Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

MANAJEMEN KINERJA, KINERJA ORGANISASI


SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN
ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

NAMA : FENITA MEILIANTY SARI


NIM : 0219338
SEMESTER/PRODI : VII/MANAJEMEN
DOSEN : Drs. ASEP DENI, M.M.
MATA KULIAH : STRATEGI SUMBER DAYA MANUSIA
MANAJEMEN KINERJA, KINERJA ORGANISASI
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN
ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Teni Listiani
Staf Pengajar STIA LAN Bandung
Jalan Cimandiri No. 34 – 38 Bandung
Email: tenistiani@yahoo.com

Performance Management, Organization Performance and Their Implications


on the Quality Services of Public Sector

Abstract

Up to now people still regard the quality of public service has yet to be improved. Timeliness, bribery, discrimination,
high cost, and red tapes are among weaknesses observed in government organizations providing public service delivery.
Many studies suggest the poor quality public service is due to the inadequate organization performance. This inadequate
organization performance is thought to be caused by the unability on the part of organizations to manage their performance
based upon the aspects of personal, leadership, teamwork, system, and condition.
Keywords: performance management, organization performance, service quality

A. PENDAHULUAN dengan indikasi sebagai berikut:


Di dalam sektor publik, baik buruknya a. Ketidakjelasan waktu, biaya dan mekanisme
pelayanan dibandingkan dengan standar yang pelayanan.
telah ditetapkan, dapat dijadikan tolok ukur untuk b. Diskriminasi pelayanan pada pertemanan,
menilai seberapa besar komitmen organisasi afiliasi politik, etnis atau agama.
sektor publik tersebut terhadap kemauan dan c. Panjangnya rantai birokrasi.
kemampuannya memberikan pelayanan yang d. Adanya budaya suap dan pungutan liar untuk
berkualita kepada masyarakat. Sebagaimana kita mempercepat pelayanan.
ketahui, tuntutan terhadap pelayanan yang e. Orientasi aparatur pelayanan mengutamakan
berkualitas disuarakan oleh berbagai lapisan pejabat dan atasannya, bukan pada publik atau
masyarakat penerima layanan. Dengan kata lain, masyarakat.
masyarakat belum merasakan manfaat yang f. Berkembangnya budaya kekuasaan dalam
optimal dari proses dan hasil layanan yang pelayanan.
diberikan oleh organisasi publik. Secara objektif g. Prinsip pelayanan didasarkan pada distrust
dapat kita katakan bahwa dalam hal pemberian (ketidakpercayaan), bukan pada trust
pelayanan, organisasi sektor swasta terbukti (kepercayaan).
mampu memberikan pelayanan yang lebih baik h. Tidak konsistensinya penerapan prosedur
kepada para penggunanya. pelayanan untuk mengontrol perilaku pemberi
Kualitas pelayanan yang diberikan organisasi pelayanan.
publik pada umumnya nampak masih jauh dari I. Timpangnya distribusi kewenangan pada
standar yang diharapkan. Hal tersebut didasarkan berbagai satuan atau unit pemberi pelayanan.
kepada fakta dimana penilaian masyarakat
terhadap kinerja pemerintah dalam memberikan B erdasa r ka n peng amat a n, penyeb a b
pelayanan masih jauh dari yang dharapkan. timbulnya permasalahan tersebut adalah
Cerminan dari kualitas pelayanan yang rendah rendahnya tingkat kinerja organisasi pemerintah
diantaranya dapat dilihat dari pengurusan dalam menjalankan kepemerintahannya.
perizinan usaha yang berbelit-belit, tumpang Organisasi pemerintah pada umumnya masih
tindih dan birokratis, kurang jelasnya waktu dan lemah dalam aspek pengelolaan sumber-sumber
biaya pengurusan perizinan, serta standar daya dan potensi yang dimiliki, yang sebetulnya
pelayanan yang belum tersedia. dapat menjadi sumber pendapatan. Akibat yang
(http://www.hukumonline.com) ditimbulkan, adalah lambatnya upaya dalam
Hal senada dikemukakan oleh Pusat Studi memperbaiki atau meningkatkan pelayanan dan
Kependudukan Universitas Gajah Mada (Jurnal kesejahteraan bagi masyarakatnya.
LAN Vol 3. Nomor 1, 2007) yang mengungkapkan Banyak aspek yang dapat mempengaruhi baik
bahwa kualitas pelayanan publik masih rendah, buruknya kualitas pelayanan yang diberikan

312 Jurnal Ilmu Administrasi .


Volume VIII .
No. 3 .
Desember 2011
Manajemen Kinerja, Kinerja Organisas Serta Implikasinya terhadap Kualitas Pelayanan Organisasi Sektor Publik
» Teni Listiani

