Manajemen Kinerja, Kinerja Organisasi Serta Implikasinya Terhadap Kualitas Pelayanan - Fenita Meilianty Sari - Vii Manajemen PDF
Manajemen Kinerja, Kinerja Organisasi Serta Implikasinya Terhadap Kualitas Pelayanan - Fenita Meilianty Sari - Vii Manajemen PDF
Teni Listiani
Staf Pengajar STIA LAN Bandung
Jalan Cimandiri No. 34 – 38 Bandung
Email: tenistiani@yahoo.com
Abstract
Up to now people still regard the quality of public service has yet to be improved. Timeliness, bribery, discrimination,
high cost, and red tapes are among weaknesses observed in government organizations providing public service delivery.
Many studies suggest the poor quality public service is due to the inadequate organization performance. This inadequate
organization performance is thought to be caused by the unability on the part of organizations to manage their performance
based upon the aspects of personal, leadership, teamwork, system, and condition.
Keywords: performance management, organization performance, service quality
kepada masyarakat. Salah satunya adalah aspek mengarahkan sikap dan perilaku agar dapat
kinerja organisasi baik secara individual maupun menghasilkan kinerja yang baik dan selaras
secara keseluruhan. Lebih jauh lagi, untuk dengan tujuan organisasi. Di dalam suatu
mengetahui bagaimana kinerja yang dihasilkan organisasi seorang pemimpin harus mampu
oleh suatu organisasi, banyak digunakan berbagai menjalankan fungsi kepemimpinan yang meliputi
tools. Salah satu yang dapat digunakan untuk upaya pembimbingan, pembinaan, pengarahan,
mengukur tingkat keberhasilan organisasi pemotivasian, dan melakukan komunikasi yang
pemerintah dalam mewujudkan kinerjanya, efektif.
adalah konsep Balance Scorecard (BSc). Balance Demikian halnya system factor yang meliputi,
Scorecard berbeda dengan instrument penilaian job design metode kerja, prosedur kerja, serta
yang bersifat konvensional yang hanya mengukur fasilitas kerja yang ergonomis sangat mendukung
kinerja dari aspek keuangan saja. Melalui BSc, terselesaikannya suatu pekerjaan secara efisien
kinerja organisasi diukur melalui empat dan efektif. Dengan fasilitas kerja yang ergonomis
perspektif, yaitu: financial, internal business process, diharapkan setiap pegawai akan merasa nyaman,
customer, dan learning and growth. Dengan aman dalam bekerja sehingga kinerjanya
pengukuran kinerja organisasi yang mencakup meningkat. Hal tersebut sebagaimana dikemukan
empat perspektif tersebut, maka penilaian kinerja oleh Annis & McConville (Sedarmayanti, 2009: 1):
menjadi komprehensif, karena meliputi aspek “Ergonomics is the ability of apply information
internal proses, SDM yang dimiliki, masyarakat regarding human character, capabilities, and limitation
yang dilayani (pengguna layanan), dan keuangan. to the design of human tasks, machine system, living
Dari hasil pengukuran akan dapat diketahui baik- spaces, and environment so that people can live, work
buruknya kinerja organisasi dalam mencapai and play safety, comfortably and efficiently”.
tujuannya. Dalam upaya mening katkan kualitas
Kaitannya dengan kinerja yang dihasilkan oleh pelayanan, suatu organisasi yang bergerak di
suatu organisasi, terdapat faktor yang sektor publik maupun privat, harus memperbaiki
mempeng ar uhi nya, diant aranya adala h kinerja organisasinya melalui peningkatan kinerja
manajemen kinerja. Manajemen kinerja, pegawai baik secara individual dan kelompok.
merupakan upayaorganisasi untuk Dengan kinerja yang baik, setiap pelaksanaan
meningkatkan kinerja individual dan tim secara tugas di dalam organisasi dapat diselesaikan
berkelanjutan untuk mencapai tujuannya. dengan penggunaan waktu, tenaga, dana dan
Menurut Armstrong (1998) manajemen kinerja sumber-sumber lainnya secara efisien dan efektif.
