesebut diperlukan untuk
mengetahui sifat bahan sehingga memudahkan penanganannya. Berikut ini beberapa simbol
yang umum kita jumpai pada wadah bahan kimia :

Nama : Flammable (mudah terbakar)

Lambang : F

simbol untuk bahan kimia yang mempunyai titik nyala


rendah, mudah terbakar dengan api bunsen, permukaan
metal panas atau loncatan bunga api.

Penanganan : Jauhkan dari benda-benda yang berpotensi


mengeluarkan api.

Contoh : Minyak terpentin.

Nama : toxic (beracun)

Lambang : T

Bahan yang bersifat beracun yang dapat menyebabkan


kematian atau sakit yang serius bila terhirup, tertelan, atau
terabsorpsi melalui kulit.

Penanganan : Jangan ditelan dan jangan dihirup, hindari

kontak langsung dengan kulit.

Contoh : Metanol, Benzena.

Nama : harmful (berbahaya)

Lambang : Xn
Bahan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
apabila terhirup, tertelan, atau kontak dengan kulit.
Penanganan : Jangan dihirup, jangan ditelan dan hindari
kontak langsung dengan kulit.
Contoh : Etilen glikol, Diklorometan.

13
Nama : explosive (mudah meledak)

Lambang : E

Bahan kimia yang mudah meledak dengan adanya panas


atau percikan bunga api, gesekan atau benturan. Penanganan
: Hindari pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan
sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik.

Contoh : KClO3, NH4NO3, Trinitro Toluena (TNT).

Nama : irritant (mudah mengiritasi)

Lambang : I

Bahan yang dapat menyebabkan gatal-gatal, iritasi atau kulit


terbakar.

Penanganan : hindarkan kontak langsung dengan kulit

Contoh : NaOH, C6H5OH, Cl2

Nama : Corrosive (korosif)

Lambang : C

Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan


iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan
kulit mengelupas.

Penanganan : Jangan sampai terpercik pada Mata

Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%)

Nama : Oxidizing (pengoksidasi)

Lambang : O

Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan


kebakaran dengan menghasilkan panas saat kontak dengan
bahan organik dan bahan pereduksi. Penanganan : Hindarkan
dari panas dan reduktor.

14
Contoh : H2O2, KClO4

Nama : Dengerous For the Environment (berbahaya


bagi lingkungan)

Lambang : N

Bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan yang dapat


menyebabkan kerusakan ekosistem.

Penanganan : Hindari kontak atau bercampur dengan


lingkungan yang dapat membahayakan makhluk hidup.
Contoh : Tributil timah klorida, Tetraklorometan, Petroleum
bensin.

15
PENGELOLAAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB)
ATAU MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS)

TUJUAN
✓ Mahasiswa mengenal dan menggunakan MSDS
✓ Mahasiswa mampu mencari dan menyiapkan MSDS dari sumber yang terpercaya

II. DASAR TEORI


Lembar Data Keselamatan Bahan atau Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah
merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-bahan
kimia berbahaya. Pembuatan MSDS dimaksudkan sebagai informasi acuan bagi para
pekerja dan supervisor yang menangani langsung dan mengelola bahan kimia berbahaya
dalam industri maupun laboratorium kimia. Informasi tersebut diharapkan berguna untuk
menumbuhkan naluri atau sikap untuk mencegah, menghindari dan mampu
menanggulangi kecelakaan kimia yang mungkin terjadi, serta sikap kehati-hatian dalam
menangani bahan kimia berbahaya.

Lembar Data Keselamatan Bahan memuat informasi tentang sifat fisik bahan dan
juga sifat kimianya. Sifat fisik bahan misalnya: titik leleh, titik didih, titik nyala. Sifat
kimia bahan meliputi kereaktifan dan toksisitas. Selain itu MSDS juga memuat mengenai
efek bahan terhadap kesehatan, cara penyimpanan, cara pembuangan, cara perawatan
alat, serta prosedur pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau kebocoran pada
penggunaan bahan-bahan kimia. Panjang dari MSDS bervariasi, tergantung pada format,
isi dan ukuran hurufnya.

Orang-orang yang membutuhkan MSDS antara lain:

c. Pekerja yang mempunyai resiko tinggi terhadap paparan atau penggunaan bahan-
bahan kimia berbahaya.
d. Pekerja yang membutuhkan informasi tentang penyimpanan bahan-bahan kimia

e. Para petugas keamanan yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia, misalnya:


petugas pemadam kebakaran, tim material berbahaya pada industri, dan paramedis
yang menangani kecelakaan.

16
III. ALAT DAN BAHAN
1. Lembar MSDS
2. Kertas dan bollpoint
3. Kamus/sejenisnya
4. Komputer/laptop

IV. PROSEDUR KERJA

o Di laboratorium, cermati dan buat daftar tentang zat-zat kimia berbahaya yang
tersedia,
o Lakukan identifikasi produk berdasarkan daftar tersebut dan carilah MSDSnya,
o Terjemahkan dan tuliskan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh zat kimia tersebut,
o Tuliskan garis besar penanganan dan penyimpanan produk,
o Identifikasi cara pengendalian terhadap paparan dan alat pelindung yang dapat
digunakan,
o Tuliskan langkah-langkah yang harus dilakukan jika terjadi paparan.
o Presentasikan dan dokumentasikan hasil kerja

V. HASIL KERJA DENGAN CONTOH FORMAT MSDS DALAM BAHASA


INDONESIA

o Identifikasi Senyawa (Tunggal dan Campuran)


o Identifikasi Bahaya
o Tindakan pertolongan pertama
o Tindakan Pemadaman Kebakaran
o Tindakan Penanggulangan jika terjadi Kebocoran
o Penanganan dan Penyimpanan
o Kontrol Paparan/Perlindungan Diri
o Sifat Fisika dan Kimia
o Stabilitas dan Reaktifitas
o Informasi Toksikologi
o Informasi Ekologi
o Pertimbangan Pembuangan/Pemusnahan, Informasi Transportasi dan lainnya.