kepada masyarakat. Salah satunya adalah aspek mengarahkan sikap dan perilaku agar dapat
kinerja organisasi baik secara individual maupun menghasilkan kinerja yang baik dan selaras
secara keseluruhan. Lebih jauh lagi, untuk dengan tujuan organisasi. Di dalam suatu
mengetahui bagaimana kinerja yang dihasilkan organisasi seorang pemimpin harus mampu
oleh suatu organisasi, banyak digunakan berbagai menjalankan fungsi kepemimpinan yang meliputi
tools. Salah satu yang dapat digunakan untuk upaya pembimbingan, pembinaan, pengarahan,
mengukur tingkat keberhasilan organisasi pemotivasian, dan melakukan komunikasi yang
pemerintah dalam mewujudkan kinerjanya, efektif.
adalah konsep Balance Scorecard (BSc). Balance Demikian halnya system factor yang meliputi,
Scorecard berbeda dengan instrument penilaian job design metode kerja, prosedur kerja, serta
yang bersifat konvensional yang hanya mengukur fasilitas kerja yang ergonomis sangat mendukung
kinerja dari aspek keuangan saja. Melalui BSc, terselesaikannya suatu pekerjaan secara efisien
kinerja organisasi diukur melalui empat dan efektif. Dengan fasilitas kerja yang ergonomis
perspektif, yaitu: financial, internal business process, diharapkan setiap pegawai akan merasa nyaman,
customer, dan learning and growth. Dengan aman dalam bekerja sehingga kinerjanya
pengukuran kinerja organisasi yang mencakup meningkat. Hal tersebut sebagaimana dikemukan
empat perspektif tersebut, maka penilaian kinerja oleh Annis & McConville (Sedarmayanti, 2009: 1):
menjadi komprehensif, karena meliputi aspek “Ergonomics is the ability of apply information
internal proses, SDM yang dimiliki, masyarakat regarding human character, capabilities, and limitation
yang dilayani (pengguna layanan), dan keuangan. to the design of human tasks, machine system, living
Dari hasil pengukuran akan dapat diketahui baik- spaces, and environment so that people can live, work
buruknya kinerja organisasi dalam mencapai and play safety, comfortably and efficiently”.
tujuannya. Dalam upaya mening katkan kualitas
Kaitannya dengan kinerja yang dihasilkan oleh pelayanan, suatu organisasi yang bergerak di
suatu organisasi, terdapat faktor yang sektor publik maupun privat, harus memperbaiki
mempeng ar uhi nya, diant aranya adala h kinerja organisasinya melalui peningkatan kinerja
manajemen kinerja. Manajemen kinerja, pegawai baik secara individual dan kelompok.
merupakan upayaorganisasi untuk Dengan kinerja yang baik, setiap pelaksanaan
meningkatkan kinerja individual dan tim secara tugas di dalam organisasi dapat diselesaikan
berkelanjutan untuk mencapai tujuannya. dengan penggunaan waktu, tenaga, dana dan
Menurut Armstrong (1998) manajemen kinerja sumber-sumber lainnya secara efisien dan efektif.
d i p e ng a r u hi o l e h f a kt o r i nd i vi d ual, Untuk kondisi organisasi di sektor publik,
kepemimpinan, tim, sistem dan situasional. Pada permasalahan yang harus diperbaiki diantaranya
dasarnya, faktor individual (personal factors) adalah mengenai motivasi kerja pegawai dan
seperti keterampilan, pengetahuan, sikap, serta komitmen pegawai terhadap pekerjaan dan
kemauan merupakan hal yang seringkali organisasi masih rendah, dalam hal
dijadikan patokan keberhasilan seseorang untuk kepemimpinan masih terdapat pimpinan yang
berprestasi dalam pekerjaannya. Akan tetapi, belum optimal dalam menerapkan fungsi
pada kenyataannya masih banyak faktor lain yang kepemimpinannya, seperti misalnya dalam hal
berpengaruh terhadap kinerja seseorang di dalam mengarahkan, membimbing, memberdayakan,
suatu organisasi. Selain faktor skill, knowledge, dan berkomunikasi secara efektif. Hal lain,
ability, merujuk kepada beberapa pendapat kerjasama antar pegawai di dalam satu unit
(Armstrong & Angela Baron (1998), Cardy and maupun kerjasama antar unit kerja masih kurang
Dobbins (1994), serta Deming (1986), faktor-faktor terbina dengan baik, fasilitas kerja dan ruang kerja
determinan kinerja lainnya diantaranya adalah yang kurang memenuhi aspek ergonomic, dan job
fakt o r leadership,team,system,dan design belum dirancang dengan baik.
contextual/situational. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas,
Faktor kepemimpinan sebagai salah satu penulis tertarik untuk membuat tulisan yang
determinan kinerja, Agrawal (1993: 34) memberi berjudul: Manajemen Kinerja, Kinerja Organisasi
batasan definisi sebagai berikut: “The art of dan Dampaknya terhadap Kualitas Pelayanan
influencing others to direct their will, abilities and effort Organisasi Sektor Publik.
to the achievement of leader's goal. In the context of
organization, leadership lies in influencing individual
and group effort toward achievement of organizatiol B. KONSEP MANAJEMEN KINERJA
objectives.” Berdasarkan pendapat tersebut, Faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang
terlihat bahwa kepemimpinan merupakan seni sangat beragam, demikian pula upaya untuk
unt uk m empengaruhi o rang l ai n d an mengelolanya. Kinerja seseorang di dalam suatu

Jurnal Ilmu Administrasi .


Volume VIII .
No. 3 .
Desember 2011 313
Manajemen Kinerja, Kinerja Organisas Serta Implikasinya terhadap Kualitas Pelayanan Organisasi Sektor Publik
Teni Listiani «

organisasi akan tergantung pada karakteristik diharapkan dari orang-orang yang terlibat
suatu organisasi seperti misal budaya, struktur, didalam suatu organisasi baik secara kelompok
dan tipe orang-orang yang terlibat didalamnya. maupun individu. Didalam manajemen kinerja
Suatu organisasi, dalam mencapai tujuannya diperhatikan masalah pengukuran terhadap hasil-
perlu menciptakan iklim kerja dimana setiap hasil yang diperoleh, serta evaluasi terhadap
individu dan kelompok-kelompok kerja memiliki kemajuan didalam mencapai tujuan yang telah
tanggung jawab untuk selalu memberikan ditetapkan.
kontribusi dan melanjutkan proses perbaikan Manajemen kinerja berkaitan dengan
keahlian maupun pengetahuan. ko munikasi yang dicipt akan melalui
Untuk meningkatkan kinerja pegawai secara pembentukan iklim komunikasi diantara
optimal, diperlukan berbagai upaya yang pimpinan dan bawahan untuk menjelaskan apa
strategis, terencana dan berkesinambungan. yang diharapkan, pemberian informasi atas misi,
Melalui pendekatan manajemen kinerja, upaya niai-nilai dan tujuan organisasi. Melalui
pengelolaan kinerja dapat dilakukan secara lebih manajemen kinerja banyak manfaat yang dapat
baik. Berikut adalah beberapa pengertian diraih oleh suatu organisasi karena manajemen
manajemen kinerja menurut beberapa pendapat. kinerja dapat membantu didalam pencapaian
Menurut Armstrong (1998) “… performance- perbaikan yang berkelanjutan didalam kinerja
management processes are part of holistic approach to organisasi; meningkatkan motivasi dan komitmen
managing for performance, which is the concerns of pegawai; mengembangkan kemampuan individu,
everyone in the organization“. Masih menurut meningkatkan kepuasan kerja; meningkatkan
Armstrong (1998 ), “Performance management is a kinerja dan kerja sama team; membangun
process for establishing shared understanding about hubungan antara individu dan pimpinannya
what is to be achieved, and an approach to managing and secara terbuka didalam proses komunikasi;
developing people in a way which increases the meningkatkankesempatanuntuk
probability that it will be achieved in the short and mengekspresikan aspirasi dan harapan kerja
longer term”. individual.
Sementara itu menurut Philpott and Sheppard Didalam manajemen kinerja suatu organisasi,
(Armstrong, 1998), “Performance management aims selain adanya proses yang mencoba
to improve strategic focus and organizational mengintegrasikan keberadaan kelompok-
effectiveness through continuously securing kelompok kerja dan individu, terdapat beberapa
improvements in the performance of individual and aspek lain yang besar pengaruhnya terhadap
teams”. Sedangkan Bacal (1999) memaknai keberhasilan kinerja organisasi, kelompok dan
manajemen kinerja sebagai proses komunikasi individual secara keseluruhan, menurut pendapat
yang berkesinambungan dan dilakukan dalam Armstrong (1998 : 16), aspek tersebut diantaranya
kemitraan antar seorang karyawan dan atasan adalah:
langsungnya. Proses tersebut meliputi kegiatan 1. Personal factors;
membangun harapan yang jelas serta pemahaman 2. Leadership factors;
mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. 3. Team factors;
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di 4. Systems factors;
atas, pada hakekatnya manajemen kinerja 5. Contextual (situational) factors.
merupakan proses yang berupaya untuk
memperbaiki kinerja individu dan kelompok kerja Seluruh aktivitas pengelolaan sumber daya
secara berkesinambungan dalam upaya mencapai manusia di dalam organisasi seharusnya
tujuan organisasi secara efektif. Manajemen ditujukan kepada perbaikan kinerja dengan cara
kinerja itu sendiri merupakan salah satu mendapatkan dan mengembangkan kompetensi,
pendekatan strategis untuk memperbaiki kinerja motivasi dan komitmen baik secara individu
orang-orang didalam organisasi secara terus maupun kelompok kerja. Faktor-faktor individu
menerus yang dila k uka n deng an cara pada dasarnya ada yang bersifat given, namun ada
meningkatkan kapabilitas kelompok-kelompok pula yang dapat dibina dan dikembangkan secara
maupun individual yang terdapat didalam suatu optimal sehingga berdampak pada peningkatan
organisasi. kapasitas diri dan perbaikan organisasi. Faktor
Manajemen kinerja pada umumnya sangat skill, knowledge, attitude merupakan beberapa
fokus terhadap masalah outputs (hasil-hasil yang contoh yang dapat diperbaiki baik melalui jalur
dicapai), outcomes (dampak yang ditimbulkan dari formal maupun informal. Pada intinya faktor-
suatu kinerja), processes (proses yang dibutuhkan faktor tersebut bila dikelola dengan baik akan
untuk mencapai hasil yang diharapkan) dan inputs berdampak pada kinerja individu itu sendiri,
(pengetahuan, keahlian dan kompetensi) yang

314 Jurnal Ilmu Administrasi .


Volume VIII .
No. 3 .
Desember 2011
Manajemen Kinerja, Kinerja Organisas Serta Implikasinya terhadap Kualitas Pelayanan Organisasi Sektor Publik
» Teni Listiani

kinerja kelompok dan kinerja organisasi secara terhadap kinerja keseluruhan.


