Anda di halaman 1dari 117

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP

PEMBIASAAN AKHLAK KARIMAH SISWA SMK


KHAZANAH KEBAJIKAN PONDOK CABE ILIR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh:

Ai Ida Rosdiana
NIM. 102011023580

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP
PEMBIASAAN AKHLAK KARIMAH SISWA SMK
KHAZANAH KEBAJIKAN PONDOK CABE ILIR

Disusun Oleh:

Ai Ida Rosdiana
NIM. 102011023580

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP
PEMBIASAAN AKHLAK KARIMAH SISWA SMK
KHAZANAH KEBAJIKAN PONDOK CABE ILIR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
Ai Ida Rosdiana
NIM. 102011023580

Di Bawah Bimbingan

Dr. Zaimuddin, MA
NIP. 19590705 199103 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap


Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir”
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 3
November 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 3 November 2011

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, MA
NIP. 19680307 199803 1 002 ............... …………………
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Drs. Sapiudin Shiddiq, MA
NIP. 19670328 200003 1 001 ………... …………………
Penguji I
Dr. Ahmad Shodiq, MA
NIP. 19710709 199803 1 001 ………... …………………
Penguji II
Drs. Rusdi Jamil, MA
NIP. 19621231 199503 1 005 ………... …………………

Mengetahui,
PGS. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D


NIP. 19571005 198703 1 003
ABSTRAK

Ai Ida Rosdiana
Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembiasaan Akhlak Karimah
Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Pendidikan
Agama Islam Terhadap Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah
Kebajikan Pondok Cabe Ilir. Peneliti melakukan penelitian tersebut sejak bulan
November sampai dengan bulan Januari 2007.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode analisa
kuantitatif deskriftip yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud
angka dengan cara menjumlahkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan dan
selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan data statistik.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Khazanah Kebajikan
Pondok Cabe Ilir yang diambil dari kelas I, II dan kelas III Sebanyak 125 Siswa.
Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel adalah secara random (acak)
karena populasi siswa yang bersifat homogen. Sedangkan pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara (1). Observasi, (2). Wawancara, dan (3). Angket. Data
hasil penelitian dianalisis secara deskriptif, kemudian untuk mengetahui
bagaimana pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak
karimah siswa yaitu dengan menggunakan Product Moment.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh besarnya rxy ˭ 0,42 dan rtabel pada
taraf signifikansi 5% sebesar 0,195 sedangkan pada taraf signifikansi 1%
diperoleh rtabel sebesar 0,254, hal ini menunjukkan bahwa rxy ˃ rtabel baik pada taraf
signifikansi 5% ataupun pada taraf signifikansi 1%. Dengan demikian ditafsirkan
bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi positif yang signifikan.
Keadaan ini menolak Ho dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
korelasi positif yang signifikan antara Pendidikan Agama Islam terhadap
pembiasaan akhlak karimah siswa dan korelasi tersebut adalah sedang ataupun
cukup karena berada pada kisaran antara 0,40 – 0,70 pada indeks korelasi product
moment.
KATA PENGANTAR

‫ﺑــــﺴﻢ ﷲ اﻟﺮ ﺣـﻤﻦ اﻟﺮ ﺣـــﯿﻢ‬

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain menghaturkan puji dan
syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan pencipta dan pemelihara alam, sang penentu
setiap detik kehidupan manusia, atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
senantiasa berlimpah kepada penulis, sehingga penulis diberikan kemampuan,
kekuatan dan ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Revolusioner Besar Nabi Muhammad SAW,
yang senantiasa membawa cahaya dan rahmat bagi seluruh umat manusia.
Tak pernah terbayangkan dalam diri penulis, seandainya jiwa tidak
berserah diri kepada-Nya, atas proses panjang melintasi rentang waktu sejak awal
masa orientasi MahaSiswa sampai semester sembilan merupakan detik-detik
terakhir dalam menyelesaikan kewajiban akademik yang harus dipenuhi, dengan
setitik asa yang tergantung di ujung harapan Alhamdulillah kebenaran dan janji
Allah SWT. Menunjukkan bukti-bukti-Nya, bahwa hidup dan keinginan manusia
ada yang menentukan dan mengatur, sehingga kesabaran, kegigihan dan pasrah
kepada Sang Pencipta akan menunjukkan manusia kepada kebenaran tersebut.
Segala sujud syukur hanya kepada-Mu Ya Rabb.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak sekali kesulitan
dan hambatan yang dihadapi, serta saat ini juga masih jauh dari kesempurnaan dan
hal ini tidak terlepas dari sifat manusia sebagai makhluk yang tidak terlepas dari
kesalahan dan lupa.
Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan ribuan terima kasih tiada
tara dan tiada terhingga atas bimbingan dan pengarahan-pengarahan yang
diberikan kepada penulis, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, beserta jajarannya, pembantu Dekan I, II, dan III. Semoga
dapat membawa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan menjadi Fakultas
terdepan.

ii
2. Bapak Dr. Bahrissalim, MA, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Sapiudin Siddiq, MA, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam, beserta segenap Ibu/Bapak Dosen, Karyawan/i Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Zaimuddin, MA, sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah
meluangkan waktunya, memberikan motivasi kepada penulis serta
membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Mochammad Abdul Basyir S.Ag, selaku Kepala Sekolah SMK
Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pamulang yang telah memberikan
fasilitas dan informasi yang penulis butuhkan selama dalam proses penelitian
skripsi ini.
6. Ayahanda dan ibundaku beserta Adik-adikku tercinta terima kasih atas
motivasi dan cintanya yang tulus. Cinta yang tersebar diantara untaian do’a
yang tidak pernah putus.
7. Kelurga Besar H. Iim Abdurahim dan Hj.Ema Rahmaniah di Cianjur, Akang
Alu dan teh Siti di Bandung, Salman dan Hilmi. Terima kasih atas doa dan
dukungannya, Semoga ikatan kekeluargaan kita tidak pernah putus.
8. Keluarga Besar Bapak Zindartomimi, Ibu Sari, Yesi, A’Asep dan buah hatinya
Salha, Nadzar dan Cecep. Terima kasih atas dorongan dan motivasinya.
Semoga kita dipertemukan kembali dengan keridhoan Allah SWT.
9. Kawan-kawan Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) angkatan 2002 khususnya kelas D yang selalu rame, An-an
Siti Farihah, Jannah, Aisy, Juju, Enur, Nyak, Umi, Ida, Ira, Ucum, Wiwin,
Dian, Aay, Yoyoh. Semoga ikatan tali silaturrahmi kita tidak pernah putus.
10. Kawan-kawan LS-ADI Jakarta, Bang Ray Rangkuti, Mas Anick HT, Mpo Iyo,
Bang Junaedi, Bang Dani Setiawan, Dewi, Nha, Alpi di Aceh, Susan, Ima,
Yudhis, Wahyu, Elen, Rizal, Bagus, Didi, Iwan dan Viqran, “kesemangatanku

iii
tak pernah berhenti karena melihat dari kegigihan kalian dalam
memperjuangkan hak-hak rakyat” Perjuangan masih panjang kawan!
11. Untuk Lutfi Zainal Muttaqien, S. Sos.I, seorang sahabat dan seorang Imam
yang telah menghadirkan kedewasaan penulis dan yang selalu mengajarkan
arti dari sebuah kehidupan, yang mengajarkan bagaimana cara menghargai
orang lain, yang menjadikan penulis tegar dalam menghadapi getir dan
pahitnya kehidupan tanpa itu semua kita tidak akan sampai pada manisnya
kehidupan ini. Semoga kebersamaan kita mendapatkan ridho dan rahmat-Nya.

Jakarta, 14 Februari 2007

Penulis

Ai Ida Rosdiana

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 6
1. Tujuan Penelitian .............................................................. 6
2. Manfaat Penelitan ............................................................. 7
E. Sistematika Penulisan ............................................................ 7

BAB II LANDASAN TEORITIS


A. Pendidikan Agama Islam ........................................................ 9
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................... 9
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................... 12
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ........................ 15
4. Metode dalam Pendidikan Agama Islam .......................... 15
B. Akhlak Al-Karimah ................................................................ 20
1. Pengertian Akhlak al-Karimah ......................................... 20
2. Sendi-Sendi Akhlak .......................................................... 22
3. Muara Akhlak .................................................................. 28
4. Pembinaan Manusia Menuju Akhlak Mulia .................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 38
B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 38

v
C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 39
1. Observasi .......................................................................... 39
2. Wawancara ...................................................................... 39
3. Angket ............................................................................. 40
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................... 40
1. Editing .............................................................................. 41
2. Skoring ............................................................................ 41
3. Tabulating ....................................................................... 42
E. Kerangka Penelitian ............................................................... 44
F. Hipotesis ................................................................................. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Tentang SMK Khazanah Kebajikan ......... 47
1. Sejarah Singkat ................................................................ 47
2. Visi dan Misi ................................................................... 49
3. Program Kegiatan ............................................................ 50
4. Status Siswa...................................................................... 51
5. Data Guru ........................................................................ 51
6. Sarana dan Prasarana Pendidikan..................................... 51
7. Struktur Organisasi dan Dewan Pengurus ....................... 52
8. Dewan Pengurus .............................................................. 53
B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah
Kebajikan ................................................................................ 53
C. Deskripsi Data.......................................................................... 56
1. Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam ............... 56
2. Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah ......... 71
D. Uji Hipotesis ........................................................................... 86
E. Interpretasi Data ...................................................................... 91
1. Interpretasi Secara Kasar/Sederhana ................................ 93
2. Interpretasi Dengan Menggunakan Tabel Nilai “r”
Product Moment ............................................................... 93

vi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 95
B. Saran ....................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 98


LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

1. Jumlah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Tahun ajaran 2006/2007.......... 39


2. Skor alternative jawaban Responden dengan menggunakan skor
kumulatif ................................................................................................... 41
3. Interpretasi tabel Nilai “r” Product Moment secara kasar/sederhana ....... 43
4. Kisi-kisi angket untuk Variabel Bebas (Pendidikan Agama Islam)........... 45
5. Kisi-kisi angket untuk Variabel Terikat (Pembiasaan Akhlak Karimah) .. 45
6. Sarana dan Prasarana Pendidikan............................................................... 51
7. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kesulitan belajar
agama ......................................................................................................... 56
8. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang perbuatan siswa
setelah mendapatkan pelajaran Agama Islam ............................................ 57
9. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kegunaan
Pendidikan Agama Islam bagi siswa ......................................................... 57
10. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang siswa berdoa
ketika beraktivitas ...................................................................................... 58
11. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang perbuatan siswa
sebelum melakukan suatu pekerjaan.......................................................... 58
12. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang cara siswa
menghormati orang yang lebih tua............................................................. 59
13. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang perbuatan siswa
setelah mendapatkan Pelajaran Agama Islam ........................................... 59
14. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap Siswa
terhadap teman ........................................................................................... 60
15. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang siswa berdzikir
dalam satu minggu .................................................................................... 60
16. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang materi yang
disenangi siswa .......................................................................................... 61

viii
17. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa
terhadap teman yang terkena musibah ....................................................... 61
18. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa
terhadap teman yang melakukan pencurian ............................................... 62
19. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebiasaan siswa
setelah shalat subuh.................................................................................... 62
20. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap Siswa
ketika dinasehati orang tua......................................................................... 63
21. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa
terhadap teman yang membuang sampah sembarangan ............................ 63
22. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebiasaan siswa
ketika memasuki kelas ............................................................................... 64
23. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa
terhadap teman yang membicarakan orang lain......................................... 64
24. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa
terhadap penjelasan guru............................................................................ 65
25. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa
terhadap lingkungan ................................................................................... 65
26. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebiasaan siswa
dalam mengikuti kajian mingguan ............................................................. 66
27. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa
ketika melakukan kesalahan terhadap teman ............................................ 66
28. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa
setelah mencontek ...................................................................................... 67
29. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebohongan
yang dilakukan Siswa dalam satu minggu ................................................. 67
30. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kegiatan siswa
setelah shalat .............................................................................................. 68
31. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang tentang
kejujuran ketika tidak mengerjakan tugas.................................................. 68

ix
32. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam yang dilakukan Siswa
ketika bertemu guru.................................................................................... 69
33. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam yang dilakukan Siswa
sebelum berangkat sekolah ........................................................................ 69
34. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam yang dilakukan siswa
sebelum keluar rumah ................................................................................ 70
35. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang pelanggaran
siswa dalam satu minggu ........................................................................... 70
36. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa
ketika melihat teman yang berduka............................................................ 71
37. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kejujuran tentang perasaan
setelah shalat lima waktu .......................................................................... 71
38. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kejujuran ketika menyakiti
teman dengan perkataan buruk................................................................... 72
39. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kejujuran terlambat shalat
subuh dalam satu minggu.......................................................................... 72
40. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti kepada Allah
SWT ........................................................................................................... 73
41. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti dalam
melaksanakan perintah Allah SWT............................................................ 73
42. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti tentang perbuatan
yang dilakukan ketika mendengarkan adzan.............................................. 74
43. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti tentang sikap
siswa terhadap teman yang melalaikan shalat ........................................... 74
44. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi ikhlas dalam memperbaiki
bantuan kepada pengemis .......................................................................... 75
45. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi ikhlas siswa dalam
memberikan sumbangan............................................................................. 75
46. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi ikhlas ketika menolong
guru ............................................................................................................ 76

x
47. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berani dalam kebenaran
menegur teman yang berkelahi .................................................................. 76
48. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berani dalam kebenaran
memperbaiki teman yang melakukan kecurangan ..................................... 77
49. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berani dalam kebenaran
sikap siswa terhadap teman yang merokok di dalam kelas........................ 77
50. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi qonaah ketika
mendapatkan cobaan .................................................................................. 78
51. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kesabaran ketika dihina
teman .......................................................................................................... 78
52. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kesabaran ketika
menghadapi teman yang meminta bantuan ................................................ 79
53. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kesabaran terhadap siswa
yang suka jahil............................................................................................ 79
54. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi amanah siswa ketika diberi
uang SPP .................................................................................................... 80
55. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun tentang sikap siswa
ketika mendapatkan nilai yang tidak memuaskan...................................... 80
56. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin siswa dalam
mengikuti kajian ........................................................................................ 81
57. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin tentang siswa yang
tidak izin masuk sekolah ............................................................................ 81
58. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin memasuki kelas .... 82
59. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin terhadap tata tertib
yang diterapkan di sekolah......................................................................... 82
60. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun dalam belajar............ 83
61. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun dalam waktu
belajar......................................................................................................... 83
62. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun dalam memilih
tempat belajar ............................................................................................. 84

xi
63. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun tentang posisi belajar
yang disukai siswa ..................................................................................... 84
64. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi peduli tentang sikap siswa
terhadap teman yang tidak punya uang saku.............................................. 85
65. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi amanah yang sering
dilalaikan .................................................................................................... 85
66. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi peduli tentang banyaknya
siswa mengajak jajan teman....................................................................... 86
67. Uji Korelasi Antara Variabel X (Pendidikan Agama Islam) dan Variabel
Y (Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa).................................................... 87

xii
DAFTAR GAMBAR

1. Skema hubungan antara metode-metode peningkatan pribadi.................. 36


2. Struktur organisasi SMK Khazanah Kebajikan......................................... 52
3. Proses Pelaksanaan PAI di SMK Khazanah Kebajikan ............................ 54

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia, baik sebagai makhluk ciptaan ilahi maupun sebagai makhluk
insani mempunyai pembawaan sifat dan kedudukan secara alami atau secara
kodrati yang membedakan dirinya dengan bawaan kodrati makhluk lainnya.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan ia mempunyai pembawaan serba ganda,
dwitunggal dan serba tunggal. Dari segi pembawaan kodrati, ia terdiri dari
unsur jasmani, dan sekaligus rohani, dari sifat kodrati, ia mempunyai sifat
individual (egoisme), tetapi sekaligus sifat sosial, yakni merasa perlu tolong
menolong (ta’awun) dan kerja sama dengan orang lain. Dan dari kedudukan
kodrati, ia merupakan makhluk hamba Tuhan yang mempunyai kebebasan
berbuat (free will) namun ia tetap bergantung pada kekuatan di luar dirinya,
yakni bergantung pada batas-batas kekuatan Allah SWT (predestination).
Kemudian manusia memiliki unsur nasut (kemanusiaan) dan lahut
(ketuhanan). Namun demikian segala aspek pembawaan, sifat dan kedudukan
yang bersifat bawaan atau alamiah tersebut manunggal dan menyatu dalam
diri manusia yang begitu unik dan spesifik.
Pembawaan kodrati manusia yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani
mempunyai berbagai kebutuhan yang perlu ia penuhi. Tubuhnya atau nasut-
nya yang berasal dari materi mempunyai kebutuhan hidup kebendaan,

1
2

sedangkan rohaninya yang bersifat immaterial mempunyai kebutuhan


spiritual. Firman Allah SWT:

‫ﺖ ﻓِ ِﻴﻪ ِﻣ ْﻦ‬ ِ ْ ‫ﻚ ﻟِْﻠﻤﻼَﺋِ َﻜ ِﺔ إِ ﱢﱐ َﺧﺎﻟِ ٌﻖ ﺑَ َﺸﺮا ﱢﻣ ْﻦ ِﻃ‬


ُ ‫ﻓَِﺈ َذا َﺳ ﱠﻮﻳْـﺘُﻪُ َوﻧَـ َﻔ ْﺨ‬.‫ﲔ‬ ً َ َ ‫ﺎل َرﺑﱡ‬َ َ‫إِ ْذ ﻗ‬
(٧١-٧۲ :٣٨/‫ﺪﻳْﻦ )ص‬ ِِ ِ
َ ‫ﱡرْوﺣﻲ ﻓَـ َﻘﻌُ ْﻮا ﻟَﻪُ َﺳﺎﺟ‬
Artinya: “(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan menusia dari tanah. Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya ruh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur
dengan sujud kepadanya.”(Q.S. Shaad/38 : 71-72)

Untuk memacu dinamika kehidupannya, agar ia aktif kreatif dan


dinamis, siap berusaha dan berkerja keras, maka pada dirinya ditanamkan
berbagai pendorong (drive) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
bermacam-macam. Untuk mendorong manusia dan menggerakkannya kearah
pemenuhan kebutuhannya, Allah SWT melengkapi jasmani dan rohaninya
dengan berbagai daya (al-quwwah) yang menurut Ibnu Maskawaih dan al-
Ghazali meliputi daya ilmu, daya ghadlab (marah), daya syahwah (makan,
minum dan seksual), dan daya ‘adalah (keseimbangan).1
Semua daya tersebut jika ditumbuh kembangkan dengan prinsip
keadilan dan keseimbangan, akan lahirlah akhlak dan budi pekerti mulia
(akhlaq al-karimah). Namun jika sebaliknya terjadi misalnya dengan ilmu
dikembangkan secara tidak seimbang seperti kepintaran yang disertai
kesombongan atau sama sekali teramat bodoh dan dungu maka merupakan
akhlak yang jahat, sebaliknya hikmah arif bijaksana adalah akhlaq mulia.
Dalam hal ini akhlak mulia adalah berani (syaja’ah) dan perwira atau siap
menjaga kehormatan (‘iffah). Dengan demikian induk dari akhlak mulia itu
meliputi arif bijaksana, berani, perwira dan adil (hikmah, syaja’ah, ‘iffah dan
‘adalah) ajaran akhlak yang di dasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah tersebut
sebenarnya telah dipraktekkan dalam kehidupan manusia dari masa ke masa.

1
Moh. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat, (Jakarta: CV. Karya Mulia,
2001), Cet. I, h. vii
3

Tetapi untuk mewujudkan akhlak mulia dalam realitas kehidupan sehari-hari


tidaklah mudah semudah membalikkan telapak tangan.
Dalam konteks Indonesia pada masa kini, dari sudut akhlak mulia
seringkali kita mengamati fenomena yang memperihatinkan. Di hadapan mata
kita terpampang realitas yang sering tidak masuk akal. Akhlak mulia dan budi
pekerti luhur baik pada tingkat individual maupun sosial, seolah-olah
tenggelam, dan kemerosotan akhlak dipertontonkan banyak kalangan
masyarakat akhir-akhir ini. Berdasarkan gejala kemerosotan itu misalnya
semakin mudahnya masyarakat, terutama generasi muda, dalam
mengkonsumsi minuman keras, narkoba dan obat terlarang lainnya; banyak
kasus bentrokan, tawuran pelajar baik di lingkungan sekolah maupun diluar
sekolah, sehingga proses belajar mengajar terganggu.
Menurut data kepolisian, merebaknya kasus narkoba selalu diiringi
dengan merebaknya berbagai tindakan kejahatan, inilah bahaya secara sosial.
Bisa dibayangkan jika pengguna narkoba semakin banyak, berarti tingkat
kejahatan akan semakin banyak.
Saat ini menurut data kepolisian para pecandu narkoba sudah mencapai
2% dari seluruh penduduk Indonesia. Jika seluruh penduduk Indonesia
berjumlah 200 juta, berarti ada 4 juta pecandu narkoba di Indonesia yang
sebagian besar penggunanya adalah remaja. Data ini sebagaimana diakui
Kapolri hanya sebagian kecil saja yang berhasil di data, sementara data
sebenarnya jauh lebih banyak dari yang diketahui.2 Sedangkan data yang
diperoleh LSM di Jabotabek ada 40% remaja yang suka sekali menonton film
porno, 28% remaja yang suka berjudi, 25% peminum alcohol dan 14%
pecandu narkoba dari jumlah responden adalah 5.860 remaja yang berusia 13-
21 tahun.3
Masalah akhlak dalam kemajuan teknologi yang modern ini semakin
penting dan mendesak untuk dikaji dan diperlukan kumpulan fakta-fakta yang
menunjukkan bahwa kemajuan teknologi tersebut membawa lebih banyak
2
Abu al-Ghifari, Romantika Remaja, (Bandung: Mujahid Press, 2004), Cet. VIII, h. 69
3
Syafari Soma dan Hajarudin, Menanggulangi Remaja Kriminal, Islam sebagai
Alternatif, (Bogor: CV. Bintang Tsurayya, 1995), h. 95
4

dampak negatif disamping membawa dampak positif bagi peradaban manusia.


Pendidikan Agama Islam yang berfokus meliputi akhlak, aspek al-Qur'an,
aspek aqidah, syariah dan tarikh yang ada di sekolah menjadi tumpuan
pembinaan dan perbaikan moral para siswa. Namun selama ini masih saja
terdengar bahwa pendidikan agama masih cenderung pada perkembangan
aspek kognitif dan psikomotorik saja, sedangkan aspek afektif dilupakan.
Seharusnya pendidikan itu menyumbangkan ketiga ranah tersebut agar para
siswa dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji.
Pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik, mental, dan moral bagi
individu-individu, agar mereka menjadi manusia yang berbudaya. Dengan
pendidikan, individu-individu itu diharapkan mampu memenuhi tugasnya
sebagai manusia yang diciptakan Allah, sebagai makhluk yang sempurna dan
terpilih sebagai khalifah-Nya di bumi, menjadi warga yang berarti dan
bermanfaat bagi suatu negara. Seperti yang ditegaskan Azyumardi, pendidikan
lebih daripada sekedar pengajaran. Pendidikan adalah suatu proses di mana
suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di
antara individu-individu.4
Sekolah bukan hanya sekedar tempat belajar (transfer of knowladge),
namun sekaligus juga tempat memperoleh pendidikan termasuk pendidikan
karakter (character building). Dalam dunia pendidikan tidak hanya semata-
mata mengarahkan pengajaran pada pembinaan intelektual dan keterampilan,
tapi juga pendidikan yang berupaya membentuk kepribadian manusia yang
luhur dan mulia.
Pembentukan dan pendidikan karakter melalui Pendidikan Agama
Islam di sekolah merupakan usaha mulia. Sekolah bertanggung jawab bukan
hanya dalam menciptakan peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi, tetapi juga dalam pembentukan karakter dan kepribadian yang
sesuai dengan nilai-nilai agama. Dalam konteks ini, Zakiyah Darajat
menyatakan bahwa sekolah diharapkan dapat menjadi lapangan yang baik

4
Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1998), Cet. I, h. 3
5

bagi pertumbuhan kepribadian anak-anak, di samping sebagai tempat untuk


mendapatkan ilmu pengetahuan yang akan memupuk kecerdasannya.5 Dengan
kata lain, sekolah diharapkan menjadi lapangan sosial bagi anak-anak di mana
pertumbuhan kepribadian, moral, sosial dan segala aspek kepribadian dapat
berkembang, tidak terbatas pada aspek kognisi saja.
Di samping itu, salah satu tugas para pendidik adalah mendidik akhlak
dan jiwa para siswa, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan
mereka dengan kesopanan, mempersiapkan mereka suatu kehidupan yang
suci, ikhlas dan jujur. Anak-anak selain membutuhkan kekuatan akali atau
ilmu pengetahuan tapi ia juga membutuhkan pendidikan budi pekerti,
perasaan, kemauan dan kepribadian.
Dalam hal ini, al-Ghazali banyak mengungkapkan tentang hakikat dan
perilaku manusia. al-Ghazali memandang bahwa baik-buruk akhlak yang
ditampilkan seseorang itu adalah cerminan dari kepribadiannya, karena
manusia memiliki struktur jiwa yang terdiri dari nafsu, akal dan kalbu.
Akhlak merupakan pengalaman yang berhubungan dengan pribadi batin
manusia, dalam usahanya untuk memperoleh keutamaan-keutamaan ruhaniah,
dan menghilangkan sifat-sifat buruk yang ada di dalam diri manusia itu. Oleh
karena itu, manusia bisa dinilai baik buruknya melalui akhlaknya.
Untuk mengatasi penyakit-penyakit mental dan sosial yang terdapat
pada anak-anak sekarang ini, maka harus ada sebuah penanggulangan yang
serius dari semua kalangan seperti halnya membina, melatih, dan
membiasakan kembali mental rohani melalui aktifitas pendidikan agama yang
mampu membangun moral akhlak dan budi pekerti. Dalam kaitan ini, penulis
merasa perlu membahas masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul:
“Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembiasaan Akhlak
Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir.”

