Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA

LANSIA

Disusun Oleh :
MAHASISWA PRODI
NERS

PROGRAM STUDI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
2022/2023
A. Latar Belakang

Tahap akhir dari kehidupan manusia adalah menjadi tua, lanjut usia aau
lansia adalah seseorang yang memiliki usia 65 tahun ke atas (setianto, 20004).
Menurut menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun ke atas ( Efendi dan Makhfudli, 2009). Data terakhir pada
tahun 2009 menunjukan penduduk Lansia di Indonesia berjumlah 20.547.541 jiwa.
Diperkirakan jumlah penduduk Lanjut Usia di Indonesia pada tahun 2020 akan
mencapai 28,8 juta jiwa atau sekitar 11% dari total penduduk Indonesia. Populasi
lansia di Bali yaitu seanyak 9% sehingga Bali memasuki era penduduk berstruktur
tua karena jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas telah melebihi tujuh persen
(Dinkes Provinsi Bali, 2014).

Secara umum pada lanjut usia akan mengalami berbagai gejala akibat
terjadinya penurunan fungsi seperti biologis psikolohis, sosial, dan ekonomi.
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada aseluruh aspek kehidupan ,
termasuk kesehatannya. Peurunan fungsi kognitif merupakan salah satu
penuruanan psikologis pada lansia. Fungsi kognitif adalah proses mental dalam
memperoleh penetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang meliputi cara berpikir,
daya ingat, pengertian, perencanaan, dan pelaksanaan (Santoso dan Ismail, 2009).
Kemampuan kognitif berubah secara bermakna bersamaan dengan lajunya proses
penuaan, tetapi perubahan tersebut tidak seragam. Sekitar 50% dari seluruh
populasi lansia menunjukkan penurunan kognitif sedangkan sisanya tetap memiliki
kemampuan kognitif sama seperti usia muda. Penurunan kognitif tidak hanya
terjadi pada individu yang mengalami penyakit yang berpengaruh terhadap proses
penurunan kognitif tersebut, namun juga terjadi pada individu lansia yang sehat.
Pada beberapa individu, proses penurunan fungsi kognitif tersebut dapat berlanjut
sedemikian hingga terjadi gangguan kognitif atau demensia (Pramanta dkk., 2002).
Demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena
adanya kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan gangguan
fungsi luhur
multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Kesadaran pada demensia tidak terganggu.

Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol


emosi, perilaku, dan motivasi. Gejala lain dari demensia adalah menurunnya
kemampuan lansia dalam mengingat sesuatu. Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara di dinas sosial lansia dewanata diketahui bahwa beberapa lansia
kesulitan dalam mengingat nama mahasiswa setelah wawancara atau berkenalan,
kesulitan dalam mengingat waktu atau kronologi terdahulu mengenai penyakit atau
keluhan yang sedang dialami saat ini. Penurunan fungsi kognitif ini perlu
mendapatkan intervensi atau perawatan untuk mencegah penurunan kemampuan
kognitif lebih lanjut pada lansia. Pencegahan penurunan kognitif dapat dilakukan
dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan melatih daya ingat lansia.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk melatih daya ingat adalah Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK). Permainan ini dapat dilakukan secara berkelompok, sehingga
selain melatih daya ingat permainan yang dilakukan secara berkelompok dapat
meningkatkan sosialisasi diantara lansia yang ikut berpartisipasi dalam permainan.
Permainan yang akan digunakan dalam TAK adalah lomba Tebak Benda.
Berdasarkan latar belakang tersebut kelompok bermaksud mengadakan TAK yaitu
terapi musik pada lansia di Dusun Parit Makmur.

