Pengelolaan Kelas Kel.9 Fiks
Pengelolaan Kelas Kel.9 Fiks
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
NIM 201210268
NIM 201210281
NIM 201210286
APRIL 2023
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian disiplin
Kata disiplin sendiri juga berasal dari bahasa Latin “disciplina” yang
menunjuk kepada belajar dan mengajar. Eko siswoyo dan Rachman
mengatakan bahwa disiplin hakikatnya adalah pernyataan sikap mental
individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan
yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban
dalam rangka mencapai tujuan.
Disiplin dalam Bahasa Indonesia sering kali terkait dan menyatu
dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena
didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya.
Sebaliknya istilah disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul
karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu sendiri.1
Disiplin dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Edisi ketiga tahun
2003 ada tiga makna:
1. Tata tertib (di sekolah dan kemiliteran)
2. Ketaatan kepada peraturan (tata tertib)
3. Bidang studi yang memiliki objek sistem dan metode tertentu.
Disiplin yang berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul
dalam hatinya serta dilakukan secara teratur tanpa adanya paksaan atau
tekanan dari pihak manapun akan membentuk disiplin yang kuat dan teguh.
Kedisiplinan tersebut juga dapat membantu siswa untuk mewujudkan tujuan
1
Imam Alimaun, pengaruh kedisiplinan terhadap hasil belajar siswa kelas V sekolah
dasar se-daerah binaan R.A Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo, (Semarang :
UNNES, 2015), hal.10.
2
yang telah ditetapkan sekaligus membantu siswa mencapai tujuan sesuai
dengan harapan secara maksimal.
Disiplin adalah masalah kebiasaan setiap tindakan yang dilakukan
berulang pada waktu dan tempat yang sama, kebiasaan positif yang harus
dipupuk dan terus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Sehingga akan
membentuk kepribadian disiplin yang sejati. Sehingga tidak hanya dibentuk
dalam kurun waktu satu atau dua tahun saja tetapi merupakan suatu bentuk
kebiasaan yang sudah dilakukan sejak dari kita kecil yang dipertahankan
sampai remaja sehingga bisa dipetik hasilnya. Disiplin bisa juga diartikan
sebagai kemampuan diri untuk taat, patuh dan berkomitmen sesuai dengan
apa yang dipandang baik dan benar dalam konstruksi sosial, budaya dan
hukum.2
Disiplin juga berkaitan dengan motivasi karena dengan adanya
disiplin akan mendorong kepribadian menjadi untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tertentu secara maksimal. Disamping itu juga diartikan sebagai
kontrol untuk penerapan disiplin yang berpegang pada aturan-aturan untuk
menilai perilaku setiap individu.
2
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), hal.111.
3
kebebasan atau mengadakan penekanan, melainkan memberikan kebebasan
dalam batas kemampuannya untuk ia kelola”.3
Pembinaan disiplin mungkin bisa dimulai dari siswa dan siswi disaat
mereka masih duduk ditingkat sekolah dasar. karena dengan adanya
pembinaan tersebut akan bisa membentuk kepribadian mereka menjadi
terbiasa disiplin sampai kejenjang seterusnya. Adapun pembinaa terhadap
siswa dan siswi sebagai berikut :
a) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak
menyimpang.
b) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungan.
c) Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik
terhadap lingkungannya.
d) Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan
individu lainnya.
e) Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
f) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
g) Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik,
positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
h) Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan
lingkungannya. 4
Dengan adanya pembinaan disiplin bisa menjadi opsi untuk
mengontrol dan mengatur tingkah laku seseorang agar sesuai dengan aturan
atau nilai yang berlaku, dengan harapan agar tugas dan tanggung jawab
3
Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak (Jakarta: Index, 2008),
hal.93.
4
Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta: Grasindo, 2004),
hal.35-36.
4
yang diberikan kepadanya dapat dilaksanakan dengan baik dan maksimal
sesuai dengan yang diharapkan.
5
Novan Ardy wiyani, Manajemen Kelas (Yogyakarta : AR-Ruzzmedia, 2013), hal.163-
164.
5
bisa diterapkan di lingkungan sekolah salah satunya dengan penertiban
terhadap aturan sekolah. Aturan atau tata tertib sekolah merupakan salah
satu alat untuk melatih anak didik mempraktekkan disiplin di sekolah. Tata
tertib dan disiplin sekolah harus diusahakan menunjang dinamika sekolah
dalam semua kegiatannya, karena secara eksplisit mencakup sanksi-sanksi
yang akan diterima jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan sekolah.
Ada tiga macam teknik yang sudah dikenal dalam pembinaan
disiplin yaitu teknik otoriter, permisif, dan demokratis. Teknik ini
dibedakan berdasarkan bagaimana aturan diterapkan pada peserta didik.
Berikut beberapa teknik:
Teknik otoriter
Dalam teknik ini disiplin ditegakkan secara kaku. Penerapan hukuman
pada peserta didik bertujuan untuk memperkuat kepatuhan peserta didik
akan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Bila peserta didik melakukan
pelanggaran terhadap aturan tesebut, maka peserta didik akan dihukum.
Dalam penerapan teknik ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali
penguatan positif seperti senyuman, pujian, bila peserta didik bertingkah
laku sesuai dengan aturan.
Dalam penerapan teknik ini guru harus mempunyai kewibawaan dan
otoritas terhadap peserta didik, yang menunjukkan bahwa ia mempunyai
kelebihan dan kekuasaan terhadap peserta didik yang dihadapinya. Teknik
ini jika diterapkan pada peserta didik dalam kelas terkadang dapat
menimbulkan kekacauan, kecuali kalau guru mempunyai kemampuan yang
cukup dalam mengelola menguasai kelas. Untuk itu guru harus bersikap
tegas dan punya banyak pengalaman dan pengetahuan tentang apa-apa yang
harus dilakukan peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangannya.
6
Teknik permisif
Teknik permisif ini merupakan lawan dari teknik otoriter. Pada teknik
ini guru memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam
mengembangkan perilakunya. Dalam hal ini campur tangan guru yang
berlebihan dianggap suatu hambatan bagi peserta didik dalam menentukan
segala tindakannya dalam berperilaku.
Teknik ini tidak mengarahkan peserta didik untuk berperilaku yang
sesuai dengan aturan dan kebiasaan yang ada dalam kelompoknya. Peserta
didik diperbolehkan untuk melakukan apa saja. Pola pengasuhan yang serba
membolehkan ini dapat menimbulkan kesulitan bagi peserta didik untuk
memutuskan sesuatu karena tidak ada patokan sama sekali dalam
berperilaku. Pemahaman peserta didik yang masih rendah dan minimnya
pengalaman dan pengetahuan mereka membuat mereka bingung untuk
berperilaku yang pantas. Hal ini mengakibatkan tumbuhnya rasa cemas, dan
takut yang berlebihan. peserta didik akan menjadi agresif, karena sedikit
sekali pengawasan yang diberikan guru pada peserta didik, sehingga peserta
didik merasa tidak takut dan melakukan tindakan berdasarkan kemauan
sendiri.
Teknik demokratis
Penerapan teknik disiplin demokratis menekankan pada pemberian
kesempatan pada peserta didik untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.
Dasar pemikiran dari teknik ini adalah mengembangkan kendali tingkah
laku sehingga peserta didik mampu melakukan hal yang benar tanpa harus
diawasi dengan ketat. Dalam penerapan teknik ini peserta didik berhak
untuk mengeluarkan pendapat, usul, dan inisitif, namun dalam penentuan
keputusan peserta didik akan dibantu oleh guru. Untuk itu guru sering
memberikan menggunakan penjelasan, diskusi dan mengemukakan alasan-
alasan dalam mengajarkan peserta didik berperilaku.
7
Teknik disiplin demokratis dapat mengembangan kendali diri pada
peserta didik, sehingga membuat peserta didik merasa puas. Peserta didik
biasanya menjadi seorang yang dapat diajak bekerja sama, mandiri, percaya
diri, kreatif, dan ramah. Dalam penerapan teknik disiplin ini guru bisa saja
berpindah dari satu teknik ke teknik yang lain. Di sinilah letak kearifan guru
dalam menanamkan disiplin.
6
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1973), hal. 143-144.
8
berupa pujian atau hadiah yang bersifat mendidik agar para peserta didik
merasa termotivasi untuk terus berprilaku disiplin.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Disiplin diartikan sebagai kemampuan diri untuk taat, patuh dan
berkomitmen sesuai dengan apa yang dipandang baik dan benar dalam
konstruksi sosial, budaya dan hukum.
Dengan adanya pembinaan disiplin bisa menjadi opsi untuk
mengontrol dan mengatur tingkah laku seseorang agar sesuai dengan aturan
atau nilai yang berlaku, dengan harapan agar tugas dan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya dapat dilaksanakan dengan baik dan maksimal
sesuai dengan yang diharapkan.
Pembinaan disiplin kelas terdapat tiga macam teknik pembinaan
disiplin yaitu teknik external control, teknik internal control, dan teknik
cooperative control. Adapun selain tiga teknik tersebut ada lagi tiga macam
teknik yang sudah dikenal dalam pembinaan disiplin yaitu teknik otoriter,
permisif, dan demokratis.
langkah-langkah untuk menanamkan disiplin pada anak ada empat
langkah, yaitu dengan pembiasaan, contoh tauladan, penyadaran dan
pengawasan. Pemeliharaan dan peningkatan perilaku disiplin pada peserta
didik dapat dilakukan dengan cara memberikan hukuman dan hadiah yang
dapat memotivasi konsistensi perilaku disiplin pada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA