Anda di halaman 1dari 13

BAB III

ANALISIS

3.1. Dudukan
Pada proses pembuatan dudukan ini dilakukan beberapa proses pemesinan yaitu, mesin
bor, mesin frais, dan kerja bangku. Pada proses pemesinan ini digunakan gambar kerja
sebagai acuan atau pedoman dalam proses pembuatan stem, pin dudukan, dan dudukan.
Gambar kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti dalam proses
pemesinan ini. Oleh karena itu gambar kerja harus mempunyai tiga jenis informasi pokok,
yaitu bahan yang akan digunakan, bentuk atau sifat-sifat geometrik, dan ukuran-ukuran dari
bagian. Gambar kerja dijadikan acuan atau pedoman dibandingkan dengan gambar teknik dan
gambar sketsa. Hal ini dikarenakan pada gambar kerja ukuran-ukuran yang tercantum sudah
mutlak nilainya, tidak akan ada lagi revisi atau perubahan. Sedangkan pada gambar teknik dan
gambar sketsa, ukuran yang tercantum masih bisa dirubah ukurannya. Selama itu masih
gambar teknik itu masih bisa dirubah.
Pada stasiun kerja bangku digunakan beberapa alat dan bahan seperti penggaris, penitik
dan penggores, dan palu resin. Penggaris digunakan untuk mengukur benda kerja (aluminium
dural 6061). Penitik dan penggores digunakan untuk menitik dan menggores benda kerja agar
membantu dalam proses penandaan benda kerja. Palu resin digunakan sebagai pemukul pada
penitik dan penggores agar memudahkan dalam penandaan benda kerja.
Pada stasiun kerja mesin frais digunakan beberapa alat dan bahan seperti kuas, coolant,
kunci engkol, bantalan, correction pen, ragum, dan stopwatch. Kuas digunakan untuk
membersihkan geram-geram yang timbul akibat proses pemakanan. Coolant digunakan untuk
menjaga mata pahat agar tidak terlalu panas sehingga mata pahat terhindar dari keausan dan
tidak hangus. Kunci engkol digunakan untuk mengencangkan dan melonggarkan benda kerja
pada ragum. Bantalan digunakan untuk bantalan benda kerja agar benda kerja dapat
menjangkau mata pahat. Correction pen digunakan untuk menandai mata pahat. Ragum
digunakan untuk menahan benda kerja selama proses pemakanan terjadi. Stopwatch
digunakan untuk mengukur waktu pada saat proses pemakanan berlangsung
Pada stasiun kerja mesin bor digunakan beberapa alat dan bahan seperti oli, kuas, mata
bor, kunci mata bor, dan stopwatch. Oli digunakan untuk mencegah komponen mengalami
keausan. Kuas digunakan untuk membersihkan geram-geram yang timbul akibat proses
pemakanan. Mata bor digunakan sebagai pemakan/pembuat lubang pada benda kerja. Kunci
soindle digunakan untuk membuka dan mengunci rumahspindle head. Stopwatch digunakan
untuk mengukur waktu pada proses pemakanan.

III-227
Bab III Analisis R-4
Pada proses pemesinan tidak luput dari namanya kecacatan. Kecacatan ini dapat
disebabkan oleh berbagai macam hal, bisa dari faktor human error, mesin yang rusak, dan
faktor lainnya. Pada proses pemesinan pembuatan dudukan terdapat kecacatan yang terjadi
adalah permukaan tidak rata. Permukaan tidak rata disebabkan ketika dilakukan proses
pemesinan, mata pahat tidak pas posisinya sehingga menyebabkan permukaan tidak rata.
Permukaan tidak rata juga dapat disebabkan human error saat set up mesin sehingga saat
bubut muka terdapat bagian yang tidak rata, pada mesin frais bisa terjadi ketika proses
pemakanan pada mesin endmill terjadi human error sehingga menyebabkan bagian yang
dilakukan pemakanan tidak rata.
Coolant biasanya digunakan untuk proses pengerjaan benda kerja yang melalui proses
pemesinan skala kecil. Sedangkan oli digunakan untuk proses pengerjaan benda kerja yang
mengalami hard process dan biasanya proses pemesinan ini berlangsung secara kontinu dan
dapat menyebabkan dampak besar pada benda kerja. Hal inilah yang menyebabkan mengapa
pada mesin bor digunakan oli dibandingkan dengan coolant.
Pada mesin frais digunakan kecepatan putaran spindle sebesar 755 rpm. Ukuran
kecepatan 755 rpm ini dipakai oleh standar normal pemula dengan kata lain operator yang
mengoperasikan mesin masih pemula. Jika dilakukan proses mengefrais menggunakan
kecepatan yang lebih besar dari 755 rpm, maka akan menyebabkan peluang kecelakaan kerja
tinggi. Sedangkan jika proses pengefraisan menggunakan kecepatan yang lebih rendah dari
755 rpm maka akan rentan terjadinya keausan pada mata pahat dan memperpendek umur
pahat pada mesin bubut ini.
Pada mesin bor digunakan kecepatan putaran spindle sebesar 1200 rpm. Ukuran
kecepatan 1200 rpm ini dipakai oleh standar normal pemula dengan kata lain operator yang
mengoperasikan mesin masih pemula. Jika dilakukan proses bor menggunakan kecepatan
yang lebih besar dari 1200 rpm, maka akan menyebabkan peluang kecelakaan kerja tinggi.
Sedangkan jika proses penggurdian menggunakan kecepatan yang lebih rendah dari 1200 rpm
maka akan rentan terjadinya keausan pada mata pahat dan memperpendek umur pahat pada
mesin bubut ini.
Digunakannya prototype adalah untuk mendapatkan gambaran produk secara lebih
jelas. Selain itu dengan adanya produk prototype memungkinkan pengembang menciptakan
produk yang lebih baik di masa mendatang. Prototype dari masa ini dapat dijadikan acuan
dalam analisis baru terhadap kebutuhan pasar atas produk baru di masa mendatang
Coolant pada saat proses pemesinan diantaranya digunakan untuk menurunkan
temperatur pahat saat pemotongan, memperpanjang umur pahat, melumasi benda kerja,
memperhalus atau memperbaiki kualitas permukaan benda kerja, membersihkan geram pada

Praktikum Proses Manufaktur III-228


Bab III Analisis R-4
saat proses pemesinan dan proteksi korosi pada permukaan benda kerja yang baru terbentuk.
Jika saat proses pemesinan tidak digunakan coolant benda kerja akan mengalami keausan.
Pada saat proses pemesinan juga dilakukan kembali pengukuran pada benda kerja untuk
memastikan ukuran benda kerja yang telah dilakukan pemakanan mendapatkan ukuran yang
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
Pada komponen dudukan dilakukan perhitungan pemesinan pada mesin frais dan mesin
bor. Pada mesin frais terdapat beberapa keterangan yang diketahui yaitu, kecepatan rpm 755
rpm/min, besar pemakanan (f) 0,05 mm/putaran, diameter pahat (endmill) 16 mm, diameter
pahat (facemill) 80 mm, kedalaman potong (a) 1 mm, dan terdapat 2 lebar pemotongan yaitu 2
mm dan 71 mm. Pada mesin frais ini dihitung 3 kecepatan yaitu, kecepatan makan, kecepatan
potong, dan kecepatan penghasil geram. Kecepatan potong ini dihitung sesuai dengan
diameter pahat yang dipakai yaitu pahat endmill dan pahat facemill. Kecepatan pahat pada
pahat endmill dihitung dengan phi kali diameter pahat endmill kali dengan kecepatan rpm
dibagi 1000. Sedangkan pada kecepatan pahat pada pahat facemill dihitung dengan phi kali
diameter pahat facemill kali dengan kecepatan rpm dibagi 1000. Kecepatan potong ini
memiliki satuan m/min. Kecepatan makan ini memiliki hasil yang sama untuk pahat endmill
dan pahat facemill. Kecepatan makan ini dihitung dengan besar pemakanan (f) kali kecepatan
rpm. Kecepatan makan ini memiliki satuan mm/min. Kecepatan penghasil geram ini dihitung
sesuai dengan diameter pahat yang dipakai yaitu pahat endmill dan pahat facemill. Pada pahat
endmill terdapat dua perhitungan yaitu dengan lebar pemotongan 2 mm dan lebar pemotongan
71 mm. Pada pahat facemill terdapat dua perhitungan yaitu dengan lebar pemotongan 2 mm
dan lebar pemotongan 71 mm. Kecepatan penghasil geram ini dihitung dengan kecepatan
makan kali kedalaman potong kali lebar pemotongan dibagi 1000. Kecepatan penghasil geram
ini memiliki satuan cm3/min.
Pada proses pembuatan dudukan ini dilakukan perhitungan cost berupa ongkos material,
ongkos produksi frais, ongkos produksi bor, dan ongkos satuan produk. Pada ongkos material
ini ditentukan dengan menjumlahkan harga material dan ongkos tidak langsung material. Pada
ongkos produksi frais ada beberapa nilai yang perlu dicari yaitu, mencari fix cost, mencari gaji
karyawan pertahun, mencari ongkos operator dan daya serta perawatan, mencari ongkos tak
langsung, mencari ongkos operasi mesin, mengkonversikan ongkos operasi mesin ke menit,
mencari waktu pemesinan, mencari lt dengan panjang pemakanan 2 mm dan 71 mm, mencari
waktu pemotongan, dengan panjang pemakanan 2 mm dan 71 mm, mencari waktu pemesinan,
mencari ongkos pemesinan, dan mencari ongkos pahat. Dengan demikian ongkos produksi ini
ditentukan dengan menjumlahkan ongkos penyiapan dan peralatan tambah ongkos pemesinan
tambah ongkos pahat. Pada ongkos produksi bor ada beberapa nilai yang perlu dicari yaitu,

Praktikum Proses Manufaktur III-229


Bab III Analisis R-4
mencari fix cost, mencari gaji karyawan pertahun, mencari ongkos operator dan daya serta
perawatan, mencari ongkos tak langsung, mencari ongkos operasi mesin, mengkonversikan
ongkos operasi mesin ke menit, mencari waktu pemesinan, mencari ln dengan diameter mata
bor 4 mm, 6,5 mm, dan 9 mm, mencari waktu pemotongan, dengan diameter mata bor 4 mm,
6,5 mm, dan 9 mm, mencari waktu pemesinan, mencari ongkos pemesinan, dan mencari
ongkos pahat. Dengan demikian ongkos produksi ini ditentukan dengan menjumlahkan
ongkos penyiapan dan peralatan tambah ongkos pemesinan tambah ongkos pahat. Pada
ongkos satuan produk ini harus mencari nilai dari ongkos perancangan produk terlebih
dahulu. Ongkos perancangan produk ditentukan dengan pembagian upah designer dengan
jumlah komponen. Lalu dapat dicari ongkos satuan produk dengan menjumlahkan ongkos
material, ongkos perancangan produk, dan jumlah dari ongkos produksi frais dan bor.
Perhitungan ongkos satuan produk dilakukan untuk mengetahui atau menganalisis apakah
harga yang akan diperjualkan ini rasional atau tidak.
Dalam proses pembuatan dudukan ini menggunakan material Aluminium Dural, ongkos
material yang diperlukan adalah Rp.99.000/produk. Ongkos produksi frais dalam pembuatan
dudukan adalah sebesar Rp.4.257,56/produk. Ongkos produksi bor dalam pembuatan dudukan
adalah sebesar Rp.4.257,56/produk. Ongkos satuan produk yang didapatkan dalam pembuatan
dudukan adalah Rp.124.812,205/produk.
APD sangat penting pada saat proses pemesinan untuk mencegah terjadi kecelakaan
yang bisa saja terjadi akibat kegiatan yang dilakukan selama proses pemesinan. Oleh karena
itu praktikan atau pekerja harus menggunakan APD yang sesuai dengan kegiatan pemesinan
nya.
Menjaga keamanan dan keselamatan di lingkungan kerja tidak hanya tanggung jawab
laboratorium saja, namun juga perlu kontribusi dari para praktikan untuk mewujudkannya.
Oleh karena itu, praktikan harus memahami cara penggunaannya serta memelihara dan
menjaga kebersihan alat pelindung diri.

3.2. Pin Dudukan


Pada proses pembuatan pin dudukan ini dilakukan beberapa proses pemesinan yaitu,
mesin bubut, mesin frais, dan kerja bangku. Pada proses pemesinan ini digunakan gambar
kerja sebagai acuan atau pedoman dalam proses pembuatan stem, pin dudukan, dan dudukan.
Gambar kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti dalam proses
pemesinan ini. Oleh karena itu gambar kerja harus mempunyai tiga jenis informasi pokok,
yaitu bahan yang akan dipakai, bentuk atau sifat-sifat geometrik, dan ukuran-ukuran dari
bagian. Gambar kerja dijadikan acuan atau pedoman dibandingkan dengan gambar teknik dan

Praktikum Proses Manufaktur III-230


Bab III Analisis R-4
gambar sketsa. Hal ini dikarenakan pada gambar kerja ukuran-ukuran yang tercantum sudah
mutlak nilainya, tidak akan ada lagi revisi atau perubahan. Sedangkan pada gambar teknik dan
gambar sketsa, ukuran yang tercantum masih bisa dirubah ukurannya. Hal ini juga berlaku
pada gambar teknik pada gambar 3 dimensi, tidak bisa dirubah lagi ukuran yang sudah dibuat.
Pada stasiun kerja bangku digunakan beberapa alat dan bahan seperti penggaris, penitik
dan penggores, dan palu resin. Penggaris digunakan untuk mengukur benda kerja (aluminium
dural 6061). Penitik dan penggores digunakan untuk menitik dan menggores benda kerja agar
membantu dalam proses penandaan benda kerja. Palu resin digunakan sebagai pemukul pada
penitik dan penggores agar memudahkan dalam penandaan benda kerja.
Pada stasiun kerja mesin frais digunakan beberapa alat dan bahan seperti kuas, coolant,
kunci engkol, bantalan, correction pen, ragum, dan stopwatch. Kuas digunakan untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang timbul akibat proses pemakanan. Coolant digunakan
untuk menjaga mata pahat agar tidak terlalu panas sehingga mata pahat terhindar dari keausan
dan tidak hangus. Kunci engkol digunakan untuk mengencangkan dan melonggarkan benda
kerja pada ragum. Bantalan digunakan untuk bantalan benda kerja agar benda kerja dapat
menjangkau mata pahat. Correction pen digunakan untuk menandai mata pahat. Ragum
digunakan untuk menahan benda kerja selama proses pemakanan terjadi. Stopwatch
digunakan untuk mengukur waktu pada proses pemakanan.
Pada stasiun kerja mesin bubut digunakan beberapa alat dan bahan seperti coolant, kuas,
bantalan, kunci mata pahat, kunci chuck, mata pahat, dan stopwatch. Coolant digunakan untuk
menjaga mata pahat agar tidak terlalu panas sehingga mata pahat terhindar dari keausan dan
tidak hangus. Kuas digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang timbul akibat
proses pemakanan. Bantalan digunakan untuk bantalan benda kerja agar benda kerja dapat
menjangkau mata pahat. Kunci mata pahat digunakan untuk membuka dan mengunci rumah
mata pahat. Kunci Chuck digunakan sebagai pengunci dari chuck dan rumah pahat. Mata
pahat digunakan untuk pemotong pada benda kerja. Stopwatch digunakan untuk mengukur
waktu pada proses pemakanan.
Pada proses pemesinan tidak luput dari namanya kecacatan. Kecacatan ini dapat
disebabkan oleh berbagai macam hal, bisa dari faktor human error, mesin yang rusak, dan
faktor lainnya. Pada proses pemesinan pembuatan dudukan terdapat beberapa kecacatan yaitu
permukaan tidak rata dan tidak halus atau kasar. Permukaan tidak rata disebabkan ketika
dilakukan proses pemesinan, mata pahat tidak pas posisinya sehingga menyebabkan
permukaan tidak rata. Permukaan tidak rata juga dapat disebabkan human error saat set up
mesin sehingga saat bubut muka terdapat bagian yang tidak rata, pada mesin frais bisa terjadi
ketika proses pemakanan pada mesin endmill terjadi human error sehingga menyebabkan

Praktikum Proses Manufaktur III-231


Bab III Analisis R-4
bagian yang dilakukan pemakanan tidak rata. Tidak halus atau kasar ini dapat disebabkan oleh
human error saat memutar rumah pahat terlalu cepat, hal ini uga dapat terjadi jika mata pahat
tidak tajam.
Coolant biasanya digunakan untuk proses pengerjaan benda kerja yang melalui proses
pemesinan skala kecil. Sedangkan oli digunakan untuk proses pengerjaan benda kerja yang
mengalami hard process dan biasanya proses pemesinan ini berlangsung secara kontinu dan
dapat menyebabkan dampak besar pada benda kerja. Hal inilah yang menyebabkan mengapa
pada mesin bor digunakan oli dibandingkan dengan coolant.
Pada mesin bubut digunakan kecepatan putaran spindle sebesar 775 rpm. Ukuran
kecepatan 775 rpm ini dipakai oleh standar normal pemula dengan kata lain operator yang
mengoperasikan mesin masih pemula. Jika dilakukan proses pembubutan menggunakan
kecepatan yang lebih besar dari 775 rpm, maka akan menyebabkan peluang kecelakaan kerja
tinggi. Sedangkan jika proses pembubutan menggunakan kecepatan yang lebih rendah dari
775 rpm maka akan rentan terjadinya keausan pada mata pahat dan memperpendek umur
pahat pada mesin bubut ini.
Pada mesin frais digunakan kecepatan putaran spindle sebesar 755 rpm. Ukuran
kecepatan 755 rpm ini dipakai oleh standar normal pemula dengan kata lain operator yang
mengoperasikan mesin masih pemula. Jika dilakukan proses mengefrais menggunakan
kecepatan yang lebih besar dari 755 rpm, maka akan menyebabkan peluang kecelakaan kerja
tinggi. Sedangkan jika proses pengefraisan menggunakan kecepatan yang lebih rendah dari
755 rpm maka akan rentan terjadinya keausan pada mata pahat dan memperpendek umur
pahat pada mesin bubut ini.
Digunakannya prototype adalah untuk mendapatkan gambaran produk secara lebih
jelas. Selain itu dengan adanya produk prototype memungkinkan pengembang menciptakan
produk yang lebih baik di masa mendatang. Prototype dari masa ini dapat dijadikan acuan
dalam analisis baru terhadap kebutuhan pasar atas produk baru di masa mendatang
Coolant pada saat proses pemesinan diantaranya digunakan untuk menurunkan
temperatur pahat saat pemotongan, memperpanjang umur pahat, melumasi benda kerja,
memperhalus atau memperbaiki kualitas permukaan benda kerja, membersihkan geram pada
saat proses pemesinan dan proteksi korosi pada permukaan benda kerja yang baru terbentuk.
Jika saat proses pemesinan tidak digunakan coolant benda kerja akan mengalami keausan.
Pada saat proses pemesinan juga dilakukan kembali pengukuran pada benda kerja untuk
memastikan ukuran benda kerja yang telah dilakukan pemakanan mendapatkan ukuran yang
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

Praktikum Proses Manufaktur III-232


Bab III Analisis R-4
Pada proses pembubutan benda kerja terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,
pahat diletakan sejajar dengan benda kerja. Hal ini dikarenakan agar pemakanan yang
dilakukan mesin bubut dapat dilakukan secara maksimal.
Pada komponen pin dudukan dilakukan perhitungan pemesinan pada mesin bubut dan
mesin frais. Pada mesin bubut terdapat beberapa keterangan yang diketahui yaitu, kecepatan
rpm 755 rpm/min, besar pemakanan (f) 0,05 mm/putaran, diameter benda kerja awal 25 mm,
diameter benda kerja akhir 11 mm, dan gerak pemakanan 0,05 mm/putaran. Pada mesin bubut
ini dihitung 3 kecepatan yaitu, kecepatan makan, kecepatan potong, dan kecepatan penghasil
geram. Kecepatan potong ini terdapat dua langkah dalam penyelesaiannya. Pertama mencari
diameter benda kerja yaitu diameter awal tambah diameter akhir dibagi 2. Lalu baru dicari
kecepatan potong dengan phi kali diameter benda kerja kali kecepatan rpm dibagi 1000.
Kecepatan potong ini memiliki satuan m/min. Kecepatan makan ini dihitung dengan besar
pemakanan (f) kali kecepatan rpm. Kecepatan makan ini memiliki satuan mm/min. kecepatan
penghasil geram dihitung dengan 3 langkah penyelesaian. Pertama dihitung kedalaman
potong yaitu diameter awal kurang diameter akhir dibagi 2. Setelah itu dicari penampang
geram sebelum dipotong dengan besar pemakanan (f) kali kecepatan rpm. Lalu kecepatan
penghasil geram dapat dihitung dengan penampang geram sebelum dipotong kali kecepatan
potong. Kecepatan penghasil geram ini memiliki satuan cm 3/min. Pada mesin frais terdapat
beberapa keterangan yang diketahui yaitu, kecepatan rpm 755 rpm/min, besar pemakanan (f)
0,05 mm/putaran, diameter pahat (endmill) 16 mm, diameter pahat (facemill) 80 mm,
kedalaman potong (a) 1 mm, dan terdapat lebar pemotongan yaitu 2,5 mm. Pada mesin frais
ini dihitung 3 kecepatan yaitu, kecepatan makan, kecepatan potong, dan kecepatan penghasil
geram. Kecepatan potong ini dihitung sesuai dengan diameter pahat yang dipakai yaitu pahat
endmill dan pahat facemill. Kecepatan pahat pada pahat endmill dihitung dengan phi kali
diameter pahat endmill kali dengan kecepatan rpm dibagi 1000. Sedangkan pada kecepatan
pahat pada pahat facemill dihitung dengan phi kali diameter pahat facemill kali dengan
kecepatan rpm dibagi 1000. Kecepatan potong ini memiliki satuan m/min. Kecepatan makan
ini memiliki hasil yang sama untuk pahat endmill dan pahat facemill. Kecepatan makan ini
dihitung dengan besar pemakanan (f) kali kecepatan rpm. Kecepatan makan ini memiliki
satuan mm/min. Kecepatan penghasil geram ini dihitung sesuai dengan diameter pahat yang
dipakai yaitu pahat endmill dan pahat facemill. Kecepatan penghasil geram ini dihitung
dengan kecepatan makan kali kedalaman potong kali lebar pemotongan dibagi 1000.
Kecepatan penghasil geram ini memiliki satuan cm3/min.
Pada proses pembuatan dudukan ini dilakukan perhitungan cost berupa ongkos material,
ongkos produksi frais, ongkos produksi bor, dan ongkos satuan produk. Pada ongkos material

Praktikum Proses Manufaktur III-233


Bab III Analisis R-4
ini ditentukan dengan menjumlahkan harga material dan ongkos tidak langsung material. Pada
ongkos produksi frais ada beberapa nilai yang perlu dicari yaitu, mencari fix cost, mencari gaji
karyawan pertahun, mencari ongkos operator dan daya serta perawatan, mencari ongkos tak
langsung, mencari ongkos operasi mesin, mengkonversikan ongkos operasi mesin ke menit,
mencari waktu pemesinan, mencari lt, mencari waktu pemotongan, mencari waktu pemesinan,
mencari ongkos pemesinan, dan mencari ongkos pahat. Dengan demikian ongkos produksi ini
ditentukan dengan menjumlahkan ongkos penyiapan dan peralatan tambah ongkos pemesinan
tambah ongkos pahat. Pada ongkos produksi bubut ada beberapa nilai yang perlu dicari yaitu,
mencari fix cost, mencari gaji karyawan pertahun, mencari ongkos operator dan daya serta
perawatan, mencari ongkos tak langsung, mencari ongkos operasi mesin, mengkonversikan
ongkos operasi mesin ke menit, mencari waktu pemesinan, mencari l t, mencari waktu
pemotongan mencari waktu pemesinan, mencari ongkos pemesinan, dan mencari ongkos
pahat. Dengan demikian ongkos produksi ini ditentukan dengan menjumlahkan ongkos
penyiapan dan peralatan tambah ongkos pemesinan tambah ongkos pahat. Pada ongkos satuan
produk ini harus mencari nilai dari ongkos perancangan produk terlebih dahulu. Ongkos
perancangan produk ditentukan dengan pembagian upah designer dengan jumlah komponen.
Lalu dapat dicari ongkos satuan produk dengan menjumlahkan ongkos material, ongkos
perancangan produk, dan jumlah dari ongkos produksi frais dan bor. Perhitungan ongkos
satuan produk dilakukan untuk mengetahui atau menganalisis apakah harga yang akan
diperjualkan ini rasional atau tidak.
Dalam proses pembuatan dudukan ini menggunakan material Aluminium Dural, ongkos
material yang diperlukan adalah Rp.60.500/produk. Ongkos produksi frais dalam pembuatan
dudukan adalah sebesar Rp.757,299/produk. Ongkos produksi bubut dalam pembuatan
dudukan adalah sebesar Rp.708,193/produk. Ongkos satuan produk yang didapatkan dalam
pembuatan dudukan adalah Rp.82.798,818/produk.
Pada saat proses pembubutan pembuatan ulir terjadi human error saat pembuatan ulir,
dimana mata pahat tepat diarahkan keluar sehingga mata pahat menyentuh bagian badan
tengah pin sehingga terdapat goresan. Namun bekas goresan itu dapat dihilangkan pada saat
proses frais dengan pemakanan 2,5 mm.
Pada proses pembubutan pin dudukan terdapat human error, dimana diameter 25 mm
hanya dimana 5 kali dengan pemakanan 1 mm menjadi 20 mm, yang harusnya dimakan 6 kali
dengan pemakanan 1 mm agar menjadi 19 mm. Namun sampai proses pin dudukan selesai
ukuran ulir nya sesuai dengan ukuran seharusnya yaitu 10 mm/9,7 mm. Hal itu mungkin saja
terjadi karena pada saat proses pembubutan atau pemakanan terdapat kekurangan ketelitian

Praktikum Proses Manufaktur III-234


Bab III Analisis R-4
dalam proses pemakaman atau karena mata pahat yang terlalu tajam atau bisa saja karena
kurang teliti pada saat set up mesin.
APD sangat penting pada saat proses pemesinan untuk mencegah terjadi kecelakaan
yang bisa saja terjadi akibat kegiatan yang dilakukan selama proses pemesinan. Oleh karena
itu praktikan atau pekerja harus menggunakan APD yang sesuai dengan kegiatan pemesinan
nya.
Menjaga keamanan dan keselamatan di lingkungan kerja tidak hanya tanggung jawab
laboratorium saja, namun juga perlu kontribusi dari para praktikan untuk mewujudkannya.
Oleh karena itu, praktikan harus memahami cara penggunaannya serta memelihara dan
menjaga kebersihan alat pelindung diri.

3.3. Stem
Pada proses pembuatan pin dudukan ini dilakukan beberapa proses pemesinan yaitu,
mesin bor, mesin frais, dan kerja bangku. Pada proses pemesinan ini digunakan gambar kerja
sebagai acuan atau pedoman dalam proses pembuatan stem, pin dudukan, dan dudukan.
Gambar kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti dalam proses
pemesinan ini. Oleh karena itu gambar kerja harus mempunyai tiga jenis informasi pokok,
yaitu bahan yang akan dipakai, bentuk atau sifat-sifat geometrik, dan ukuran-ukuran dari
bagian. Gambar kerja dijadikan acuan atau pedoman dibandingkan dengan gambar teknik dan
gambar sketsa. Hal ini dikarenakan pada gambar kerja ukuran-ukuran yang tercantum sudah
mutlak nilainya, tidak akan ada lagi revisi atau perubahan. Sedangkan pada gambar teknik dan
gambar sketsa, ukuran yang tercantum masih bisa dirubah ukurannya. Hal ini juga berlaku
pada gambar teknik pada gambar 3 dimensi, tidak bisa dirubah lagi ukuran yang sudah dibuat.
Pada stasiun kerja bangku digunakan beberapa alat dan bahan seperti penggaris, penitik
dan penggores, dan palu resin. Penggaris digunakan untuk mengukur benda kerja (aluminium
dural 6061). Penitik dan penggores digunakan untuk menitik dan menggores benda kerja agar
membantu dalam proses penandaan benda kerja. Palu resin digunakan sebagai pemukul pada
penitik dan penggores agar memudahkan dalam penandaan benda kerja.
Pada stasiun kerja mesin frais digunakan beberapa alat dan bahan seperti kuas, coolant,
kunci engkol, bantalan, correction pen, ragum, dan stopwatch. Kuas digunakan untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang timbul akibat proses pemakanan. Coolant digunakan
untuk menjaga mata pahat agar tidak terlalu panas sehingga mata pahat terhindar dari keausan
dan tidak hangus. Kunci engkol digunakan untuk mengencangkan dan melonggarkan benda
kerja pada ragum. Bantalan digunakan untuk bantalan benda kerja agar benda kerja dapat
menjangkau mata pahat. Correction pen digunakan untuk menandai mata pahat. Ragum

Praktikum Proses Manufaktur III-235


Bab III Analisis R-4
digunakan untuk menahan benda kerja selama proses pemakanan terjadi. Stopwatch
digunakan untuk mengukur waktu pada proses pemakanan.
Pada stasiun kerja mesin bor digunakan beberapa alat dan bahan seperti oli, kuas, mata
bor, kunci mata bor, dan stopwatch. Oli digunakan untuk mencegah komponen mengalami
keausan. Kuas digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang timbul akibat proses
pemakanan. Mata bor digunakan sebagai pemotong pada benda kerja. Kunci mata bor
digunakan untuk membuka dan mengunci rumah mata bor. Stopwatch digunakan untuk
mengukur waktu pada proses pemakanan.
Pada proses pemesinan tidak luput dari namanya kecacatan. Kecacatan ini dapat
disebabkan oleh berbagai macam hal, bisa dari faktor human error, mesin yang rusak, dan
faktor lainnya. Pada proses pemesinan pembuatan stem terdapat beberapa kecacatan yaitu
diantaranya goresan, permukaan tidak rata, kemiringan tidak sama, sisa geram, dan lubang
tidak berada di center. Goresan ini dapat terjadi karena kurang kencangnya dalam penguncian
material ketika proses set up dilakukan sehingga material terlepas dari ragumnya dan
menyebabkan kecacatan terjadi. Permukaan tidak rata disebabkan ketika dilakukan proses
pemesinan, mata pahat tidak pas posisinya sehingga menyebabkan permukaan tidak rata.
Permukaan tidak rata juga dapat disebabkan human error saat set up mesin sehingga saat
bubut muka terdapat bagian yang tidak rata, pada mesin frais bisa terjadi ketika proses
pemakanan pada mesin endmill terjadi human error sehingga menyebabkan bagian yang
dilakukan pemakanan tidak rata. Kemiringan tidak sama dapat disebabkan ketika dilakukan
proses pengkuran dan penandaan pada benda kerja tidak sesuai dengan ukuran yang sudah
ditetapkan atau human error. Sisa geram ini disebabkan oleh proses boring yang tidak
sempurna yang diakibatkan oleh manusia atau dapat disebabkan oleh mesin yang digunakan
seperti mata pahat yang kurang tajam. Lubang tidak berada di center dapat disebabkan ketika
proses pengkuran dan penandaan pada benda kerja tidak sesuai dengan ukuran yang
ditetapkan dan ketika proses pemesinan dilakukan terdapat ketidakakuratan ketika melakukan
set up mesin sehingga menyebabkan lubang tidak berada di center.
Coolant biasanya digunakan untuk proses pengerjaan benda kerja yang melalui proses
pemesinan skala kecil. Sedangkan oli digunakan untuk proses pengerjaan benda kerja yang
mengalami hard process dan biasanya proses pemesinan ini berlangsung secara kontinu dan
dapat menyebabkan dampak besar pada benda kerja. Hal inilah yang menyebabkan mengapa
pada mesin bor digunakan oli dibandingkan dengan coolant.
Pada mesin frais digunakan kecepatan putaran spindle sebesar 755 rpm. Ukuran
kecepatan 755 rpm ini dipakai oleh standar normal pemula dengan kata lain operator yang
mengoperasikan mesin masih pemula. Jika dilakukan proses mengefrais menggunakan

Praktikum Proses Manufaktur III-236


Bab III Analisis R-4
kecepatan yang lebih besar dari 755 rpm, maka akan menyebabkan peluang kecelakaan kerja
tinggi. Sedangkan jika proses pengefraisan menggunakan kecepatan yang lebih rendah dari
755 rpm maka akan rentan terjadinya keausan pada mata pahat dan memperpendek umur
pahat pada mesin bubut ini.
Pada mesin bor digunakan kecepatan putaran spindle sebesar 1200 rpm. Ukuran
kecepatan 1200 rpm ini dipakai oleh standar normal pemula dengan kata lain operator yang
mengoperasikan mesin masih pemula. Jika dilakukan proses menggurdi menggunakan
kecepatan yang lebih besar dari 1200 rpm, maka akan menyebabkan peluang kecelakaan kerja
tinggi. Sedangkan jika proses penggurdian menggunakan kecepatan yang lebih rendah dari
1200 rpm maka akan rentan terjadinya keausan pada mata pahat dan memperpendek umur
pahat pada mesin bubut ini.
Digunakannya prototype adalah untuk mendapatkan gambaran produk secara lebih
jelas. Selain itu dengan adanya produk prototype memungkinkan pengembang menciptakan
produk yang lebih baik di masa mendatang. Prototype dari masa ini dapat dijadikan acuan
dalam analisis baru terhadap kebutuhan pasar atas produk baru di masa mendatang
Coolant pada saat proses pemesinan diantaranya digunakan untuk menurunkan
temperatur pahat saat pemotongan, memperpanjang umur pahat, melumasi benda kerja,
memperhalus atau memperbaiki kualitas permukaan benda kerja, membersihkan geram pada
saat proses pemesinan dan proteksi korosi pada permukaan benda kerja yang baru terbentuk.
Jika saat proses pemesinan tidak digunakan coolant benda kerja akan mengalami keausan.
Pada komponen stem dilakukan perhitungan pemesinan pada mesin frais dan mesin bor.
Pada mesin frais terdapat beberapa keterangan yang diketahui yaitu, kecepatan rpm 755
rpm/min, besar pemakanan (f) 0,05 mm/putaran, diameter pahat (endmill) 16 mm, diameter
pahat (facemill) 80 mm, kedalaman potong (a) 1 mm, dan terdapat 3 lebar pemotongan yaitu 3
mm, 10 mm, dan 52 mm. Pada mesin frais ini dihitung 3 kecepatan yaitu, kecepatan makan,
kecepatan potong, dan kecepatan penghasil geram. Kecepatan potong ini dihitung sesuai
dengan diameter pahat yang dipakai yaitu pahat endmill dan pahat facemill. Kecepatan pahat
pada pahat endmill dihitung dengan phi kali diameter pahat endmill kali dengan kecepatan
rpm dibagi 1000. Sedangkan pada kecepatan pahat pada pahat facemill dihitung dengan phi
kali diameter pahat facemill kali dengan kecepatan rpm dibagi 1000. Kecepatan potong ini
memiliki satuan m/min. Kecepatan makan ini memiliki hasil yang sama untuk pahat endmill
dan pahat facemill. Kecepatan makan ini dihitung dengan besar pemakanan (f) kali kecepatan
rpm. Kecepatan makan ini memiliki satuan mm/min. Kecepatan penghasil geram ini dihitung
sesuai dengan diameter pahat yang dipakai yaitu pahat endmill dan pahat facemill. Pada pahat
endmill terdapat tiga perhitungan yaitu dengan lebar pemotongan 3 mm, lebar pemotongan 10

Praktikum Proses Manufaktur III-237


Bab III Analisis R-4
mm, dan lebar pemotongan 52 mm. Pada pahat facemill terdapat tiga perhitungan yaitu
dengan lebar pemotongan 3 mm, lebar pemotongan 10 mm, dan lebar pemotongan 52 mm.
Kecepatan penghasil geram ini dihitung dengan kecepatan makan kali kedalaman potong kali
lebar pemotongan dibagi 1000. Kecepatan penghasil geram ini memiliki satuan cm3/min. Pada
mesin bor terdapat beberapa keterangan yang diketahui yaitu, kecepatan rpm 755 rpm/min,
terdapat 7 diameter mata bor yaitu 4 mm, 7 mm, 11 mm, 13 mm, 16,25 mm, 18 mm, dan 22
mm, dan jumlah mata gigi 2 buah. Pada mesin bor ini dihitung 3 kecepatan yaitu, kecepatan
makan, kecepatan potong, dan kecepatan penghasil geram. Kecepatan potong ini dihitung
sesuai dengan diameter pahat yang dipakai yaitu 4 mm, 7 mm, 11 mm, 13 mm, 16,25 mm, 18
mm, dan 22 mm. Kecepatan potong dihitung dengan phi kali diameter pahat kali kecepatan
rpm dibagi 1000. Kecepatan potong ini memiliki satuan m/min. Kecepatan makan ini dihitung
dengan besar pemakanan (f) kali kecepatan rpm kali jumlah mata gigi. Kecepatan makan ini
memiliki satuan mm/min. Kecepatan penghasil geram ini dihitung sesuai dengan diameter
pahat yang dipakai yaitu 4 mm, 7 mm, 11 mm, 13 mm, 16,25 mm, 18 mm, dan 22 mm.
Kecepatan penghasil geram ini dihitung dengan phi kali diameter pahat kuadrat kali kecepatan
makan dibagi 4 diabgi 1000. Kecepatan penghasil geram ini memiliki satuan cm3/min.
Pada proses pembuatan stem ini dilakukan perhitungan cost berupa ongkos material,
ongkos produksi frais, ongkos produksi bor, dan ongkos satuan produk. Pada ongkos material
ini ditentukan dengan menjumlahkan harga material dan ongkos tidak langsung material. Pada
ongkos produksi frais ada beberapa nilai yang perlu dicari yaitu, mencari fix cost, mencari gaji
karyawan pertahun, mencari ongkos operator dan daya serta perawatan, mencari ongkos tak
langsung, mencari ongkos operasi mesin, mengkonversikan ongkos operasi mesin ke menit,
mencari waktu pemesinan, mencari lv, mencari lt, mencari waktu pemotongan, mencari waktu
pemesinan, mencari ongkos pemesinan, dan mencari ongkos pahat. Dengan demikian ongkos
produksi ini ditentukan dengan menjumlahkan ongkos penyiapan dan peralatan tambah
ongkos pemesinan tambah ongkos pahat. Pada ongkos produksi bor ada beberapa nilai yang
perlu dicari yaitu, mencari fix cost, mencari gaji karyawan pertahun, mencari ongkos operator
dan daya serta perawatan, mencari ongkos tak langsung, mencari ongkos operasi mesin,
mengkonversikan ongkos operasi mesin ke menit, mencari waktu pemesinan, mencari l n,
mencari lt, mencari waktu pemotongan mencari waktu pemesinan, mencari ongkos pemesinan,
dan mencari ongkos pahat. Dengan demikian ongkos produksi ini ditentukan dengan
menjumlahkan ongkos penyiapan dan peralatan tambah ongkos pemesinan tambah ongkos
pahat. Pada ongkos satuan produk ini harus mencari nilai dari ongkos perancangan produk
terlebih dahulu. Ongkos perancangan produk ditentukan dengan pembagian upah designer
dengan jumlah komponen. Lalu dapat dicari ongkos satuan produk dengan menjumlahkan

Praktikum Proses Manufaktur III-238


Bab III Analisis R-4
ongkos material, ongkos perancangan produk, dan jumlah dari ongkos produksi frais dan bor.
Perhitungan ongkos satuan produk dilakukan untuk mengetahui atau menganalisis apakah
harga yang akan diperjualkan ini rasional atau tidak.
Dalam proses pembuatan dudukan ini menggunakan material Aluminium Dural, ongkos
material yang diperlukan adalah Rp.60.500/produk. Ongkos produksi frais dalam pembuatan
dudukan adalah sebesar Rp.757,299/produk. Ongkos produksi bubut dalam pembuatan
dudukan adalah sebesar Rp.708,193/produk. Ongkos satuan produk yang didapatkan dalam
pembuatan dudukan adalah Rp.82.798,818/produk.
APD sangat penting pada saat proses pemesinan untuk mencegah terjadi kecelakaan
yang bisa saja terjadi akibat kegiatan yang dilakukan selama proses pemesinan. Oleh karena
itu praktikan atau pekerja harus menggunakan APD yang sesuai dengan kegiatan pemesinan
nya.
Menjaga keamanan dan keselamatan di lingkungan kerja tidak hanya tanggung jawab
laboratorium saja, namun juga perlu kontribusi dari para praktikan untuk mewujudkannya.
Oleh karena itu, praktikan harus memahami cara penggunaannya serta memelihara dan
menjaga kebersihan alat pelindung diri.

Praktikum Proses Manufaktur III-239

Anda mungkin juga menyukai