5
Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
1975), h. 48
6

B. Identifikasi Masalah
Penulis mengidentifikasi ada beberapa masalah yang berkaitan dengan
judul skripsi penulis, yaitu
1. Bagaimana aktifitas Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di SMK
Khazanah Kebajikan?
2. Bagaimana efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah
Kebajikan?
3. Bagaimana sendi-sendi akhlak yang ada di SMK Khazanah Kebajikan?
4. Bagaimana perilaku siswa di keluarga, sekolah dan masyarakat?
5. Bagaimana pembiasaan akhlak karimah siswa dalam kehidupan sehari-
hari?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah


Mengingat kajian pembahasan dari identifikasi masalah dalam skripsi
ini cukup luas, dan agar penelitian ini menjadi terarah dan tidak bias, maka
penulis membatasi masalah-masalahnya pada:
1. Aktifitas Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan
2. Pembiasaan akhlak karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan dalam
kehidupan sehari-hari
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana
pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa
SMK Khazanah Kebajikan”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah
siswa SMK Khazanah Kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
7

2. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Penulis, dalam rangka menambah wawasan dan keilmuan tentang
pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak siswa.
b. Para praktisi pendidikan, khususnya praktisi pendidikan agama Islam,
sebagai informasi yang positif dalam rangka meningkatkan dan
membentuk akhlak karimah para siswa.

E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih dapat memberikan penjelasan dengan lebih sistematis, dan
untuk dapat melihat persoalan dengan lebih objektif, maka penulis menyusun
skripsi ini berdasarkan urutan sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan sebuah pengantar dari penelitian yang
berjudul pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak karimah siswa
SMK Khazanah Kebajikan, yang menjelaskan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, merupakan landasan teori atau acuan yang digunakan
penulis pada penelitian skripsi ini, yang terdiri pembahasan mengenai
Pendidikan Agama Islam, yang meliputi, pengertian, tujuan, ruang lingkup,
dan metode Pendidikan Agama Islam. Juga membahas tentang akhlakul
karimah yang meliputi pengertian akhlakul karimah, sendi-sendi akhlak,
muara akhlak, dan pembinaan manusia menuju akhlak mulia.
Bab ketiga, akan membahas mengenai metodologi penelitian yang
meliputi tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, kerangka penelitian,
dan hipotesis.
Bab keempat, akan membahas mengenai hasil penelitian yang meliputi
gambaran umum tentang SMK Khazanah Kebajikan, pelaksanaan pendidikan
di SMK Khazanah Kebajikan, deskripsi data, uji hipotesis, dan interpretasi
data.
8

Bab kelima, merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dari


sebuah penelitian yang dilakukan oleh penulis, dan saran untuk stakeholders.
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pengertian pendidikan berbeda dengan pengertian pengajaran,
namun sering kali diartikan sama. Secara etimologi, kata pendidikan yang
kita gunakan sekarang dalam bahasa Arab adalah ‘tarbiyah’, dengan kata
kerja ‘rabba’. Kata pengajaran dalam bahasa Arab adalah ‘ta’lim’ dengan
kata kerja ‘allama’.1
Setelah melihat pengertian secara etimologi di atas, maka
terlihatlah perbedaan pengertian pendidikan dengan pengajaran.
Pendidikan bukan pengajaran karena materi pelajaran yang diajarkan tidak
semata-mata untuk diketahui saja tetapi juga untuk diamalkan.
M. Arifin mengatakan bahwa pada hakekatnya pendidikan adalah
“usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan
mengembangkan kepribadian serta kemampuan anak didik dalam bentuk
pendidikan formal dan non formal.”2

1
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. I,
h. 25.
2
M. Arifin, Hubungan Timbal balik Pendidikan Agama Islam Di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet. IV, h. 14.

9
10

Sedangkan menurut Zuhairini, dkk. bahwa mendidik adalah


menanamkan tabiat yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang baik
dan berpribadi utama.”3
Ahmad D. Marimba merumuskan bahwa pendidikan adalah
“Bimbingan atau pinjaman secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian utama.”4
Gagasan utama pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan
Agama Islam, terletak pada pandangan bahwa setiap manusia mempunyai
nilai positif tentang kecerdasan, daya kreatif, dan keluhuran budi. Peran
pendidikan adalah bagaimana nilai positif ini tumbuh menguat. Pendidikan
yang tidak melahirkan pribadi yang berperilaku positif bisa dipastikan
gagal, dan sistem pendidikan seperti ini sudah sepatutnya untuk
direformasi.
Semua yang telah dicapai para ahli pendidikan sebelum al-Ghazali
dan ahli lainnya di berbagai bidang yang berkaitan dengan manusia dan
masyarakat, dan semua yang dicapai oleh para ahli pendidikan
kontemporer setelah terpaut hampir seribu tahun dengan al-Ghazali,
tersimpul dalam ungkapan al-Ghazali5 dalam sebuah ungkapan ringkas:

ِ َ‫وﻣﻌﲎ اﻟﺘـﱠﺮﺑِﻴﱠ ِﺔ ﻳ ْﺸﺒِﻪ ﻓِﻌﻞ اﻟْ َﻔﻼﱠ ِح اﻟﱠ ِﺬى ﻳـ ْﻘﻠَﻊ اﻟﺸﱠﻮ َك وُﳜْﺮِج اﻟﻨﱠﺒﺎﺗ‬
‫ﺎت‬ َ ُ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ََ
.ُ‫ﲔ اﻟﱠﺰْرِع ﻟِﻴَ ْﺤ ُﺴ َﻦ ﻧَـﺒَﺎﺗُﻪُ َوﻳَ ْﻜ ُﻤ َﻞ َرﻳْـﻌُﻪ‬
ِ ْ َ‫َﺟﻨَﺒِﻴﱠ ِﺔ ِﻣ ْﻦ ﺑـ‬
ْ ‫اْﻷ‬
Artinya: “Makna pendidikan (tarbiyah) sama dengan pekerjaan seorang
petani yang mencabuti duri-duri dan mengeluarkan tumbuh-
tumbuhan liar dari tanamannya supaya tanamannya subur dan
memuaskan”.

3
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. (Surabaya: Usaha Nasional, 1978),
Cet. II, h. 27.
4
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Agama. (Bandung: PT. Maaf, 1987)
Cet. VIII, h. 19.
5
Al-Ghazali, Ayyuha al-Walad, (Surabaya: Al-Hurmain, tt.), h. 13.
11

Dari ungkapan al-Ghazali yang ringkas tersebut mengandung


pengertian bahwa pendidikan adalah kegiatan atau usaha yang disengaja
oleh seorang pendidik untuk mengeluarkan akhlak yang buruk dari diri
anak didik dan menggantinya dengan akhlak yang mulia. Bentuk kegiatan
atau usaha tersebut meliputi bimbingan, pengajaran dan latihan atau
pembiasaan dalam rangka membersihkan jiwa dari akhlak yang buruk
sehingga terbentuk kepribadian yang utama berdasarkan ajaran Islam.
Sedangkan dalam konteks Pendidikan Agama Islam, pendidikan
dapat diartikan sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi
peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik
hasilnya di akhirat.6
Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam. Kepribadian utama yang dimaksud
adalah kepribadian muslim.7
Hal ini senada dengan pengertian yang diungkapkan oleh
Zuhairini, dkk. bahwa Pendidikan Agama Islam adalah: “Usaha-usaha
secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka
hidup sesuai dengan ajaran Islam.”8
Direktorat Pembinaan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri
(Ditbinpaisun) menjelaskan bahwa Pendidikan Islam adalah:
“Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya
setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung
dalam Islam secara keseluruhan. Menghayati makna dan maksud serta
manjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya sebagai

6
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-
Ma’arif, 1980), h. 944.
7
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Agama. (Bandung: PT. Maaf, 1987)
Cet. VIII, h. 83.
8
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. (Surabaya: Usaha Nasional, 1978),
Cet. II, h. 27.
12

pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan kebahagian dunia


akhirat kelak”9

Dengan adanya berbagai pendapat tentang Pendidikan Agama


Islam di atas, dapat dirumuskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah
suatu usaha dalam membimbing dan mengembangkan kepribadian anak
didik agar selalu berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan ajaran Agama
Islam sebagai pedoman bagi kehidupannya sehingga mereka selamat dunia
dan akhirat.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Proses pendidikan pada intinya merupakan interaksi antara
pendidik (guru) dan peserta didik (murid) untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikannya yang telah ditetapkan.10 Tujuan pendidikan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting karena merupakan arah yang hendak
dituju oleh pendidikan itu sendiri.
Tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri menurut M. Arifin.
Adalah: “Perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi manusia pendidikan
yang diikhtiarkan oleh pendidikan muslim melalui proses yang terminal
pada hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman, bertaqwa
dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi
hamba Allah yang taat.”11
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa tujuan pendidikan
bukan hanya mengisi anak didik dengan ilmu pengetahuan dan
mengembangkan keterampilannya, tetapi juga mengembangkan aspek
moral dan agamanya, dengan membersihkan jiwa dari akhlak yang buruk
dan menggantinya dengan akhlak yang mulia. Konsekuensinya,
pendidikan bertujuan untuk membentuk pribadi dan akhlak yang mulia.

9
Departemen Agama RI, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Ditjen Binbaga Islam, 1982/1983), h. 83.
10
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), Cet. I, h. 191.
11
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1982), Cet. I, h. 224.
13

Dengan kata lain, tujuan pendidikan itu harus mencakup tiga aspek, yaitu
aspek kognitif, yang meliputi pembinaan nalar, seperti kecerdasan,
kepandaian dan daya pikir; aspek afektif, yang meliputi pembinaan hati,
seperti pengembangan rasa, kalbu dan rohani; dan aspek psikomotorik,
yaitu pembinaan jasmani, seperti kesehatan badan dan keterampilan.12
Sedangkan menurut al-Ghazali, tujuan akhir dari Pendidikan
Agama Islam itu ada dua, yaitu: 13
a. Mencapai kesempurnaan manusia untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. dengan sedekat-dekatnya.
b. Mencapai kesempurnaan manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
Tujuan akhir Pendidikan Agama Islam ini tidak terlepas dari tujuan
hidup manusia dalam Islam, yakni untuk menciptakan pribadi-pribadi
hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai
kehidupan berbahagia di dunia dan akhirat.14 Sebagaimana yang
digariskan dalam al-Qur’an:15

(٥۱ : ٥٦/‫)اﻟﺬارﻳﺔ‬ ِ ‫اﳉِ ﱠﻦ واﻹﻧْﺲ إِﻻ ﻟِﻴـﻌﺒ ُﺪ‬


‫ون‬ ُْ َ َ َ ْ ‫ﺖ‬ ُ ‫َوَﻣﺎ َﺧﻠَ ْﻘ‬
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)

‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا اﺗﱠـ ُﻘﻮا اﷲَ َﺣ ﱠﻖ ﺗُـ َﻘﺎﺗِِﻪ َوﻻ َﲤُﻮﺗُ ﱠﻦ إِﻻﱠ َوأَﻧْـﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺴﻠِ ُﻤﻮ َن‬ ِ‫ﱠ‬
َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ‬
(۱٠٢ : ۳/ ‫)آل ﻋﻤﺮان‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali

12
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya,
1993), h. 20.
13
Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Semarang: Maktabah wa Mathba’ah Toha Putera, tt),
jilid I, h. 15.
14
Muhammad Natsir, Kapita Selekta, (Bandung: Van Hoeve, 1965), h. 46; Bandingkan
dengan Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. I, h. 8.
15
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 108
14

kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (QS.


Ali Imran [3] : 102)

Makna dan tujuan hidup manusia dalam agama Islam juga


diperintahkan oleh Allah untuk dikemukakan dalam do’a pembukaan
(iftitah) setiap shalat.16

‫ﻴﻢ َﺣﻨِﻴ ًﻔﺎ َوَﻣﺎ‬ ِ ‫اط ﻣﺴﺘ ِﻘﻴ ٍﻢ ِدﻳﻨﺎ ﻗِﻴﻤﺎ ِﻣﻠﱠﺔَ إِﺑـﺮ‬
‫اﻫ‬ ٍ ‫ﻗُﻞ إِﻧﱠِﲏ ﻫ َﺪ ِاﱐ رﱢﰊ إِ َﱃ ِﺻﺮ‬
َ َ ْ ً َ ً َ ْ ُ َ َ َ ْ
‫ب‬‫ﺎي َوﳑََ ِﺎﰐِ ﷲِ َر ﱢ‬ ِ
َ َ‫ﺻﻼﰐ َوﻧُ ُﺴﻜﻲ َوَْﳏﻴ‬
ِ َ ‫ ﻗُﻞ إِ ﱠن‬. ‫ﲔ‬
ْ
ِ ِ
َ ‫َﻛﺎ َن ﻣ َﻦ اﻟْ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛ‬
(۱٦۱-۱٦۲ : ٦/‫ﲔ )اﻷﻧﻌﺎم‬ ِ
َ ‫اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ‬
Artinya: "Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku
kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama
Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-
orang musyrik". Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam.” (QS. Al-An’am [6] : 161-162)

Menurut al-Ghazali, pendidikan yang benar, merupakan sarana


untuk bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Pendidikan juga
dapat mengantarkan manusia untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Namun demikian, menurut al-Ghazali kebahagiaan di dunia yang
fana ini hanya sekedar faktor suplementer bagi pencapaian kebahagiaan
akhirat yang abadi.
Dengan demikian hubungan vertikal (hablu minallah) dan
hubungan horizontal (hablu minannas) menjadi seimbang, sebagaimana
dinyatakan oleh M. quraish Shihab bahwa:
Manusia sebagai sasaran pendidikan pada dasarnya memiliki
unsur-unsur material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa).
Membina akalnya akan menghasilkan ilmu pengetahuan, mendidik
jiwanya akan menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan membina
jasmaninya akan menghasilkan keterampilan, sehingga dengan
membina seluruh unsur-unsur yang terdiri dari materi dan immateri
tersebut akan menghasilkan makhluk yang dwidimensi dalam satu
keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman.17

16
A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), Cet. I, h. 2
17
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1995), Cet. XI, h. 176
15

Dengan demikian, pendidikan agama Islam selain bertujuan untuk


menyiapkan segala hal untuk kehidupan akhirat, juga menyiapkan insan
yang saleh yang memenuhi syarat untuk menjadi khalifah di muka bumi.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam


Ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan agama Islam meliputi;
keimanan, ibadah, al-Qur’an dan akhlak. Namun, pada Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di samping empat unsur itu, unsur pokok muamalah dan
syari’ah lebih dikembangkan lagi.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara :
a. Hubungan manusia dengan Allah swt.
b. Hubungan manusia dengan manusia.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.18

4. Metode dalam Pendidikan Agama Islam


Untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan Agama Islam yang
telah disinggung di atas, maka diperlukan metode pendidikan yang tepat
sehingga tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai.
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani,
metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata, metha yang berarti melalui
atau melewati, dan hodos yang berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti
suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.19
Dari definisi di atas, maka metode Pendidikan Agama Islam
adalah: “Suatu cara yang dilalui oleh guru agama secara sadar, teratur dan

18
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Pendidikan Dasar, (Jakarta:
Dirjen Dikdasmen, 1993), h. 2.
19
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 40, lihat juga M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 61.
16

bertujuan untuk menyampaikan bahan pendidikan agama Islam kepada


siswa.
Dalam dunia pendidikan, banyak dikenal metode-metode atau cara-
cara yang digunakan agar tujuan pendidikan itu dapat tercapai, diantaranya
adalah metode hafalan, metode perumpamaan, metode teladan, metode
kisah, metode nasihat, metode pembiasaan, metode hukuman dan
ganjaran.20 Sedangkan dalam Pendidikan Agama Islam, metode yang
dapat dipergunakan antara lain metode ceramah, metode tanya jawab,
metode diskusi, metode pemberian tugas, metode demonstrasi, metode
latihan, dan metode dramatisasi.21
Dalam pemakaian metode-metode di atas, seorang guru dituntut
untuk dapat memilih metode yang tepat dan sesuai dengan bahan atau
materi yang disampaikan. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang
beberapa metode yang sering dipakai dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan
dengan cara menyampaikan pengertian-pengertian pada anak didik
dengan jalan menerangkan dan penuturan secara lisan.
Untuk penjelasan dan uraiannya, guru dapat mempergunakan
alat-alat bantu pengajaran, misalnya gambar, data, peta, denah, dan alat
peraga lainnya.
Penggunaan metode ceramah dalam pendidikan agama Islam,
hampir semua bahan atau materi pendidikan agama Islam dapat
mempergunakan ini, baik yang menyangkut masalah akidah, syari’ah,
maupun akhlak. Hanya saja pelaksanaan harus dilengkapi dengan
metode-metode lain yang sesuai. Metode ceramah ini banyak dipakai
oleh rasul dalam menyampaikan dakwahnya. Hal ini dapat kita lihat

20
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 153, 226.
21
Mahfudz Shalahuddin, Metodologi Pendidiklan Agama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1987), Cet. I, h. 42.
17

misalnya sebelum Nabi Musa menjalankan tugas dakwahnya, beliau


berdoa:

‫اﺣﻠُ ْﻞ ﻋُ ْﻘ َﺪ َة ِﻣ ْﻦ ﻟِ َﺴﺎ ِﱏ‬


ْ ‫ﺻ ْﺪ ِرى َوﻳَ ﱢﺴْﺮِﱃ أ َْﻣ ِﺮى َو‬
َ ‫ب ا ْﺷَﺮ ْح ِﱃ‬ ‫ﺎل َر ﱢ‬ َ َ‫ﻗ‬
‫ﻳَـ ْﻔ َﻘ ُﻬ ْﻮا ﻗَـ ْﻮِﱃ‬
Artinya: “Berkata Musa: ya Tuhan-ku, lapangkanlah dadaku,
mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah
kekakuanku dari lidahku supaya mereka mengerti dari
perkataanku.”22

Selain itu hampir semua bahan atau materi dakwah Nabi


Muhammad SAW disampaikan melalui metode ceramah.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang
disampaikan oleh guru dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan
kepada murid dan murid menjawab pertanyaan guru tersebut dengan
baik.
Metode dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-
fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian
murid-murid dengan berbagai cara sebagai appersepsi, selingan dan
evaluasi.
Metode tanya jawab banyak dipakai pada pendidikan agama
Islam dalam hubungannya dengan materi pelajaran agama yang
meliputi akidah, syari’ah dan akhlak. Bahkan ketiga inti ajaran Islam
tersebut disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
dengan melalui Tanya jawab.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu metode di dalamnya mempelajari
bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya,
sehingga membuahkan pengertian serta perubahan tingkah laku.

22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,
1995), h. 478.
18

Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berpikir dan


mengeluarkan pendapat sendiri serta ikut menyumbang pikiran dalam
satu masalah bersama yang tergantung banyak kemungkinan-
kemungkinan jawabannya.
Dalam ajaran Islam banyak menunjukkan pentingnya metode
diskusi dipergunakan dalam pendidikan agama Islam. Allah
mengajarkan agar segala sesuatu dipecahkan atas dasar musyawarah,
sesuai dengan firman-Nya:

(١٥۹ :‫َو َﺷﺎ ِوْرُﻫ ْﻢ ِﰲ اْﻷ َْﻣ ِﺮ )آل ﻋﻤﺮان‬


Artinya: “…Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu”23 (QS. Ali Imran : 159)

Dalam pendidikan agama Islam, metode diskusi ini banyak


dipergunakan dalam bidang syari’ah dan akhlak. Sedangkan masalah
keimanan (aqidah) kurang sesuai apabila metode ini digunakan.
d. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah metode mengajar dengan cara
murid diberi tugas khusus oleh guru di luar jam pelajaran.
Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat mengerjakan
tugasnya di mana saja seperti di rumah, di perpustakaan, di
laboratorium, di ruang praktikum untuk dipertanggung jawabkan
kepada guru di kelas.
Dalam pendidikan agama Islam metode ini dipergunakan dalam
hal yang bersifat praktis. Misalnya, menjelang hari raya, mereka diberi
tugas untuk mengumpulkan zakat fitrah (sebagai amil). Setelah selesai
mereka harus mempertanggung jawabkan tugasnya dengan membuat
laporan kepada guru.

23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,
1995), h. 103.
19

e. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dengan cara
seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri
memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu
kaifiyah melakukan sesuatu, misalnya cara mengambil wudhu, cara
mengerjakan salat jenazah dan sebagainya.
Di dalam pendidikan agama Islam metode demonstrasi banyak
digunakan terutama dalam menerangkan tentang cara mengerjakan
suatu ibadah, misalnya shalat, haji, tayamum, dan sebagainya.
f. Metode Latihan
Metode latihan adalah suatu metode dalam pendidikan dan
pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran
yang sudah diberikan.
Metode latihan biasanya digunakan dalam pelajaran-pelajaran
yang bersifat motoris seperti pelajaran menulis, pelajaran bahasa dan
pelajaran keterampilan, dan pelajaran-pelajaran yang bersifat
kecakapan mental dalam arti melatih anak-anak berpikir cepat.
Dalam pendidikan agama Islam, metode ini sering dipakai
untuk melatih ulangan pelajaran al-Qur’an dan praktek ibadah.
g. Metode Dramatisasi
Metode dramatisasi adalah suatu metode mengajar dengan cara
siswa memerankan atau mendramakan sesuatu dalam hubungannya
dengan kehidupan
Metode ini digunakan dalam pendidikan agama Islam, terutama
dalam bidang akhlak dan sejarah Islam. Dengan metode ini anak-anak
akan lebih bisa menghayati tentang pelajaran yang diberikan, misalnya
dalam menerangkan sikap seseorang muslim terhadap fakir miskin
atau dalam merekonstruksikan peristiwa sejarah Islam, umpamanya
tentang peristiwa awal mulanya Umar bin Khattab memeluk agama
Islam dan sebagainya.
20

Menurut penulis agama Islam sangatlah mementingkan pendidikan


kebiasaan, dengan pembiasaan itulah diharapkan peserta didik
mengamalkan ajaran agamanya secara berkelanjutan. Beberapa metode
pengajaran dalam Pendidikan Agama Islam diatas, yang perlu untuk
dipilih dan lebih banyak digunakan dalam pembiasaan antara lain: metode
latihan (Drill), metode pemberian tugas, metode demonstrasi dan metode
eksperimen.

