Anda di halaman 1dari 16

CULTURE SLIDE

LAPORAN

OLEH:
SABAT CRISTIAN MORA PANGGABEAN
210301181
AGROTEKNOLOGI 4-A

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
CULTURE SLIDE

LAPORAN

OLEH:
SABAT CRISTIAN MORA PANGGABEAN
210301181
AGROTEKNOLOGI 4-A

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikum


Di Laborantorium Mikrobiologi Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh:
Asisten Korektor

(RUJANNI HAFIFAH LUBIS)


NIM. 180301053

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari jurnal ini adalah “Slide Culture” yang merupakan salah
satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Mikrobiologi
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis berterima kasih kepada Ibu Dr. Lisnawita SP., M.Si. selaku dosen
mata kuliah Mikrobiologi serta abang dan kakak asisten Laboratorium yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik
dan saran. Semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................….ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang .....................................................................................................1

Tujuan Praktikum ................................................................................................ 2

Kegunaan Penulisan ............................................................................................ 2

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum ............................................................................ 5

Alat dan Bahan Praktikum .................................................................................. 5

Prosedur Praktikum ............................................................................................. 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil .................................................................................................................... 7

Pembahasan ......................................................................................................... 7

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki


kelembapan tinggi sehingga memungkinkan untuk tumbuhnya berbagai tanaman
dan mikroorganisme dengan baik. Salah satu mikroorganisme yang dapat tumbuh
dengan baik di Indonesia adalah jamur. Jamur atau cendawan adalah organisme
heterotrofik (Fitriani et al., 2018).
Jamur merupakan salah satu organisme yang memiliki kingdom tersendiri
yang disebut dengan kingdom fungi. Fungi ini memerlukan senyawa organik
sebagai nutrisi. Sifat fungi ada yang saprofit, parasit, dan menguntungkan. Saprofit
apabila sumber nutrisinya berasal dari bahan organik mati, parasit apabila
memperoleh senyawa organic dari organisme hidup. Fungi yang bersifat
menguntungkan biasanya digunakan sebagai bahan makanan. Sifat lain dari jamur
yaitu ada yang endofit. Fungi yang bersifat endofit merupakan salah satu mikroba
yang berperan penting karena menghasilkan senyawa bioaktif yang sama dengan
tanaman inangnya ataupun senyawa lainnya (Rahayu, 2016).
Identifikasi jamur dilakukan dengan dua tahap pengamatan, yaitu
pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis Pengamatan makroskopis adalah
identifikasi jamur berdasarkan sifat-sifat morfologi koloni, seperti warna koloni,
bentuk koloni, bentuk tepi koloni dan warna balik koloni. Pengamatan secara
mikroskopis adalah identifikasi fungi di bawah mikroskop untuk melihat konidia
atau spora, miselium, bentuk konidia dan warna konidia, hifa (bersekat/tidak
bersekat), alat tambahan dan konidiofor (Khotimah et al., 2012).
Interaksi fungidengan ekosistem berperanpenting dalam keanekaragaman
hayati, kemampuan bertahan hidup, perbanyakan, dan produktivitas
tanaman.Keberadaan fungi di bumi sangat sangat beragam yaitu jamur, cendawan,
kapang, khamir, dan sebagainya. Tiap istilah-istilah tersebut memiliki
keberagamanspesies yang tinggi. Keanekaragaman tersebut dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti salinitas, pH, suhu, ketinggian tempat, dan ketersediaan
nutrisi yang dibutuhkan (Situmeang et al., 2014).
Jamur merupakan organisme eukariotik yang mempunyai spora,
berinti, tidak berklorofi, dan berbentuk seperti benang dengan dinding sel
yang tersusun atas selulosa dan kitin Jamur merupakan mikroorganisme
2