Berdasarkan latar belakang diatas, kami tertarik untuk melakukan terapi


aktivitas kelompok (TAK) senam otak sehubungan dengan adanya faktor resiko
demensia pada lansia yaitu usia dan aspek kognitif lansia.
B. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah dilakukannya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) terapi musik


melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial.
2. Tujuan khusus

Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok: Lomba Terapi musik pada


lansia selama 1 x 30 menit diharapkan agar :
a. Mampu mengikuti terapi aktivitas kelompok dengan baik dari
awal hingga akhir.
b. Mampu meningkatkan fungsi kognitif
c. Mampu meningkatkan fungsi sosial.
C. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Februari 2023

Tempat : Dusun Parit Makmur

Waktu : 07.00 WIB – selesai


D. Sasaran

Semua lansia yang ada di Dusun Parit Makmur


E. Media/Alat
Video, laptop, dan speaker.
F. Metode
Tanya jawab/diskusi Demonstrasi
G. Setting

Ket :

: Leader : Co-leader

: Fasilitator

: Lansia : Observer

1. Leader : Azriella Alifa

2. Co-leader : Dede Nursamsiah


3. Fasilitator :
a. Indra
b. Nur Ikhwan
c. Rezita Cahyani
4. Observer :
a. Jihan Melinia
b. Agi Ehsa Putra
c. Irfan Ramadhana
H. Pengorganisasian Dan Uraian Tugas

1. Leader :

a) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan


dimulai

b) Memotivasi anggota untuk aktifitas dalam kelompok


c) Memimpin TAK dengan baik dan tertib
2) Co-leader :

a) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien

b) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang

3) Fasilitator :

a) Memfasilitasi kebutuhan yang dibutuhkan dalam kegiatan

b) Memotivasi klien untuk mengikuti dari awal kegiatan sampai usai.

4) Observer :

Observasi jalannya proses kegiatan

a) Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan

b) Mengatur alur permainan


I. Strategi Pelaksanaan
Tahap Kegiatan Aktivitas Mahasiswa Aktivitas Lansia Alat/Media Metode
Penyampaian a. Menjelaskan Lansia mendengarkan dan Laptop Ceramah dan
Materi ( 10 Menit ) Tujuan memperhatikan Tanya Jawab
b. Menjelaskan
tentang pengertian
terapi musik
c. Menjelaskan
manfaat-manfaat
teapi musik
Demonstrasi a. Menjelaskan a. Lansia melakukan Musik Ceramah dan
Senam Otak tentang cara terapi terapi musik Tanya Jawab
musik b. Lansia menjawab
b. Mendemostrasikan pertanyaan mahasiswa
musik c. Lansia mengajukan
c. Memberikan pertanyaan
kesempatan d. Lansia melihat dan
kepada lansia memperhatikan dengan
untuk menanyakan baik
hal-hal yang
kurang jelas
d. Meminta lansia
untuk melakukan
terapi musik
bergantian
Penutup ( 5 Menit) a. Mengevaluasi a. Lansia mampu Ceramah dan
respon menjawab/menjelaskan Tanya Jawab
subjektif/perasaan kembali manfaat terapi
lansia setelah musik
melakukan b. Lansia membalas
kegiatan salam
b. Mengevaluasi
tujuan TAK
c. Penutup, memberi
salam

J. Evaluasi
1. Evaluasi Srtuktural
a) Persiapan proposal senam otak satu hari sebelum TAK dilakukan.
b) Persiapan tempat, persiapan alat/media satu hari sebelum TAK diadakan.
c) Mahasiswa membuat kontrak dengan lansia untuk pelaksanaan TAK.
2. Evaluasi Proses
a) Lansia aktif dalam kegiatan TAK, bertanya bila ada kesulitan dan menjawab
pertanyaan dengan baik.
b) Lansia mengikuti TAK dari awal sampai akhir dan mampu melakukan
senam otak dengan benar sesuai yang diajarkan mahasiswa
3. Evaluasi Hasil
a) Lansia mengetahui dan paham tentang manfaat senam otak
setelah pelaksanaan TAK
b) Lansia mampu melakukan senam otak setelah TAK.
c) Lansia mampu mengaplikasikan senam otak dalam kehidupan sehari-hari.
K. Terapi Musik

Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya
yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit
dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan
menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan,memulihkan, dan memelihara
kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal ini disebabkan musik
memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan,
membuat rileks, berstruktur, dan universal. Perlu diingat bahwa banyak dari proses
dalam hidup kita selalu ber-irama. Sebagai contoh, nafas kita, detak jantung, dan
pulsasi semuanya berulang dan berirama. Terapi musik adalah terapi yang
universal dan bisa diterima oleh semua orang karena kita tidak membutuhkan kerja
otak yang berat untuk menginterpretasi alunan musik. Terapi musik sangat mudah
diterima organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengaran
disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (sistem limbik). Pengaruh musik
sangat besar bagi pikiran dan tubuh manusia.

Contohnya, ketika seseorang mendengarkan suatu alunan musik (meskipun


tanpa lagu), maka seketika orang tersebut bisa merasakan efek dari musik tersebut.
Ada musik yang membuat seseorang gembira, sedih, terharu, terasa sunyi,
semangat, mengingatkan masa lalu dan lain-lain. Salah satu figur yang paling
berperan dalam terapi musik di awal abad ke-20 adalah Eva Vescelius yang
banyak mempublikasikan terapi musik lewat tulisantulisannya. Ia percaya bahwa
objek dari terapi musik adalah melakukan penyelarasan atau harmonisasi terhadap
seseorang melalui vibrasi. Demikian pula dengan Margaret Anderton, seorang guru
piano berkebangsaan Inggris, yang mengemukakan tentang efek alat musik
(khusus untuk pasien dengan kendala psikologis) karena hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa timbre (warna suara) musik dapat menimbulkan efek
terapeutik.

Jenis terapi musik Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan
untuk terapi musik. Namun kita harus tahu pengaruh setiap jenis musik terhadap
pikiran. Setiap nada, melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik akan
memberi pengaruh berbeda kepada pikiran dan tubuh kita. Dalam terapi musik,
komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau tujuan yang ingin kita capai.
Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian
penting yaitu beat, ritme, dan harmony. Beat mempengaruhi tubuh, ritme
mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh. Contoh paling nyata
bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa
dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang
tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung
lepas kontrol. Salah satu gerakan yang popular saat mendengarkan music rock
adalah "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music
rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati
seseorang sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki
irama (ritme) yang teratur, maka perasaan akan lebih terasa enak dan enteng.
Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu
indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme
sangat mempengaruhi jiwa manusia.
Sedangkan harmoni sangat mempengaruhi roh. Jika menonton film horor,
selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk
berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang
membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi,
manusia mendengar harmony dari suara-suara alam di sekelilingnya. Terapi Musik
yang efektif menggunakan musik dengan komposisi yang tepat antara beat, ritme
dan harmony yang disesuaikan dengan tujuan dilakukannya terapi musik. Jadi
memang terapi musik yang efektif tidak bisa menggunakan sembarang musik. Ada
dua macam metode terapi musik, yaitu :
1. Terapi Musik Aktif. Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar
main menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu
singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik. Untuk
melakukan Terapi Musik aktif tentu saja dibutuhkan bimbingan seorang pakar
terapi musik yang kompeten.
2. Terapi Musik Pasif. Ini adalah terapi musik yang murah, mudah dan efektif.
Pasien tinggal mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang
disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam terapi musik pasif adalah
pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan pasien. Oleh karena itu, ada
banyak sekali jenis CD terapi musik yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan
pasien. Manfaat musik Menurut Spawnthe Anthony (2003), musik mempunyai
manfaat sebagai berikut:
a) Efek Mozart, adalah salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah
musik yang dapat meningkatkan intelegensia seseorang.
b) Refresing, pada saat pikiran seseorang lagi kacau atau jenuh, dengan
mendengarkan musik walaupun, Refresing, pada saat pikiran seseorang lagi
kacau atau jenuh, dengan mendengarkan musik walaupun sejenak, terbukti
dapat menenangkan dan menyegarkan pikiran kembali.
c) Motivasi, adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan “feeling” tertentu.
Apabila ada motivasi, semangatpun akan muncul dan segala kegiatan bisa
dilakukan.
d) Perkembangan Kepribadian. Kepribadian seseorang diketahui mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh jenis musik yang didengarnya selama masa
perkembangan.
e) Terapi, berbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang manfaat musik
untuk kesehatan, baik untuk kesehatan fisik maupun mental. Beberapa
gangguan atau penyakit yang dapat ditangani dengan musik antara lain :
kanker, stroke, dimensia dan bentuk gangguan intelengisia lain, penyakit
jantung, nyeri, gangguan kemampuan belajar, dan bayi prematur.
f) Komunikasi, musik mampu menyampaikan berbagai pesan ke seluruh bangsa
tanpa harus memahami bahasanya. Pada kesehatan mental, terapi musik
diketahui dapat memberi kekuatan komunikasi dan ketrampilan fisik pada
penggunanya.

