Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI APOTEK ...
...
Disusun Oleh :
...
...
MENGESAHKAN,
KEPALA SMK ...
...
Pembimbing I Pembimbing II
…………………………….. ……………………………..
…………………………….. ……………………………..
...
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan lancar dan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Uji
Kompetensi serta persyaratan dalam menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) bagi siswa / siswi SMK ... ....
Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat selesai atas dukungan dan do’a
kedua orang tua. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada :
1. … selaku Kepala SMK Kesehatan ... ....
2. … selaku pembimbing I.
3. … selaku pembimbing II.
4. Seluruh staf Guru dan Tata Usaha SMK Kesehatan ... ....
5. …. sebagai Pemilik Sarana Apotek ....
6. …. selaku Apoteker dan pembimbing di Apotek ....
7. Seluruh karyawan Apotek ....
8. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dorongan baik materil
maupun moril.
9. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan dan dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhirnya, penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas segala atas segala dukungan dan bantuan
sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik.
..., 1 April 2023
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR .................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................v
BAB I. PENDAHULAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B.Tujuan dan Manfaat.....................................................................................
C.Waktu dan Lokasi........................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1. Golongan Obat Bebas.................................................................
Gambar II. 2. Golongan Obat Bebas Terbatas..................................................
Gambar II. 3. Tanda-Tanda Peringatan dalam Golongan Obat Bebas Terbatas..
Gambar II. 4. Golongan Obat Keras....................................................................
Gambar II. 5. Golongan Obat Psikotropika ........................................................
Gambar II. 6. Golongan Obat Narkotika.............................................................
Gambar III. 1. Stuktur Organisasi Apotek ...........................................................
Gambar III. 2 Alur Pengadaan Barang di Apotek ..............................................
Gambar III. 3. Alur Penerimaan Barang di Apotek .............................................
Gambar III. 4. Pelayanan Resep di Apotek .........................................................
Gambar III. 5. Pelayanan Non Resep di Apotek .................................................
Gambar IV. 1. Contoh Resep ...............................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Kelengkapan Resep ............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman yang semakin berkembang saat ini, pengetahuan
masyarakat akan pentingnya kesehatan juga meningkat. Kesehatan saat ini
dipandang sebagai suatu hal yang sangat penting, bahkan menjadi
kebutuhan primer,sehingga banyak masyarakat yang menginginkan untuk
mendapatkan pelayanan dan informasi tentang kesehatan dengan baik dan
mudah. Oleh sebab itu fasilitas pelayanan kesehatan termasuk fasilitas
pekerjaan kefarmasian juga harus terus ditingkatkan kualitasnya.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama dalam bidang kesehatan, masyarakat semakin memahami akan
pentingnya hidup sehat. Kesehatan merupakan hak asasi manusia serta
modal perkembangan untuk keberlangsungan hidup di suatu negara, untuk
itu pemerintah harus memenuhi hak dasar warga negara yaitu hak
untuk hidup.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk penyelengaraan
kegiatanpendidikan, pelatihan, dan pembelajaran yang dilakukan di dunia
usaha atau dunia industri dengan kompetensi atau kemampuan siswa
sesuai dengan bidang keahliannya. Dimana yang bersangkutan
ditempatkan disuatu institusi dalam jangka waktu tertentu, sehingga siswa
lebih jelas dan mengetahui fungsi dan kedudukannya dalam dunia industri
sebagai tenaga siap pakai yang terjun langsung ke masyarakat tanpa
menghadapi hambatan.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) mengandung makna bahwa
kegiatan ini menjadi gambaran atau acuan sebelum masuk ke dunia kerja
sehingga siap bekerja tanpa adanya hambatan. Dengan kegiatan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) diharapkan mampu mencetak tenaga kerja yang
bertanggung jawab, trampil, handal, profesional dan siap kerja dalam
sistem pelayanan kesehatan.
B. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Adapun tujuan diadakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL)
antara lain:
a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
praktik dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.
b. Mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja
yang sebenarnya.
c. Meningkatkan pemahaman dalam bidang kefarmasian.
d. Membentuk sikap dan perilaku yang baik, jujur, dan memiliki
rasa tanggung jawab.
b. Manfaat
i. Untuk Siswa
1) Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan yang
lebih luas dalam bidang farmasi.
2) Melatih diri untuk disiplin dalam melaksanakan tugas dan
bertanggung jawab.
