Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AUDIT FORENSIK

Investigasi Tindak Pencurian

Dosen Pengampu:

Muhammad Ichsan Gaffar, SE., M.Ak. CTA,ACPA

Disusun Oleh:

Nursela Koniyo (921420158)

JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
INDIKATOR PEMBELAJARAN

1. Menilai metode investigas tindak pencurian


2. Menilai bagaimana koordinasi investigasi
3. Menilai sifat dasar penjagaan dan kegiatan rahasia
4. Menilai efektivitas pengawasan untuk investigasi
5. Menilai bukti fisik dalam investigas
6. Menilai informasi elektronik

MATERI PEMBELAJARAN

1. Metode investigas tindak pencurian


2. Koordinasi investigasi
3. Sifat dasar penjagaan dan kegiatan rahasia
4. Pengawasan investigasi
5. Bukti fisik, bukti elektronik
6. informasi elektronik
Case: pencurian Identitas diberbagai negara, McDonald’s
PEMBAHASAN (ISI)

1. METODE INVESTIGAS TINDAK PENCURIAN


Metode investigasi tindak pencurian adalah proses yang dilakukan untuk
mengumpulkan informasi dan bukti yang diperlukan untuk mengungkap dan menyelesaikan
kasus tindak pencurian. Investigasi ini harus dilakukan secara sistematis dan terstruktur untuk
memastikan bahwa semua bukti dan informasi yang diperoleh dikumpulkan dengan baik dan
sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan dalam investigasi tindak
pencurian:
1. Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP) Metode ini dilakukan dengan
mengumpulkan bukti di tempat kejadian tindak pencurian. Petugas investigasi melakukan
penyelidikan di lokasi kejadian untuk mencari jejak-jejak atau petunjuk-petunjuk yang
bisa membantu memecahkan kasus. Contohnya, mencari sidik jari, mencari jejak kaki,
atau mengumpulkan barang bukti yang ditinggalkan pelaku. Dalam metode ini, petugas
investigasi harus memastikan bahwa TKP tidak diubah atau terkontaminasi oleh pihak
lain sebelum dilakukan investigasi, dan harus melakukan proses identifikasi bukti dengan
cermat dan hati-hati.
2. Wawancara Metode ini dilakukan dengan mewawancarai saksi-saksi, korban, dan terduga
pelaku untuk mengumpulkan informasi tentang kejadian tindak pencurian. Wawancara
dapat memberikan informasi yang penting untuk menyelesaikan kasus, seperti deskripsi
pelaku, waktu dan tempat kejadian, dan barang-barang yang hilang atau dicuri. Dalam
metode ini, petugas investigasi harus memastikan bahwa wawancara dilakukan dengan
hati-hati dan mengikuti prosedur yang benar, agar tidak mempengaruhi kesaksian atau
informasi yang diperoleh dari saksi.
3. Analisis data Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data terkait
dengan tindak pencurian. Contohnya, petugas investigasi dapat menganalisis rekaman
kamera CCTV atau melakukan pengecekan transaksi keuangan terkait dengan tindak
pencurian. Dalam metode ini, petugas investigasi harus memastikan bahwa data yang
diperoleh adalah sah dan diambil sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Petugas
investigasi juga harus mampu menganalisis data secara teliti dan memperhatikan setiap
detail yang mungkin berhubungan dengan kasus.
4. Pengamatan Metode ini dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap pelaku atau
orang yang dicurigai terkait dengan tindak pencurian. Contohnya, petugas investigasi
dapat melakukan pengintaian atau melakukan penyamaran untuk mengumpulkan
informasi tambahan. Dalam metode ini, petugas investigasi harus memperhatikan aturan
hukum yang berlaku dan memastikan bahwa pengamatan dilakukan dengan aman dan
tidak merugikan pihak lain.
5. Penyelidikan lapangan Metode ini dilakukan dengan melakukan penyelidikan lapangan
untuk mencari bukti-bukti atau informasi yang terkait dengan tindak pencurian.
6. Rekonstruksi Kejadian Metode ini dilakukan dengan merekonstruksi kejadian tindak
pencurian dengan tujuan untuk memperoleh informasi tambahan dan melengkapi bukti-
bukti yang sudah ada.
Dalam melakukan investigasi tindak pencurian, penting untuk memperhatikan aturan
hukum yang berlaku dan mengikuti prosedur investigasi yang benar. Selain itu, juga harus
memperhatikan keamanan dan keselamatan selama proses investigasi agar tidak mengganggu
kegiatan masyarakat sekitar dan tidak menimbulkan kerugian lebih lanjut.

2. KOORDINASI INVESTIGASI

Koordinasi investigasi adalah proses kerja sama antara berbagai pihak, termasuk
kepolisian, detektif swasta, dan instansi terkait lainnya, untuk mengumpulkan informasi dan
menginvestigasi suatu kasus. Tujuan dari koordinasi investigasi adalah untuk memastikan
bahwa investigasi berjalan efektif dan efisien, sehingga dapat menghasilkan bukti-bukti yang
kuat untuk menangkap pelaku dan membantu penegak hukum dalam memproses kasus
tersebut. Koordinasi investigasi yang baik akan mempercepat proses investigasi, menghindari
duplikasi pekerjaan, dan memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam investigasi
memiliki pemahaman yang sama terhadap kasus tersebut. Koordinasi investigasi juga dapat
membantu mengatasi kendala-kendala yang mungkin timbul dalam proses investigasi, seperti
minimnya bukti, kurangnya saksi, atau kesulitan dalam mengidentifikasi pelaku.
Namun, koordinasi investigasi juga dapat menghadapi beberapa tantangan, seperti
perbedaan pendapat dalam menilai bukti-bukti, kurangnya komunikasi antara berbagai pihak
yang terlibat, atau adanya ketidakjelasan dalam tugas dan tanggung jawab masing-masing
pihak. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan koordinasi yang baik dan komunikasi
yang terbuka antara semua pihak yang terlibat dalam investigasi. Selain itu, harus ada
koordinasi dan pemahaman yang jelas tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing
pihak, sehingga dapat meminimalkan adanya duplikasi pekerjaan dan meningkatkan efisiensi
proses investigasi

3. SIFAT DASAR PENJAGAAN DAN KEGIATAN RAHASIA

Penjagaan dan kegiatan rahasia merupakan bagian penting dari keamanan dan
pengawasan dalam suatu organisasi atau institusi. Sifat dasar dari penjagaan dan kegiatan
rahasia ini adalah kerahasiaan dan kerahasiaan yang dipertahankan untuk menjaga keamanan
organisasi atau institusi tersebut.

Sifat dasar dari penjagaan dan kegiatan rahasia adalah kerahasiaan, ketelitian,
profesionalisme, dan disiplin. Sifat-sifat ini sangat penting dalam menjaga keamanan
organisasi atau institusi, dan harus dipegang teguh oleh petugas penjagaan dan kegiatan
rahasia dalam melaksanakan tugas mereka. Berikut adalah penilaian lebih rinci tentang sifat
dasar dari penjagaan dan kegiatan rahasia:

1. Kerahasiaan: Salah satu sifat dasar dari penjagaan dan kegiatan rahasia adalah
kerahasiaan. Informasi yang disimpan atau ditangani oleh petugas penjagaan dan
kegiatan rahasia harus dijaga dengan ketat dan hanya boleh diketahui oleh orang-orang
yang berwenang. Kerahasiaan ini bertujuan untuk mencegah informasi rahasia bocor ke
tangan pihak yang tidak berwenang, sehingga dapat mengancam keamanan organisasi
atau institusi tersebut.
2. Ketelitian: Sifat dasar lain dari penjagaan dan kegiatan rahasia adalah ketelitian. Petugas
penjagaan dan kegiatan rahasia harus sangat hati-hati dalam menangani informasi
rahasia, termasuk dalam penyimpanan, pengiriman, dan penggunaan informasi tersebut.
Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko kesalahan atau kebocoran informasi yang
dapat mengancam keamanan organisasi atau institusi.
3. Profesionalisme: Petugas penjagaan dan kegiatan rahasia harus memiliki sikap
profesional dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka harus memahami pentingnya
kerahasiaan dan ketelitian dalam menjaga keamanan organisasi atau institusi, dan harus
mampu mengatasi situasi yang mungkin terjadi dengan cepat dan efektif.
4. Disiplin: Sifat dasar lain dari penjagaan dan kegiatan rahasia adalah disiplin. Petugas
penjagaan dan kegiatan rahasia harus disiplin dalam melaksanakan tugas mereka,
termasuk dalam hal mematuhi aturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dalam menjaga
keamanan organisasi atau institusi dilakukan dengan tepat dan efektif.

4. MENILAI SIFAT DASAR PENJAGAAN DAN KEGIATAN RAHASIA


Penjagaan dan kegiatan rahasia merupakan hal yang penting dalam kegiatan intelijen
dan keamanan. Sifat dasar dari penjagaan dan kegiatan rahasia adalah kerahasiaan dan
keamanan informasi. Dalam hal ini, sifat dasar penjagaan dan kegiatan rahasia melibatkan
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Kerahasiaan informasi Kerahasiaan informasi merupakan hal yang sangat penting dalam
penjagaan dan kegiatan rahasia. Informasi yang dikumpulkan harus dirahasiakan dan
hanya diberikan kepada pihak-pihak yang berhak memperolehnya, seperti pejabat yang
berwenang atau orang-orang yang diizinkan. Kerahasiaan informasi harus dijaga dengan
baik untuk menghindari penyebaran informasi yang tidak diinginkan atau dapat
membahayakan keamanan nasional.
2. Keamanan informasi Keamanan informasi juga merupakan sifat dasar dari penjagaan dan
kegiatan rahasia. Informasi yang dikumpulkan harus disimpan dan diolah dengan aman,
sehingga tidak dapat diakses oleh pihak-pihak yang tidak berwenang. Hal ini bertujuan
untuk mencegah kebocoran informasi atau serangan siber yang dapat membahayakan
keamanan nasional.
3. Kepatuhan pada aturan dan etika Penjagaan dan kegiatan rahasia harus dilakukan dengan
mematuhi aturan dan etika yang berlaku. Pihak-pihak yang terlibat harus memastikan
bahwa kegiatan yang dilakukan tidak melanggar aturan hukum atau etika, seperti
penggunaan informasi yang diperoleh untuk kepentingan pribadi atau penyalahgunaan
wewenang.
4. Keterlibatan hanya dari pihak yang berwenang Penjagaan dan kegiatan rahasia harus
dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang, seperti aparat keamanan atau intelijen yang
memiliki izin dan wewenang dari pemerintah. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan
risiko penyebaran informasi yang tidak diinginkan atau dapat membahayakan keamanan
nasional.
5. Penggunaan teknologi yang aman Teknologi yang digunakan dalam penjagaan dan
kegiatan rahasia harus aman dan terpercaya, sehingga tidak dapat diakses oleh pihak-
pihak yang tidak berwenang. Penggunaan teknologi juga harus dilakukan dengan
memperhatikan aturan dan etika yang berlaku, serta memastikan bahwa penggunaan
teknologi tidak melanggar aturan hukum atau etika.
Penjagaan dan kegiatan rahasia merupakan hal yang sangat penting dalam
kegiatan intelijen dan keamanan. Sifat dasar penjagaan dan kegiatan rahasia harus
dipatuhi dan diperhatikan dengan baik, agar informasi yang dikumpulkan dapat dijaga
dengan baik dan tidak dapat diakses oleh pihak-pihak yang tidak berwenang. Selain itu,
penjagaan dan kegiatan rahasia harus dilakukan dengan memperhatikan aturan dan etika
yang berlaku, serta menghindari penggunaan informasi yang tidak sah atau
penyalahgunaan wewenang. Dalam melakukan penjagaan dan kegiatan rahasia, perlu
diingat bahwa hal tersebut harus dilakukan dengan memperhatikan aturan hukum yang
berlaku dan tidak merugikan hak asasi manusia.

5. MENILAI EFEKTIVITAS PENGAWASAN UNTUK INVESTIGASI


Pengawasan dalam investigasi adalah hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa
investigasi dilakukan dengan efektif dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
Pengawasan yang efektif akan membantu mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang
atau pelanggaran hak asasi manusia dalam proses investigasi. Dalam hal ini, efektivitas
pengawasan investigasi dapat dinilai dari beberapa aspek, antara lain:
1. Kepatuhan terhadap aturan hukum Efektivitas pengawasan investigasi dapat dinilai dari
sejauh mana investigasi tersebut dilakukan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
Pengawasan yang efektif akan memastikan bahwa investigasi dilakukan dengan
memperhatikan aspek legalitas, seperti prosedur yang ditetapkan dan hak asasi manusia
yang harus dihormati.
2. Transparansi Transparansi dalam investigasi adalah hal yang penting untuk memastikan
bahwa investigasi dilakukan secara objektif dan tidak memihak. Pengawasan yang efektif
akan membuka ruang untuk partisipasi masyarakat dan pihak-pihak yang terkait dalam
investigasi, serta memberikan informasi yang jelas mengenai proses investigasi.
3. Keberhasilan investigasi Efektivitas pengawasan investigasi dapat dinilai dari sejauh
mana investigasi tersebut berhasil dalam mengungkap kebenaran dan menyelesaikan
kasus yang sedang ditangani. Pengawasan yang efektif akan memastikan bahwa
investigasi dilakukan dengan memperhatikan bukti-bukti yang ada dan menghindari
tindakan diskriminatif atau tidak adil terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam kasus.
4. Kemandirian dan independensi Pengawasan investigasi yang efektif harus dilakukan
secara mandiri dan independen. Hal ini akan memastikan bahwa investigasi tidak
dipengaruhi oleh kepentingan atau tekanan dari pihak-pihak yang terkait, seperti politik
atau kepentingan bisnis. Pengawasan yang efektif akan memastikan bahwa investigasi
dilakukan secara profesional dan tidak terpengaruh oleh faktor eksternal.
5. Perlindungan hak asasi manusia Pengawasan investigasi yang efektif harus memastikan
bahwa hak asasi manusia yang terkait dalam kasus tidak dilanggar. Hal ini termasuk hak
atas privasi, hak atas perlakuan yang adil, dan hak atas pengadilan yang objektif dan tidak
memihak. Pengawasan yang efektif akan membantu mencegah terjadinya pelanggaran
hak asasi manusia dalam proses investigasi.
Dalam menilai efektivitas pengawasan investigasi, perlu juga diperhatikan bahwa
pengawasan harus dilakukan secara berkelanjutan dan tidak hanya pada tahap-tahap
tertentu dalam proses investigasi. Pengawasan yang efektif akan membantu menjaga
integritas dan kredibilitas lembaga atau institusi yang melakukan investigasi, serta
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses hukum.

6. BUKTI FISIK, BUKTI ELEKTRONIK


Bukti fisik adalah bukti yang berwujud benda atau materi fisik yang dapat dilihat,
disentuh, atau diraba. Contoh dari bukti fisik adalah surat, dokumen, benda-benda yang
terkait dengan suatu tindak pidana, dan sebagainya. Sementara itu, bukti elektronik adalah
bukti yang dihasilkan dari penggunaan teknologi elektronik, seperti pesan teks, email,
rekaman audio dan video, atau data digital lainnya. Bukti elektronik umumnya bersifat tidak
berwujud dan dapat dengan mudah dimodifikasi atau dihapus. Kedua jenis bukti ini dapat
digunakan dalam proses hukum, baik itu dalam kasus pidana maupun perdata. Penting untuk
diingat bahwa bukti fisik dan bukti elektronik harus diperoleh secara sah dan sesuai dengan
prosedur hukum yang berlaku agar dapat diterima sebagai bukti di pengadilan
Dalam sebuah investigasi, bukti fisik dapat menjadi bagian penting dalam memperkuat
kasus. Oleh karena itu, penting untuk menilai bukti fisik dengan cermat untuk memastikan
keasliannya dan relevansinya dengan kasus yang sedang diinvestigasi. Berikut adalah
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat menilai bukti fisik dalam investigasi:
1. Kredibilitas sumber bukti: Periksa apakah bukti fisik berasal dari sumber yang dapat
dipercaya dan apakah memiliki keterkaitan dengan kasus yang sedang diinvestigasi.
2. Kondisi bukti fisik: Perhatikan kondisi bukti fisik tersebut. Apakah ada tanda-tanda
manipulasi atau kerusakan pada bukti fisik tersebut? Apakah kondisi bukti fisik dapat
membantu mengungkapkan fakta dalam kasus?
3. Kepastian waktu dan tempat ditemukan: Pastikan bahwa waktu dan tempat ditemukannya
bukti fisik tercatat dengan jelas dan tidak ada keraguan dalam hal tersebut. Hal ini
penting untuk memastikan bahwa bukti fisik ditemukan pada saat yang tepat dan di
tempat yang relevan dengan kasus.
4. Rantai kustodi bukti: Pastikan bahwa rantai kustodi bukti fisik terjaga dengan baik, mulai
dari penemuan hingga diserahkan ke pihak yang berwenang. Hal ini penting untuk
memastikan bahwa bukti fisik tersebut tidak mengalami pergantian atau manipulasi oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab

7. INFORMASI ELEKTRONIK
Informasi elektronik adalah informasi yang disimpan atau diproses dalam format digital
atau elektronik, seperti pesan email, pesan teks, dokumen elektronik, atau rekaman audio dan
video digital. Informasi elektronik dapat dengan mudah diakses dan disebarkan melalui
jaringan komunikasi digital seperti internet atau jaringan lokal.
Informasi elektronik dapat menjadi bagian penting dalam investigasi karena dapat
memberikan bukti tentang komunikasi dan aktivitas yang terjadi secara digital. Misalnya,
email atau pesan teks yang dipertukarkan antara dua orang dapat digunakan sebagai bukti
dalam sebuah kasus.
Namun, informasi elektronik juga dapat dengan mudah dimanipulasi atau dipalsukan,
sehingga penting untuk memastikan keaslian dan integritas informasi tersebut sebelum
digunakan sebagai bukti dalam sebuah kasus. Untuk itu, teknologi digital forensik digunakan
untuk memeriksa dan menganalisis bukti elektronik dengan tujuan memastikan keaslian dan
integritasnya.
Dalam investigasi, informasi elektronik juga dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi tentang pelaku kejahatan, misalnya melalui analisis jejak digital. Jejak digital
adalah informasi yang terkait dengan aktivitas digital seseorang, seperti log aktivitas sistem
atau jejak penggunaan perangkat lunak. Analisis jejak digital dapat membantu
mengidentifikasi orang yang terlibat dalam kegiatan kriminal atau memperkuat bukti
terhadap pelaku kejahatan
SOAL

1. Apakah telah dilakukan analisis forensik terhadap informasi elektronik, seperti rekaman
CCTV atau data telepon genggam, untuk memperkuat bukti kasus?
2. Apa yang dimaksud dengan Vulnerability chart?
3. Apakah bukti fisik yang ditemukan cukup kuat untuk mendukung klaim bahwa tindakan
pencurian benar-benar terjadi?
4. Bagaimana menilai keabsahan informasi elektronik dalam investigasi untuk memastikan
keamanan dan keandalannya?
5. Metode apa saja yang diperlukan dalam investigasi tindak pencurian?

Anda mungkin juga menyukai