Prosedur Terapi Musik Terapi musik tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli
terapi, walau mungkin membutuhkan bantuannya saat mengawali terapi musik. Untuk
mendorong peneliti menciptakan sesi terapi musik sendiri, berikut ini beberapa dasar
terapi musik yang dapat anda gunakan untuk melakukannya.
1. Untuk memulai melakukan terapi musik, khususnya untuk relaksasi, peneliti
dapat memilih sebuah tempat yang tenang, yang bebas dari gangguan. Peneliti
dapat juga menyempurnakannya dengan aroma lilin wangi aromaterapi guna
membantu menenangkan tubuh.
2. Untuk mempermudah, peneliti dapat mendengarkan berbagai jenis musik pada
awalnya. Ini berguna untuk mengetahui respon dari tubuh responden. Lalu
anjurkan responden untuk duduk di lantai, dengan posisi tegak dan kaki
bersilangan, ambil nafas dalam – dalam, tarik dan keluarkan perlahan – lahan
melalui hidung.
3. Saat musik dimainkan, dengarkan dengan seksama instrumennya, seolah – olah
pemainnya sedang ada di ruangan memainkan musik khusus untuk responden.
Peneliti bisa memilih tempat duduk lurus di depan speaker, atau bisa juga
menggunakan headphone. Tapi yang terpenting biarkan suara musik mengalir
keseluruh tubuh responden, bukan hanya bergaung di kepala. Bayangkan
gelombang suara itu datang dari speaker dan mengalir ke seluruh tubuh
responden. Bukan hanya dirasakan secara fisik tapi juga fokuskan dalam jiwa.
Fokuskan di tempat mana yang ingin eneliti sembuhkan, dan suara itu mengalir
ke sana. Dengarkan, sembari responden membayangkan alunan musik itu
mengalir melewati seluruh tubuh dan melengkapi kembali sel – sel, melapisi
tipis tubuh dan organ dalam responden.
4. Saat peneliti melakukan terapi musik, responden akan membangun metode ini
melakukan yang terbaik bagi diri sendiri. Sekali telah mengetahui bagaimana
tubuh merespon pada instrumen, warna nada, dan gaya musik yang didengarkan,
responden dapat mendesain sesi dalam serangkaian yang telah dilakukan sebagai
hal yang paling berguna bagi diri sendiri.
5. Idealnya, peneliti dapat melakukan terapi musik selama kurang lebih 30 menit
hingga satu jam tiap hari, namun jika tak memiliki cukup waktu 10 menitpun
jadi, karena selama waktu 10 menit telah membantu pikiran responden
beristirahat (Pandoe,2006).
Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Terapi Musik Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam terapi musik :
a) Hindari interupsi yang diakibatkan cahaya yang remang-remang dan
hindari menutup gorden atau pintu.
b) Usahakan klien untuk tidak menganalisa musik, dengan prinsip nikmati
musik ke mana pun musik membawa.
c) Gunakan jenis musik sesuai dengan kesukaan klien terutama yang berirama
lembut dan teratur. Upayakan untuk tidak menggunakan jenis musik rock
and roll, disco, metal dan sejenisnya. Karena jenis musik tersebut
mempunyai karakter berlawanan dengan irama jantung manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Alma Marikka Geraldina. 2017. Terapi musik. https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi
Constatinides. (2006). Teori proses menua, dalam R. Boedi-Darmojo
(Penyuting), Geriatri,Balai penerbit FKUI : Jakarka Erfandi. 2009.
Konsep terapi musik.https://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/16/konsepterapi-
musik/amp/ Nugroho. (1995) Perawatann lanjut usia. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai