Anda di halaman 1dari 6

ORIGINAL ARTICLE

Intisari Sains Medis 2021, Volume 12, Number 1: 158-163


P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084

Profil klinis pasien dengan gejala gangguan


motilitas predominan konstipasi di
unit endoskopi gastrointestinal rumah sakit tersier
Published by Intisari Sains Medis
Godfried Erycesar Yeremia Saragih1*, I Dewa Nyoman Wibawa2,
I Ketut Mariadi2, Gde Somayana2

ABSTRACT
Background: Investigating constipation requires severity was indicated by Patient Assessment of
careful evaluation of general examinations cascaded Constipation – Symptoms (PAC-SYM) and Jorge-
into specifics to identify treatable or significant causes Wexner score. Data was analyzed using SPSS version 25
for early detection. This study aims to determine for Windows.
patients’ clinical profile with symptoms of motility Results: Most of the respondents were male (62.2%).
disorders, predominantly constipation, in the The PAC-SYM and Jorge-Wexner Score were relatively
gastrointestinal endoscopy unit of the tertiary hospital. low, with mean values of 2.44±0.73 and 2.18±0.99,
Methods: This descriptive cross-sectional study respectively. The prevalence of patients initially
involved 82 participants collected through consecutive assessed with chronic constipation (57.32%) remained
sampling. Patients with predominant constipation high (26.83%) despite adjustment being done after
symptoms who underwent colonoscopy in Sanglah colonoscopic exclusion.
Hospital Endoscopy Unit from 2017 to 2018 Conclusion: Diagnostic challenges of constipation
were recruited. Primary data comprising clinical exceeded the exhaustive efforts utilizing extensive
assessments, laboratory test results, and colonoscopy diagnostic modalities. Suboptimal treatment would
and histopathology interpretation were analyzed be inevitable in the absence of a good-quality
accordingly. Constipation and fecal incontinence management algorithm.

Keywords: Clinical Evaluation, Dysmotility, Constipation, Diagnosis.


Cite This Article: Saragih, G.E.Y., Wibawa, I.D.N., Mariadi, I.K., Somayana, G. 2021. Profil klinis pasien dengan
gejala gangguan motilitas predominan konstipasi di unit endoskopi gastrointestinal rumah sakit tersier. Intisari
Sains Medis 12(1): 158-163. DOI: 10.15562/ism.v12i1.855

ABSTRAK
1
Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Latar Belakang: Investigasi konstipasi memerlukan kolonoskopi maupun histopatologi dianalisis.
RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia kecermatan dalam mengevaluasi pemeriksaan Tingkat keparahan konstipasi dan inkontinensia
2
Divisi Gastroentero Hepatologi, Departemen umum yang berjenjang menjadi spesifik untuk feses ditunjukkan pada skor Patient Assessment of
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas mengidentifikasi kausa yang dapat ditangani atau Constipation – Symptoms (PAC-SYM) dan Jorge-
Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia bermakna terhadap deteksi dini. Penelitian ini Wexner. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 25
bertujuan untuk mengetahui profil klinis pasien dengan untuk Windows.
*Korespondensi: gejala gangguan motilitas predominan konstipasi di Hasil: Sebagian besar atau responden berjenis kelamin
Godfried Erycesar Yeremia Saragih; unit endoskopi gastrointestinal Rumah Sakit Tersier. laki-laki (62,2%). Skor PAC-SYM dan Jorge-Wexner
Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Metode: Penelitian deskriptif potong lintang ini relatif rendah dengan nilai rata-rata masing-masing
Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, melibatkan 82 responden yang dikumpulkan melalui 2,44±0,73 dan 2,18±0,99. Prevalensi pasien yang
RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia; pengambilan sampel secara konsekutif. Pasien dengan awalnya dinilai dengan konstipasi kronis (57,32%)
godfriedsaragih@yahoo.com gejala dominan konstipasi yang menjalani kolonoskopi tetap tinggi (26,83%) meskipun penyesuaian dilakukan
di Unit Endoskopi RSUP Sanglah selama tahun 2017 setelah eksklusi kolonoskopi.
Diterima: 12-11-2020
hingga 2018 direkrut. Data primer yang terdiri dari Simpulan: Tantangan diagnostik konstipasi melebihi
Disetujui: 29-03-2021 penilaian klinis, hasil tes laboratorium, dan interpretasi upaya maksimal dengan memanfaatkan modalitas
Diterbitkan: 22-04-2021

158 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 158-163
Open |access:
doi: 10.15562/ism.v12i1.855
http://isainsmedis.id/
ORIGINAL ARTICLE

diagnostik yang luas. Terapi yang kurang optimal tidak yang berkualitas baik.
dapat dihindari jika tidak ada algoritma manajemen

Kata kunci: Evaluasi Klinis, Dismotilitas, Konstipasi, Diagnosis.


Sitasi Artikel ini: Saragih, G.E.Y., Wibawa, I.D.N., Mariadi, I.K., Somayana, G. 2021. Profil klinis pasien dengan
gejala gangguan motilitas predominan konstipasi di unit endoskopi gastrointestinal rumah sakit tersier. Intisari
Sains Medis 12(1): 158-163. DOI: 10.15562/ism.v12i1.855

PENDAHULUAN usus semata. Kelompok faktor-faktor lain tanpa memandang etiologinya, dapat
dapat mencakup, namun tidak terbatas disertakan dalam penelitian ini. Informed
Beragam fungsi yang dapat dijalankan oleh pada; diet, predisposisi genetik, absorpsi, consent tertulis didapatkan dari seluruh
usus tidak akan bisa bersinergi dengan perilaku, biologis, dan farmakologis.6 pasien yang terlibat dalam penelitian.
baik tanpa berlangsungnya proses transpor Investigasi konstipasi memerlukan Penelitian ini telah disetujui oleh komite
konten secara normal. Efisiensi proses kecermatan dalam mengevaluasi etik institusional dan dilaksanakan sesuai
pencernaan, penyerapan, dan sekresi pemeriksaan umum yang berjenjang dengan standar etik dalam Deklarasi
dapat dicapai melalui fungsi motilitas menjadi spesifik untuk mengidentifikasi Helsinki pada tahun 1964 beserta
yang adekuat.1 Sistem saraf dan otot kausa yang dapat ditangani atau signifikan amandemennya.
polos enterik merupakan dua komponen terhadap deteksi dini.6 Pemeriksaan Kriteria diagnosis konstipasi mengacu
esensial yang menentukan fungsi atau lanjutan pada konstipasi terbatas pada kriteria Rome IV dengan Bristol stool
disfungsi motilitas seorang individu.1 pada pasien dengan keluhan relevan form I dan II. Kriteria Rome IV terpenuhi
Gejala gangguan motilitas saluran cerna terkait dismotilitas yang secara nyata bila terdapat setidaknya 2 tanda atau gejala
bagian bawah diperkirakan dialami oleh mempengaruhi kualitas hidup, fungsi seperti berikut; (1) ≤2 defekasi tiap minggu,
sekitar 40% dari populasi umum.2 Gejala- sosial, dan pada kasus yang jarang (2) ≥1 episode inkontinensia per minggu,
gejala terkait dismotilitas ini bersifat meningkatkan mortalitas. Namun (3) riwayat retensi feses berlebihan, (4)
tidak spesifik dan tidak jarang pasien serangkaian prosedur diagnostik tersebut riwayat defekasi yang nyeri atau keras, (5)
mengeluhkan gejala yang bertumpang- hanya dapat dijustifikasi dengan asumsi adanya massa feses besar dalam rektum,
tindih saat presentasi pertama kali ke bahwa hasil yang diharapkan memiliki atau (6) riwayat pasase feses berdiameter
fasilitas kesehatan primer.2,3 Kategori dampak pada manajemen klinis.3 Data besar yang menyebabkan obstruksi dari
klinis dari gejala tersebut secara umum klinis dan investigatif yang terperinci toilet.7 Skala Bristol stool form tipe I, II,
dapat dikelompokkan menjadi konstipasi, mengenai konstipasi masih relatif jarang dan III berturut-turut disebut dengan
inkontinensia fekal, irritable bowel diteliti, padahal data tersebut dapat konsistensi keras berbentuk kacang atau
syndrome, dan sindrom nyeri anorektal.3,4 menjadi dasar untuk memandu klinisi berbentuk sosis.
Istilah konstipasi digunakan untuk dalam melakukan pendekatan spesifik Kuesioner Patient Assessment of
mendeskripsikan gejala terkait kesulitan dalam tata laksana kasus konstipasi. Constipation – Symptoms (PAC-SYM)
dalam defekasi seperti defekasi yang Berdasarkan pemaparan di atas maka terdiri atas 12 parameter yang terbagi
jarang, feses yang keras, mengejan penelitian ini bertujuan untuk mengulas dalam tiga subskala (gejala abdomen,
berlebihan, sensasi evakuasi yang tidak mengenai profil klinis dan investigatif rektum, dan defekasi). Setiap parameter
adekuat atau blokade, serta penggunaan dari pasien dengan gejala predominan dinilai dalam rentang skor 0 hingga 4 yang
manuver manual untuk memfasilitasi konstipasi. mewakili ‘tidak ada gejala’ dan berjenjang
evakuasi.5 Prevalensi konstipasi rerata meningkat hingga ‘sangat berat’.8 Pasien
pada populasi dewasa di seluruh dunia METODE PENELITIAN akan diminta merespons pertanyaan,
dilaporkan sebesar 16% dengan variasi “Seberapa berat masing-masing gejala ini
rentang 0,7% hingga 79% dan 33,5% Penelitian studi potong lintang deskriptif
anda alami dalam dua minggu terakhir?”
daripadanya adalah populasi geriatri.5,6 ini mengikutsertakan sejumlah 82 pasien
yang terkait dengan gejala rasa tidak
Penting untuk dipertimbangkan bahwa yang terkumpul melalui metode consecutive
nyaman, nyeri, kembung, dan kram pada
kondisi yang memengaruhi kualitas hidup sampling. Pasien yang berkunjung ke
perut; nyeri pada saat, rasa terbakar pada
secara signifikan ini belum memiliki Unit Endoskopi di Rumah Sakit Umum
rektum saat atau setelah, dan rektum
keseragaman definisi yang disepakati. Pusat Sanglah, Denpasar, Bali sejak bulan
berdarah atau robek saat atau setelah
Tingginya heterogenitas faktor terkait Januari 2017 hingga Desember 2018
buang air besar (BAB); serta BAB tidak
gejala konstipasi mengindikasikan suatu diseleksi dengan himpunan kriteria inklusi
“selesai, terlalu keras, terlalu kecil, perlu
interaksi timbal balik yang kompleks yang dan eksklusi. Pasien berusia 18 tahun ke
mengejan, dan tidak dapat dikeluarkan.9
seyogyanya tidak menjadi objek yang atas dengan presentasi klinis predominan
Skor inkontinensia Jorge-Wexner
tersimplifikasi.6 Patogenesis multifaktorial konstipasi yang menjalani pemeriksaan
digunakan untuk menilai gejala
dari manifestasi ini lebih dari motilitas dasar hingga lanjutan berupa kolonoskopi,

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 158-163 | doi: 10.15562/ism.v12i1.855 159
ORIGINAL ARTICLE

inkontinensia dan terdiri atas lima Tabel 1. Karakteristik demografi subjek penelitian
komponen, yaitu tipe inkontinensia Variabel Rerata±SB Responden (n=82)
padat, cair, gas, menggunakan pad, dan
Usia (Tahun) 58,8 ± 15,0
perubahan gaya hidup.10 Masing-masing
Jenis Kelamin, n (%)
tipe inkontinensia kemudian dinilai Laki-laki 51 (62,2)
berdasarkan frekuensi ‘tidak pernah’, Perempuan 31 (37,8)
‘jarang’ (<1 kali sebulan), ‘terkadang’ (<1 Asal, n (%)
kali seminggu, ≥1 kali sebulan), ‘biasanya’ Denpasar 38 (46,3)
(<1 kali sehari, ≥1 kali seminggu), dan Badung 22 (26,8)
‘selalu’ (sekali sehari) yang dinotasikan Gianyar 6 (7,3)
dengan skor 0 hingga 4 secara berturut- Tabanan 5 (6,1)
turut. Karangasem 3 (3,7)
Singaraja 2 (2,4)
Analisis deskriptif statistik dengan
Bangli 1 (1,2)
menggunakan perangkat lunak SPSS Jembrana 1 (1,2)
versi 25 untuk Windows. Data numerik Luar Bali 4 (4,9)
disajikan dalam bentuk tendensi sentral
dengan sebaran yang sesuai berdasarkan SB: Simpang Baku
normalitas data yang ditentukan dari
uji Kolmogorov-Smirnov; sedangkan Tabel 2. Nilai individual tiap parameter skor PAC-SYM
data kategorikal disajikan dalam Parameter Minimum (%) Maksimum (%) Rerata±SB
frekuensi absolut maupun relatif Abdomen tidak nyaman 0 (0) 0 (0) 2,57±0,50
dengan penyajian yang independen. Nyeri abdomen 19 (23,17) 0 (0) 1,84±0,53
Pengecualian diberlakukan pada data Abdomen kembung 0 (0) 16 (19,51) 3,20±0,40
nilai skor yang disajikan dalam rerata dan Kram abdomen 4 (4,88) 0 (0) 2,22±0,55
Nyeri saat BAB 0 (0) 0 (0) 2,22±0,42
simpangan baku, serta persentase sampel
Rasa terbakar rektum 66 (80,49) 0 (0) 1,20±0,40
yang melaporkan skor minimum dan
Rektum berdarah/ robek 7 (8,54) 0 (0) 2,33±0,63
maksimum pada tiap parameter, terlepas BAB tidak selesai 0 (0) 10 (12,20) 3,12±0,33
dari normalitas sebaran datanya. BAB terlalu keras 0 (0) 0 (0) 2,45±0,50
BAB terlalu kecil 2 (2,44) 0 (0) 2,07±0,34
HASIL BAB mengejan 0 (0) 6 (7,32) 2,99±0,40
BAB tidak dapat keluar 0 (0) 7 (8,54) 3,02±0,38
Delapan puluh dua sampel yang terpilih
memiliki rerata usia 58,8±15,0 tahun BAB: Buang Air Besar; SB: Simpangan Baku.
(Tabel 1). Lebih dari separuhnya berjenis
kelamin laki-laki (62,2%) dan mayoritas Tabel 3. Nilai individual tiap parameter dari skor Jorge-Wexner
berasal dari Denpasar. Pasien dari luar Parameter Minimum (%) Maksimum (%) Rerata ± SB
Bali (4,9%) masing-masing berasal dari Inkontinensia padat 0 (0) 0 (0) 3,00 ± 0,00
Jawa Timur serta Nusa Tenggara Barat dan Inkontinensia cair 28 (34,15) 0 (0) 1,83 ± 0,70
Timur (Tabel 1). Inkontinensia gas 55 (67,07) 0 (0) 1,33 ± 0,47
Skor PAC-SYM diperoleh sebagai Penggunaan pad 53 (64,63) 0 (0) 1,35 ± 0,48
bagian dari evaluasi klinis awal. Dapat Perubahan gaya hidup 0 (0) 33 (40,24) 3,40 ± 0,49
dilihat pada Tabel 2 bahwa skor minimum
atau maksimum hanya tercapai pada
Rerata skor tertinggi dapat diamati pada mendominasi. Diagnosis atau kecurigaan
parameter tertentu. Persentase skor
parameter perubahan gaya hidup yang akan adanya obstruksi mekanik yang
minimum terbanyak terdapat pada
sekaligus sebagai satu-satunya parameter mendasari terjadinya konstipasi berupa
keluhan rasa terbakar pada rektum,
yang memiliki proporsi respons skor tumor (20,73%), hemoroid (2,44%),
sedangkan persentase skor maksimum
maksimum. Rerata skor terendah pada polip (1,22%), dan ileus obstruksi parsial
terbanyak terdapat pada keluhan rasa
parameter inkontinensia gas yang juga (3,66%) secara kumulatif berkontribusi
kembung pada abdomen. Rerata skor
memiliki persentase skor minimum pada 28,05% kasus. Sebagian kecil
per parameter terendah dan tertinggi
terbanyak. Rerata skor secara keseluruhan kasus (9,76%) mewakili kecurigaan
sejalan dengan proporsi tersebut, yaitu
adalah 2,18 ± 0,99. akan inflammatory bowel disease yang
pada gejala rasa terbakar pada rektum
Proporsi diagnosis kerja pasien membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
dan rasa kembung pada abdomen. Rerata
dapat dilihat pada Gambar 1. Secara Beberapa parameter pemeriksaan
keseluruhan skor dengan simpangan
umum, diagnosis kelainan fungsional laboratorium yang relevan ditampilkan
bakunya adalah 2,44±0,73 (Tabel 2).
seperti konstipasi kronis (57,32%) dan pada Tabel 4. Parameter adenokarsinoma
Sebaran nilai tiap parameter dari skor
Irritable Bowel Syndrome (IBS) (4,88%) kolorektal berupa kadar carcinoembryonic
Jorge-Wexner dapat dilihat pada Tabel 3.

160 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 158-163 | doi: 10.15562/ism.v12i1.855
ORIGINAL ARTICLE

disesuaikan berdasarkan eksklusi dengan


kolonoskopi menjadi 26,83% (Gambar 2).

PEMBAHASAN
Berbagai upaya telah diusahakan dalam
rangka menanggulangi beban masalah
akibat konstipasi. Salah satu solusi
mendasar dalam memecahkan masalah
ini adalah dengan mengembangkan
dan mengimplementasikan algoritma
diagnostik yang sahih, sehingga
diharapkan dapat memfasilitasi
Gambar 1. Diagnosis kerja sampel penelitian. (IBS, irritable bowel syndrome; IBD, tatalaksana yang tepat waktu dan
inflammatory bowel disease) efisien.7-10 Meskipun berbagai pedoman
dan perspektif telah diusulkan, namun
Tabel 4. Parameter pemeriksaan laboratorium terkait pengkajian konstipasi belum terdapat sebuah kesepakatan yang
cukup mapan untuk diadopsi dalam skala
Parameter Hasil Satuan
luas.6,11–13 Peningkatan kualitas pedoman
Hitung leukosit 9,65 (4,67-22,18) 103/μL
terutama dapat dicapai melalui perbaikan
Neutrofil 7,81±2,36 103/μL (%)
Limfosit 1,95 (0,44-3,48) 103/μL (%) aplikabilitas pedoman dalam setting
Monosit 0,71±0,21 103/μL (%) praktik klinis sehari-hari.14 Konstruksi
Eosinofil 0,17 (0,00-2,22) 103/μL (%) pedoman berbasis bukti memerlukan
Basofil 0,08 (0,02-0,23) 103/μL (%) data primer dari penelitian-penelitian
Hemoglobin 12,40 (7,91-16,89) g/dL yang dapat mewakili setting praktik
Hematokrit 40,86±4,33 % klinis. Gambaran mengenai profil klinis
Hitung platelet 326,40 (201,20-630,00) 103/μL yang diamati dari evaluasi diagnostik
Glukosa darah sewaktu 102,00 (76,00-359,00) mg/dL konstipasi pada penelitian ini diharapkan
Natrium serum 137,83±4,36 mmol/L
dapat menjadi pertimbangan bagi
Kalium serum 4,16±0,51 mmol/L
CEA 4,94 (0,53-128,20) ng/ml pengembangan pedoman di kemudian
hari.
Terdapat heterogenitas yang tinggi
dalam definisi populasi geriatri dalam
penelitian, akan tetapi World Health
Organization (WHO) menawarkan
sebuah definisi pragmatik bagi populasi
lansia berdasarkan usia kronologis dengan
titik-potong usia 60 tahun ke atas.15,16
Dengan mempertimbangkan karakteristik
demografi pasien yang menjadi sampel
dalam penelitian ini (Tabel 1), maka dapat
disimpulkan sampel penelitian mayoritas
merupakan representasi dari populasi
lansia di Denpasar.
Gambar 2. Gambaran umum hasil kolonoskopi (kiri) dengan pemeriksaan lanjutan Penggunaan skor PAC-SYM dan Jorge-
histopatologi (kanan). Wexner dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengkuantifikasi beberapa aspek
diagnostik konstipasi yang bersifat
antigen (CEA) serum diperiksakan pada interna (19,51%), polip (10,98%), inflamasi subjektif. Validasi dan konfirmasi
17 pasien dan didapatkan median 4,94 (9,76%), divertikulosis (6,10%), divertikel penggunaan skor PAC-SYM dan Jorge-
(0,53-128,20) (Tabel 4). (2,44%), dan pseudopolip (1,22%). Wexner untuk mengkaji severitas gejala
Rangkuman hasil pemeriksaan Pemeriksaan histopatologi dilakukan pada konstipasi dan inkontinensia telah
kolonoskopi dan histopatologi dapat 36 pasien atas indikasi abnormalitas pada ditelaah pada studi terdahulu.9,17 Pada
dilihat pada Gambar 2. Frekuensi temuan kolonoskopi, dengan rincian hasil yaitu; penelitian ini severitas gejala-gejala
abnormal pada kolonoskopi (69,51%) adenokarsinoma (41,67%), adenoma tersebut relatif rendah, jika ditinjau
dari yang tertinggi berturut-turut adalah (30,56%), inflamasi (25%), dan polip berdasarkan banyaknya parameter dengan
sebagai berikut; tumor (19,51%), hemoroid (2,78%%). Prevalensi konstipasi kronis rerata nilai melebihi setengah rentang

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 158-163 | doi: 10.15562/ism.v12i1.855 161
ORIGINAL ARTICLE

skor seluruhnya. Rerata skor PAC- insiden kumulatif konstipasi kronis pada hingga interpretasi hasil penelitian dalam
SYM penelitian ini (2,44 ± 0,73) lebih populasi lansia.25,26 Integrasi kolonoskopi bentuk publikasi ilmiah.
tinggi daripada penelitian sebelumnya sangat krusial sebagai dukungan utama
di Italia (1,62 ± 0,69) yang melaporkan dalam tata laksana kolonoskopi.6,27 DAFTAR PUSTAKA
hubungan konstipasi kronis dengan Kelemahan penelitian ini terutama 1. Di Lorenzo C, Youssef NN. Diagnosis
hilangnya produktivitas dan utilisasi terkait dengan skalanya yang kecil dan and management of intestinal motility
pelayanan kesehatan.18 Terkait dengan mempengaruhi generalisabilitas, sehingga disorders.  Semin Pediatr Surg. 2010;19(1):50-
komparabilitas skor dalam kaitannya belum dapat memberi kontribusi yang 58.
2. Peery AF, Dellon ES, Lund J, Crockett SD,
dengan respons terapi, penilaian formal besar bagi penentuan kebijakan untuk McGowan CE, Bulsiewicz WJ, et al. Burden
terhadap skor PAC-SYM oleh Yiannakou kepentingan umum. Metode penelitian of gastrointestinal disease in the United
Y et al., melaporkan perkiraan nilai 0,6 khususnya dalam aspek setting dan States: 2012 update. Gastroenterology.
sebagai minimal important difference sampling juga berperan dalam kurangnya 2012;143(5):1179-1187.e3.
3. Keller J, Bassotti G, Clarke J, Dinning P, Fox M,
yang menunjukkan respons positif.19 heterogenitas karakteristik sampel
Grover M, et al. Expert consensus document:
Koeksistensi gejala konstipasi dan penelitian. Poin lain yang penting adalah Advances in the diagnosis and classification of
inkontinensia fekal menggarisbawahi bahwa bahkan setelah pemeriksaan gastric and intestinal motility disorders. Nat
pentingnya penilaian kedua gejala ini penunjang yang ekstensif, masih Rev Gastroenterol Hepatol. 2018;15(5):291-
secara simultan.20,21 Sejauh pengetahuan terdapat sejumlah proporsi yang belum 308.
4. Curtin B, Jimenez E, Rao SSC. Clinical
penulis, pemaduan penilaian seperti yang dapat diidentifikasi kausanya. Dapat Evaluation of a Patient With Symptoms of
dilakukan pada penelitian ini merupakan disimpulkan bahwa pendekatan yang Colonic or Anorectal Motility Disorders.  J
yang pertama kalinya dalam lingkup lebih komprehensif dan praktis diperlukan Neurogastroenterol Motil. 2020;26(4):423-436.
populasi penelitian ini. dalam menangani kasus konstipasi ini. 5. Aziz I, Whitehead WE, Palsson OS, Törnblom
H, Simrén M. An approach to the diagnosis
Konstipasi seringkali merupakan
and management of Rome IV functional
presentasi klinis sebagai bagian dari SIMPULAN disorders of chronic constipation. Expert Rev
entitas penyakit yang bervariasi. Gastroenterol Hepatol. 2020;14(1):39-46.
Konstipasi memberi tantangan tersendiri
Prevalensi konstipasi kronis pada 6. Forootan M, Bagheri N, Darvishi M. Chronic
bagi klinisi dengan ragam kausa yang constipation: A review of literature.  Medicine
penelitian ini melebihi rentang prevalensi
luas dan keterkaitannya dengan banyak (Baltimore). 2018;97(20):e10631.
yang dilaporkan sebelumnya (2-24%).22
faktor lain. Bahkan dengan pemeriksaan 7. Mearin F, Lacy BE, Chang L, Chey WD, Lembo
