Makalah PEM Kelompok 6
Makalah PEM Kelompok 6
Disusun Oleh :
Hanifah (11220820000078)
Kania Fakhira (11220820000079)
Adisty Putri Andinny (11220820000082)
Rizqia Listiani Rachmaningtyas (11220820000086)
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................5
1.3 TUJUAN........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Model Pertumbuhan Neo-Klasik Solow................................................6
2.2 Akumulasi Modal....................................................................................7
2.2.1 Penawaran dan Permintaan barang....................................................7
2.2.2 Permintaan Barang dan Fungsi Konsumsi.........................................9
2.2.3 Pertumbuhan Stok Modal dan Kondisi Stabil..................................10
2.2.4 Pengaruh Tabungan Terhadap Pertumbuhan.................................14
2.3 Tingkat Kaidah Emas dari Modal.......................................................17
2.3.1 Membandingkan Steady States dan Rumus Kaidah Emas.......17
2.3.2 Transisi ke Kondisi Stabil Kaidah Emas.....................................20
2.4 Pertumbuhan Penduduk.......................................................................22
2.4.1 Keadaan Mapan dengan Pertumbuhan Penduduk....................23
2.4.2 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk..............................................24
2.4.3 Perspektif Alternatif terhadap Pertumbuhan Penduduk..........26
BAB III PENUTUP..............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses dari perubahan kondisi
perekonomian yang terjadi di suatu negara secara berkesinambungan untuk
menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka waktu tertentu. Teori
pertumbuhan ekonomi menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
atau menentukan pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang,
penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang
lainya, sehingga dapat menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan
Persoalan pertumbuhan ekonomi dapat diperhitungkan sebagai masalah
makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya
kesanggupan suatu negara untuk mengadakan barang dan jasa akan meningkat.
Kesanggupan yang meningkat ini disebabkan oleh faktor-faktor produksi akan
terus mengalami peningkatan dalam kuantitas dan kualitasnya. Investasi akan
meningkatkan jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan menjadi
berkembang. Disamping itu tenaga kerja meningkat sebagai akibat pertumbuhan
populasi, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah skill mereka.
Teori teori mengenai pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan
oleh beberapa ahli ekonomi, salah satunya seorang ahli ekonomi yang bernama
Solow, ia mencoba mengembangkan teori dari yang telah dikemukakan oleh
Harrod-Domar. Solow menganggap bahwa tingkat suku bunga dapat berubah atau
tidak konstan. Sehingga dengan perubahan pada suku bunga ini, akan
mempengaruhi pergerakan pada tabungan dan investasi di masyarakat. Teori yang
dikembangkan oleh Solow dapat menggambarkan bagaimana pertumbuhan
ekonomi pada negara berkembang. Dimana Solow menggunakan kombinasi
penggunaan akumulasi modal dan tenaga kerja. Disamping itu Solow juga
menambahkan faktor teknologi dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
negara.
Berdasarkan penjelasan diatas, oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi
menjadi pembahasan makalah ini. Akan dibahas mengenai model solow
akumulasi modal, tingkat kaidah emas dari modal serta pertumbuhan populasi.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa itu teori Solow?
2. Bagaimana Akumulasi Modal dalam Pertumbuhan Ekonomi?
3. Bagaimana Tingkat Kaidah Emas pada Pertumbuhan Ekonomi?
4. Bagaimana Pertumbuhan Populasi bisa memengaruhi Pertumbuhan
ekonomi?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui teori Solow
2. Mengetahui Akumulasi Modal dalam Pertumbuhan Ekonomi
3. Mengetahui Tingkat Kaidah Emas pada Pertumbuhan Ekonomi
4. Mengetahui pengaruh Pertumbuhan Populasi terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
5
BAB II PEMBAHASAN
6
b. Perekonomian tertutup sederhana dengan tanpa peranan rumah tangga
pemerintah.
c. Seluruh potensi sumber daya diinvestasikan untuk menghasilkan output.
d. Pembentukan keseimbangan dalam jangka panjang, sehingga peranan uang
netral dalam perekonomian dan harga-harga adalah flexible.
e. Model Solow mengabaikan asumsi Harrod-Domar tentang fixed capital output
(K/Y) dan fixed capital labor ratio (K/L).
f. Tingkat pertumbuhan teknologi, pertumbuhan penduduk dan penyusutan stok
modal ditentukan secara eksogen.
7
untuk setiap bilangan positif z. Artinya, jika modal dan tenaga kerja dikalikan
dengan z, jumlah output juga dikalikan dengan z.
Fungsi produksi dengan skala hasil konstan memungkinkan kita
menganalisis semua kuantitas dalam ekonomi relatif terhadap ukuran angkatan
kerja. Untuk melihat bahwa ini benar, tetapkan z = 1/L dalam persamaan
sebelumnya untuk mendapatkan
Y/L= F(K/L, 1).
Persamaan ini menunjukkan bahwa jumlah output per pekerja Y/L
merupakan fungsi dari jumlah modal per pekerja K/L. (Angka 1 adalah konstan
dan dengan demikian dapat diabaikan). Asumsi skala hasil konstan menyiratkan
bahwa ukuran perekonomian yang diukur dengan jumlah pekerja tidak
memengaruhi hubungan antara output per pekerja dan modal per pekerja.
Karena ukuran ekonomi tidak masalah, itu akan terbukti nyaman
menunjukkan semua kuantitas dalam istilah per pekerja. Kami menetapkan
jumlah per pekerja dengan huruf kecil, jadi y = Y/L adalah output per pekerja, dan
k = K/L adalah modal per pekerja. Kemudian kita dapat menulis fungsi produksi
sebagai
y = f(k),
di mana kita mendefinisikan f(k) = F(k, 1), Gambar 2.1 mengilustrasikan fungsi
produksi ini.
Gambar 2.1
Kemiringan fungsi produksi ini menunjukkan berapa banyak output
tambahan yang dihasilkan seorang pekerja ketika diberi satu unit modal tambahan.
Jumlah ini merupakan produk marjinal dari modal MPK. Secara matematis, kita
menulis
8
MPK = f(k+1) = f(k).
Perhatikan bahwa dalam Gambar 2.1, ketika jumlah kapital meningkat, fungsi
produksi menjadi lebih datar, menunjukkan bahwa fungsi produksi menunjukkan
produk kapital marjinal yang menurun. Ketika k rendah, rata-rata pekerja hanya
memiliki sedikit modal untuk bekerja, sehingga satu unit tambahan modal sangat
berguna dan menghasilkan banyak output tambahan. Ketika k tinggi, rata-rata
pekerja sudah memiliki banyak modal, sehingga unit tambahan hanya
meningkatkan produksi sedikit.
9
Kami sekarang telah memperkenalkan dua bahan utama model Solow,
fungsi produksi dan fungsi konsumsi yang menggambarkan perekonomian setiap
saat. Untuk setiap persediaan modal k, fungsi produksi y = f(k) menentukan
berapa banyak output yang dihasilkan perekonomian, dan tingkat tabungan
menentukan alokasi output tersebut antara konsumsi dan investasi.
Gambar 2.2
dan alokasi output antara konsumsi dan tabungan ditentukan oleh tingkat
tabungan s.
Untuk memasukkan penyusutan ke dalam model, kita asumsikan bahwa
sebagian kecil dari ẟ persediaan modal habis dipakai setiap tahun. Di sini ẟ (delta
huruf Yunani, huruf kecil) disebut tingkat depresiasi. Misalnya, jika modal
10
bertahan rata-rata 25 tahun, maka tingkat penyusutannya adalah 4 persen per
tahun (ẟ = 0,04). Jumlah modal yang terdepresiasi setiap tahun adalah ẟk.
Gambar 2.3 menunjukkan berapa jumlah penyusutan tergantung pada persediaan
modal.
Gambar 2.3
Kita dapat mengungkapkan dampak investasi dan depresiasi pada
persediaan modal dengan persamaan ini:
Perubahan Modal = Investasi - Depresiasi
Δk = i - ẟk
dimana Δk adalah perubahan persediaan modal antara satu tahun dan tahun
berikutnya. Karena investasi i sama dengan sf(k), kita dapat menuliskannya
sebagai
Δk = sf(k) - ẟk.
Gambar2.4
Gambar 2.4 menggambarkan istilah-istilah dari persamaan investasi dan
depresiasi untuk berbagai tingkat persediaan modal k. Semakin tinggi persediaan
modal, semakin besar jumlah output dan investasi. Namun semakin tinggi
persediaan modal, semakin besar pula jumlah penyusutannya.
11
Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.4, ada satu persediaan modal k*
di mana jumlah investasi sama dengan jumlah depresiasi. Jika perekonomian
berada pada tingkat persediaan modal ini, persediaan modal tidak akan berubah
karena dua kekuatan bertindak atasnya investasi dan depresiasi seimbang. Artinya
pada k*, Δk = 0, sehingga persediaan modal k dan output f(k) stabil dari waktu ke
waktu (daripada tumbuh atau menyusut). Oleh karena itu, kita menyebut k*
kondisi mapan (stabil) tingkat modal negara.
Kondisi mapan penting karena dua alasan. Seperti yang baru saja kita
lihat, ekonomi pada kondisi mapan akan tetap ada. Selain itu, dan tidak kalah
pentingnya, ekonomi yang tidak stabil akan pergi ke sana. Artinya, terlepas dari
levelnya modal yang dengannya ekonomi dimulai, ia berakhir dengan kondisi
mapan tingkat modal. Dalam pengertian ini, kondisi mapan mewakili ekuilibrium
jangka panjang dari ekonomi.
Untuk melihat mengapa ekonomi selalu berakhir pada kondisi mapan,
misalkan ekonomi dimulai dengan tingkat modal yang kurang dari kondisi mapan,
seperti tingkat k, pada Gambar 2.4. Dalam hal ini, tingkat investasi melebihi
jumlah depresiasi. Seiring waktu, persediaan modal akan meningkat dan akan
terus meningkat seiring dengan output f(k) hingga mendekati kondisi mapan k*.
Demikian pula, misalkan ekonomi dimulai dengan lebih dari tingkat
modal kondisi mapan, seperti tingkat k 2. Dalam hal ini, investasi lebih kecil
daripada depresiasi: modal lebih cepat usang daripada diganti. Persediaan modal
akan turun, sekali lagi mendekati tingkat kondisi mapan. Begitu persediaan
modal mencapai kondisi mapan, investasi sama dengan depresiasi, dan tidak ada
tekanan bagi persediaan modal untuk naik atau turun.
Y = K 1 /2 L1 /2
12
Atur ulang untuk mendapatkan:
( )
1 /2
Y K
=
L L
y = k 1/2
y = √k
Bentuk fungsi produksi ini menyatakan bahwa output per pekerja sama dengan
akar kuadrat dari jumlah kapital per pekerja.
Untuk melengkapi contoh, mari kita asumsikan bahwa 30 persen output
disimpan (s = 0,3), bahwa 10 persen dari persediaan modal terdepresiasi setiap
tahun (ẟ = 0,1), dan bahwa perekonomian dimulai dengan 4 unit modal per
pekerja (k = 4). Mengingat angka-angka ini, kita sekarang dapat memeriksa apa
yang terjadi pada perekonomian ini dari waktu ke waktu.
Kita mulai dengan melihat produksi dan alokasi keluaran pada tahun
pertama, ketika perekonomian memiliki 4 unit modal per pekerja. Inilah langkah-
langkah yang kita ikuti
Dengan demikian, ekonomi memulai tahun keduanya dengan 4,2 unit modal per
pekerja.
13
Gambar 2.5
Kita dapat melakukan perhitungan yang sama untuk setiap tahun
berikutnya. Gambar 2.5 menunjukkan bagaimana perekonomian berkembang.
Setiap tahun, karena investasi melebihi depresiasi, kapital baru ditambahkan dan
output tumbuh. Selama bertahun-tahun, ekonomi mendekati kondisi mapan
dengan 9 unit modal per pekerja. Dalam keadaan mapan ini, investasi sebesar 0,9,
persis mengimbangi depresiasi sebesar 0,9, sehingga persediaan modal dan output
tidak lagi tumbuh.
Mengikuti perkembangan ekonomi selama bertahun-tahun adalah salah
satu cara untuk menemukan modal steady state, tetapi ada cara lain yang
membutuhkan lebih sedikit perhitungan.
Δk = sf(k) - ẟk
Persamaan ini menunjukkan bagaimana k berkembang dari waktu ke waktu.
Karena steady state adalah (menurut definisi) nilai k di mana Δk = 0,
0 = sf(k) - ẟk*
Atau setara,
k¿ s
¿ =
f (k ) ẟ
Persamaan ini memberikan cara untuk menemukan tingkat steady state modal per
pekerja, k*. Mengganti angka dan fungsi produksi dari contoh kita, kita dapatkan
k ¿ 0,3
=
√ k ¿ 0,1
14
Sekarang kuadratkan kedua sisi persamaan ini untuk mencari
k* = 9.
Stok modal kondisi mapan adalah 9 unit per pekerja. Hasil ini menegaskan
perhitungan kondisi mapan pada Gambar 2.5.
Studi kasus
Tabungan dan Investasi di Seluruh Dunia
15
Mengapa beberapa negara begitu kaya sementara yang lain terperosok dalam
kemiskinan? Menurut model Solow, jika suatu negara mencurahkan sebagian
besar pendapatannya untuk tabungan dan investasi, negara tersebut akan memiliki
modal kondisi mapan (steady state) yang tinggi dan tingkat pendapatan yang
tinggi. Jika suatu negara hanya menabung dan menginvestasikan sebagian kecil
dari pendapatannya, steady state modal dan pendapatan negaranya akan rendah.
Gambar 2.6
Bukti Internasional tentang Tingkat Investasi dan Pendapatan per Orang Grafik
sebar ini menunjukkan pengalaman 96 negara, masing-masing diwakili oleh satu
titik. Sumbu horizontal menunjukkan tingkat investasi negara, dan sumbu
vertikal menunjukkan pendapatan negara per orang. Investasi yang tinggi
dikaitkan dengan pendapatan yang tinggi per orang, seperti yang diprediksi oleh
model Solow.
Sekarang mari lihat beberapa data untuk melihat apakah hasil teoretis ini
benar-benar membantu menjelaskan variasi internasional yang besar dalam
standar kehidupan. Gambar 2.6 adalah sebaran data dari 96 negara. (Angka
tersebut mencakup sebagian besar perekonomian dunia. Tidak termasuk negara-
negara penghasil minyak utama dan negara-negara komunis selama sebagian
besar periode ini, karena pengalaman mereka dijelaskan dalam kondisi khusus).
Data menunjukkan hubungan positif antara fraksi output yang dikhususkan untuk
investasi dan tingkat pendapatan per orang. Artinya, negara dengan tingkat
investasi yang tinggi, seperti Amerika Serikat dan Jepang, biasanya memiliki
pendapatan yang tinggi, sedangkan negara dengan tingkat investasi yang rendah,
seperti Etiopia dan Burundi, memiliki pendapatan yang rendah. Dengan
demikian, data tersebut konsisten dengan prediksi model Solow bahwa tingkat
investasi merupakan penentu utama apakah suatu negara kaya atau miskin.
Korelasi kuat yang ditunjukkan dalam gambar ini adalah fakta penting,
tetapi menimbulkan banyak pertanyaan sekaligus pemecahannya. Orang mungkin
16
bertanya, mengapa tingkat tabungan dan investasi sangat bervariasi dari satu
negara ke negara lain? Ada banyak jawaban potensial, seperti kebijakan pajak,
pola pensiun, perkembangan pasar keuangan, dan perbedaan budaya. Selain itu,
stabilitas politik juga berperan: tidak mengejutkan, tingkat tabungan dan investasi
cenderung rendah di negara-negara yang sering mengalami perang, revolusi, dan
kudeta. Tabungan dan investasi juga cenderung rendah di negara-negara dengan
institusi politik yang buruk, yang diukur dengan estimasi korupsi pejabat.
Interpretasi terakhir dari bukti pada Gambar 2.6 adalah penyebab terbalik:
mungkin tingkat pendapatan yang tinggi entah bagaimana mendorong tingkat
tabungan dan investasi yang tinggi. Sayangnya, tidak ada konsensus di antara
para ekonom tentang mana dari banyak kemungkinan penjelasan yang paling
penting.