17
BUDAYA K3 DALAM PRAKTIKUM KIMIA

Praktikum Kimia merupakan praktikum yang dilaksanakan di laboratorium kimia


dengan aktivitas yang sebagian besar melibatkan bahan kimia. Bahan kimia terdiri dari
berbagai ragam dengan karakter yang sangat bervariasi dan bahkan beberapa di antaranya
banyak yang memiliki risiko bahaya. Untuk menghindari bahaya bahan kimia hendaknya
para mahasiswa dapat memahami dan mengimplementasikan budaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium kimia.

Keterampilan bekerja di laboratorium dapat diperoleh mahasiswa melalui kegiatan


praktikum. Semakin sering dan serius mahasiswa bekerja di laboratorium maka mereka
akan semakin terampil. Keterampilan ini sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran
penelitian tugas akhir atau bahkan sebagai penunjang kelancaran tugas apabila sudah terjun
ke dunia kerja suatu saat nanti. Mahasiswa, Laboratorium, dan praktikum seolah menjadi
suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Di sisi lain laboratorium merupakan tempat yang
sangat mengerikan. Karena di dalam laboratorium berisi berbagai alat dan bahan kimia
yang sangat potensial menimbulkan bahaya. Kemungkinan bahaya tersebut di antaranya
adalah akibat adanya bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan
kanker) baik karena uapnya atau karena paparan bahan tertentu di kulit, bahaya kebakaran,
bahaya keracunan, serta pontensi bahaya lainnya. Di samping hal itu orang yang bekerja di
laboratorium (praktikan, laboran, dan lainnya) dihadapkan pada pekerjaan dengan resiko
yang besar, yang disebabkan karena dalam setiap percobaan digunakan:

1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif,
karsinogenik, dan beracun.
2. Alat-alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh kita.
3. Alat-alat listrik seperti: kompor listrik, oven, lampu pemanas, lampu UV dan lain
sebagainya, yang menyebabkan terjadinya sengatan listrik.
4. Penangas air atau minyak yang bersuhu tinggi yang dapat terpercik.

18
Untuk menghindari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi, mahasiswa hendaknya
menggunakan alat perlindungan diri sesuai ketentuan. Pada tabel berikut disajikan
beberapa contoh alat perlindungan diri. Untuk melaksanakan praktikum kimia, mahasiswa

minimal harus menggunakan jas laboratorium lengan panjang dan kacamata pelindung
(gogle).Adanya potensi bahaya ini tidak harus ditakuti secara berlebihan dengan selalu
menghindari kegiatan praktikum atau bersifat pasif di dalam setiap acara praktikum.
Namun kita harus bertindak lebih aktif dan mencari tahu setiap potensi bahaya yang dapat
timbul di dalam laboratorium agar kita selalu waspada dan berhati-hati dalam setiap
tindakan agar selalu terhindar dari setiap bahaya yang dapat terjadi kapan saja.

Hal-hal yang seharusnya kita lakukan pada saat bekerja di laboratorium antara lain adalah:
1. Persiapan

Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) apa yang akan dikerjakan pada acara
praktikum, dengan mambaca petunjuk praktikum, mengetahui tujuan dan cara kerja
serta bagaimana data percobaan akan diperoleh, mengetahui hal-hal atau tindakan
yang harus dihindarkan, misalnya menjauhkan bahan yang mudah terbakar dengan
sumber api, membuang sampah dan limbah praktikum pada tempat yang telah
ditentukan dan sebagainya.

Mengetahui sifat-sifat bahan yang akan digunakan apakah bersifat mudah terbakar,
bersifat racun, karsinogenik atau membahayakan dan sebagainya, sehingga dapat
terhindar dari potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari bahan kimia yang
digunakan.

Mengetahui alat dan bagaimana merangkai alat serta cara kerja alat yang akan
digunakan.

Mempersiapkan peralatan pelindung tubuh seperti, jas laboratorium berwarna putih


lengan panjang, kacamata gogle, sarung tangan karet, sepatu, masker, dan
sebagainya sesuai kebutuhan praktikum.

19
Skema pembagian waktu kerja dibuat sebelumnya, meliputi urutan kerja yang akan
dilakukan. Apa yang dikerjakan lebih dulu dan seterusnya, mana yang dapat
dikerjakan bersam-sama dan sebagainya
Sebelum bekerja hal-hal yang kurang jelas ditanyakan pada dosen
2. Tahap pelaksanaan

Mengenakan peralatan pelindung tubuh dengan baik.


Bekerjalah dengan tenang dan hati-hati, teliti bersih dan hemat,tetapi juga cepat.
Seperti yang diperlukan menurut keadaan
Mengambil dan memeriksa peralatan dan bahan yang akan digunakan.
Merangkai alat yang digunakan dengan tepat, dan mengambil bahan kimia
secukupnya. Penggunaan bahan kimia JANGAN SAMPAI BERLEBIHAN karena
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Membuang sisa percobaan pada tempatnya sesuai dengan sifat sisa bahan yang
digunakan.
Ingat kepentingan teman-teman se praktikum. Kembalikan botol-botol segera
ketempat semula supaya mudah dicari, jangan merebut botol yang sedang
diperlukan orang lain. Sebaliknya jangan terlalu lambat bekerja sehingga terpaksa
orang menunggu lama. Sabar menunggu giliran mempergunakan sesuatu yang
diperlukan. Jangan membuat bahaya orang lain karena api, cara pemansan larutan
dan sebagainya
Berbicara seperlunya, tidak boleh dengan perhatian yang setengah-setengah, jangan
sambil memperhatikanyang lain-lain, berbicara atau bersenda gurau.
Tutup botol segera dipasang kembali pada botolnya untuk menghidari kekeliruan
yang dapat merusak kemurnian isi botol (kontaminasi)
Bahan-bahan bakar yang pekat jangan langsung dibuang disaluran atau di bak air,
tetapi diencerkan dulu dengan air dari kran. Setelah membuangnya, bukalah kran
secukupnya untuk menghilangkan daya bahan-bahan pekat tersebutt
Kertas saring dan bahan padatan lainnya dibuang ke tempat sampah
Hematlah penggunaan api, air dan bahan kimia. Api tidak dipasang lebih besar
daripada yang diperlukan, air kran dan air destilasi, serta bahan kimia untuk reaksi
atau pembilas, dipakai seperlunya saja. (reaksui kerapkali gagal, karena kelebihan
bahan kimia.

