BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
BULAN :
MINGGU KE :
Pacitan,
Pemimpin Rapat
NOTULEN
TANGGAL / JAM :
Pacitan,
Pemimpin Rapat
NOTULEN
TANGGAL / JAM :
TEMPAT : RSUD dr. DARSONO KABUPATEN PACITAN
Pacitan,
Pemimpin Rapat
PENYAKIT DIARE
Diare adalah salah satu jenis gangguan pencernaan yang paling umum terjadi.
Gangguan pencernaan diare bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak
hingga orang dewasa.
Gejala utama diare adalah frekuensi buang air besar yang meningkat, sebanyak
lebih dari 3 kali sehari, Selain itu, feses yang keluar cenderung bertekstur cair.
Selain yang disebutkan di atas, ada beberapa gejala lain dari diare yang perlu Anda
ketahui. Informasi tersebut bisa Anda dapatkan melalui penjelasan di bawah ini.
Baca juga: Tanda Usus Kotor dan Cara Membersihkannya
Gejala Diare
Penderita diare biasanya akan mengalami beberapa gejala seperti yang akan
dijelaskan berikut ini:
Diagnosis Diare
Dokter biasanya akan mendiagnosis diare melalui beberapa tahap, seperti
wawancara medis, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang untuk diagnosis diare adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan sampel feses untuk mengetahui infeksi yang dialami oleh pasien
Tes darah untuk mengidentifikasi penyebab diare
Sigmoidoskopi dan kolonoskopi apabila ada dugaan penyakit serius dengan gejala diare
yang dialami pasien
Tindakan paling penting dalam penanganan diare adalah mencegah timbulnya dehidrasi
yang disebabkan oleh diare, minum larutan oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi
akibat diare. Oralit merupakan obat diare alami yang terbuat dari campuran gula, air, dan
garam
Disarankan untuk mengonsumsi air kelapa sebagai obat diare alami. Sebab, air kelapa
merupakan cairan elektrolit alami yang membantu mencegah terjadinya kekurangan
cairan pada tubuh sebagai akibat dari diare
Mengonsumsi obat diare, seperti attapulgite. Cara kerja attapulgite sebagai obat diare
adalah dengan menyerap bakteri atau racun yang ada di dalam saluran pencernaan.
Perlu diingat, konsumsi obat ini harus sesuai dengan anjuran dokter atau anjuran yang
tertera pada kemasan obat
Mengobati masalah kesehatan yang menyebabkan diare, seperti radang usus, Crohn’s
disease, dan lain-lain
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE ( DHF)
Pengertian Demam Berdarah
Demam berdarah dengue atau DBD merupakan penyakit mudah menular yang disebabkan
oleh salah satu dari empat virus dengue.
Sejumlah gejala tersebut menandakan kondisi DSS atau Dengue Shock Syndrome yang
merupakan komplikasi demam berdarah. Jika tidak segera dilakukan penanganan, maka
gangguan fungsi organ tubuh yang berujung pada kematian.
1. Memberantas sarang nyamuk yang dilakukan dalam dua kali pengasapan insektisida
atau fogging dengan jarak 1 minggu
2. Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi, minimal setiap minggu
3. Menutup rapat tempat penampungan air
4. Melakukan daur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti
5. Mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah
6. Memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah
7. Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang sulit dikuras
8. Menggunakan kelambu saat tidur
9. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk
10. Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian
11. Menghindari wilayah daerah yang rentan terjadi infeksi
12. menggunakan krim anti-nyamuk yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET),
tetapi jangan gunakan DEET pada anak di bawah 2 tahun.
Penyakit Hepatitis Akut menyerang anak usia 0-16 tahun, paling banyak anak usia di
bawah 10 tahun. Virus ini sangat berbahaya, beberapa anak dilaporkan meninggal,
bahkan 17 dari 170 anak dengan Hepatitis Akut membutuhkan transplantasi hati.
Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab Hepatitis Akut. Penyebabnya bukan
virus hepatitis A, B, C, D dan E. Dugaan awal berasal dari Adenovirus 41, SARS
CoV-2, virus ABV dll.
Adenovirus umumnya menular melalui saluran cerna dan saluran pernafasan. Cara
menularnya diduga dari droplet, air yang tercemar dan transmisi kontak. Gejala awal
Hepatitis Akut adalah gangguan gastrointestinal seperti sakit perut, mual, muntah,
diare. Gejala dapat berlanjut dengan air kencing berwarna pekat seperti teh, BAB
putih pucat, kulit & mata kuning, bahkan sampai penurunan kesadaran. Apa yang
bisa dilakukan untuk mencegah Hepatitis Akut pada anak? Tetap tenang, jangan
panik. Kebersihan diri dan lingkungan berperan penting dalam mencegah infeksi
Hepatitis Akut pada Anak. Rutin cuci tangan pakai sabun, masak makanan hingga
matang, hindari kontak dengan orang sakit, terapkan etika batuk dan disiplin prokes
COVID-19 seperti pakai masker serta jaga jarak.
Tingkatkan kewaspadaan diri dengan mengetahui lebih dalam gejala Hepatitis Akut.
Apabila anak mengalami satu dari gejala hepatitis Akut, disarankan segera dirujuk
ke fasyankes terdekat untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. Jangan
menunggu sampai mata anak kuning atau bahkan sampai penurunan kesadaran.
Karena kondisi Hepatitis sudah berat, kemungkinan untuk menyelamatkan pasien
sangat kecil. Kenali gejala awal dan segera memeriksakan ke fasyankes.
Comment *
Email
PENYAKIT HEPATITIS
Rute fecal-oral adalah rute penularan penyakit hati ini yang paling sering
dijumpai pada penderita hepatitis A dan hepatitis E.
Kedua virus hepatitis ini dapat menyebar melalui sistem pencernaan lewat
makanan, atau minuman yang sudah terkontaminasi feses penderita
hepatitis.
Tidak hanya itu, penularan hepatitis A dan E juga dapat terjadi melalui
konsumsi minuman dan makanan mentah atau belum sepenuhnya matang
yang terpapar virus, seperti: buah, sayur, kerang-kerangan, es, dan air.
Beragam jenis makanan lainnya pun juga berpotensi terkontaminasi akibat
adanya pencemaran pada sumber air yang digunakan untuk memasak dan
kebutuhan harian.
Penyebaran virus nantinya juga bisa dipengaruhi oleh tingkat kebersihan
lingkungan yang kurang baik karena fasilitas sanitasi yang kurang
memadai.
Bahkan, perilaku kebersihan masyarakat juga memegang andil terhadap
penyakit liver menular ini.
Sebagai contoh, penderita hepatitis A atau hepatitis E yang tidak mencuci
tangan setelah dari toilet, lalu menyentuh benda lain pun bisa menularkan
virusnya ke orang lain.
2. Transfusi darah
Selain cara di atas, penularan hepatitis pun dapat terjadi melalui transfusi
darah. Meski begitu, rute penyebaran virus ini hanya berlaku pada hepatitis
B, C, dan D.
Terlebih lagi, virus hepatitis C hanya bisa menular lewat rute parenteral,
yaitu kontak langsung dengan darah yang terinfeksi.
Pasalnya, baik virus hepatitis B, C, dan D hanya terdapat di dalam darah
atau cairan tubuh.
Itu sebabnya, penerima donor darah, rutin menjalani pengobatan dengan
transfusi darah, atau transplantasi organ lebih berisiko terinfeksi hepatitis.
Kasus penularan penyakit hepatitis ini bisa terjadi ketika pendonor tidak
menyadari bahwa dirinya terinfeksi virus hepatitis dan melakukan transfusi
darah.
Bila berlangsung dalam jangka waktu yang lama, tentu dapat meningkatkan
risiko komplikasi penyakit hati yang serius, seperti sirosis, kanker hati, dan
gagal hati.