d i p e ng a r u hi o l e h f a kt o r i nd i vi d ual, Untuk kondisi organisasi di sektor publik,
kepemimpinan, tim, sistem dan situasional. Pada permasalahan yang harus diperbaiki diantaranya
dasarnya, faktor individual (personal factors) adalah mengenai motivasi kerja pegawai dan
seperti keterampilan, pengetahuan, sikap, serta komitmen pegawai terhadap pekerjaan dan
kemauan merupakan hal yang seringkali organisasi masih rendah, dalam hal
dijadikan patokan keberhasilan seseorang untuk kepemimpinan masih terdapat pimpinan yang
berprestasi dalam pekerjaannya. Akan tetapi, belum optimal dalam menerapkan fungsi
pada kenyataannya masih banyak faktor lain yang kepemimpinannya, seperti misalnya dalam hal
berpengaruh terhadap kinerja seseorang di dalam mengarahkan, membimbing, memberdayakan,
suatu organisasi. Selain faktor skill, knowledge, dan berkomunikasi secara efektif. Hal lain,
ability, merujuk kepada beberapa pendapat kerjasama antar pegawai di dalam satu unit
(Armstrong & Angela Baron (1998), Cardy and maupun kerjasama antar unit kerja masih kurang
Dobbins (1994), serta Deming (1986), faktor-faktor terbina dengan baik, fasilitas kerja dan ruang kerja
determinan kinerja lainnya diantaranya adalah yang kurang memenuhi aspek ergonomic, dan job
fakt o r leadership,team,system,dan design belum dirancang dengan baik.
contextual/situational. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas,
Faktor kepemimpinan sebagai salah satu penulis tertarik untuk membuat tulisan yang
determinan kinerja, Agrawal (1993: 34) memberi berjudul: Manajemen Kinerja, Kinerja Organisasi
batasan definisi sebagai berikut: “The art of dan Dampaknya terhadap Kualitas Pelayanan
influencing others to direct their will, abilities and effort Organisasi Sektor Publik.
to the achievement of leader's goal. In the context of
organization, leadership lies in influencing individual
and group effort toward achievement of organizatiol B. KONSEP MANAJEMEN KINERJA
objectives.” Berdasarkan pendapat tersebut, Faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang
terlihat bahwa kepemimpinan merupakan seni sangat beragam, demikian pula upaya untuk
unt uk m empengaruhi o rang l ai n d an mengelolanya. Kinerja seseorang di dalam suatu
organisasi akan tergantung pada karakteristik diharapkan dari orang-orang yang terlibat
suatu organisasi seperti misal budaya, struktur, didalam suatu organisasi baik secara kelompok
dan tipe orang-orang yang terlibat didalamnya. maupun individu. Didalam manajemen kinerja
Suatu organisasi, dalam mencapai tujuannya diperhatikan masalah pengukuran terhadap hasil-
perlu menciptakan iklim kerja dimana setiap hasil yang diperoleh, serta evaluasi terhadap
individu dan kelompok-kelompok kerja memiliki kemajuan didalam mencapai tujuan yang telah
tanggung jawab untuk selalu memberikan ditetapkan.