20
Jika suatu bahan kimia diperlukan orang terlalu banyak, carilah pekerjaan lain
sehingga waktu tidak terbuan untuk menunggu (dalam hal ini perlu dibuat
pembagian wakyu yang fleksibel dan harus diketahui betul-betul bahan yang akan
dilakukan)
Catatan-catatan pengamatan harus singkat, tegas tetapi jelas dan lengkap. Catatn
panjang lebar dapt menghilanhkan gambaran tentang isi keseluruhan pengamatan)
Gunakan waktu yang luang untuk menyussun laporan praktikum (menyalin konsep
laporan, perhitungan-perhitungan dan sebagainya)
3. Tahap pasca pelaksanaan

1. Bersihkan alat-alat, meja dan lain-lain Kembalikan peralatan dan bahan yang

digunakan sesuai posisi semula.


2. Hindarkan bahaya yang mungkin terjadi dengan mematikan peralatan listrik, kran

air, menutup tempat bahan kimia dengan rapat (dengan tutupnya semula).
3. Periksalah apakah tidak ada kerusakan bila ada segera dilaporkan kepada dosen

atau asisten
4. Tunggulah ditempat masing-masing. Dosen atau asisten akan berkeliling

mengumpulkan buku laporan dan memeriksa kebersihan alat-alat.


5. Keluarlah dari laboratorium dengan tertib.

21
PENANGANAN LIMBAH BAHAN KIMIA

Sisa-sisa bahan kimia yang telah digunakan dalam setiap percobaan kimia perlu
penanganan khusus karena limbah bahan kimia dapat mencemari lingkungan. Penanganan
khusus untuk limbah bahan kimia diantaranya adalah :

1. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan


2. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.
3. Kenali jenis bahan kimia dan buang sesuai jenisnya pada tempat yang disediakan
4. Limbah organik dan anorganik harus dipisahkan agar dapat ditangani dengan tepat
5. Limbah cair yang tidak berbahaya (Misal : detergen) boleh langsung dibuang dengan
pengenceran air yang banyak.
6. Limbah cair yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan pada botol khusus dan
diberi label yang jelas.

PENANGANAN BILA TERKENA BAHAN KIMIA

Bekerja di laboratorium dengan bahan kimia dan alat-alat gelas sangat memungkinkan
terjadinya kecelakaan kerja meskipun telah bekerja dengan hati-hati. Penanganan terhadap
kecelakaan kerja di laboratorium sangat perlu dikuasai oleh praktikan maupun petugas di
laboratorium. Bila terjadi kecelakaan kerja perhatikan hal-hal berikut ini :

1. Tetap tenang dan jangan panik


2. Segera minta bantuan teman atau petugas laboratorium yang ada di dekat anda, untuk
mengantisipasi kejadian kecelakaan kerja maka tidak diperkanankan bekerja sendirian
di laboratorium
3. Kenali bahan kimia yang mengenai tubuh agar dapat ditangani dengan tepat.
4. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dengan bahan kimia, bila perlu
bilas dengan air mengalir
5. Bila terkena tumbahan bahan kimia di kulit, jangan digaruk agar tidak menyebar
6. Bawalah keluar ruangan supaya banyak menghirup oksigen.
7. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat bila membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Contoh penanganan kecelakaan kerja di laboratorium :

1. Bahan asam pada kulit dan baju: cuci dengan air sebanyak banyaknya kemudian
netralkan dengan amoniak dengan konsentrasi 5 %
22
2. Bahan basa pada kulit dan baju: Cuci dengan air sebanyak – banyaknya kemudian
netralkan dengan larutan asam borat 4 % atau asam asetat 1 %
3. Asam kuat masuk mulut: Keluarkan asam itu dan mulut dicuci dengan air sebanyak –

banyaknya kemudian netralkan dengan larutan NaHCO3 5 % kumur dan buang


4. Basa kuat masuk mulut: Keluarkan basa itu dan mulut dicuci dengan air sebanyak –
banyaknya kemudian netralkan dengan larutan asam asetat 4 % dengan cara berkumur
– kumur dan berilah mineral oil pada bibir untuk mencegah terjadi dehidrasi dan
pembengkakan

5. Luka tergores karena pecahan alat gelas atau benda tajam Bersilah luka dari debu
kemudian cuci dengan alkohol 70 % dengan menggunakan kapas keringkan dan berilah
iodium tinctur 2 %

PENANGANAN BILA TERJADI KEBAKARAN DI LABORATORIUM


Di laboratorium banyak terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar, sehingga
penanganan pertama terhadap kebakaran harus dapat diketahui oleh para praktikan dan
petugas laboratorium. Hal-hal yang harus diketahui saat terjadi kebakaran adalah :

1. Tetap tenang dan Jangan Panik


2. Segera bunyikan alarm tanda bahaya.
3. Identifikasi bahan yang terbakar sesuai kelasnya (A, B, atau C) padamkan dengan kelas
pemadam yang sesuai (Contohnya kebakaran bahan kelas B seperti bensin, minyak
tanah dll maka tidak boleh disiram dengan air)
4. Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup hidung dengan
sapu tangan.
5. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat.
6. Cari Bantuan Pemadam Kebakaran, oleh karenanya nomor telpon pemadam kebakaran
harus ada di laboratorium

23
PERALATAN KESELAMATAN KERJA

1. Jas laboratorium

Pakaian kerja untuk melindungi tubuh dari percikan


bahan kimia. Dipilih warna putih untuk memudahkan
sensitivitas warna bila ada tumpahan bahan kimia.

2. Sepatu

Sepatu untuk melindungi kaki dari resiko


tumpahan bahan kimia. Gunakan sepatu dari
bahan yang tidak mudah terbatar. Jangan
menggunakan sandal atau sepatu sandal yang
terbuka karena akan beresiko terkena tumpahan
bahan kimia.