3) Memberikan gambarannya tatentang kondisi yang
sesungguhnya sebagai sarana pembelajaran untuk
meningkatkan komunikasi.
ii. Untuk Tempat Praktik Kerja Lapangan
1) Membantu dalam proses pelayanan kefarmasian di Apotek.
2) Mendapatkan bantuan tenaga kerjat ambahan.
C. Lokasi dan Waktu
Lokasi dan tempat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
dilaksanakan di Apotek ... yang beralamat di Jalan Raya ... - Banjar No.
507 Ds. Warungjati Kec. ... Kab. ....
Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 24
Januari – 24 Maret 2022.
Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) terbagi dua
shift, yaitu :
1. Shift pagi mulai dari pukul 07.00 - 13.00 WIB
2. Shift siang mulai dari pukul 13.00 - 21.00 WIB
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Definisi Apotek
Definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu sebagai suatu tempat
dilakukannya tempat kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian Pasal 1, yang dimaksud dengan apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh
apoteker.
Apotek termasuk salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
memiliki peranan penting dalam membantu meningkatkan kesehatan
masyarakat. Apotek harus mampu memberikan pelayanan yang baik dan
berorientasi langsung dalam penggunaan obat, dengan menerapkan ilmu
pengetahuan tentang obat dalam perawatan penderita.
Pelayanan kefarmasian menurut Permenkes Republik Indonesia
No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek
yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2017 tentang apotek, yang dimaksud
dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktik kefarmasian oleh apoteker.
Surat Izin Apoteker adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri
kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk
menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Jadi dapat disimpulkan
bahwa apotek adalah suatu tempat dilakukannya pelayanan kefarmasian oleh
apoteker dan sudah memiliki Surat Izin Apoteker yang diberikan oleh
Menteri kepada apoteker di apotek tersebut.
C. Pengelolaan Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pengelolaan
apotek adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah prediksi kebutuhan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan. Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan :
a. Metode pola konsumsi yaitu berdasarkan data pengeluaran barang
periode lalu. Selanjutnya data tersebut dikelompokan dalam
kelompok fast moving (cepat beredar) maupun slow moving (lambat
beredar)
b. Metode pola penyakit yaitu berdasarkan data jumlah kunjungan,
frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada.
c. Budaya adalah dengan memperhatikan kebiasaan yang ada pada
masyarakat di sekitar apotek dengan rencana pengadaan obat, atau
obat generik, bentuk sediaan (sirup atau tablet).
2. Pengadaan
Pengadaan adalah proses penyediaan obat yang dibutuhkan di
apotek. Pengadaan dilakukan dengan membuat Surat Pesanan (SP) yang
ditujukan kepada distributor atau Pedagang Besar Farmasi (PBF).
Beberapa cara pengadaan barang yaitu :
a. Konsinyasi adalah menjual suatu / banyak barang dengan cara
pemilik menitipkan barang tersebut kepada pihak lain dengan harga
dan syarat yang telah disetujui oleh kedua pihak dalam suatu
perjanjian.
b. Cash adalah pembayaran secara langsung. Pembelian cara ini
dilakukan dengan mengirimkan langsung surat pesanan ke pedagang
besar farmasi atau distributor.
c. Kredit adalah suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan
seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli
produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang
ditentukan.
3. Penerimaan
Penerimaan adalah salah satu tanggung jawab apoteker atau
karyawan yang bertujuan untuk menghindari kesalahan pemesanan.
Penerimaan obat harus disesuaikan dengan surat pesanan (SP).
Penerimaan diperuntukan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat
merusak mutu obat. Penyimpanan diatur berdasarkan :
a. LIFO (Last In First Out) yaitu metode penyimpanan dimana barang
yang datang terakhir akan dikeluarkan terlebih dahulu.
b. FIFO (First In First Out) yaitu metode penyimpanan dimana barang
yang pertama masuk akan dikeluarkan terlebih dahulu.
c. FEFO (First Expired First out) yaitu metode penyimpanan dimana
barang yang kedaluwarsa terlebih dahulu akan keluar.
d. Alfabetis yaitu penyimpanan sesuai urutan alfabetis A-Z.
e. Golongan Obat yaitu metode yang mengklasifikasikan obat menurut
golongan seperti obat golongan narkotika dan psikotropika akan
dipisah dengan obat golongan lainnya dan akan disimpan di lemari
khusus.
f. Bentuk Sediaan yaitu metode penyimpanan barang yang disesuaikan
dengan bentuk sediaan obat tersebut seperti tablet, kapsul,
suppositoria, injeksi, sirup, dan sediaan lainnya.
g. Suhu penyimpanan
h. Farmakologi yaitu penyimpanan berdasarkan khasiat.
5. Pemusnahan dan Penarikan
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan menggunakan formulir 1.
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dapat dilakukan oleh apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan resep menggunakan formulir 2 dan
selanjutnya dilaporkan.
c. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
e. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh menteri.
6. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan
farmasi untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien serta
untuk menunjang pelayanan medis. Pendistribusian obat di apotek bisa
dialurkan dari pabrik sebagai produksi kemudian pedagang besar farmasi
sebagai penyalur lalu apotek sebagai pelayanan dan pasien sebagai
konsumen. Sebuah pabrik farmasi tidak diperbolehkan untuk menjual
langsung produk obat jadi kepada konsumen. Obat narkotika dan
psikotropika hanya bisa dipesan melalui pabrik Kimia Farma dan
pedagang besar farmasi (PBF) Kimia Farma.
7. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama obat, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.
8. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau
struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen
apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan
eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi
pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.
D. Pelayanana Apotek
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep
a. Kajian administratif meliputi :
1) Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan.
2) Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor
telepon dan paraf dokter.
3) Tanggal penulisan Resep.
b. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi :
1) Bentuk dan kekuatan sediaan
2) Stabilitas dan kompatibilitas (ketercampuran Obat).
c. Pertimbangan klinis meliputi :
1) Ketepatan indikasi dan dosis Obat
2) Aturan, cara dan lama penggunaan Obat
3) Duplikasi dan/atau polifarmasi
4) Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,
manifestasi klinis lain)
5) Kontra indikasi
6) Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian
maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan
Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).
Petunjuk teknis mengenai pengkajian dan pelayanan Resep akan diatur
lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal
sebagai berikut :
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan Resep
b. Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan Resep
c. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
obat
d. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
e. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi :
1) Warna putih untuk obat dalam/oral
2) Warna biru untuk obat luar dan suntik
3) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
f. Memasukkan 0bat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah. Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai
berikut :
1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian
antara penulisan etiket dengan resep)
2) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
4) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan obat dan lain-lain
6) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya tidak stabil
7) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya
8) Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan)
9) Menyimpan resep pada tempatnya
10) Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan
menggunakan formulir. Apoteker di apotek juga dapat melayani
obat non resep atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus
memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat non
resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau
bebas terbatas yang sesuai.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala
aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat. informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas
dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,
rute dan metode pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau
kimia dari obat dan lain-lain. Kegiatan pelayanan informasi obat di
apotek meliputi :
a. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan
b. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan)
c. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi
e. Melakukan penelitian penggunaan obat
f. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah
g. Melakukan program jaminan mutu
h. Pelayanan informasi obat harus didokumentasikan untuk membantu
penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat dengan
menggunakan formulir.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan
Informasi Obat :
1) Topik pertanyaan
2) Tanggal dan waktu pelayanan informasi obat diberikan
3) Metode pelayanan informasi obat (lisan, tertulis, lewat
telepon)
4) Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi
lain seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil /
menyusui, data laboratorium)
5) Uraian pertanyaan
6) Jawaban pertanyaan
7) Referensi
8) Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon)
dan data Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi
Obat (PIO).
E. Penggolongan Obat
Menurut Permenkes Republik Indonesia Nomor
949/MENKES/PER/VI/2000 obat digolongkan menjadi :
1. Obat Bebas
Obat Bebas adalah obat yang dapat dijual bebas di warung
kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek. Dalam
pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat sedikit saat
obat diperlukan juga bebas digunakan kapan saja, jenis zat aktif pada
obat golongan ini relatif sama sehingga pemakaiannya tidak memerlukan
pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera
pada kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap
dibeli bersama kemasannya.
Gambar II.3
Tanda-tanda Peringatan dalam Golongan Obat Bebas Terbatas
Contoh Obat Bebas Terbatas adalah :
a. Peraturan No. 1: Benadryl Tablet, Glyceryl Guaiacolate
b. Peraturan No. 2: Enkasari, Gargarisma Kan
c. Peraturan No. 3: Obat Luka, Jodium Tinctuur
d. Peraturan No. 4: Asma Sigaret
e. Peraturan No. 5: Sulfanilamid Puyer Steril 5g
f. Peraturan No. 6: Suppositoria, Antihemoroid
3. Obat Keras
Obat Keras adalah obat yang dapat diperoleh, menggunakan resep
dokter dan resep tersebut boleh diulang bila dokter menyatakan resep
“boleh diulang”. Contohnya: Ibuprofen, Amlodipine, Cefadroxil dan
lain-lain. Tanda khusus obat keras daftar G adalah lingkaran bulat
berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang
menyentuh tepi warna hitam, seperti pada gambar II.4.
F. Administrasi Apotek
Administrasi apotek merupakan pencatatan, pengarsipan dan
pelaporan hal - hal yang berkaitan dengan data pasien dan penggunaan
obat di apotek.
Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu
dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi :
1. Administrasi Umum Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika,
psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pencatatan dan pelaporan terhadap pengelolaan psikotropika diatur
dalam pasal 33 UU No. 5 tahun 1997 yakni pabrik obat, pedagang
besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah,
apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga
penelitian dan / atau lembaga pendidikan wajib membuat dan
menyimpan catatan mengenai kegiatan masing - masing yang
berhubungan dengan psikotopika. Laporan narkotika disampaikan
setiap bulan dan pencatatan narkotika menggunakan buku register
narkotika (Hartini & Sulasmono, 2006).
2. Administrasi Pelayanan Pengarsipan resep, pengarsipan catatan,
pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
Apoteker pengelola apotek mengatur resep yang telah dikerjakan menurut
urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus disimpan
sekurang – kurangnya selama tiga tahun, resep yang mengandung
narkotik harus dipisahkan dari resep lainnya. Peraturan Menteri
Kesehatan No. 922 tahun 1993 pasal 17 ayat 2 menyebutkan bahwa
resep harus dirahasiakan dan disimpan dengan baik dalam jangka
waktu 3 tahun (Hartini & Sulasmono, 2006).
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK
Apoteker
Apoteker/ TTK
membuat SP lalu
diserahkan ke PBF
SP diserahkan ke PBF
b. Penerimaan
Penerimaan obat golongan psikotropika harus diterima oleh
Apoteker. Faktur psikotropika ditandatangani oleh Apoteker
dilengkapi nama lengkap Apoteker dan nomer SIPA. Pembayaran
psikotropika kepada PBF bisa secara kredit.
c. Penyimpanan
Obat golongan psikotropika disimpan di dalam lemari
khusus yang harus selalu terkunci, dan penyimpanan psikotropika
harus dipisahkan dari narkotika.
Tetapi keadaan di Apotek ... obat narkotika dan
psikotropika belum dipisah karena waktu berdirinya Apotek tidak
diadakan obat narkotika dan akan dikhususkan obat psikotropika
saja, tetapi seiring berjalannya waktu dokter meminta untuk
diadakan obat narkotika.
Di Apotek ... obat narkotika hanya ada Codeine 10 mg saja. Jadi di
Apotek ... obat narkotika dan psikotropika penyimpanannya masih
disatukan karena prasarananya belum memadai.
d. Pengeluaran dan Penjualan
Penjualan obat psikotropika harus menggunakan resep
dokter. Resep tersebut harus asli, bukan salinan resep, dan resep
yang menggunakan psikotropika tidak boleh diulang.
Pengeluaran obat psikotropika dicatat dalam laporan
penggunaan psikotropika dengan mencantumkan tanggal
penyerahan, nomor resep, nama dan alamat pasien, nama dan alamat
dokter, serta sejumlah obat yang diminta.
e. Pelaporan
Apotek berkewajiban mengirimkan laporan bulanan
penggunaan psikotropika secara online melalui aplikasi SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika. Pada format laporan
narkotika harus dicantumkan nama sediaan, satuan, nama PBF,
jumlah penerimaan, dan penjualan setiap bulan. Laporan
psikotropika di print out untuk arsip di Apotek. Apotek ... sejauh ini
belum pernah melakukan pemusnahan obat psikotropika.
Pemusnahan obat dan resep di Apotek ... dilakukan selama 5 tahun
sekali. Jika melakukan pemusnahan resep harus dilaporkan ke Dinas
Kesehatan. Pemusnahan obat narkotika dan psikotropika harus
disaksikan oleh Dinas Kesehatan dan Balai Pengawasan Obat dan
Makanan (Balai POM)
BAB IV
TUGAS KHUSUS
A. Resep
R/ resep adalah dokumen yang bersifat legal berisi
permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker sebagai
sarana untuk mempersiapkan atau memberikan obat kepada pasien
sesuai hasil pemeriksaan
R/ adalah permintaan tertulis dari seorang dokter,dokter gigi
atau dokter hewan kepada seorang apoteker untuk menyiapkan
dan atau untuk membuat, meracik, serta menyerahkan obat kepada
pasien.