kontribusi dan melanjutkan proses perbaikan Manajemen kinerja berkaitan dengan
keahlian maupun pengetahuan. ko munikasi yang dicipt akan melalui
Untuk meningkatkan kinerja pegawai secara pembentukan iklim komunikasi diantara
optimal, diperlukan berbagai upaya yang pimpinan dan bawahan untuk menjelaskan apa
strategis, terencana dan berkesinambungan. yang diharapkan, pemberian informasi atas misi,
Melalui pendekatan manajemen kinerja, upaya niai-nilai dan tujuan organisasi. Melalui
pengelolaan kinerja dapat dilakukan secara lebih manajemen kinerja banyak manfaat yang dapat
baik. Berikut adalah beberapa pengertian diraih oleh suatu organisasi karena manajemen
manajemen kinerja menurut beberapa pendapat. kinerja dapat membantu didalam pencapaian
Menurut Armstrong (1998) “… performance- perbaikan yang berkelanjutan didalam kinerja
management processes are part of holistic approach to organisasi; meningkatkan motivasi dan komitmen
managing for performance, which is the concerns of pegawai; mengembangkan kemampuan individu,
everyone in the organization“. Masih menurut meningkatkan kepuasan kerja; meningkatkan
Armstrong (1998 ), “Performance management is a kinerja dan kerja sama team; membangun
process for establishing shared understanding about hubungan antara individu dan pimpinannya
what is to be achieved, and an approach to managing and secara terbuka didalam proses komunikasi;
developing people in a way which increases the meningkatkankesempatanuntuk
probability that it will be achieved in the short and mengekspresikan aspirasi dan harapan kerja
longer term”. individual.
Sementara itu menurut Philpott and Sheppard Didalam manajemen kinerja suatu organisasi,
(Armstrong, 1998), “Performance management aims selain adanya proses yang mencoba
to improve strategic focus and organizational mengintegrasikan keberadaan kelompok-
effectiveness through continuously securing kelompok kerja dan individu, terdapat beberapa
improvements in the performance of individual and aspek lain yang besar pengaruhnya terhadap
teams”. Sedangkan Bacal (1999) memaknai keberhasilan kinerja organisasi, kelompok dan
manajemen kinerja sebagai proses komunikasi individual secara keseluruhan, menurut pendapat
yang berkesinambungan dan dilakukan dalam Armstrong (1998 : 16), aspek tersebut diantaranya
kemitraan antar seorang karyawan dan atasan adalah:
langsungnya. Proses tersebut meliputi kegiatan 1. Personal factors;
membangun harapan yang jelas serta pemahaman 2. Leadership factors;
mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. 3. Team factors;
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di 4. Systems factors;
atas, pada hakekatnya manajemen kinerja 5. Contextual (situational) factors.
merupakan proses yang berupaya untuk
memperbaiki kinerja individu dan kelompok kerja Seluruh aktivitas pengelolaan sumber daya
secara berkesinambungan dalam upaya mencapai manusia di dalam organisasi seharusnya
tujuan organisasi secara efektif. Manajemen ditujukan kepada perbaikan kinerja dengan cara
kinerja itu sendiri merupakan salah satu mendapatkan dan mengembangkan kompetensi,
pendekatan strategis untuk memperbaiki kinerja motivasi dan komitmen baik secara individu
orang-orang didalam organisasi secara terus maupun kelompok kerja. Faktor-faktor individu
menerus yang dila k uka n deng an cara pada dasarnya ada yang bersifat given, namun ada
meningkatkan kapabilitas kelompok-kelompok pula yang dapat dibina dan dikembangkan secara
maupun individual yang terdapat didalam suatu optimal sehingga berdampak pada peningkatan
organisasi. kapasitas diri dan perbaikan organisasi. Faktor
Manajemen kinerja pada umumnya sangat skill, knowledge, attitude merupakan beberapa
fokus terhadap masalah outputs (hasil-hasil yang contoh yang dapat diperbaiki baik melalui jalur
dicapai), outcomes (dampak yang ditimbulkan dari formal maupun informal. Pada intinya faktor-
suatu kinerja), processes (proses yang dibutuhkan faktor tersebut bila dikelola dengan baik akan
untuk mencapai hasil yang diharapkan) dan inputs berdampak pada kinerja individu itu sendiri,
(pengetahuan, keahlian dan kompetensi) yang
Continuous – Monitoring
Gambar 1.
