Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319422569

PEMBUATAN RESPON SPECTRA DAN PETA KEGEMPAAN DI KOTA KUPANG


BERDASARKAN PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD ANALYSIS (PSHA)

Conference Paper · October 2016

CITATIONS READS

0 3,078

4 authors, including:

Partogi H. Simatupang
Universitas Nusa Cendana
37 PUBLICATIONS   47 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Ferro-geopolymer elements View project

All content following this page was uploaded by Partogi H. Simatupang on 01 September 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SEMINAR NASIONAL SAINSTEK KE-3 UNDANA TAHUN 2016
Hotel Swiss Berlin, Kupang - 28-29 Oktober 2016

PEMBUATAN RESPON SPECTRA DAN PETA KEGEMPAAN DI KOTA KUPANG


BERDASARKAN PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD ANALYSIS (PSHA)

Partogi H. Simatupang 1, Aprianto Nomleni 2, Dolly W.Karels 3, Sumawan 4


1
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adi Sucipto Kupang
Email : simatupangpartogi@yahoo.com
2
Alumni Program Studi Teknik Sipil, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adi Sucipto Kupang
Email : anto_nom@yahoo.com
3
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adi Sucipto Kupang
Email : dollykarels@gmail.com
4
Stasiun Geofisika Klas I Kupang, Jl. Cak Doko No.70 Kupang
Email : pung.sumawan@yahoo.com

ABSTRAK
Kota Kupang termasuk daerah rawan gempa. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas gempa tektonik yang terjadi
dengan magnitude yang bervariasi, dari magnitude kecil yang bisa dirasakan yaitu 4.0 skala Richter hingga magnitude
besar yaitu 7.8 skala Richter. Penelitian seismic hazard (bahaya kegempaan) merupakan analisa pengaruh pelepasan
energi dari pusat gempa terhadap lokasi tertentu, yang akan menghasilkan parameter-parameter gerakan tanah yang
berguna bagi desain struktur. Penelitian ini untuk mendapatkan peta kegempaan menggunakan metode PSHA dengan
menganalisis usia bangunan 50 tahun dengan probabilitas 2% sesuai dengan yang ketentuan Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI - 1726 - 2012). Untuk itu, hasil penelitian juga akan
dibandingkan dengan nilai Peak Ground Acceleration (PGA) yang dihasilkan oleh SNI-1726-2002 untuk wilayah Kota
Kupang yang termaksuk dalam wilayah zona gempa 5 dan SNI-1726-2012 dengan menggunakan bantuan software
spectra Indonesia untuk wilayah Kota Kupang. Analisis seismic hazard (bahaya kegempaan) menggunakan Metode
Probabilistic Seismic Hazard dengan fungsi atenuasi yang digunakan adalah Youngs (1997), untuk koefisien Youngs
pada periode 1 detik. Hasil analisis menggunakan metode PSHA menghasilkan nilai Peak Ground Acceleration (PGA)
untuk batuan dasar (A0) sebesar 0.4581 g dan untuk batuan permukaan (A m) sebesar 1.1451 g, hasil analisis SNI-1726-
2012 A0 = 0.1800 g dan Am = 0.7000 g sedangkan hasil analisis SNI-1726-2012 dengan bantuan software spectra
Indonesia menghasilkan nilai peak ground acceleration A0 = 0.4519 g, Am = 1.1270 g di Kota Kupang pada periode
ulang gempa rencana 2500 tahun

Kata Kunci : Seismic hazard, Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA), Peak Ground Acceleration
(PGA)