B. Akhlak Karimah
1. Pengertian Akhlak Karimah
Kata akhlak secara etimologi (lughatan) adalah bentuk jamak dari
khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.24 Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia kata “akhlak memiliki arti yang sama
dengan budi pekerti, watak, dan tabi’at.25
Sinonim dari budi pekerti adalah etika dan moral. Etika berasal dari
bahasa Itali ‘etos’ yang berarti kebiasaan, dan moral juga berasal dari bahasa
Latin ’mores’ yang berarti kebiasaan.26
Adapun pengertian akhlak secara terminologi menurut Ibnu
Miskawaih dalam bukunya Tahdzibu al-Akhlak wa That-hirul A’raq ialah:

‫اﻋﻴَﺔٌ َﳍَﺎ أَﻓْـ َﻌﺎ َﳍَﺎ ِﻣ ْﻦ َﻏ ِْﲑﻓِ ْﻜ ٍﺮَوُرِوﻳٍَﺔ‬


ِ‫ﺲد‬ ِ ٌ ‫ ﺣ‬: ‫اﳋﻠﻖ‬
َ ِ ‫ﺎل ﻟﻠﻨﱠـ ْﻔ‬ َ
Artinya: “Akhlak itu adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah
melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.”27

Sedangkan al-Ghazali dalam bukunya Ihya ‘Ulumuddin


menyatakan :

24
Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1989), Cet.
XXVIII, h. 164
25
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pengembangan Dan
Pembinaan Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, 1985), h. 8.
26
Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islami, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), h. 26.
27
Rahmat, Sistem Etika Islami, h. 27.
21

‫ﺎل ﺑِ ُﺴ ُﻬ ْﻮﻟٍَﺔ َوﻳُ ْﺴ ٍﺮ‬


ُ ‫ﺼ ُﺪ ُراﻷَﻓْـ َﻌ‬ ٍ ‫ﺲر‬
ْ َ‫اﺳ َﺨﺔ َﻋْﻨـ َﻬﺎﺗ‬
ََ ِ ‫ﻔ‬
ْ ‫ـ‬‫ﱠ‬‫ﻨ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﰱ‬ ِ ‫ﺎﳋُﻠُ ُﻖ ِﻋﺒَﺎرةٌ َﻋﻦ َﻫْﻴﺌَ ٍﺔ‬
ْ َ ْ َ‫ﻓ‬
‫ﺎﺟ ٍﺔ إِ َﱃ ﻓَ ْﻜ ٍﺮ َوُرِوﻳٍَﺔ‬ ِ
َ ‫ﻣ ْﻦ َﻏ ِْﲑ َﺣ‬
Artinya: “Akhlak Adalah suatu sikap (hay’ah) yang mengakar dalam jiwa
yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan
gampang, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”28

Dari keterangan diatas, jelaslah bahwa akhlak itu harus bersifat


konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan
pertimbangan serta dorongan dari luar.29
Akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang
mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam
semesta sekalipun.30
Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya
di dalam al-Qur’an maupun Hadits sebagai mana terlihat di dalam ayat dan
hadits berikut ini:

(٤ :٦٨/‫ﻚ ﻟَ َﻌﻠ َﻰ ُﺧﻠُ ٍﻖ َﻋ ِﻈﻴ ٍﻢ )اﻟﻘﻠﻢ‬


َ ‫َوإِﻧﱠ‬
Artinya: “Dan sesunguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung.” (Q.S. al-Qalam/68 : 4)

ِِ
ْ ‫ﲔ إِْﳝَﺎﻧًﺎ أ‬
(‫َﺣ َﺴﻨُـ ُﻬ ْﻢ ُﺧﻠًُﻘﺎ )رواﻩ اﻟﱰﻣـﺬى‬ َ ْ ‫أ ْﻛ َﻤ ُﻞ اﳌُْﺆﻣﻨ‬
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang
yang sempurna budi pekerti.” (H.R. Turmuzi)

28
Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989),
jilid III, h. 58
29
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 1999), Cet. I, h. 8
30
Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 98
22

al-Ghazali memberikan definisi akhlak sebagai berikut:

‫ﺎل ﺑِ ُﺴ ُﻬ ْﻮﻟٍَﺔ َوﻳُ ْﺴ ٍﺮ ِﻣ ْﻦ‬ َ ‫ﺼ ُﺪ ُر اﻷَﻓْـ َﻌ‬ ِ ِ ‫ِﻋﺒﺎرةٌ ﻋﻦ ﻫﻴﺌَ ٍﺔ ِﰲ اﻟﻨﱠـ ْﻔ‬
ْ َ‫ َﻋْﻨـ َﻬﺎ ﺗ‬,ٌ‫ﺲ َراﺳ َﺨﺔ‬ َْ ْ َ َ َ
ٍ ِ ٍ ‫َﻏ ِﲑﺣ‬
ُ‫ﺎل اﳉَ ِﻤْﻴـﻠَﺔ‬ ُ ‫ﺼ ُﺪ ُر َﻋْﻨـ َﻬﺎ اﻷَﻓْـ َﻌ‬ ُ ‫ﺖ اﳍَْﻴﺌَﺔُ ِﲝَْﻴ‬
ْ َ‫ﺚ ﺗ‬ ْ َ‫ﻓَِﺈ ْن َﻛﺎﻧ‬, ‫ﺎﺟﺔ إِ َﱃ ﻓ ْﻜ ٍﺮ َوَرِوﻳﱠﺔ‬
َ َْ
‫ﺼ ِﺎد ُر َﻋْﻨـ َﻬﺎ‬
‫ﺎﺣ َﺴﻨً َﺎو إِ ْن َﻛﺎ َن اﻟ ﱠ‬ َ ‫ﻚ اﳍَْﻴﺌَﺔُ ُﺧﻠًُﻘ‬ َ ‫ﺖ ﺗِْﻠ‬ ِ
ْ َ‫اﳌ ْﺤ ُﻤ َﺪةُ َﻋ ْﻘﻼً َو َﺷْﺮ ًﻋﺎ ُﲰﻴ‬
ِ ِ َ
ً‫ﺼ َﺪ ُر ُﺣ ْﻠ ًﻘﺎ َﺳْﻴﺌﺎ‬ ِ ‫ﱠ‬
ْ َ‫ﺖ اﳍَْﻴﺌَﺔُ اﻟﱴ ﻫ َﻲ اﳌ‬ ِ
ْ َ‫ﺎل اﻟ َﻘﺒْﻴ َﺤﺔُ ُﲰﻴ‬
ُ ‫اﻷَﻓْـ َﻌ‬
Artinya: “Adalah suatu sikap (hay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang
darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu
yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi
akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang
lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut
akhlak yang buruk.”31

Berdasarkan definisi akhlak diatas, maka akhlak yang mulia (al-


Akhlak al-Karimah/al-Mahmudah), yaitu kondisi kejiwaan seseorang yang
senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai
positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat. Dengan demikian maka setiap
perbuatan positif yang dilakukan seseorang secara sadar menyangkut
pertanggung jawabannya dengan Tuhan.

2. Sendi-Sendi Akhlak
Dalam wujud pengamalannya, akhlak dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Jika sesuai dengan perintah
Allah SWT dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik,
maka itulah yang dinamakan akhlak tepuji. Sedangkan jika ia sesuai dengan
apa yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-

31
Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989),
Jilid III, h. 58
23

perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak tercela.32 Berikut
penjelasan mengenai kedua akhlak tersebut:
a) Akhlak Terpuji
Mengenai akhlak yang terpuji ada empat sendi yang cukup
mendasar dan menjadi induk seluruh akhlak. al-Ghazali dalam hubungan
ini mengatakan:
…Seperti demikian pula pada batiniah itu ada empat sendi. Tidak
boleh tidak, harus bagus semuanya, sehingga sempurnalah
kebagusan akhlak. Apabila sendi yang empat itu lurus, betul dan
sesuai, niscaya berhasillah kebagusan akhlak. Yaitu: kekuatan ilmu,
kekuatan marah, kekuatan nafsu syahwat, dan kekuatan
keseimbangan diantara kekuatan yang tiga tersebut.33

Induk-induk akhlak yang baik (ummahat mahasin al-akhlak)


adalah sebagai berikut:
1) Kekuatan ilmu, yaitu kebaikannya terletak pada kekuatan ilmu.
Dengan kekuatan ilmu itu akan mudah untuk mengetahui perbedaan
kondisi jiwa seseorang antara yang jujur dan yang berdusta dalam
perkataan, antara yang benar dan yang bathil dalam beri’tikad dan
diantara yang baik dan yang buruk dalam perbuatan.34 Maka apabila
kekuatan ilmu ini baik niscaya akan menuai hikmah dari padanya,
hikmah inilah merupakan pokok dari pada budi pekerti yang baik.
Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:

‫ُوﰐَ َﺧْﻴـًﺮا َﻛﺜِ ًﲑا َوَﻣﺎﻳَ ﱠﺬ ﱠﻛُﺮ‬


ِ ‫اﳊِ ْﻜ َﻤﺔَ ﻓَـ َﻘ ْﺪ أ‬
ْ ‫ت‬ ِْ ‫ﻳـ ْﺆِﰐ‬
َ ‫اﳊ ْﻜ َﻤﺔَ َﻣﻦ ﻳَ َﺸﺂءُ َوَﻣﻦ ﻳـُ ْﺆ‬ ُ
(۲٦٩ : ‫ﺎب )اﻟﺒﻘﺮة‬ ِ ‫إِﻻﱠ أُوﻟُﻮا اْﻷَﻟْﺒ‬
َ ْ
Artinya: “Barang siapa yang dianugrahi al-hikmah itu, ia benar-
benar telah dianugerahi karunia banyak.” (Q.S. al-
Baqarah: 269)

32
Dewan Redaksi, Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 2002), h. 135
33
Imam al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin (Terj). (Semarang: CV. Asy Syifa’ 2003), jilid. V,
h. 53
34
Dewan Editor, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve), Volume III, h. 332
24

2) Kekuatan marah wujudnya adalah syaja’ah (keberanian), maka


kebaikannya berada pada keadaan jiwa yang dapat menundukkan
amarah untuk patuh kepada akal pada waktu dilahirkan atau
dikekang.
3) Kekuatan nafsu syahwat wujudnya adalah ‘iffah (perwira),
kebaikannya ketika syahwat dalam keadaan terdidik oleh akal dan
syariat agama atau (situasi jiwa yang mampu menertibkan nafsu atas
dasar pertimbangan akal dan syariat agama.
4) Kekuatan keseimbangan diantara kekuatan yang tiga diatas wujudnya
ialah adil, yaitu kondisi jiwa yang dapat mengendalikan amarah dan
syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh akal dan syara’,
posisi akal disini diumpamakan seperti orang yang memberikan
nasehat dan menunjukkan jalan, kekuatan keadilan itu merupakan
suatu kekuasaan. Perumpamaannya seperti anjing buruan yang
memerlukan pendidikan, sehingga lari dan berhentinya itu menurut
isyarat. Tidak menurut kehebatan nafsu syahwatnya sendiri. Nafsu
syahwat itu perumpamaannya seperti kuda yang dinaiki untuk
mencari buruan, sekali waktu kuda itu terlatih dan terdidik dan sekali
waktu kuda itu tidak patuh pada majikannya. 35
Dengan demikian, maka pokok-pokok akhlak dan dasar-dasarnya
itu ada empat, yaitu: hikmah, keberanian, menjaga kehormatan diri dan
keadilan. Yang dimaksud hikmah adalah suatu keadaan jiwa yang dapat
dipergunakan untuk mengatur marah dan nafsu syahwat dan
mendorongnya menurut kehendak hikmah.36
Yang dimaksudkan dengan keberanian adalah kekuatan sifat
kemarahan itu dapat ditundukkan. Adapun menjaga kehormatan diri
adalah mendidik kekuatan syahwat dengan didikan akal dan syara’.

35
Imam al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin (Terj). (Semarang: CV. Asy Syifa, 2003), jilid. V, h.
110-111.
36
Hikmah yang dimaksudkan disini yaitu tengah-tengah (tidak berlebihan dan tidak pula
kurang) itulah yang khusus dengan sebutan hikmah.
25

Maka apabila keempat pokok ini lurus sesuai dengan akal dan
syara’ akan memunculkan budi pekerti yang baik. Karena dari lurusnya
kekuatan akal bisa menghasilkan penalaran yang baik, sehat, kejernihan
hati, kecerdasan berfikir, kebenaran dugaan, kecerdasan berfikir terhadap
perbuatan-perbuatan yang halus dan bahaya-bahaya jiwaa yang
tersembunyi.
Dari penggunaan akal yang berlebih-lebihan akan menimbulkan
sifat cerdik, jahat, suka menipu, mengicuh dan panjang akal, jika
berkurangnya akal akan menimbulakn kebodohan, tidak punya
kepandaian, dungu dan gila. Yang dimaksudkan dengan tidak punya
kepandaian adalah karena sedikitnya pengalaman dalam segala urusan,
kadang-kadang manusia itu tidak pengalaman dalam satu urusan dan
tidak pada urusan lain. Perbedaan antara dungu dan gila yaitu bilamana
orang yang dungu bermaksudnya benar, tetapi dalam menempuh
kebenarannya itu dengan jalan salah. Maka tidak ada satu pemikiran pun
yang benar dalam menempuh jalan untuk bisa menyampaikan pada apa
yang dimaksudkannya. Adapun gila, yaitu orang yang memilih apa yang
tidak seharusnya ia pilih.
Dari empat sendi akhlak terpuji itu, akan lahirlah suatu perbuatan-
perbuatan baik seperti jujur, suka memberi kepada sesama, berani dalam
kebenaran, menghormati orang lain, sabar, malu, pemurah, memelihara
rahasia, qana’ah (menerima hasil usaha dengan senang hati), menjaga
diri dari hal-hal yang haram dan sebagainya.
Di dalam agama Islam, hal-hal yang terpuji ini betul-betul
mendapat perhatian yang istimewa, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Islam itu berisi akhlak terpuji saja, sebagaimana sabda Nabi SAW:

‫ﺎء‬‫ﺨ‬َ ‫ﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻻ‬ ِ‫إﺳﺘَ ْﺤﻠَﺺ َﻫ َﺬا اﻟﺪﱢﻳْﻦ ﻟِﻨَـ ْﻔ ِﺴ ِﻪ وﻻَ ﻳﺴﻠُﻪُ ﺑِ ِﺪﻳْﻨِ ُﻜﻢ إ‬
ْ َ‫إِ ﱠن اﷲ‬
ُ ْ َْ َ َ َ
(‫)رواﻩ اﻟﺪارﻗﻄﲎ ﻋﻦ اﺑﻦ اﳋﺪرى‬
26

Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menerima dengan ikhlas agama


ini (agama Islam) bagi dirinya. Dan tidak patut bagi agamamu
selain kemurahan hati dan kebagusan budi. Dari itu
ketauhilah! Maka hiasilah agamamu dengan keduanya.” (H.R.
Ad-Duruqutni dari Abi Sa’id al-Khudri)

Sabda Nabi yang lain:

ِ َ‫ﺼﺎﳊﺎ‬
‫َﺧﻼَ ِق َواﳊَ َﺴﻨَ ِﺔ واﻷ َْﻋ َﻤ ِﺎل اﻟ ﱠ‬
‫ت‬ ْ ‫إِ ﱠن اﷲَ َﺣ ﱠﻖ ا ِﻹﺳﻼَ َم ﺑﺎﻷ‬
Artinya: “Bahwasanya Allah telah menyelubungi Islam dengan budi-
budi mulia dan dengan amal-amal yang baik.”

Selanjutnya kebahagiaan yang abadi pun hanya akan dapat dicapai


atau diraih dengan akhlak yang baik, sabda Nabi mengenai hal itu:

‫ﻻَ ﻳَ ْﺪ ُﺧ ُﻞ اﳉَﻨﱠﺔَ إﻻﱠ ُﺣ ْﺴ ُﻦ اﳋُﻠُ ِﻖ‬, ِ‫َواﻟﱠ ِﺬى ﻧَـ ْﻔ ِﺴﻰ ﺑِﻴَ ِﺪﻩ‬
Artinya: “Demi Tuhan yang diriku ditangan-Nya, tiada masuk surga
melainkan orang yang baik akhlak tinggi budi.”37

b) Akhlak Tercela
Pembahasan selanjutnya ialah akhlak yang tercela, untuk akhlak ini
pun ada sendi-sendi yang patut diketahui, yang menjadi sumber
timbulnya perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Sendi-sendi akhlak yang
tercela tersebut merupakan kebalikan dari sendi-sendi akhlak yang
terpuji, yaitu:
1) Khubtsan wa Jarbazah (pura-pura bodoh) dan balhan (bodoh), yaitu
keadaan jiwa yang terlalu pintar sehingga tidak bisa menentukan
mana yang benar dan mana yang salah atau berpura-pura bodoh/tidak
tahu dalam urusan ikhtiariah.
2) Tahawwur (sembrono atau berani tapi tanpa perhitungan dan
pemikiran), Jubun (penakut) dan khauran (lemah), yaitu kekuatan
amarah yang tidak bisa dikendalikan walaupun sesuai dengan yang
dikehendaki akal.

37
Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1969), Cet. III, h. 596
27

3) Syarhan (rakus) dan Jumud (beku), yaitu keadaan syahwat yang tidak
terdidik oleh akal dan syariat agama, yang mengakibatkan kebekuan.
4) Zalim, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing
oleh hikmah, sekaligus kebalikan dari adil.
Keempat sendi-sendi akhlak tercela ini akan melahirkan berbagai
perbuatan buruk yang di kendalikan oleh hawa nafsu seperti congkak,
riya’, mencaci maki, khianat, dusta, dengki, keji, serakah, ‘ujub,
pemarah, malas, membukakan rahasia orang lain, kikir, dan sebagainya
yang kesemuanya akan mendatangkan mudharat dan kerugian bagi
individu dan masyarakat.
Keadaan akhlak ini adalah pangkal yang menentukan corak hidup
manusia, manusia akan mengetahui mana yang baik dan yang buruk,
dapat membedakan yang patut dan tak patut, yang hak dan yang bathil,
boleh dan tidak boleh untuk dilakukan, meskipun ia kuasa atau mampu
untuk melakukannya. Inilah suatu hal yang khusus untuk manusia.
Lain halnya bagi hewan, dalam dunia hewan tidak ada pekerjaan
yang baik dan buruk atau patut dan tak patut. Manusia dengan kelebihan
akalnya dapat mengerti dan menginsyafi dirinya sendiri dan segala
perbuatan yang baik sebelum maupun sesudah ia lakukan sehingga ia
dapat dimintai pertanggung jawaban atas segala tindakannya. Akal pada
manusia inilah yang mewujudkan adanya akhlak, yang sekaligus
merupakan faktor utama pembeda antara hewan dan manusia. Dengan
demikian akal adalah sesuatu yang istimewa pada manusia yang amat
berperan bagi pembinaan akhlak.
Dalam kaitannya dengan besarnya keistimewaan akal itu, al-
Ghazali mengatakan:
...Bagaimana boleh diragukan tentang akal itu, sedangkan hewan
dalam kepicikan tamyiznya (sifat hewan dapat membedakan sesuatu),
merasa kecut terhadap akal. Sehingga sesekor hewan yang bertubuh
besar, berkeberanian luar biasa dan bertenaga kuat, apabila melihat
rupa manusia lalu merasa kecut dan takut karena dirasakannya
28

manusia itu akan menggagahinya lantaran keistimewaan manusia


memperoleh helah dan daya upaya.”38

Pendapat al-Ghazali tersebut di atas menunjukkan bahwa manusia


mempunyai kelebihan dari hewan karena akalnya, yang kemudian karena
akhlaknya. Jika tanpa akhlak, manusia akan lebih buas dan lebih jahat
daripada hewan, kehidupannya akan kacau. Seperti di ketahui akhlak
adalah suatu ukuran tentang segala perbuatan manusia yang baik maupun
yang buruk untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dalam segala
lingkungan pergaulan. Sekalipun rasa moral yang mendasari akhlak itu
merupakan naluri yang dibawa manusia sejak lahir, namun tidak jarang
setelah ia melihat kenyataan dalam kehidupan, manusia menjadi bimbang
untuk memilih yang baik, hal mana memerlukan petunjuk wahyu.

3. Muara Akhlak
Al-Qur’an dan al-Hadits mendasari seluruh ajaran al-Ghazali dan
menjadi sumber utama inspirasi dari nilai-nilai pribadi dan sikap dalam
kehidupannya, begitu juga mengenai konsep akhlak yang dikemukakan
beliau.39
Berbicara mengenai akhlak tidak akan terlepas dari sendi-sendi akhlak
sebagaimana telah dikemukakan diatas yaitu akhlak mulia dan akhlak
tercela, Baik Akhlak mulia ataupun akhlak tercela tersebut tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Adapun akhlak yang dipandang tinggi
nilainya dan dicita-citakan oleh segenap lapisan masyarakat adalah akhlak
mulia.
Akhlak selalu merujuk kepada keadaan atau suasana jiwa seseorang.
Bila seseorang melakukan suatu perbuatan, bukan hasil atau perbuatannya
yang dilihat melainkan suasana kejiwaannya, tetapi bagaimana mungkin

38
Moh. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat, (Jakarta: CV. Karya
Mulia, 2001), Cet. I, h. 58.
39
Ali Issa Othman, Manusia Menurut al-Ghazali, (terj.), Anas Mahyuddin dari judul asli
The Concept of Man in Islam in The Writings of Al-Ghazali, (Bandung: Pustaka, 1981), Cet. I,
h. 1-2
29

keadaan jiwa seseorang itu bisa diketahui. Kejiwaan seseorang bisa dilihat
dari segi sikap atau kesungguhannya, karena dalam akhlak (akhlak mulia)
yang didasari sifat ke-Tuhan-an tidak akan bersikap hipokrit dan kepura-
puraan. Akhlak mestilah dilakukan tanpa rekayasa yang benar-benar muncul
dari dalam diri seseorang. Oleh karena itu persoalan akhlak merupakan
persoalan batin seseorang yang tidak mudah untuk ditebak.40
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa al-Khalqu (ciptaan, makhluk)
dan al-Khuluqu (budi pekerti) itu adalah dua ibarat yang dipergunakan
bersama-sama. Seperti diucapkan bahwa Fulan itu bagus tingkah laku atau
perangainya. Yang dimaksud al-Khalqu adalah tingkah laku lahiriyah dan
yang dimaksudkan dengan al-Khuluqu adalah tingkah laku batiniyah. Karena
manusia terdiri dari jasad yang dapat dilihat oleh mata dan dari ruh serta jiwa
yang dapat dilihat dengan penglihatan hati. Masing-masing dari keduanya
mempunyai eksistensi dan bentuk, ada kalanya buruk dan ada kalanya baik.
Adapun jiwa yang dapat dilihat dengan penglihatan hati itu lebih besar
tingkatannya dari pada jasad yang dapat dilihat dengan mata.41
Karena ruh (roh atau jiwa) menunjukan kelembutan Ilahi, dan seperti
halnya Si “hati”, ia juga berada di dalam hati badaniah roh di masukkan ke
dalam tubuh melalui “saringan yang halus”. Pengaruhnya terhadap tubuh
ialah seperti lilin di dalam kamar. Tanpa meninggalkan tempatnya,
cahayanya memancarkan sinar kehidupan bagi seluruh tubuh.
Pada dasarnya, roh merupakan lathifah dan oleh karenanya ia
merupakan suatu unsur Ilahi. Sebagai sesuatu yang halus, ia merupakan
kelengkapan pengetahuan yang tertinggi dari manusia, yang
bertanggungjawab terhadap sinar dari penglihatan yang murni, apabila
manusia bebas seluruhnya dari kesadaran fenomenal.42

40
http: //www. Mubarok. Institute. Blogspot. com
41
Imam al-Ghazali, c, (Terj). (Semarang: CV. Asy Syifa’ 2003), Jilid. ke-5. h. 107-108
42
Ali Issa Othman, Manusia Menurut al-Ghazali, (terj.), Anas Mahyuddin dari judul asli
The Concept of Man in Islam in The Writings of Al-Ghazali, (Bandung: Pustaka, 1981), Cet. I, h.
132
30

Allah mengagungkan urusan jiwa dengan disandarkan kepada-Nya.


Allah berfirman:

(٧٢ :۳٨/‫ﻳﻦ )ص‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ﻓَِﺈ َذا ﺳ ﱠﻮﻳـﺘُﻪ وﻧَـ َﻔﺨ‬


َ ‫ﺖ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﱡروﺣﻲ ﻓَـ َﻘﻌُﻮا ﻟَﻪُ َﺳﺎﺟﺪ‬
ُ ْ َُ ْ َ
Artinya:
“Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila
telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya ruh
ciptaan-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud
kepadanya.” (Q.S. Shaad/38 : 71-72)

Berdasarkan ayat diatas, al-Ghazali menyatakan bahwa manusia


mempunyai dua unsur: yaitu jasmani dan rohani. Unsur jasmani berupa
tubuh yang dihubungkan atau disandarkan dengan tanah (thin), sedangkan
unsur Ruhani berupa jiwa dihubungkan dengan Allah SWT.43
Yang dimaksudkan dengan ruh dan jiwa pada tempat ini adalah satu.
Maka al-Khuluqu (budi pekerti) itu suatu ibarat tentang keadaan dalam jiwa
yang menetap di dalamnya. Dari keadaan dalam jiwa itu muncul perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Maka
apabila dari tingkah laku seseorang itu muncul perbuatan-perbuatan baik dan
terpuji secara akal dan syara’, maka itu disebut budi pekerti yang baik.
Tetapi sebaliknya apabila tingkah laku itu memuncul perbuatan buruk, maka
keadaan yang menjadi tempat munculnya tingkah laku itu disebut budi
pekerti yang buruk.
Maka budi pekerti itu adalah satu perumpamaan tentang keadaan jiwa
dan bentuknya yang batin. Sebagaimana bagusnya bentuk lahir itu secara
mutlak tidak akan sempurna apabila hanya dengan dua mata saja tanpa
hidung, mulut dan kedua pipi, bahkan akan lebih sempurna apabila kesemua
bentuk lahiriyah itu lengkap tanpa cacat. Demikian pula dalam batiniyah
seseorang itu harus ada empat rukun yang tidak boleh tidak harus bagus atau
pun baik semua sehingga akan sempurna budi pekertinya, dan apabila
keempat rukun itu sama, lurus sejalan dan sesuai, niscaya akan berhasillah
dalam mencapai budi pekerti yang baik. Yaitu kekuatan ilmu, kekuatan

43
Imam Al-Ghazali, Ihya 'ulum al-din, jilid III, h. 52
31

marah, kekuatan nafsu syahwat dan ketekunan bertindak adil


44
(keseimbangan).
Berbicara mengenai hati sebagaimana telah diterangkan oleh Imam al-
Ghazali, selalu dikepung oleh sifat-sifat baik dan buruk tergantung dari
bisikan yang menghampirinya. Seolah-olah hati itu sasaran yang selalu
diincar dari segala penjuru. Apabila hati itu tertimpa oleh suatu yang
membekas padanya, maka sesuatu itu akan menimpa pada hati lagi dari
penjuru lain yang berlawanan dengan yang pertama. Kemudian berobahlah
sifat hati, dan apabila syetan turun pada hati dan mengajak hati melakukan
hawa nafsu, maka turun pula malaikat pada hati lalu memalingkannya dari
syetan. Apabila syetan itu mengajaknya kepada kejahatan, niscaya hati itu
ditarik oleh syetan lain kepada kejahatan lain, dan apabila hati itu ditarik
oleh malaikat kearah kebajikan, niscaya hati itu ditarik pula oleh malaikat
lain kepada kebajikan lain. Maka disini dapat dilihat bahwa dalam satu
waktu hati dapat berlawanan antara dua malaikat, sekali waktu antara dua
syaitan dan sekali waktu antara malaikat dan syetan. Hati tidak akan
dibiarkan sama sekali.
Mengenai penjelasan ini Allah memberi isyarat dengan firman-Nya:

ِ ‫وﻧـُ َﻘﻠﱢ‬
(١١٠:٦/‫)اﻷﻧﻌﺎم‬ َ ْ‫ﺐ أَﻓْﺌ َﺪﺗَـ ُﻬ ْﻢ َوأَﺑ‬
‫ﺼ َﺎرُﻫ ْﻢ‬ ُ َ
Artinya: “Dan Kami bolak-balikan hati dan penglihatan mereka”.
(Q.S. al An’aam/6 : 110)

Hati yang tetap pada kebajikan dan keburukan serta mondar-mandir


antara keduanya itu terbagi menjadi tiga:
Pertama, hati yang dibangun dengan dasar taqwa, yang bersih dengan
latihan dan suci dari kekejian-kekejian akhlak, tergores didalamnya lintasan-
lintasan kebajikan dari simpanan-simpanan barang yang samar dan tempat-
tempat masuk alam malakut. Maka berpalinglah akal kepada berfikir tentang
yang terlintas padanya agar dapat diketahui kehalusan-kehalusan kebajikan

44
Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin, (Terj), Jilid V, h. 109-114
32

dan dapat disingkap rahasia-rahasia faidahnya. Kemudian tersingkaplah


untuk itu mukanya dengan cahaya penglihatan mata hati. Maka ia
meneguhkan bahwa ia tidak boleh tidak untuk melakukan. Lalu ia tertarik
kepadanya dan mengajaknya untuk melakukannya ketika itu malaikat
melihat kepada hati. Ia menemukan hati itu dalam keadaan bersih pada
jauharnya, suci dengan ketaqwaannya, bersinar dengan cahaya akalnya dan
dibangun dengan cahaya-cahaya ma’rifah. Maka malaikat melihat bahwa
hati itu patut dijadikan sebagai tempat ketetapan dan singgahannya. Pada
keadaan demikian malaikat membantunya dengan tentara yang tidak terlihat
dan diberinya petunjuk kepada kebajikan-kebajikan yang lain. Demikian
seterusnya, tidak akan habis pertolongan dan memudahkan urusan
kepadanya.
Hati yang demikian selalu akan memancarkan cahaya ke-Tuhan-an,
akan membuahkan rasa syukur, sabar, takut, fakir, zuhud, kasih sayang,
ridha, rindu, tawakkal, tafakkur, mengoreksi diri. Itu merupakan hati yang
selalu menghadapkan diri kepada Allah SWT dengan wajahnya.
Hati yang kedua, adalah hati yang hina, bercampur dengan hawa nafsu
yang kotor, dengan akhlak-akhlak yang tercela dan keji. Pada hati itu terbuka
pintu-pintu syetan dan tertutup pintu-pintu bagi malaikat. Permulaan
kejahatan pada hati ini tertanam hawa nafsu dan terukir di dalamnya. Hati
dengan lintasan hawa nafsu ini akan meminta fatwa/petunjuk pada akal
tetapi akal melayani hawa nafsu yang semakin berkembang yang
melemahkan iman sehingga nafsu syahwat mendominasi hati untuk
menguasainya.
Hati yang ketiga, adalah hati yang didalamnya tertanam hawa nafsu
yang mengajaknya kepada kejahatan, tetapi lintasan iman masih berperan
yang mengajaknya kepada kebajikan, ajakan lintasan iman membangkitkan
nafsu dengan syahwat-syahwatnya untuk membantu lintasan kejahatan.
Maka nafsu semakin meningkatkan kesenangan dan kenikmatan. Akal
berperan dengan kebajikannya yang menolak pihak nafsu syahwat.
33

Jelaslah bahwa muara akhlak atau pun budi pekerti itu bersumber dari
hati, baik itu budi pekerti yang mulia atau budi pekerti yang tercela. Karena
hati tidak terlepas dari nafsu syahwat, bisikan syaitan, bisikan malaikat,
posisi akal. Tergantung dari hati tersebut dapat dengan mudah atau tidak
untuk tunduk kepada nafsu syaitan atau malaikat. Jadi keadaan hati itu selalu
terkurung dan diincar dengan berbagai bisikan. Posisi hati disini harus lebih
cenderung kepada sifat-sifat ke-Tuhan-an, dibangun dengan dasar
ketaqwaan, dan melatihnya (riyadhah) dengan mencegah nafsu syahwat dan
sifat marah.

4. Pembinaan Manusia Menuju Akhlak Mulia


Al-Ghazali berpendapat bahwa peningkatan diri menuju akhlak mulia
pada hakikatnya adalah upaya perbaikan akhlak, artinya suatu upaya untuk
menumbuh kembangkan sifat-sifat terpuji (mahmudah) dan sekaligus
menghilangkan sifat-sifat tercela (mazmummah) pada diri pribadi seseorang.
Akhlak manusia benar-benar dapat diperbaiki, bahkan sangat dianjurkan
untuk diperbaiki sesuai dengan sabda Rasulullah SAW “upayakan akhlak
kalian menjadi baik” (hassinuu akhlakakum), sekalipun harus diakui bahwa
usaha ini tidak mudah dilakukan sehubungan dengan perbedaan keadaan dan
taraf kesedian setiap orang untuk memperbaiki dirinya.
Pandangan al-Ghazali mengenai sumber-sumber akhlak tercela adalah
nafsu-nafsu yang terpatri di dalam eksistensi manusia yakni syahwat
(misalnya hasrat seks dan kesenangan) dan ghadhab (misalnya rasa marah)
yang diumbar serta daya tarik dunia yang melalaikan, dan ajakan-ajakan
setan kepada manusia untuk melakukan perbuatan jahat dan keji. Sedangkan
akhlak yang baik bersumber dari sifat-sifat ketuhanan, kekuatan akal dan
hikmah, ambisi dan emosi yang terkendalikan oleh akal dan syara serta
terarah pada kebijakan.
Hanna Djumhana Bastaman mengemukakan mengenai `cara-cara
perbaikan akhlak yang diungkapkan oleh al-Ghazali yaitu dapat
34

dikelompokkan atas tiga macam metode yang berkaitan erat satu dengan
yang lainnya sebagai berikut:
a) Metode taat syari’at. Metode ini berupa proses pembenahan diri, yakni
membiasakan diri dalam kehidupan sehari-hari untuk berusaha
semampunya dalam melakukan kebajikan dan hal-hal yang bermanfaat
sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’at, aturan-aturan negara, dan
norma-norma kehidupan bermasyarakat. Di samping itu berusaha pula
untuk menjauhi hal-hal yang dilarang syara’ dan aturan-aturan yang
berlaku. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan
alamiah yang sebenarnya dapat dilakukan siapa saja dalam kehidupannya
sehari-hari di masyarakat. Hasilnya akan berkembang tanpa disadari pada
diri seseorang sikap dan perilaku yang positif seperti ketaatan pada
agama dan norma masyarakat, hidup tenang dan wajar, senang akan
kebajikan, pandai menyesuaikan diri dan bebas dari permusuhan.
b) Metode pengembangan diri. Metode yang bercorak psiko-edukatif ini
didasari oleh kesadaran diri atas keunggulan dan kelemahan pribadi yang
kemudian melahirkan keinginan untuk meningkatkan sifat-sifat baik dan
mengurangi sifat-sifat buruk di dalam dirinya. Dalam pelaksanaannya
dilakukan pula proses pembiasaan seperti pada metode pertama di
tambah dengan usaha-usaha meneladani perbuatan baik dari orang lain
seperti meneladani perbuatan-perbuatan Rasulullah SAW. Ada sebuah
hukum yang menyatakan: ”Sesuatu yang diulang-ulang akan menjadi
kebiasaan, kebiasaan yang diulang-ulang akan menjadi adat. Adat yang
diulang-ulang akan menjadi sifat.” Karena itu seorang anak harus
dibiasakan dengan ajaran Islam sesuai dengan perkembangannya agar ia
mempunyai sifat-sifat yang Islami dan berakhlak mulia.45
Membiasakan diri dengan cara hidup seperti ini apabila dilaksanakan
secara konsisten, maka tanpa terasa akan berkembang kebiasaan-

45
Syahminan Zaini dan Murni Ali, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2004), Cet. III, h. 40-41
35

kebiasaan dan sifat-sifat terpuji dalam kehidupan pribadi dan dalam


kehidupan bermasyarakat.
Metode ini pada dasarnya mirip dengan metode pertama, hanya saja
dilakukan secara lebih sadar, lebih disiplin, dan intensif, sifatnya lebih
individual daripada metode pertama.
c) Metode kesufian. Metode ini bercorak spiritual-religius dan bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pribadi mendekati citra insan ideal.
Pelatihan disiplin diri ini menurut al-Ghazali dilakukan melalui dua jalan,
yakni al-mujaahadah dan al riyaadhah. al-mujaahadah, artinya usaha
dengan penuh kesungguhan untuk menghilangkan segala hambatan
pribadi (harta, kemegahan, taklid, dan maksyiat), sedangkan al-
riyaadhah adalah latihan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara
mengintensifkan dan meningkatkan kualitas ibadah. Kegiatan sufistik ini
biasanya berlangsung dibawah bimbingan seorang guru yang benar-benar
berkualitas dalam hal ilmu, kemampuan dan wewenang serta memenuhi
persyaratan sebagai mursyid.
al-Ghazali menilai bahwa hidup kesufian merupakan jalan yang
benar-benar “diterangi cahaya kenabian” dan “dikehendaki Allah
Ta’ala”. Secara selintas al-Ghazali menggambarkan proses hidup
kesufian yang terdiri dari tiga tahap yaitu:
1) Tahap ikhtiar dan kasab yaitu atas kehendak sendiri untuk berusaha
mengosongkan hati dari hal-hal selain Allah, mengingat-Nya secara
intensif, dan melakukan i’tikaf sebagai pengintensifan ibadah dan
dzikrullah.
2) Tahap mukasyafah dan musyahadah yaitu menyaksikan dan
mengalami sendiri terbukanya rahasia kegaiban, sehingga ”dalam
keadaan sadar melihat malaikat dan arwah para Nabi, mendengar suara
mereka dan mendapat pelajaran dari mereka”.
3) Tahap kedekatan yaitu setelah melalui beberapa tahap yang lebih
tinggi lagi akhirnya sampai pada tahap “dekat kepada-Nya” yang
sangat sulit digambarkan dengan kata-kata. Kondisi ini menurut Al-
36

Ghazali sama sekali bukan merupakan penyatuan diri dengan Tuhan


(hulul, ittihad, wusul), tetapi merupakan suatu pengalaman yang sangat
khusus.
Dari ketiga metode tersebut di atas, cara kesufian inilah yang
dianggap paling tinggi oleh al-Ghazali dalam proses peningkatan derajat
keruhanian, khususnya dalam meraih akhlak terpuji.
Seperti halnya ragam-ragam tipologi al-Ghazali yang coraknya
bertahap, ketiga metode ini pun menurut Hanna Djumhana bertahap pula
yakni dimulai dari “taat syari’at” yang lebih adaptif-eksternal sifatnya,
kemudian “pengembangan diri” yang merupakan aktualisasi internal, lalu
“hidup kesufian” yang dialogis-transendental. Ketiganya berhubungan satu
dengan lainnya seperti tergambar pada skema di bawah ini:

Kesufian

Pengembangan Diri

Ta’at Syari’at

Gambar 1 : Skema hubungan antara metode-metode peningkatan pribadi


(disarikan dari pandangan al-Ghazali)

Metode Kesufian yang bercorak spiritual-religius merupakan


peningkatan dari metode pengembangan diri yang bersifat psiko-edukatif,
sedangkan metode pengembangan diri merupakan kelanjutan dari metode
taat syari'at.
Sesuai dengan prinsip "kewajaran dan sineger tengah" dalam
pengembangan akhlak, maka seseorang yang menjalani hidup kesufian
misalnya tidak disarankan hidup eksklusif-aksetis dan menjauhkan diri dari
lingkungan masyarakat, tetapi diharapkan untuk berkarya dalam masyarakat
37

serta menjalani hidup secara normal dan wajar dengan kualitas hidup yang
lebih baik dan lebih bermakna.46

46
Misalnya, al-Ghazali, dia bertugas kembali sebagai pengajar setelah beliau menjalani
hidup kesufian, dan setelah itu keluar karya-karya istimewa beliau antara lain Ihya Ulumiddin.
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam; Menuju Psikologi Islam, h. 88
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis mengambil tempat di
SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang. Adapun
waktu pelaksanaannya yaitu pada bulan November sampai dengan Januari
2007.
Lokasi SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe, merupakan lokasi
yang dekat dengan kampus UIN Syarif Hidayatullah sehingga mudah
dijangkau oleh penulis. SMK Khazanah Kebajikan ini pun merupakan sekolah
yang dijadikan sebagai tempat PPKT (Praktek Propesi Keguruan Terpadu)
oleh penulis selama kurang lebih empat bulan, sehingga penulis sudah
mengetahui keadaan sekolah dan sudah mengenal guru-guru serta Siswa-
siswinya dan ini memudahkan penulis dalam proses penelitian.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas I sampai kelas III
SMK Khazanah Kebajikan yang memiliki 6 kelas dengan tiga jurusan
program keahlian yaitu Elektronika, Akuntansi, dan Administrasi Perkantoran.
Jumlah populasi penelitian ini adalah 148 siswa. yang dapat dilihat di dalam
daftar tabel berikut ini:

38
39

Tabel 1
Jumlah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Tahun Ajaran 2006-2007
Kelas Program Keahlian Lk Pr
Akuntansi 4 39
I
Audio Video 19 4
Administrasi Perkantoran 2 24
II
Akuntansi 3 28
Administrasi Perkantoran 6 8
III
Audio Video 9 2
Jumlah 43 105
Total 148

Dikarenakan terdapat 23 siswa kelas III sedang melaksanakan PPL di


luar sekolah, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 125
Siswa, yaitu siswa kelas I, kelas II dan siswa kelas III yang tidak sedang
melaksanakan PPL di luar sekolah.
Responden terdiri dari siswa-siswi SMK Khazanah Kebajikan yang
berdomisili di daerah Pondok Cabe Ilir Ciputat Tangerang. Penelitian
dilakukan dengan menyebarkan angket yang dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 2 Januari 2007 yang disebarkan pada pukul 09.30 WIB sampai dengan
selesai.

C. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika
fenomena yang diselidiki dalam arti yang luas. Observasi ini dilakukan
dengan cara mengunjungi SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir
Pamulang Tangerang, secara langsung untuk mengamati siswa, guru,
sarana pendukung kegiatan, lingkungan sekitarnya sebagai data penelitian.
Observasi ini dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan, yang dilakukan
pada saat penulis melaksanakan PPKT di SMK Khazanah Kebajikan.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mendapatkan keterangan-keterangan secara lisan melalui tatap muka,
bercakap-cakap dengan orang yang dapat memberikan keterangan
40

terhadap suatu permasalahan. Dalam hal ini, penulis melakukan


wawancara dengan Kepala Sekolah mengenai sejarah SMK Khazanah
Kebajikan, dan guru bidang study Pendidikan Agama Islam, serta
pengurus Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Tangerang
Banten (Terlampir).
c. Angket
Angket adalah daftar yang langsung diberikan kepada siswa yang
ingin dimintai sikap atau pendapatnya dalam hal pencapaian tujuan
penelitian. Penelitian memberikan tes tertulis untuk dijawab secara tertulis
pula oleh responden. Melalui angket ini penulis dapat memperoleh data
tentang pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap implementasi akhlak
siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir.
Angket atau kuesioner yang digunakan penulis adalah angket atau
kuesioner tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai sejumlah jawaban
terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan
(terlampir).

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Data yang berasal dari kepustakaan digunakan sebagai teori yang
dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Adapun data yang telah
dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan dianalisa untuk
mengungkapkan pokok masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh
kesimpulan.
Dalam menganalisa hasil penelitian berupa “Pengaruh Pendidikan
Agama Islam Terhadap Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah
Kebajikan” digunakan analisa kuantitatif yaitu analisa yang dilakukan
terhadap data yang berwujud angka, dengan cara menjumlahkan,
mengklasifikasikan, mentabulasikan dan selanjutnya dilakukan perhitungan
dengan menggunakan data statistik.
Dalam pengolahan data, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
41

1. Editing, Mengedit yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah


diserahkan oleh pengumpul data. Setelah angket diisi oleh Responden dan
dikembalikan, penulis segera memeriksa satu persatu angket yang telah
dikembalikan dari nomor satu sampai nomor terakhir.
2. Skoring, Skoring yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket.
skoring yang dipergunakan di dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan skor kumulatif pilihan, dapat dilihat didalam tabel berikut
ini:

Tabel 2
Skor Alternatif Jawaban Responden
Dengan Menggunakan Skor Kumulatif
No Jawaban Skor Nomor Soal Jumlah Soal
A 1
1 B 2
25, 26, 48, 49, 53, 60 6
C 3
D 4
6, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
A 4
19, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 30,
B 3
31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40
2 C 2
40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 50,
D 1
51, 52, 57, 58,
A
B 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 20, 54,
14
3 C 4 55, 56, 59,
D
Jumlah 60 60

Keterangan:
Untuk jawaban kolom tiga setiap sub item berniali 1 dan apabila pilihan
terdiri dari:
a. Apabila memilih satu diantara empat jawaban (A, B, C, dan D) maka
bernilai atau berskor 1
b. Apabila memilih dua diantara empat jawaban (A, B, C, dan D) maka
bernilai atau berskor 2
c. Apabila memilih tiga diantara empat jawaban (A, B, C, dan D) maka
bernilai atau berskor 3
42

d. Apabila memilih empat diantara empat jawaban (A, B, C, dan D) maka


bernilai atau berskor 4

3. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan ke


dalam tabel yang telah disediakan. Setelah pengumpulan data dilakukan,
maka tahap berikutnya data tersebut di analisa dengan analisa kuantitatif
secara deskriptif analisis yang sebelumnya telah ditentukan prosentasenya
dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi:

Rumus : P = F x 100 %
N
Keterangan :
P : Angka Prosentase
F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Banyaknya Responden (Number of Cases)

Selanjutnya, untuk menganalisis bagaimana pengaruh PAI (variabel x)


terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa (variabel y), penulis
menggunakan rumus product moment dari Carl Pearson. Cara operasional
data dilakukan melalui tahap sebagai berikut:1
a. Mencari angka korelasi dengan rumus :

rxy = NXY – (X) (Y)


√[NX2 – (X) 2] [NY2 – (Y)2]
Keterangan :
rxy : Angka Indeks korelasi “r” Product moment
N : Jumlah objek yang diteliti
XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
X : Jumlah seluruh skor X
Y : Jumlah seluruh skor Y

b. Memberikan interpretasi terhadap rxy yaitu:

1) Memberikan interpretasi secara sederhana dengan cara mencocokkan


hasil perhitungan dengan indeks korelasi “r” product moment seperti
dibawah ini:
1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Rajawali Press, 2004), Cet.
XIV, h. 43
43

Tabel 3
Interpretasi Tabel Nilai “r” Product Moment (rxy)
Secara Kasar/Sederhana
Besarnya “r” Product Moment (rxy) Interpretasi
0,00 – 0,02 Sangat lemah atau sangat rendah
0,02 – 0,40 Lemah atau rendah
0,40 – 0,70 Sedang atau cukup
0,70 – 0,90 Kuat atau tinggi
0,90 – 1,00 Sangat tinggi atau sangat kuat

2) Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan jalan


berkonsultasi pada table nilai “r” product moment. Apabila cara ini
akan ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai
berikut:
a) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho)
b) Menguji kebenaran dari hipotesa yang telah dirumuskan dengan
jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r”
yang tercantum dalam tabel (rt) baik pada taraf signifikansi 1%
maupun 5% namun terlebih dulu mencari derajat bebasnya (db)
atau Degrees or Freedomnya (df).
Rumusnya : df = N – nr
Keterangan :
df : Degree of Freedom (derajat bebas)
N : Jumlah subjek penelitian (sampel)
nr : Jumlah variabel
Karena jumlah obyek dalam penelitian sebanyak 148 Siswa, maka df nya
adalah (125 – 2 = 123), jika “r” hitung lebih besar dari tabel maka korelasi
dianggap signifikn atau Ho ditolak dan Ha diterima, namun jika hasil rxy
penghitungannya lebih kecil dari tabel nilai maka korelasi tidak signifikan
atau Ho diterima dan Ha ditolak.
Setelah memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana maupun
interpretasi dengan menggunakan nilai rtabel. Langkah selanjutnya yakni
44

mencari seberapa kontribusi yang diberikan variabel x terhadap variabel y,


dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut :2
KD = rxy2 x 100 %
Keterangan :
KD : Kontribusi variabel x terhadap variabel y
rxy2 : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y.

E. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua variabel
yaitu; variabel bebas dan variabel terikat, yang uraiannya adalah sebagai
berikut:
1. Variabel bebas yaitu mengenai Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam, khususnya mengenai masalah akhlak,
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap prilaku siswa, karena
turut mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh bangsa ini.3
Disinilah letak Pendidikan Agama Islam yang paling mendasar bagi
manusia karena mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan
akhlak seseorang baik itu akhlak baik atau buruk yang sering
diperaktekkan oleh manusia.
Dalam proses Pendidikan Agama Islam pada usia sekolah menengah
atas, perlu dikaitkan dengan nilai-nilai agama karena mereka telah sampai
pada umur baligh, artinya bahwa mereka bertanggungjawab langsung
kepada Allah SWT.4
Berdasarkan hal diatas, variabel Pendidikan Agama Islam dapat diukur
melalui angket (kuesioner) dengan menggunakan pendekatan dimensi dan
indikator seperti pada tabel berikut:

2
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 1996), Cet. VI, h. 321
3
Hamzah Ya’kub, Ethika Islam, (Bandung: CV. Diponogoro, 1993), Cet. VI, h. 57
4
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. XVI, h. 93
45

Tabel 4
Kisi-Kisi Angket Untuk Variabel Bebas (Pendidikan Agama Islam)
No Dimensi Indikator No. Item
 Terbiasa melakukan yang baik, indah,
mulia, terpuji, menghindari yang buruk, 1 – 21, 23
jelek, hina dan tercela
Pendidikan  Senantiasa berhubungan dengan Allah SWT
31 - 35
1. Agama dan sesama manusia, terpelihara dengan
24
Islam baik dan harmonis [

 Mengetahui batas antara yang baik dan yang


buruk dan dapat menempatkan sesuatu pada 50, 58
tempatnya

2. Variabel terikat yaitu pembiasaan akhlak karimah siswa


Dalam kenyataannya, perilaku manusia selalu bergerak dan berubah-
rubah dalam dua kategori, yaitu perilaku baik dan perilaku buruk. Allah
SWT telah menjadikan kedua keriteria itu (baik dan buruk) sebagai pilihan
yang tersedia dan mungkin di tempuh oleh manusia. Firman Allah SWT
yang artinya: “Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Q.S.
al-Balad/90 : 10).
Hal demikian memang sering terjadi dikalangan siswa khususnya di
SMK Khazanah Kebajikan. Rukun yang mengantarkan siswa pada budi
pekerti yang baik seperti kesopanan, kedisiplinan belajar, kekuatan marah,
syukur, tawakkal, kesungguhan, seakan-akan tenggelam. Adapun variabel
pembiasaan akhlak karimah siswa dapat diukur melalui angket (kuesioner)
sebagai berikut:

Tabel 5
Kisi-Kisi Angket Untuk Variabel Terikat (Pembiasaan Akhlak Karimah)
No Dimensi Indikator No. Item
 Berani mengatakan sesuatu yang benar
 Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain 22, 25,
1. Jujur
 Jujur sesuai dengan kenyataan yang 26
sesungguhnya berupa perkataan dan perbuatan
 Berani dalam menegakkan kebenaran 39, 40,
2. Berani
41
 Sabar atas cobaan dari Allah SWT 43, 44,
3. Sabar
 Sabar untuk tidak melakukan kemaksiatan 45,
46

 Senantiasa menyampaikan amanah orang tua


4. Amanah  Senantiasa menyampaikan amanah guru dan 46, 59
teman
 Menerima dengan rela apa yang ada
5. Qonaah 42, 47
 Menerima dengan sabar ketentuan Allah
 Senantiasa belajar setiap hari
53, 54,
6. Tekun  Bekerja keras
55, 56
 Senantiasa peduli terhadap orang lain yang
7. Peduli 57, 60
membutuhkan bantuan
 Memberikan pertolongan tanpa pamrih
 Bekerja dengan tidak mengharapkan balasan 36, 37,
8. Ikhlas
 Menjauhkan diri dari riya ketika mengerjakan 38
amal baik
 Tanggung jawab terhadap pelaksanaan ibadah
wajib 27, 28,
9. Berbakti
 Menghormati orang tua dan guru 29, 30
 Melaksanakan perintah guru
 Patuh terhadap peraturan dan tata tertib yang
51, 52,
10. Disiplin berlaku
48, 49
 Disiplin dan melaksanakan shalat wajib

F. Hipotesis
Hipotesis menurut Amirul Hadi-Haryono dalam bukunya Metodologi
Penelitian Pendidikan 2 adalah dugaan yang mungkin benar juga salah setelah
dilakukan pengujian.5
Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti akan membenarkan dan akan
ditolak jika tidak benar. Penolakan dan penerimaan hipotesa tergantung pada
penyelidikan bukti-bukti yang dikumpulkan.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1) Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu terdapat pengaruh antara Pendidikan
Agama Islam (X) terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa (Y)
2) Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak terdapat pengaruh antara Pendidikan Agama

Islam (X) terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa (Y).

5
Amirul Hadi-Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, (Bandung: Pustaka Setia,
1999), h. 177
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum tentang SMK Khazanah Kebajikan


1. Sejarah Singkat
Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) adalah lembaga sosial
keagamaan yang mengasuh dan mendidik anak-anak yatim piatu, yatim,
fakir miskin, janda dan manula. Secara khusus, Yayasan Khazanah
Kebajikan nampak sebuah panti asuhan dan pondok pesantren yang
bergerak di bidang sosial, pendidikan dan ekonomi umat. Ciri khas Yayasan
Khazanah Kebajikan berupa budaya sholat tahajjud, kajian Al-Qur’an,
penerimaan dan penyaluran zakat, infaq dan shodaqoh, pengasuhan kaum
lemah dalam asrama dan pendidikan untuk siswa dan mahasiswa
berekonomi lemah.1
Yayasan Khazanah Kebajikan berdiri pada tanggal 5 November
1992 di Pisangan Ciputat Tangerang Banten dengan dewan pendirinya
adalah Drs. H. Marzuki Usman, MA, Drs. H. Ahmad Djunaidi, AK, Drs. H.
Nadjamuddin Siddiq, Ir. H. Iskandar Ismail dan Hj. Aswami Usman.
Yayasan Khazanah Kebajikan didirikan sebagai bentuk kepedulian
sosial warga untuk membantu kaum dhuafa dan untuk membendung
gerakan misionaris di sekitar Pisangan dan Pondok Cabe Ilir. Pengurus

1
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Khazanah Kebajikan, Bapak H. Moh.
Abdul Basyir, S.Ag, Pada hari Senin tanggal 25 Desember 2006

47
48

Yayasan Khazanah Kebajikan pertama kali mengambil dan mengasuh 16


anak yatim dan fakir miskin dari warga sekitar Pisangan dan Pondok Cabe
Ilir untuk dididik dan disantuni.
Sentral kegiatannya berada di Masjid Al-A’raaf Bukit Cirendeu.
Yayasan Khazanah Kebajikan kini berkembang dan memiliki lembaga
pendidikan formal dan non-formal, baik dari tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi untuk membantu kaum dhuafa yang ingin mendapat
pendidikan yang layak dan lembaga pendidikan tersebut, Yayasan Khazanah
Kebajikan Berusaha untuk mengangkat harkat derajat keluarga besarnya
dan menjadikan mereka hamba Allah SWT yang kuat iman dan taqwanya,
berilmu tinggi, berakhlak mulia, profesional dalam bidangnya dan menjadi
pemimpin Ummat.
Mengingat semakin banyaknya kaum dhuafa yang memerlukan
bantuan, sementara Yayasan Khazanah Kebajikan memiliki keterbatasan
untuk dapat menerima semua permintaan masyarakat. Oleh karena itu,
Yayasan Khazanah Kebajikan berusaha mengetuk hati para dermawan untuk
ikut serta mengembangkan Yayasan Khazanah Kebajikan dan membantu
umat mendapatkan kehidupan yang layak. Dengan senantiasa berdo’a dan
beribadah kepada Allah SWT dan usaha yang maksimal, Yayasan Khazanah
Kebajikan yakin akan dapat selalu membantu umat mencapai kesuksesan
dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pada awalnya Yayasan Khazanah Kebajikan tidak bermaksud untuk
mendirikan Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah), tetapi setelah YKK
berkembang menjadi besar dan anak-anak yatim, piatu, dan yatim piatu
yang diasuh semakin banyak maka pengelola Yayasan berinisiatif
mendirikan sekolah untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
negatif yang akan terjadi, ini adalah alasan pertama. Alasan kedua, untuk
menghemat dana bagi siswa yang bersekolah diluar karena semakin
mahalnya biaya sekolah. Dengan demikian Yayasan bisa meminimalisir
biaya pendidikan yang mahal menjadi terjangkau bagi orang tua yang
kurang mampu. Dengan didirikannya sekolah formal didalam asrama anak-
49

anak bisa terkontrol baik dari segi tingkah lakunya, perangainya, belajarnya,
kepribadiannya, pergaulannya dan agamanya.
Pada awal tahun 1998, yayasan mendirikan SMK Khazanah
Kebajikan dengan siswa angkatan pertamanya berjumlah 60 siswa yang
terbagi dalam dua kelas. SMK tersebut didirikan karena Yayasan melihat
bahwa dengan SMK maka akan dapat memberikan peluang bagi para siswa
dalam kaitannya dengan keterampilan. Tujuannya untuk melahirkan tenaga-
tenaga yang berpotensi dan siap mengabdi pada masyarakat dan bisa
langsung mencari kerja setelah lulus. Untuk mewujudkannya SMK
membutuhkan berbagai keahlian dan keterampilan, dari banyaknya keahlian
atau jurusaan yang dipilih saat itu adalah manajemen bisnis yang terdiri dari
beberapa program yaitu Akuntansi, Sekretaris, Penjualan atau perdagangan.
Pada tahun 1999 SMK memilih program keahlian Sekretaris, pada
tahun 2001 memilih program Akuntansi. Dari tahun 1998-2001 SMK
Khazanah Kebajikan sudah mengeluarkan tamatan pertama, saat itu masih
menginduk ke SMKN 1 Tangerang. Pada tahun 2002, SMK Khazanah
Kebajikan sudah diakreditasi dan disamakan oleh Dinas Pendidikan
Nasional tanpa melalui izin operasional dan tidak melalui jalur pendaftaran
atau pengakuan.
SMK Khazanah Kebajikan beralamat di Perumahan Bukit Cirendeu
Blok C. 6 No. 7 (Dekat Skadron TNI AD) Pondok Cabe Ilir Pamulang
Tangerang-Banten. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada peta denah lokasi
yang terlampir.

2. Visi dan Misi


Visi SMK Khazanah Kebajikan adalah: “Mewujudkan dan
membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, cerdas, terampil, disiplin
professional, setia serta mempunyai dedikasi dan tanggungjawab yang
tinggi terhadap agama, bangsa dan Negara”.
50

Misi SMK Khazanah Kebajikan adalah: “Mempersiapkan peserta


didik sebagai anak bangsa yang handal dibidang keahliannya dengan kritis,
kreatif, mandiri, menuju SMK Go Nasional dan Internasional”.

3. Program Kegiatan
Program-Program yang ada di Yayasan Khazanah Kebajikan tidak
terlepas dari keterkaitannya dengan program SMK Khazanah Kebajikan
yaitu Kegiatan Ekstra Kurikuler yang terdiri dari beberapa program, antara
lain:
a. Program Pendidikan
1) Program intensif agama, yaitu “Fiqh”, yang mengkaji ayat-ayat suci
al-Qur'an, Aqidah, akhlak dan masail fiqhiyyah yang diadakan
setiap hari setelah shalat maghrib.
2) Membumikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan
3) Mendidik anak untuk siap berkarya nyata dalam masyarakat dengan
mensinergikan pendidikan agama dan hokum
4) Memberdayakan lembaga pendidikan intra Yayasan Khazanah
Kebajikan semaksimal mungkin agar berdaya guna dan berdimensi
luas.
b. Program Dakwah
1) Kajian Al-Qur’an malam Sabtu dan Minggu
2) Pelatihan pidato tiga bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia)
3) Peringatan hari-hari besar Islam
4) Dialog Keagamaan.
c. Program Rumah Tangga
1) Sholat tahajjud
2) Sholat Dhuha
3) Kursus bahasa Inggris, arab dan Matermatika
4) Mengaji Al-Qur’an dan Iqro
51

d. Kegiatan Mingguan
1) Kajian Al-Qur’an malam Sabtu
2) Kajian Al-Qur’an malam Minggu

4. Status Siswa SMK Khazanah Kebajikan


Status 01 : Yatim piatu
Status 02 : Yatim
Status 03 : Fakir Miskin
Status 04 : Mampu tapi mau sekolah dan beribadah di YKK

5. Data Guru
Jumlah guru keseluruhan : 28 orang
Guru Negeri/PNS : 2 orang
Guru tidak tetap : 26 orang
Staf tata usaha : 2 orang

6. Sarana dan Prasarana Pendidikan


Sarana dan prasarana yang ada di SMK Khazanah kebajikan
diterangkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 6
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Kondisi
Jumlah Luas Rusak Rusak
No. Jenis Ruang Baik
(ruang) (m2) ringan Berat
(ruang)
(ruang) (ruang)
1. Kelas Belajar 3 7x8 √ - -
2. Kelas Belajar 4 7x4 √ - -
3. Lab. Mengetik 1 7x4 - √ -
4 Lab. Komputer 1 7x4 - √ -
5. Ruang Guru 1 4x4 √ - -
6. Kepala Sekolah 1 3x3 √ - -
7. Tata Usaha 1 3x5 √ - -
52

7. Struktur Organisasi SMK Khazanah Kebajikan

YAYASAN PENDIDIKAN
KHAZANAH KEBAJIKAN

MAJELIS DIKBUD KAB


KEPALA
SEKOLAH TANGERANG
SEKOLAH

KEPALA WAKIL KEPALA


UNIT SEKOLAH
PRODUKSI

KABID. KABID KEPALA TATA


KURIKULUM KESISWAAN USAHA

KAPROG.
KEAHLIAN PEMBINA KOOR.HUMAS & PDE
KESISWAAN
1. Sekretaris
2. Akuntansi
3. Tek.
Elektronika KOORDINATOR
Audio Video BIMBINGAN & UR. UR
PENYULUHAN KEAMAN .PERAWATAN
SARANA &
PRASARANA
GURU UMUM
GURU WALI PEMBINA OSIS
NORMATIF KELAS

GURU ADAPTIF
OSIS
UR UR.DATA
.KEUANGAN
GURU
PRODUKTIF

SISWA-SISWI

Gambar 2. Struktur Organisasi SMK Khazanah Kebajikan


53

8. Dewan Pengurus
Dewan Pengurus SMK Khazanah Kebajikan

YAYASAN PENDIDIKAN KHAZANAH KEBAJIKAN

Ketua : Drs. H. Nadjamuddin Sidiq


Sekretaris : H. Muh. Fathoni Ashari, S.Ag.
Bendahara : Hj. Ida Yupina Iskandar

SMK KHAZANAH KEBAJIKAN

Kepala Sekolah : H. Moh. Abdul Basyir, S.Ag.


Ka. Bid. Kurikulum : Tri Haryanto, SE
Ka. Tata Usaha : Muhammad Sediawan
Ka. Program Admistrasi Perkantoran : Dra. Sunani
Ka. Program Akuntansi : Suharyanto, SE
Ka. Program Tek.Elektronika : Ahmad Royani, ST.
Ka. Bid. Kesiswaan : Tri Haryanto, SE
* Pembina Kesiswaan : H. Asep Toyib Bachtiar, SE
* Pembina OSIS : Tri Haryanto, SE
Koordinator Humas & PDE : Muhammad Sediawan
* UR Sarana & Prasarana Umum : Dedi Hariyadi
* UR.Keamanan : Junaedi Abidin
Urusan Keuangan : Ahmad Royani, ST
Urusan Data : Junaedi Abidin
Urusan Piket Guru : Drs. Widjianto
Yuliana, S.Ag.

B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan


Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru
agama di SMK Khazanah Kebajikan tentang pelaksanaan pendidikan agama
Islam, dapat diketahui bahwa perencanaan yang dilakukan sebelum mengajar
54

adalah dengan membuat silabus yang mengacu pada Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
disusun dengan mengacu pada Permendiknas (Peraturan Mentri Pendidikan
Nasional) No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, No. 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan, dan No 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan
Permendiknas Nomor 22 dan 23.
Kurikulum ini menjadi acuan dan pedoman bagi para guru pelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam merencanakan, melaksanakan, dan
melakukan penilaian di SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir
Pamulang Tangerang-Banten.
Selain itu, hal yang juga berpengaruh pada pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam adalah mengenai alokasi waktu dalam proses pembelajaran, di
sekolah ini, yang mana.porsi pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya 2 jam
pelajaran dengan rasionalisasi 40 menit setiap 1 jam pelajaran. Sedangkan
dalam prosesnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini

PEMANASAN APERSEPSI 5%

EKSPLORASI 25 %

KONSOLIDASI PEMBELAJARAN 30 %

PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU 10 %

PENILAIAN FORMATIF 10 %

Gambar 3. Proses Pelaksanaan PAI di SMK Khazanah Kebajikan

Mengingat pembelajaran agama yang diberikan kurang lebih 2-3 jam


itu masih kurang, maka pihak sekolah mengadakan program intensif agama
yang disebut “Fiqh”. Program ini mengkaji ayat-ayat suci al-Qur'an, aqidah,
55

akhlak, dan masail fiqhiyyah, yang diadakan setiap hari setelah shalat
maghrib, yang dibimbing oleh Pembina asrama dengan memadukan program
sekolah dan program Yayasan karena SMK Khazanah Kebajikan berada di
bawah naungan Yayasan Khazanah Kebajikan.
Selain itu, materi yang diberikan dalam pelajaran Pendidikan Agama
Islam adalah meliputi beberapa aspek, yaitu aspek keimanan, ibadah, Al-
Qur’an dan akhlak. Buku yang dipakai adalah Pelajaran Pendidikan Agama
Islam. dan dalam pelaksanaannyapun dapat dikatakan tercapai, walaupun
masih banyak kekurangan dalam hal kuantitas materi, karena pihak sekolah
harus menyesuaikan materi dengan alokasi waktu yang hanya 2 jam
pelajaran.
Mengenai media pengajaran yang digunakan dalam mata pelajaran
pendidikan Agama Islam itu disesuaikan oleh materi yang akan dibahas pada
saat itu, apabila materi yang akan disampaikan sangat membutuhkan media
guna mempermudah anak didik dalam menyerap materi, maka seorang guru
harus menggunakan media pengajaran yang sesuai dengan materi, dan kalau
para siswa mengalami kejenuhan, maka diganti dengan permainan.
Sedangkan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi
pelajaran Pendidikan agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan sangat
bervariasi, tergantung dari materi yang akan disampaikan dan juga alokasi
waktu, selain itu harus adanya kesesuaian antara materi dan metode yang
akan digunakan, jangan sampai terjadi tumpang tindih antara materi yang
akan disampaikan dengan metode yang akan digunakan dalam penyampaian
materi tersebut. Adapun metode yang sering dipakai adalah metode ceramah,
metode diskusi (tanya jawab), metode pemberian tugas secara individu
maupun kelompok, metode latihan. Metode tersebut sangat efektif digunakan
karena sebagian besar siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan.
Adapun pelaksanaan evaluasi untuk mengukur keberhasilan dalam
proses pembelajaran adalah dengan:
1. Ujian lisan setiap satu bab dari materi yang telah disampaikan.
2. Ujian tulis setiap dua sampai tiga bab selesai disampaikan
56

3. Ujian harian tiap satu sub tema


4. Hapalan ayat al-Qur'an
Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan bertujuan
untuk mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia, yaitu manusia yang
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), serta menjaga
harmoni secara personal dan sosial.

C. Deskripsi Data
Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada Responden.
Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan Skoring yaitu memberikan nilai
pada setiap jawaban angket. Skoring yang dipergunakan di dalam penelitian
ini yaitu dengan menggunakan skor kumulatif, setelah diberikan skor
kemudian penulis mengolah data tersebut dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang dilengkapi prosentase dengan menggunakan rumus:

P = F x 100 %
N

Hasil angket yang telah dijumlahkan kemudian dimasukkan ke dalam


tabulasi, yang merupakan proses data-data instrument pengumpulan data
menjadi tabel-tabel angka dalam perosentase yang dapat dilihat pada tabel-
tabel berikut ini:
1. Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam

Tabel 7
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Kesulitan Belajar Agama
No Pertanyaan dan Alternativ Jawaban F %
Kesulitan dalam pelajaran Agama
A. Membaca al-Qur’an 1 8%
1 B. Tajwid 8 6,4 %
C. Menghafal ayat al-Qur’an 116 92.8 %
D. Menghapal doa wudlu 0 0%
Jumlah 125 100 %
57

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang kesulitan menghapal
ayat al-Qur’an sebanyak 116 siswa yang berada pada prosentase 92,8 % dan
kesulitan belajar tajwid sebanyak 8 Siswa berada pada 6,4 %. Jadi lebih banyak
Siswa yang kesulitan menghapal ayat al-Qur’an karena frekuensinya berada pada
urutan paling tinggi pertama dan kesulitan memahami tajwid berada pada urutan
kedua.

Tabel 8
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Kegiatan Yang Dilakukan Siswa Setelah Mendapakan
Pelajaran Agama
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Yang siswa lakukan setelah mendapatkan pelajaran
Agama Islam
A. Mengulangnya kembali 0 0%
B. Melaksanakan hal-hal yang ada didalam materi
2
Pendidikan Agama Islam 5 8%
C. Mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari 119 95,2 %
D. Mengingatnya tanpa mewujudkan dalam kegiatan
sehari-hari 1 4%
Jumlah 125 100 %

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa yang langsung
mengimplementasikan pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari dengan
frekuensi sebanyak 119 Siswa (95,2%), dan melaksanakan materi yang ada di
dalam pendidikan agama sebanyak 5 siswa yaitu 4 %, yang hanya mengulang
saja sebanyak 8 %.

Tabel 9
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Kegunaan Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Kegunaan Pendidikan Agama Islam bagi siswa
A. Negara 6 4,8 %
3 B. Keluarga 11 8,8 %
C. Masyarakat 6 4,8 %
D. Diri sendiri 102 81,6 %
Jumlah 125 100 %
58

Dari tabel di atas, lebih banyak siswa yang berpendapat pendidikan agama
Islam bermanfaat untuk diri sendiri sebanyak 102 Siswa dengan prosentase
81,6%, dibandingkan dengan yang memilih berguna untuk keluarga (11 orang)
siswa (8,8 %) sedangkan berguna untuk Negara dan masyarakat 6 orang
prosentase masing-masing 4,8 %.

Tabel 10
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Siswa Berdoa Ketika Beraktivitas

No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %


Berdoa ketika beraktivitas
A. Belajar 57 45,6 %
4 B. Makan 2 1,6 %
C. Bangun tidur 9 7,2 %
D. Sebelum tidur 57 45,6 %
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan tabel di atas, di ketahui bahwa kebanyakan siswa berdoa


ketika belajar dan sebelum tidur. Siswa yang memilih berdoa ketika belajar dan
sebelum tidur sebanyak masing-masing 57 orang dengan prosentase yang sama
45,6 %, berdoa ketika makan sebanyak 2 orang prosentasenya 1,6 %, berdoa
ketika bangun dari tidur 9 Siswa prosentasenya 7,2 %.

Tabel 11
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Perbuatan Siswa Sebelum Melakukan Suatu Pekerjaan

No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %


Yang dilakukan Siswa sebelum melakukan suatu
pekerjaan
A. Niat 94 75,2 %
5
B. Berdoa 13 10,4 %
C. Membaca bismillah 12 9,6 %
D. Membaca doa yang saya bias 6 4,8 %
Jumlah 125 100 %

Dengan melihat tabel di atas, kebanyakan siswa yang senantiasa niat saja
ketika akan melakukan suatu pekerjaan sebanyak 94 Siswa dengan prosentase
75,2 %, 13 Siswa selalu berdoa dengan prosenatse 10,4 %, 12 Siswa yang hanya
59

membaca basmallah saja sebanyak 12 orang dengan prosentase 9,6 % dan 6 Siswa
membaca doa yang ia bisa dengan prosentase 4,8 %. Tabel ini menunjukkan
bahwa Siswa yang cukup dengan niat saja lebih tinggi dari pada membaca doa.

Tabel 12
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Cara Siswa Menghormati Orang Yang Lebih Tua
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Cara Siswa menghormati orang yang lebih tua
A. Bahasa yang santun 88 70,4 %
6 B. Berbicara lembut 36 28,8 %
C. Berbicara lantang 1 8%
D. Suara yang tinggi 0 0%
Jumlah 125 100 %

Dari tabel di atas, diketahui bahwa dalam cara siswa menghormati orang
yang lebih tua, para siswa yang menjawab berbicara dengan bahasa yang santun
sebanyak 88 Siswa (70,4%), yang menjawab dengan berbicara lembut sebanyak
35 siswa (28,8%), yang menjawab dengan berbicara lantang sebanyak 1 siswa
(8%).

Tabel 13
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Perbuatan Siswa Setelah Mendapatkan Pelajaran Agama Islam
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Yang dilakukan siswa setelah mendapatkan Pelajaran
Agama Islam
A. Belajar lebih giat 13 10,4 %
7
B. Melakukan hal yang baik 99 79,2 %
C. Bersikap baik 6 4,8 %
D. Berpenampilan baik 7 5,6 %
Jumlah 125 100 %

Dari tabel di atas, diketahui bahwa setelah mendapatkan pelajaran agama


Islam siswa lebih cenderung melakukan hal-hal yang terpuji sebanyak 99 siswa
dengan prosentase 79,2%, siswa yang terus belajar lebih rajin sebanyak 13 orang
jumlah prosentasenya 10,4%, selalu bersikap baik 6 siswa dengan prosentase 4,8
%, dan berpenampilan baik 7 orang 5,6 %.
60

Tabel 14
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Sikap Siswa Terhadap Teman
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa terhadap teman yang tidak menyenangkan
A. Berusaha untuk tidak sakit hati 103 82,4%
B. Berusaha untuk menyenangkan 12 9,6%
8
C. Berusaha untuk menghargai 4 3,2%
D. Berusaha untuk menerimanya 6 4,8%
Jumlah 125 100 %

Melihat tabel di atas, sikap siswa terhadap teman yang tidak


menyenangkan dan berusaha untuk tidak sakit hati 103 siswa dengan prosentase
82,4%, berusaha menyenangkannya 12 orang dengan prosentase 9,6%, 4 orang,
yang berusaha menghargai prosentasenya 3,2%, dan yang berusaha menerima saja
6 orang dengan prosentase 4,8%. Dari tabel tersebut Siswa sangat menjaga arti
dari sebuah teman walaupun seorang teman ada yang tidak menyenangkan
baginya.

Tabel 15
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Siswa Berdzikir Dalam Satu Minggu
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Siswa berdzikir Dalam satu minggu
A. Waktu 119 95,2 %
9 B. Jam 5 4,0 %
C. Setiap hari 1 8%
D. Bedzikir ketika mengingatnya saja 0 0%
Jumlah 125 100 %

Dari tabel di atas diketahui bahwa siswa senantiasa berzikir disetiap waktu
sebanyak 119 orang dengan prosentase 95,2%, mengingatnya setiap jam hanya 5
orang (4,0%), berzikir setiap hari 1 orang (8%) dan berzikir ketika mengingatnya
saja 0%.
61

Tabel 16
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Materi Yang Disenangi Siswa

No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %


Yang disenangi Siswa ketika belajar pendidikan agama
A. Materi akhlaknya 109 87,2 %
10 B. Materi wudlunya 4 3,2 %
C. Materi zakatnya 0 0%
D. Materi jaul belinya 12 9,6 %
Jumlah 125 100 %

Dari tabel di atas, diketahui bahwa materi yang sangat disukai siswa
adalah materi akhlak, siswa yang memilih materi tersebut sebanyak 109 (87,2 %),
yang menyukai materi wudlu 4 siswa (3,2 %), yang menyukai materi jual beli 12
orang (9,6 %) sedangkan materi zakat tidak disukai oleh Siswa.

Tabel 17
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Sikap Siswa Terhadap Teman Yang Terkena Musibah

No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %


Sikap siswa terhadap teman yang mendapatkan
kecelakaan
A. Menjenguknya 0 0%
11 B. Mengucapkan “Inna Lillahi wainna ilaihi
rajiun” 3 2,4 %
C. Ikut bela sungkawa 91 72,8 %
D. Tidak berbuat apa-apa 31 24,8 %
Jumlah 125 100 %

Dari pernyataan tabel tersebut, dapat di lihat sikap siswa terhadap teman
yang mendapatkan musibah yaitu langsung mengucapkan Inna Lillahi Wainna
Ilaihi Rajiun 3 orang siswa (2,4 %), yang hanya ikut berbela sungkawa 91 orang
(72,8 %), dan tidak berbuat apa-apa sebanyak 31 orang (24,8 %) pilihan
menjenguknya sama sekali tidak ada yang memilih. Ini membuktikan bahwa
siswa kurang resfek terhadap teman yang terkena musibah karena tidak ada sama
sekali siswa yang memilih menjenguk.
62

Tabel 18
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Sikap Siswa Terhadap Teman Yang melakukan Pencurian
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap siswa ketika melihat ada teman yang mencuri
A.Akan memastikan terlebih dahulu bahwa apakah
teman itu benar-benar mencuri atau tidak 69 55,2 %
12 B. Langsung mengingatkannya bahwa mencuri itu
perbuatan tercela 48 38,4 %
C. Langsung melapor ke guru agar bisa diperbaiki 6 4,8 %
D.Memanggil teman yang lain untuk mengeroyoknya 2 1,6 %
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan tabel di atas, sikap siswa terhadap teman yang melakukan


kejahatan berupa kejahatan pencurian akan memastikan terlebih dahulu apakah
temannya itu benar-benar melakukan pencurian atau tidak sebanyak 69 (55,2 %),
48 Siswa yang langsung mengingatkannya ketika melihat temannya melakukan
pencurian (38,4 %), yang langsung melaporkannya ke guru agar bisa langsung
diperbaiki sebanyak 6 orang (4,8 %), dan ada yang langsung mengeroyoknya
sebanyak 2 orang (1,6 %).

Tabel 19
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Kebiasaan Siswa Setelah Shalat Subuh
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Yang biasa Siswa lakukan setelah shalat subuh
A. Membaca al-Quran 41 32,8 %
13 B. Mengulang pelajaran 26 20,8 %
C. Mandi dan mencuci 20 16,0 %
D. Tidur karena masih ngantuk 38 30,4 %
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan tabel tersebut, kebiasaan siswa setelah shalat subuh ada yang
membaca al-Qur’an 41 orang (32,8%), yang mengulangi pelajaran 26 siswa
(20,8%), yang mandi dan mencuci 20 Siswa (16,0%), ada yang tidur karena
merasa masih ngantuk 38 Siswa (30,4%). Data ini membuktikan bahwa lebih
banyak Siswa yang membaca al-Qur’an ketimbang mengulangi pelajaran, mandi
dan mencuci serta tidur lagi.
63

Tabel 20
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Sikap Siswa Ketika Dinasehati Orang Tua
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa ketika dinasehati orang tua
A. Mendengarkan dan interospeksi diri 98 78,4 %
14 B. Menyadari bahwa perbuatan saya salah 21 16,8 %
C. Tidak menanggapi nasehatnya 1 0,8 %
D. Meninggalkannya 5 4%
Jumlah 125 100 %

Data dari tabel di atas, menyatakan bahwa 98 orang (78,4 %) yang


senantiasa mendengarkan dan introspeksi diri apabila dinasehati kedua orang
tuanya, 21 Siswa (16,8 %) yang menyadari bahwa perbuatannya salah sehingga
dinasehati orang tuanya, 1 orang (0,8 %) yang tidak peduli dengan nasehat orang
tua, 5 orang siswa yang meninggalkannya orang tuanya ketika menasehati dirinya
(4%). Keterangan ini menunjukkan bahwa Siswa yang berbakti terhadap orang tua
lebih banyak dari pada yang tidak menanggapi nasehat orang tua.

Tabel 21
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Sikap Siswa Terhadap Teman Yang Membuang Sampah Sembarangan
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa ketika melihat teman membuang sampah
sembarangan
A. Menegurnya untuk membuang sampah pada
tempat yang sudah disediakan 85 68,0%
15 B. Mengarahkan orang tersebut agar membuang
sampah ke tempat yang sudah disediakan 23 18,4%
C. Mengambil sampahnya dan membuang ketempat
sampah 7 5,6 %
D. Membiarkannya 10 8,0 %
Jumlah 125 100 %

Melihat tabel di atas, menunjukkan bahwa sikap Siswa ketika melihat


teman yang membuang sampah sembarangan yang menegurnya sebanyak 85
siswa (68,0%), yang mengarahkan supaya membuang sampah pada tempatnya
sebanyak 23 siswa (18,4%), siswa yang mengambil dan langsung membuang pada
64

tempatnya 7 siswa (5,6%), dan membiarkannya 10 orang (8,0%). Data ini


membuktikan bahwa Siswa sangat peduli terhadap kebersihan lingkungan.

Tabel 22
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Kebiasaan Siswa Ketika Memasuki Kelas
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Kebiasaan Siswa ketika masuk kelas
A. Mengucapkan Assalamualaikum 106 84,8 %
16 B. Mengucapkan selamat pagi 7 5,6 %
C. Bersalaman 2 1,6 %
D. Nyelonong aja 10 8%
Jumlah 125 100 %

Diketahui bahwa kebiasaan siswa ketika memasuki kelas yaitu


mengucapkan salam 106 Siswa (84,8 %), yang mengucapkan selamat pagi 7 orang
(5,6 %), yang senantiasa bersalaman 2 orang (1,6 %), yang asal masuk saja
(nyelonong tanpa mengucapkan apa-apa) 10 orang (8 %). Ini membuktikan bahwa
Siswa sangat taat dan berakhlak baik karena jawaban siswa lebih banyak
mengucapkan salam.

Tabel 23
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Sikap Siswa Terhadap Teman Yang Membicarakan Orang Lain
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa ketika ada teman yang
membicarakan orang lain
A. Menegurnya karena tidak baik 64 51,2 %
17
B. Mendengarkannya 9 7,2 %
C. Mendengarkan tapi tidak menanggapinya 46 36,8 %
D. Ikut membicarakan orang lain 6 4,8 %
Jumlah 125 100 %

Dari tabel di atas, sikap siswa terhadap teman yang suka membicarakan
orang lain yaitu yang menjawab akan menegurnya karena hal itu tidak baik 64
siswa (51,2%), yang mendengarkan saja sebanyak 9 siswa (7,2%), yang
menjawab mendengarkan tapi tidak menanggapinya sebanyak 46 siswa (36,8%),
yang menjawab akan ikut membicarakan orang lain sebanyak 6 siswa (4,8 %).
65

Tabel 24
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Sikap Siswa Terhadap Penjelasan Guru
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa ketika guru sedang menjelaskan pelajaran
A. Memperhatikannya dengan seksama 94 75,2 %
18 B. Mencatat 14 11,2 %
C. SMS-an sama teman 5 4%
D. Ngobrol sama teman disamping 12 9,6 %
Jumlah 125 100 %

Dari table di atas, mengenai sikap siswa terhadap penjelasan yang


disampaikan guru, yang menjawab memperhatikan dengan seksama ada 94
(75,2%), siswa yang menjawab mencatat ada 14 orang (11,2 %), 5 orang (4 %)
yang menjawab SMS-an dengan teman ketika guru sedang menerangkan materi,
12 orang (9,6%) yang menjawab ngobrol sama teman ketika guru sedang
menjelaskan materi. Jadi sebagian siswa benar-benar tekun dan serius dalam
belajar.

Tabel 25
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Sikap Siswa Terhadap Lingkungan
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap siswa ketika melihat tanaman kering dan layu
A. Mengajak teman untuk menyiramnya 34 26,4 %
19 B. Langsung menyiramnya sendiri 46 38,4 %
C. Menunggu perintah dari guru 35 28 %
D. Membiarkannya layu 10 7,2 %
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan tabel tersebut, sikap siswa terhadap lingkungan yang


menjawab langsung menyiramnya sendiri sebanyak 46 siswa (38,4%), yang
menjawab akan menunggu perintah guru sebanyak 35 orang (28%), yang
menjawab akan mengajak teman untuk sama-sama menyiramnya sebanyak 34
orang (26,4%), dan yang menjawab akan membiarkannya layu sebanyak 10 orang
(7,2%). Jadi lebih banyak siswa yang peduli dan peka terhadap lingkungan
sekitarnya.
66

Tabel 26
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Kebiasaan Siswa Dalam Mengikuti Kajian Mingguan
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Kebiasaan siswa ketika mengikuti kajian mingguan
A. Membawa al-Qur’an terjemah 115 92,0 %
20 B. Membawa al-Qur’an tanpa terjemahannya 8 6,4 %
C. Membawa buku catatan 1 0,8 %
D. Membawa Juz Amma 1 0,8 %
Jumlah 125 100 %

Apabila melihat hasil tabel di atas, maka akan diketahui kebiasaan Siswa
ketika mengikuti kajian mingguan. Yang senantiasa membawa al-Qur’an
terjemahan ketika mengikuti kajian mingguan sebanyak 115 Siswa (92,0%),
sebanyak 8 Siswa (6,4%) senantiasa membawa al-Qur’an tanpa terjemahan,
sebanyak 1 Siswa (0,8%) hanya membawa buku catatan tanpa membawa al-Quran
dan 1 Siswa (0,8%) yang membawa Juz amma. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa lebih banyak Siswa yang membawa al-Qur’an dibandingkan yang
membawa buku catatan.

Tabel 27
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Sikap Siswa Ketika Melakukan Kesalahan Terhadap Teman
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa setelah melakukan kesalahan kepada teman
A. Langsung meminta maaf kepadanya 107 85,6 %
21
B. Diam saja 8 6,4 %
C. Gengsi untuk meminta maaf 8 6,4 %
D. Pura-pura tidak punya salah 2 1,6 %
Jumlah 125 100 %

Melihat tabel di atas, sikap siswa setelah melakukan kesalahan kepada


teman yaitu langsung meminta ma’af ada 107 Siswa (85,6%), yang diam saja dan
gengsi untuk meminta ma’af keduanya mendapatkan poin yang sama yaitu
sebanyak 8 Siswa (6,4%), dan yang menjawab pura-pura tidak mempunyai salah 2
orang dengan prosentase 1,6%. Jadi ada 107 Siswa yang langsung meminta ma’af,
ini membuktikan bahwa Siswa selalu menjaga hubungan baik antar sesama.
67

Tabel 28
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Sikap Siswa Setelah Mencontek
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa setelah mencontek
A. Tidak puas karena jawaban bukan hasil sendiri 96 76,8 %
22 B. Tidak puas karena nilai tidak murni 19 15,2 %
C. Puas karena mendapatkan nilai bagus 5 4%
D. Puas karena mendapat nilai tinggi dan tidak ketahuan 5 4%
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan tabel di atas, siswa yang menjawab tidak puas dengan


jawaban hasil mencontek sebanyak 96 siswa (76,8 %), siswa tidak puas karena
nilai tidak murni 19 orang (15,2 %), Siswa yang menjawab puas karena nilainya
bagus dan puas karena mendapatkan nilai tinggi karena tidak ketahuan keduanya
sebanyak 5 siswa prosentasenya sama 4 %. Dari hasil jawaban siswa kebanyakan
siswa tidak puas dengan nilai hasil mencontek. Ini membuktikan bahwa Siswa
senantiasa berperilaku jujur.

Tabel 29
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Kebohongan yang dilakukan Siswa Dalam Satu Minggu
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Banyaknya kebohongan yang dilakukan Siswa dalam
satu minggu
A. Dua kali 55 44,0 %
23
B. Tiga kali 23 18,4 %
C. Empat kali 10 8,0 %
D. Lima kali 37 29,6 %
Jumlah 125 100 %

Dapat dilihat dari tabel di atas, kebohongan siswa dalam satu minggu
yaitu: yang menjawab 2 kali berbohong dalam satu minggu sebanyak 55 Siswa
(44,0% ), yang menjawab 5 kali berbohong dalam satu minggu sebanyak 37 Siswa
(29,6 %), yang menjawab 3 kali berbohong dalam satu minggu sebanyak 23 Siswa
(18,4%), yang menjawab 4 kali berbohong dalam satu minggu sebanyak 10 Siswa
(8,0%). Dapat diketahui dari data tersebut bahwa siswa yang paling sedikit
berbohong dalam satu minggu sebanyak 55 siswa.
68

Tabel 30
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Kegiatan Siswa Setelah Shalat
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Yang dilakukan siswa setelah melaksanakan shalat
A. Berdoa dan wirid 69 55,2 %
24 B. Membaca al-Qur’an 11 8,8 %
C. Berdoa saja 45 36 %
D. Tidak membaca apa-apa 0 0%
Jumlah 125 100 %

Dalam tabel tersebut dijelaskan bahwa yang dilakukan siswa setelah shalat
adalah “berdoa dan wirid” sebanyak 69 siswa (55,2 %), yang berdoa saja
sebanyak 45 orang (36 %), yang membaca al-Qur’an sebanyak 11 Siswa (8,8 %),
dan tidak ada satu siswa pun yang menjawab tidak membaca apa-apa. Jadi seluruh
siswa selalu berdoa dan wirid kemudian membaca al-Qur’an setelah shalat.

Tabel 31
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Kejujuran Ketika Tidak Mengerjakan Tugas
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Yang dilakukan siswa ketika tidak mengerjakan tugas
dari guru
A. Berbohong karena tugasnya belum selesai 43 34,4%
25
B. Berbohong karena tidak bisa mengerjakan tugas 20 16,0%
C. Berbohong karena tidak sempat mengerjakan tugas 40 32,0%
D. Berbohong karena terpaksa 22 17,6%
Jumlah 125 100%

Berdasarkan tabel di atas, bahwa Siswa yang berbohong karena tugasnya


belum selesai sebanyak 43 siswa (34,4%), yang berbohong karena tidak bisa
menjawab soalnya sebanyak 20 siswa (16,0%), yang berbohong karena tidak
sempat mengerjakan tugas sebanyak 40 orang (32,0%), yang berbohong karena
terpaksa sebanyak 22 siswa (17,6 %). Dari jawaban tersebut siswa berbohong
karena tugasnya belum selesai lebih banyak dari pada berbohong karena tidak bisa
mengerjakan tugasnya.
69

Tabel 32
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Yang Dilakukan Siswa Ketika Bertemu Guru
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Yang dilakukan Siswa ketika bertemu guru
A. Memberi salam dan bersalaman 103 82,4 %
26 B. Memberi salam saja 12 9,6 %
C. Tersenyum tanpa mengucapkan apa-apa 9 7,2 %
D. Pura-pura tidak melihatnya 1 8%
Jumlah 125 100 %

Dapat dilihat dari tabel di atas, yang memberi salam dan bersalaman ketika
bertemu guru sebanyak 103 Siswa (82,4 %), yang memberi salam saja sebanyak
12 Siswa (9,6 %), yang hanya tersenyum tanpa mengucapkan apa-apa sebanyak 9
orang Siswa (7,2%), yang pura-pura tidak melihatnya sebanyak 1 Siswa (8 %).
Dari data tersebut siswa yang memberi salam dan menyalami guru lebih banyak
dari pada hanya memberi salam dan tersenyum saja. Ini membuktikan bahwa
sebagian besar siswa (82,4%) senantiasa berbakti dan menghormati guru.

Tabel 33
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Yang Dilakukan Siswa Sebelum Berangkat Sekolah
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Yang dilakukan Siswa sebelum berangkat sekolah
A. Pamitan dan bersalaman kepada orang tua 67 53,6 %
27 B. Bersalaman tanpa meminta izin 9 7,2 %
C. Memeriksa buku-buku pelajaran dan meminta izin 25 20,0 %
D. Sarapan dan langsung pergi 24 19,2 %
Jumlah 125 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa yang menjawab pamitan dan


bersalaman kepada orang tua ketika berangkat sekolah sebanyak 67 (53,6%), yang
menjawab memeriksa buku pelajaran kemudian meminta izin sebanyak 25 orang
(20,0%), yang menjawab sarapan dan langsung pergi sebanyak 24 orang (19,2%),
yang menjawab bersalaman saja tanpa meminta izin sebanyak 9 orang (7,2%).
70

Tabel 34
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Yang Dilakukan Siswa Sebelum Keluar Rumah
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Yang dilakukan siswa sebelum keluar rumah
A. Membaca doa keluar rumah 49 39,2 %
28 B. Membaca Bismillah 46 36,8 %
C. Membaca doa apa saja 5 4,0 %
D. Keluar rumah tanpa membaca doa 25 20,0 %
Jumlah 125 100 %

Dalam tabel yang disajikan di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang
membaca doa ketika hendak keluar rumah sebanyak 49 orang (39,2%), yang
membaca bismillah sebanyak 46 orang (36,8%), yang keluar rumah tanpa
membaca doa sebanyak 25 orang (20,0%), yang membaca doa apa saja sebanyak
5 orang (4,0%). Dari jawaban yang dikemukakan tersebut bahwa siswa SMK
Khazanah Kebajikan sudah terbiasa membaca do’a ketika hendak keluar rumah.

Tabel 35
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Pelanggaran Siswa Dalam Satu Minggu
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Pelanggaran yang dilakukan siswa dalam satu minggu
A. 1 kali 80 64,0 %
29 B. 2 kali 21 16,8 %
C. 3 kali 9 7,2 %
D. 4 kali 15 12,0 %
Jumlah 125 100 %

Tabel di atas menjelaskan bahwa siswa yang menjawab 1 kali melakukan


pelanggaran sebanyak 80 orang 64,0%, yang menjawab 2 kali melakukan
pelanggaran sebanyak 21 orang (16,8%), yang menjawab 3 kali melakukan
pelanggaran sebanyak 9 orang (7,2%), dan yang menjawab 4 kali melakukan
pelanggaran sebanyak 15 orang (12,0%).
Maka siswa yang paling sedikit melakukan pelanggaran sebanyak 101
orang dengan persentase 80,8 %, jadi siswa yang SMK Khazanah Kebajikan
senantiasa taat dan disiplin terhadap peraturan yang ada.
71

Tabel 36
Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
Tentang Sikap Siswa Ketika Melihat Teman Yang Berduka
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa ketika melihat teman yang sedang berduka
A. Memintanya untuk berbagi cerita supaya
perasaannya lebih tenang 99 79,2 %
30
B. Mengajak teman-teman untuk menemaninya 22 17,6 %
C. Mengajaknya belanja ke Ramayana 3 2,4 %
D. Memarahinya karena berduka 1 0,8 %
Jumlah 125 100 %

Tabel di atas menjelaskan bahwa siswa yang meminta temannya yang


berduka untuk menceritakan perasaannya supaya merasakan ketenangan sebanyak
99 orang (79,2%), siswa yang mengajak teman yang lain untuk menemaninya
sebanyak 22 orang (17,6 %), yang mengajaknya berbelanja sebanyak 3 orang (2,4
%) dan siswa yang memarahinya sebanyak 1 orang dengan persentase 0,8 %.
Berdasarkan keterangan tersebut maka, siswa SMK mempunyai kepedulian dan
yang tinggi antara sesame teman.

2. Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa

Tabel 37
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Kejujuran Tentang Perasaan Setelah Shalat Lima Waktu
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Perasaan Siswa setelah mengerjakan shalat lima waktu
A. Lebih tenang 109 87,2 %
31
B. Merasa bebas dari beban 13 10,4 %
C. Tidak berpengaruh apa-apa 3 2,4 %
D. Tetap gundah/gelisah 0 0%
Jumlah 125 100 %

Kejujuran Siswa dapat dilihat dari alternatif jawaban yang dipilih yaitu
yang menjawab perasaannya lebih tenang setelah shalat lima waktu 109 siswa
(87,2 %), yang merasa terbebas dari beban setelah shalat lima waktu 13 siswa
(10,4 %), yang tidak berpengaruh apa-apa setelah shalat lima waktu sebanyak 3
orang (2,4%) dan tetap gundah dan gelisah setelah shalat lima waktu 0%.
72

Tabel 38
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Kejujuran tentang Menyakiti teman Dengan Perkataan Buruk
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Siswa yang menyakiti teman dengan perkataan buruk
dalam satu minggu
A. 4 kali 35 28,0 %
32
B. 3 kali 34 27,2 %
C. 2 kali 22 17,6 %
D. Tidak pernah 34 27,2 %
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa sebagian besar siswa


menjawab 4 kali menyakiti teman dengan perkataan buruk sebanyak 35 siswa
(28,0 %), yang menjawab 3 kali menyakiti teman dengan perkataan buruk
sebanyak 34 siswa (27,2 %), yang menjawab 2 kali menyakiti teman dengan
perkataan buruk sebanyak 22 Siswa (17,6 %) dan yang menjawab tidak pernah
menyakiti teman dengan perkataan buruk sebanyak 34 Siswa (27,2 %). Dari
jawaban tersebut tingkat kejujuran dan keberanian siswa sangat tinggi.

Tabel 39
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Kejujuran tentang Terlambat Shalat Subuh Dalam Satu Minggu
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Siswa yang terlambat melaksanakan shalat subuh
dalam satu minggu
A. 5 kali 12 9,6 %
33
B. 4 kali 12 9,6 %
C. 3 kali 21 16,8 %
D. 2 kali 80 64,0 %
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan Tabel di atas, tingkat kejujuran siswa sangat baik terbukti dari
hasil jawaban siswa yaitu: yang terlambat melaksanakan shalat subuh dalam satu
minggu sebanyak 5 kali sebanyak 12 Siswa (9,6 %), terlambat 4 kali dalam satu
minggu sebanyak 12 Siswa (9,6 %), yang terlambat 3 kali dalam satu minggu
sebanyak 21 Siswa (16,8 %) dan yang terlambat 2 kali dalam satu minggu
sebanyak 80 Siswa (64,0 %). Jadi lebih banyak siswa yang mengaku suka
terlambat shalat subuh dalam satu minggu.
73

Tabel 40
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Berbakti Kepada Allah SWT
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Siswa yang melaksanakan shalat berjamaah dalam
sehari 67
53,6 %
34 A. 5 kali 33
26,4 %
B. 4 kali 22
17,6 %
C. 3 kali 3
2,4 %
D. 2 kali
Jumlah 125 100 %

Melihat tabel di atas, Siswa yang memilih jawaban 5 kali shalat berjamaah
sebanyak 67 Siswa (53,6 %), Siswa yang memilih jawaban 4 kali shalat
berjamaah sebanyak 33 Siswa (26,4 %), Siswa yang memilih jawaban 3 kali
shalat berjamaah sebanyak 22 Siswa (17,6 %), Siswa yang memilih jawaban 2
kali shalat berjamaah sebanyak 3 Siswa (2,4 %). Dari hasil pilihan Siswa yang
lebih banyak memilih 5 kali shalat berjamaah membuktikan bahwa seluruh Siswa
senantiasa melaksanakan shalat berjamaah lima waktu. Hal ini Siswa berbakti dan
taat terhadap perintah Allah SWT.

Tabel 41
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Berbakti Dalam Melaksanakan Perintah Allah SWT
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Alasan Siswa melaksanakan shalat berjamaah
A. Perintah Allah SWT 70 56,0 %
35 B. Perintah orang tua 41 32,8 %
C. Tugas dari guru agama 6 4,8 %
D. Karena teman 8 6,4 %
Jumlah 125 100 %

Apabila melihat jawaban siswa di atas, bahwa lebih banyak siswa yang
melaksanakan shalat karena itu merupakan kewajiban dan perintah Allah SWT
yang tidak boleh sama sekali ditinggalkan memiliki frosentase paling tinggi
dibandingkan dengan jawaban alternative yang lain.
74

Tabel 42
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Berbakti Tentang Perbuatan Yang Dilakukan Ketika
Mendengarkan Adzan
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Yang dilakukan Siswa ketika mendengar adzan
A. Segera berwudlu dan pergi shalat berjamaah 110 88,0 %
36 B. Mendengarkan dan tetap beraktivitas 13 10,4 %
C. Pura-pura tidak mendengar 0 0%
D. Asyik ngobrol sama teman 2 1,6 %
Jumlah 125 100 %

Tabel di atas, menerangkan bahwa siswa yang memilih jawaban segera


berwudlu dan shalat berjamaah ketika mendengar adzan lebih tinggi yaitu
sebanyak 110 siswa dengan frosentase 88,0 % dibandingkan dengan hasil jawaban
yang lain. Ini membuktikan bahwa siswa memiliki tingkat ketaatan yang tinggi
terhadap Allah SWT.

Tabel 43
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Berbakti Tentang Sikap Siswa
Terhadap Teman Yang Melalaikan Shalat
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa terhadap orang yang melalaikan shalat
A. Mengingatkannya untuk shalat 115 92,0 %
37 B. Memarahinya karena telah melalaikan shalat 8 6,4 %
C. Menakut-nakutinya dengan berbagai dosa 2 1,6 %
D. Pura-pura tidak tahu 0 0%
Jumlah 125 100 %

Apabila melihat tabel di atas, banyak siswa yang memilih mengingatkan


seseorang untuk segera menunaikan shalat lebih tinggi daripada yang memilih
jawaban alternativ lain karena siswa senantiasa taat dalam melaksanakan perintah
Allah SWT.
75

Tabel 44
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Ikhlas Dalam Memberikan Bantuan Kepada Pengemis
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa ketika ada pengemis yang kelaparan
A. Memberikan makanan seadanya 47 37,6 %
38
B. Memberikannya uang 30 24,0 %
C. Menyuruhnya pergi 14 11,2 %
D. Pura-pura tidak melihatnya 34 27,2 %
Jumlah 125 100 %

Dari hasil Alternative jawaban siswa dalam tabel di atas, menerangkan


bahwa jumlah siswa yang memberikan makanan seadanya ketika ada pengemis
yang kelaparan lebih banyak yaitu 47 siswa (37,6 %). Maka berdasarkan data
tersebut siswa senantiasa peduli dan membantu orang yang dalam kesulitan.

Tabel 45
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Ikhlas Siswa Dalam Memberikan Sumbangan
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Perasaan Siswa ketika memberikan sumbangan
A. Ridho 87 69,6 %
39 B. Ikhlas 26 20,8 %
C. Ingin di nilai dermawan 10 8,0 %
D. Ingin dilihat orang 2 1,6 %
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan tabel tersebut, Siswa yang menjawab ridho ketika


memberikan sumbangan sebanyak 87 orang (69,6 %), yang menjawab ikhlas
ketika memberikan sumbangan sebanyak 26 orang (20,8 %), yang menjawab
ingin di nilai dermawan ketika memberikan sumbangan sebanyak 10 orang (8,0
%), siswa yang menjawab ingin dilihat orang lain ketika memberikan sumbangan
sebanyak 2 orang (1,6 %). Dari data tersebut maka siswa SMK Khazanah
Kebajikan senantiasa peduli dan ikhlas dalam memberikan sumbangan.
76

Tabel 46
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Ikhlas Ketika Menolong Guru
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap siswa ketika dipintai pertolongan oleh guru
A. Langsung menolongnya dengan ikhlas 89 71,2 %
40 B. Semangat karena ingin nilai bagus 20 16,0 %
C. Menolongnya karena takut 4 3,2 %
D. Menolongnya tapi tidak ikhlas 12 9,6 %
Jumlah 125 100 %

Melihat tabel di atas, bahwa lebih tinggi siswa yang memilih langsung
segera membantu guru dengan ikhlas ketika dimintai pertolongan oleh gurunya
yaitu sebanyak 89 siswa dengan frosentase 71,2 %, hasil jawaban tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil jawaban yang lain. Hal ini membuktikan bahwa
siswa senantiasa patuh dan hormat terhadap guru.

Tabel 47
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Berani Dalam Kebenaran: Menegur Teman Yang Berkelahi
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa ketika melihat teman yang berkelahi
A. Langsung melerainya 30 24,0 %
41
B. Ikut terlibat berkelahi 9 7,2 %
C. Memberikan dorongan saja 22 17,6 %
D. Melaporkannya kebagian BP 64 51,2 %
Jumlah 125 100 %

Dari tabel tersebut, dapat dijelaskan bahwa sikap siswa ketika melihat
teman yang berkelahi ada yang melaporkannya ke guru BP sebanyak 64 orang
(51,2 %), ada yang langsung melerainya sebanyak 30 orang Siswa (24,0 %), ada
yang memberikan dorongan saja sebanyak 22 orang (17,6 %) dan ada yang
terlibat atau ikut-ikutan berkelahi sebanyak 9 orang (7,2%). Data ini menunjukkan
bahwa siswa kurang berani dalam menegakkan kebenaran. terbukti hanya 30
siswa saja yang menjawab langsung melerainya.
77

Tabel 48
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Berani Dalam Kebenaran tentang
Memperbaiki Teman Yang Melakukan Kecurangan
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap siswa terhadap teman yang melakukan kecurangan
pada waktu ulangan
A. Menegurnya 113 90,4 %
42
B. Menyindirnya 5 4,0 %
C. Membiarkannya 5 4,0 %
D. Ikut mencontek 2 1,6 %
Jumlah 125 100 %

Meninjau tabel yang tertera di atas, bahwa siswa yang berani menegur
teman yang melakukan kecurangan pada waktu ulangan sebanyak 113 orang (90,4
%), siswa yang hanya berani menyindir dan membiarkan saja frekuensinya sama
sebanyak 5 orang dan prosentasenya sama 4,0 %, siswa yang ikut mencontek
sebanyak 2 orang (1,6 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa SMK berani
menegakkan kebenaran terbukti dengan banyaknya siswa yang berani menegur
teman yang mencontek.

Tabel 49
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Berani Dalam kebenaran tentang
Sikap Siswa Terhadap Teman Yang Merokok Di Dalam Kelas
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa terhadap teman yang merokok dikelas
A. Menegurnya 100 80,0 %
43 B. Melaporkan ke guru BP 20 16,0 %
C. Memarahinya 1 0,8 %
D. Meminta bagian 4 3,2 %
Jumlah 125 100 %

Tabel di atas, menjelaskan bahwa sikap Siswa terhadap teman yang


merokok di dalam kelas yaitu ada yang menjawab menegurnya sebanyak 100
Siswa (80,0 %), yang menjawab melaporkannya ke guru BP sebanyak 20 Siswa
(16,0 %), yang menjawab meminta bagian rokok dari temannya sebanyak 4 orang
(3,2 %) dan yang menjawab memarahinya sebanyak 1 orang saja (0,8 %). Maka
78

data tersebut menyatakan siswa SMK Khazanah Kebajikan berani menegakkan


tata tertib yang ada.

Tabel 50
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Qonaah Ketika Mendapatkan Cobaan
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa ketika mendapatkan cobaan atau musibah
A. Sabar dan berdoa 60 88 %
44
B. Introspeksi diri 6 8,8 %
C. Menangis 38 3,2 %
D. Marah-marah 21 16,8 %
Jumlah 125 100 %

Dari tabel di atas, dinyatakan bahwa siswa yang menjawab sabar dan
berdoa ketika mendapatkan cobaan sebanyak 60 orang (88 %), siswa yang
introspeksi diri ketika mendapatkan cobaan sebanyak 6 orang (8,8 %), siswa yang
menangis ketika mendapatkan cobaan sebanyak 38 orang (3,2 %), Siswa yang
marah-marah ketika mendapatkan cobaan sebanyak 21 orang (16,8 %).

Tabel 51
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Kesabaran Ketika Dihina Teman
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa ketika diolok-olok dan dihina teman
A. Sabar 107 85,6 %
45 B. Diam karena tidak mau ribut 5 4%
C. Meninggalkannya 5 4%
D. Memusuhinya karena sakit hati 8 6,4 %
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan tabel di atas, bahwa siswa yang bersabar ketika dihina teman
sebanyak 107 Siswa (85,6 %), siswa yang diam saja karena tidak mau ribut ketika
dihina teman sebanyak 5 orang (4 %), yang lebih baik meninggalkan teman yang
menghina sebanyak 5 orang (4 %), yang memutuskan untuk memusuhinya karena
sakit hati ketika dihina teman sebanyak 8 orang (6,4 %). Jadi dapat disimpulkan
bahwa Siswa SMK Khazanah Kebajikan sangat tinggi tingkat kesabarannya.
79

Tabel 52
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Kesabaran Ketika Menghadapi Teman Yang Meminta Bantuan
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Yang dilakukan Siswa ketika ada teman yang bertanya
tentang pelajaran yang tidak dia mengerti
A. Sabar mengajarinya seperti apa yang sudah saya
46 pahami 52 41,6 %
B. Dengan tegas saya mengajarinya 70 56,0 %
C. Memarahinya karena saya tidak mau mengajarinya 2 1,6 %
D. Memintanya untuk bertanya pada guru pelajarannya 1 8%
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan data tabel di atas, Siswa yang sabar mengajari teman yang
tidak memahami pelajaran sebanyak 52 orang (41,6 %), Siswa dengan tegas
mengajarinya sebanyak 70 orang (56,0 %), Siswa yang memarahinya karena tidak
mau mengajarinya sebanyak 2 orang (1,6 %) dan ada yang memintanya untuk
bertanya saja pada guru pelajarannya sebanyak 1 orang (8 %).

Tabel 53
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Kesabaran Terhadap Siswa Yang Suka Jahil
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap Siswa terhadap teman yang suka berbuat jahil
A. Menegurnya bahwa itu perbuatan yang tidak baik 93 74,4 %
47 B. Diam dan berdoa dalam hati agar dia sadar 1 8%
C. Memukulnya 0 0%
D. Tidak perduli dengan teman yang suka jahil 31 24,8 %
Jumlah 125 100 %

Melihat tabel di atas, dapat dilihat bahwa Siswa yang menegur teman yang
jahil sebanyak 93 orang (74,4 %), Siswa yang menjawab diam dan berdoa dalam
hati sebanyak 1 orang (8 %), Siswa yang menjawab tidak peduli sebanyak 31
orang (24,8%) dan tidak ada yang menjawab akan memukulnya. Ini membuktikan
bahwa siswa mempunyai kesabaran dan keinginan untuk memperbaiki teman.
80

Tabel 54
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Amanah Siswa Ketika Diberi Uang SPP
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Yang dilakukan Siswa ketika diberi uang SPP sekolah
A. Langsung membayarkannya tepat waktu 118 94,4 %
48
B. Mengundur-ngundur pembayaran 0 0%
C. Memakai uangnya untuk jajan sehari-hari 6 4,8 %
D. Memakai uangnya untuk jalan-jalan sama teman 1 8%
Jumlah 125 100 %

Tabel tersebut menyatakan bahwa siswa yang menjawab langsung


membayarkan uang SPP sebanyak 118 siswa (94,4 %), tidak ada yang menjawab
mengundur-ngundur pembayaran uang, siswa yang memakai uangnya untuk jajan
sebanyak 6 orang (4,8 %), siswa yang memakai uangnya untuk jalan-jalan
sebanyak 1 orang (8 %). Jadi lebih banyak siswa yang melaksanakan amanah dari
pada yang tidak melaksanakan amanah.

Tabel 55
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Tekun Tentang Sikap Siswa Ketika Mendapatkan Nilai
Yang Tidak Memuaskan
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap siswa ketika mendapatkan nilai yang tidak
memuaskan
A. Mensyukuri dan menerimanya 99 79,2 %
49
B. Terus belajar dan tidak putus asa 19 15,2 %
C. Menyesalinya karena tidak belajar sungguh-sungguh 1 8%
D. Malas belajar 6 4,8 %
Jumlah 125 100 %

Meninjau tabel yang disajikan di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang
menjawab mensyukuri dan menerima nilai yang ia dapat kan apa adanya sebanyak
99 orang (79,2 %), siswa yang menjawab terus belajar dan tidak putus asa
sebanyak 19 orang (15,2 %), siswa yang menjawab menyesali karena tidak belajar
sebanyak 1 orang dengan prosentase 8 %, siswa yang menjawab malas belajar
sebanyak 6 orang (4,8 %). Dari frekuensi yang ada lebih banyak siswa yang
mensyukuri dan menerimanya walaupun nilainya tidak memuaskan.
81

Tabel 56
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Disiplin Siswa Dalam mengikuti Kajian
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Banyaknya kajian yang diikuti siswa dalam satu minggu
A. 1 kali dalam seminggu 52 41,6 %
50 B. 2 kali dalam seminggu 13 10,4 %
C. 3 kali dalam seminggu 25 20,0 %
D. 4 kali dalam seminggu 35 28,0 %
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang hanya 1 kali
mengikuti kajian dalam satu minggu sebanyak 52 orang (41,6 %), siswa yang
hanya 2 kali mengikuti kajian dalam satu minggu sebanyak 13 orang (10,4 %),
siswa yang hanya 3 kali mengikuti kajian dalam satu minggu sebanyak 25 orang
(20,0 %), siswa yang hanya 4 kali mengikuti kajian dalam satu minggu sebanyak
35 orang (28,0 %). Maka sedikit sekali siswa yang mengikuti kajian secara rutin
dalam satu minggu, sehingga harus ada perhatian yang sangat serius dari para
pembina yayasan terhadap siswa yang tidak mengikuti kajian.

Tabel 57
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Disiplin Tentang Siswa Yang Tidak Izin Masuk Sekolah
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Siswa yang tidak masuk sekolah tanpa izin
A. 1 kali dalam satu minggu 32 25,6 %
51 B. 2 kali dalam satu minggu 23 18,4 %
C. 3 kali dalam satu minggu 14 11,2 %
D. Tidak pernah tidak izin 56 44,8 %
Jumlah 125 100 %

Meninjau tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang tidak masuk
sekolah tanpa izin 1 kali dalam satu minggu sebanyak 32 orang (25,6 %), Siswa
yang tidak masuk sekolah tanpa izin 2 kali dalam satu minggu sebanyak 23 orang
(18,4 %), siswa yang tidak masuk sekolah tanpa izin 3 kali dalam satu minggu
sebanyak 14 orang (11,2 %) dan siswa yang selalu izin ketika tidak masuk sekolah
sebanyak 56 orang (44,8 %).
82

Tabel 58
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Disiplin tentang Terlambat Memasuki Kelas
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Siswa yang terlambat masuk kelas dalam seminggu
A. 1 kali 91 72,8 %
52
B. 2 kali 19 15,2 %
C. 3 kali 11 8,8 %
D. 4 kali 4 3,2 %
Jumlah 125 100 %

Meninjau data tabel di atas, bahwa siswa yang pernah terlambat masuk
kelas 1 kali sebanyak 91 orang (72,8 %), siswa yang pernah terlambat masuk
kelas 2 kali sebanyak 19 orang (15,2 %), siswa yang pernah terlambat masuk
kelas 3 kali sebanyak 11 orang (8,8 %), siswa yang pernah terlambat masuk kelas
4 kali sebanyak 91 orang (3,2 %). Dari penjelasan tersebut dinyatakan bahwa
siswa yang tidak terlambat masuk kelas lebih sedikit dari pada siswa yang
terlambat masuk kelas, hal ini di karenakan taatnya siswa terhadap tata tertib yang
ada.

Tabel 59
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Disiplin Terhadap Tata Tertib Yang Diterapkan Di Sekolah
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Pendapat Siswa tentang disiplin yang diterapkan disekolah
A.Ketat tapi saya menjalankannya dengan baik 46 36,8%
B. Ketat dan saya menjalankannya karena harus
53
dilaksanakan 35 28,0%
C. Berat karena takut poin saya berkurang 32 25,6%
D.Saya tidak peduli dengan poin saya 12 9,6 %
Jumlah 125 100 %

Melihat tabel di atas, dapat dikatakan bahwa siswa yang memilih dan
menganggap disiplin di sekolah ketat tapi tetap menjalankannya dengan baik
sebanyak 46 orang (36,8 %), siswa yang menganggap disiplin di sekolah ketat dan
tetap menjalankannya karena suatu keharusan sebanyak 35 orang (28,0 %), siswa
yang menganggap disiplin di sekolah berat dan tetap menjalankannya karena takut
poinnya berkurang sebanyak 32 orang (25,6 %), siswa yang memilih dan tidak
83

peduli dengan poin yang berkurang sebanyak 12 orang (9,6 %). Dari penjelasan
tersebut dapat dilihat bahwa tingkat ketaatan siswa terhadap disiplin masih tinggi.

Tabel 60
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Tekun Dalam Belajar
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Kebiasaan belajar siswa dalam satu hari satu malam
A. 1 jam dalam satu hari 110 88,0 %
54 B. 2 jam dalam satu hari 11 8,8 %
C. 3 jam dalam satu hari 4 3,2 %
D. 4 jam dalam satu hari 0 0%
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa kebiasaan belajar Siswa


dalam satu hari satu malam yang hanya 1 jam sebanyak 110 orang (88,0 %). Yang
hanya 2 jam dalam satu hari sebanyak 11 orang (8,8 %), Yang hanya 3 jam dalam
satu hari sebanyak 4 orang (3,2 %), sedangkan tidak ada yang belajar 4 jam dalam
satu hari. Ini membuktikan bahwa kebiasaan belajar siswa tidak lebih dari 2 jam
dalam satu hari satu malam, waktu ini sangatlah kurang harus ada peningkatan
waktu dalam belajar.

Tabel 61
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Tekun Dalam Waktu Belajar
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Waktu yang sering siswa gunakan untuk belajar
A. Siang hari setelah keluar sekolah 11 12,5 %
55 B. Setelah shalat subuh 4 12 %
C. Pukul 20.00 sampai 21.00 malam hari 26 56 %
D. Belajar kalau ada tugas saja 84 19,2 %
Jumlah 125 100 %

Dari tabel di atas, siswa yang menjawab belajar siang hari setelah keluar
sekolah sebanyak 11 orang (12,5 %), siswa yang belajar setelah shalat subuh
sebanyak 4 orang (12 %), siswa yang belajar Pukul 20.00 sampai 21.00 malam
hari sebanyak 26 orang (56 %), siswa yang belajar kalau ada tugas saja sebanyak
84

84 orang (19,2 %). Karena banyaknya siswa yang belajar pada waktu ujian dan
ada tugas saja, maka siswa kurang giat dalam meningkatkan kualitas belajarnya.

Tabel 62
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Tekun Dalam Memilih Tempat Belajar
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Tempat yang paling siswa sukai untuk belajar
A.Di dalam kelas 98 78,4 %
56 B.Di dalam kamar 14 11,2 %
C.Di dalam Mesjid 1 8%
D.Di lapangan atau taman 12 9,6 %
Jumlah 125 100 %

Tabel di atas menerangkan bahwa, tempat yang paling disukai siswa untuk
belajar dapat dilihat dari hasil jawabannya. Yang lebih suka belajar di dalam kelas
98 orang (78,4 %), yang lebih suka belajar di dalam kamar 14 orang (11,2 %),
yang lebih suka belajar di dalam mesjid sebanyak 1 orang (8 %), yang lebih suka
belajar di lapangan atau di taman sebanyak 12 orang (9,6 %). Ini membuktikan
bahwa keseriusan belajar siswa hanya ketika didalam kelas atau ketika ada jam
pelajaran saja.

Tabel 63
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Tekun Tentang Posisi Belajar Yang Disukai Siswa
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Posisi belajar yang di sukai siswa
A. Mendengarkan musik 85 68,0 %
57 B. Nonton TV 21 16,8 %
C. Ngemil 7 5,6 %
D. Tiduran di kasur 12 9,6 %
Jumlah 125 100 %

Melihat tabel di atas, posisi yang disukai siswa ketika belajar yaitu belajar
sambil mendengarkan musik sebanyak 85 orang (68,0%), siswa yang memilih
suka belajar sambil nonton TV sebanyak 21 orang (16,8 %), siswa yang memilih
suka belajar sambil ngemil sebanyak 7 orang (5,6 %), siswa yang memilih suka
belajar sambil tiduran di kasur sebanyak 12 orang (9,6 %). Hal tersebut
85

membuktikan bahwa siswa lebih menyukai belajar sambil santai dan tidak
menegangkan.

Tabel 64
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Peduli Tentang Sikap Siswa Terhadap Teman
Yang Tidak Punya Uang Saku
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Sikap siswa ketika ada teman yang kehabisan uang jajan
A. Mengajaknya jajan bersama 109 87,2 %
58 B. Meminjamkan uang kepadanya 13 10,4 %
C. Membaginya makanan 1 8%
D. Masa bodoh 2 1,6 %
Jumlah 125 100 %

Meninjau tabel di atas, bahwa siswa yang menjawab mengajak teman jajan
bersama sebanyak 109 Siswa (87,2 %), siswa yang menjawab meminjamkan uang
kepada teman yang kehabisan uang sebanyak 13 siswa (10,4 %), siswa yang
menjawab akan membaginya makanan sebanyak 1 siswa dengan prosentase 8 %,
siswa yang menjawab masa bodoh sebanyak 2 siswa dengan prosentase 1,6 %.
Hal ini membuktikan tingkat kepedulian, kesetia kawanan sangat tinggi.

Tabel 65
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Amanah Yang Sering Dilalaikan
No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %
Amanah yang sering dilalaikan siswa
A. Orang tua 17 13,6 %
59 B. Guru 6 4,8 %
C. Kakak 3 2,4 %
D. Teman sekelas 99 79,2 %
Jumlah 125 100 %

Berdasarkan tabel tersebut, siswa yang menjawab sering melalaikan


amanah orang tua sebanyak 17 orang, yang menjawab sering melalaikan amanah
guru sebanyak 6 orang, yang menjawab sering melalaikan amanah saudara
(kakak) sebanyak 3 orang dan yang menjawab sering melalaikan amanah teman
86

sekelas sebanyak 99 orang (79,2 %). Hal tersebut membuktikan bahwa


pemahaman tentang menjaga amanah terhadap siapapun masih kurang.

Tabel 66
Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah
Dimensi Peduli Tentang Banyaknya Siswa Mengajak Jajan Teman

No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F %


Siswa yang mengajak jajan temannya ke
Kantin dalam satu minggu
A. 1 kali 0 0%
60
B. 2 kali 39 31,2 %
C. 3 kali 70 56,0 %
D. 4 kali 16 12,8 %
Jumlah 125 100 %

Tabel tersebut menerangkan bahwa tidak ada satu pun siswa yang
menjawab mengajak teman ke kantin 1 kali dalam satu minggu, yang menjawab 2
kali mengajak teman ke kantin sebanyak 39 siswa (31,2 %), yang mengajak teman
3 kali ke kantin sebanyak 70 siswa (56,0 %), siswa yang mengajak teman ke
kantin sebanyak 4 kali 16 siswa (12,8 %). Dari katerangan ini, maka lebih banyak
siswa yang mengajak jajan sebanyak 3 kali. Ini menunjukkan bahwa siswa
mempunyai kepedulian yang sangat tinggi terhadap teman.

D. Uji Hipotesis
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yang didalamnya
terdapat dua variabel yang diteliti. Variabel tersebut adalah Pendidikan
Agama Islam (variabel X) sebagai variabel bebas dan pembiasaan akhlak
karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir (variabel Y)
sebagai variabel terikat.
Untuk mendapatkan koefisien korelasi maka terlebih dahulu dilakukan
coding terhadap jawaban responden (Variabel X dan Y). Coding dihitung
setelah kuantifikasi data dilakukan. Adapun langkah-langkahnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
87

Tabel 67
Uji Korelasi Antara Variabel X (Pendidikan Agama Islam)
dan Variabel Y (Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa)
Jumlah
X Y XY X2 Y2
Siswa
1 60 88 5280 3600 7744
2 79 91 7189 6241 8281
3 66 88 5808 4356 7744
4 83 100 8300 6889 10000
5 80 103 8240 6400 10609
6 78 85 6630 6084 7225
7 78 89 6942 6084 7921
8 85 71 6035 7225 5041
9 89 75 6675 7921 5625
10 67 89 5963 4489 7921
11 83 93 7719 6889 8649
12 79 100 7900 6241 10000
13 65 83 5395 4225 6889
14 74 94 6956 5476 8836
15 88 102 8976 7744 10404
16 80 99 7920 6400 9801
17 84 96 8064 7056 9216
18 84 104 8736 7056 10816
19 71 95 6745 5041 9025
20 80 97 7760 6400 9409
21 69 71 4899 4761 5041
22 77 92 7084 5929 8464
23 80 87 6960 6400 7569
24 84 96 8064 7056 9216
25 89 96 8544 7921 9216
26 85 102 8670 7225 10404
27 81 82 6642 6561 6724
28 88 94 8272 7744 8836
29 85 92 7820 7225 8464
30 90 76 6840 8100 5776
31 87 92 8004 7569 8464
32 70 78 5460 4900 6084
33 77 88 6776 5929 7744
34 86 95 8170 7396 9025
35 83 87 7221 6889 7569
36 73 85 6205 5329 7225
37 83 91 7553 6889 8281
38 78 85 6630 6084 7225
39 77 97 7469 5929 9409
40 79 95 7505 6241 9025
41 76 95 7220 5776 9025
42 99 95 9405 9801 9025
43 78 103 8034 6084 10609
88

44 63 100 6300 3969 10000


45 83 99 8217 6889 9801
46 76 92 6992 5776 8464
47 76 101 7676 5776 10201
48 81 98 7938 6561 9604
49 78 94 7332 6084 8836
50 62 100 6200 3844 10000
51 79 97 7663 6241 9409
52 82 97 7954 6724 9409
53 65 93 6045 4225 8649
54 81 90 7290 6561 8100
55 89 107 9523 7921 11449
56 79 99 7821 6241 9801
57 64 77 4928 4096 5929
58 84 101 8484 7056 10201
59 58 66 3828 3364 4356
60 55 80 4400 3025 6400
61 85 99 8415 7225 9801
62 87 100 8700 7569 10000
63 74 95 7030 5476 9025
64 87 99 8613 7569 9801
65 90 96 8640 8100 9216
66 75 89 6675 5625 7921
67 83 87 7221 6889 7569
68 88 92 8096 7744 8464
69 80 101 8080 6400 10201
70 75 88 6600 5625 7744
71 69 76 5244 4761 5776
72 65 76 4940 4225 5776
73 84 100 8400 7056 10000
74 89 98 8722 7921 9604
75 95 98 9310 9025 9604
76 83 94 7802 6889 8836
77 87 97 8439 7569 9409
78 86 100 8600 7396 10000
79 80 94 7520 6400 8836
80 77 102 7854 5929 10404
81 80 90 7200 6400 8100
82 78 99 7722 6084 9801
83 83 102 8466 6889 10404
84 71 68 4828 5041 4624
85 82 93 7626 6724 8649
86 99 96 9504 9801 9216
87 99 96 9504 9801 9216
88 78 99 7722 6084 9801
89 80 79 6320 6400 6241
90 75 101 7575 5625 10201
91 89 102 9078 7921 10404
92 74 100 7400 5476 10000
89

93 94 107 10058 8836 11449


94 88 111 9768 7744 12321
95 86 98 8428 7396 9604
96 90 94 8460 8100 8836
97 82 101 8282 6724 10201
98 75 83 6225 5625 6889
99 79 87 6873 6241 7569
100 56 73 4088 3136 5329
101 85 97 8245 7225 9409
102 88 94 8272 7744 8836
103 68 92 6256 4624 8464
104 83 97 8051 6889 9409
105 78 80 6240 6084 6400
106 85 100 8500 7225 10000
107 83 101 8383 6889 10201
108 82 96 7872 6724 9216
109 85 96 8160 7225 9216
110 92 87 8004 8464 7569
111 82 86 7052 6724 7396
112 85 101 8585 7225 10201
113 77 93 7161 5929 8649
114 67 75 5025 4489 5625
115 85 66 5610 7225 4356
116 70 95 6650 4900 9025
117 71 92 6532 5041 8464
118 82 87 7134 6724 7569
119 68 89 6052 4624 7921
120 76 88 6688 5776 7744
121 75 90 6750 5625 8100
122 75 77 5775 5625 5929
123 70 89 6230 4900 7921
124 76 95 7220 5776 9025
125 89 88 7832 7921 7744
∑X ∑Y ∑XY ∑X2 ∑Y2
Jumlah
9936 11518 919578 798946 1071416

N . XY   X . Y 
xy 
N . X   X  .N . Y   X  
2 2 2

125 . 919578  9936 


. 11518 

125 .798946  993 6  .125 . 1071416
2
 1151 8 
2

114947250  114442848

99868250  98724096.133927000  132664324
90

504402

1144154 . 1262676

504402

1.4446957961

504402

1201954 . 98922

 0,41965  sedang / cukup

 0,42.....

Dengan analisis di atas, rxy menunjukkan bahwa Pendidikan Agama


Islam sangat berpengaruh terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa dalam
kehidupan sehari-hari meskipun hasil dari pengaruh tersebut sedang atau
cukup dengan rxy = 0,42 yang berada pada rentang 0,40 – 0,70 berarti lebih
besar dari pada rtabel (rtabel 5 % 0,195 dan rtabel 1 % 0,254).
Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti yang dihasilkan dalam
penelitian itu benar dan akan ditolak jika tidak benar. Penolakan dan
penerimaan hipotesa tergantung pada penyelidikan dari bukti-bukti yang
dikumpulkan selama penelitian. Jadi (Hipotesis Nol) Ho, yaitu “tidak ada
pengaruh antara Pendidikan Agama Islam terhadap pembiasaan akhlak
karimah siswa ditolak karena terbukti bahwa Pendidikan Agama Islam
berpengaruh terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa.
Maka (Hipotesis Alternatif) Ha yang diajukan penulis di dalam
perumusan masalah “Bagaimana pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap
pembiasaan akhlak karimah siswa” diterima, karena terbukti bahwa
Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap pembiasaan akhlak karimah
dengan rxy (0,42) lebih besar dari pada rtabel.
91

E. Interpretasi Data
Telah diketahui dari hasil uji hipotesis di atas bahwa Pendidikan
Agama Islam berpengaruh signifikan terhadap perilaku siswa dengan rxy
(0,42) lebih besar dari pada rtabel.
Dari penelitian atau uji hipotesis yang dilakukan, penulis menemukan
beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat sehingga penelitian ini
mendapatkan korelasi positif sedang atau cukup. Faktor-faktor pendukung
tersebut adalah:
1. Sebagian besar siswa sudah bisa membaca al-Quran sesuai dengan kaidah
pembacaannya dan ilmu tajwidnya.
2. Siswa senantiasa shalat berjamaah setiap waktu
3. Siswa selalu berdoa ketika akan melakukan suatu pekerjaan
4. Siswa senantiasa bersikap baik dan berkata jujur terhadap orang tua, guru,
dan sesama, terbukti bahwa Siswa selalu berbicara dengan bahasa yang
santun dan lembut, selalu ramah dan memberi salam ketika bertemu guru.
5. Siswa selalu memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran agama
Islam.
6. Siswa senantiasa membawa al-Quran setiap mengikuti kajian mingguan
7. Sedikitnya siswa yang melakukan pelanggaran
8. Siswa terbiasa belajar setiap malam dan setelah shalat subuh
9. Siswa senantiasa sabar dan berdoa ketika mendapatkan musibah dan
cobaan.
10. Keberanian siswa dalam menegakkan kebenaran frekuensinya sangat
tinggi.
11. Kepedulian siswa terhadap orang yang membutuhkan pertolongan sangat
tinggi terbukti bahwa siswa senantiasa membantu orang yang
membutuhkan bantuannya, selalu membantu teman yang kesulitan dan
mempunyai masalah.
12. Seluruh Siswa dari kelas I sampai kelas III SMK Khazanah Kebajikan
menyenangi pelajaran agama dan pelajaran akhlak.
92

Faktor-faktor pendukung di atas bermanfaat terhadap penelitian yang


dilakukan walaupun kecil Sehingga korelasi yang didapatkan berpengaruh
posistif. Faktor pendukung ini tidak terlepas dari keadaan lingkungan yang
sangat mendukung karena siswa berada di dalam lingkungan pesantren dan
senantiasa berada dibawah pengawasan pengurus dan pembimbing serta orang
tua.
Adapun faktor penghambatnya adalah:
1. Banyaknya siswa yang kesulitan dalam mempelajari ilmu tajwid dan
menghapal ayat-ayat al-Qur’an.
2. Kurangnya keseriusan siswa dalam mengikuti kajian mingguan karena
kebanyakan siswa hanya satu kali saja yang mengikuti kajian dalam satu
minggu, seharusnya siswa minimal 4 kali mengikuti kajian dalam satu
minggu.
3. Sedikitnya siswa yang membaca al-Qur’an dan mengulangi pelajaran
setelah shalat subuh.
4. Masih banyaknya siswa yang terlambat melaksanakan shalat subuh
berjamaah.
5. Masih banyaknya siswa yang bersikap masa bodo dan membiarkan teman
yang mencontek ketika ulangan harian.
6. Masih adanya siswa yang diam dan tidak melakukan apa-apa ketika ada
teman yang bersikap tidak baik terhadap teman yang lain.
7. Masih banyaknya siswa yang belajar ketika ada tugas dari guru saja.
8. Hampir semua siswa pernah terlambat masuk kelas untuk belajar.
9. Masih adanya siswa yang terpaksa menjalankan disiplin karena takut
pointnya berkurang.
Dari faktor-faktor penghambat di atas perlu adanya perhatian yang
serius dari semua pihak baik itu guru-guru SMK Khazanah Kebajikan,
pengurus yayasan Khazanah Kebajikan dan pembina kegiatan harian di
Yayasan serta para orang tua siswa.
Dalam menjawab landasan teori yang di kemukakan pada bab
sebelumnya bahwa pembelajaran akhlak mempunyai pengaruh yang sangat
93

besar terhadap prilaku siswa, karena Pendidikan Agama Islam turut


mematangkan kepribadian manusia dan mempunyai hubungan yang tidak
dapat dipisahkan dengan perilaku seseorang. Di dalam proses interaksi sosial
akhlak mulia selalu menjadi ukuran dan menjadi bagian penting dalam
mengukur kepribadian seseorang.
Landasan teori tersebut dapat diterima karena ada faktor pendukung
dari siswa dan hasil hipotesisnya berada di dalam korelasi signifikan. Hal ini
menunjukan bahwa pembelajaran akhlak ada pengaruhnya terhadap perilaku
siswa, dengan demikian bahwa Pendidikan Agama Islam berpengaruh
terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa. Hasil ini sudah sesuai dengan
rumusan masalah yang diajukan oleh penulis pada bab sebelumya.
Untuk menginterpretasikan hasil korelasi antara pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam dengan pembiasaan akhlak karimah siswa kelas I
sampai III SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir, penulis menggunakan
dua cara, yaitu:
1. Interpretasi Secara Kasar/Sederhana
Dari perhitungan rxy di atas ternyata angka korelasi antara variabel X
(Pendidikan Agama Islam) dengan variabel Y (pembiasaan akhlak
karimah siswa) tidak bertanda negatif. Hal ini berarti antara dua variabel
tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Karena
Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan yang dilaksanakan
dengan baik dan berkesinambungan, ternyata berpengaruh positif terhadap
pembiasaan akhlak karimah siswa.
Dengan memperhatikan besarnya rxy yang di dapatkan yaitu 0,41965
(dibulatkan menjadi 0,42), hasil penelitian ini berada pada rentang 0,40-
0,70, berarti korelasi positif sedang atau cukup antara variabel X dan Y.
2. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” Product Moment
Untuk mengetahui signifikansi rxy melalui tabel “r” Product
Moment, langkah pertama yang harus ditempuh adalah dengan mencari df
(degree of freedom) atau derajat bebasnya terlebih dahulu. Dalam
penelitian ini, objek yang diteliti sebanyak 125 orang, berarti N = 125.
94

Dengan demikian df-nya adalah df = N - 2 = 125 – 2 = 123. Karena df 123


tidak ditemukan dalam tabel, maka digunakan angka yang mendekatinya
yaitu angka 100.
Dengan df sebesar 100 diperoleh rtabel pada taraf signifikansi 5%
sebesar 0,195 sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh rtabel sebesar
0,254 ternyata rxy lebih besar dari pada rtabel. Karena rxy lebih besar dari
pada rtabel, maka Ho (Hipotesis Nol) ditolak dan Ha (Hipotesis Alternatif)
yang diajukan penulis di muka diterima. Dengan demikian berarti bahwa
terdapat pengaruh antara Pendidikan Agama Islam terhadap pembiasaan
akhlask karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Aktifitas Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan
diintegrasikan dengan aktifitas yang ada di Yayasan Khazanah Kebajikan
yaitu berupa aktifitas pendidikan kegiatannya meliputi: kajian al-Qur’an,
aqidah, akhlak dan masail fiqhiyah setiap hari setelah shalat maghrib,
aktifitas harian berupa shalat berjamaah, shalat tahajjud, shalat dhuha,
dialog keagamaan dan sebagainya. Aktifitas tersebut tidak mudah dan
mulanya terasa amat berat bagi siswa, karena metode yang diterapkan oleh
guru dan pengurus yayasan dengan menggunakan metode pembiasaan,
latihan, diskusi, ceramah, dan demontrasi. Sehingga siswa merasa terbiasa
maka siswapun merasakan ringan dalam melaksanakan semua aktifitas
tersebut. Dengan adanya aktifitas tersebut yang dilaksanakan di dalam
kelas dan diluar kelas itu berpengaruh positif terhadap karakter dan akhlak
siswa.
2. Pembiasaan akhlak karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan yang
dilakukan melalui Pendidikan Agama Islam ini terbukti berpengaruh
positif yang signifikan dengan hasil rxy 0,42 pengaruh tersebut berada pada
rentang sedang atau cukup karena hasil tersebut berada pada kisaran antara
0,40 – 0,70 pada indeks korelasi product moment.

95
96

B. Saran
Melihat hasil dari penelitian yang telah diperoleh, ada beberapa saran
yang ingin penulis kemukakan disini, yaitu:
1. Untuk staf pengajar di SMK dan Pengurus Yayasan Khazanah Kebajikan
Pondok Cabe Ilir, hendaknya meningkatkan dan menjalankan kegiatan
yang sudah ada di dalam program sekolah khususnya SMK dan Yayasan
karena kegiatan dan program selama ini sangat positif dan bermanfaat.
Selain itu, kegiatan tersebut perlu dievaluasi secara konsisten oleh guru
dan pengurus Yayasan agar dapat diketahui letak kekurangan dan
kelemahannya sehingga dapat diperbaiki dan ditindaklanjuti.
2. Kepada para Wali Kelas yang notabenenya bertindak sebagai penanggung
jawab terhadap Siswa-siswinya yang masih dalam masa bimbingan di
kelas ataupun di luar kelas, hendaknya lebih tegas terhadap siswa-siswinya
ketika sedang melaksanakan kegiatan yang ada. Karena tidak dipungkiri
bahwa ada saja siswa yang kurang semangat dan kurang serius dalam
mengikuti kegiatan tersebut, dan harus dilakukan pemeriksaan agar
siswanya terkontrol dengan baik.
3. Kepada tenaga kependidikan lainnya tak terkecuali para karyawan
diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap siswa-siswi dan
dapat membantu memberikan suasana yang harmonis dengan budi pekerti
yang baik guna membentuk moral peserta didik dilingkungan sekolah dan
diluar sekolah karena jika menginginkan siswa-siswnya berperilaku baik
maka harus dimulai dari diri seorang pengajar dan pembimbing, karena
guru atau pembina bukan hanya sebagai pengajar dan pembimbing saja
tetapi ia juga bertugas sebagai pendidik.
4. Berdasarkan fakta yang ada dari faktor penghambat pada bab sebelumnya,
ada beberapa point yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu:
a. Banyaknya siswa yang kesulitan dalam mempelajari ilmu tajwid dan
menghapal ayat-ayat al-Qur’an
b. Kurangnya keseriusan siswa dalam mengikuti kajian mingguan karena
kebanyakan siswa hanya satu kali saja yang mengikuti kajian dalam
97

satu minggu seharusnya siswa minimal 4 kali mengikuti kajian dalam


satu minggu.
c. Banyaknya siswa yang tidur lagi setelah shalat subuh.
d. Sedikitnya siswa yang membaca al-Qur’an dan mengulang pelajaran.
e. Masih banyaknya siswa yang terlambat melaksanakan shalat subuh
dan shalat fardlu berjamaah
f. Masih banyaknya siswa yang bersikap masa bodo dan membiarkan
teman yang mencontek ketika ulangan harian.
g. Masih banyaknya siswa yang malas belajar, belajar hanya ketika ada
tugas dari guru dan menjelang ujian saja.
h. Masih adanya siswa yang terpaksa menjalankan disiplin karena takut
pointnya berkurang.
Faktor-faktor penghambat di atas, perlu perhatian yang serius dari
semua pihak baik itu guru SMK Khazanah Kebajikan, pengurus Yayasan dan
pembina kegiatan harian Yayasan serta para orang tua siswa. Karena hal
tersebut sangat fatal apabila tidak segera dilakukan pemeriksaan terhadap
siswa yang mendapatkan kesulitan tersebut, dan perlu juga adanya bimbingan
yang intensif kepada siswanya langsung, dan dilakukan pula pemantauan
secara berkesinambungan oleh semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta:


Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1998.

_____, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru,


Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1999.

Abu al-Ghifari, Romantika Remaja, Bandung: Mujahid Press, Cet. VIII, 2004.

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Agama, Bandung: PT. Maaf,


Cet. VIII, 1987.

Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Semarang: Maktabah wa Mathba’ah Toha Putera,


jilid I, tt.

_____, Ayyuha al-Walad, Surabaya: Al-Hurmain, tt.

A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, Cet. I, 1999.

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.

Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din, Beirut: Dar Al-Fikr,
jilid III, 1989.

Ali Issa Othman, Manusia Menurut al-Ghazali, (terj.), Anas Mahyuddin dari judul
asli The Concept of Man in Islam in The Writings of Al-Ghazali, Bandung:
Pustaka, Cet. I, 1981.

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Rajawali Press, Cet.


XIV, 2004.

Amirul Hadi-Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, Bandung: Pustaka


Setia, 1999.

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I, 1999.

Departemen Agama RI, Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Proyek


Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Ditjen Binbaga
Islam 1982/1983.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Pendidikan Dasar, Jakarta:


Dirjen Dikdasmen, 1993.

98
99

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1995.

Dewan Redaksi, Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern, Yogyakarta: PT.


Dana Bhakti Prima Yasa, 2002.

Dewan Editor, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, Volume III.

Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-


Ma’arif, 1980.

Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992.

Hasbi Ash-Shiddieqy, al-Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. III, 1969.

Hamzah Ya’kub, Ethika Islam, Bandung: CV. Diponogoro, Cet. VI, 1993.

Imam al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin (Terj). Semarang: CV. Asy Syifa’ , jilid V,
2003.

Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’lam, Beirut: Dar al-Masyriq, Cet.


XXVIII, 1989.

Moh. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat, Jakarta: CV. Karya
Mulia, Cet. I, 2001.

M. Arifin, Hubungan Timbal balik Pendidikan Agama Islam Di Lingkungan


Sekolah dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. IV, 1978.

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 1982.

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda


Karya, 1993.

Muhammad Natsir, Kapita Selekta, Bandung: Van Hoeve, 1965.

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, Cet. XI, 1995.

Mahfudz Shalahuddin, Metodologi Pendidiklan Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu,


Cet. I, 1987.

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I, Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, Bandung: Remaja


Rosdakarya, Cet. I, 1997.
100

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Pengembangan


Dan Pembinaan Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, 1985.

Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islami, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996.

Syafari Soma dan Hajarudin, Menanggulangi Remaja Kriminal, Islam sebagai


Alternatif, Bogor: CV. Bintang Tsurayya, 1995.

Syahminan Zaini dan Murni Ali, Pendidikan Anak dalam Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, Cet. III, 2004.

Sudjana, Metode Statistik, Bandung: Tarsito, Cet. VI, 1996.

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI, Cet. I, 1999.

Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan


Bintang, 1975.

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II,
1992

Zakiya Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XVI, 2003.

Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Usaha Nasional,


Cet. II, 1978.

http://www.Mubarok. Institute.Blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai