Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MINI RISET PSIKOLOGI AGAMA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JIWA


BERAGAMA
USIA 18-20 TAHUN

Mini Riset ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok 10


Pada Mata Kuliah Psikologi Agama

Dosen Pengampu: Ramadan Lubis, M.Ag

Disusun Oleh:

PAI-5 Semester VI
Kelompok 10
Aisyah Amini (0301203041)
Nuraisyah (0301202234)
Nur Ainun (0301202264)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kepada Allah
SubhanahuWaTa’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim yang mana
telah melimpahkan berkah dan nikmat kepada kita semua terutama nikmat yang
paling besar yaitu nikmatIman, dan Islam. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallalahu‘alaihi Wassalam,
Dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampuh mata
kuliah Psikologi Agama bapak Ramadhan Lubis, M.Ag yang telah membimbing
pembuatan mini riset ini sehingga dapat selesai dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan mini riset ini masih terdapat
banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang dapat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan penulisan
selanjutnya. Semoga mini riset ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Medan, 12 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................1


B. Fokus Masalah................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
D. Tujuan Penelitian............................................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan.................................................................3


B. Remaja Akhir (18-20 Tahun) ........................................................................................4
C. Jiwa Keberagamaan Pada Remaja Akhir.......................................................................6

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum...............................................................................................................9
B. Temuan Khusus..............................................................................................................9
C. Pembahasan .................................................................................................................11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.............................................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak dilahirkan dengan sistem penciptaan terbaik oleh Allah swt,
ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan
ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap
lebih-lebih pada anakusia dini. Perkembangan jiwa keagamaan pada anak
hampir sepenuhnya autoritas, maksudnya konsep keagamaan itu akan bekembang
pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka.
Fisik atau jasmani manusia baru akan berfungsi secara sempurna jika
dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan berfungsi jika
kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada
pengeksplorasian perkembangannya. Kemampuan itu tidak dapat dipenuhi
secara sekaligus melainkan melalui pentahapan. Demikian juga perkembangan
agama pada diri anak.
Menurut Zakiah Daradjat, terjadi dalam masa yang panjang. Dimulai anak
sejak dalam kandungan hingga usia lebih kurang 21 tahun. Hal ini berkaitan erat
dengan pembinaan iman dan akhlak. Orang tua harus harus benar-benar mengerti dan
harus dapat mengenali anak remajanya, baik dari aspek fisik maupun psikologisnya.
Pembinaan kepribadian pada usia ini harus benar-benar intensif dan kongkrit, jangan
sampai orangtua mengabaikan hal ini, karena akan berakibat fatal bagi kehidupan
anak setelah dewasa nanti.
Apabila kepribadian seseorang kuat, maka sikapnya tegas, tidak mudah
terpengaruh oleh bujukan dan faktor-faktor eksternal, serta ia bertanggung jawab atas
ucapan dan perbuatannya. Demikian pula sebaliknya, bila kepribadiannya lemah,
maka sikapnya labil dan mudah terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal.
Demikian pentingnya pengaruh bimbingan itu, hingga dikaitkan dengan
aqidah, sebab bila dibiarkan berkembang dengan sendirinya, maka potensi
keberagamaan pada anak akan salah arah dan sulit untuk mengembangkan nya.

1
B. Fokus Masalah
Untuk mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik, Jiwa Keberagamaan pada anak usia 18-20 tahun.

C. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian mini riset ini adalah:
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Psikomotorik jiwa keberagamaan
anak usia 18-20 tahun?
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Kognitif jiwa keberagamaan anak
usia 18-20 tahun?
3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Afektif jiwa keberagamaan anak usia
18-20 tahun?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian mini riset ini ialah, sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Agama
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Kognitif jiwa keberagamaan
padausia 18-20 tahun
3. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Afektif jiwa keberagamaan
padausia 18-20 tahun
4. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Psikomotorik jiwa
keberagamaanusia 18-20 tahun

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Menurut C.P. Chaplin dalam Amat menyatakan bahwa pertumbuhan sebagai
satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau
organisme sebagai suatu keseluruhan. 1 Menurut A. E. Sinolung dalam Pupu Saeful
Rahmat, pertumbuhan merujuk pada perubahan kuantitas, yaitu perubahan yang dapat
dihitung atau diukur, seperti tinggi dan berat badan. Dituliskan juga, menurut
Thonthowi, pertumbuhan adalah perubahan jasad yang ukurannya meningkat sebagai
akibat dari perbanyakan sel-sel. Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya ukuran-
ukuran kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat, dan kekuatan. Pertumbuhan juga
mencakup perubahan yang makin sempurna tentang sistem jaringan saraf dan
perubahan- perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat
juga diartikan sebagai proses perubahan dan pematangan fisik. 2
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat
pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam
bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. 3
Adapun pengertian perkembangan menurut Alizabeth dalam Abdul Mujib dan
Jusuf Mudzakir yang dikutip oleh Muhammad Ichsan Thaib bahwa perkembangan
berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman. Perubahan ini bersifat kualitatif mengenai suatu proses
integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang komplek. Sementara itu J.P. Chaplin
mengumpulkan 4 (empat) arti perkembangan: (1) perubahan yang berkesinambungan
dan progresif dalam organisme, mulai lahir sampai mati; (2) pertumbuhan; (3)
perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam

1 A. Amat, Pertumbuhan, Perkembangan Dan Kematangan Individu, 12 (1), Masyarakat, 2021, hal. 61.
2 Pupu Saeful Rahmat, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018) hal. 5.
3 A. Amat, Pertumbuhan, Perkembangan Dan Kematangan Individu, 12 (1), Masyarakat, 2021, hal 60.

3
bagian-bagian fungsional; (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola dari tingkah
laku yang tidak dipelajari.4
Menurut Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh dalam Fakhrul Rijal bahwa
perkembangan lebih menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang
menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia
terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat
diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah
yang bersifat tetap dan maju. Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang
lebih dapat mencerminkan sifat-sifat mengenai gejala psikologis yang tampak.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka perkembangan bisa diartikan sebagai
perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari
mulai lahir sampai meninggal dunia. 5
B. Remaja Akhir (18-20 Tahun)
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa pada sejarahnya posisi remaja berada
dalam tempat marginal, karena untuk dikatakan dewasa membutuhkan banyak
persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa dikategorikann dewasa, sehingga remaja
lebih mudah dikategorikan sebagai anak daripada dewasa. Kemudian pada abad ke-18
barulah masa remaja dipandang sebagai periode tertentu yang lepas dari periode
kanak-kanak. Batasan usia remaja berkisar antara usia 12-21 tahun. Dengan perincian
12-15 tahun msa remaja awal, 15-18 tahun remaja pertengahan, 18-21 tahun masa
remaja akhir.6
Masa remaja dikenal sebagai masa transisi atau masa peralihan, pada masa
remaja disebut juga masa yang sangat rentan, sensitif, dan masa yang sulit karena
remaja berjuang menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri remaja, dimana perubahan tersebut ber pengaruh terhadap sikap dan tingkah laku.
Menurut Zakiah Darajat dalam Khadijah bahwa masa remaja adalah masa peralihan,
yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja adalah
masa transisi yang ditandai oleh adanya pe rubahan fisik, emosi dan psikis. Masa
remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering di sebut masa pubertas. Berdasarkan beberapa

4 Muhammad Ichsan Thaib, Perkembangan Jiwa Agama Pada Masa Al-Murahiqah (Remaja), 17 (2),
Substantia, 2015, hal. 246-247.
5 Fakhrul Rijal, Perkembangan Jiwa Agama Pada Masa Remaja (Al-murahiqah), 5 (2), PIONIR: Jurnal