keseluruhan. Faktor situasional berkaitan dengan faktor
Demikian pula faktor kepemimpinan, baik internal dan eksternal organisasi. Kedua faktor
pimpinan unit maupun lembaga secara tersebut langsung maupun tidak langsung akan
keseluruhan perlu dioptimalkan. Bagaimana berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Secara
seorang pimpinan melakukan pembinaan, internal, adanya budaya kerja dapat diibaratkan
pengarahan, berkomunikasi, atau memberikan sebagai perekat yang menyatukan organisasi
dukungan, akan berdampak pada perilaku kerja bersama-sama dengan manajemen kinerja.
bawahannya. Seorang pimpinan yang demokratis Budaya yang dipengaruhi oleh struktur, ukuran,
atau sebaliknya otoriter akan menciptakan iklim kebiasaan pekerjaan, iklim hubungan kerja orang-
kerja tertentu dan menghasilkan sikap dan orang dan tipe pegawai akan berpengaruh
perilaku berbeda. Oleh sebab itu, seorang terhadap lingkungan internal organisasi yang
pimpinan harus mengetahui dengan baik pada akhirnya akan berdampak pada kinerja
karakteristik organisasi dan anggota yang organisasi secara keseluruhan. Disisi lain,
terdapat di dalamnya. Gaya kepemimpinan dan sebagaimana kita ketahui, organisasi merupakan
strategi seorang pimpinan akan berdampak pada sistem terbuka yang secara terus-menerus
kinerja pegawai. tergantung pada dan dipengaruhi oleh
Sementara itu, suatu organisasi perlu juga lingkungannya. Dengan adanya permasalahan-
memperhatikan secara seksama terhadap permasalahan yang berubah dengan cepat,
pembentukan kelompok kerja yang dapat menuntut setiap organisasi agar mampu untuk
menghasilkan kinerja yang optimal. Pada beradaptasi dengan perubahan. Dalam hal ini,
umumnya tujuan organisasi akan tercapai lebih dengan adanya pengelolaan kinerja yang baik
baik bila kelompok-kelompok kerja yang diwakili diharapkan dapat membantu organisasi
unit kerja dapat melakukan koordinasi, dan mengatasi perubahan yang dihadapi.
kerjasama yang terencana secara matang. Dari pemaparan sebelumnya, terlihat bahwa
Kelompok kerja harus dapat dijadikan ajang untuk pengelolaan kinerja di dalam suatu organisasi
saling memperbaiki dan mening katka n diarahkan kepada berbagai upaya pemenuhan
kompetensi, persaingan yang sehat, serta tujuan organisasi secara efektif. Selanjutnya Noe
perwujudan gagasan/ide yang dapat membawa (1999) mengemukakan 3 tujuan manajemen
organisasi kea arah yang lebih maju. kinerja yaitu: 1) Tujuan Stratejik; Manajemen
Faktor determinan kinerja lainnya seperti kinerja harus mengaitkan kegiatan pegawai
faktor system diantaranya meliputi fasilitas kerja, dengan tujuan organisasi. Pelaksanaan strategi
prosedur kerja dan job design. Fasilitas kerja yang tersebut perlu mendefinisikan hasil yang akan
mencukupi dari aspek kuantitas dan memadai dicapai, perilaku, karakteristik pegawai yang
dari aspek keteknologian sangat menunjang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi,
upaya pencapaian tujuan organisasi. Saat ini mengembangkan pengukuran dan sistem umpan
upaya perancangan fasilitas kerja yang memenuhi balik terhadap kinerja pegawai. 2) Tujuan
kriteria ergonomis sudah semakin memasyarakat. Administratif;
Dengan adanya fasilitas kerja yang ergonomis, Kebanyakan organisasi menggunakan
setiap orang dapat bekerja dengan nyaman dan informasi manajemen kinerja khususnya evaluasi
aman sehingga diharapkan dapat meningkatkan ki ne rj a unt uk k epe nt i ng a n ke p ut usa n
kinerja. Demikian pula halnya dengan administratif, seperti: penggajian, promosi,
ketersediaan prosedur kerja, prosedur dapat pemberhentian pegawai, dan lain-lain. 3) Tujuan
dijadikan pedoman kerja yang memandu setiap Pengembangan; Manajemen kinerja bertujuan
orang untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai mengembangkan kapasitas pegawai yang berhasil
dengan standar yang ada. Ketiadaan prosedur di bidang kerjanya. Pegawai yang tidak berkinerja
kerja dapat berdampak pada terjadinya baik perlu mendapat pemberdayaan melalui
overlapping pekerjaan, atau inefisiensi dalam training, penempatan yang lebih cocok dan
pencapaian tujuan. Hal lainnya, rancangan kerja sebagainya. Pihak manajemen perlu memahami
perlu dibuat sedemikian rupa karena dapat apa saja yang menyebabkan pegawai tidak
menciptakan bentuk pekerjaan (job context), berkinerja baik sehingga dapat diambil langkah-
peraturan dan hubungan kerja, meningkatkan langkah perbaikan kinerjanya.
produktivitas, efisiensi operasional dan kualitas Tujuan umum manajemen kinerja adalah
produk maupun jasa dan memberikan untuk menciptakan budaya para individu dan
kemudahan bagi setiap individu didalam kelompok dalam memikul tanggung jawab bagi
pencapaian pekerjaannya. Semua tujuan tersebut usaha peningkatan proses kerja dan kemampuan
pada akhirnya akan berpengaruh langsung yang berkesinambungan.

Jurnal Ilmu Administrasi .


Volume VIII .
No. 3 .
Desember 2011 315
Manajemen Kinerja, Kinerja Organisas Serta Implikasinya terhadap Kualitas Pelayanan Organisasi Sektor Publik
Teni Listiani «

Corporate Mission and


Strategic goals

Business and Departemental


Plans and goals

Competence Performance and


Requirement Development Agreement

Competence Performance and


Performance Standard
Evidence Development Plans

Action – Work and Performance


Development Measurement

Continuous – Monitoring

Financial Formal Review, Feedback


Rating
Reward and Joint Assesment

Gambar 1.
Sekuen Manajemen Kinerja
Sumber: Armnstrong dan Baron ,1998

Dalam penerapannya, proses manajemen Proses kesepakatan menjadi mudah jika kedua
kinerjadapatdigunakanuntuk pihak menyiapkan pertemuan dengan mengkaji
mengkomunikasikan dan memperkuat strategi, ulang kemajuan terhadap sasaran yang disetujui.
nilai dan norma organisasi dan mengintegrasikan Kontrak kerja merupakan dasar untuk
sasaran individu dan organisasi. Proses mempertimbangkan rencana yang harus dibuat
menajemen kinerja merupakan serangkaian untuk memperbaiki kinerja. Kontrak kinerja juga
aktivitas yang dilakukan secara berurutan agar menjadi dasar dalam melakukan penilaian
dapat mencapai hasil yang diharapkan. terhadap kinerja bawahan.
Sekuen kegiatan manajemen kinerja Rencana kerja dan pengembangan terutama
menurut Armnstrong dan Baron (1998) dapat merupakan eksplorasi bersama tentana apa yang
dilihat dalam Gambar 1. perlu dilakukan dan diketahui individu untuk
Dari gambar tersebut nampak bahwa misi memperbaiki kinerjanya dan mengembangkan
organisasi dan tujuan strategis organisasi ketrampilan dan kompetensinya, dan bagaimana
merupakan titik awal proses manajemen kinerja. manajer dapat memberikan dukungan dan
Misi dan tujuan strategi dijadikan acuan bagi bimbingan yang mereka perlukan. Selanjutnya
tingkat manajemen di bawahnya. Perumusan misi manajemen kinerja membantu orang untuk siap
dan tujuan strategis organisasi ditujukan untuk bertindak sehingga mereka dapat mencapai hasil
memastikan bahwa setiap kegiatan selanjutnya seperti direncanakan. Dengan demikian,
harus sejalan dengan tujuan tersebut dan manajemen kinerja merupakan pekerjaan yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi pada berhubungan dengan aktivitas orang dalam
prestasi. menjalankan pekerjaan dan bagaimana cara yang
Rencana dan tujuan bisnis dan departemen dipakai untuk mencapainya. Apabila diperlukan,
merupakan penjabaran dari misi dan tujuan dilakukan pelatihan dan pengembangan sumber
strategis. Rencana dan tujuan bisnis merupakan daya manusia.
penjumlahan rencana dan tujuan departemen. Konsep terpenting manajemen kinerja adalah
Selanjutnya kesepakatan kinerja merupakan proses mengelola dan mengembangkan standar
kesepakan yang dicapai antara individu dengan kinerja yang mencerminkan praktik yang baik
manajernya tentang sasaran dan akuntabilitasnya. secara normal tentang menetapkan arah,

316 Jurnal Ilmu Administrasi .


Volume VIII .
No. 3 .
Desember 2011
Manajemen Kinerja, Kinerja Organisas Serta Implikasinya terhadap Kualitas Pelayanan Organisasi Sektor Publik
» Teni Listiani

monitoring da n me ng uk ur ki nerja, organisasi, kinerja pegawai merupakan dasar dari


mengusahakan umpan balik, dan mengambil aktivitas sumber daya lainnya, karena dapat
tindakan. Kegiatan selanjutnya dalam proses digunakan sebagai acuan untuk pengembangan
manajemen kinerja adalah melakukan review. diri pegawai, pemberian imbalan, atau bahkan
Review mencakup pencapaian sasaran, tingkat memberhentikan seorang pegawai.
kompetensi yang dicapai, kontribusi terhadap Kinerja merupakan kondisi yang harus
nilai-nilai utama, pencapaian pelaksanaan diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak
rencana pengembangan pribadi, pertimbangan tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian
tengan masa depan, aspirasi tentang pekerjaan, hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang
dan komentar terhadap dukungan manajer. Hasil diemban suatu organisasi serta mengetahui
review menjadi umpan balik bagi kontrak kinerja. dampak positif dan negatif suatu kebijakan
Pada akhirnya, dengan memperhatikan hasil operasional yang diambil. Kinerja ini dapat
atau prestasi kerja, dapat ditetapkan penilaian dipergunakan manajemen untuk melakukan
kinerja. Metode yang sesuai untuk dipakai akan penilaian secara periodik mengenai efektivitas
tergantung dari jenis organisasi dan pekerjaan operasional suatu organisasi, bagian organisasi,
yang dilakukan. dan karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan
kriteria yang ditetapkan sebelumnya.
Selanjutnya penilaian kinerja sebaiknya
C. KONSEP KINERJA ORGANISASI mengandung indikator kinerja, yaitu: (1)
Berhasil tidaknya suatu organisasi untuk memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan
sebagian besar ditentukan oleh pimpinan. Apabila menekankan pada perspektif pelanggan, (2)
pimpinan melakukan pekerjaan dengan baik, menilai setiap aktivitas dengan menggunakan alat
organisasi mungkin dapat mencapai tujuannya. ukur kinerja yang memberikan kesan terhadap
Manajemen kinerja dapat menjadi ukuran pelanggan, (3) memperhatikan semua aspek
seberapa efisien dan efektif seorang pimpinan aktivitas kinerja secara komprehensif yang
mempertimbangkan dan mencapai tujuan yang mempengaruhi pelanggan, dan (4) menyediakan
tepat. informasi berupa umpan balik untuk membantu
Dari faktor-faktor determinan kinerja yang anggota organisasi mengenali permasalahan dan
telah dijelaskan, nampak bahwa berhasil tidaknya peluang untuk melakukan perbaikan. Balanced
suat u organisasi dalam mencapai atau scorecard melengkapi seperangkat ukuran
mewujudkan tujuannya dapat dilihat dari keuangan kinerja masa lalu dengan ukuran
perilaku individu dan team kerja yang terlibat pendorong (drivers) kinerja masa depan. Balanced
didalamnya, serta faktor situasional yang meliputi scorecard menerjemahkan misi dan strategi ke
lingkungan internal dan eksternal organisasi. Hal dalam berbagai tujuan dan ukuran, yang tersusun
tersebut sebagaimana yang dinyatakan oleh Pierce ke dalam empat perspektif, yaitu: keuangan,
and Gardner (2002 : 261) dalam fungsi persamaan pelanggan, proses bisnis internal, serta
berikut: Behavior = f [(Person)(Situation)] pembelajaran dan pertumb uhan. Empat
Dari persamaan tersebut, perilaku (behavior) pe rspe kt if bal an c ed sc or e ca rd memb eri
mewakili tingkat kinerja, serta keterlibatan dalam keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan
organisasi. Sedangkan orang (person) merupakan jangka panjang, antara hasil yang diinginkan
sikap, sifat, pengetahuan dan nilai yang dimiliki. dengan faktor pendorong tercapainya hasil
Sementara itu, situasi (situation) diantaranya tersebut. Secara lebih jelas keterkaitan antara
adalah keterbatasan waktu, peralatan kerja, dan empat perspektif tersebut dapat dilihat dalam
tekanan sosial. Dengan mengacu kepada Gambar 2.
persamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan pemaparan, maka penilaian
baik buruknya kinerja seseorang selain kinerja mengandung t ugas- tugas untuk
dipengaruhi oleh kemampuan, sikap dan nilai mengukur berbagai aktivitas tingkat organisasi
yang tertanam didalam diri seseorang, juga sehingga menghasilkan informasi umpan balik
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal untuk melakukan perbaikan organisasi. Perbaikan
organisasi. organisasi mengandung makna perbaikan
Oleh karena kinerja merupakan hal yang manajemen organisasi yang meliputi; (a)
penting bagi organisasi, maka untuk mengetahui perbaikan perencanaan, (b) perbaikan proses, dan
kinerja organisasi perlu dilakukan pengukuran (c) perbaikan evaluasi. Hasil evaluasi selanjutnya
terhadap berbagai karakteristik pegawai yang merupakan informasi unt uk perb aika n
terlibat didalamnya, sepert i: keahlian, “perencanaan-proses-evaluasi” selanjutnya.
pengetahuan, sikap, sifat, motivasi. Bagi suatu Proses “perencanaan-proses-evaluasi” harus

Jurnal Ilmu Administrasi .


Volume VIII .
No. 3 .
Desember 2011 317
Manajemen Kinerja, Kinerja Organisas Serta Implikasinya terhadap Kualitas Pelayanan Organisasi Sektor Publik
Teni Listiani «

Objectives

Initiatives
Measures
Financial

Targets
To succeed
financially, how
should we
appear to our
shareholders?
Internal Business

Objectives
Objectives

Initiatives
Initiatives

Measures
Measures

Customer Process

Targets
Targets

To achieve our To satisfy our


vision, how shareholders and
Vision & Strategy
should we customers, what
appear to our business process
customers? must we excel at?
Learning and

Objectives

Initiatives
Measures
Growth

Targets
To achieve our
vision, how will
we sustain our
ability to change
and improve?

Gambar 2.
Visi dan Strategi dalam Balance Scorecard
Sumber: Norton dan Kaplan, 2000: 57

dilakukan secara terus-menerus (continuous melahirkan konsep total quality management, yang
process improvement) agar faktor strategis bertujuan melakukan perbaikan di semua bidang
(keunggulan bersaing) dapat tercapai. pekerjaan dengan orientasi pada kepuasan
Berkenaan dengan tujuan pengukuran pengguna.
kinerja, Kaplan dan Norton (2000: 128) Kualitas didefinisikan sebagai memenuhi atau
berpendapat bahwa tujuan dari setiap sistem melebihi harapan pelanggan. Heizer dan Render
pengukuran seharusnya adalah untuk memotivasi ( 2001 ) mendefinisikan k ualitas sebagai
semua manajer dan pekerja agar melaksanakan kemampuan produk atau jasa memenuhi
strategi organisasi dengan berhasil. Organisasi kebutuhan pelanggan. Sementara itu menurut
yang dapat menerjemahkan strategi ke dalam Russell dan Taylor (2000), sebagai totalitas
sistem pengukuran akan jauh lebih mampu tampilan dan karakteristik produk atau jasa yang
melaksanakan st rateg i karena dapat berusaha keras untuk memuaskan kebutuhan
mengkomunikasikan tujuan dan sasarannya. tertentu.
Komunikasi ini memfokuskan manajer dan Sementara itu Groonroos (Tjiptono dan
pekerja kepada berbagai faktor pendorong Chandra, 2007), berpendapat bahwa kualitas
penting, yang memungkinkan keselarasan suatu jasa dipersipsikan menjadi dua dimensi
investasi, inisiatif, dan tindakan dengan utama: 1) Technical Quality (outcome dimension),
pencapaian tujuan strategis. meliputi search quality, experience quality, dan
credence quality; 2) Functional Quality (process-
related dimension). Dalam dimensi yang pertama,
D. KONSEP KUALITAS PELAYANAN terkandung pengetian bahwa setiap pengguna
Mengutip sebuah sumber, dinyatakan bahwa jasa akan menilai baik tidaknya suatu pelayanan
konsep kualitas telah menjadi suatu paham dilihat dari aspek output jasa, sedangkan untuk
universal dan menjadi faktor dominan terhadap dimensi yang kedua, artinya, setiap pengguna jasa
keberhasilan suatu organisasi. Sehubungan menilai kualitas pelayanan dilihat dari bagaimana
dengan hal tersebut, maka setiap organisasi harus cara penyampaian suatu jasa, transfer kualitas
selalu melakukan perbaikan dalam kegiatan dan teknis atau output jasa kepada mereka.
kinerjanya untuk dapat mencapai tujuan yang Dari sisi perspektif kualitas pelayanan, Garvin
diharapkan. Hal tersebut pada akhirnya (Tjiptono dan Chandra, 2007) mengklasifikasikan

318 Jurnal Ilmu Administrasi .


Volume VIII .
No. 3 .
Desember 2011
Manajemen Kinerja, Kinerja Organisas Serta Implikasinya terhadap Kualitas Pelayanan Organisasi Sektor Publik
» Teni Listiani

lima pendekatan, yaitu: 1) Transcendental approach, oleh tingkat kesesuaian dengan spesifikasi
2) Product-based approach, 3) User-based approach, 4) barang atau jasa yang ditawarkan.
Manufacturing-based approach, 5) Value-based b. Value, menunjukkan seberapa baik produk
approcah. Dalam pendekatan transendental, atau jasa mencapai tujuan yang dimaksudkan
kualitas dipandang sebagai innate excellence, pada harga yang pengguna bersedia
yaitu sesuatu yang bisa dirasakan namun sukar membayar.
didefinisikan atau dirumuskan. Berdasarkan c. Fitness for use (kecocokan untuk digunakan),
pendekatan ini, setiap orang hanya bisa menunjukkan seberapa baik produk atau jasa
memahami kualitas melalui pengalamannya yang dapat mewujudkan tujuan yang dimaksudkan
berulang. Sedangkan dalam pendekatan yang atau dipergunakan. Aspek lain termasuk pula
kedua, diasumsikan bahwa kualitas merupakan didalamnya penampilan, gaya, daya tahan dan
karakteristik atau atribut objek yang dapat diukur. keandalan.
Dengan kata lain, kualitas mencerminkan d. Support, dukungan yang diberikan perusahaan
perbedaan dalam jumlah beberapa atribut yang terhadap produk atau jasa sangat penting bagi
dimiliki suatu produk atau jasa. Dalam pengguna. Dukungan dapat diberikan dalam
pendekatan ketiga, kualitas didasarkan pada bentuk purna jual, respon terhadap klaim.
bagaimana pengg una menilai sehingga e. Psychological impression, kualitas dapat
produk/jasa yang paling memuaskan preferensi dicerminkan pula melalui kesan psikologis
seseorang merupakan produk yang berkualitas seperti citra atau estetika. Dalam pelayanan
paling tinggi. Sementara itu, dalam pendekatan dimana terjadi kontak langsung dengan
berikutnya, perspektif ini menekankan kualitas pemberi jasa, maka aspek penampilan pekerja,
pada standar-standar yang ditetapkan oleh suatu kesopanan, bersahabat, dan simpatik dapat
organisasi, bukan oleh pengguna. Hal tersebut mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap
sering disebabkan oleh adanya keinginan kualitas pelayanan.
organisasi untuk meningkatkan produktivitas tapi
dengan biaya yang seminimal mungkin. Pada Berdasarkan kedua pendapat tersebut,
pendekatan terakhir, kualitas dipandang dari nampak bahwa dimensi kualitas pelayanan fokus
aspek value and price. Kualitas dalam perspektif ini terhadap pemenuhan kebutuhan dan keinginan
bersifat relatif, yang memiliki kualitas tertinggi setiap pengguna, dilihat dari unsur yang berkaitan
belum tentu yang paling bernilai, namun yang dengan proses pelayanan itu sendiri dan output
paling bernilai adalah yang paling tepat dibeli yang dihasilkan dari suatu pelayanan.
(best-buy).
Dilihat dari dimensinya, terdapat beberapa
pendapat, seperti misalnya konsep TERRA yang E. KETERKAITAN MANAJEMEN KINERJA,
dikemukaan oleh Zeithaml (1990). Konsep KINERJA ORGANISASI DAN KUALITAS
tersebut meliputi dimensi Tangible-Emphaty- PELAYANAN
Responsiveness-Reliability-Assurance. Dimensi Tugas utama dari setiap organinasi pemerintah
tangible, berkaitan dengan ketersediaan dan daya adalahmemberikanpelayananatau
tarik fasilitas fisik, perlengkapan sera penampilan menyelenggarakan pelayanan publik (public
karyawan. Dimensi emphaty, berarti suatu service) agar terwujud kesejahteraan bagi
organisasi memahami masalah pengguna layanan masyarakat (public welfare). Keberhasilan
dan bertindak demi kepentingannya. Dimensi pemerintah dalam memberikan pelayanan
responsiveness, berkaitan dengan kemampuan para terbaiknya, dipengaruhi oleh sejauhmana
karyawan untuk membantu pengguna jasa dan kemampuan organisasi dalam mengelola berbagai
merespons permintaan mereka, dan memberikan sumber daya yang dimiliki, atau bagaimana
jasa secara cepat. Dimensi reliability, berkenaan organisasi melakukan manajemen kinerjanya.
dengan kemampuan untuk memberikan layanan Kemampuan organisasi dalam melakukan
yang akurat, serta menyampaikan jasanya tepat manajemen kinerja, diharapkan akan mampu
waktu. Dimensi assurance, yaitu perilaku memperbaiki kinerja organisasi.
karyawan yang mampu menumb uhkan Untuk mengukur kinerja organisasi terdapat
kepercayaan dan rsa aman bagi para pengguna berbagai pendekatan yang dapat digunakan,
jasa. seperti misalnya diukur dari tingkat efisiensi,
Sementara itu pendapat lainnya yaitu menurut efektivitas, atau produktivitas. Namun demikian,
Krajewski dan Ritzman (1999), kualitas memiliki penulis beranggapan bahwa terdapat pendekatan
lima dimensi: conformance to specification, value, lain yang lebih komprehensif dalam mengukur
fitness for use, support, psychological impression. kinerja organisasi yaitu pendekatan Balance
a. Conformance to specification, kualitas ditentukan Scorecard. Melalui balance Scorecard, kinerja

Jurnal Ilmu Administrasi .


Volume VIII .
No. 3 .
Desember 2011 319
Manajemen Kinerja, Kinerja Organisas Serta Implikasinya terhadap Kualitas Pelayanan Organisasi Sektor Publik
Teni Listiani «

Internal Factors:
Individual, Leadership, Individual Service Quality
Performance
Team Work, System
Conformance to
Specification

Organisational Value
Performance Performance
Management
Finance Fittnes for use

Customer
Support

Internal Business Process


External Factors Psychological Impression
Learning & Growth

Gambar 3.
Keterkaitan Manajemen Kinerja, Kinerja, dan Kualitas pelayanan

organisasi diukur melalui empat perspektif yaitu terhadap pekerjaan atau bersikap kooperatif
aspek keuangan, proses internal, pertumbuhan dengan pegawai lainnya dalam menyelesaikan
dan pembelajaran. Dari hasil pengukuran kinerja berbagai pekerjaan.
organiasi, untuk selanjutnya dapat dilihat apakah Apabila kita cermati, pada umumnya kualitas
hal tersebut mampu meningkatkan pula sumber daya manusia khususnya di daerah dilihat
pemberian layanan kepada masyarakat. dari latar belakang pendidikan, pengetahuan dan
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk wawasan serta ketrampilan, relatif masih rendah.
melihat keterkaitan antara manajemen kinerja, Dengan demikian, pada saat perekrutan dan
kinerja organisasi dan kualitas pelayanan publik, seleksi pegawai, organisasi pemda kurang mampu
penulis gambarkan dalam Gambar 3. memenuhi kebutuhan pegawainya secara
Berdasarkan gambar 3, penulis akan mencoba maksimal atau memenuhi kriteria yang
melakukan telaahan secara sistematis berdasarkan diharapkan. Kondisi tersebut mengakibatkan
alur, dengan sasaran objeknya adalah kondisi ketersediaan pegawai yang kompeten di dalam
organisasi publik. Yang pertama mengenai organisasi pemerintah pun kurang memadai.
manajemen kinerja (performance management). Faktor determinan manajemen kinerja lainnya
Manajemen kinerja merupakan strategi dan upaya adalah faktor kepemimpinan. Kepemimpinan
perbaikan yang berkelanjutan, yang diharapkan merupakan seni untuk mempengaruhi orang lain
mampu mengelola kinerja individu, tim dan dan mengarahkan sikap dan perilaku agar dapat
organisasi secara keseluruhan. Untuk memastikan menghasilkan kinerja yang baik dan selaras
bahwa manajemen kinerja organisasi publik dapat dengan tujuan organisasi. Di dalam suatu
berjalan optimal, maka terdapat faktor-faktor organisasi seorang pemimpin harus mampu
yang menentukan diantaranya adalah faktor menjalankan fungsi kepemimpinan yang meliputi
personal. upaya pembimbingan, pembinaan, pengarahan,
Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan, pemotivasian, dan melakukan komunikasi yang
ketrampilan seseorang akan berdampak pada efektif. Gaya kepemimpinan yang cenderung
kemampuannya untuk menyelesaikan beban dit erapkan di o rg anisasi pub lik t idak
pekerjaan yang diembannya. Dengan tingkat mencerminkan gaya kepemimpinan yang
pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan partisipatif atau transformasional.
kebutuhan atau sesuai dengan pekerjaan yang Demikian halnya system factor yang meliputi,
harus diselesaikan, maka capaian kinerja job design, metode kerja, prosedur kerja, serta
sebagaimana yang diharapkan akan terwujud. fasilitas kerja yang ergonomis sangat mendukung
Demikian pula sikap dan perilaku kerja seseorang terselesaikannya suatu pekerjaan secara efisien
terhadap kondisi dan lingkungan kerja akan dan efektif. Dengan fasilitas kerja yang ergonomis
berdampak pada pencapaian kinerja yang diharapkan setiap pegawai akan merasa nyaman,
optimal. Cerminan dari sikap dan perilaku kerja aman dalam bekerja sehingga kinerjanya
dapat terlihat dari bagaimana seseorang meningkat. Namun pada kenyataannya faktor
mematuhi peraturan kerja, disiplin, berkomitmen sistem masih belum memadai. Sebagai gambaran

320 Jurnal Ilmu Administrasi .


Volume VIII .
No. 3 .
Desember 2011
Manajemen Kinerja, Kinerja Organisas Serta Implikasinya terhadap Kualitas Pelayanan Organisasi Sektor Publik
» Teni Listiani

umum, belum terancangnya sistem kerja yang diketahui dengan akurat. Sebagaimana yang telah
berdampak pada meningkatnya efisiensi dan dikemukakan di awal tulisan, bahwa kinerja
efektivitas kerja. Demikian pula dilihat dari keuangan pemerintah sangat berperan dalam
ketersediaan sarana dan prasarana, atau penataan membantu pemerintah memberikan pelayanan
ruang kerja, masih jauh dari kondisi lingkungan yang berkualitas bagi masyarakatnya.
kerja yang ergonomis.
Dari gambaran di atas, nampak jelas bahwa
manajemen kinerja sangat dipengaruhi oleh F. PENUTUP/KESIMPULAN
faktor-faktor sumber daya manusia dan Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat
lingkungan kerja. Kemampuan organisasi dalam ditarik kesimpulan bahwa manajemen kinerja
mengelola faktor-faktor determinan tersebut merupakan suatu pendekatan strategis yang
secara berkelanjutan akan memperbaiki tingkat dapat meningkatkan kinerja individu, tim dan
kinerja individu, kelompok dan organisasi. organisasi secara menyeluruh. Manajemen kinerja
Untuk mengukur kinerja individu, indikator yang kurang optimal dapat disebabkan oleh faktor
yang dapat digunakan dapat dilihat dari sumber daya manusia yang kurang berkualitas,
hasil,proses atau perilaku kerja, diantaranya seperti misalnya tingkat pendidikan, ketrampilan,
adalah: atau kompetensi yang dimiliki tidak sesuai
a. Tingkat keberhasilan seseorang dalam dengan tuntutan atau kebutuhan organisasi.
mencapai target pekerjaan, dilihat dari F akto r l ing k ung a n kerja yang k ur ang
kuantitas dan kualitasnya. Misal, berapa mendukung, misal dalam hal budaya kerja,
banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan keterbatasan ketersediaan sarana dan prasarana
tanpa banyak melakukan kesalahan. yang layak. Baik buruknya kinerja organisasi akan
b. Tingkat penyelesaian pekerjaan sesuai dengan berdampak pada baik buruknya pemberian
target waktu. Misal, apakah pekerjaan dapat kualitas pelayanan kepada publik.
diselesaikan lebih cepat dibandingkan target
yang telah ditetapkan, atau minimal tepat
waktu. REFERENSI
c. Inisiatif dan daya kreativitas. Berapa banyak Achmad, S Ruky. 2001. Sistem Manajemen Kinerja.
ide dihasilkan, misal ide untuk memperbaiki Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
sistem kerja. Armstrong & Angela Baron. 1998. Performance
Management. London: IPD House.
d. Proses komunikasi, bagaimana seseorang
Brennan, E. James. 1989. Performance Management
mampu berkomunikasi dengan baik dengan Woorkbook. New Jersey: Prentice Hall.
atasan atau rekan kerja. Hodge, Graeme. 1993. Performance Management in Public
Sector Agencies. Australia: Montech Pty Ltd.
Untuk mengetahui baik buruknya kinerja Mondy and Noe , 1990. Human Resource Management.
individual tersebut, diperlukan adanya penilaian USA: Allyn and Bacon.
kinerja melalui berbagai metode yang tepat atau Parasuraman, A., Berry, L.L., Zeithaml, V.A. 1990. An
sesuai dengan karakteristik organisasi. Empirical Examination of Relationships in An
Disamping penilaian kinerja individu, yang tak Extended Service Quality Model. Cambridge. MA.
Putti, M. Joseph. 1984. Manager's Primer on Performance
kalah penting adalah meng ukur kinerja
Appraisal: Concepts and Techniques. Singapore
organisasi. Indikator dari berhasil tidaknya Institute of Management. Maruzen Asia Pte Ltd.
organiasi dalam mencapai atau mewujudkan Sedarmayanti. 2009. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja,
tujuannya, dapat diukur dengan berbagai Suatu Tinjauan Dari Aspek Ergonomi atau Kaitan
pendekatan. Pada umumnya yang digunakan Antara Manusia dengan Lingkungan Kerjanya.
adalah dengan melihat tingkat efisiensi dan Bandung: CV. Mandar Maju.
efektivitas dalam memanfaatkan sumber daya
atau potensi yang tersedia di dalam organisasi. Sumber lain:
Jurnal LANvol.3, Nomor 1, tahun 1997
Namun demikian, kini terdapat alat ukur lain
Hhtp://www.hukumonline.com
yaitu Balance Scorecard. Untuk organisasi publik,
alat ukur ini cukup komprehensif dan
representatif dalam mencerminkan kinerja
organisasi yang sesungguhnya, karena alat ukur
ini meliputi perspektif keuangan, pengguna,
proses internal bisnis, dan pertumbuhan dan
pembelajaran.
Melalui Balance Scorecard, diharapkan
gambaran baik buruknya kinerja keuangan dapat

Jurnal Ilmu Administrasi .


Volume VIII .
No. 3 .
Desember 2011 321

Anda mungkin juga menyukai