heterotrof yang bersifat saprofit atau parasit. Heterotrof adalah mahkluk


hidup yang tidak dapat membuat makanan mereka sendiri seperti tumbuhan
dan ganggang. Jamur menyerap nutrisi dari lingkungan di luar tubuhnya.
Beberapa jamur melakukan hal tersebut dengan mensekresikan enzim
hidrolitik ke lingkungan sekelilingnya. Mekanisme kerja enzim tersebut
memecah molekul kompleks menjadi senyawa organik yang lebih kecil
sehingga mudah diserap oleh jamur (Rima Paramita, 2021).
Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari dan memahami
cara menumbuhkan jamur dengan menggunakan metode kultur slide dan
mengamati bentuk spora dibawah mikroskop.
Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Mikrobiologi
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan
sebagai sebaran informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Kultur slide adalah teknik yang sangat penting dalam identifikasi fungi.
Metode ini digunakan untuk mengamati daya parasitisme isolat jamur hasil isolasi
terhadap patogen. Kultur slide dibuat dengan cara menumbuhkan jamur hasil
isolasi dan patogen pada gelas objek yang telah dilapisi dengan agar tipis
kemudian ditutup dengan gelas penutup (Nurbailis et al., 2014).
Metode slide culture adalah teknik identifikasi isolat jamur yang dilakukan
melalui dua tahap, tahap pertama yaitu pengamatan jamur secara makroskopis
yang meliputi pengamatan terhadap warna dan bentuk koloni. Tahap kedua
pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan dengan membuat slide culture
yang meliputi pengamatan terhadap bentuk hifa, bentuk, dan ukuran. BKIPM
Juanda lebih sering menggunakan metode natif karena waktunya lebih singkat
(Purnamawati, 2016).
Komponen bagian dasar jamur tersusun atas hifa dan membentuk jaringan
yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan semu pada jamur menjadi
tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa yang menyelubungi membran plasma dan sitoplasma. Sebagian
besar hifa dibatasi oleh dinding elintang atau septa. Septa merupakan hifa yang
memiliki sekat-sekat antar sel. Pada sebagian jenis jamur lainnya memiliki hifa
yang tidak bersekat disebut asepta. Hifa pada jamur biasanya engalami modifikasi
menjadi houstorium yang berfungsi sebagai organ penyerap makanan darisubstrat
dan juga menembus substrat (Azizah, et al, 2021).
Salah satu kelebihan dari pembuatan slide culture dilakukan untuk
mendapatkan sediaan kapang yang utuh, guna pengamatan mikrokopis. Proses
pembuatan slide culture ini dilakukan secara aseptik. Pengamatan meliputi
deskripsi ciri-ciri yaitu: ada atau tidaknya sekat pada hifa, warna hifa, dinding hifa,
diameter hifa, warna konidiofor, panjang konidiofor, konidiofor bercabang atau
tidak, dinding konidiofor halus atau tidak, vesikula, metula warna fialida, ukuran
fialida, bentuk fialida, warna konidia, diameter konidia, dinding konidia
(halus/kasar), makrokonidia dan mikrokonidia, klamidospora (Sundari, 2012).
Jamur akar putih (JAP) menyerang tanaman cengkeh di Kabupaten
Buleleng mulai bulan April 2011 dan tanaman Jambu Mente di Kabupaten
Karangasem. Serangan JAP menyebabkan tanaman cengkeh menjadi layu, yang
diawali daun menguning dan akhirnya gugur, Tanaman yang terinfeksi JAP pada
4

bagian akar terlihat benangbenag jamur berwarna putih (miselia) yang


menyebabkan akar tanaman busuk dan berwarna hitam (Suanda, 2017)
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilakukan di Jl. Berdikari No.127, Padang Bulan


Selayang II, Kec. Medan, Kota Medan, Sumatera Utara yang dilaksanakan secara
virtual menggunakan aplikasi Google Meet pada hari Rabu, 28 September 2022
pukul 14:20 WIB sampai dengan selesai.

Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri yang
digunakaan sebagai wadah untuk tempat penumbuhan jamur, penjepit yang
berfungsi untuk mengambil alat atau bahan praktikum, gelas berbentuk U yang
berfungsi sebagai penyangga pada bagian dalam cawan petri, slide kaca berfungsi
untuk sebagai tempat untuk menaruh media pertumbuhan jamur, jarum inokulasi
berfungsi untuk mengambil kulut jamur, penutup slide kaca yang berfungsi untuk
menutup media tanam jamur, scalpel yang berfungsi untuk membelah media
penanaman jamur, pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan yang ada, dan
mikroskop yang berfungsi sebagai alat untuk mengamati jamur yang telah tumbuh
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas saring
yang berfungsi untuk menyaring cairan ada, ethanol 95% yang berfungsi untuk
merendam alat praktikum yang digunakan agar steril, aquades yang berfungsi
untuk melembabkan kertas saring, media tanam yang berfungsi sebagai tempat
tumbuhnya jamur, tinta biru yang berfungsi untuk membuat pengamatan jamur
dibawah mikroskop menjadi lebih mudah..

Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.

1. Diambil kertas saring menggunakan penjepit

2. Ditaruh kertas saring pada bagian dalam cawan petri

3. Diambil cawan petri satu lagi lalu dimasukkan larutan 95% ethanol pada
cawan petri
6

4. Dimasukkan gelas berbentuk U kedalam cawan petri yang telah berisi larutan
95% ethanol lalu dibakar diatas api, agar menjadi steril
5. Diletakkan gelas berbentuk U pada cawan petri yang sudah diberikan kertas
saring. 6.
6. Dimasukkan air untuk melembabkan kertas saring

7. Diambil kaca slide sejumlah dua buah, lalu di sterilkan dengan cara direndam
pada cawan petri berisi 95 % ethanol.
8. Dibakar diatas api untuk mengilangkan sisa ethanolyang menempel

9. Diambil scalpel lalu dibakar agar steril

10. Diambil media penanaman jamur (agar-agar) menggunkan scapel 5 mm

11. Diletakkan agar-agar diatas kaca slide yang telah steril lalu cawan petri
ditutup

12. Diambil jarum inokulasi, lalu dipanaskan agar steril dan diambil kultur jamur
menggunakan jarum inokulasi yang telah steril
13. Dilekkan kultur tersebut pada media penanamman jamur (agar-agar) pada

14. Diambil tutup slide kaca dengan menggunakan penjepit, dicelupkan ke dalam
larutan ethanol lalu dibakar akar steril
15. Diletakkann media penutup slide kaca pada bagian atas media tempat jamur
lalu cawan diinkubasi selama 48 jam dalam suhu ruangan
16. Diambil slide kaca sebanyak dua buah lalu teteskan satu slide kaca dengan
tinta biru menggunakan pipet tetes
17. Diambil penutup slide kaca yang sudah ditumbuhi oleh jamur, letakkan pada
slide kaca, lalu tetesi dengan alcohol 95% kemudian keringkan
18. Diletakkann penutup kaca slide pada slide kaca yang sudah ditetesi tinta biru

19. Diamati jamur yang sudah menempel pada penutup slide kaca menggunakan
mikroskop
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
GAMBAR KETERANGAN

Nama : Rigidoporus microporus


Bentuk : Setengah Lingkaran
Garis tengah 45-80 μm
Panjang 0,7-1,0 μm
Tebal 2,8-4,5 μm

Merupakan penyebab jamur akar putih

Pembahasan

Salah satu teknik dalam mengidetifikasi jamur yang sering digunakan


adalah kultur slide. Hal ini sesuai dengan literatur (Nurbalis et al., 2014) yang
menyatakan kultur slide adalah teknik yang sangat penting dalam identifikasi
fungi. Metode ini digunakan untuk mengamati daya parasitisme isolat jamur hasil
isolasi terhadap patogen. Kultur slide dibuat dengan cara menumbuhkan jamur
hasil isolasi dan patogen pada gelas objek yang telah dilapisi dengan agar tipis
kemudian ditutup dengan gelas penutup.

Teknik indentifikasi pada metode slide culture terdiri dari dua tahap yaitu
tahap makroskopis dan mikroskopis. Hal ini sesuai dengan
literatur(Purnamawati,2016) yang menytakan Metode slide culture adalah teknik
identifikasi isolat jamur yang dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama yaitu
pengamatan jamur secara makroskopis yang meliputi pengamatan terhadap warna
dan bentuk koloni. Tahap kedua pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan
dengan membuat slide culture yang meliputi pengamatan terhadap bentuk hifa,
8