1. PENDAHULUAN
Gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya permukaan bumi yang disebabkan oleh peristiwa alam seperti
pergeseran pelat, letusan gunung berapi maupun gua-gua yang runtuh. Gempa bumi berdasarkan penyebab terjadinya
dibedakan atas tiga yaitu gempa vulkanik, gempa tektonik dan gempa runtuhan. Kota Kupang termasuk daerah rawan
gempa. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas gempa tektonik yang terjadi dengan magnitude yang bervariasi, dari
magnitude kecil yang bisa dirasakan yaitu 4,0 skala Richter hingga magnitude besar yaitu 7,8 skala Richter. Energi yang
dihasilkan oleh pusat gempa akan dirambatkan berupa gelombang getaran hingga ke permukaan bumi. Gelombang
getaran yang dihasilkan tidak akan sama yang dirasakan satu wilayah dengan wilayah yang lain di Kota Kupang. Variasi
gelombang getaran di wilayah Kota Kupang mengharuskan struktur bangunan didesain tahan terhadap gaya gempa,
untuk mengurangi bahaya kegagalan struktur maupun korban jiwa. Struktur tahan gempa yang didesain memerlukan
data percepatan muka tanah sebagai dasar perencanaan ketahanan bangunan terhadap gelombang getaran di muka tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai peak ground acceleration (PGA) Kota Kupang dengan menggunakanan
Next Generation Attenuation (NGA), untuk mengetahui perbedaan grafik respond spectra wilayah Kota Kupang
berdasarkan fungsi atenuasi dibandingkan dengan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung (SNI-1726-2002 dan SNI-1726-2012) dan Untuk mendapatkan peta zona gempa wilayah Kota
Kupang dengan menggunakan metode Probabilitic Seismic Hazard Analysis (PSHA).
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian gempa bumi menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah
peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan
patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Rambatan gelombang getaran menyebabkan terjadi gaya siklis dinamik dari
lokasi pusat gempa sampai muka tanah. Gelombang gempa yang terjadi pada muka tanah dapat mengakibatkan
kerusakan bangunan maupun gelombang tsunami. Batas kedalaman maksimum dari sumber gempa ini adalah 50 km
atau merupakan daerah megathrust. Untuk daerah yang lebih dalam (> 50 km) diwakili oleh model sumber gempa deep
background yang merupakan gempa-gempa benioff atau gempa dengan zona suatu lajur subduksi yang mempunyai
sudut tukik yang curam. Perhitungan bahaya kegempaan (seismic hazard) dapat dilakukan berdasarkan beberapa item
yang merupakan bagian yang diperlukan dalam perhitungan, yaitu sumber gempa, keberulangan kejadian gempa,
magnitude gempa, pemisah gempa dependent dan independent dan analisis kelengkapan data.

Dijelaskan dalam Makrup (2013), hubungan atenuasi Youngs merupakan fungsi atenuasi empirik yang dapat
digunakan untuk memprediksi percepatan tanah puncak dan percepatan respond spectra, pada kejadian gempa zona
subduksi interface dan interslab. Fungsi atenuasi Youngs menggunakan nilai magnitude momen lebih besar 5,0 skala
Ricther serta jarak dari daerah ke sumber gempa dalam bentuk jarak repture 10-500 km. Hubungan atenuasi ini
dikembangkan dengan menggunakan analisis regresi.

Berdasarkan Youngs (1997), bentuk persamaan dari fungsi atenuasi untuk batuan adalah sebagai berikut :
( ) (1)
dengan nilai (2)
serta nilai standar deviasi (σ) adalah: (3)
dimana : = percepatan spectra (g)
= magnitude ( (skala Richter)
= kedalaman (km)
= tipe sumber (0 untuk kejadian interface dan 1 untuk kejadian interslab)
= jarak terdekat ke repture (km) (10 km ≤ ≤ 500 km)
= koefisien atenuasi Youngs (1997)

3. METODE PENELITIAN

Penentuan lokasi untuk data penelitian adalah lingkup kecamatan yang ada diwilayah Kota Kupang, dimana titik
koordinat yang diambil ditentukan secara acak. Pembagian titik tinjau wilayah kecamatan dipilih agar seluruh wilayah
Kota Kupang memiliki titik tinjau percepatan yang merata. Kecamatan Alak dan Maulafa memiliki dua titik tinjau
dengan tujuan untuk menampilkan nilai percepatan yang lebih akurat, dimana jarak tiap titik lebih proporsional satu
terhadap yang lain, penentuan lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Sebaran koordinat wilayah Kecamatan


Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data-data yang berasal dari katalog gempa perlu dikoreksi dan diproses dengan menggunakan
prinsip-prinsip statistik. Data perlu clustering berdasarkan :
1) Data katalog magnitude gampa, M ≥ 5 skala Richter.
2) Jarak titik gempa ≤ 500 km dari koordinat titik tinjau kecamatan. Clustering menggunakan bantuan
software microsoft excel
3) Pemisah gempa dependent dan independent dengan menggunakan kriteria time window dan distant
window milik Gardner dan Knopoff. Clustering menggunakan bantuan software Z-Map.
b. Menentukan rate of occurance dari kejadian gempa dengan ∆m = 0,5 atau data gempa dengan magnitude
yang bukan kelipatan 0,5 akan dibulatkan menuju kelipatan terdekat.
c. Menentukan magnitude recorrence relationship dengan menggunakan model Gutenberg-Richter (1994).
d. Menghitung annual exceedance rate dengan nilai PGA terlampaui = 20 cm/dt2 dari hingga PGA = 500
cm/dt2 dengan persamaan dari fungsi atenuasi Youngs.
e. Menghitung nilai tingkat keterjadian (event rate) magnitude ( .
f. Hasil perhitungan untuk nilai-nilai PGA memberikan nilai logaritma natural dari nilai PGA dan N PGA.
Nilai logaritma PGA dan dan NPGA dihitung berdasarkan perhitungan statistik untuk mendapatkan grafik
Ln PGA dan Ln NPGA yang akan dibuat dalam bentuk kurva hazard sebagai hasil perbandingan pergerakan
tanah dan magnitude.
g. Menentukan peak ground acceleration dan grafik respond spectra yang merupakan hasil dari fungsi
atenuasi. Hasil dari respond spectra merupakan perbandingan antara periode bangunan (T) berbanding
percepatan tanah dasar atau peak ground acceleration (g).
h. Grafik respond spectra fungsi atenuasi akan dibandingkan dengan Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI-1726-2002 dan SNI-1726-2012), untuk
mengetahui nilai perbedaaan antara fungsi atenuasi Youngs et al (1997) dan SNI.
i. Melakukan penggambaran peta untuk wilayah Kota Kupang berdasarkan hasil respond spectra untuk nilai
percepatan batuan permukaan (Am)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data sekunder katalog gempa dari Stasiun Geofisika Klas I Kupang yang dicatat sejak tahun 1911
sampai 2016, dalam kurun waktu 106 tahun terdapat 1146 kejadian gempa dengan intensitas ≥ 5 skala Richter untuk
koordinat batas wilayah data katalog gempa adalah 6 LS – 12 sampai 119 – 128 . ata katalog gempa
terdiri dari tanggal dan waktu kejadian, koordinat lokasi gempa, ukuran kekuatan gempa (skala Richter), dan kedalaman
gempa (focus). Sebaran gempa pada wilayah Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Peta focus gempa di wilayah Nusa Tenggara Timur


Perhitungan seismic hazard untuk wilayah Nusa Tenggara Timur diasumsikan kedalam zona gempa subduksi.
erdasarkan jumlah kejadian gempa ≥ 5 skala Richter masuk dalam range depth ≤ 50 km (gempa dangkal) adalah 591
kejadian. Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode PSHA didapat nilai peak ground acceleration (PGA) sebagai
berikut
Tabel 1. Nilai peak ground acceleration (PGA) wilayah Kota Kupang
Ground Acceleration
Koordinat
Kecamatan (g)
Garis Lintang Garis Bujur A0 Am
Kelapa Lima 10 9 8.38 123 39 8.16 0.4519 1.1298
Kota Lama 10 9 23.72 123 36 12.45 0.4675 1.1688
Oebobo 10 9 50.89 123 37 52.71 0.4630 1.1575
Kota Raja 10 10 30.70 123 35 57.45 0.4629 1.1571
Titik tinjau I 10 12 51.40 123 37 15.40 0.4564 1.1410
Maulafa
Titik tinjau II 10 15 55.95 123 37 24.79 0.4420 1.1049
Titik tinjau I 10 12 3.11 123 34 0.54 0.4587 1.1467
Alak
Titik tinjau II 10 14 46.37 123 35 20.90 0.4621 1.1552

