Anda di halaman 1dari 12

KARYA ILMIAH

DAMPAK KEBIJAKAN RESTRUKTURISASI


PADA PT. ADIRA DINAMIKA MULTIFINANCE
(Studi Pada PT. ADMF Cabang Kelapa Gading Mobil)

NAMA : IMELDA STEFANY


NIM : 030536977

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


UNIVERSITAS TERBUKA
2021
DAMPAK KEBIJAKAN RESTRUKTURISASI
PADA PT. ADIRA DINAMIKA MULTIFINANCE
(Studi Pada PT. ADMF Cabang Kelapa Gading Mobil)

Oleh
Imelda Stevany
Mahasiswa Program S1 Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka
E-mail: stevanyimelda27@gmail.com

Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis 1)
dampak restrukturisasi pembiayaan kendaraan bermotor Pada PT. Adira
Dinamika Multi Finance (PT. ADMF) Cabang Kelapa Gading Mobil Di Masa
Pandemi Covid-19; 2) menganalisis faktor pendukung dan penghambat Penerapan
Restrukturisasi Pembiayaan Kendaraan Bermotor Pada PT. Adira Dinamika Multi
Finance (PT. ADMF) Cabang Kelapa Gading Mobil Di Masa Pandemi Covid-
19.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode deskriptif.


Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat
disimpulkan yaitu: 1) Kebijakan restrukturisasi pembiayaan bermasalah di
PT. ADMF Cabang Kelapa Gading Mobil dengan cara mengubah atau mengatur
kembali jangka waktu pembiayaan dan jumlah angsuran. Penyeleseaian
pembiayaan bermasalah dengan sistem restructuring pada PT. ADMF Cabang
Kelapa Gading Mobil yaitu PT. ADMF meminta nasabah untuk mengajukan surat
untuk melakukan rescheduling, 2) Kendala penerapan kebijakan rescedulling dan
restrukturisasi pembiayaan bermasalah di PT. ADMF Cabang Kelapa Gading
Mobil dimana debitur beritikad tidak baik yang pada dasarnya diketahui bahwa
debitur sebetulnya mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam menyelesaikan
kreditnya kepada bank, namun debitur dengan sengaja tidak menyelesaikan
masalah kreditnya atau dengan sengaja melarikan diri.

Kata Kunci: Kebijakan Restrukturisasi, Faktor Pendukung dan Penghambat


Restrukturisasi

1
A. Pendahuluan
Sistem keuangan Indonesia terdiri dari sistem lembaga keuangan bank dan
sistem lembaga keuangan bukan bank. Sedangkan yang dimaksud dengan
lembaga jasa keuangan non-bank yaitu lembaga keuangan yang tidak
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
melainkan dengan cara mengeluarkan surat berharga dan membiayai investasi
beberapa perusahaan.
Lembaga keuangan bukan bank hadir dengan tujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan perekonomian nasional, dimana lembaga keuangan bank
membutuhkan dukungan dan peranan lembaga jasa keuangan lain untuk
menunjang dana yang diperlukan dalam rangka peningkatan pertumbuhan
perekonomian nasional. Faktor lain yang menimbulkan hadirnya lembaga
keuangan bukan bank ini ialah perkembangan kebutuhan masyarakat atas barang
atau jasa guna meningkatkan taraf hidupnya.
Lembaga pembiayaan dianggap sebagai salah satu alternatif pembiayaan
dari lembaga keuangan non bank yang lebih fleksibel, hal ini disebabkan oleh
karena lembaga pembiayaan menyesuaikan bidang usahanya dengan kebutuhan
konsumen.
Salah satu kegiatan usaha lembaga pembiayaan yang saat ini sedang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat ialah sewa guna usaha, dimana sewa guna usaha
hadir bagi usaha kecil, menengah, maupun usaha besar yang mengalami kesulitan
permodalan. Perkembangan leasing tidak terlepas dari kondisipertumbuhan
ekonomi nasional, dimana dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka
semakin diperlukannya sumber-sumber pembiayaan yang beranekaragam tidak
terbatas lagi pada pinjaman kredit bank atau sumber-sumber pasar uang dan
modal untuk memenuhi perkembangan masyarakat baik yang bersifat konsumtif
maupun yang bersifat produktif.
Dampak penyebaran Covid-19 terhadap aspek ekonomi dapat dilihat pada
pertumbuhan ekonomi nasional yang menurun, penerimaan negara yang menurun,
meningkatnya pembelanjaan dan pembiayaan negara terutama untuk bidang
kesehatan, serta menurunnya stabilitas keuangan negara.

2
Pertumbuhan ekonomi triwulan II pada bulan April hingga bulan Juni 2020
mengalami kontraksi penurunan sebesar 5,32%, dari penurunan yang terjadi pada
triwulan I 2020 di bulan Januari hingga bulan Maret dengan angka sebesar 2,97%.
Hal ini menuntut Pemerintah untuk berupaya meminimalisir dan mencegah
peningkatan dampak penyebaran Covid-19. Oleh sebab itu Pemerintah
menerbitkan dan memberlakukan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang.
Kebijakan ini bertujuan untuk menangani penurunan pendapatan negara dan
permasalahan yang terjadi pada masa pandemi Covid-19 di lembaga keuangan
yang dapat membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem
keuangan. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang memiliki
kewenangan untuk mencegah dan menangani Krisis Sistem Keuangan di bidang
perekonomian mendapatkan atribusi dengan dukungan dari Bank Indonesia,
Lembaga Penjamin Simpanan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Pemerintah.
Sejalan dengan ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dimana OJK memiliki kewenangan
mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, Pasar
Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya, maka OJK menerbitkan 5 (lima) Peraturan OJK (POJK)
sebagai tindak lanjut dari kewenangan yang diberikan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2020 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang.
Salah satu POJK tersebut ialah POJK Nomor 14/POJK.05/2020 Tentang
Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Covid-19 Bagi Lembaga Jasa
Keuangan Non-Bank. Kebijakan ini sebagai upaya untuk meningkatkan

3
pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas sistem keuangan, serta untuk
mengoptimalisasikan kinerja dan kapasitas operasional masyarakat dan lembaga
jasa keuangan non-bank yang telah terkena dampak penyebaran Covid-19.
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kembali kinerja dan kegiatan usahanya
maka leasing menerapkan kebijakan mengenai Countercyclical Dampak
Penyebaran Covid-19. Hingga Mei 2020 sebanyak 183 (seratus delapan puluh
tiga) perusahaan pembiayaan telah menerima permohonan relaksasi kredit
dengan memberlakukan POJK Nomor 14/POJK.05/2020 Tentang Kebijakan
Countercyclical Dampak Penyebaran Covid-19 Bagi Lembaga Jasa Keuangan
Non-Bank yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Salah satu leasing yang menerapkan kebijakan POJK Nomor
14/POJK.05/2020 Tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran
Covid-19 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank ialah PT. Adira Dinamika
Multi Finance (PT. ADMF). PT. Adira Dinamika Multi Finance (PT. ADMF)
merupakan perusahaan pembiayaan yang bergerak dibidang usaha pembiayaan
kendaraan bermotor sejak tahun 1990 dan mulai beroperasi pada tahun 1991.
Sejak awal, PT. Adira Dinamika Multi Finance (PT. ADMF) berkomitmen
untuk menjadi perusahaan pembiayaan terbaik dan terkemuka di Indonesia. Adira
Finance hadir untuk melayani beragam pembiayaan seperti kendaraan bermotor
baik baru ataupun bekas. Melihat adanya potensi ini, Adira Finance mulai
melakukan penawaran umum melalui sahamnya pada tahun 2004 dan Bank
Danamon menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 75%. Melalui beberapa
tindakan korporasi, saat ini Bank Danamon memiliki kepemilikan saham sebesar
92,07% atas Adira Finance. Sebagai anak perusahaan Bank Danamon, Adira
Finance menjadi bagian dari MUFG Group yang merupakan salah satu bank
terbesar di dunia.
Kegiatan pembiayaan yang dilakukan PT. Adira Dinamika Multi Finance
(PT. ADMF) meliputi kredit mobil Adira Finance, pembiayaan motor,
pembiayaan barang elektronik dan furniture serta pembiayaan multiguna. Adira
Finance didukung lebih dari 28 ribu karyawan dengan 667 jaringan usaha yang
tersebar di berbagai daerah dan telah melayani lebih dari 3,7 juta konsumen
dengan jumlah piutang yang dikelola sebesar Rp 48,3 triliun. Adira Finance

