Anda di halaman 1dari 15

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar


Jilid 6, Nomor 2, 2022 hlm. 228-235
P-ISSN: 2579-3276 E-ISSN : 2549-6174
Akses terbuka:https://doi.org/10.23887/jisd.v6i2.46909

Keterampilan Inkuiri Guru di Sekolah Dasar


Ucu Rahayu1, Rif'at Shafwatul Anam2, Mestika Sekarwinahyu3*, Amalia Sapriati4
1,3Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas Terbuka, Tangerang, Indonesia
2 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Terbuka, Tangerang, Indonesia
4 Sekolah Pascasarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Terbuka, Tangerang, Indonesia

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat artikel: Skill inkuiri adalah skill yang penting dimiliki oleh seorang guru. Tujuan
Diterima 08 Maret 2022 Direvisi penelitian ini adalah untuk menganalisis keterampilan inkuiri yang dimiliki
11 Maret 2022 Diterima 30 oleh guru sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
April 2022 Tersedia online 25
Mei 2022
kuantitatif dengan desain survei. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah
49 orang guru. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes
Kata Kunci: instrumen yang diberikan kepada partisipan dan wawancara mengenai
Keterampilan Inkuiri,
Guru Sekolah Dasar,
pemahaman mereka mengenai pembelajaran berbasis inkuiri. Kemudian
Pembelajaran Inkuiri jawaban tersebut dianalisis dan diklasifikasi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa keterampilan inkuiri guru perlu ditingkatkan karena dari empat
Kata kunci:
Keterampilan Bertanya kelompok keterampilan inkuiri baik itu mengkonsepsi dan merencanakan
Guru Sekolah Dasar desain, implementasi, analisis dan interpretasi, serta mengkomunikasikan
Pembelajaran Inkuiri segala sesuatu yang berada pada kategori “lemah” hal ini ditunjukkan
dengan proporsi rata-rata responden pada setiap kelompok di bawah
50%. Mayoritas responden tidak berlatar belakang pendidikan sains.
Mereka juga tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai
pembelajaran berbasis inkuiri apalagi dalam menggunakannya dalam
proses pembelajaran. Namun, mereka menunjukkan bahwa keterampilan
inkuiri merupakan keterampilan yang penting untuk dikembangkan. Oleh
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah
CC BY-SA lisensi. karena itu, diperlukan sebuah program perkuliahan yang dapat
Hak Cipta © 2022 oleh Penulis. memfasilitasi guru SD untuk dapat mengembangkan keterampilan
Diterbitkan oleh Universitas Pendidikan
Ganesha. inkuirinya agar pembelajaran sains di SD dapat menjadi lebih optimal lagi.
Mereka juga tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai
pembelajaran berbasis inkuiri apalagi dalam menggunakannya dalam
proses pembelajaran. Namun, mereka menunjukkan bahwa keterampilan
ABSTRAK inkuiri merupakan keterampilan yang penting untuk dikembangkan. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah program perkuliahan yang dapat
memfasilitasi guru SD untuk dapat mengembangkan keterampilan
inkuirinya agar pembelajaran sains di SD dapat menjadi lebih optimal lagi.
Mereka juga tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai
pembelajaran berbasis inkuiri apalagi dalam menggunakannya dalam
proses pembelajaran. Namun, mereka menunjukkan bahwa keterampilan
inkuiri merupakan keterampilan yang penting untuk dikembangkan. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah program perkuliahan yang dapat
memfasilitasi guru SD untuk dapat mengembangkan keterampilan
inkuirinya agar pembelajaran sains di SD dapat menjadi lebih optimal lagi.

Keterampilan inkuiri merupakan keterampilan penting yang dimiliki oleh seorang guru. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis keterampilan inkuiri guru sekolah dasar dan menganalisis kebutuhan
pengembangan keterampilan tersebut dalam proses perkuliahan pada guru sekolah dasar. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan desain survey. Partisipan dalam penelitian ini
berjumlah 49 guru. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen tes yang diberikan
kepada peserta dan wawancara tentang pemahaman mereka terhadap pembelajaran berbasis inkuiri.
Kemudian jawaban dianalisis dan diklasifikasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan
inkuiri guru perlu ditingkatkan karena keempat kelompok keterampilan inkuiri baik konseptualisasi dan
perencanaan desain, implementasi, analisis dan interpretasi, dan mengkomunikasikan semuanya
berada dalam kategori “lemah”, hal ini ditunjukkan dengan persentase rata-rata responden pada
masing-masing kelompok di bawah 50%. Mayoritas responden tidak memiliki latar belakang
pendidikan sains. Mereka juga belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang pembelajaran
berbasis inkuiri, terutama dalam menggunakannya dalam proses pembelajaran. Namun, mereka
sepakat bahwa keterampilan inkuiri merupakan keterampilan yang penting untuk dikembangkan bagi
siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu program perkuliahan yang dapat memfasilitasi guru sekolah
dasar untuk dapat mengembangkan keterampilan inkuirinya sehingga pembelajaran IPA di sekolah
dasar dapat lebih optimal lagi. mereka setuju bahwa keterampilan inkuiri merupakan keterampilan
yang penting untuk dikembangkan bagi siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu program perkuliahan
yang dapat memfasilitasi guru sekolah dasar untuk dapat mengembangkan keterampilan inkuirinya
sehingga pembelajaran IPA di sekolah dasar dapat lebih optimal lagi. mereka setuju bahwa
keterampilan inkuiri merupakan keterampilan yang penting untuk dikembangkan bagi siswa. Oleh
karena itu diperlukan suatu program perkuliahan yang dapat memfasilitasi guru sekolah dasar untuk
dapat mengembangkan keterampilan inkuirinya sehingga pembelajaran IPA di sekolah dasar dapat
lebih optimal lagi.

1. PERKENALAN
Sains sebagai inkuiri telah menjadi reformasi dalam pendidikan sains selama beberapa
dekade(Constantinou et al., 2018; Dewan Riset Nasional, 2013, 2014).Dalam pembelajaran IPA, siswa perlu
mengembangkan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan ilmiah dengan menggunakan penalaran
tingkat tinggi untuk menerapkan pemahaman mereka tentang ide-ide ilmiah dan mengkomunikasikan
informasi ilmiah(Berland et al., 2016; Jerrim et al., 2020; Setiawan & Sugiyanto, 2020).Melibatkan siswa dalam
inkuiri ilmiah dan mengembangkan keterampilan inkuiri sains dalam konteks pembelajaran sains merupakan
salah satu tujuan terpenting dari pendidikan sains(Dewan-Penelitian-Nasional, 2013;

Penulis yang sesuai


*Alamat email:tika@ecampus.ut.ac.id (Mestika Sekarwinahyu)
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 2, Tahun 2022, hlm. 228-235 229

Stender et al., 2018).Pembelajaran IPA akan terlaksana secara optimal apabila memiliki 3 (tiga) hal
berikut ini:
1) guru harus memahami inkuiri itu sendiri(St.Pierre, 2019);2) siswa seharusnya diberi kesempatan
untuk mempraktekkan keterampilannya(Marshall et al., 2017);dan 3) siswa harus memahami kemajuan
mereka dalam mencapai keterampilan tersebut(Cairns & Areepattamannil, 2019; Cartwright & Hallar,
2018).Berdasarkan paparan tersebut, salah satu kunci utamanya adalah guru perlu memahami
keterampilan inkuiri sehingga diharapkan mampu memberikan proses pembelajaran IPA yang optimal.
Dua hal utama yang dihasilkan dari pelajaran IPA, yaitu proses dan produk. Proses tersebut berkaitan
dengan keterampilan yang dimiliki siswa. Pada saat yang sama, produk tersebut terkait dengan
pengetahuan dari ilmu itu sendiri, seperti konsep, prinsip, prosedur, dan bukti yang dapat ditunjukkan.
(Hardianti & Kuswanto, 2017; Khalaf & Zin, 2018).Selain itu, pemerintah di Indonesia menganjurkan agar
proses pembelajaran IPA menggunakan pendekatan saintifik(Anam, 2020).Namun pada kenyataannya
guru mengalami kendala dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dianjurkan(Saepuzaman et al.,
2019; Widowati et al., 2017).
Salah satu kesulitan guru adalah menyajikan fenomena ilmiah untuk melakukan observasi dan
membangkitkan pertanyaan inkuiri. Kesulitan ini akan diikuti dengan kesulitan selanjutnya seperti
merancang investigasi yang merupakan bagian dari keterampilan inkuiri. Beberapa hal yang
menyebabkan kurang berhasilnya guru dalam inkuiri adalah perguruan tinggi belum menyediakan bekal
yang cukup agar guru dapat melakukan inkuiri. Guru memandang bahwa proses inkuiri adalah bagian dari
pembelajaran. Biasanya, guru terlalu percaya diri dalam proses inkuiri yang mereka bangun(Lotter et al.,
2018; Pursitasari et al., 2020).Pembelajaran IPA perlu mengembangkan berbagai keterampilan penting
dalam inkuiri, termasuk membuat konsep dan merancang desain, menerapkan, menganalisis dan
menginterpretasi, serta mengomunikasikan(Duncan et al., 2018; Ješková et al., 2018).Dalam proses
pembelajaran inkuiri, guru perlu memiliki keterampilan inkuiri yang mumpuni untuk mengembangkan
keterampilan yang diharapkan(Anam, 2020).Dengan demikian, pembelajaran berbasis inkuiri dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa(Dobber et al., 2017).Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terdahulu menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan kreativitas
dan memberikan kontribusi positif terhadap hasil belajar siswa(Rodríguez et al., 2019).Lebih lanjut,
penelitian lain juga menyatakan bahwa inkuiri berfungsi sebagai pembekalan yang diperlukan guru IPA
untuk membangun kemandirian siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan baru.(Donohue et al., 2020;
Lederman & Lederman, 2019).Keterampilan inkuiri ini perlu dikembangkan bagi siswa mulai dari sekolah
dasar. Berdasarkan penjelasan pembelajaran berbasis inkuiri dan pengembangan keterampilan inkuiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran keterampilan inkuiri yang dimiliki guru sekolah
dasar. Gambar yang diperoleh berfungsi untuk melihat bagaimana mereka belajar ketika mereka
bersekolah. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan telah mengembangkan keterampilan inkuiri atau
belum. Selain itu, hasil penelitian ini akan menjadi masukan untuk perbaikan proses perkuliahan di masa
mendatang yang perlu dilakukan untuk mengembangkan keterampilan inkuiri guru sekolah dasar..

2. METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif melalui desain
survey yang digunakan(Braun et al., 2021).Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan bagaimana
keterampilan inkuiri guru sekolah dasar dan menganalisisnya kebutuhan untuk mengembangkan
keterampilan inkuiri dalam proses perkuliahan. Jumlah Responden dalam penelitian ini adalah 49 orang
guru yang berkuliah di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Terbuka. Proses
penelitian dilakukan dengan membagikan instrumen secara online kemudian dilakukan wawancara
mengenai pemahaman mereka terhadap pembelajaran inkuiri. Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah instrumen pengembangan inkuiri.(Ješková et al., 2018),terdiri dari empat
kelompok keterampilan dan sub keterampilan serta indikator pertanyaan. Penjelasan tentang kelompok
keterampilan, sub keterampilan, dan indikator soal pada instrumen dapat dilihat padaTabel 1.

Tabel 1. Kelompok Keterampilan, Sub-Keterampilan, dan Indikator Pertanyaan Keterampilan Inkuiri


Grup Keterampilan Sub-Keterampilan Indikator Pertanyaan

Dapat merumuskan masalah dari kegiatan


Mendefinisikan masalah
praktikum yang akan dilakukan
Dapat menentukan hipotesis dari percobaan
Merumuskan hipotesis
yang akan atau telah dilakukan
Konsepsi dan Merancang variabel Dan
Dapat merancang rencana percobaan atau
desain perencanaan hubungan antar variabel
penelitian untuk membuktikan fenomena
dan proses eksperimen
tertentu
Memprediksi hasil eksperimen
Dapat memprediksi dari rencana dan hasil
percobaan/penelitian yang dilakukan berdasarkan pola
atau penjelasan yang ada

Mestika Sekarwinahyu / Keterampilan Inkuiri Guru di Sekolah Dasar


Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 2, Tahun 2022, hlm. 228-235 230

Grup
Keterampilan Sub-Keterampilan Indikator Pertanyaan
Dapat menentukan apa yang diukur, diamati,
Tentukan apa yang diukur, dan dicatat dari percobaan/penelitian
diamati dan dicatat
yang akan dilaksanakan
Penerapan Dapat mengolah dan menganalisis data yang
disajikan
Memproses dan menganalisis data berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
Selesai
Dapat mengubah bentuk representasi
Ubah representasi data di menjadi satu
bentuk grafik/diagram dan bentuk ke yang lain
tabel
Analisis dan
Dapat membuat generalisasi dari data
Penafsiran Membuat generalisasi dari penelitian
hasil eksperimen
Dapat membuat kesimpulan berdasarkan
fenomena
Membuat kesimpulan
dan data percobaan
Dapat menggambarkan laporan formal hasil
Menyusun laporan resmi tentang dari
Berkomunikasi
hasil yang diperoleh percobaan atau penelitian yang diperoleh

Dua ahli telah memvalidasi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dengan gelar doktor
dalam ilmu pendidikan. Berdasarkan hasil validasi ahli melalui perhitungan Kendall's Tau memiliki nilai
sebesar 0,853 atau termasuk dalam kategori “sangat tinggi”, sedangkan untuk reliabilitas instrumen ini
berdasarkan perhitungan Cronbach’s Alpha diperoleh nilai sebesar 0,739 atau termasuk dalam kategori
“tinggi”. Setelah proses validasi dan reliabilitas diperoleh, instrumen ini diberikan kepada responden.
Dalam penelitian ini, responden akan diberi skor nol jika memberikan jawaban yang salah dan skor satu
jika benar. Hasil yang diperoleh dari responden tersebut kemudian akan dirata-ratakan dan diubah
menjadi persen. Hasil persentase tersebut kemudian akan diklasifikasikan pada interpretasi (Anam,
2020).Meja 2.

Meja 2. Interpretasi Nilai atau Persentase Peserta Tes


Jangkauan Kategori
80-100 Sangat bagus
70-79 Bagus
60-69 Cukup
40-59 Lebih sedikit
30-39 Sangat kurang

Setelah memberikan instrumen keterampilan inkuiri, penelitian ini juga dilanjutkan dengan
melakukan wawancara kepada responden untuk mengetahui pemahaman mereka tentang pembelajaran
inkuiri. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran IPA yang mereka lakukan di
kelas. Beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan instrumen yang diberikan ditampilkan diTabel 3.

Tabel 3.Pertanyaan Tentang Pembelajaran Inkuiri


TIDAK Pertanyaan
1. Latar belakang pendidikan berasal dari ilmu pengetahuan
2. Memahami pembelajaran berbasis inkuiri
3. Menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri di dalam kelas
4. Keterampilan inkuiri penting bagi siswa

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Pada bagian ini, hasil penelitian dan pembahasan akan terdiri dari dua hal utama: 1) kemampuan
inkuiri responden; dan 2) tanggapan responden tentang pembelajaran berbasis inkuiri.
Keterampilan Bertanya Para Responden
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa keterampilan inkuiri berdasarkan instrumen
yang dibagikan menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri perlu dikembangkan lebih lanjut. Dari keempat
kelompok keterampilan yang diujikan rata-rata keterampilannya di bawah 50% atau termasuk dalam
kategori kurang. Hasil keterampilan responden ditunjukkan padaGambar 1.

JISDP-ISSN: 2579-3276 E-ISSN: 2549-6174


Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 2, Tahun 2022, hlm. 228-235 231

50.00
47.62
40.00
43.03
Persentase Responden

30.00 36.73
20.00 34.69

10.00
0,00

Konsepsi dan Penerapan Analisis dan Berkomunikasi


desain perencanaan Penafsiran
Kelompok Keterampilan Inkuiri

Gambar 1. Persentase Keterampilan Inkuiri menurut Kelompok Keterampilan Inkuiri

BerdasarkanGambar 1,Terlihat bahwa secara umum keterampilan Inkuiri pada setiap kelompok
keterampilan Inkuiri masih perlu dikembangkan. Keempatnya di bawah 50%, padahal keterampilan ini
merupakan bekal menjadi guru untuk memberikan pembelajaran IPA yang optimal bagi siswa. Hasil
lengkap tentang keterampilan inkuiri ditampilkan diTabel 4.

Tabel 4. Hasil Keterampilan Inkuiri untuk setiap Sub-Indikator


Grup Keterampilan Sub-Indikator Persentase

Mendefinisikan masalah 18,37


Merumuskan hipotesis 44,90
Konsep dan perencanaan
Merancang variabel dan hubungan antar variabel
desain 83,67
dan proses percobaan
Memprediksi hasil percobaan 40,14

Menentukan apa yang diukur, diamati dan dicatat 41,50


Penerapan
Memproses dan menganalisis data 27,89
Ubah representasi data dalam bentuk
41,50
grafik/diagram dan tabel
Analisis dan
Penafsiran Membuat generalisasi dari hasil percobaan 49,66

Membuat kesimpulan 51,70

Berkomunikasi Menguraikan laporan formal tentang hasil yang diperoleh 36,73

Tabel 4menunjukkan bahwa hampir di setiap sub indikator, hasil yang diperoleh dari responden
masih tetap jauh dari apa yang diharapkan. Semua persentase di bawah 50% menunjukkan bahwa
keterampilan inkuiri perlu menjadi perhatian di masa depan karena keterampilan inkuiri diperlukan
untuk membimbing siswa mengembangkan keterampilan berpikir, karya ilmiah, dan keterampilan
komunikasi sebagai aspek keterampilan hidup.(Anazifa & Djukri, 2017; Hermens et al., 2017).
Keterampilan inkuiri merupakan keterampilan yang mengarahkan individu/siswa untuk dapat
berpikir secara logis, sistematis, dan ilmiah.(Duruk et al., 2017).Proses pembelajaran IPA akan bermakna
jika proses pembelajarannya harus disesuaikan dengan hakikat IPA, artinya belajar IPA tidak hanya
melalui kumpulan fakta, prinsip, hukum, dan teori tetapi juga melibatkan proses seperti apa pengetahuan
itu. diperoleh(Candra & Retnawati, 2020; Karmila et al., 2019).Lebih lanjut inquiry adalah suatu proses
untuk memperoleh informasi dengan melakukan pengamatan atau percobaan untuk menemukan jawaban
atau pemecahan masalah berpikir kritis dan logis(Duncan et al., 2018; Gunawan et al., 2019).

Tanggapan Responden tentang Pembelajaran Berbasis Inkuiri


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden mengenai pemahaman mereka
tentang pembelajaran inkuiri, terdapat empat hal pokok, yaitu 1) latar belakang pendidikan berasal dari
ilmu pengetahuan; 2) pemahaman pembelajaran berbasis inkuiri; 3) menggunakan pembelajaran
berbasis inkuiri dalam proses pembelajaran, dan 4) keterampilan inkuiri harus diajarkan kepada siswa.
Hasil wawancara dengan responden dapat dilihat padaAngka 2.

Mestika Sekarwinahyu / Keterampilan Inkuiri Guru di Sekolah Dasar


Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 2, Tahun 2022, hlm. 228-235 232

100.00
90.00
91.84
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00 36.73
20.00
20.41
10.00
12.24
0,00
Menggunakan Keterampilan bertanya
Pendidikan Pemahaman tentang pertanyaan- adalah
pembelajaran berbasis
Latar belakang datang berbasis pertanyaan di penting untuk
dari sains sedang belajar ruang kelas siswa
Tanggapan responden tentang pembelajaran berbasis inkuiri

Gambar 2.Tanggapan Responden tentang Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Gambar 2menunjukkan bahwa sebagian besar latar belakang pendidikan responden adalah non-
sains, dan hanya 12,24% memiliki latar belakang pendidikan sains. Namun, pendidikan sains formal di
Indonesia dimulai dari SD hingga SMP, baik SMP maupun SMA. Setiap responden telah mendapatkan
pelajaran IPA minimal selama enam tahun, yaitu di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Hal ini
menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri belum menjadi perhatian dalam proses pembelajaran
mengikuti pendapat ini. Keterampilan inkuiri yang dimiliki siswa tidak akan berkembang secara optimal
jika dilakukan dengan menggunakan metode belajar mengajar yang tidak berbasis inkuiri atau suportif.
(Kazeni et al., 2018).Siswa untuk mengembangkan keterampilan inkuiri mereka.
Selain itu, pemahaman responden tentang pembelajaran berbasis inkuiri belum sepenuhnya
dipahami. Hal ini dibuktikan dengan jumlah responden yang mengerti hanya 36,73%; sisanya menyatakan
mereka tidak begitu akrab dengan pembelajaran berbasis inkuiri. Hal ini juga bisa terjadi karena latar
belakang pendidikan non-sains dan pengalaman belajar yang tidak difasilitasi dengan keterampilan
inkuiri yang optimal. Siswa harus diajarkan untuk memperoleh keterampilan yang lebih kompleks dari
sekedar mempelajari produk sains dari sains(Akgü n et al., 2016; Duruk et al., 2017).Selanjutnya terkait
apakah responden sudah menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri. Sebagian besar dari mereka
menjawab bahwa mereka tidak pernah menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri. Berdasarkan
pemaparan mereka, mereka terbiasa melaksanakan proses pembelajaran yang berpusat pada guru
sehingga pencapaian materi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih cepat. Sekaligus pembelajaran
IPA merupakan pembelajaran yang diharapkan dapat membekali siswa dengan pengetahuan ilmiah dan
memperoleh pengalaman yang dapat mengembangkan keterampilan ilmiah dan inkuiri.(Abdurrahman et
al., 2019; Tawil & Liliasari, 2014).

Diskusi
Pengembangan keterampilan proses dalam proses pembelajaran juga dapat meningkatkan interaksi
sosial antar siswa. Selain itu, dapat memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan langsung, mendorong
mereka untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, membantu pertumbuhan kognitif,
meningkatkan sikap terhadap sains, dan membantu siswa membangun gambaran mental tentang ide-ide baru.
(Karmila et al., 2019; Song, 2018).Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu proses pembelajaran yang
mengembangkan keterampilan inkuiri, terlebih dahulu guru perlu memiliki keterampilan tersebut. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan, guru juga sepakat bahwa keterampilan inkuiri merupakan keterampilan yang
penting untuk dikembangkan bagi siswa. Materi dari pelajaran IPA merupakan sarana untuk mengembangkan
keterampilan inkuiri pada siswa(Darmaji et al., 2019).Pembelajaran IPA akan optimal jika siswa mendapatkan
pengalaman dalam proses pembelajaran sehingga mereka dapat mengkonstruksi pengetahuannya dari proses
pembelajaran yang dilakukan, apalagi IPA merupakan pelajaran yang kontekstual dengan kehidupannya.(Akgü n
et al., 2016; Duruk et al., 2017; Herder et al., 2018).Guru diharapkan dapat menanamkan keterampilan proses
sains ini pada siswa; oleh karena itu, pemahaman konseptual guru tentang keterampilan ini sangat penting.
Materi IPA yang diajarkan di kelas IPA hendaknya dapat digunakan untuk mengembangkan SPS(Anam, 2022;
Irwanto et al., 2018).Guru prajabatan sekolah dasar harus dilengkapi dengan SPS dasar untuk memfasilitasi
pengembangan keterampilan ini ke tingkat yang terintegrasi. Memastikan bahwa siswa meningkatkan
penelitian, inkuiri, dan keterampilan berpikir kritis dan menjadi pembelajar seumur hidup merupakan prioritas
di antara tujuan pengajaran sains. Menurut SPS, mereka signifikan dalam melatih siswa yang memiliki
karakteristik tersebut. SPS dianggap sebagai bagian yang menentukan dan tidak terpisahkan dari pendidikan
sains(Duruk et al., 2017; Juhji & Nuangchalerm, 2020).Pada hakikatnya, SPS adalah keterampilan berpikir yang
digunakan para ilmuwan untuk mengkonstruksi pengetahuan, memecahkan dan mengevaluasi masalah, dan

JISDP-ISSN: 2579-3276 E-ISSN: 2549-6174


Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 2, Tahun 2022, hlm. 228-235 233

merumuskan hasil. Juga, siswa menggunakan keterampilan yang mereka miliki untuk mengatur informasi
ilmiah, memungkinkan mereka memproses informasi baru melalui pengalaman kehidupan nyata, dan
membantu mereka memahami sifat sains.(Akgü n et al., 2016; Duruk et al., 2017; Song, 2018).
Jika pembelajaran IPA dilaksanakan secara optimal di sekolah, misalnya melalui percobaan dalam
proses pembelajaran, maka kemampuan tersebut dapat berkembang. Karena melalui proses
eksperimentasi, keterampilan inkuiri akan terasah melalui cara mereka melakukan inkuiri. Oleh karena
itu, proses pembelajaran yang mengembangkan keterampilan inkuiri harus dikenalkan sejak dini karena
keterampilan tersebut berperan dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan
mereka(Constantinou et al., 2018; Khalaf & Zin, 2018).Selain itu, keterampilan inkuiri dan konten
pengetahuan akan saling memuji; oleh karena itu, guru dan calon guru harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang dibutuhkan siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan tersebut(Dobber et al.,
2017).Berdasarkan penelitian sebelumnya yang menganalisis penggunaan model inkuiri dengan
laboratorium virtual untuk meningkatkan pemahaman siswa. Studi ini menemukan bahwa, guru dapat
merencanakan pembelajaran inkuiri yang baik, siswa akan dapat meningkatkan keterampilan inkuiri
mereka(Gunawan et al., 2019).Selain itu, ada juga hubungan positif yang signifikan antara keterampilan
inkuiri pada isi materi IPA dan kemampuan membuat pembelajaran berbasis inkuiri(Guo et al., 2018;
Ryoo & Bedell, 2017).Senada dengan penjelasan tersebut, peneliti sebelumnya menyatakan bahwa
keterampilan mengajar berbasis inkuiri meningkatkan kemampuan mengajar guru. Ketika guru mengajar
di depan kelas, guru juga belajar secara tidak langsung(Ješková dkk., 2018).Penelitian ini menunjukkan
bahwa calon guru perlu dibekali dengan keterampilan inkuiri dalam proses perkuliahan agar proses
pembelajaran yang diberikannya kepada siswa mencapai hasil yang paling optimal. Karena dalam proses
perkuliahan diperlukan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan, dan lebih dari itu juga harus memiliki
keterampilan inkuiri. Keterampilan inkuiri merupakan keterampilan yang perlu dimiliki siswa untuk
menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang. Dalam keterampilan ini, mahasiswa diberikan
keterampilan untuk membuat konsep dan merencanakan rancangan penelitian/eksperimen,
mengimplementasikan pengetahuannya, menganalisis dan menginterpretasikan data, serta
mengomunikasikan apa yang mereka dapatkan dari orang lain.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa keterampilan inkuiri guru perlu ditingkatkan, hal ini
dibuktikan dengan empat keterampilan inkuiri yang diujikan mulai dari konseptualisasi dan perencanaan
desain, implementasi, analisis, dan interpretasi, serta mengkomunikasikan segala sesuatu yang ada dalam
kategori “kurang”, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata persentase responden pada masing-masing kelompok
berada di bawah 50%. Oleh karena itu, program perkuliahan perlu memfasilitasi calon guru untuk
mengembangkan keterampilan inkuirinya agar pembelajaran IPA di sekolah dasar dapat lebih optimal lagi.
Keterampilan inkuiri ini dibutuhkan tidak hanya pada saat siswa mempelajari ilmu pengetahuan tetapi lebih
dari itu mereka membutuhkan keterampilan tersebut untuk memecahkan masalah-masalah mereka dalam
kehidupannya.

5. REFERENSI
Abdurrahman, Ariyani, F., Maulina, H., & Nurulsari, N. (2019). Desain dan validasi strategi pembelajaran
STEM berbasis inkuiri sebagai solusi alternatif yang ampuh untuk memfasilitasi siswa berbakat
menghadapi tantangan abad ke-21. Jurnal Pendidikan Ilmuwan Muda Berbakat, 7(1), 33–
56.https://doi.org/10.17478/jegys.513308.
Akgü n, A., Tokur, F., & Duruk, Ü . (2016). Jurnal Ilmu Pendidikan Universitas Adıyaman Mengaitkan Konsepsi
dalam Pengajaran Sains dengan Kehidupan Sehari-hari : Kimia Air dan Pengolahan Air. Adıyaman
universitas Selamat Bilimleri Dergisi, 6(2149–2727), 161–178.
https://doi.org/10.17984/adyuebd.87973.
Anam, RS (2020). Analisis Keterampilan Proses Sains Prajabatan Guru Sekolah Dasar. Al Ibtida: Jurnal
Pendidikan Guru MI, 7(2), 226.https://doi.org/10.24235/al.ibtida.snj.v7i2.6470.
Anam, RS (2022). Pengetahuan Konten IPA Prajabatan Guru Biologi Tingkat SD.
6(1), 136–144.https://doi.org/https://dx.doi.org/10.23887/jisd.v6i1.43856 Sains.
Anazifa, RD, & Djukri. (2017). Pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah: Apakah
efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa? Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6(2),
346–355.https://doi.org/10.15294/jpii.v6i2.11100.
Berland, LK, Schwarz, CV, Krist, C., Kenyon, L., Lo, AS, & Reiser, BJ (2016). Epistemologi dalam praktik:
Membuat praktik ilmiah bermakna bagi siswa. Jurnal Penelitian dalam Pengajaran Sains, 53(7),
1082–1112.https://doi.org/10.1002/tea.21257.
Braun, V., Clarke, V., Boulton, E., Davey, L., & McEvoy, C. (2021). Survei online sebagai alat penelitian
kualitatif. Jurnal Internasional Metodologi Penelitian Sosial, 24(6), 641–
654.https://doi.org/10.1080/13645579.2020.1805550.
Mestika Sekarwinahyu / Keterampilan Inkuiri Guru di Sekolah Dasar
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 2, Tahun 2022, hlm. 228-235 234

Cairns, D., & Areepattamanil, S. (2019). Menjelajahi Hubungan Pengajaran Berbasis Inkuiri dengan
Prestasi dan Disposisi Sains di 54 Negara. Penelitian dalam Pendidikan Sains, 49(1), 1–
23.https://doi.org/10.1007/s11165-017-9639-x.
Candra, & Retnawati, H. (2020). Meta analisis penerapan pembelajaran konstruktivisme terhadap hasil
belajar pada mata pelajaran PKn. International Journal of Instruction, 13(2), 835–
846.https://doi.org/10.29333/iji.2020.13256a.
Cartwright, TJ, & Hallar, B. (2018). Mengambil risiko dengan mindset berkembang: pengaruh jangka
panjang pra-layanan dasar setelah praktikum sains sekolah. Jurnal Internasional Pendidikan
Sains, 40(3), 348–370.https://doi.org/10.1080/09500693.2017.1420269.
Constantinou, CP, Tsivitanidou, OE, & Rybska, E. (2018). Apa itu Pengajaran dan Pembelajaran Sains
Berbasis Inkuiri? 1–23.https://doi.org/10.1007/978-3-319-91406-0_1.
Darmaji, D., Kurniawan, DA, & Suryani, A. (2019). Keefektifan Pedoman Praktikum Fisika Dasar II
Berdasarkan Keterampilan Proses Sains. JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), 4(1),
1.https://doi.org/10.26737/jipf.v4i1.693.
Dobber, M., Zwart, R., Tanis, M., & van Oers, B. (2017). Tinjauan pustaka: Peran guru dalam inkuiri-
berdasarkan pendidikan. Pendidikan Riset Tinjauan, 22, 194–
214.
https://doi.org/10.1016/j.edurev.2017.09.002.
Donohue, K., Buck, GA, & Akerson, V. (2020). Dimana ilmunya? Menjelajahi pemahaman teoretis dan
praktis pendidik guru sains baru tentang inkuiri ilmiah. Jurnal Penelitian Internasional dalam
Pendidikan dan Sains, 6(1), 1–13.https://doi.org/10.46328/ijres.v6i1.571.
Duncan, RG, Chinn, CA, & Barzilai, S. (2018). Pegang bukti: Mempermasalahkan dan memperluas
konseptualisasi bukti standar sains generasi berikutnya. Jurnal Penelitian dalam Pengajaran
Sains, 55(7), 907–937.https://doi.org/10.1002/tea.21468.
Duruk, U., Akgü n, A., Dogan, C., & Gü lsuyu, F. (2017). Meneliti Hasil Pembelajaran yang Termasuk dalam
Kurikulum Sains Turki dalam Hal Keterampilan Proses Sains: Analisis Dokumen dengan Penilaian
Berbasis Standar. Jurnal Internasional Pendidikan Lingkungan dan Sains, 12(2), 117–
142.https://eric.ed.gov/?id=EJ1137380.
Gunawan, Harjono, A., Hermansyah, & Herayanti, L. (2019). Model inkuiri terbimbing melalui
laboratorium virtual untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada konsep kalor.
Cakrawala Pendidikan, 38(2), 259–268.https://doi.org/10.21831/cp.v38i2.23345.
Guo, D., Wright, KL, & McTigue, EM (2018). Analisis isi visual pada buku pelajaran sekolah dasar.
Jurnal Sekolah Dasar, 119(2), 244–269.https://doi.org/10.1086/700266.
Hardianti, T., & Kuswanto, H. (2017). Perbedaan antar tingkat inkuiri: Peningkatan keterampilan proses di
sekolah menengah atas di Indonesia. Jurnal Internasional Instruksi, 10(2), 119–
130.https://doi.org/10.12973/iji.2017.1028a.
Herder, A., Berenst, J., de Glopper, K., & Koole, T. (2018). Praktik reflektif dalam penulisan kolaboratif
siswa sekolah dasar. Jurnal Internasional Penelitian Pendidikan, 90(Februari), 160–
174.https://doi.org/10.1016/j.ijer.2018.06.004.
Hermens, N., Super, S., Verkooijen, KT, & Koelen, MA (2017). Tinjauan Sistematis Pengembangan
Kecakapan Hidup Melalui Program Olahraga Melayani Pemuda yang Rentan Secara Sosial.
Penelitian Kuartalan untuk Latihan dan Olahraga, 88(4), 408–
424.https://doi.org/10.1080/02701367.2017.1355527.
Irwanto, Rohaeti, E., & Prodjosantoso, AK (2018). Keterampilan proses sains mahasiswa S1 ditinjau dari
beberapa variabel: Perspektif dari Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmu Baltik, 17(5), 751–
764. https://www.ceeol.com/search/article-detail?id=951950.
Jerrim, J., Oliver, M., & Sims, S. (2020). Erratum: Hubungan antara pengajaran berbasis inkuiri dan prestasi
siswa. Bukti baru dari studi PISA longitudinal di Inggris (Learning and Instruction (2019) 61 (35–
44), (S095947521830361X), (10.1016/j.learninstruc.2018.12.004)). Pembelajaran dan Instruksi,
xxxx, 101310.https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2020.101310.
Ješková , Z., Balogová , B., & Kireš, M. (2018). Menilai keterampilan inkuiri siswa sekolah menengah atas.
Jurnal Fisika: Seri Konferensi, 1076(1).https://doi.org/10.1088/1742-6596/1076/1/012022.
Juhji, J., & Nuangchalerm, P. (2020). Interaksi antara sikap ilmiah dan keterampilan proses sains terhadap
pengetahuan konten pedagogis teknologi. Jurnal Pendidikan Ilmuwan Muda Berbakat, 8(1), 1–
16.https://doi.org/10.17478/jegys.600979.XX.
Karmila, DD, Supeno, & Subiki. (2019). Keterampilan Inkuiri Siswa SMA Dalam Model Pembelajaran
Inkuiri Berbantuan Virtual Laboratory. Jurnal Pembelajaran Fisika, 8(3), 151–
158.https://doi.org/10.19184/jpf.v8i3.15218.

JISDP-ISSN: 2579-3276 E-ISSN: 2549-6174


Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 2, Tahun 2022, hlm. 228-235 235

Kazeni, M., Baloyi, E., & Gaigher, E. (2018). Efektivitas investigasi individu dan kelompok dalam
mengembangkan keterampilan inkuiri sains terpadu. Jurnal Pendidikan Afrika Selatan, 38(3), 1–
12.https://doi.org/10.15700/saje.v38n3a1549.
Khalaf, BK, & Zin, ZBM (2018). Pedagogi pembelajaran tradisional dan berbasis inkuiri: Sebuah kritis
sistematis
tinjauan. Internasional Jurnal dari Petunjuk, 11(4), 545–564.
https://doi.org/10.12973/iji.2018.11434a.
Lederman, NG, & Lederman, JS (2019). Pengajaran dan Pembelajaran Sifat Pengetahuan Ilmiah dan
Penyelidikan Ilmiah: Membangun Kapasitas melalui Pengembangan Profesi Berbasis Riset yang
Sistematis. Jurnal Pendidikan Guru Sains, 30(7), 737–
762.https://doi.org/10.1080/1046560X.2019.1625572.
Lotter, CR, Thompson, S., Dickenson, TS, Smiley, WF, Biru, G., & Rea, M. (2018). Dampak Model
Pengembangan Keprofesian Praktek-Mengajar pada Instruksi Inkuiri Guru dan Keyakinan Efikasi
Inkuiri. Jurnal Internasional Pendidikan Sains dan Matematika, 16(2), 255–
273.https://doi.org/10.1007/s10763-016-9779-x.
Marshall, JC, Cerdas, JB, & Alston, DM (2017). Instruksi Berbasis Inkuiri: Kemungkinan Solusi untuk
Meningkatkan Pembelajaran Siswa Baik Konsep Sains maupun Praktik Ilmiah. Jurnal
Internasional Pendidikan Sains dan Matematika, 15(5), 777–
796.https://doi.org/10.1007/s10763-016-9718-x.
Dewan Riset Nasional. (2013). Standar sains generasi berikutnya. Washington, DC: Pers Akademi
Nasional.
Dewan Riset Nasional. (2014). Mengembangkan penilaian untuk standar sains generasi berikutnya.
Washington, DC: Pers Akademi Nasional.
Pursitasari, ID, Suhardi, E., Putra, AP, & Rachman, I. (2020). Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
melalui pembelajaran inkuiri berbasis konteks sains. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 9(1), 97–
105.https://doi.org/10.15294/jpii.v9i1.21884.
Rodríguez, G., Pérez, N., Nú ñ ez, G., Bañ os, JE, & Carrió , M. (2019). Mengembangkan keterampilan kreatif
dan penelitian melalui kursus pembelajaran berbasis penyelidikan terbuka dan interprofessional.
Pendidikan Kedokteran BMC, 19(1), 1–13.https://doi.org/10.1186/s12909-019-1563-5.
Ryoo, K., & Bedell, K. (2017). Efek visualisasi pada pemahaman siswa yang beragam secara linguistik
tentang energi dan materi dalam ilmu kehidupan. Jurnal Penelitian dalam Pengajaran Sains,
54(10), 1274–1301.https://doi.org/10.1002/tea.21405.
Saepuzaman, D., Utari, S., & Nugraha, MG (2019). Pengembangan Eksperimen Fisika Dasar Berbasis
Science Process Skills (SPS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konseptual Calon Guru Fisika pada
Hukum Boyle. Jurnal Fisika: Seri Konferensi, 1280(5).https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1280/5/052076.
Setiawan, AM, & Sugiyanto. (2020). Analisis keterampilan proses sains guru IPA pada program profesi
guru di Indonesia. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 9(2), 241–
247.https://doi.org/10.15294/jpii.v9i2.23817.
Lagu, Y. (2018). Meningkatkan kompetensi pemecahan masalah kolaboratif siswa sekolah dasar dalam
pembelajaran sains berbasis proyek dengan desain instruksional kegagalan produktif dalam
lingkungan belajar yang lancar.
Pendidikan Teknologi Riset Dan Perkembangan, 66(4), 979–1008.
https://doi.org/10.1007/s11423-018-9600-3.
St Pierre, EA (2019). Penyelidikan Pasca Kualitatif dalam Ontologi Imanensi. Penyelidikan Kualitatif,
25(1), 3–
16. https://doi.org/10.1177/1077800418772634.
Stender, A., Schwichow, M., Zimmerman, C., & Hä rtig, H. (2018). Membuat pembelajaran sains berbasis
inkuiri terlihat: pengaruh CVS dan keterampilan kognitif pada pembelajaran pengetahuan konten
dalam inkuiri terbimbing.
Internasional Jurnal dari Sains Pendidikan, 40(15), 1812–1831.
https://doi.org/10.1080/09500693.2018.1504346.
Tawil, M., & Liliasari. (2014). Keterampilan-keterampilan sains dan implementasinya dalam pembelajaran
IPA. Badan Penerbit UNM.
Widowati, A., Nurohman, S., & Anjarsari, P. (2017). Mengembangkan materi pembelajaran IPA dengan
pendekatan pembelajaran inkuiri otentik untuk meningkatkan pemecahan masalah dan sikap
ilmiah. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6(1), 32–40.https://doi.org/10.15294/jpii.v6i1.4851.
Mestika Sekarwinahyu / Keterampilan Inkuiri Guru di Sekolah Dasar

Anda mungkin juga menyukai