Anda di halaman 1dari 16

ACARA 8

Sampling dan Analisis Mangrove dengan Metode Transect Line


dan Pengukuran Faktor Lingkungan

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan analisis terhadap komunitas mangrove di suatu habitat
yang berada dalam ekosistem tertentu dengan menggunakan Metode Transect Line.

B. ALAT DAN BAHAN


1. GPS
2. Soil tester
3. pH meter/pH indikator
4. Alat ukur (meteran)
5. Patok
6. Rafia/penanda transek
7. Tabel data (disiapkan sendiri oleh praktikan)
8. Buku kunci identifikasi tumbuhan
9. Termometer
10. Alat tulis

C. DASAR TEORI
1. Pengantar
Analisis mangrove dilakukan agar dapat mendeskripsikan dan menggali informasi
secara tepat mengenai komunitas mangrove yang dikaji, misalnya bagaimana pengaruh
interaksi dengan faktor lingkungan terhadap perkembangan komunitas mangrove dan
bagaimana proses suksesi suatu komunitas . Tujuan analisis mangrove umumnya berkaitan
dengan informasi mengenai struktur floristik (yaitu komposisi spesies) atau struktur
tegakan/stand.
Mangrove sangat penting artinya bagi kehidupan di daerah pesisir. Vegetasi ini
berperan dalam melindungi daerah pantai dan memelihara habitat biota asosiasi untuk
memelihara keanekaragaman hayati. Selain itu, mangrove juga memiliki potensi ekonomi
yang dapat diperoleh dari tiga sumber utama yaitu hasil hutan, perikanan, dan ekowisata
(Mangrove Information Centre, 2003).
Mangrove tersebar di beberapa negara dunia dengan luas sekitar 19.9 juta hektar,
dimana Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki hutan mangrove terluas
di dunia. Selain itu, Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman mangrove tertinggi di
dunia, dengan jumlah 202 jenis mangrove (Noor et al.2006).
Untuk dapat mendeskripsi suatu kornunitas mangrove, seringkali diperlukan data
masing-masing individu spesies yang hidup dalam komunitas tersebut. Pengukuran atau
perhitungan langsung (sensus) tidak memungkinkan untuk dilaksanakan, mengingat dalam
penelitian selalu ada keterbatasan waktu dan sumberdaya (misalnya, tenaga kerja, peralatan,
dan biaya).
Oleh karena itu seorang peneliti biasanya hanya meneliti kurang lebih 1 persen saja
dari keseluruhan komunitas yang dikaji. Inilah yang disebut dengan sampling. Sampling dalam
istilah statistik didefinisikan sebagai pernilihan unit-unit observasi dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan tentang populasi yang diteliti. Sampel yang dipilih dengan baik akan
mampu mencerminkan karakter populasi yang diteliti (representatif), sehingga data parameter
sampel tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi parameter populasinya dengan akurat
(ekstrapolasi data).
Secara umum, metode sampling dikelompokkan menjadi dua, yaitu metode dengan
plot dan metode tanpa plot (plotless). Dalam metode dengan plot, vegetasi dicuplik dengan
menggunakan suatu luasan tertentu yang disebut plot. Plot dapat berbentuk bujur sangkar,
persegi panjang, atau lingkaran. Contoh metode ini adalah metode kuadrat dan metode releve.
Sebaliknya, metode tanpa plot tidak menggunakan plot dalam pencuplikan. Termasuk dalam
metode ini adalah metode titik terpegat dan metode jarak.
2. Metode Sampling dan Analisis Vegetasi Mangrove

Analisis Vegetasi dengan Metode Transek Kuadrat

Metode kuadrat atau dikenal juga sebagai metode plot hitung merupakan salah satu
contoh metode analisis vegetasi yang menggunakan plot sebagai unit sampling. Plot sendiri
adalah suatu area sampel dua dimensi yang ukurannya bervariasi. Kuadrat plot yang digunakan
dapat berbentuk lingkaran, persegi panjang (rektanguler), bujursangkar, atau transek (suatu
plot persegi yang sangat panjang), tergantung dari pertimbangan peneliti. Demikian pula
ukuran dan jumlah kuadrat yang digunakan. Yang perlu menjadi pertimbangan juga adalah
faktor presisi dari masing-masing bentuk kuadrat plot.
Metode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi mangrove adalah
dengan menggunakan Metode Transek Garis dan Petak Contoh (Line Transect Plot). Metode
Transek Garis dan Petak Contoh (Transect Line Plot) adalah metode pencuplikan contoh
populasi suatu ekosistem dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garis yang ditarik
melewati wilayah ekosistem tersebut. Metode pengukuran ini merupakan salah satu metode
pengukuran yang paling mudah dilakukan, namun memiliki tingkat akurasi dan ketelitian yang
akurat. Di dalam transek terdapat masing-masing plot berukuran 10 x 10 meter untuk Pohon
(diameter > 4 cm), 5 x 5 meter untuk Anakan (diameter < 4 cm dan tinggi > 100 cm) dan untuk
Semai (tinggi < 1 m).

Gambar 8.1. Gambar Transect Line untuk Analisis Vegetasi Mangrove

3. Perhitungan Parameter Vegetasi

Dalam sampling vegetasi terdapat empat parameter kuantitatif utama yang dapat
dihitung berdasarkan pengukuran data tumbuhan di lapangan. Parameter tersebut adalah:
densitas (kerapatan individu), frekuensi (kekerapan hadir spesies), dominansi atau cover
(penutupan tumbuhan), dan Indeks Nilai Penting (INP).
a. Total Basal Area (BA)
Penentuan basal area pohon dihitung dengan rumus:
πDBH2
BA = (cm2)
4
Basal Area (BA) = luas permukaan, DBH = diameter batang setinggi dada (diukur pada
22
ketinggian 130 cm dari permukaan tanah), dan π = 3,142875 atau 7

b. Densitas
Densitas (Kerapatan Jenis) adalah jumlah individu suatu spesies per satuan luas. Rumus
perhitungan densitas adalah sebagai berikut:

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒅𝒊𝒗𝒊𝒅𝒖 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒔𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔


Densitas = 𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑨𝒓𝒆𝒂 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
𝒌𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒋𝒆𝒏𝒊𝒔
Densitas Relative = 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒔𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔 x 100%

Luas area sampling adalah total luas plot yang disampling. Satuan luas area dapat
berupa m2, km2, atau hektar (ha).

Contoh:

Dilakukan sampling dengan 10 plot yang berukuran 10 x 10 m. sebanyak 212 individu


spesies C ditemukan dalam semua plot, maka densitas spesies C adalah:

𝟐𝟏𝟐
Densitas spesies C = 𝟏𝟎 𝒙 (𝟏𝟎𝒙𝟏𝟎)

= 0,212 individu per m2

c. Frekuensi
Frekuensi menunjukkan seringnya suatu spesies hadir dalam plot-plot sampel.
Frekuensi dapat dinyatakan baik dalam pecahan maupun persen. Rumus perhitungan frekuensi
adalah sebagai berikut:

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒍𝒐𝒕 𝒔𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒆𝒏𝒕𝒖 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏


Frekuensi = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒑𝒍𝒐𝒕
𝒇𝒓𝒆𝒌𝒖𝒆𝒏𝒔𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒋𝒆𝒏𝒊𝒔
Frekuensi Relatif = 𝒇𝒓𝒆𝒌𝒖𝒏𝒔𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒋𝒆𝒏𝒊𝒔 x 100%

Contoh:
Pada sampling dengan 10 plot, spesies b dijumpai pada 6 plot. Maka, frekuensi spesies
b adalah:

𝟔
Frekuensi spesies B = 𝟏𝟎 x 100%

= 60 %

d. Dominasi
Dominasi suatu spesies dapat dipelajari melalui pengukuran basal area (yaitu luas
penampang lintang batang pohon) setinggi 135 cm dari permukaan tanah (dbh = diameter at
breast height). Dominasi juga dapat diukur berdasarkan cover atau penutupan tajuk pohon atau
herba. Rumus yang digunakan adalah:
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒂𝒔𝒂𝒍 𝒂𝒓𝒆𝒂 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒑𝒆𝒏𝒖𝒕𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒔𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔
Dominansi = 𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑨𝒓𝒆𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

𝑫𝒐𝒎𝒊𝒏𝒂𝒏𝒔𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒔𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔


Dominansi Relative = 𝑫𝒐𝒎𝒊𝒏𝒂𝒏𝒔𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑺𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔 x 100%

Dominansi Relatif untuk Kategori Semai :

𝑫𝒐𝒎𝒊𝒏𝒂𝒏𝒔𝒊 % 𝒑𝒆𝒏𝒖𝒕𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒔𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔


Dominasi Relative = 𝑫𝒐𝒎𝒊𝒏𝒂𝒏𝒔𝒊 % 𝒑𝒆𝒏𝒖𝒕𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑺𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔 x 100%

Dalam 10 plot sampling berukuran 10 x 10m, spesies A ditemukan berjumlah 6


individu dengan rerata luas basal area 20 cm2. Dengan demikian dominasi spesies A adalah:
𝟐𝟎 ×𝟔
Dominasi spesies A = 𝟏𝟎 ×(𝟏𝟎×𝟏𝟎)

= 0,120 cm2/m2

e. Nilai Penting
Nilai penting merupakan suatu parameter terhitung yang merupakan kombinasi dari
nilai relative setidaknya dua dari tiga parameter terukur diatas. Jadi nilai penting suatu spesies
adalah:

Nilai penting = Densitas relatif + Frekuensi relatif + Dominasi relatif


(INP) = (Kr) + (Fr) + (Dr)
Sementara nilai parameter relatif adalah perbandingan antara nilai parameter suatu
spesies dengan nilai total parameter tersebut untuk seluruh spesies yang ditemukan.

Contohnya:

𝑫𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒔𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔 𝑨
Densitas relatif spesies A = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒅𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒔𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔 x 100 %
Besarnya nilai penting total tergantung pada banyaknya parameter yang
dikombinasikan. Jika terdiri dari tiga nilai relatif, maka nilai totalnya adalah 300. Jika dua maka
nilai totalnya adalah 200.

f. Indeks Keanekaragaman
n
Ni Ni
H′ = - ∑ ( ) log ( )
N N
i=1

Nilai tolok ukur indeks keanekaragaman H’:


• H’ < 1,0 :
• Keanekaragaman rendah,
• Miskin (produktivitas sangat rendah) sebagai indikasi adanya tekanan ekologis
yang berat ,dan
• ekosistem tidak stabil
• 1,0 < H’ < 3,322 :
• Keanekaragaman sedang,
• produktivitas cukup,
• kondisi ekosistem cukup seimbang,
• tekanan ekologis sedang.
• H’ > 3,322 :
• Keanekaragaman tinggi,
• stabilitas ekosistem mantap,
• produktivitas tinggi

Tabel 8.2. Contoh tabel data hasil perhitungan


Densitas Frekuensi Dominansi
No. Spesies Kr Fr Dr INP H’
(/ha) (%) (cm2/ha)

dst
D. CARA KERJA

Dalam praktikum ini, praktikan akan menerapkan metode kuadrat untuk mempelajari
komunitas tumbuhan bawah pada suatu area kajian. Tahapan kerjanya adalah sebagai berikut

1. Tahap Koleksi Data Lapangan

a. Penentuan Area Kajian

Area kajian untuk praktikum nantinya akan ditentukan oleh asisten praktikum. Pertama-
tama area tersebut diukur luasnya, kemudian ditulis deskripsi lokasinya (misalnya: topografi,
spesies dominan secara visual, growthform yang ada, kondisi cuaca, dan sebagainya). Jika
perlu dapat juga dibuat gambaran kasar area tersebut. Wilayah kajian yang ditentukan untuk
pengamatan vegetasi mangrove harus dapat mengindikasikan atau mewakili setiap zone
mangrove yang terdapat di wilayah kajian (Gambar.8.2.);

b. Penentuan Ukuran dan Bentuk Plot serta Ukuran Sampel.

Dalam praktikum ini nantinya akan digunakan plot berbentuk bujursangkar. Pada setiap
stasiun pengamatan, tetapkan transek-transek garis dari arah laut ke arah darat (tegak lurus
garis pantai sepanjang zonasi hutan mangrove yang terjadi) di daerah intertidal.
Pada setiap zona mangrove yang berada disepanjang transek garis, letakkan secara acak
petak- petak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 m x 10 m sebanyak paling
kurang 3 (tiga) petak contoh (plot);
c. Peletakan Plot.

Setelah ukuran sampel ditentukan, plot-plot kemudian akan diletakkan di area kajian
secara acak atau sistematis. Penentuan lokasi peletakan secara acak dilakukan dengan
menggunakan tabel random, algoritma random dalam kalkulator, atau dengan lotere.
Jika peletakan plot dilakukan tidak secara random, melainkan secara sistematis, maka
yang harus dilakukan adalah membagi area kajian menjadi grid (bujursangkar) yang berukuran
sama, kemudian meletakkan satu plot sampel pada setiap bujursangkar tersebut. Letak plot bisa
di tengah bujursangkar, atau di sudut, atau di sisi lain, sesuai dengan kesepakatan.
d. Pengambilan Data Vegetasi.

Setelah semua plot diletakkan di lokasinya masing-masing, mahasiswa mengambil data


yang nantinya akan digunakan untuk menghitung parameter vegetasi. Data tersebut adalah:
macam spesies yang tumbuh dalam masing-masing plot, cacah/jumlah individu, dan keliling
batang tiap individu yang tergolong pohon, tiang, dan pancang.
Pada setiap petak contoh (plot) yang telah ditentukan, determinasi setiap jenis
tumbuhan mangrove yang ada, hitung jumlah individu setiap jenis, dan ukur lingkaran batang
setiap pohon mangrove setinggi dada, sekitar 1,3 meter (Gambar.8.3.).

Gambar 8.2. Contoh Peletakan Garis Transek yang mewakili setiap zona mangrove.

Gambar 8.3. (A) Penentuan lingkar batang mangrove setinggi dada.


(B) Penentuan lingkar batang mangrove pada berbagai jenis batang
mangrove.
Tabel data yang perlu disiapkan seperti contoh pada Tabel 8.3.

Tabel 8.3. Spesies-spesies yang hadir dalam plot ……

dan cacah individunya.

Tanggal : _____________ Nama Praktikan : ______________

Lokasi: ________ Plug : ______________

No. Plot : _____________ Asisten : ______________

Ukuran Plot : (__X__) m2 Acc Asisten : ______________

Deskripsi Plot :
____________________________________________________

________________________________________________________
________________________________________________________

Koordinat Koordinat Nama Keliling


No. GBH
X Y Spesies (cm)

dst

Jumlah Spesies

Pohon Semai

Pohon = D>4cm; Tiang = D> 4cm, H>1m; Semai = H<1m


e. Pengukuran Parameter Lingkungan.

Selanjutnya pada setiap plot dilakukan pengukuran parameter lingkungan. Parameter


lingkungan yang diukur meliputi: suhu air dan tanah, salinitas, dan pH air dan tanah;
Pengukuran setiap parameter lingkungan dilakukan satu kali untuk setiap plot. Data yang
diperoleh ditabulasi sebagaimana contoh Tabel 8.4.

Tabel 8.4. Parameter lingkungan plot ………

Tanggal : _____________ Nama Praktikan : ______________

Stand/Lokasi : ________ Plug : ______________

No. Plot : _____________ Asisten : ______________

Ukuran Plot : ( ___X___ ) m2 Acc Asisten : ______________

Deskripsi Plot :
____________________________________________________

________________________________________________________
________________________________________________________

No. Parameter Nilai Keterangan


Lingkungan Pengukuran
1 Suhu air(oC)

2 Suhu tanah(oC)

3 Salinitas

4 pH air

5 pH tanah

dst
f. Penyusunan Data Kolektif

Setelah data semua plot selesai dikoleksi, tahap selanjutnya yang dikerjakan adalah
menyusun data lapangan (atau biasa disebut raw data, data mentah) ke dalam tabel kelas atau
tabel kolektif (tabel 8.5 dan 8.6). Tabel data kolektif inilah yang akan menjadi sumber data
bagi setiap praktikan untuk menyusun laporannya.Tabel data kolektif masih harus disusun
lagi menjadi suhu tabel/grafik yang informatif disertakan dalam laporan praktikum.

Tabel 8.5. Tabulasi Data Vegetasi .......

(Tk Semai/Pancang/Tiang/Pohon) dan cacah individunya.

Tanggal : _____________ Asisten : ______________

Lokasi : ________

Jumah Plot : __________ Acc Asisten : ______________

No Nama Cacah Cacah Rerata Keliling Ket


Spesies Indv. pada Indv. (per m2)
plot no. Total (cm)

1 2 dst

dst
Tabel 8.6. Tabulasi Parameter Lingkungan

Tanggal : _____________ Asisten : ______________

Lokasi : ________

Jumah Plot : __________ Acc Asisten : ______________

No Parameter 1 2 3 4 dst Rerata (x)


Lingkungan
1

dst

g. Tahap Analisis Data

1) Perhitungan Parameter Vegetasi dan Parameter Lingkungan

Tabel data koleksi selanjutnya digunakan untuk menghitung parameter vegetasi tiap
spesies. Parameter vegetasi yang dihitung adalah densitas, densitas relatif, frekuensi,
frekuensi relatif, dominansi dan dominansi relatif dan nilai penting. Hasil perhitungan
disusun dalam tabel terpisah yang hanya menampilkan nilai akhir perhitungan parameter-
parameternya (seperti contoh tabel 8.2).

2) Perhitungan Indeks Keanekaragaman

a) Indeks Shannon atau shannon index of general diversity (H)

H= -∑ {(n.i/N) log (n.i/N)}

Keterangan:

H = indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon


n.i = nilai penting dari tiap spesies
N = total nilai penting
b) Indeks Margalef (d)

(s - 1)
d=
log N

Keterangan:

d = indeks Margalef = indeks keanekaragaman Margalef

s = jumlah spesies

N = jumlah individu

c) Indeks Simpson atau Simpson of diversity (D)

S
D=1-  (P - i) 2
i 1

Keterangan :

D = indeks Simpson = indeks keanekaragaman Simpson

P-i = Proporsi spesies ke-I dalam komunitas

S = jumlah spesies

3) Perhitungan Indeks Keseragaman

a. Indeks Evenness (E)

H'
E=
H' max

Dimana :

E = Indeks Evenness

H’max = log S

H’ = Indeks Keanekaragaman

S = Jumlah Jenis yang Ditemukan


Nilai tolok ukur indeks keseragaman (E):
 0,75< E ≤ 1,0 :
• Keseragaman tinggi
• Ekosistem stabil
 0,5 < E ≤ 0,75 :
• Keseragaman sedang
• Ekosistem labil
 0 < E ≤ 0,5 :
• Keseragaman rendah
• Ekosistem tertekan
4) Indeks Dominansi

n 2 n 𝑛𝑖 2
C= Ʃi=1 pi = i=1Ʃ (𝑁)

Dimana :

C = indeks dominasi
n = jumlah individu jenis ke - i
N = jumlah seluruh individu

Nilai tolok ukur indeks dominansi (C):


 0 ≤ C < 0,5 :
• Dominasi rendah
• Ekosistem stabil
 0,5 ≤ C ≤ 1,0 :
• Dominansi tinggi
• Ekosistem labil

5) Analisis Hasil

Setelah perhitungan sudah lengkap, hasilnya dianalisis. Dalam laporan pratikum, hasil
harus ditampilkan dalam bentuk yang seinformatif mungkin. Oleh karena itu, hasil perhitungan
sebaiknya ditampilkan dalam bentuk tabel atau gambar (histrogram atau grafik) yang jelas.
Selanjutnya, hasil dianalisis dengan memperhatikan sejumlah aspek berikut ini :
- Spesies yang dominan dan pengaruh atau perannya terhadap komunitas;
- Asumsi pengaruh faktor lingkungan terhadap dominasi spesies pada khususnya dan
komunitas lokasi kajian pada umumnya.

Lampiran I
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 201 Tahun 2004
Tanggal : 13 Oktober 2004
KRITERIA BAKU KERUSAKAN MANGROVE
Kriteria Penutupan (%) Kerapatan (Pohon/Ha)
Baik Sangat Padat ≥ 75 ≥ 1500
Sedang ≥ 50 - < 75 ≥ 1000 - < 1500
Rusak Jarang < 50 < 1000

E. DISKUSI

1. Spesies apa yang paling mendominasi pada lokasi kajian?


2. Spesies apa yang paling sering ditemukan di tiap titik sampling?
3. Bagaimana struktur, kemelimpahan, nilai penting, dan distribusi di dalam ekosistem
yang dikaji?
4. Bagaimana hubungan keberadaan tumbuhan dengan faktor lingkungan fisik dan biotik
lainnya?

Anda mungkin juga menyukai