Pendidikan, 2016, hal. 4


6 Ibid, hal. 2.

4
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah suatu masa peralihan
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dengan ditandai individu telah
mengalami perkem bangan dan pertumbuhan yang sangat pesat disegala bidang, yang
meliputi dari perubahan fisik, psikis, dan emosi. 7
Pertumbuhan fisik remaja akhir sudah bisa dikatakan sempurna, terutama
pertumbuhan tinggi badan. Sementara perkembangan psikis pada masa remaja akan
terus mengalami perubahan, diantara ciri-ciri psikis remaja akhir adalah sebagai
berikut:
1) Mulai menemukan identitas dirinya secara pasti
2) Mampu menentukan cita-cita hidupnya secara lebih realistis
3) Mampu mengarahkan garis atau jalan hidupnya
4) Mulai dapat memikul tanggungjawabnya
5) Mampu mengatur norma-norma untuk dirinya sendin
6) Mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya secra fleksibel, baik dengan
orang yang lebih tua maupun dengan anak yang lebih muda.
Satu hal yang perlu diketahui, bahwa pada masa remaja akhir juga mengalami
guncangan yang hebat. Namun berbeda dengan guncangan yang terjadi pada masa
remaja awal, dimana pada masa remaja awal keguncangan disebabkan ketidak
seimbangan antara pertumbuhan fisik dengan perkembangan psikis. Pada masa remaja
akhir, guncangan disebabkan karena ketidak seimbangan antara nilai-nilai yang sudah
ditemukan dan dianutnya dengan realitas kehidupan di sekelilingnya. Pikiran dan
perasaan dalam din remaja akhir sudah mulai saling berinteraksi dan seimbang,
namun sering kali pikiran dan perasaannya kurang sinkron dengan kondisi
lingkungannya. Hal in menyebabkan kegelisahan dalam diri mereka.
Hal-hal yang sering menjadi penyebab kegelisahan dan goncangan pada diri
remaja akhir adalah perbedaan dan ketidak serasian yang terjadi dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Selain itu juga, ketidak sesuaian antara nilai- nilai akhlak
yang dipelajari dengan perilaku orang orang disekitamya juga menjadi pemicu
keguncangan dalam diri mereka. Dan kegelisahan ini akan semakin meningkat apabila
pertentangan antara nilai dengan perilaku nyata itu terlihat pada orangtua, guru,
pimpinan, atau tokoh-tokoh agama yang selama ini mereka hormati dan nuruti
nasehatnya. Sasaran utama akan kekecewaan mereka akan ditunjukan terutama

7 Khadijah, Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja, 6 (1), Jurnal Al-Taujih, 2020, hal.2.

5
kepada tokoh-tokoh agama, karena mereka mengharapkan tokoh agamalah yang harus
menjaga dan memperbaiki akhlak masyarakat.
Disamping itu, kegoncangan jiwa mereka diakibatkan oleh dorongan seks
yang semakin kuat, yang kadang-kadang timbul karena keinginan untuk mengikuti
arus dorongan nafsu tersebut, akan tetapi mereka takut melakukannya karena tidak
berani melanggar ketentuan agama sementara dilain pihak, dia melihat banyak orang
yang berani melanggamnya. Berbagai pertentangan antara nilai-nilai yang dianut serta
realitas perilaku masyarakat yang banyak melanggar nilai-nilai tersebut maupun
dorongan seks yang kuat maka seringkali menggiring para remaja untuk
melampiaskan beban kejiwaannya tersebut mengarah pada tindak kenakalan atau
kriminalitas.

C. Jiwa Keagamaan Pada Remaja Akhir


Perkembangan jiwa agama pada usia ini ibarat grafik yang bukan semakin
naik justru semakin menurun apabila dibandingkan dengan masa sebelumnya. Jiwa
agama remaja akhir semakin menurun dipengaruhi oleh dorongan seksual yang kuat
dari dalam diri mereka dan belum ada kesempatan untuk menyalurkannya ditambah
dengan rasionalisasi ajaran agama yang semakin kuat serta realitas kehidupan
masyarakat sekitarnya yang sering bertentangan dengan norma-norma agama. Kondisi
tersebut menyebabkan jiwa agama yang sudah dipupuk sejak kecil akan mengalami
penurunan. Terkait dengan masalah ini, Dr. Al-Malighy dalam salah satu laporan hasil
penelitianya menemukan keraguan remaja dalam beragama cenderung terjadi pada
usia 17-20 tahun. Beberapa karakteristik perkembangan jiwa keagamaan remaja akhir:
1. Percaya terhadap kebenaran agama tetapi penuh keraguan dan kebimbangan.
2. Keyakinan dalam beragama lebih dipengaruhi oleh faktor rasioanl daripada
emosional.
3. Pada masa ini mereka merasa mendapatkan kesempatan untuk mengkritik,
menerima, atau menolak ajaran agama yang sudah diterima sejak kecil.8

Menurut W. Starbuck dalam Jalaluddin yang dikutip oleh Khadijah,


perkembangan agama yang terjadi pada remaja terjadi dalam beberapa aspek, antara
lain adalah:9

8 Surawan & Mazrur, Psikologi Perkembangan Agama: Sebuah Tahapan Perkembangan Agama

Manusia, (Yogyakarta, K-Media, 2020), hal.51.

6
1. Pertumbuhan pikiran dan mental.
Berhubung pertumbuhan pikiran dan mental di masa remaja sudah lebik baik dari
pada masa kanak-kanak maka ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima
pada masa kanak-kanak juga sudah tidak begitu menarik lagi bagi mereka saat
sudah remaja. Sehingga sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain
masalah agama remaja juga mulai tertarik dengan masalah kebudayaan, sosial,
ekonomi dan norma-norma kehidupan lainnya. Oleh karena itu ajaran yang
bersifat konservatif lebih banyak berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat
pada ajaran agamanya, begitu sebalik nya. Hal ini menunjukkan bahwa
partumbuhan pikiran dan mental remaja mempengaruhi keagamaan mereka. Jadi
perlunya mem perhatika perkembangan pikiran dan mental remaja.
2. Perkembangan Perasaan
Perasaan sosial, etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati peri
kehidupan yang terbiasa dalam lingkungan nya. Kehidupan agamais akan
cenderung mendorong dirinya untuk lebih dekat ke arah hidup agamais, begitu
juga sebalik nya. Jadi bagi remaja yang kurang men. Dapat pendidikan dan
siraman ajaran agama akan lebih mudah terjerumus kepada hal-hal negatif.
3. Pertimbangan Sosial.
Corak keagamaan pada remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial.
Dalam kehidupan keagamaan, sering timbul konflik antara pertimbangan moral.
Dan material, remaja sangat bingung menentukan dua pilihan tersebut. Karena
kehidupan duniawi lebih dipengaruhi ke pentingan akan materi, maka para remaja
lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialis yang meliputi kepentingan
keuangan, kebahagiaan diri, dan ke hormatan di banding kehidupan beragama.
4. Perkembangan moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk
mencari proteksi. Tipe moral yang terlihat pada remaja juga mencakupi:
a. Self-directive, taat akan agama atau moral berdasarkan pertimbangan pribadi;
b. Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik;
c. Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama;
d. Unadjusted, belum menyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral;
e. Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan dan moral masyarakat.

9 Khadijah, Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja, 6 (1), Jurnal Al-Taujih, 2020, hal.4-5.

7
Perkembangan moral yang baik akan mendukung dalam pengembangan jiwa
agama pada diri remaja. Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa moral bisa
mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa. Sehingga remaja tidak
melakukan hal-hal yang merugikan dan bertentangan dengan kehendak dan pan
dangan masyarakat.
5. Sikap dan Minal. Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh
dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta
lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.
6. Ibadah
Pada masa remaja pandangan terhadap ibadah seperti sholat, puasa, sedekah,
dan kebaikan-kebaikan lainnya tergolong sedikit. Namun pada saat-saat tertentu
remaja membutuhkan sholat, do’a, dan kebaikan-kebaikan karena setiap manusia
mempuanyai naluri beragama. 10

10 Khadijah, Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja, 6 (1), Jurnal Al-Taujih, 2020, hal.4-5.

8
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum
Pada bab temuan ini peneliti akan memaparkan hasil wawancara dengan informan yang
telah diperoleh, kemudian hasilnya diolah secara sistematis menurut aturan yang telah
ditentukan.

1. Identitas Objek Penelitian


Nama : Muhammad Ramadhan

Alamat : Jl. Makmur pasar VII

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak ke/dari : 2 dari 2 bersaudara

Sekolah : SMK Cerdas Murni

Orang Tua

Ayah : Margono

Ibu : Saprida Siregar

B. Temuan Khusus
Berdasarkan hasil penelitian terhadap objek dapat dikemukakan data hasil temuan khusus
tentang pertumbuhan dan perkembangan jiwa beragama. Berikut ini merupakan hasil
penelitian yang peneliti lakukan pada narasumber. Dalam Temuan khusus penelitian ini
berupaya mendeskripsikan data yang diperoleh wawancara. Peneliti melakukan wawancara
dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dan mendalam dengan informan yang
terkait langsung dalam penelitian ini, yakni: Muhammad Ramadhan remaja usia 18 tahun.

1. Pengembangan Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam Proses


Pertumbuhan dan Perkembangan Jiwa Beragama
Pada fase ini dapat dikatakan bahwa remaja dari segi perkembangan fisik dan psikis
telah mendekati kesempurnaan. Organ tubuh telah tumbuh sempurna dan seluruh anggota
badan telah dapat berfungsi dengan baik, secara psikologis pu sudah mulai stabil tinggal

9
pengembangan dan perkembangan dan penggunaannya saja yang perlu diperhatikan.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis yang telah mendekati sempurna, atau
dalam istilah agama dapat dikatakan telah mencapai tingkat baligh dan berakal, maka
perkembangan keagamaan pada remaja usia ini sudah mendekati lebih baik dari pada
masa kanak-kanak nya.

Hal di atas sejalan dari wawancara yang dilakukan kepada Muhammad Ramadhan
mengenai pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam beragama dalam
pernyataannya sebagai berikut:

“ Saya memahami dan mampu melakanakan shalat dan puasa sesuai tata cara yag
saya pelajari dan untuk membaca Al-qur’an saya memahami tajwid nya dan untuk
hafalan saya hafal surah-surah yag ada dalam juz 30. Namun terkadang untuk
melaksanakan ibadah masih sering menunda-nunda mudah terpengaruh keadaan
lingkungan ”.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Muhammad Ramadhan dalam
beragama dapat di lihat dari aspek kognitif adalah kemampuan yang menyangkut
pengetahuan yaitu memahami cara shalat, puasa dan membaca al-qur’an, sedangkan
afektif adalah kemampuan yang menyangkut sikap yaitu dapat dilihat dari sikap yang
dimiliki Muhammad Ramadhan yang masih suka ikut-ikutan , sedangkan psikomotorik
adalah kemampuan menyangkut keterampilan mampu melaksanakan gerakan Shalat.

2. Faktor yang Mempengaruhi dalam Jiwa Beragama Remaja

Factor-faktor yang mempengaruhi jiwa beragama pada remaja adalah faktor


lingkungan, dimana lingkungan pendidikan sangat membantu perkembangan keagamaan
pada remaja diantaranya: 1) pendidikan informal (keluarga), 2) formal (sekolah), 3) non
formal (masyarakat).

“Dalam keluarga orang tua memberikan perlakuan yang baik dan membimbing
dalam ajaran agama, orang tua juga memilih sekolah yang bagus dalam disiplin
agama nya dimana di sekolah saya sebelum memulai pelajaran kami membaca qur’an
dan ada shalat berjama’ah dzuhur dan ashar. Untuk di daerah tempat tinggal saya
jarang keluar rumah dikarenakan teman sebaya saya ada yang merokok dan memakai
narkoba kemudian pacar-pacaran”.
Mengomentari hasil wawancara diatas bahwa pendidikan agama yang di dapatkan
Muhammad Ramadhan dilingkungan keluarga dan sekolahnya mampu meningkatnya
kemampuan berpikir abstrak· nya dan ebih tertarik kepada alasan-alasan moral serta
mampu berpikir tentang makna hidup.