Hasil perhitungan menggunakan metode probability seismic hazard analysis (PSHA) menghasilkan nilai peak
ground acceleration (PGA), yang kemudian digambarkan dalam bentuk grafik respond spectra untuk tiap kecamatan.
Grafik respond spectra menyatakan hubungan antara periode bangunan (T) berbanding faktor respon gempa (C) yang
dinyatakan melalui percepatan tanah (ground acceleration) yang dapat dilihat pada gambar 3.

1,4

Am
1,2

1
Spectral Acceleration (C) g

C=Ar/T
0,8 (Tanah Keras)

0,6
Kec. Kelapa Lima
A0 Kec. Kota Lama
0,4
Kec. Oebobo
Kec. Maulafa I
0,2 Kec. Maulafa II
Kec. Alak I
Kec. Alak II
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Periode Struktur (T) detik

Gambar 3. Respond spectra tiap kecamatan di wilayah Kota Kupang

Respond spectra hasil perhitungan menggunakan metode PSHA untuk tiap kecamatan kemudian disimpulkan
menjadi satu untuk wilayah Kota Kupang dengan mengambil nilai rata-tara dari hasil perhitungan PGA. PGA dari hasil
perhitungan probabilistic seismic hazard akan dibandingkan dengan respond spectra dari nilai SNI 2002 dan SNI 2012
dengan kriteria tanah keras. Hasil Respond spectra SNI 2012 dianalisis menggunakan software spectra Indonesia
sedangkan SNI 2002 dianalisis berdasarkan wilayah zona gempa wilayah 5 untuk wilayaj Kota Kupang, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 4.
1,2

1
Spectral Acceleration (C) g

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00
Hasil Perhitungan (T:2500 Tahun)
Periode Struktur (T) detik SNI 2012 (T:2500 Tahun)
SNI 2002 (T:500 Tahun)

Gambar 4 Perbandingan respond spectra hasil perhitungan PSHA Kota Kupang terhadap SNI
Berdasarkan perhitungan PGA dan respond spectra dapat digambarkan peta wilayah gempa di Kota Kupang
menggunakan bantuan software ArcMap yang merupakan bagian dari software ArcGis. Pemetaan wilayah Kota Kupang
di overlay terhadap data perhitungan PSHA dan data peta dasar geospasial. Gambar 5 menunjukkan peta spektral
percepatan maksimum di batuan permukaan (Am)

Gambar 5 Peta spektral percepatan maksimum di batuan permukaan (Am)


5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis peak ground acceleration (PGA) wilayah Kota Kupang dengan metode PSHA untuk usia
bangunan 50 dengan probabilitas 2 %, nilai peak ground acceleration tertinggi berada pada Kecamatan Kota Lama
dengan nilai PGA A0 = 0.4675 g dan Am = 1.1688 g, sementara nilai peak ground acceleration (PGA) terendah
berada pada Kecamatan Maulafa titik tinjau II dengan nilai PGA A0 = 0.4420 g dan Am = 1.1049 g. Berdasarkan hasil
analisis maka dapat disimpulkan nilai rata-rata peak ground acceleration (PGA) untuk wilayah Kota Kupang yaitu
A0 = 0.4581 g dan Am = 1.1451 g
2. Berdasarkan hasil analisis metode PSHA, maka respond spectra hasil penelitian menunjukan nilai peak ground
acceleration (PGA) wilayah Kota Kupang dengan kriteria tanah keras yaitu A0 = 0.4581 g dan Am = 1.1451 g. Hasil
analisis SNI-1726-2012 dengan bantuan software spectra Indonesia nilai peak ground acceleration A0 = 0.4519 g,
Am = 1.1270 g, sedangkan hasil analisis SNI-1726-2012 A0 = 0.1800 g dan Am = 0.7000 g.
3. percepatan batuan permukaan (Am) menunjukan perbedaaan yang digambarkan oleh variasi warna. Warna hijau tua
menunjukan nilai terendah untuk percepatan Am yaitu 1.1049 g sampai 1.1129 g, warna merah menunjukan nilai
percepatan Am tertinggi yaitu 1.1616 g sampai 1.1696 g, dimana tiap warna mewakili nilai percepatan A m dengan
interval PGA 0.0080 g.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian mengenai seismic hazard analysis, diharapkan dapat
memperluas objek penelitian untuk wilayah lainnya di Nusa Tenggara Timur.
2. Diharapakan bagi peneliti selanjutnya agar dalam perhitungan dapat mengakomodir nilai Vs-30 dan menggunakan
Next Generation Attenuation (NGA) dalam menganalisis probabilistic seismic hazard.
3. Peneliti selanjutnya dapat mencoba metode area source untuk menganalis probabilistic seismic hazard.

5.3 Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk Sumawan ST.,MM (Kabid Data) Stasiun Geofisika Klas I Kupang
(BMKG) yang telah memberikan data katalog gempa.

DAFTAR PUSTAKA

Aldiamar F, Ridwan M, Asrurifak M, Irsyam M, (2010) Analisis dan Evaluasi Faktor Amplifikasi Percepatan Puncak
Gempa di Permukaan Tanah, Jurnal Jalan-Jembatan, Bandung
Anonim, (2002) SNI-1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung, Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah.
Anonim, (2012) SNI-1726-2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung, Badan Standardisasi Nasional.
Aprianto Nomleni, (2016) Kajian Bahaya Kegempaan (Seismic Hazard) Untuk Wilayah Kota Kupang, Tugas Akhir,
Universitas Nusa Cendana.
Asrurifak M., Irsyam M., Budiono B., Triyoso W., dan Hendriyawan., (2010), Development of Spectral Hazard Map
for Indonesia with a Return Period of 2500 Years using Probabilistic Method, J. Civil Engineering Dimension,
Vol. 12, No. 1, March 2010, 52-62 ISSN 1410-9530 print / ISSN 1979-570X online.
Badan Meteorologi Klimatelogi dan Geofisika, 29 April 2016, Gempa Bumi.
www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Gempabumi-_-Tsunami/Gempabumi.bmkg
Barker, J. 2008. An Introduction to Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA), report for US Nuclear Regulatory
Commission. Version 1.3
Delfebriyadi. (2008) Study Hazard Kegempaan Wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta, Universitas Andalas,
Jurnal Teknik Sipil. No. 30 Vol.1 Thn. XV November 2008
Hasmar, H. (2013) Dinamika Tanah dan Rekayasa Kegempaan. Yogyakarta : UII Press
Makrup, L. (2013) Seismic Hazard untuk Indonesia. Yogyakarta : Gramedia
Pawirodikmoro,W. (2012) Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan. Yogyakarta, Pustaka Belajar
SMS Tsunami Warning, 29 April 2016, Earthquake: Seismic Wave. www.sms-tsunami-warning.com/pages/seismic-
waves#.Vu4s46MRWSw
Tim Revisi Gempa. 2010. Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia. Jakarta. BNPB, AIFDR, RISTEK,
DPU, ITB, BMKG,LIPI, ESDM
Youngs et al. 1997. Strong Ground Motion Attenuation Relationships for Subduction Zone Earthquake. Seismological
Research Letters Vol. 68 No 1

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai