Keuangan Publik Islam Periode Klasik
Keuangan Publik Islam Periode Klasik
Baitul Maal
Konsep Baitul Mal dikenalkan pada jaman Rasulullah SAW. Pada waktu itu
didirikan sebuah lembaga keuangan yang bertugas mengelola keuangan negara. Dengan
begini Rasulullah dianggap seorang kepala negara yang pertama kali mengenalkan
konsep ini pada bidang keuangan negara, caranya yaitu seluruh hasil penghimpunan
negara disatukan dahulu lalu digunakan secukupnya untuk keperluan negara. Hasil
penghimpunan merupakan kepunyaan negara, bukan kepunyaan individu.
Di zaman tersebut Bayt al-Mal belum memiliki lokasi khusus guna menyimpan
harta, sebab waktu itu harta yang didapat belum banyak. Walaupun ada, harta yang
didapat hampir selalu habis didistribusikan untuk kaum muslimin dan dibelanjakan guna
pemeliharaan kegiatan mereka. Harta ghanimah yang didapat setelah peperangan oleh
Rasulullah selalu segera dibagikan tanpa menunda-nunda. Karena hal tersebut harta
benda yang tersimpan belum banyak dan memerlukan sebuahh tempat atau arsip khusus
untuk mengelolanya (Adam, 2020).
Umar bin Khattab melakukan sendiri atas kontrol dan pengawasan mekanisme
pasar dengan cara perjalanan kaki mandiri. Pada periode tersebut mata uang juga
sudah terbentuk. Dalam aktivitas perdagangan ditetapkan oleh Umar bahwa pedagang
dari Persia dan Romawi mendapatkan jatah sendiri sebab negara-negara ini
memperlakukan pedagang berasal dari Madinah dengan baik saat berada dinegaranya.
Kebijakan ini dalam perdagangan internasional biasa disebut dengan
principlefreciprocity (Rahmah & Idris, 2019).
Peruntukan lain dari dana Baitul Mal digunakan untuk pembayaran dana
pensiun dan menjadi pengeluaran negara terpenting. Pengeluaran terpenting lain yang
selanjutnya ydigunakan untuk anggaran pertahanan Negara dan pembangunan
(Oktaviana & Harahap, 2020).
Hal lain yang dilakukan Khalifah Utsman bin Affan yaitu membentuk armada
laut dibawah naungan Muawiyah, hingga sukses membangun supermasi kelautan
pada kawasan Mediterania. Kebijakan Utsman dengan tidak memungut gaji dari
kantornya lalu gaji tersebut dialihkan kedalam kebendaharaan negara. Utsman bin
Affan masih mempertahankan pemberian bantuan dan santunan uang dengan
kuantitas berbeda-beda kepada umat pada tingkatan yang lebih tinggi. Dalam hal
pengelolaan zakat, Khalifah memberikan kewenangan penaksiran harta yang masuk
kategori zakat kepada pemiliknya sendiri-sendiri. Kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan supaya zakat terhindar dari usikan dan pengawasan kekayaan yang yang rancu
dari beberapa oknum.
Pengahpusan aturan dari periode Abu Bakar dan Umar tentang zakat yang
dijadikan pajak oleh Utsman binAffan memiliki alasan bahwasannya zakat
merupakan aktifitas individu. Perihal kontrol harga pasar yang dilakuakn Utsman
bahwasanya harga pasar yang berlaku atas dasar keputusan diskusi kaum muslimin
yang dilakukan setelah shalat berjamaan (Rahmah & Idris, 2019).
Pengelolaan keuangan publik pada periode Umar bin Abdul Aziz dilakukan di
Baitul Maal. Sumber pendapatan Baitul Mal pada periode ini berasal dari zakat, kharaj,
jizyah, ghanimah dan fai, usyur, dan dharibah (pajak). Periode Umar bin Abdul Aziz
pengeluaran Baitul Mal ada jenis yaitu untuk keperluan umum dan keperluan Negara.
Pengaruh dari Kebijakan Keuangan Publik Umar bin Abdul Aziz yaitu rakyat
yang sejahtera semakin meningkat terlihat dari orang kaya yang susah dalam memberikan
sedekahnya sebab yang sebelumnya menerima sedekah saat itu sudah menjadi masyarakat
yang berkecukupan. Meningkatnya daya beli masyarakat karena meningkatnya
pendapatan masyarakat dan berdampak dalam pendapatan negara. Berkurangnya orang
miskin, sebab adanya kebijakan bagi penduduk yang tidak bisa membayar hutang maka
akan dibantu pelunasannya oleh Negara. Berkurangnya pajak karena banyak penduduk
non muslim yang mualaf karena perintah dari Umar bin Abdul Aziz agar menyetop
pengambilan pajak yang berasal dari oenduduk beragam Nasrani.terwujudnya kenyaman
serta keamanan sosial karena kebijakan Umar bin Abdul Aziz tentang penghentian
pertempuran padda non Muslim di wilayah yang ditaklukan. Sebagai gantinya ekpansi
wilayah dengan cara dakwah dengan bijak dan halus (Khoirulina, 2020).
Darmawati, & Aisyah, L. (2021). Etika Keuangan Publik Islam. Palembang: Bening media
Publishing.
Fauzi, I., Prashinta, A. W., Wibowo, A., Berlianto, Raida, E., Herawaty, E., et al. (2019).
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Masa Rasulullah sampai Masa Kontemporer.
Yogyakarta: K-Media.
Gultom, R. Z., Siregar, M. R., & Masrizal. (2019). Keuangan Publik Islam: Zakat Sebagai
Instrumen Utama Keuangan Negara. Hukum Islam, 19(2), 100-116.
Hasibuan, S. W., Shiddieqy, H. A., Kamal, A. H., Sujono, R. I., Triyawan, A., Fajri, M. Z., et al.
(2021). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung: Media Sains Indonesia.
Karbila, I. H., Helim, A., & Rofii, R. (2020). Kebijakan Fiskal pada Masa Rasulullah dan
Sekarang. Al-Muqayyad, 3(2), 153-168.
Khoirulina, C. (2020). Pengelolaan Keuangan Publik Islam Pada Masa Khalifah Umar Bin
Abdul Aziz. Investama: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 4(1), 48-60.
Oktaviana, M., & Harahap, S. B. (2020). Kebijakan Fiskal Zaman Rasulullah Dan
Khulafarasyidin. Nazharat: Jurnal Kebudayaan, 26(01), 283-307.
Qoyum, A., Nurhalim, A., Fithriady, Pusparin, M. D., Ismail, N., Haikal, M., et al. (2021).
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Departemen Ekonomi dan Keuangan
Syariah - Bank Indonesia.
Rahmah, N., & Idris, M. (2019). Masa Keemasan Keuangan Islam (Perspektif Sejarah).
Jurnal Ekonomi Bisnis Syariah, 2(1), 1-21.
Saprida, Barkah, Q., & Umari, Z. F. (2021). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana.
Suharyono. (2019). Kebijakan Keuangan Publik Masa Rasulullah. JURNAL AGHINYA
STIESNU BENGKULU, 2(1), 120-133.