4
menguasai pangsa pasar otomotif sebesar 12,6% untuk sepeda motor baru dan 5,4
persen untuk mobil baru.
Pelaksanaan kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Covid-19 ini
diberlakukan di semua cabang perusahaan PT. Adira Dinamika Multi Finance
(PT. ADMF), salah satunya PT. Adira Dinamika Multi Finance (PT. ADMF)
Kantor Cabang Kelapa Gading Mobil. Pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan
yang berdasarkan prinsip kehati-hatian, manajemen resiko, dan tata kelola
perusahaan yang baik disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas daripada
kegiatan usahanya, sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang baru dalam
kegiatan usahanya.
PT. Adira Dinamika Multi Finance (PT. ADMF) Cabang Kelapa Gading
Mobil berkomitmen terus mengakomodasi permintaan restrukturisasi kendati
pengajuannya sudah sangat kecil dan tidak signifikan. Industri pembiayaan ikut
tertekan akibat penyebaran virus Covid-19 di Indonesia. Guna menghadapi
kondisi ini, Direktur Utama PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) atau
Adira Finance, mengharapkan pemerintah juga bisa memberikan stimulus bagi
industri, yang antara lain mengenai penyelarasan aturan restrukturisasi perusahaan
pembiayaan dengan perbankan. Selain itu juga diperlukan penyelarasan dalam hal
funding mengingat untuk menjalankan restrukturisasi pinjaman kredit nasabah
multifinance maka diperlukan dukungan dari perbankan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “DAMPAK KEBIJAKAN RESTRUKTURASI PADA PT ADIRA
DINAMIKA MULTIFINANCE CABANG KELAPA GADING MOBIL”.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dimana metode pendekatan
yang digunakan adalah yuridis-empiris. Spesifikasi penelitian bersifat deskriptif
analitis, yakni dengan memberikan gambaran terhadap masalah yang diangkat dan
memberikan analisis dari masalah sehingga mampu memberikan jawaban atas
permasalahan tersebut. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik observasi berupa kegiatan interview atau wawancara. Lalu

5
data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan analisis reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

C. Pembahasan
1.Dampak Penerapan Restrukturisasi Pembiayaan
Dampak Kebijakan Pemerintah Dalam Relaksasi Kredit Pembiayaan
Covid-19 sudah menjadi krisis global yang mengikis sendi-sendi kesehatan,
ketenagakerjaan, ekonomi, dan pelambatan pembangunan infrastruktur. Dari
sendi-sendi tersebut kita dapat ketahui bahwa itu merupakan indikator ekonomi
moneter secara makro.Pemerintah menjawab tantangan krisis global dengan
membuat beberapa kebijakan, seperti Kebijakan Pembatasan Sosial Bersekala
Besar (PSBB), Perpres Nomor 1 Tahun 2020 sebagaimana sudah ditetapkan
menjadi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan, relaksasi/restrukturisasi kredit perbankan sebagaimana diatur dalam
Peraturan OJK Nomor.11/POJK.03/2020.
Dari semua kebijakan tersebut mendapat kritikan dari para ahli. Salah
satunya relaksasi/restrukturisasi kredit perbankan. Relaksasi/restrukturisasi kredit
perbankan merupakan upaya debitur dalam menyusun ulang pembayaran
kewajiban/utang yang akan jatuh tempo, menyusun ulang besaran bunga, dan
pengurangan tunggakan pokok kredit serta mengkonversi kredit menjadi
penyertaan modal sementara. Syarat untuk mengajukan restrukturisasi kredit
debitur kepada kreditur yaitu, debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok
dan/atau bunga kredit dan debitur memiliki prospek usaha yang baik dan dinilai
mampu memenuhi kewajiban setelah kredit disusun ulang/restrukturisasi/
relaksasi. Dengan adanya relaksasi kredit pembiayaan, debitur dapat menekan
solvabilitas supaya usahanya masih bisa bertahan dan dampak tidak dipenuhinya
solvabilitas maka perusahaan tersebut terancam insolvensi, terdapat dua jenis
insolvensi, yaitu balance sheet insolvency dan cash flow insolvency. Keadaan
keuangan disebut balance sheet asset (insolvensi neraca) apabila utang

