Print 123
Print 123
Print 123
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
bahkan tidak menggunakan media pembelajaran. Masalah yang sering terjadi dalam
mengerjakan soal statistika adalah kurangnya pemahaman siswa terkait konsep
dasar statistika (Kusumaningpuri, dkk., 2022). Selain itu, masalah lain yang
dihadapi siswa diantaranya adalah: 1) kesulitan dalam memahami informasi atau
data yang muncul dalam permasalahan (Hariyanti, 2020), 2) kesulitan menyajikan
hasil pengolahan data statistik (Nahdi, dkk., 2021), 4) bosan menghitung dan
mengurutkan data yang disajikan (Kartika & Hanifatulianti, 2022), 3) model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang memotivasi siswa untuk belajar
aktif dan kreatif (Hidayati, dkk., 2021), dan 5) siswa kurang teliti dan tergesa-gesa
dalam mengerjakan soal (Nisa, dkk., 2018).
Hal tersebut sejalan dengan yang terjadi di SDN Merjosari 1, 3, dan 4 Kota
Malang. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada hari Jumat, 30
September 2022, diketahui bahwa guru kelas VI di SDN Merjosari 1, 3, dan 4 selalu
menggunakan metode ceramah ketika mengajarkan materi matematika dan pada
materi tertentu, guru menampilkan video pembelajaran. Namun, ketika
mengajarkan materi statistika, guru hanya menggunakan metode ceramah.
Kesulitan yang dihadapi siswa ketika pembelajaran matematika khususnya materi
statistika adalah kurangnya keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru,
siswa tidak berkonsentrasi ketika guru menjelaskan materi, siswa merasa bosan
yang terlihat ketika siswa bermain sendiri atau berbicara dengan temannya, siswa
yang kurang memahami konsep, dan siswa yang bingung ketika mengerjakan soal-
soal latihan. Upaya yang dilakukan oleh guru dalam menghadapi kesulitan tersebut
adalah dengan mengulang penjelasan materi statistika.
Kegiatan mengulang penjelasan materi dianggap kurang efektif sehingga
dibutuhkan media sebagai penunjang pembelajaran. Media pembelajaran adalah
alat bantu untuk membantu siswa dalam memahami suatu konsep saat belajar
mengajar (Untari, 2019). Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dapat
ditanggapi secara tepat oleh guru dengan cara mengoptimalkan perangkat
pembelajaran (Fatimah, dkk., 2018). Pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat meningkatkan minat, mengarahkan perhatian siswa,
3
masalah secara logis, tetapi mereka tidak dapat berpikir secara abstrak atau
hipotesis (Agustyaningrum, dkk., 2022). Oleh karena itu, pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan suatu pendekatan yang efektif
digunakan di SD. Selain itu, PMRI juga dapat mengubah pikiran siswa SD dari
abstrak menjadi nyata (Dana Winaya, dkk., 2020).
Pengembangan media pembelajaran berbasis PMRI dikembangkan melalui
media bola basket kecil. Penggunaan media ini bertujuan agar siswa tidak bosan,
dan mendapatkan gambaran konkret mengenai statistika. Sejalan dengan hal
tersebut, hasil penelitian Nurlaela (2020) tentang penerapan pohon maja kreatif
pada pembelajaran mean, median, dan modus dengan bantuan CD interaktif
menunjukkan hasil yaitu penggunaan permainan tersebut dapat meningkatkan
antusias, keaktifan siswa, dan kualitas pembelajaran sehingga siswa memahami
materi yang diberikan. Penelitian Wafiyah (2021) tentang penggunaan media box
diamond dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman materi siswa sekolah
dasar.
Penelitian Dana Winaya (2020) tentang perangkat pembelajaran
matematika materi pengolahan data berbasis pendekatan PMRI menunjukkan
bahwa perangkat pembelajaran tersebut layak digunakan. Penelitian Setiawan
(2020) tentang model pembelajaran matematika SD berbasis permainan tradisional
dan pendekatan matematika realistik menunjukkan bahwa siswa dapat bermain dan
mengenal budaya Indonesia melalui permainan tradisional dan mengajak siswa
belajar matematika yang lebih aplikatif. Penelitian Saidah (2022) tentang alat
peraga M3 (mean, modus, median) dengan menerapkan konsep statistika di tingkat
menengah menghasilkan alat peraga M3 yang valid, praktis, dan efektif.
Dengan demikian, sebagai pelengkap penelitian terdahulu, peneliti tertarik
mengembangkan penelitian tentang materi statistika yang berbeda dengan
penelitian terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu
pada penelitian ini dikembangkan media pembelajaran berupa permainan bola
basket berukuran kecil yang menerapkan konsep statistika dan berbasis PMRI yang
didasarkan pada teori Piaget. Adapun penelitian yang dikembangkan berjudul
5
4. Penempatan ring bola basket yaitu 3 ring menempel di dinding arena, 2 ring di
tengah, dan 1 ring di depan agar siswa merasa lebih tertantang untuk
memasukkan bola basket.
5. Arena permainan bola basket dibuat miring agar bola basket dapat
menggelinding setelah masuk ring atau ketika bola basket tidak masuk ring.
6. Bola basket akan menggelinding melewati terowongan kemudian berhenti di
lintasan yang telah disediakan.
7. Pada masing-masing bola basket diberi angka yang berupa tinggi badan yakni
133, 137, 139, 142, 145, 148, 150, 155, 157, 163.
8. Permainan ini dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaan dan kartu soal
untuk siswa yang terpisah dengan arena bola basket.
9. Permainan ini juga dilengkapi kemasan agar memudahkan untuk dibawa
kemana-kemana.
Permainan bola basket kecil didominasi oleh warna yang beragam sehingga
memberikan tampilan yang menarik dengan tujuan agar siswa termotivasi untuk
memainkan permainan ini.
a. Bagi Siswa
Produk penelitian yang dikembangkan ini diharapkan dapat meningkatkan
meningkatkan minat siswa untuk belajar statistika, mengatasi rasa bosan siswa
ketika pembelajaran statistika, dan memudahkan siswa dalam memahami
materi statistika.
b. Bagi Guru
Produk yang dikembangkan ini dapat dijadikan sebagai salah satu media
pembelajaran yang membantu guru dalam dalam menciptakan suasana kelas
dimana siswa menjadi aktif dan bersemangat ketika pembelajaran statistika
serta sebagai informasi untuk menentukan media pembelajaran statistika yang
sesuai dengan perkembangan siswa.
c. Bagi Sekolah
Produk penelitian pengembangan ini dapat dijadikan tambahan media
pembelajaran statistika di sekolah dasar dan memberi saran dalam mengatasi
siswa yang tidak berkonsentrasi atau siswa yang jenuh ketika pembelajaran
statistika di kelas.
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian pengembangan ini dapat dijadikan salah satu rujukan dalam
mengembangkan media pembelajaran pada materi dan/atau kelas yang berbeda.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran berbeda terhadap media bola basket kecil
yang dikembangkan, perlu adanya penegasan beberapa istilah. Berikut ini diuraikan
definisi operasional dari istilah-istilah yang terkait dalam penelitian.
1. Media bola basket kecil adalah media visual yang pesannya hanya bisa
ditangkap oleh indera penglihatan. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa ketika
menggunakan media visual adalah melihat dan mengobservasi. Dalam
penelitian ini, media bola basket kecil merupakan media visual berbentuk
konkret (nyata) yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengalaman
secara langsung ketika menggunakannya. Siswa tidak hanya melihat dan
mengobservasi, melainkan juga meraba dan memainkannya sehingga dapat
meningkatkan keaktifan, konsentrasi, dan mengatasi rasa bosan siswa.
2. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah teori pembelajaran
yang melibatkan hal-hal nyata dan pengalaman siswa. Dalam penelitian ini,
PMRI ditunjukkan melalui media bola basket kecil dimana media tersebut
adalah media konkret (nyata) dan siswa akan memasukkan bola basket ke dalam
ring yang merupakan kegiatan yang ada di lingkungan sekitar siswa.
3. Materi statistika adalah materi yang berkaitan dengan pengumpulan, analisis,
dan penyajian data. Materi statistika di sekolah dasar khususnya kelas VI SD
berfokus pada pengolahan dan penafsiran data yang meliputi mengurutkan data,
menentukan mean, median, dan modus. Dalam penelitian ini, materi statistika
yang digunakan adalah mengurutkan data, menentukan mean, median, dan
modus. Materi statistika ini ditunjukkan dalam bentuk media bola basket kecil
dimana siswa akan memainkan permainan bola basket untuk mengumpulkan
data kemudian mengolah data berdasarkan kartu soal. Media ini didesain untuk
diterapkan di awal pembelajaran agar dapat membantu proses penyampaian
materi pelajaran saat itu.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab Kajian Pustaka secara berturut-turut dijelaskan mengenai (a) teori
perkembangan kognitif Piaget; (b) media pembelajaran; (c) Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI); (d) materi statistika kelas VI SD; (e) penelitian yang
relevan; dan (f) kerangka berpikir.
1. Tahap sensorimotor
Perkembangan kognitif tahap ini terjadi pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini,
anak tidak bisa memisahkan diri dengan lingkungannya (Setiono, 2009). Anak
mengembangkan pemahamannya tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dan gerakan motorik (menggapai,
menyentuh). Perkembangan utama dalam tahap ini adalah adanya pemahaman
bahwa ada objek dan peristiwa yang terjadi secara alami di dunia melalui tindakan
seseorang (Agustyaningrum, dkk., 2022). Bagi Piaget, masa ini sangat penting
untuk pembinaan perkembangan pemikiran anak sebagai dasar untuk
mengembangkan intelegensinya (Desmita, 2010).
2. Tahap pra-operasional
Tahap perkembangan ini terjadi pada usia 2-7 tahun. Pada tahap ini, anak
mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar (Marinda,
2020a). Anak-anak pada tahap ini berpikir pada tingkat simbolis tetapi belum
menggunakan manipulasi kognitif, artinya anak tidak bisa menggunakan logika
seperti mengubah, menggabungkan atau memisahkan ide dan pikiran
(Agustyaningrum, dkk., 2022). Cara berpikir anak pada tahap ini bersifat tidak
sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis (Marinda, 2020b).
3. Tahap operasional konkret
Tahap operasional konkret terjadi pada usia 7-11 atau 12 tahun.
Perkembangan kognitif pada tahap ini ditandai dengan perkembangan pemikiran
anak yang rasional dan terorganisir (Agustyaningrum, dkk., 2022). Pada tahap ini,
anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda, namun
belum bisa memecahkan masalah yang abstrak (Marinda, 2020b).
4. Tahap perilaku formal
Tahap ini terjadi pada usia 11 atau 12 tahun keatas. Pada tahap ini, anak
mampu menalar dan menarik kesimpulan dari informasi yang ada tanpa harus
berhadapan langsung dengan informasi dan objeknya (Haryani & Andriani, 2013).
Pada tahap ini, anak sudah mulai memikirkan pengalaman yang konkret dan
memikirkannya secara logis, abstrak, dan idealis (Marinda, 2020b).
11
Pada penelitian ini, sampel yang diteliti adalah adalah siswa kelas VI yang
berusia 11 atau 12 tahun. Mengingat usia siswa SD berkisar antara 7-12 tahun, maka
siswa SD termasuk dalam tahapan operasional konkret. Berdasarkan uraian tentang
tahap operasional konkret, diketahui jika siswa SD dapat berpikir secara logis dan
terorganisir. Siswa juga dapat melakukan penalaran yang membutuhkan benda
konkret.
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar terutama di sekolah dasar media sangat
penting. Media pembelajaran adalah alat bantu untuk membantu siswa dalam
memahami suatu konsep saat belajar mengajar (Untari, 2019). Media pembelajaran
juga dapat diartikan sebagai media-media yang digunakan dalam pembelajaran,
meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber
belajar ke penerima pesan (Wahab, 2021).
Sejalan dengan hal tersebut, media pembelajaran dapat diartikan sebagai
alat bantu dan sumber belajar yang dapat mempermudah pendidik menyampaikan
materi pelajaran yang akan diajarkan, serta dapat memperkaya wawasan peserta
didik dan mempertinggi hasil belajar peserta didik (Frasandy & Anggaraini, 2021).
Secara singkat, media berarti alat bantu yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan informasi kepada siswa selama pembelajaran.
bahwa pendekatan PMRI adalah pendekatan yang berpusat pada siswa (student
centered) yang bertujuan agar siswa dapat menemukan sendiri konsep yang terkait
dengan pembelajaran matematika dan siswa dapat lebih mudah dalam memahami
pembelajaran matematika (Meirisa, dkk., 2018). Pendekatan PMRI menuntut agar
lingkungan bermain siswa dapat dijadikan bahan pembelajaran yang konkret (Dana
Winaya, dkk., 2020). Selain itu, bentuk kegiatan sehari-hari juga dapat dituangkan
menjadi bahan pembelajaran yang konkret (Sampeuli, 2019).
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah teori
pembelajaran yang melibatkan hal-hal nyata dan pengalaman siswa. Pada penelitian
ini, PMRI ditunjukkan melalui media bola basket kecil dimana media tersebut
adalah media konkret (nyata) dan siswa mengaplikasikan konsep statistika dalam
bentuk kegiatan memasukkan bola basket ke dalam ring yang merupakan kegiatan
yang ada di lingkungan sekitar siswa.
1. Mengurutkan data
Mengurutkan data bertujuan untuk mendapatkan nilai tertinggi atau
terendah. Dengan mengurutkan data, siswa akan lebih mudah membaca data,
membandingkan data, dan menyajikannya dalam bentuk tabel, diagram, dan
sebagainya (Syaifuddin, dkk., 2018.).
Contoh: Data tinggi badan pemain basket putri SMP Sejahtera sebagai berikut.
160 155 168 167 160
Jika dilakukan penyusunan maka diperoleh data sebagai berikut:
a. Data diurutkan berdasarkan yang paling pendek
155 160 160 167 168
b. Data diurutkan berdasarkan yang frekuensi
155 160 160 167 168
2. Modus
Modus adalah data yang paling sering muncul. Biasanya suatu data
memiliki satu modus, tapi ada data yang tidak memiliki modus ataupun data yang
memiliki modus lebih dari satu (Syaifuddin, dkk., 2018). Modus dapat dicari
dengan mengurutkan data dari yang terkecil sampai terbesar kemudian melihat nilai
data yang paling sering muncul atau nilai data yang frekuensinya paling besar.
Contoh: Data tinggi badan pemain basket putri SMP Sejahtera sebagai berikut.
160 155 168 167 160
Jika dilakukan penyusunan data maka diperoleh data sebagai berikut.
a. Data diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar
155 160 160 167 168
b. Data diurutkan berdasarkan frekuensi
155 160 160 167 168
Dari data di atas terlihat bahwa nilai 160 yang paling sering muncul yaitu sebanyak
dua kali. Jadi, modus data tersebut adalah 160.
17
3. Median
Median adalah nilai tengah suatu data (Syaifuddin, dkk., 2018). Langkah
awal untuk menentukan median adalah dengan mengurutkan data dari yang terkecil
sampai terbesar. Setelah diurutkan, maka nilai data yang terletak di tengah (nilai
data yang membagi distribusi data menjadi dua bagian yang sama) disebut median.
Jika banyaknya data ganjil, maka nilai data yang terletak tepat di tengah adalah
median. Namun, jika banyaknya data genap, maka nilai rata-rata (mean) dari dua
nilai data yang terletak di tengah adalah median.
Contoh: Data tinggi badan pemain basket putri SMP Sejahtera sebagai berikut.
160 155 168 167 160
Jika dilakukan penyusunan data dari yang terkecil sampai terbesar maka diperoleh
data sebagai berikut.
155 160 160 167 168
Banyaknya data diatas ganjil sehingga median dari data tersebut merupakan nilai
data yang terletak di tengah setelah diurutkan yaitu 160. Jadi, median dari data
tersebut adalah 160.
4. Mean
Mean adalah nilai rata-rata dari sekumpulan data (Syaifuddin, dkk., 2018).
Mean diperoleh dengan menjumlahkan semua data kemudian membaginya dengan
banyaknya data. Jumlah data diperoleh dengan menjumlahkan semua nilai data
yang ada.
Contoh: Data tinggi badan pemain basket putri SMP Sejahtera sebagai berikut.
160 155 168 167 160
Dari data diatas diketahui jika banyaknya data ada 5
Jumlah semua data adalah 160 + 155 + 168 + 167 + 160 = 49
160 + 155 + 168 + 167 + 160 810
Mean yang diperoleh adalah = = 162
7 5
F. Kerangka Berpikir
Pada penelitian ini, media pembelajaran dikembangkan melalui serangkaian
proses dan kerangka berpikir yang sistematis. Kerangka berpikir tersebut disajikan
dalam bagan sebagai berikut.
21
Permasalahan
1. Guru menggunakan metode ceramah ketika pembelajaran statistika
2. Guru tidak menggunakan media pembelajaran ketika pembelajaran statistika
3. Siswa tidak berkonsentrasi pada materi statistika yang disampaikan guru
4. Siswa terlihat bosan (bermain sendiri/mengobrol dengan temannya) ketika
pembelajaran statistika
5. Siswa kurang memahami konsep materi statistika
6. Siswa bingung bagaimana mengerjakan soal-soal latihan materi statistika
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai (a) metode penelitian dan pengembangan, (b)
prosedur penelitian dan pengembangan, (c) uji coba produk, (d) data penelitian, dan
(e) teknik analisis data. Uraian metode penelitian secara urut sebagai berikut.
d. Menyusun rencana pembuatan media bola basket kecil yang mengacu pada
spesifikasi produk yang telah dibuat.
e. Menyusun storyboard.
f. Menyusun angket validitas produk dan angket respon siswa.
3. Development (Pengembangan)
Pada tahap ini dihasilkan produk akhir yaitu media konkret berupa
permainan bola basket yang berukuran kecil. Kemudian produk divalidasi oleh ahli
materi, ahli media, dan guru sebagai pengguna. Saran dan komentar dari ahli materi,
ahli media, dan guru digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki media yang
dikembangkan agar dapat dinyatakan layak untuk dilakukan uji coba.
4. Implementation (Implementasi)
Tahap ini merupakan tahap uji coba produk kepada siswa. Uji coba
dilakukan sebanyak dua kali yaitu uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok
besar. Uji coba kelompok kecil dilakukan pada enam siswa kelas VI SDN Merjosari
1 Kota Malang. Uji coba kelompok besar dilakukan pada dua puluh delapan siswa
kelas VI SDN Merjosari 4 Kota Malang. Sebelum dan sesudah menggunakan media
pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini, siswa diminta untuk
mengerjakan soal pre test dan post test. Setelah mengerjakan soal post test
dilakukan penyebaran angket respon siswa.
5. Evaluation (Evaluasi)
Tahap evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang
dikembangkan sudah memenuhi harapan atau masih perlu direvisi. Dalam
melakukan evaluasi, nilai validasi ahli materi, ahli media, dan pengguna (guru)
serta angket respon siswa dapat dijadikan acuan dalam memperbaiki media.