10
C. Pembahasan

Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang masalah-masalah


keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin menjalankan agama sebagaio
suatu lapangan yang baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi
beragama secara ikut- ikutan saja. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17
tahun atau 18 tahun. Semangat agama tersebut mempunyai dua bentuk:

a. Dalam bentuk positif

Semangat agama yang positif, yaitu berusaha melihat agama dengan


pandangan kritis, tidak mau lagi menerima hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka
ingin memurnikan dan membebaskan agama dari bid’ah dan khurafat, dari
kekakuan dan kekolotan.

b. Dalam bentuk negatif

Semangat keagamaan dalam bentuk kedua ini akan menjadi bentuk kegiatan
yang berbentuk khurafi, yaitu kecenderungan remaja untuk mengambil pengaruh
dari luar kedalam masalah-masalah keagamaan, seperti bid’ah, khurafat, dan
kepercayaan-kepercayaan lainnya.

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi jiwa beragama pada remaja adalah


faktor lingkungan, dimana lingkungan pendidikan sangat membantuperkembangan
keagamaan pada remaja diantaranya: 1) pendidikan informal (keluarga), 2) formal
(sekolah), 3) non formal (masyarakat). Pendidikan dalam keluarga sangatla penting.
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka orangtuanyalah yang bertanggung
jawab terhadap agama yang dianut oleh anak. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari Rahimallahu Ta’ala yang Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Remaja yang tidak mendapatkan pendidikan agama yang berkesinambungan dari


orang tua cenderung memiliki sikap beragama ikut-ikutan atau ragu-ragu. Sementara
remaja yang mendapatkan pendidikan agama secara terus-menerus dari orang tua
memiliki sikap beragama dengan penuh kesadaran. Remaja yang mendapatkan
pendidikan agama secara terus-menerus dari orang tua yang otoriter cenderung menjadi
remaja yang memiliki sikap beragama yang disertai khurafat.

11
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Fase remaja akhir dalam rentang usia 18-21 tahun. Pada fase ini dapat
dikatakanbahwa remaja dari segi perkembangan fisik dan psikis telah
mendekati kesempurnaan.Organ tubuh telah tumbuh sempurna dan seluruh
anggota badan telah dapat berfungsi dengan baik, secara psikologis pun sudah
mulai stabil, tinggal pengembangan dan penggunaannya saja yang perlu
diperhatikan. Pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis yang telah
mendekati sempurna atau dalam istilah agama dapat dikatakan telah mencapai
tingkat baligh-berakal, maka perkembangan keagamaan pada remaja pun
sudah mendekati lebih baik dari pada masa kanak-kanak.
2. factor-faktor yang mempengaruhi jiwa beragama pada remaja adalah faktor
lingkungan, dimana lingkungan pendidikan sangat membantuperkembangan
keagamaan pada remaja diantaranya: (1) pendidikan informal (keluarga), (2)
formal (sekolah), (3) non formal (masyarakat
B. Saran

Dari beberapa uraian diatas tentunya banyak sekali kesalahan dan


kekurangan.Semua itu dikarenakan keterbatasan penulis.Untuk itu demi kemajuan
bersama kami berharap kritik dan sarannya yang bersifat membangun dan untuk
menambah ilmu dalam menyempurnakan isi miniriset ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amat, Pertumbuhan, Perkembangan Dan Kematangan Individu, 12 (1), Masyarakat,


2021
Fakhrul Rijal, Perkembangan Jiwa Agama Pada Masa Remaja (Al-murahiqah), 5 (2),
PIONIR: Jurnal Pendidikan, 2016,
Khadijah, Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja, 6 (1), Jurnal Al-Taujih, 2020
Muhammad Ichsan Thaib, Perkembangan Jiwa Agama Pada Masa Al-Murahiqah
(Remaja), 17 (2), Substantia, 2015,
Pupu Saeful Rahmat, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018) hal. 5.
Surawan & Mazrur. 2020. Psikologi Perkembangan Agama: Sebuah Tahapan
Perkembangan Agama Manusia, Yogyakarta, K-Media

13

Anda mungkin juga menyukai