6
perusahaan atau perorangan melebihi nilai asetnya. Sementara yang dimaksud
dengan cash flow insolvency (insolvensi arus kas) adalah apabila suatu perusahaan
atau perorangan yang sebenarnya memiliki asset yang lebih besar dari jumlah
utangnya, tetapi tidak dapat memenuhi pelunasan utang-utangnya pada saat utang-
utang tersebut jatuh tempo. Setelah himbauan Presiden tentang relaksasi dan
penangguhan angsuran selama 1 Tahun, terjadi keresahaan pada industri lembaga
jasa keuangan dan juga bagi masyarakat. Sebelum adanya aturan yang jelas,
lembaga keuangan tidak serta merta melaksanakan hal himbauan tersebut
dikarenakan belum adanya aturan yang jelas terakit penangguhan tersebut. Disisi
lain, masyarakat mendesak pengajuan panangguhan kepada lembaga jasa
keuangan. Akibat pengajuan penangguhan ini, masyarakat menjadi berkumpul
dan berpotensi menyebarkan virus covid-19 ditengan ketidakjelasan aturan.
Penegakan hukum saat ini juga bukan lagi berdasarkan kesepakatan nilai-nilai
yang telah ditetapkan oleh pemerintah saja.
Dalam rangka mewujudkan tujuan hukum yang jelas fungsi penegakan
hukum memiliki posisi yang strategis. Hukum merupakan sub sistem hukum yang
tidak berdiri sendiri, melainkan terikat erat dengan keadaan yang sedang terjadi di
dalam masyarakat. Proses perwujudan penegakan hukum ke dalam masyarakat
diharapkan mampu bersikap adil dan tidak merugikan pihak lain. Penerapan
ketentuan restrukturisasi di Bank tanpa batasan plafon kredit. Dari kata “dapat” ini
mengandung penafsiran bahwa pasal ini bukan mewajibkan, melainkan
memberikan pilihan dapat atau tidak dapat memberikan kelonggaran kepada
debitur sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Karena pada kenyataannya
wabah Covid-19 mempunyai dampak langsung dan tidak langsung terhadap
semua sektor ekonomi bukan hanya debitur tetapi juga kreditur (perbankan).
Sampai pada akhir April 2020, OJK tidak juga melaksanakan instruksi presiden
tentang penangguhan kredit selama pandemi covid-19, hal ini diakibatkan
beberapa pertimbangan yang sangat luas, meliputi ketahanan lembaga-lembaga
keuangan, dampak pada sektor pekerja sehingga tidak juga bisa direalisasikan,
karena. jika kredit dibawah 10 milyar ditangguhkan selama 1 tahun sesuai
instruksi presiden, maka dipastikan lembaga jasa keuangan akan gulung tikar,
mengingat lembaga jasa keuangan non perbankan mayoritas nasabah memiliki

7
kredit dibawah 10 miliyar. Maka dari hal ini yang akan mengalami dampak akibat
intruksi ini dilaksanakan adalah lembaga jasa keuangan bank dan lembaga
keuangan non bank.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Restrukturisasi


Pembiayaan
Dalam pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan tidak terlepas dari adanya
faktor penghambat dan pendukung dalam prosesnya. Setelah memahami
mengenai implementasi restrukturisasi, perlu diketahui pula adanya beberapa
faktor penghambat dan pendukung seperti yang dipaparkan oleh pihak remedial
sebagai berikut:
Kalau yang menghambat dari segi administrasi seringnya ya nasabah gak
segera mengumpulkan berkas yang dijadikan persyaratan. Malahan ada
yang sampai berminggu-minggu gak segera dilengkapi jadinya
pelaksanaan tertunda, padahal dari kami satu minggu saja kadang gak
sampe seminggu udah beres dan udah bisa restrukturisasi pembiayaan.
Ada juga nasabah yang gak jujur waktu ditanya punya pinjaman lain yang
gak bisa dilacak BI Checking, jadi ya kami harus cari tau sendiri kalau gak
ya diajak ngomong baik-baik, didekati gitu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak remedial, faktor yang menjadi
penghambat dalam proses restrukturisasi pembiayaan adalah keterlambatan berkas
sehingga pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan tertunda, dan terdapat nasabah
yang tidak jujur saat melaporkan kondisi nasabah yang sesungguhnya.
Adapun faktor penghambat dalam restrukturisasi pembiayaan ini pun
disadari oleh nasabah sesuai dengan wawancara yang dilakukan kepada nasabah
X adalah sebagai berikut:
Kita kan juga punya banyak keperluan lain selain membayar tagihan, dan
itu semua kadang ada pengeluaran yang gak terduga kecuali pajak, listrik
atau yang lain yang sekiranya udah ada jatah tiap bulan. Masalahnya,
jatahnya dipakai gak sesuai penggunaannya. Misalkan uang buat bayar
pajak malah dibuat beli yang lain, otomatis waktu mas mas bank datang ya
tidak ada uang, uangnya buat bayar tagihan yang lain. Kalau yang bikin

8
jadi lancar bayar ya malu mbak kalau didatengi bank terus tiap bulan, ga
enak juga sama tetangga, jadinya ya terus bayar biar gak diomong orang
kalo suka didatengi bank apalagi kan disini rame.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak nasabah, faktor penghambat
juga berasal dari alokasi dana yang tidak sesuai fungsinya, sehingga dana yang
seharusnya digunakan untuk membayar kewajiban nasabah menjadi terhambat
karena digunakan untuk kebutuhan lain seperti membayar pajak, listrik, dan
kebutuhan tak terduga lainnya. Sedangkan faktor pendukung dalam implementasi
restrukturisasi pembiayaan adalah adanya kesadaran dari nasabah dan munculnya
efek jera karena merasa malu dengan kondisi lingkungan sekitar dan nasabah pun
memiliki iktikad baik untuk membayar.
Faktor pendukung dalam implementasi restrukturisaasi pembiayaan pun
dipaparkan oleh pihak remedial sebagai berikut:
Administrasi yang cepat, gak akan berbelit belit selama dokumen yang
dibutuhkan uda siap. Dari sisi nasabahnya ya kalau nasabahnya lancar
setelah ada restru terus dia bayar tepat waktu, paham kebijakan yang pasti
karena biar klop antara maunya perusahaan sama maunya nasabah biar gak
salah paham. Terus juga dalam hal kelancaran pembayaran, pihak remedial
dan marketing selalu memonitor nasabah terutama yang lagi restru biar
gak tambah macet juga biar hasil restrunya lebih baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak remedial, faktor
pendukungnya yaitu apabila nasabah sudah mempersiapkan dokumen yang
diperlukan maka proses restrukturisasi pembiayaan akan lebih cepat dilakukan.
Pihak bank juga melakukan pengawasan secara berkala tentang perkembangan
nasabah setelah direstrukturisasi, dan juga diperlukan sikap nasabah yang
kooperatif serta memahami kebijakan perusahaan agar tidak terjadi salah paham
dalam hal perjanjian pembiayaan.

9
D. Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penangguhan kredit
tidak bagi seluruh masyarakat yang terdampak covid-19. Penangguhan kredit bisa
disetujui dengan syarat bahwa kreditur tidak pernah membayar dengan terlambat
sebelum adanya Intruksi Presiden, hal ini dibuat berdasarkan pertimbangan yang
matang karena bagi debitur yang sebelum covid-19 sudah melakukan
keterlambatan pembayaran, terlebih bagi debitur yang sudah wanprestasi maka
tidak sama sekali disetujui oleh lembaga jasa keuangan. Begitu juga bagi debitur
yang masih bekerja, tidak serta merta disetujui seluruhnya untuk ditangguhkan,
dari berbagai informasi yang terhimpun bahwa Sebagian mendapat pengurangan
jumlah angsuran dan disesuaikan dengan tenor atau dengan kata lain bertambah
jangka waktu kredit dan disesuaikan dengan pokok kreditnya. Bagi pekerja yang
dirumahkan, maka bisa ditangguhkan dengan mengajukan surat dari tempat
debitur bekerja. Kebijakan-kebijakan lembaga jasa keuangan yang berbeda-beda
ini merupakan suatu penyeimbang, karena mengingat ketahanan industri jasa
keuangan tetap harus berjalan ditengah wabah Covid-19. Mengingat bahwa sektor
industri jasa keuangan merupakan sektor yang terdepan dalam kemajuan ekonomi.
Praktik retrukturisasi pembiayaan di PT. ADMF telah sesuai dengan teori
dan ketentuan yang ada dengan menjunjung tinggi etika jual beli yang baik dan
menumbuhkan kepercayaan antara perusahaan dan nasabah selama nasabah sesuai
dengan alur yang telah disepakati dalam perjanjian pembiayaan. PT. ADMF
dalam hal ini memberikan kelapangan kepada nasabah yang tidak dapat
menyelesaikan kewajibannya sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu nasabah gagal
bayar dikarenakan penurunan profit pada usahanya, namun masih memiliki
prospek yang baik dan memiliki iktikad yang baik untuk melunasi seluruh
kewajibannya.

10
Daftar Pustaka

Dharmmesta, Basu S. 2015. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan


Kesebelas. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/382/2020. Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di
Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Jakarta.
Kurtz, D. L. and L. E. Bone. 2006. Principles of Marketing. 12 ed. Mason, OH:
Thomson South-Western.
Surat Edaran Rektor Universitas Terbuka Nomor 12721/UN31/KP.11.00/2020 13
Maret 2020. Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Surat Edaran Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Terbuka Nomor
15132/UN31.WR.1/PK.02.03/2020 09 April 2020. Informasi Kebijakan
Layanan Akademik Program Diploma/Sarjana dalam Situasi COVID-19
pada Semester 2019/20.2. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Manurung Debora R.R.R. Perlindungan Hukum Debitur Terhadap Parate
Eksekusi Obyek Jaminan Fidusia. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion.
Edisi.2. Vol.3, 2015.
Saputri Rini. Analisis Penyelesaian Kredit Bermasalah pada PD. BPR Sarimadu
Pekanbaru. Jom FISIP. Vol. 2. No.2
Peraturan OJK Nomor 11/POJK.03/2020 Tentang Stimulus Perekonomian
Nasional Sebagai Kebijakan Countercylicial Dampak Penyebaran Covid-19
https://news.detik.com/kolom/d50 67481/implementasi- kebijakan-relaksasi-
kredit, tanggal 25 Juni 2020
https://www.hukumonline.com/ber ita/baca/lt5f35183759a 1c/melihat-ketentuan-
penagihan ileasing -i- saat-pandemi-covid-19/ tanggal 13 Agustus 2020

11

Anda mungkin juga menyukai