Sekuen Manajemen Kinerja
Sumber: Armnstrong dan Baron ,1998
Dalam penerapannya, proses manajemen Proses kesepakatan menjadi mudah jika kedua
kinerjadapatdigunakanuntuk pihak menyiapkan pertemuan dengan mengkaji
mengkomunikasikan dan memperkuat strategi, ulang kemajuan terhadap sasaran yang disetujui.
nilai dan norma organisasi dan mengintegrasikan Kontrak kerja merupakan dasar untuk
sasaran individu dan organisasi. Proses mempertimbangkan rencana yang harus dibuat
menajemen kinerja merupakan serangkaian untuk memperbaiki kinerja. Kontrak kinerja juga
aktivitas yang dilakukan secara berurutan agar menjadi dasar dalam melakukan penilaian
dapat mencapai hasil yang diharapkan. terhadap kinerja bawahan.
Sekuen kegiatan manajemen kinerja Rencana kerja dan pengembangan terutama
menurut Armnstrong dan Baron (1998) dapat merupakan eksplorasi bersama tentana apa yang
dilihat dalam Gambar 1. perlu dilakukan dan diketahui individu untuk
Dari gambar tersebut nampak bahwa misi memperbaiki kinerjanya dan mengembangkan
organisasi dan tujuan strategis organisasi ketrampilan dan kompetensinya, dan bagaimana
merupakan titik awal proses manajemen kinerja. manajer dapat memberikan dukungan dan
Misi dan tujuan strategi dijadikan acuan bagi bimbingan yang mereka perlukan. Selanjutnya
tingkat manajemen di bawahnya. Perumusan misi manajemen kinerja membantu orang untuk siap
dan tujuan strategis organisasi ditujukan untuk bertindak sehingga mereka dapat mencapai hasil
memastikan bahwa setiap kegiatan selanjutnya seperti direncanakan. Dengan demikian,
harus sejalan dengan tujuan tersebut dan manajemen kinerja merupakan pekerjaan yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi pada berhubungan dengan aktivitas orang dalam
prestasi. menjalankan pekerjaan dan bagaimana cara yang
Rencana dan tujuan bisnis dan departemen dipakai untuk mencapainya. Apabila diperlukan,
merupakan penjabaran dari misi dan tujuan dilakukan pelatihan dan pengembangan sumber
strategis. Rencana dan tujuan bisnis merupakan daya manusia.
penjumlahan rencana dan tujuan departemen. Konsep terpenting manajemen kinerja adalah
Selanjutnya kesepakatan kinerja merupakan proses mengelola dan mengembangkan standar
kesepakan yang dicapai antara individu dengan kinerja yang mencerminkan praktik yang baik
manajernya tentang sasaran dan akuntabilitasnya. secara normal tentang menetapkan arah,
Objectives
Initiatives
Measures
Financial
Targets
To succeed
financially, how
should we
appear to our
shareholders?
Internal Business
Objectives
Objectives
Initiatives
Initiatives
Measures
Measures
Customer Process
Targets
Targets
Objectives
Initiatives
Measures
Growth
Targets
To achieve our
vision, how will
we sustain our
ability to change
and improve?
Gambar 2.
Visi dan Strategi dalam Balance Scorecard
Sumber: Norton dan Kaplan, 2000: 57
dilakukan secara terus-menerus (continuous melahirkan konsep total quality management, yang
process improvement) agar faktor strategis bertujuan melakukan perbaikan di semua bidang
(keunggulan bersaing) dapat tercapai. pekerjaan dengan orientasi pada kepuasan
Berkenaan dengan tujuan pengukuran pengguna.
kinerja, Kaplan dan Norton (2000: 128) Kualitas didefinisikan sebagai memenuhi atau
berpendapat bahwa tujuan dari setiap sistem melebihi harapan pelanggan. Heizer dan Render
pengukuran seharusnya adalah untuk memotivasi ( 2001 ) mendefinisikan k ualitas sebagai
semua manajer dan pekerja agar melaksanakan kemampuan produk atau jasa memenuhi
strategi organisasi dengan berhasil. Organisasi kebutuhan pelanggan. Sementara itu menurut
yang dapat menerjemahkan strategi ke dalam Russell dan Taylor (2000), sebagai totalitas
sistem pengukuran akan jauh lebih mampu tampilan dan karakteristik produk atau jasa yang
melaksanakan st rateg i karena dapat berusaha keras untuk memuaskan kebutuhan
mengkomunikasikan tujuan dan sasarannya. tertentu.
Komunikasi ini memfokuskan manajer dan Sementara itu Groonroos (Tjiptono dan
pekerja kepada berbagai faktor pendorong Chandra, 2007), berpendapat bahwa kualitas
penting, yang memungkinkan keselarasan suatu jasa dipersipsikan menjadi dua dimensi
investasi, inisiatif, dan tindakan dengan utama: 1) Technical Quality (outcome dimension),
pencapaian tujuan strategis. meliputi search quality, experience quality, dan
credence quality; 2) Functional Quality (process-
related dimension). Dalam dimensi yang pertama,
D. KONSEP KUALITAS PELAYANAN terkandung pengetian bahwa setiap pengguna
Mengutip sebuah sumber, dinyatakan bahwa jasa akan menilai baik tidaknya suatu pelayanan
konsep kualitas telah menjadi suatu paham dilihat dari aspek output jasa, sedangkan untuk
universal dan menjadi faktor dominan terhadap dimensi yang kedua, artinya, setiap pengguna jasa
keberhasilan suatu organisasi. Sehubungan menilai kualitas pelayanan dilihat dari bagaimana
dengan hal tersebut, maka setiap organisasi harus cara penyampaian suatu jasa, transfer kualitas
selalu melakukan perbaikan dalam kegiatan dan teknis atau output jasa kepada mereka.
kinerjanya untuk dapat mencapai tujuan yang Dari sisi perspektif kualitas pelayanan, Garvin
diharapkan. Hal tersebut pada akhirnya (Tjiptono dan Chandra, 2007) mengklasifikasikan
lima pendekatan, yaitu: 1) Transcendental approach, oleh tingkat kesesuaian dengan spesifikasi
2) Product-based approach, 3) User-based approach, 4) barang atau jasa yang ditawarkan.
Manufacturing-based approach, 5) Value-based b. Value, menunjukkan seberapa baik produk
approcah. Dalam pendekatan transendental, atau jasa mencapai tujuan yang dimaksudkan
kualitas dipandang sebagai innate excellence, pada harga yang pengguna bersedia
yaitu sesuatu yang bisa dirasakan namun sukar membayar.
didefinisikan atau dirumuskan. Berdasarkan c. Fitness for use (kecocokan untuk digunakan),
pendekatan ini, setiap orang hanya bisa menunjukkan seberapa baik produk atau jasa
memahami kualitas melalui pengalamannya yang dapat mewujudkan tujuan yang dimaksudkan
berulang. Sedangkan dalam pendekatan yang atau dipergunakan. Aspek lain termasuk pula
kedua, diasumsikan bahwa kualitas merupakan didalamnya penampilan, gaya, daya tahan dan
karakteristik atau atribut objek yang dapat diukur. keandalan.
Dengan kata lain, kualitas mencerminkan d. Support, dukungan yang diberikan perusahaan
perbedaan dalam jumlah beberapa atribut yang terhadap produk atau jasa sangat penting bagi
dimiliki suatu produk atau jasa. Dalam pengguna. Dukungan dapat diberikan dalam
pendekatan ketiga, kualitas didasarkan pada bentuk purna jual, respon terhadap klaim.
bagaimana pengg una menilai sehingga e. Psychological impression, kualitas dapat
produk/jasa yang paling memuaskan preferensi dicerminkan pula melalui kesan psikologis
seseorang merupakan produk yang berkualitas seperti citra atau estetika. Dalam pelayanan
paling tinggi. Sementara itu, dalam pendekatan dimana terjadi kontak langsung dengan
berikutnya, perspektif ini menekankan kualitas pemberi jasa, maka aspek penampilan pekerja,
pada standar-standar yang ditetapkan oleh suatu kesopanan, bersahabat, dan simpatik dapat
organisasi, bukan oleh pengguna. Hal tersebut mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap
sering disebabkan oleh adanya keinginan kualitas pelayanan.
organisasi untuk meningkatkan produktivitas tapi
dengan biaya yang seminimal mungkin. Pada Berdasarkan kedua pendapat tersebut,
pendekatan terakhir, kualitas dipandang dari nampak bahwa dimensi kualitas pelayanan fokus
aspek value and price. Kualitas dalam perspektif ini terhadap pemenuhan kebutuhan dan keinginan
bersifat relatif, yang memiliki kualitas tertinggi setiap pengguna, dilihat dari unsur yang berkaitan
belum tentu yang paling bernilai, namun yang dengan proses pelayanan itu sendiri dan output
paling bernilai adalah yang paling tepat dibeli yang dihasilkan dari suatu pelayanan.
(best-buy).
Dilihat dari dimensinya, terdapat beberapa
pendapat, seperti misalnya konsep TERRA yang E. KETERKAITAN MANAJEMEN KINERJA,
dikemukaan oleh Zeithaml (1990). Konsep KINERJA ORGANISASI DAN KUALITAS
tersebut meliputi dimensi Tangible-Emphaty- PELAYANAN
Responsiveness-Reliability-Assurance. Dimensi Tugas utama dari setiap organinasi pemerintah
tangible, berkaitan dengan ketersediaan dan daya adalahmemberikanpelayananatau
tarik fasilitas fisik, perlengkapan sera penampilan menyelenggarakan pelayanan publik (public
karyawan. Dimensi emphaty, berarti suatu service) agar terwujud kesejahteraan bagi
organisasi memahami masalah pengguna layanan masyarakat (public welfare). Keberhasilan
dan bertindak demi kepentingannya. Dimensi pemerintah dalam memberikan pelayanan
responsiveness, berkaitan dengan kemampuan para terbaiknya, dipengaruhi oleh sejauhmana
karyawan untuk membantu pengguna jasa dan kemampuan organisasi dalam mengelola berbagai
merespons permintaan mereka, dan memberikan sumber daya yang dimiliki, atau bagaimana
jasa secara cepat. Dimensi reliability, berkenaan organisasi melakukan manajemen kinerjanya.
dengan kemampuan untuk memberikan layanan Kemampuan organisasi dalam melakukan
yang akurat, serta menyampaikan jasanya tepat manajemen kinerja, diharapkan akan mampu
waktu. Dimensi assurance, yaitu perilaku memperbaiki kinerja organisasi.
karyawan yang mampu menumb uhkan Untuk mengukur kinerja organisasi terdapat
kepercayaan dan rsa aman bagi para pengguna berbagai pendekatan yang dapat digunakan,
jasa. seperti misalnya diukur dari tingkat efisiensi,
Sementara itu pendapat lainnya yaitu menurut efektivitas, atau produktivitas. Namun demikian,
Krajewski dan Ritzman (1999), kualitas memiliki penulis beranggapan bahwa terdapat pendekatan
lima dimensi: conformance to specification, value, lain yang lebih komprehensif dalam mengukur
fitness for use, support, psychological impression. kinerja organisasi yaitu pendekatan Balance
a. Conformance to specification, kualitas ditentukan Scorecard. Melalui balance Scorecard, kinerja
Internal Factors:
Individual, Leadership, Individual Service Quality
Performance
Team Work, System
Conformance to
Specification
Organisational Value
Performance Performance
Management
Finance Fittnes for use
Customer
Support
Gambar 3.
Keterkaitan Manajemen Kinerja, Kinerja, dan Kualitas pelayanan
organisasi diukur melalui empat perspektif yaitu terhadap pekerjaan atau bersikap kooperatif
aspek keuangan, proses internal, pertumbuhan dengan pegawai lainnya dalam menyelesaikan
dan pembelajaran. Dari hasil pengukuran kinerja berbagai pekerjaan.
organiasi, untuk selanjutnya dapat dilihat apakah Apabila kita cermati, pada umumnya kualitas
hal tersebut mampu meningkatkan pula sumber daya manusia khususnya di daerah dilihat
pemberian layanan kepada masyarakat. dari latar belakang pendidikan, pengetahuan dan
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk wawasan serta ketrampilan, relatif masih rendah.