3. Efexol Sirup
Batuk dan flu
Merupakan obat bentuk yang mengandung ambroxol
hydrochloride. Ambroxol adalah agen mukolitik yang bekerja dengan
cara meningkatkan rekresi saluran pernapasan.
Obat ini digunakan sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas
akut dan kronis khususnya pada ekaserbasi bronhitis kronis dan
bronhitis asmatik dan asma bronkial
Kompisisi:
Tiap 5ml mengandung ambroxol HCL 15mg.
Dosis Pengunaan sesuai dengan Petnjuk Dokter
Dewasa dan anak> 12 tahun: 2x sehari 2 sendok takar (10ml).
Anak 6-11 tahun: 2-3x sehari 1 sendok takar (5ml).
Anak 2-5tahun: 3x sehati ½ sendok takar (2,5ml).
Anak <2 tahun: 2x sehari ½ sendok takar (2,5ml).
Aturan pakai:
Dikonsumsi sesudah makan
Perhatian!
Hati-hati penggunaan pada oasien dengan tukak lambung atau
duodenum, diskinesia silia, dan menyusui.
Pemakaian obat umum memiliki efek sampin tertentu dan sesuai
dengan masing-masing individu.
Jika terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya, harap
konsultasi kepada tenaga medis.
Efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat adalah:
Mual, Muntah, Diare, Dispepsia, Mulut atau tenggorokan kering,
Sakit perut, Mulas, Hipoestesia oral atau faring, Dysgeusia.
Berpotensi fatal: jarang, reaksi anafilaksis (misal syok anafilaksis,
angioedema, ruam, urtikaria, pruritus).
Golongan produk obat keras (merah).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Setalah saya melakukan PKL (Praktik Keja Lapangan) di Apotek ... saya
mendapatkan banyak manfaat, baik itu pengalaman, pengetahuan, dan semua yang
terkait dalam dunia kerja. Sehingga saya dapat menambah wawasan yang saya
dapatkan selama ini, karena hanya dengan praktik saya bisa mengetahui seberapa
jauh kemampuan yang sudah saya dapat di sekolah. Sehingga suatu saat nanti jika
saya memasuki dunia kerja tidak akan ragu melakukannya, karena sebelumnya
sudah memiliki pengalaman yang baik.
A. Simpulan
1. Simpulan Praktik Kerja Lapangan:
a. Apotek ... merupakan salah satu sarana kefarmasian yang didirikan
untuk memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan farmasi pada
masyarakat.
b. Pengadaan barang di Apotek Ciju\eungjing 507 melalui jalur resmi
dari PBP.
c. Penyimpanan obat di Apotek ... menggunakan metode FIFO dan
FEFO, disimpan berdasarkan golongan obat, bentuk sediaan dan
alfabetis.
d. Pelayanan obat di Apotek ... meliputi pelayanan resep dan non resep.
2. Simpulan Tugas Khusus:
a. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik
untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi atau alat
kesehatan bagi pasien.
b. Kelenhkapan pada salinan resep tersebut terdapat poin-poin yang tidak
ada. Tetapi dalam hal ini, salinan resep tersebut tetap sah untuk
dilayani karena obat dalam resep tersebut bukan golongan obat
narkotika ataupun psikotropika tidak membutuhka poin tersebut.
c. Dari analisis resep tersebut, pasien yang bernama Queen Neza
kemungkinan menderita penyakit demam.
B. Saran
1. Untuk Klinik
a. Menjaaga kerapihan kesehatan dan obat-obatan.
b. Pengawasan terhadap obat lebih ditingkatkan lagi supaya tidak terjadi
kekosongan barang.
2. Untuk sekolah
a. Fasilitas sekolah seperti alat dan bahan untuk praktikum perlu
dilengkapi agar dapat mendukung proses belajar.
b. Peserta PKL lebih disiapkan lagi dari jauh dari sebelum PKL
dilaksanakan.
c. Waktu pembekalan peserta PKL sebaiknya ditambah.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 2
Contoh Etiket
Obat Dalam
Obat Luar
Lampiran 3
Contoh Faktur Salinan
Lampiran 4
Contoh Surat Pesanan Umum
Lampiran 5
Contoh Kartu Stok
Lampiran 6
Contoh SP OOT
SP Prekursor
Lampiran 7
Contoh SP Narkotika
Lampiran 8
Contoh Surat Keterangan Dokter
Lampiran 9
Contoh Surat Keterangan Sehat
Lampira 10
Contoh Faktur Asli