Tugas 11 Resume Perubahan Organisasi Stevani Abaska (20220088)
Tugas 11 Resume Perubahan Organisasi Stevani Abaska (20220088)
NIM : 20220088
KELAS : MANAJEMEN 2
MATKUL : PENGANTAR MANAJEMEN
Perubahan Organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut berpindah dari
keadaannya yang sekarang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk
meningkatkan efektifitas organisasinya.
Menurut Desplaces (2005) mengutip kajian yang dilakukan Poras dan Robertson's
(1992) menyatakan bahwa kebijakan perubahan yang dilakukan oleh organisasi hanya
memberikan manfaat positif tidak langsung bagi organisasi sebesar 38%.
Jadi, perubahan organisasi merupakan suatu proses perubahan yang terjadi di dalam
ataupun di luar organisasi, pada tingkat individu/kelompok yang terjadi secara
bertahap dan continue dengan tujuan untuk memajukan dan mengembangkan
organisasi.
1. Faktor Internal
Perubahan yang disebabkan karena faktor dari dalam atau faktor internal dalam suatu
organisasi. Perubahaan ini terjadi karena adanya konflik/permasalahan internal seperti
: perubahan tujuan, perubahan jumlah personel, menurunnya semangat kerja.
Permasalahan tersebut dapat di atasi dengan cara pengambilan keputusan dari seorang
pemimpin organisasi, menentukan kebijakan baru dalam suatu organisasi untuk
mengatasi masalah tersebut.
2. Faktor Eksternal
Perubahan organisasi yang disebabkan oleh faktor dari luar organisasi, seperti :
regulasi pemerintah, Kondisi ekonomi, tindakan pesaing. Perubahan eksternal ini akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan organisasi dalam mewujudkan tujuan –
tujuan dan cita – cita organisasi . Faktor ini dapat di atasi dengan cara kerjasama antar
organisasi untuk mewujudkan cita – cita bersama dengan adanya kesepakatan yang
telah dibuat sebelumnya.
Jenis Perubahan Organisasi
Perubahan bersifat spontan, tanpa ada arahan dari agen perubahan. Jenis-jenis
perubahan yang tidak dapat diantisipasi oleh organisasi . Contohnya pemogokan liar
yang membuat pabrik tutup, atau konflik interpersonal yang menghasilkan prosedur
baru dalam hubungan antar departemen.
Perubahan ini dihasilkan oleh usaha-usaha yang dilakukan oleh agen perubahan.
Perubahan ini merupakan respon dari adanya perbedaan antara apa yang diharapkan
dan kondisi aktual. Contonhnya dalam suatu organisasi yang menerapkan teknologi
informasi dalam organisasinya sehingga dapat membantu organisasi dalam
mewujudkan tujuan dan cita – cita organisasi.
1. Model Lewin
2. Model Kotter
Visi dimaksud harus dibentuk atas berbagai ide dasar dan gagasan-gagasan hebat serta
solusi atas hal-hal yang ingin dicapai melalui perubahan. Kejelasan visi akan
memudahkan untuk membangun strategi perubahan yang utuh dan lengkap sehingga
memudahkan proses implementasinya.
Visi perubahan perlu dikomunikasikan kepada seluruh elemen perusahaan karena hal
tersebut merupakan rangkaian langkah yang akan menentukan keberhasilan proses
perubahan. Visi yang efektif akan terlihat ketika kemampuan dan kekuatannya dapat
direfleksikan dengan jelas dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi.
Semua aspek yang berlangsung dalam proses-proses perubahan harus dimonitor dan
dievaluasi secara terus menerus dan berkesinambungan. Jika dalam pelaksanaan
ditemukan hambatan-hambatan yang mengganggu baik dalam arti teknis maupun
karena sikap dan perilaku tertentu dari sebagian karyawan tertentu, para pemimpin
dan tim perubahan harus berani mengambil tindakan yang tepat melalui koreksi dan
penyesuaian yang diperlukan.
6. Merencanakan dan mengusahakan keuntungankeuntungan jangka pendek (planning
for and creating short-term wins)
Jika proses perubahan masih memiliki ruang untuk peningkatan yang lebih jauh,
pemimpin perusahaan dan tim-tim manajemen perubahan harus tetap mengupayakan
hal tersebut dengan sungguh-sungguh. Karena, menyatakan keberhasilan sesuai tujuan
secara terburu akan merusak semangat perubahan.
Proses-proses perubahan yang telah berlangsung harus ditautkan dan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari budaya perusahaan secara keseluruhan yaitu semua
aktifitas-aktifitas perubahan harus direfleksikan sebagai budaya perusahaan.
Perpustakaan adalah salah satu unit kerja berupa tempat untuk mengumpulkan,
menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk
digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar
yang menyenangkan (Darmono, 2 : 2001). Dalam pengertian lain seperti yang
tercantum dalam keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa perpustakaan
merupakan salah satu sarana pelestarian hasil budaya yang mempunyai fungsi sebagai
sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu organisasi
yang bertugas mengumpulkan informasi, mengolah, menyajikan dan melayani
kebutuhan informasi bagi pemakai perpustakaan.
Dalam perpustakaan konvensional, birokrasi yang ada masih bersifat kaku karena
adanya aturan-aturan yang bersifat mengikat. Organisasi dalam perpustakaan
konvensional masih berdasarkan perspektif klasik sehingga aturan-aturan dalam
perpustakaan dijadikan acuan utama dalam menjalankan segala aktivitas
perpustakaan. Struktur organisasi yang ada di perpustakaan konvensional juga masih
bersifat hierarki dan kaku. Dalam struktur organisasi tersebut, jabatan tertinggi
dipegang oleh satu orang yang disebut sebagai kepala perpustakaan. Kepala
perpustakaan berwenang sebagai pembuat keputusan utama dimana keputusan
tersebut juga wajib untuk dipatuhi. Model kepemimpinan yang berlaku adalah model
kepemimpian satu arah dimana atasan memberikan tugas secara langsung kepada
bawahan sehingga bawahan bertanggung jawab langsung pada atasannya. Meskipun
model kepemimpinannya satu arah, aturan-aturan perpustakaan tetap mempunyai
peranan tertinggi sehingga segala keputusan dan tugas yang dibuat oleh atasan harus
sesuai dengan aturan yang berlaku dan apabila terjadi pelanggaran, maka pemberian
sanksi berdasarkan pada aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Pembagian
sistem kerja biasanya tidak berdasarkan pada tingkat keahlain, akan tetapi dipilih
secara acak sehingga diharapkan semua karyawan dapat mengusai segala bidang
pekerjaan yang ada di perpustakaan.
Jika kreativitas bawahan atau karyawan itu rendah, maka sudah dapat diprediksi
bahwa organisasi tersebut akan sulit untuk berkembang. Hal tersebut dapat terjadi
mengingat bawahan atau karyawan adalah salah satu alat penggerak organisasi yang
menjalankan segala aktivitas organisasi. Jika di perpustakaan, karyawan atau
pustakawanlah yang mengerjakan segala aktivitas perpustakaan mulai dari pengadaan
hingga pelayanan sehingga apabila daya kreatifitas pustakawan itu rendah, maka
perpustakaan tersebut juga akan sulit untuk berkembang.
Perpustakaan konvensional pada masa lalu mempunyai peranan dan fungsi yang agak
berbeda dari perpustakaan zaman sekarang. Perpustakaan pada masa lalu dipandang
hanya sebagai sebuah tempat yang menyimpan banyak buku dan juga tempat
membaca buku. Koleksi-koleksi yang adapun belum terlalu banyak karena pengadaan
koleksi hanya terbatas pada pembelian koleksi ataupun hibah. Belum ada kerjasama
terstruktur dengan organisasi lain. Selain itu, perpustakaan belum berperan secara
fleksibel karena pemustakanya harus mematuhi segala aturan-aturan yang ada di
perpustakaan tersebut. Misalnya saja dari segi proses peminjaman dan pengembalian
buku. Pada perpustakaan konvensional, jika kita ingin meminjam atau
mengembalikan buku, maka kita harus datang sendiri ke tempat peminjaman ataupun
mengembalian kemudian oleh petugas perpustakaan baru dicatat, distempel, dan
diberi batas waktu mengembalikan. Kita diberikan batas waktu peminjaman karena
jumlah copy koleksi yang ada jumlahnya tidak banyak sehingga kita harus bergantian
dengan pemustaka lain. Hal ini menjadi aturan yang tegas sehingga seluruh anggota
perpustakaan harus mematuhinya. Tentunya hal tersebut menyebabkan pemustaka
tidak leluasa dalam meminjam koleksi perpustakaan, akan tetapi pemustaka tidak bisa
berbuat apa-apa karena hal tersebut sudah menjadi aturan yang telah disepakati
bersama.
Selain dari segi teknologi, perpustakaan juga ikut berkembang dari sisi
organisasi.Dalam organisasi perpustakaan digital, perpustakaan berkembangan
menjadi sebuah jaringan yang mempunyai kerjasama yang luas dengan organisasi
atau lembaga lain. Perpustakaan saling bersinergi secara aktif dengan adanya
kerjasama dalam bidang input, proses, maupun output dengan organisasi lain guna
menghasilkan sistem atau teknologi terbaru untuk memajukan perpustakaan. Disini,
perpustakaan bersifat lebih terbuka dengan organisasi lain terutama dalam hal
pertukaran informasi. Perpustakaan digital menjadi cerminan sebuah pengembangan
teknologi, sistem, dan pola kerjasama yang baik antar perpustakaan karena pada
umumnya perpustakaan digital bisa diakses oleh siapa saja dimanapun ia berada.
Meskipun perpustakaan sudah bersifat digital dan dapat diakses oleh siapa saja, dalam
perpustakaan tetap ada hierarki atau tingkatan-tingkatan tertentu dalam menjalankan
tugas. Pembagian tugas biasanya didasarkan pada tingkat keahlian sehingga berlaku
sistem “the right man in the right place”. Anggota organisasi juga dapat bersifat lebih
fleksibel dengan saling bertukar informasi dengan anggota organisasi lainnya. Selain
itu, bawahan atau anggota organisasi diberikan kebebasan untuk berkreasi sehingga
bawahan atau anggota organisasi dapat pula turut serta memberikan kritik dan saran
yang berguna bagi perkembangan perpustakaan.
Pada perpustakaan digital, atasan berperan sebagai pengontrol dan pengawas seluruh
aktivitas perpustakaan dimana atasan hanya berhak untuk pembagian dan juga
pendelegasian wewenang kepada bawahan atau anggota organisasi lainnya. Dengan
tingkat kreatifitas yang tidak dibatasi, bawahan atau anggota organisasi lainnya dapat
terus berinovasi sehingga produktifitas anggota organisasi cenderung lebih tinggi. Hal
inilah yang menjadi salah satu alasan perpustakaan digital dapat lebih cepat
berkembang.
Jika zaman dahulu perpustakaan hanya berperan sebagai sebuah tempat penyimpanan
buku ataupun tempat memperoleh informasi secara manual, maka pada zaman
perpustakaan digital perpustakaan sudah berkembang menjadi pusat informasi utama
bagi masyarakat untuk memperoleh informasi dimanapun berada. Adanya flexibilitas
dalam bekerja menjadi salah satu alasan mengapa suatu organisasi dapat lebih cepat
berkembang.
SUMBER ARTIKEL