Tingginya frekuensi konstipasi kronis AJ, Simren M, Spiller R. Bowel Disorders.
penunjang berjenjang yang ekstensif,
menggambarkan besaran masalah yang Gastroenterology. 2016:S0016-5085(16)00222-
penyebab dapat tidak teridentifikasi 5.
masih perlu diselesaikan oleh klinisi.
sehingga dapat menyebabkan pemberian 8. Frank L, Kleinman L, Farup C, Taylor L, Miner
Langkah awal pemeriksaan penunjang
terapi yang suboptimal. Pengembangan P Jr. Psychometric validation of a constipation
dengan pemeriksaan parameter symptom assessment questionnaire.  Scand J
algoritma yang dapat membantu klinisi
laboratorium tidak memberikan informasi Gastroenterol. 1999;34(9):870-877.
memberikan perawatan dan tata laksana
yang bermakna, sehingga mendukung 9. Neri L, Conway PM, Basilisco G; Laxative
yang adekuat sangatlah diperlukan saat Inadequate Relief Survey (LIRS) Group.
pernyataan bahwa skrining secara
ini. Confirmatory factor analysis of the Patient
umum tidak diperlukan kecuali pada Assessment of Constipation-Symptoms
kasus selektif khususnya bila terdapat (PAC-SYM) among patients with chronic
KONFLIK KEPENTINGAN
alarm sign.23 Rekomendasi pemeriksaan constipation.  Qual Life Res. 2015;24(7):1597-
laboratorium sebagai bagian dari Tidak terdapat konflik kepentingan dalam 1605.
10. Jorge JM, Wexner SD. Etiology and management
algoritma tatalaksana awal konstipasi jauh penulisan laporan penelitian ini.
of fecal incontinence.  Dis Colon Rectum.
lebih permisif dan fleksibel pada populasi 1993;36(1):77-97.
pasien dewasa.6 Berdasarkan temuan ETIKA PENELITIAN 11. Müller-Lissner S. The pathophysiology,
pada penelitian ini dapat disimpulkan diagnosis, and treatment of constipation. Dtsch
Penelitian ini telah mendapatkan Arztebl Int. 2009;106(25):424-432.
bahwa usulan mengenai pemeriksaan
persetujuan Etik dari Komisi Etik, Fakultas 12. Tack J, Müller-Lissner S, Stanghellini V,
laboratorium sebagai bagian dari proses
Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Boeckxstaens G, Kamm MA, Simren M,
eksklusi penyebab sekunder memerlukan Galmiche JP, Fried M. Diagnosis and
Sanglah, Bali sebelum penelitian berjalan.
justifikasi yang lebih selektif. treatment of chronic constipation--a European
Temuan kausa konstipasi sekunder perspective. Neurogastroenterol Motil.
PENDANAAN 2011;23(8):697-710.
pada penelitian ini sejalan dengan 13. Shin JE, Jung HK, Lee TH, Jo Y, Lee H, Song
predileksi kausa pada populasi usia lanjut, Tidak ada KH, et al. Guidelines for the Diagnosis
yakni tumor dan keganasan.24 Kombinasi and Treatment of Chronic Functional
antara peningkatan risiko kausa organik KONTRIBUSI PENULIS Constipation in Korea, 2015 Revised Edition. J
Neurogastroenterol Motil. 2016;22(3):383-411.
berupa keganasan dan penyakit-penyakit Seluruh penulis memiliki kontribusi yang 14. Tian H, Ding C, Gong J, Ge X, McFarland LV,
degeneratif lainnya seiring bertambahnya sama dalam penulisan laporan penelitian Gu L, et al. An appraisal of clinical practice
usia serta perubahan gaya hidup dan diet ini baik dari penyusunan kerangka konsep, guidelines for constipation: a right attitude
dapat berkontribusi dalam peningkatan pengambilan data, analisis data penelitian,
towards to guidelines. BMC Gastroenterol.
2016;16(1):52.

162 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 158-163 | doi: 10.15562/ism.v12i1.855
ORIGINAL ARTICLE

15. Singh S, Bajorek B. Defining ‘elderly’ in clinical 20. Meinds RJ, van Meegdenburg MM, Trzpis M, 25. De Giorgio R, Ruggeri E, Stanghellini V,
practice guidelines for pharmacotherapy. Pharm Broens PM. On the prevalence of constipation Eusebi LH, Bazzoli F, Chiarioni G. Chronic
Pract (Granada). 2014;12(4):489. and fecal incontinence, and their co- constipation in the elderly: a primer for
16. Kanasi E, Ayilavarapu S, Jones J. The aging occurrence, in the Netherlands. Int J Colorectal the gastroenterologist.  BMC Gastroenterol.
population: demographics and the biology of Dis. 2017;32(4):475-483. 2015;15:130.
aging. Periodontol 2000. 2016;72(1):13-18. 21. Andy UU, Harvie HS, Pahwa AP, Markland 26. Vazquez Roque M, Bouras EP. Epidemiology
17. Seong MK, Jung SI, Kim TW, Joh HK. A, Arya LA. The relationship between fecal and management of chronic constipation in
Comparative analysis of summary scoring incontinence, constipation and defecatory elderly patients. Clin Interv Aging. 2015;10:919-
systems in measuring fecal incontinence.  J symptoms in women with pelvic floor disorders. 930.
Korean Surg Soc. 2011;81(5):326-331. Neurourol Urodyn. 2017;36(2):495-498. 27. ASGE Standards of Practice Committee, Cash
18. Neri L, Basilisco G, Corazziari E, Stanghellini V, 22. Krogh K, Chiarioni G, Whitehead W. BD, Acosta RD, Chandrasekhara V, Chathadi
Bassotti G, Bellini M, et al. Constipation severity Management of chronic constipation in KV, Eloubeidi MA, et al. The role of endoscopy
is associated with productivity losses and adults.  United European Gastroenterol J. in the management of constipation. Gastrointest
healthcare utilization in patients with chronic 2017;5(4):465-472. Endosc. 2014;80(4):563-565.
constipation. United European Gastroenterol J. 23. Levy EI, Lemmens R, Vandenplas Y, Devreker T.
2014;2(2):138-47. Functional constipation in children: challenges
19. Yiannakou Y, Tack J, Piessevaux H, Dubois and solutions.  Pediatric Health Med Ther.
D, Quigley EMM, et al. The PAC-SYM 2017;8:19-27.
questionnaire for chronic constipation: defining 24. Schuster BG, Kosar L, Kamrul R. Constipation
the minimal important difference. Aliment in older adults: stepwise approach to keep things
Pharmacol Ther. 2017;46(11-12):1103-1111. moving.  Can Fam Physician. 2015;61(2):152-
158.

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 158-163 | doi: 10.15562/ism.v12i1.855 163

Anda mungkin juga menyukai