bentuk, dan ukuran. BKIPM Juanda lebih sering menggunakan metode natif
karena waktunya lebih singkat.
Jamur terdiri dari beberapa bagian komponen dasar yaitu hifa yang
tersusun membemtuk miselium. Hal ini sesuai dengan literatur(Azizah et al.,2021)
yang menyatakan Komponen bagian dasar jamur tersusun atas hifa dan
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan semu
pada jamur menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang
tersusun dari dinding berbentuk pipa yang menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma. Sebagian besar hifa dibatasi oleh dinding elintang atau septa. Septa
merupakan hifa yang memiliki sekat-sekat antar sel. Pada sebagian jenis jamur
lainnya memiliki hifa yang tidak bersekat disebut asepta. Hifa pada jamur
biasanya engalami modifikasi menjadi houstorium yang berfungsi sebagai organ
penyerap makanan darisubstrat dan juga menembus substrat
Dalam metode slide culture terdapat kelebihan dimana kita lebih mudah
mendapatkan sediaan kapang yang utuh. Hal ini sesuai dengan literatur
(Sundari,2012) yang menyatakan Salah satu kelebihan dari pembuatan slide
culture dilakukan untuk mendapatkan sediaan kapang yang utuh, guna
pengamatan mikrokopis. Proses pembuatan slide culture ini dilakukan secara
aseptik. Pengamatan meliputi deskripsi ciri-ciri yaitu: ada atau tidaknya sekat
pada hifa, warna hifa, dinding hifa, diameter hifa, warna konidiofor, panjang
konidiofor, konidiofor bercabang atau tidak, dinding konidiofor halus atau tidak,
vesikula, metula warna fialida, ukuran fialida, bentuk fialida, warna konidia,
diameter konidia, dinding konidia (halus/kasar), makrokonidia dan mikrokonidia,
klamidospora.
Ridigoporus microsporus merupakan jamur yang menyerang tanaman
cengkeh yang menyebabkan penyakit jamur akar putih (JAP). Hal ini seusai
dengan literatur (Suanda, 2017) yang menyatakan Penyakit jamur akar putih
(JAP) menyerang tanaman cengkeh di Kabupaten Buleleng mulai bulan April
2011 dan tanaman Jambu Mente di Kabupaten Karangasem. Serangan JAP
menyebabkan tanaman cengkeh menjadi layu, yang diawali daun menguning dan
akhirnya gugur, Tanaman yang terinfeksi JAP pada bagian akar terlihat
benangbenag jamur berwarna putih (miselia) yang menyebabkan akar tanaman
busuk dan berwarna hitam (Suanda, 2017)
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kultur slide adalah teknik yang sangat penting dalam identifikasi fungi
2. Teknik indentifikasi pada metode slide culture terdiri dari dua tahap yaitu
tahap makroskopis dan mikroskopis.
3. Komponen bagian dasar jamur tersusun atas hifa dan membentuk jaringan
yang disebut miselium.
4. Kelebihan dari pembuatan slide culture dilakukan untuk mendapatkan sediaan
kapang yang utuh
5. Ridigoporus microsporus merupakan jamur yang menyerang tanaman
cengkeh yang menyebabkan penyakit jamur akar putih (JAP).

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, WF., Yuyun, B. 2021. Biologi: Fungsi Jamur. Jombang: Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas KH. A. Wahab
Hasbullah

Fitriani, L., Krisnawati, Y., Anorda, M. O. R., & Lanjarini, K. (2018). Jenis-Jenis
Dan Potensi Jamur Makroskopis Yang Terdapat Di Pt Perkebunan Hasil
Musi Lestari Dan Pt Djuanda Sawit Kabupaten Musi Rawas. Jurnal
Biosilampari: Jurnal Biologi, 1(1), 21–28.

Khotimah, S., Melsilawati, W., & Rizalinda. (2012). Jamur yang Terdapat pada
Tubuh Lalat Rumah (Musca domestica L., 1758). Protobiont, 1(1), 12 - 19.

Nurbailis, N., Martinius, M., & Azniza, V. (2014). Keanekaragaman jamur pada
rizosfer tanaman cabai sistem konvensional dan organik dan potensinya
sebagai agen pengendali hayati Colletotrichum gloeosporioides. Jurnal
Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika, 14(1), 16-24.

Purnamawati, R. (2016). Metode Pemeriksaan Penyakit Ikan Di Balai Karantina


Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Surabaya
I. Surabaya: Universitas Airlangga.

Rahayu, M. 2016. Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan Benih Tanaman


Aneka Kacang. Buletin Palawija, 14(2):78-88.

Rima Paramita, N. P. (2021). Identifikasi Jamur pada Beberapa Bumbu Dapur


Secara Makroskopis dan Mikroskopis. JURNAL BIOSHELL, 10(1).
Sundari. (2012). SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN
STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH
MYCOLOGI. Jurnal Bioedukasi, 1(1), 25–31
Situmeang, M., Purwantoro, A., dan Sulandari, S. 2014. Pengaruh
PemanasanTerhdap Perkecambahan dan Kesehatan Benih Kedelai
(Glycine max (L.) Merrill). Vegetalika, 3(3):27– 37.

Suanda, I W. 2017. Identifikasi Patogen Penyakit Akar Putih pada Tanaman


Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan Pengendalian Secara Hayati.
Disertasi. Program Studi Doktor (S3) Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian
Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai