Anda di halaman 1dari 19

TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)

RANCANGAN PEMBELAJARAN EKSAK DAN NON EKSAK YANG


AKTIF DAN PRODUKTIF BERDASARKAN PTK

KELOMPOK 3

KURNIA
HARMAYANI
MUSFIRA N.
LILI MONIKAWATI
RANCANGAN PEMBELAJARAN EKSAK

Sekolah : SD Negeri 279 Rante Angin


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/semester : IV/Ganjil
Alokasi waktu : 1 x 35 menit

A. Standar Kompetensi
4. Memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup
B. Kompetensi Dasar
4.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar, misalnya kecoa,
nyamuk, kupu-kupu, kucing
C. Indikator
- Mendeskripsikan daur hidup kupu-kupu
- Mendeskripsikan daur hidup nyamuk
- Mendeskripsikan daur hidup lalat
D. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat mendeskripsikan daur hidup kupu-kupu
- Siswa dapat mendeskripsikan daur hidup nyamuk
- Siswa dapat mendeskripsikan daur hidup lalat
- Karakter siswa yang diharapkan: rasa ingin tahu, peduli lingkungan, dan kreatif
E. Materi Standar
- Daur hidup serangga yang mengalami metamorfosis sempurna, seperti:
1. Kupu-kupu
2. Nyamuk
3. Lalat
F. Metode Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Ø Kegiatan Awal (5 menit)
Apersepsi dan motivasi:
- Guru mengecek kesiapan siswa
- Guru mengajukan pertanyaan “tahukah kalian apa bentuk awal kepompong kupu-kupu
itu?”
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
- Guru memandu siswa melakukan tepuk semangat
Ø Kegiatan Inti (20 menit)
- Guru menjelaskan peta konsep mengenai daur hidup hewan (E)
- Guru menjelaskan tahap metamorfosis kupu-kupu (E)
Telur → ulat → pupa → kupu-kupu
- Guru menjelaskan tahap metamorfosis nyamuk (E)
Telur → jentik-jentik → pupa → nyamuk
- Guru menjelaskan tahap metamorfosis lalat (E)
Telur → belatung → pupa → lalat
- Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok (E)
- Guru memfasilitasi siswa dengan pemberian tugas kelompok (E)
- Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok (E)
- Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman serta
memberikan penguatan (K)
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa (K)
Ø Kegiatan Penutup (10 menit)
- Guru memberikan tes akhir berupa tugas individu (E)
- Guru bersama siswa membuat kesimpulan
H. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat dan bahan
- Gambar tahap metamorfosis sempurna serangga
Sumber belajar
- Buku SAINS SD kelas IV yang relevan
I. Penilaian
Prosedur :
1. Tes awal : ada (terlampir)
2. Tes dalam proses : ada (terlampir)
3. Tes akhir : ada (terlampir)
RANCANGAN PEMBELAJARAN NON EKSAK
Sekolah : SD Negeri 279 Rante Angin
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas : IV ( empat )Semester : I (pertama )
Waktu : 2 X 35 menit

I. Standar Kompetensi
- Mengenal sumber daya alam , kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi lingkungan
kabupaten/kota, propinsi.
II. Kompetemsi Dasar
- Menunjukan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk
kegiatan ekonomi di lingkungan setempat.
III. Indikator
- Mengidentifikasi jenis sumber daya alam dan kaitannya dengan kegiatan ekonomi.
IV. Tujuan Perbaikan
1. Menimbulkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran.
2. Meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
3. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru.
V. Materi Ajar
Aktifitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam di daratan
1. Kegiatan ekonomi dibidang pangan
2. Kegiatan ekonomi dibidang sumber daya alam hutan.
3. Kegiatan ekonomi dibidang sumber daya alam mineral dan energi.
4. Kegiatan ekonomi dibidang sumber daya ruang.
VI. Metode Pembelajaran
- Ceramah- Tanya jawab- Pemberian Tugas
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal ( 5 memit )
- Guru memberikan persepsi dengan bertanya jawab kepada siswa mengenai contoh
kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan sumber daya alam.
- Mengajak siswa untuk menyebutkan berbagai macam kegiatan ekonomi atau
pekerjaan penduduk di sekitarnya.
B. Kegiatan Inti ( 45 menit )
Guru mengajak siswa mengamati gambar sawah, hutan, pengeboran minyak dan
pantai dilanjutkan dengan tanya jawab:
1. Kegiatan apakah yang ada di sawah ?
2. Apa sajakah hasil hutan ?
3. Dimanakah terdapat penyebaran minyak bumi ?
4. Selain minyak bumi, barang tambang apa yang terdapat di Indonesia ?
5. Di manakah tetrdapat tempat pariwisata pantai ?
Dari hasil tanya jawab guru menjelaskan materi tentang kaitan ekonomi
dengan sumber daya alam yang ada di daratan. Guru memberikan soal-soal latihan
Siswa mengerjakan latihan soal.
C. Kegiatan akhir ( 20 menit )
Membuat kesimpulan tentang kegiatan ekonomi dengan sumber daya alam di
daratan. Siswa menyelesaikan tes akhir. Memberikan tindak lanjut dan tugas (PR)
VIII. Media dan Sumber Pembelajaran
a. Media : Alat Peraga berupa gambar petani dan sawah, gambar hutan, gambar
pengeboran minyak bumi dan gambar pantai Pakaian dan alat-alat, aksesoris
yang dipakai siswa.
b. Sumber pelajaran : Buku IPS untuk siswa SD kelas IV karya Asy’ari dkk
penerbit Airlangga Buku Master kompetensi IPS IV, Penerbit Ozetas Cendikia
halaman 4 - 6
IX. Evaluasi
A. Prosedur :1. Tes Awal (apersepsi)2. Tes dalam proses3. Tes awal
B. Jenis tes :1. Lisan2. Tertulis
C. Alat Tes :1. Soal tes (terlampr)2. Kunci jawaban soal.
A. Kiat - Kiat Pembelajaran Yang Efektif Dan Efisien

1. Menarik perthatian siswa

2. Menerapkan pembelajaran kooperativ

3. Memaksimalkan teknologi

4. Interaktif

5. Sesekali belajar di luar kelas

6. Lebih sabar dan memberikan reward

7. Perhatian closing mengajar

B. MODEL PEMBELAJARAN

1. Model Pembelajaran Inquiri

o Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran inkuiri?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, model pembelajaran inkuiri merupakan


model pembelajaran yang berbasis aktivitas, sehingga dapat mengaktifkan proses belajar
siswa. Melalui model pembelajaran inkuiri akan membantu mengembangkan keterampilan
berfikir secara kritis dan kreatif, sekaligus melatih keterampilan berkolaborasi secara
terbuka bagi peserta didik.

Proses pembelajaran ini dikembangkan agar peserta didik dapat terlibat secara aktif
dalam proses pengamatan, menanya, mencoba, mengolah data, dan menyajikan, serta
menyimpulkan atau bahkan menciptakan suatu inovasi baru. Keterlibatan peserta didik
pada proses pembelajaran secara maksimal merupakan suatu aktivitas aktif. Maka dari itu,
diharapkan dengan aktivitas tersebut dapat memicu interaksi para peserta didik dan
meningkatkan keterampilan literasinya.

o Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, inkuiri berasal dari
kata inquiry dan to inquire yang merupakan kata dalam Bahasa Inggris. Kata inquiry dan to
inquire memiliki arti yang sama, yaitu ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban, terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya.
Pertanyaan ilmiah sendiri merupakan pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan
penyelidikan terhadap objek pertanyaan.
Namun, dalam model pembelajaran inkuiri, Piaget (Wartono, 1996) mengartikannya
sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen
sendiri. Dalam artian yang lebih luas, yaitu siswa ingin melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas
pertanyaan dengan cara mereka sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan
penemuan yang lain, serta membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan
orang lain.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka pengertian model pembelajaran inkuiri adalah


suatu proses belajar yang ditempuh untuk mendapatkan informasi agar dapat memecahkan
suatu permasalahan, dimana siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan
masalah yang diberikan guru.

o Apa tujuan model pembelajaran inkuiri?

Wina Sanjaya (2006) menyatakan bahwa, tujuan model pembelajaran inkuiri adalah
membantu siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan
berfikir, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar
rasa ingin tahu mereka.

Tujuan model pembelajaran inkuiri dalam mengembangkan kemampuan intelektual juga


merupakan bagian dari proses pembentukan mental. Oleh sebab itu, dalam implementasi
model pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, tapi juga
bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimiliki.

o Apa ciri-ciri model pembelajaran inkuiri?

Selanjutnya, Wina Sanjaya (2006), Martinis Yamin (2006) dalam karangan Mulyono
(2011:72), serta Al-Tabani (2014: 80) sama-sama menyatakan karakteristik atau ciri-ciri
model pembelajaran inkuiri sebagai berikut.

Inkuiri lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan secara maksimal,
artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

Seluruh aktivitas siswa difokuskan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu
yang tengah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri
(self-belief). Artinya, dalam model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, tapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

Melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri, kemampuan intelektual yang sebagai


bagian dari proses mental siswa harus dapat lebih berkembang, terutama dalam
mengembangkan berpikir secara sistematis, logis, dan berpikir kritis para peserta didik.
Sebab, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, tapi juga menggunakan
potensi yang mereka miliki selama proses pembelajaran.

o Apa jenis-jenis model pembelajaran inkuiri?

Inkuiri memiliki macam-macam model pembelajaran. Terdapat beberapa macam model


pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Runika (2009: 1) adalah (1) guided inquiry,
(2) modified inquiry, (3) free inquiry, (4) inquiry role approach, (5) invitation into inquiry,
(6) pictorial riddle, (7) synectic lessons, dan (8) value clarification.

Namun, penerapan model pembelajaran inkuiri di Indonesia hanya tiga jenis saja, yaitu
berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang
diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis model pembelajaran inkuiri tersebut
adalah inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas (free inquiry), dan inkuiri bebas
yang dimodifikasi (modified free inquiry).

1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry)

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah proses belajar dimana guru


membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
mengarahkan pada suatu diskusi. Oleh karena itu, guru harus berperan aktif dalam
menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya

Inkuiri terbimbing cocok digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan
inkuiri. Dengan inkuiri, ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk
dari guru sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran.

Pada jenis inkuiri ini, siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan, baik melalui diskusi kelompok maupun individual. Tujuannya agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya,
selama proses belajar berlangsung siswa akan memperoleh pedoman sesuai yang
diperlukan.

Kemudian, di tahap awal, guru akan banyak memberikan bimbingan, dan mengurangi
intensitas bimbingan tersebut pada tahap-tahap berikutnya, sehingga siswa mampu
melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan pun dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat membuat siswa memahami
konsep pelajaran matematika.

Di samping itu, guru dapat memberikan bimbingan melalui lembar kerja siswa yang
terstruktur. Selama proses belajar berlangsung, guru harus memantau kelompok diskusi
siswa, sehingga guru bisa mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
oleh siswa.

2. Inkuiri Bebas (free inquiry)

Model pembelajaran inkuiri bebas ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan inkuiri. Inkuiri bebas menempatkan siswa seolah-olah bekerja layaknya
seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan masalah untuk diselidiki,
menemukan dan menyelesaikan masalah tersebut secara mandiri, serta merancang prosedur
atau langkah-langkah yang diperlukan.

Selama proses ini, guru akan sangat sedikit memberikan bimbingan atau bahkan tidak ada
arahan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan model ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended, dan mempunyai alternatif
pemecah masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka
mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, akan ada kemungkinan siswa menemukan
cara dan solusi yang baru atau bahkan belum pernah ditemukan oleh orang lain dari
masalah yang diselidiki.

 Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara


lain:

Waktu yang diperlukan untuk aktivitas menemukan relatif lama, sehingga melebihi waktu
yang sudah ditetapkan dalam kurikulum. Karena diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri permasalahan yang diselidiki, tak bisa dipungkiri adanya kemungkinan topik yang
dipilih oleh siswa di luar konteks yang terdapat dalam kurikulum.

Ada pula kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda,
sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil perolehan
siswa.

Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, maka ada
kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki
oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak dapat berjalan sebagaimana
yang diharapkan.

Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry)

Jenis model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi merupakan kolaborasi atau
modifikasi dari dua inkuiri sebelumnya, yaitu inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Meski
begitu, permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau
beracuan dengan kurikulum yang telah ada.

Artinya, dalam inkuiri ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk
diselidiki secara sendiri, tapi siswa yang belajar dengan inkuiri ini menerima masalah dari
gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun, bimbingan yang
diberikan pun lebih sedikit dari inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.

Dalam inkuiri jenis ini, guru membatasi adanya bimbingan supaya siswa berupaya terlebih
dahulu secara mandiri, dengan harapan para siswa dapat menemukan sendiri
penyelesaiannya. Akan tetapi, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan
permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui
diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.

2. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah awal untuk membangun suasana pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini, guru akan mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan
proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam tahap orientasi
adalah:

- Menjelaskan topik yang akan dipelajari beserta tujuan dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

- Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk mencapai hasil
belajar yang baik. Disini, guru dapat menjelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan
dari setiap langkahnya, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai merumuskan
kesimpulan.

- Menjelaskan pentingnya topik pembelajaran dan kegiatan belajar. Hal tersebut


dilakukan untuk memberikan motivasi belajar pada siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah adalah langkah untuk membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan tentunya yang menantang siswa
untuk berpikir dalam memecahkan teka-teki sesuai rumusan masalah yang ingin dikaji.
Sebab, masalah tersebut ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang
tepat.

3. Merumuskan hipotesis

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak (berhipotesis) pada setiap siswa adalah dengan mengadakan berbagai pertanyaan
yang mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara, atau merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari permasalahan yang dibahas.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas mencari informasi untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri, pengumpulan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan intelektual.

Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tapi
juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikir. Oleh
karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pemicu, agar siswa berfikir untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima, sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir secara rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tapi harus
didukung oleh data yang dapat dipertanggung jawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang telah diperoleh


dari hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan goals-nya dalam
pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, maka sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana saja yang relevan.

o Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inkuiri?

Tentunya tidak ada model pembelajaran yang sempurna di dunia ini. Model pembelajaran
inkuiri pun juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri

Membantu menggunakan daya ingat siswa dan mentransfernya pada situasi-situasi belajar.
Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas kemauan atau inisiatifnya sendiri.

Mendorong siswa untuk berpikir secara inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri setiap siswa.

Memungkinkan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
di luar sekolah, dan tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

Menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal).

Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Siswa
dengan kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa lain yang lemah
dalam belajar.

Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri

7. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

8. Sulit untuk merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa


dalam belajar.

9. Terkadang dalam mengimplementasikannya, diperlukan waktu yang panjang, sehingga


guru kerap kesulitan dalam menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

10. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam
menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inkuiri akan sulit
diimplementasikan.

11. Memerlukan adanya perubahan kebiasaan cara belajar peserta didik yang menerima
informasi dari guru apa adanya, menjadi belajar secara mandiri dan kelompok, dengan
mencari dan mengolah informasi sendiri.

12. Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah
dilakukan bertahun-tahun.

13. Guru dituntut mengubah cara mengajar yang umumnya sebagai penyaji informasi, lalu
menjadi fasilitator dan motivator. Hal tersebut tentunya tidak mudah dilakukan.

Model pembelajaran inkuiri dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan sumber


belajar dan fasilitas yang memadai, tapi tidak selalu tersedia.

Model pembelajaran inkuiri tidak efisien, khususnya untuk mengajar peserta didik dalam
jumlah besar, sedangkan jumlah guru terbatas.
3. Pembelajaran kreatif dan produktif
merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai
teori/pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar.
Belajar aktif hanya terjadi jika siswa aktif, dalam arti siswa terlibat optimal secara
intelektual dan emosional dalam pembelajaran. Siswa tidak menjadi penonton yang selalu
menerima pertunjukan yang disuguhkan oleh guru, tetapi menjdi pelaku utama dalam
pembelajaran. Teori dan pendekatan tersebut, antara lain: belajar aktif, belajar kreatif,
pendekatan konstruktif, serta belajar kolaboratif dan kooperatif. Karakteristik penting dari
setiap teori/pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang
memungkinkan siswa mengembangkan kreativitas serta menghasilkan sesuatu sebagai
produk yang bersumber dari pemahaman siswa terhadap konsep yang sedang dikaji.
Made Wena (2009:139) menyatakan bahwa “pendekatan yang diacu dalam model
pembelajaran kreatif-produktif antara lain; belajar aktif dan kreatif (Cara Belajar Siswa
Aktif) yang juga di kenal dengan strategi inkuiri, strategi pembelajaran kontruktivisme,
serta strategi pembelajaran kolaboratip dan kooperatip. Dengan pendekatan-pendekatan
tersebut model pembelajaran kreatif-produktif ini diharapkan dapat menantang siswa untuk
mengkontruksi sendiri konsep atau materi yang mereka dapatkan dan dapat menghasilkan
sesuatu yang kreatif sebagai re-kreasi atau pencerminan pemahaman siswa terhadap
masalah atau topik yang dikaji.”
Pembelajaran kreatif produktif ini berlandaskan pada berbagai prinsip-prinsip dasar
antara lain :
a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran;
b. Siswa didorong untuk menemukan atau mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang
dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara seperti observasi,diskusi
atau percobaan;
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas
bersama;
d. Untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias serta
percaya diri.
Tujuan diadakannya pembelajaran ini antara lain:
1) Memahamkan konsep terhadap suatu nilai, konsep atau masalah tertentu;
2) Mampu menerapkan konsep;
3) Mampu mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran Kreatif Produktif
Dalam pelaksanaan pembelajaran, model pembelajaran kreatif-produktif dilakukan dengan
tahapan-tahapan tertentu, sehingga tujuan dari penerapan pembelajaran ini dalam
pembelajaran tercapai. Adapun tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kreatif-produktif
terbagi menjadi lima tahap, yaitu: orientasi, eksplorasi, interpretasi, re-kreasi dan evaluasi.
Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para pembelajar, dengan berpegang
pada hakikat setiap tahap.
Made Wena (2009:140-143) dalam buku strategi pembelajaran inovatif kontemporer,
menguraikan tiap tahapan-tahapannya sebagai berikut:
a. Orientasi
Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan pembelajaran diawali
dengan orientasi untuk mengkomunikasikan dan menyepakati tugas dan langkah
pembelajaran. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah, hasil akhir yang
diharapkan dari siswa, serta penilaian yang akan diterapkan pada mata pelajaran yang akan
berjalan. Pada kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya
tentang langkah atau cara kerja serta hasil penilaian yang ditawarkan oleh guru, dan
diharapkan terjadinya negosiasi tentang aspek-aspek tersebut dan terjadi kesepakatan antara
guru dan siswa.
b. Eksplorasi
Pada tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap konsep yang akan dikaji.
Eksplorasi dapat dilakukan dengan membaca, melakukan observasi, wawancara, menonton
satu pertunjukan, melakukan percobaan, browsing lewat internet dsb. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan secara individu maupun kelompok. Agar eksplorasi menjadi terarah,
sebaiknya guru memberikan panduan singkat yang memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja,
serta hasil akhir yang diharapkan.
c. Interpretasi
Dalam tahap interpretasi, hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis,
diskusi, tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali , jika memang diperlukan.
d. Re-kreasi
Pada tahap re-kreasi, siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang
mencerminkan pengalamannnya terhadap konsep yang sedang dikaji menurut kreasinya
masing-masing. Misalnya siswa dapat diminta membuat satu skenario drama dari novel yang
sedang dikajinya. Re-kreasi dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok. Hasil re-
kreasi merupakan produk kreatif yang dapat dipresentasikan, dipajang dan ditindak lanjuti.
e. Evaluasi
Evaluasi belajar dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.
Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan kemampuan
berpikir siswa. Evaluasi pada akhir pembelajaran adalah evaluasi terhadap produk kreatif
yang dihasilkan siswa. Kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi.
Dari tahapan-tahapan pelaksanaan model pembelajaran kreatif produktif yang diungkapkan
oleh made wena tersebut, dapat kita ambil sebuah makna bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran di sekolah terutama di sekolah dasar, guru harus bisa memfasilitasi siswa untuk
mencapai tahap berpikir kreatif yang tentunya akan membuat siswa lebih memahami materi
atau konsep yang mereka terima.
Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif Produktif
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekuatan dan kelemahan, begitu pula dengan
model pembelajaran kreatif Produktif. Adapun kekuatan dan kelemahannya adalah sebagai
berikut :
a. Kekuatan Model Pembelajaran Kreatif Produktif
1) Dalam setiap kegiatan, siswa terlibat secara aktif, baik intelektual maupun emosional.
2) Mencapai dampak instruksional dan memungkinkan terbentuknya dampak pengiring.
3) Siswa mendapat kesempatan yang luas untuk berinteraksi langsung dengan sumber belajar.
4) Memacu kreatifitas melalui kegiatan re-kreasi.
5) Memungkinkan dilakukanya penilaian secara utuh dan komprehensif.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif Produktif
Kelemahan-kelemahan model pembelajaran ini tertuju pada kelemahan dilapangan,
antara lain :
1) Memerlukan kesiapan guru dan siswa.
2) Memerlukan adaptasi pendidik.
3) Memerlukan waktu yang panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu
waktu yang diperlukan bisa di persingkat karena tahapan eksplorasi bisa dilakukan di luar
jam pelajaran

4. Model Pembelajaran Cooperative Learning

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dimana
pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat kemampuan,
melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang
materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab
untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar,
sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa berusaha sampai semua
anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya. Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu
Hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan
keterampilan sosial.

Prinsip model pembelajaran kooperatif yaitu 1) saling ketergantungan positif; 2)


tanggung jawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; dan 5)
evaluasi proses kelompok (Lie, 2000). Manfaat dari Cooperative Learning antara lain:

meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya, membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan, mengembangkan keterampilan
sosial siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, membantu meningkatkan hubungan
positif antar siswa.

Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori
pembelajaran sosial. Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang
dilakukan peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas
belajar berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh
guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi
dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara
optimal agar ia mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Langkah-langkah dalam Cooperative Learning


Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning dapat dituliskan dalam table sebagai
berikut:

Langkah Indikator Tingkah Laku Guru

Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

Langkah 1 dan memotivasi siswa. mengkomunikasikan kompetensi dasar yang


akan dicapai serta memotivasi siswa.

menyajikan informasi

Langkah 2 kepada siswa Guru menyajikan informasi kepada siswa

Mengorganisasikan
siswa ke dalam Guru menginformasikan pengelompokan siswa
kelompok-kelompok
Langkah 3
belajar

Membimbing Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja

Langkah 4 kelompok belajar siswa dalam kelompokkelompok belajar

Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi


pembelajaran yang telah dilaksanakan

Langkah 6 Memberikan Guru memberi penghargaan hasil belajar


penghargaan individual dan kelompok.
2.3 Pengelolaan Kelas Menurut Model Cooperative Learning

Pengelompokan

Kelompok homogen (Ability grouping) adalah praktik memasukkan beberapa siswa


dengankemampuan yang setara dalam kelompok yang sama.

Pengelompokan heterogenitas (kemacam-ragaman),dibentuk dengan memperhatikan


keanekaragaman gender, latar belakang sosioekonomi dan etnik, serta kemampuan
akademis.

Semangat gotong-royong

Dalam proses pembelajaran ini, agar berjalan secara efektif maka semua anggota kelompok
hendaknya mempunyai semangat bergotong royong yaitu dengan cara membina niat dan
semangat dalam bekerja sama yaitu dengan beberapa cara:

a. Kesamaan Kelompok. b. Identitas Kelompok c. Sapaan dan Sorak Kelompok.

Penataan ruang kelas

Dalam hal ini keputusan guru dalam penataan ruang disesuaikan dengan kondisi dan
situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: a)
Ukuran ruang kelas, b) Jumlah siswa, c) Tingkat kedewasaan siswa, f) Pengalaman guru
dan siswa dalam melaksanakan metode pembelajaran gotong royong.

2.4 Model Evaluasi belajar Cooperative Learning

Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat tiga model evaluasi, ketiga
model evaluasi tersebut adalah sebagai berikut:

 Model Evaluasi Kompetisi

Pada sistem peringkat jelas menanamkan jiwa kompetitif, karena sejak masa awal
pendidikan formal, siswa dipacu agar bisa menjadi lebih baik dari teman-teman sekelas,
sehingga siswa yang jauh melebihi kebanyakan siswa yang dianggap berprestasi, yang
kemampuannya berada di bawah rata-rata kelas dianggap gagal atau tidak berprestasi.

 Model Evaluasi Individual

Dalam sistem ini, sistem siswa belajar dengan pendekatan dan kecepatan yang
sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Anak didik tak bersaing dengan siapa-siapa,
kecuali bersaing dengan diri mereka sendiri. Teman-teman satu kelas dianggap tidak ada
karena jarang interaksi antar siswa di kelas. Berbeda dengan sistem penilaian peringkat,
dalam penyajian individual guru menetapkan standar untuk setiap murid.

 Model Evaluasi Cooperative Learning

Sistem ini menganut pemahaman homohomini soclus. Falsafah ini menekankan


saling ketergantungan antar makhluk hidup. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat
penting artinya bagi kelangsungan hidup. Prosedur sistem penilaian Cooperative Learning
diantaranya adalah tanggung jawab pribadi dan kelompok. Jadi siswa mendapat nilai
pribadi dan nilai kelompok.

Anda mungkin juga menyukai