Evaluasi dapat dilakukan di tiap tahapan pada model pengembengan ADDIE yakni
pada tahap analysis, design, development maupun implementation.
a. Menentukan subjek coba validasi yang terdiri dari satu ahli materi matematika,
satu ahli media, dan pengguna yaitu guru kelas VI SD.
b. Menyerahkan instrumen penilaian berupa angket penilaian kepada validator.
c. Merevisi media yang telah divalidasi.
d. Menentukan subjek coba validasi yang terdiri dari ahli materi, ahli media, dan
pengguna yaitu guru kelas VI.
e. Menyerahkan instrumen penilaian berupa angket penilaian kepada validator.
f. Merevisi media bola basket kecil yang telah divalidasi.
g. Menentukan subjek uji coba kelompok kecil sebanyak enam siswa.
h. Melakukan uji coba kelompok kecil.
i. Memberikan angket penilaian kepada siswa.
j. Menganalisis data yang diperoleh dari penilaian yang telah dilakukan oleh
siswa.
k. Melakukan revisi (jika ada).
l. Menentukan subjek uji coba kelompok besar sebanyak dua puluh delapan
siswa.
m. Memberikan soal pre test kepada siswa untuk diambil data sebelum
menggunakan media bola basket kecil.
n. Melakukan uji coba kelompok besar.
o. Memberikan angket penilaian kepada siswa.
p. Memberikan soal post test kepada siswa untuk diambil data setelah
menggunakan media bola basket kecil.
q. Menganalisis data yang diperoleh dari penilaian yang telah dilakukan oleh
siswa.
r. Melakukan revisi (jika ada) dari data yang telah (jika ada).
D. Data Penelitian
1. Jenis Data
Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif merupakan data dengan bentuk deskripsi yang diperoleh
dari wawancara dan saran atau komentar dari ahli materi, ahli media, dan guru.
Sedangkan data kuantitatif merupakan data dengan bentuk angka. Data kuantitatif
diperoleh dari hasil validasi ahli materi, ahli media, guru, dan siswa.
2. Teknik Pengumpulan Data
27
b. Angket Validasi
Angket merupakan pengumpulan data dengan cara memberikan sejumlah
pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian (Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini,
angket validasi diberikan kepada ahli materi, ahli media, dan guru kelas VI.
Pemberian angket validasi bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi ahli materi,
ahli media, dan guru. Angket validasi diukur menggunakan skala Likert yakni
dengan skor 4, 3, 2, dan 1. Kisi-kisi angket validasi yakni sebagai berikut.
28
d. Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui keefektifan suatu produk (Sugiyono,
2017). Pada penelitian ini, tes yang digunakan adalah pre test dan post test. Tes
tersebut ditujukan kepada siswa. Pre test bertujuan untuk mengetahui pemahaman
siswa terhadap materi sebelum menggunakan media. Sedangkan post test bertujuan
untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi setelah menggunakan media.
29
Skor Penilaian
4 Sangat baik
3 Baik
2 Tidak baik
1 Sangat tidak baik
Sumber: modifikasi dari Sugiyono (2017)
30
Skor Penilaian
1 Ya
0 Tidak
Sumber: Sugiyono (2017)
31
Selanjutnya data hasil angket respon siswa diolah dan menggunakan rumus
yakni sebagai berikut (Sugiyono, 2017).
∑𝑥
𝑃= 𝑥 100%
𝑁
Keterangan:
P = Persentase skor
∑𝑥 = Jumlah skor
N = Jumlah skor maksimal
Persentase yang merupakan hasil dari perhitungan menggunakan rumus
dapat diartikan kedalam tabel dibawah ini.
Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kepraktisan
𝛾𝑠 − 𝛾𝑐
δ=
𝑆𝐷
Keterangan:
δ = Effect size
𝛾𝑠 = Nilai rata-rata post test
𝛾𝑐 = Nilai rata-rata pre test
𝑆𝐷 = Standar deviasi
Pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 25.0 untuk mencari standar
deviasi. Standar deviasi digunakan untuk mengukur jumlah variasi atau sebaran
sejumlah nilai data (Thoifah, 2015). Nilai yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan rumus dapat diartikan kedalam tabel berikut.
Tabel 3.9 Interpretasi Effect Size