3. Kacamata pelindung (googles)

Kacamata digunakan untuk melindungi mata dan


wajah dari paparan bahan kimia. Pada saat
bekerja di laboratorium kimia hindari
menggunakan lensa kontak karena asap/uap
dapat menumpuk dibawah kontak lensa yang
dapat menimbulkan kerusakan mata.

4. Sarung tangan (gloves)

Digunakan untuk melindungi tangan kontak


langsung dengan bahan kimia atau panas. Bahan
yang digunakan bisa berasal dari karet alam, karet
neopran, karet nitril, asbes dan lain-lain dengan
mutu dan ketebalan yang beragam

24
5. Masker

Masker digunakan untuk menghindari dari


terhirupnya partikel-partikel bahan kimia. Pada
saat bekerja dengan asam kuat dan basa kuat wajib
menggunakan masker.

6. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Merupakan peralatan pertolongan pertama dalam


menangani bahaya kebakaran Tipe :

1. Air (water)

2. Busa (foam)

3. Bubuk Kimia Kering

4. Karbondioksida kering

5. Cairan dalam uap

6. Bahan Kimia Basah

Latihan
Sebelum Anda melakukan praktikum kimia dasar, pahami prinsip-prinsip keselamatan
dan kesehatan kerja. Kerjakan latihan soal di bawah ini sebagai pre test dan kumpulkan
jawaban latihan anda kepada instruktur praktikum sebelum praktikum dimulai.

1) Sumber bahaya apakah yang harus anda waspadai selama bekerja di laboratorium kimia
dasar dan bagaimanakah cara pencegahannya ?

2) Alat pelindung diri apakah yang harus anda gunakan saat akan mengambil bahan kimia
asam kuat ?

3) Bagaimana cara menangani tumpahan bahan asam pada baju atau kulit ?

4) Apa yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran di laboratorium ?

5) Bagaimana menangani limbah bahan kimia ?

25
MENIMBANG

TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat memahami dan melakukan penimbangan dalam analisis kimia yang
benar

TEORI DASAR

Untuk analisis kimia diperlukan sejumlah tertentu cuplikan (sample) yang sering
dinyatakan dalam berat (massa) sampel. Untuk mengetahui berat sampel secara tepat dan
teliti, di dalam kimia analisis kuantitatif diperlukan neraca yang harus memenuhi persyaratan
analisis.

Syarat neraca yang baik :

- Akurat : Memberikan pengukuran berat yang benar dan tetap sama apabila
diulang
- Stabil : dalam keadaan setimbang,apabila ditekan/ digoyangkan akan kembali
pada kedudukan semula
- Peka : dengan sedikit penambahan beban (0,1mg untuk neraca analitik) akan
menimbulkan simpangan yang cukup besar.

Beberapa neraca mempunyai kepekaan yang berbeda, Misalnya untuk neraca/


timbangan analitik (Analytical balance atau “macro” balance), mempunyai kepekaan 0,1mg
= 0,001g ; sering dituliskan dalam neracanya “readability” : 0,0001g. Untuk neraca
semimikro( Semimicro balace) , ‘readability 0,01mg dan untuk neraca mikro (micro balance)
, ‘readability ‘ : 0,001mg = 1µg

Secara garis besar , dikenal adanya timbangan akurat (accurate) untuk keperluan
analisis kuantitatif, misalnya Neraca analitik dan timbangan kasar (rough) yang meliputu
Gram Balance dan Miligram Balance (timbangan gram dan timbangan miligram).

Seperti lazimnya peralatan analisis,neraca analitik juga mempuyai kesalahan


penimbangan. Semakin besar yang ditimbang asalkan sesuai kapasitasnya, semakin kecil
kesalahan penimbangannya. Misalnya untuk penimbangan 20mg dengan menggunakan
analitik , maka kesalahan penimbangan yang terjadi = (0,1mg/20mg)*100 % =0,5%.
Sedangkan untuk penimbangan 100mg , maka kesalahan penimbangan sebesar 0,1%. Setiap
timbangan mempunyai daya beban atau batas maksimum kapasitas penimbangan (Max
Capacity). Hal ini harus kita perhatikan, agar neraca tidak digunakan untuk menimbang
beban di luar kemampuannya.

Untuk Analisis kuantitatif, mengacu pada banyaknya analit atau konstituen yang akan
dianalisis dalam sampel, dibedakan menjadi :

1. Analit sebesar > 1%, disebut major constituent


2. Analit /konstituen 0,01-1% disebut minor constituent
3. Analit < 0,01% disebut trace analysis

26
Sedangkan berdasarkan jumlah atau banyaknya sampel yang ditimbang dibedakan :

1. >0,1 g → analisis makro


2. 10-100mg → analisis semimikro
3. 1-10mg → analisis mikro
4. Order µg → analisis ultramikro

Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995 dikenal istilah “Timbangan Saksama”
maksudnya penimbangan harus dilakukan dengan alat timbangan yang ketidakpastian
pengukurannya (kesalahan acak dan sistematik) tidak lebih dari 0,1% . Misalkan untuk
penimbangan 50mg, maka kesalahan mutlaknya tidak lebih dari 50µg. Ketidakpastian
pengukuran memenuhi syarat, jika pada penimbangan ulang yang dilakukan tidak
kurang dari 10 kali, menunjukkan hasil bawa : tiga kali nilai simpangan baku dibagi
dengan jumlah yang ditimbang tidak lebih dari 0,001

Berdasarkan jenis dan kelasnya, timbangan dibagi menjadi empat kelas sebagai
berikut :

1. Kelas 1 (Kelas M) , anak timbangan untuk kalibrasi, kapasitas rendah, kepekaan dan
ketelitiannya tinggi, tersedia 1-500mg, toleransi 5µg ; dapat dipakai menimbang
<20mg sampel
2. Kelas 2 (Kelas S) , timbangan analitik dan laboratorium untuk analisis rutin ; untuk
menimbang > 20mg
3. Kelas 3 (Kelas S-1), timbangan laboratorium dengan ketelitian sedang, untuk
menimbang > 50mg
4. Kelas 4 (Kelas P) , timbangan laboratoriuum dengan ketelitian sedang, untk
menimbang > 100mg

Akurasi dan presisi

Uraian di atas sudah disebutkan bahwa neraca analitik harus memenuhi persyaratan
akurat, stabil dan peka. Selain “Keakuratan” (akurasi) juga perlu diketahui presisi suatu
neraca. Akurasi merupakan ukuran kedekatan hasil atau hasil rata-rata pengukuran
dengan harga benar (true value) ; sedangkan presisi merupakan ukuran kedekatan hasil
pengukuran satu sama lainnya dalam satu set pengukuran.

Akurasi suatu hasil (Xi) , maupun rata-rata suatu seri hasil (Xr) dapat dinyatakan dalam
bentuk “error”

1. Absolute error = Xi - µ
2. Relative error = (Xi - µ)/µ sebagai fraksi
= (Xi - µ)/µ*100 (bentuk persen)

Apabila harga benar (µ) yang dianalisis tidak diketahui, dapat digunakan pendekatan
hasil rata-rata pengukuran
Untuk presisi, dapat dinyatakan dalam bentuk :
1. Rentang (range) = w = Xmaks - Xmin
27
2. Rentang relatif = w/Xr = w/Xr * 100%
3. Deviasi = di = Xi – Xr
4. Average devition = a.d= dr =∑[di] /n
5. Relative average devition = dr / Xr *100%
6. Standar deviasi s = [∑[Xi – Xr]2 /(n-1)]1/2
s = s = [∑di2/(n-1)] ½

7. Relatif standar deviasi = s / Xr *100%

BAHAN

Untuk latihan menimbang digunakan bahan padat dan cair : NaCl dan Gliserin

ALAT

- Neraca gram - Neraca mg


- Neraca Analitik -Botol timbang
- Beker - Pengaduk

PROSEDUR PENIMBANGAN

A. Orientasi pada neraca gram atau neraca mg


B. Penimbangan analitis

Setiap kali akan menimbang, terlebih dahulu harus kita ketahui bahwa neraca dalam
keadaan baik ! Neraca harus dalam keadaan datar, posisi “water-pass” harus benar; udara
berada tepat di bagian tengah air dalam water-pass. Selain itu neraca harus dapat
menunjukkan posisi setimbang, sebelum adanya beban sampel / analit yang ditimbang. Untuk
neraca elektronik,jangan lupa menghidupkan aliran listriknya. Setelah aliran listrik
disambungkan pada sumber listrik, tekanlah tombol “ON” pada neraca, kemudian ditara
(“tare”) sehingga menunjukkan angka 0,000 gram untuk neraca gram atau 0,0000 gram untuk
neraca analitik.

Sebelum menimbang sampel dengan neraca analitik, haruus dilakukan orientasi,


penimbangan sampel paa Neraca Gram atau Miligram, diupayakan tepat penimbangannya
(boleh menimbang dalam rentang ± 10%), Kemudian sampeldiitimbang menggunakan neraca
analitik.

Ada 2 cara penimbangan, yaitu cara langsung dan tidak langsung. Untuk cara langsung,
terlebih dahulu ditimbang teliti wadah/ botol timbangnya. Kemudian wadah bersama sampel
ditimbang lagi, sehingga berat sampel bisa diketahui. Selanjutnya semua sampel secara
kuantitatif digunakan untuk proses analisis berikutnya. Sampel tersebut dapat dilarutkan dan
dipindahkan ke wadah lain (tergantung keperluannya bisa dipindah ke beker, erlemeyer atau
labu ukur) secara kuantitatif dan diproses lebih lanjut sesuai prosedur analisis yang
dibutuhkan.

Untuk penimbangan tidak langsung, wadah/botol timbang dan sampel ditimbang pada
neraca analitik, lalu sampelnya dikeluarkan atau dituang ke tempat lain (bisa beker, erlemeyer
28
maupun labu ukur untuk diproses lebih lanjut). Setelah itu, wadah dan sisa sampel yang
tertinggal di dalamna ditimbang lagi pada neraca analitik. Dengan demikian berat sampel
yang digunakan untuk analisis bisa dihitung.

Tugas penimbangan

1. Hitunglah presisi dan akurasi neraca analitik yang saudara pakai, dengan menimbang
anak timbangan standar 1 gram dan 5 gram masing-masing 5 kali penimbangan.
Catatlah nama timbangan analitik tersebut, kappasitas penimbangan maksimal serta
kepekaannya. Apakah nerca analitik yang Saudara gunakan memenuhi persyaratan
analisis?
2. Latihan menimbang secara langsung sampel cairan (gliserol) , dengan menggunakan
botol timbang/ beaker glass kecil
a. Timbang teliti botol timbang/ beker gelas kecil (W1=...........gram)
b. Ukurlah 2ml gliserol, masukkan kedalam botol timbang/ beker gelas yang telah
diketahui beratnya, lalu ditimbang teliti kembali. Diperoleh berat wadah dan
sampel (W2 =...........gram)
c. Hitung berat sampel yang telah ditimbang (Ws = W2 – W1)
3. Latihan menimbang secara tidak langsung untuk sampel yang bersifat higroskopis
(Contoh sampel garam NaCl)
a. Timbang sampel dalam neraca gram balance (Orientasi 1 gram)
b. Masukkan sampel ke dalam botol timbang bertutup,lalu ditimbang teliti beratnya
pada neraca analitik (Wbs =.......gram)
c. Sampel dipindah ke wadah untuk dipreparasi lebih lanjut, lalu botol timbang
dengan sisa sampel dan tutupnya ditimbang teliti kembali (Wbss = ..........gram)
d. Hitung berat sampel yang dianalisis (Ws = Wbs – Wbss)

Daftar Pustaka

1. Day,RA. And Underwood, A.L., 1991. Quantitative Analysis , 6th edition, Prentice
Hall
2. Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
3. Vogel, Al., A Textbook of Quantitative Inoerganic Analysis Including Elementary
Instrumental Analysis, 3rd Ed.,Longman.

29
MEMBUAT LARUTAN BAKU

ALAT :Botol timbang Pengaduk


Gelas piala 100ml Corong
Pipet tetes Labu takar 100ml
Botol semprot

BAHAN : Asam Oksalat, Air Suling

CARA KERJA :

1. Pindahkan Kristal asam oksalat dari botol timbang ke dalam gelas piala dengan
bantuan pengaduk
2. Semprotkan botol timbang tersebut secara merata dengan air suling dari botol semprot
(seperti gambar 1) sebanyak± 40ml
3. Aduklah cairan dalamgela piala sampai semua asam oksalat terlarut
4. Pindahkan larutan dalam gelas piala ini ke dalam labu takar 100ml dengan cara
seperti gambar 2
5. Tambahkan lagi air suling sampai volume tepat tanda dengan bantuan pipet tetes
6. Tutuplah labu takar, kemudian homogenkan dengan cara dibalik berulang kali

TUGAS
1. Lakukan latihan menuang cairan dengan benar

2.Lakukan latikan membuat volume tepat tanda

3.Hafalkan nama Alat yang digunakan dan pahami kegunaan masing-masing

4.Hitung normalitas Asam Oksalat yang diberikan pada kelompok saudara, bila diketahui

Gambar 1 Gambar 2

30
PENENTUAN BERAT JENIS

TUJUAN : Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip dasar


penentuan berat jenis suatu cairan

Teori Dasar :

Berat jenis suatu cairan dapat dinyatakan dengan perbandingan berat 1 cm3 cairan
tersebut dengan 1 cm3 air pada temperatur tertentu. Piknometer adalah alat yang dapat
digunakan untuk mengukur berat dan volume cairan yang dimasukkan ke dalamnya.

Alat : 1. Piknometer 1 buah 4. Corong gelas 1 buah


2.Cawan Petri 1 buah 5. Beker gelas 1 buah
3.Timbangan Analitik 1 buah 6. Pengaduk 1 buah
Bahan : 1. Zat cair “X” 2. Aquades
Cara kerja :
1. Bersihkan piknometer, bilas dengan aquades , keringkan, kemudian timbang
2. Piknometer diisi dengan aquades sampai pada tanda batas volume yang tertera,
dinginkan sampai temperatur pada piknometer menunjukkan 20ºC, dengan cara
meletakkan piknometer pada cawan petri yang berisi es
3. Bila temperatur 20ºC telah tercapai, timbang piknometer tersebut dengan mengelap
bagian luarnya terlebih dahulu.
4. Piknometer yang sama kemudian dibersihkan,dikeringkan dan diisi dengan zat cair
“X” (yang akan ditentukan berat jenisnya) sampai pada tanda batas volume yang
tertera, dinginkan sampai temperatur menunjukkan 20ºC.
5. Bila temperatur 20ºC, telah tercapai, timbang dengan terlebih dahulu mengelap bagian
luar piknometer yang basah.
6. Hitung berat jenis (d) cairan “X” dengan rumus :

AxC
d=
B
Keterangan
A : Berat cairan “X” pada temperatur t
B : Berat aquades pada temperatur t
C : Berat jenis aquades pada temperatur 4ºC (Lihat kepustakaan)

TUGAS : Lakukanlah pengukuran berat jenis cairan yang telah disediakan


KEPUSTAKAAN :
Furniss, B.S dkk ;Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemisty edisi keempat,
ELBS/Longman , London, 1986, hal 237-239
31
PENENTUAN TITIK LEBUR SENYAWA

Tujuan : Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip dasar penentuan titik
lebur suatu senyawa organik

Teori dasar :

Suatu senyaw bila dipanaskan pada tekanan atmosfir akan mengalami perubahan
wujud dari wujud padat ke wujud cair. Perubahan wujud itu ada yang tajam, yang disebut
titik lebur, dan ada pula yang tidak tajam (melewati beberapa derajat) yang disebut jarak
lebur. Hal ini tergantung kepada zat yang diukur dan alat yang dipakai.

Alat :

1. Pipa kapiler 3 buah


2. Alat penentu titik lebur 2 buah
3. Cover glass 1 buah

Cara kerja :

A. DENGAN ALAT PENENTU TITIK LEBUR BAUSCH & LOMB


1. Gerus kofeina yang akan ditentukan titik leburnya
2. Panaskan salah satu ujung pipa kapiler pada api agar tertutup
3. Masukkan kofeina pada pipa kapiler dengancara menekan-nekankan ujung pipa
kapiler yang terbuka pada zat setinggi 2mm
4. Masukkan pipa kapiler yang berisi kofeina pada alat penentuan titik lebur Bausch
& Lomb
5. Hubungkan alat dengn sumber listrik dan nyalakan tombol pada posisi “on”
6. Amati dan catat pada temperatur berapa kofeina mulai meleleh dan temperatur
berapa semunya meleleh
7. Matikan alat dengan menekan tombol pada posisi “off”
B. DENGAN ALAT PENENTU TITIK LEBUR FISHER JOHNS
1. Gerus kofeina yang akan ditentukan titik leburnya
2. Masukkan sedikit kofeina ke dalam tempat zat pada alat penentu titik lebur Fisher
Johns, kemudian tutup dengan cover glass
3. Hubungkan alat dengn sumber listrik dan nyalakan tombol pada posisi “on”
4. Amati dan catat pada temperatur berapa kofeina mulai meleleh
5. Matikan alat dengan menekan tombol pada posisi “off”

Tugas
1. Lakukanlah penentuan titik lebur kofeina dengan alat Bausch & Lomb dan Fisher
Johns

Kepustakaan :

Furniss, B.S dkk ;Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemisty edisi keempat,
ELBS/Longman , London, 1986, hal 223-230

32
REAKSI ESTERIFIKASI (PENENTUAN METIL SALISILAT)

Tujuan : Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan reaksi organik yang menimbulkan
bau
Teori Dasar :
Senyawa-senyawa ester kebanyakan merupakan senyawa yang berbau harus.
Senyawa ester dapat dibuat dengan mereaksikan asamkarboksilat dengan alkohol, dengan
katalis asam sulfat pekat

Reaksi :
H2SO4 p
C5H4(OH)COOH + CH3OH C6H4(OH)COOCH3 + H2O
Asam salisilat Metanol Metil Salisilat

Bahan :
1 Metanol 3. Pipet tetes
2 Asam salisilat 4. Aquades

Cara Kerja :

1. Tuangkan 1 ml metanol ke dalam tabung reaksi


2. Masukkan 50 mg asam salisilat dengan sudip kecil ke dalam tabung reaksi tersebut
3. Dengan hati-hati ambillah sedikit H2SO4 pekat dengan pipet tetes
4. Masukkan 5 tetes H2SO4 tersebut ke dalam tabung reaksi
5. Panaskan tabung reaksi tersebut di atas penangas air selama 10 menit, kemudian
biarkan menjadi dingin
6. Masukkan hasil reaksi dalam tabung reaksi ke dalam beker gelas , dan tambahkan
dengan 10ml aquades

Tugas

1. Amatilah bau yang terjadi setelah dingin, sebelum pengenceran


2. Amati bau yang terjadi setelah pengenceran, bandingkan dengan bau sebelum
pengenceran

Kepustakaan

Schoorl,N : Organische analyse, vekorte herdruk in een band, 1959 , Hilversum, 1959, Hal
113 (219)

33
REAKSI KRISTAL KLORAMFENIKOL

Tujuan : Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan reaksi organik yang menimbulkan
kristal yang spesifik

Teori dasar :

Bila suatu senyawa organik dilarutkan dengan pelarut organik, kemudian


ditambahkan suatu pelarut lain yang senyawa organik itu tidak larut di dalamnya, maka
senyawa itu akan keluar dari larutannya dan membentuk kristal yang bentuknya spesifik,
tergantung kepada macam senyawa organik itu.

Bahan :

1. Kloramfenikol palmitat 3. Aseton


2. Kloramfenikol stearat 4. air

Alat :

1. Gelas Obyek
2. Mikroskop
3. Pipet tetes

Cara Kerja

1. Ambillah sedikit (± 10mg) kloramfenikol palmitat dan letakkan di atas gelas obyek
2. Tambahlah dengan aseton tetes demi tetes sehingga larut semua
3. Ke atas larutan aseton tersebut tambahkan air tetes demi tetes dalam jumlah yang
sama dengan aseton dan biarkan sebentar, sampai larutan tersebut stabil

Tugas

1. Lakukanlah pemeriksaan di bawah mikroskop dengan pembesaran sedang dan amati


bentuk kristal yang terjadi
2. Lakukan cara yang sama terhadap kloramfenikol stearat dan bandingkan bentuk
kristal yang terjadi

Kepustakaan

Penuntun Praktikum Kimia Farmasi, Senat Mahasisw FFUA, hal 815

34
UJI TITRASI

BAHAN : Larutan NaOH


Larutan Asam Oksalat
Indikator PP
ALAT : Erlemeyer Buret Gelas Ukur
Pipet volume pipet filler Kertas saring
Botol Semprot Corong statis+ klem
CARA KERJA

a. Memipet larutan
• Pipet volume yang sudah dibersihkan (tidak perlu kering) dibilas dengan
larutan yang akan dipipet 2-3 kali dengan 5 ml larutan. Dengan cara mengisap
pipet volume di isi sampai ± 1-2 cm di atas garis tanda. Ujung atas pipet
ditutup rapat-rapat dengan jari telunjuk tangan kanan.
• Pipet diangkat dari permukaan larutan. Sisa larutan yang melekat di ujung
bagian nawah pipet volume, dilap dengan kertas saring sampai kering. Larutan
dialirkan keluar dengan cara sedikit mengendorkan dengan hati-hati jari
telunjuk, sampai meniskus tepat terletak pada garis lurus dengan garis tanda
• Perlu diperhatikan : pada pengamatan meniskus ini, pipet harus dalam keadaan
tegak lurus (vertikal), dan mata yang melihatnya harus benar-benar horizontal.
Cairan yang masih melekat pada bibir bawah dihilangkan dengan
menyentuhkan pada dinding wadahnya.
• Seterusnya larutan dalam pipet dialirkan ke dalam erlemeyer , bibir bawah
pipet harus menyentuh dinding erlemeyer. Setelah habis bibir pipet dibiarkan
tetap kontak dengan erlemeyer selama 15 menit (1/4 menit = draining time)
• Pada akhir draining time ermeyer dilepas dari pipetnya. Cairan yang tinggal
diujung pipet tidak boleh diikutkan, baik dengan cara menium atau dengan
cara lain.
b. Mengisi buret
• Pasanglah buret yang bersih (tidak perlu kering) tegak lurus pada statis dengan
klem yang cocok, dibagian tengah buret.
• Tungkan ke dalam buret tersebut kira-kira 5 ml larutan yang akan diisikan
untuk membilas bagian dalam buret dan krannya.
• Setelah kran ditutup, selanjutnya buret diambil, bagian atas buret ditutup
dengan jari dan dibolak-balik sampai seluruh perukaan bagian dalam buret

35
terbilas dengan larutan. Setelah larutan pembilas ini dibuang, ulangi tahap ini
2-3 kali
• Seterusnya isilah buret dengan larutan termaksud sampai volume cairan dalam
buret 2-3 skala diatas skala paling atas
• Akhirnya keluarkan cairan yang berlebih tersebut sampai hampir tepat tanda
(melalui kran) dan bersihkan bekas cairan pada dinding dlam bagian atas buret
dengan kertas saring. Kemudian keluarkan lagi cairan tersebut sampai tepat
tanda
c. Titrasi
• Teteskan cairan dari buret pelan-pelan dengan memutar kran buret
menggunakan tangan kiri
• Tampung tetesan dari buret tersebut dalam erlemeyer yang dipegang dengan
tangan kanan, putar/goyangkan erlemeyer tersebut sehingga cairan yang
menetes homogen dengan cairan yang berada dalam erlemeyer.

TUGAS

1. Lakukan latihan memipet cairan, membaca buret dan menitrasi larutan NaOH dengan
benar (setiap mahasiswa harus melakukan sendiri-sendiri)
2. Hitung normalitas NaOH rata-rata

PUSTAKA

1. Day,RA. And Underwood, A.L., 1991. Quantitative Analysis , 6th edition, Prentice
Hall International Inc.,1991 , page 582-609
2. Jeffery G.H , er.all, Vogel’s textbook of Quantitative Chemical Analysis, 5th Edition,
1989, Longman , page 72-122

36
SIFAT POLAR DAN KELARUTAN
TUJUAN PRAKTIKUM :

Mahasiswa memahami prinsip kelarutan suatu senyawa dalam pelarut polar


dan pelarut non polar
TEORI :

Larutan adalah campuran dua atau lebih senyawa dalam keadaan homogen
secara kimia maupun fisika (ukuran partikel < 2,0 nm). Kelarutan suatu solut (zat
terlarut) didefinisikan sebagai jumlah solut per unit solven (pelarut) yang diperlukan
untuk membuat larutan jenuh (pada suhu tertentu/suhu kamar). Dalam larutan jenuh
terjadi keseimbangan antara jumlah senyawa yang melarut dengan jumlah senyawa
yang mengkristal.
larut
Solut + solven solution
mengkristal

Dalam proses pembentukan larutan terjadi interaksi antara solut-solut, solut-


solven, dan solven-solven . Larutan dapat terbentuk bila ketiga interaksi ini sama jenis
dan besarnya atau istilah umumnya adalah like dissolves like.

Contoh : - solven polar melarutkan solut polar (NaCl dalam air)


- solven non-polar melarutkan solut non polar (Iodium dalam CHCl3)

Hal yang mempengaruhi kelarutan antara lain: polaritas solut/solvent, suhu,


tekanan, ion sejenis/ ion asing, pembentukan kompleks dll.
ALAT :
Tabung reaksi besar (20 cm), Gelas ukur 5 ml, Pengaduk gelas yang berujung
pipih cukup besar.

BAHAN :
Iodium kristal, KI, heksana, kloroform, air, etanol, eter

PROSEDUR KERJA : !!! LAKUKAN DI LEMARI ASAM


!!!BUANG CAIRAN SISA PERCOBAAN KE DALAM
WADAH YANG DISEDIAKAN.

PERCOBAAN I :
1. Masukkan 2 ml air ke dalam tabung reaksi
2. Alirkan 2 ml eter ke dalam tabung reaksi yang sama (jangan dikocok)
3. Alirkan 2 ml heksana ke dalam tabung reaksi yang sama (jangan dikocok)
4. Masukkan 1-2 kristal iodium ke dalam tabung reaksi tersebut perlahan-lahan
menggunakan ujung pengaduk. Amati warna yang terjadi pada masing-masing
lapisan.
37
5. Tutup tabung dengan kertas alufoil, kocok, lalu diamkan
Amati susunan dan warna yang terjadi pada masing-masing lapisan.

PERCOBAAN II :
1. Ambil 2 ml air, masukkan ke dalam tabung. Masukkan 1-2 kristal iodium,
kocok dan amati warna yang terjadi.
2. Celupkan kertas indikator universal ke dalam cairan ini, ukur pH. Bandingkan
dengan pH air sebelum diberi iodium.
3. Masukkan + 0,100 gram KI ke dalam tabung reaksi tersebut di atas, kocok
perlahan. Amati warna yang terbentuk.

PERCOBAAN III :
Ulangi tahapan kerja 1-5 dari percobaan I, menggunakan volume cairan berikut:
2ml CHCl3, 2 ml Aqua, 2 ml eter. Amati susunan lapisan dan warna yang terjadi.

PERCOBAAN IV :
Ulangi tahapan kerja 1-5 dari percobaan I, menggunakan volume cairan berikut :
2 ml heksana, 2 ml Aqua, 2 ml etanol

TUGAS :
Sebelum praktikum :

1. Carilah sifat-sifat senyawa (I2 , KI, heksana, CHCl3, eter, etanol) yang
diperlukan untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi pada percobaan I s/d IV
(a.l. polaritas, densitas, kelarutan dll) dari pustaka berikut.
2. Carilah data MSDS (Material Safety Data Sheet) dari bahan kimia yang
digunakan dalam praktikum ini agar dapat bekerja dengan aman
Sesudah praktikum : (TULIS DI PEMBAHASAN LAPORAN)

1. Jelaskan mengapa cairan-cairan tersebut di atas memisah dengan susunan


lapisan tertentu !! dan hitung BJ masing-masing lapisan.
2. Mengapa warna iodium dalam air berbeda dengan warna iodium dalam
heksana ?
3. Mengapa kepekatan warna iodium dalam air berbeda dengan kepekatan warna
iodium dalam larutan KI ?

PUSTAKA:

1. Lufaso M., 2019, Lecture note: General Chemistry II, Chapter 13 Properties of
solutions, https://www.unf.edu/~michael.lufaso/chem2046/index.html .

2. Sarker S.D. and Nahar L., 2007, Chemistry for Pharmacy Student, John Wiley &
Son, West Sussex, pp 4-5

38
3. Summerline L.R. and Early J.L., 1985, Chemical demonstrations a sourcebook for
teacher, American Chemical Society, Washington, page 34.

4. Solvent miscibility,
://www.erowid.org/archive/rhodium/pdf/solvent.miscibility.pdf

5. Solvent properties, https://www.organicdivision.org/wp-content/uploads/2016/


12/organic solvents.html

CATATAN :
1. Iodium dapat menyublim pada suhu kamar, tutup wadahnya rapat-rapat.
2. Pelarut organik ini toksik, jangan dibau, buanglah di tempat yang sudah disiapkan.
3. Kerjakan percobaan ini di dalam lemari asam

39

Anda mungkin juga menyukai