melihat keterkaitan antara manajemen kinerja, Dengan demikian, pada saat perekrutan dan
kinerja organisasi dan kualitas pelayanan publik, seleksi pegawai, organisasi pemda kurang mampu
penulis gambarkan dalam Gambar 3. memenuhi kebutuhan pegawainya secara
Berdasarkan gambar 3, penulis akan mencoba maksimal atau memenuhi kriteria yang
melakukan telaahan secara sistematis berdasarkan diharapkan. Kondisi tersebut mengakibatkan
alur, dengan sasaran objeknya adalah kondisi ketersediaan pegawai yang kompeten di dalam
organisasi publik. Yang pertama mengenai organisasi pemerintah pun kurang memadai.
manajemen kinerja (performance management). Faktor determinan manajemen kinerja lainnya
Manajemen kinerja merupakan strategi dan upaya adalah faktor kepemimpinan. Kepemimpinan
perbaikan yang berkelanjutan, yang diharapkan merupakan seni untuk mempengaruhi orang lain
mampu mengelola kinerja individu, tim dan dan mengarahkan sikap dan perilaku agar dapat
organisasi secara keseluruhan. Untuk memastikan menghasilkan kinerja yang baik dan selaras
bahwa manajemen kinerja organisasi publik dapat dengan tujuan organisasi. Di dalam suatu
berjalan optimal, maka terdapat faktor-faktor organisasi seorang pemimpin harus mampu
yang menentukan diantaranya adalah faktor menjalankan fungsi kepemimpinan yang meliputi
personal. upaya pembimbingan, pembinaan, pengarahan,
Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan, pemotivasian, dan melakukan komunikasi yang
ketrampilan seseorang akan berdampak pada efektif. Gaya kepemimpinan yang cenderung
kemampuannya untuk menyelesaikan beban dit erapkan di o rg anisasi pub lik t idak
pekerjaan yang diembannya. Dengan tingkat mencerminkan gaya kepemimpinan yang
pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan partisipatif atau transformasional.
kebutuhan atau sesuai dengan pekerjaan yang Demikian halnya system factor yang meliputi,
harus diselesaikan, maka capaian kinerja job design, metode kerja, prosedur kerja, serta
sebagaimana yang diharapkan akan terwujud. fasilitas kerja yang ergonomis sangat mendukung
Demikian pula sikap dan perilaku kerja seseorang terselesaikannya suatu pekerjaan secara efisien
terhadap kondisi dan lingkungan kerja akan dan efektif. Dengan fasilitas kerja yang ergonomis
berdampak pada pencapaian kinerja yang diharapkan setiap pegawai akan merasa nyaman,
optimal. Cerminan dari sikap dan perilaku kerja aman dalam bekerja sehingga kinerjanya
dapat terlihat dari bagaimana seseorang meningkat. Namun pada kenyataannya faktor
mematuhi peraturan kerja, disiplin, berkomitmen sistem masih belum memadai. Sebagai gambaran
umum, belum terancangnya sistem kerja yang diketahui dengan akurat. Sebagaimana yang telah
berdampak pada meningkatnya efisiensi dan dikemukakan di awal tulisan, bahwa kinerja
efektivitas kerja. Demikian pula dilihat dari keuangan pemerintah sangat berperan dalam
ketersediaan sarana dan prasarana, atau penataan membantu pemerintah memberikan pelayanan
ruang kerja, masih jauh dari kondisi lingkungan yang berkualitas bagi masyarakatnya.
kerja yang ergonomis.
Dari gambaran di atas, nampak jelas bahwa
manajemen kinerja sangat dipengaruhi oleh F. PENUTUP/KESIMPULAN
faktor-faktor sumber daya manusia dan Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat
lingkungan kerja. Kemampuan organisasi dalam ditarik kesimpulan bahwa manajemen kinerja
mengelola faktor-faktor determinan tersebut merupakan suatu pendekatan strategis yang
secara berkelanjutan akan memperbaiki tingkat dapat meningkatkan kinerja individu, tim dan
kinerja individu, kelompok dan organisasi. organisasi secara menyeluruh. Manajemen kinerja
Untuk mengukur kinerja individu, indikator yang kurang optimal dapat disebabkan oleh faktor
yang dapat digunakan dapat dilihat dari sumber daya manusia yang kurang berkualitas,
hasil,proses atau perilaku kerja, diantaranya seperti misalnya tingkat pendidikan, ketrampilan,
adalah: atau kompetensi yang dimiliki tidak sesuai
a. Tingkat keberhasilan seseorang dalam dengan tuntutan atau kebutuhan organisasi.
mencapai target pekerjaan, dilihat dari F akto r l ing k ung a n kerja yang k ur ang
kuantitas dan kualitasnya. Misal, berapa mendukung, misal dalam hal budaya kerja,
banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan keterbatasan ketersediaan sarana dan prasarana
tanpa banyak melakukan kesalahan. yang layak. Baik buruknya kinerja organisasi akan
b. Tingkat penyelesaian pekerjaan sesuai dengan berdampak pada baik buruknya pemberian
target waktu. Misal, apakah pekerjaan dapat kualitas pelayanan kepada publik.
diselesaikan lebih cepat dibandingkan target
yang telah ditetapkan, atau minimal tepat
waktu. REFERENSI
c. Inisiatif dan daya kreativitas. Berapa banyak Achmad, S Ruky. 2001. Sistem Manajemen Kinerja.
ide dihasilkan, misal ide untuk memperbaiki Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
sistem kerja. Armstrong & Angela Baron. 1998. Performance
Management. London: IPD House.
d. Proses komunikasi, bagaimana seseorang
Brennan, E. James. 1989. Performance Management
mampu berkomunikasi dengan baik dengan Woorkbook. New Jersey: Prentice Hall.
atasan atau rekan kerja. Hodge, Graeme. 1993. Performance Management in Public
Sector Agencies. Australia: Montech Pty Ltd.
Untuk mengetahui baik buruknya kinerja Mondy and Noe , 1990. Human Resource Management.
individual tersebut, diperlukan adanya penilaian USA: Allyn and Bacon.
kinerja melalui berbagai metode yang tepat atau Parasuraman, A., Berry, L.L., Zeithaml, V.A. 1990. An
sesuai dengan karakteristik organisasi. Empirical Examination of Relationships in An
Disamping penilaian kinerja individu, yang tak Extended Service Quality Model. Cambridge. MA.
Putti, M. Joseph. 1984. Manager's Primer on Performance
kalah penting adalah meng ukur kinerja
Appraisal: Concepts and Techniques. Singapore
organisasi. Indikator dari berhasil tidaknya Institute of Management. Maruzen Asia Pte Ltd.
organiasi dalam mencapai atau mewujudkan Sedarmayanti. 2009. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja,
tujuannya, dapat diukur dengan berbagai Suatu Tinjauan Dari Aspek Ergonomi atau Kaitan
pendekatan. Pada umumnya yang digunakan Antara Manusia dengan Lingkungan Kerjanya.
adalah dengan melihat tingkat efisiensi dan Bandung: CV. Mandar Maju.
efektivitas dalam memanfaatkan sumber daya
atau potensi yang tersedia di dalam organisasi. Sumber lain:
Jurnal LANvol.3, Nomor 1, tahun 1997
Namun demikian, kini terdapat alat ukur lain
Hhtp://www.hukumonline.com
yaitu Balance Scorecard. Untuk organisasi publik,
alat ukur ini cukup komprehensif dan
representatif dalam mencerminkan kinerja
organisasi yang sesungguhnya, karena alat ukur
ini meliputi perspektif keuangan, pengguna,
proses internal bisnis, dan pertumbuhan dan
pembelajaran.
Melalui Balance Scorecard, diharapkan
gambaran baik buruknya kinerja keuangan dapat