Hubungan antara tingkat investasi dan pendapatan per orang sangat kuat,
dan ini merupakan petunjuk penting mengapa beberapa negara kaya dan yang lain
miskin, tetapi ini bukanlah keseluruhan cerita. Korelasi antara kedua variabel ini
jauh dari sempurna. Amerika Serikat dan Peru, misalnya, memiliki tingkat
investasi yang sama, tetapi pendapatan per orang lebih dari delapan kali lebih
tinggi di Amerika Serikat. Harus ada faktor penentu lain dari standar hidup di
luar tabungan dan investasi.
17
memastikan kondisi stabil ekonomi, kondisi stabil apa yang wajib dipilih oleh
pembentuk kebijakan?
Pada saat memilih keadaan steady state, tujuan pembentuk kebijakan yakni
untuk mengoptimalkan kesejahteraan individu- individu yang membentuk
masyarakat. Individu- individu itu sendiri tidak hirau dengan jumlah modal dalam
perekonomian, maupun jumlah output. Mereka peduli dengan jumlah barang dan
jasa yang bisa mereka konsumsi. Dengan demikian, seorang pembentuk kebijakan
yang baik hati akan memilih keadaan mapan dengan tingkatan konsumsi paling
tinggi, nilai k yang memaksimalkan konsumsi disebut sebagai tingkat kapital
Golden Rule serta dilambangkan dengan k*gold.
Bagaimana kita bisa mengetahui apakah sesuatu perekonomian terletak pada
tingkatan Kaidah Emas? Untuk menjawab persoalan ini, pertama- tama kita harus
menentukan konsumsi per pekerja dalam keadaan mapan. Setelah itu kita bisa
melihat keadaan normal mana yang menciptakan konsumsi paling banyak
Untuk menemukan konsumsi tiap pekerja konsumsi ketika kondisi mapan,
dimulai dari identitas pos pendapatan nasional :
C=y−i
Persamaan ini menyatakan konsumsi adalah output dikurangi investasi.
Karena kita ingin menemukan kondisi mapan, maka substitusi nilai kondisi mapan
untuk output dan investasi. Output tiap pekerja pada kondisi mapan adalah f(k*),
di mana k* adalah modal kondisi stabil stok modal per pekerja. Lebih jauh lagi,
karena stok modal tidak berubah dalam kondisi investasi sama dengan penyusutan
δk*. Mengganti f(k*) untuk y dan δk* untuk i, kita dapat menulis konsumsi per
pekerja dalam kondisi mapan sebagai berikut :
c* = f(k*) – δk*
Menurut persamaan ini, konsumsi pada kondisi mapan adalah sisa dari
output kondisi mapan dikurangi depresiasi pada kondisi mapan. Ini menunjukkan
bahwa kenaikan modal kondisi mapan memiliki dua efek berlawanan pada kondisi
mapan. Di satu sisi, lebih banyak modal berarti lebih banyak output. Di sisi lain,
lebih banyak modal berarti lebih banyak output yang harus digunakan untuk
mengganti modal yang habis dipakai.
Gambar 3.1 menunjukkan grafik output kondisi mapan dan depresiasi
kondisi mapan sebagai fungsi dari stok modal kondisi mapan. Konsumsi kondisi
mapan adalah selisih antara output dan penyusutan, gambar ini menunjukkan
bahwa ada satu tingkat stok kapital modal - level k*gold—yang memaksimalkan
konsumsi.
18
Output perekonomian digunakan
untuk konsumsi atau investasi dalam
kondisi mapan, investasi sama dengan
depresiasi. oleh karena itu, konsumsi
kondisi mapan adalah perbedaan antara
output f(k*) dan depresiasi k*. Konsumsi
mapan dimaksimalkan pada kondisi
mapan kaidah emas. Persediaan modal
kaidah emas dinyatakan dinyatakan dalam
k*gold dan konsumsi kaidah emas
Gambar 3.1 dinyatakan dalam C*gold.
Jika tingkat modal berada di bawah tingkat kaidah emas maka kenaikan
persediaan modal akan meningkatkan output lebih banyak ketimbang depresiasi,
sehingga konsumsi meningkatkan. Sebaliknya, jika persediaan modal berada di
atas tingkat kaidah emas maka kenaikan persediaan modal mengurangi konsumsi,
karena kenaikan output lebih kecil ketimbang kenaikan depresiasi. Kita buat
kondisi sederhana yang mencirikan tingkat kain modal kaidah emas. Ingat
kemiringan fungsi produksi adalah produk Marginal MPK. Kemiringan garis δk*
adalah δ. Karena kedua kemiringan ini sama pada k*gold, Aturan Emas (Golden
Rule) dapat dijelaskan oleh persamaan sebagai berikut :
MPK = δ
Pada tingkat modal kaidah emas, produk marjinal modal sama dengan tingkat
depresiasi. Ingat, perekonomian tidak otomatis bergravitasi menuju kondisi mapan
tertentu, seperti kaidah emas, kita butuh tingkat tabungan tertentu untuk
mendukungnya.
Gambar 3.2 menunjukkan kondisi steady-state jika tingkat tabungan ditetapkan
untuk menghasilkan tingkat modal. Jika tingkat simpanan lebih tinggi dari yang
digunakan dalam gambar ini, maka stok modal steady state akan terlalu tinggi.
Jika tingkat tabungan lebih rendah, stok modal kondisi stabil akan terlalu rendah.
Dalam kedua kasus tersebut, konsumsi steady-state akan lebih rendah daripada
pada kondisi steady state Golden Rule Tingkat Tabungan dan Kaidah Emas
19
Gambar 3.2
Hanya ada satu tingkat tabungan yang memproduksi tingkat modal kaidah emas
k*gold. Setiap perubahan dalam tingkat tabungan akan menggeser kurva sf(k) dan
akan menggerakkan perekonomian menuju kondisi mapan dengan tingkat
konsumsi yang lebih rendah.
20
Gambar ini menunjukkan
apa yang terjadi dari
waktu ke waktu terhadap
output, konsumsi, dan
investasi ketika
perekonomian dimulai
dengan modal yang lebih
besar dari tingkat Aturan
Emas dan tingkat
tabungan berkurang.
Penurunan tingkat
tabungan (pada waktu t0)
menyebabkan peningkatan
langsung dalam konsumsi dan penurunan yang sama dalam investasi.
Seiring berjalannya waktu, ketika stok modal turun, output, konsumsi, dan
investasi turun bersama-sama. Karena perekonomian dimulai dengan
terlalu banyak modal, kondisi steady state yang baru memiliki memiliki
tingkat konsumsi yang lebih tinggi dari kondisi keadaan mapan awal.
21
penurunan langsung dalam konsumsi dan lonjakan yang
sama dalam investasi. Seiring berjalannya waktu, seiring dengan pertumbuhan
stok modal, output, konsumsi, dan investasi meningkat secara bersamaan. Karena
perekonomian dimulai dengan modal yang lebih sedikit dari Aturan Emas, kondisi
mapan yang baru memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada kondisi
mapan awal.
22
berkelanjutan yang kita amati di sebagian besar dunia, kita harus memperluas
model solow untuk menggabungkan dua sumber pertumbuhan ekonomi lainnya
yaitu pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.
23
Pertumbuhan
Populasi dalam
Model Solow
Seperti depresiasi,
populasi
pertumbuhan
ekonomi adalah salah
satu alasan mengapa
persediaan modal per
pekerja menyusut.
Jika n adalah tingkat
pertumbuhan
populasi dan δ adalah
tingkat depresiasi, maka (δ + n)k adalah impas investasi—jumlah investasi yang
diperlukan untuk menjaga agar persediaan modal per pekerja k tetap konstan.
Agar ekonomi berada dalam kondisi mapan, investasi sf(k) harus mengimbangi
efek depresiasi dan pertumbuhan populasi (δ + n)k. Hal ini diwakili oleh
persimpangan dari dua kurva.
Gambar di atas digunakan ntuk melihat apa yang menentukan tingkat kondisi
mapan modal per pekerja. Perekonomian berada dalam kondisi mapan jika modal
per pekerja k tidak berubah. Seperti sebelumnya, kita menetapkan nilai kondisi
mapan k sebagai k*. Jika k kurang dari k*, investasi lebih besar dari investasi
impas, jadi k naik. Jika k lebih besar dari k*, investasi kurang dari investasi impas,
jadi k turun.
Pada kondisi mapan, investasi berpengaruh positif terhadap modal
saham per pekerja persis menyeimbangkan efek negatif dari depresiasi dan
populasi pertumbuhan. Artinya, pada k*, ∆k = 0 dan i* = δ k* + nk*. Setelah
perekonomian berada di kondisi mapan, investasi memiliki dua tujuan. Sebagian
(δ k*) menggantikan modal yang terdepresiasi, dan sisanya (nk*) menyediakan
pekerja baru dengan kondisi-mapan jumlah modal.
24
menjelaskan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam standar hidup (karena output
per pekerja konstan dalam kondisi mapan), ini dapat membantu menjelaskan
pertumbuhan berkelanjutan pengeluaran total.
Kedua, pertumbuhan populasi memberi kita penjelasan lain mengapa beberapa
negara kaya dan yang lainnya miskin. Pertimbangkan efek dari peningkatan
pertumbuhan populasi. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan laju pertumbuhan penduduk dari n1 ke n2 mengurangi tingkat modal
per pekerja dari k1* ke k2*.
Dampak Pertumbuhan
Penduduk
Peningkatan laju
pertumbuhan penduduk dari
n₁ sampai n₂ menggeser
garis yang mewakili
pertumbuhan penduduk dan
depresiasi ke atas. Keadaan
mapan k*2 yang baru
memiliki tingkat modal per
pekerja yang lebih rendah
daripada k*1 keadaan
mapan awal. Dengan
demikian, model Solow
memprediksi bahwa
perekonomian dengan
tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi akan memiliki tingkat modal per
pekerja yang lebih rendah dan pendapatan yang lebih rendah.
Karena k* lebih rendah, dan karena y* = f(k*), tingkat output per pekerja y* juga
lebih rendah. Dengan demikian, model Solow memprediksi negara-negara dengan
pertumbuhan populasi yang lebih tinggi akan memiliki tingkat yang lebih rendah
dari PDB per orang.
Terakhir, pertumbuhan populasi memengaruhi kriteria kami untuk
menentukan Aturan Emas (memaksimalkan konsumsi) tingkat modal. Untuk
melihat bagaimana kriteria ini berubah, perhatikan bahwa konsumsi per pekerja
adalah
c = y − i.
Karena output kondisi—mapan adalah (k) dan investasi kondisi—mapan adalah
(δ + n)k*, kita dapat menyatakan konsumsi kondisi—mapan sebagai
c* = f(k*) − (δ + n)k*
25
Menggunakan argumen yang sebagian besar sama seperti sebelumnya, kami
menyimpulkan bahwa tingkat k* yang memaksimalkan konsumsi adalah salah
satu di mana
MPK = δ + n,
atau setara
MPK - δ = n
Dalam kondisi mapan Kaidah Emas, produk marjinal modal setelah dikurangi
depresiasi sama dengan tingkat pertumbuhan populasi.
26
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Model solow yang dikembangkan sejauh ini menujukkan bagaimana
tabungan dan pertumbuhan populasi menetukan persedian modal kondisi
mapan perekonomian dan tingkat pendapatan perkapita pada kondisi
mapan.
2. Dalam model Solow, peningkatan tingkat tabungan memiliki efek tingkat
pada pendapatan per pekerja, hal itu menyebabkan periode pertumbuhan
yang cepat, tetapi pada akhirnya pertumbuhan tersebut melambat seiring
dengan tercapainya keadaan mapan yang baru.
3. Jika ekonomi memiliki lebih banyak modal daripada kondisi mapan
Kaidah Emas, maka pengurangan tabungan akan meningkatkan konsumsi
di semua titik waktu. Sebaliknya, jika perekonomian memiliki modal
yang lebih sedikit daripada kondisi mapan Kaidah Emas, maka untuk
mencapai Kaidah Emas diperlukan peningkatan investasi dan dengan
demikian konsumsi yang lebih rendah untuk generasi saat ini.
4. Model Solow menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk dalam
perekonomian merupakan penentu standar hidup jangka panjang lainnya.
Menurut model Solow, semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk,
semakin rendah tingkat modal per pekerja dan output per pekerja. Teori
lain menyoroti efek lain dari pertumbuhan penduduk. Malthus menyatakan
bahwa pertumbuhan penduduk akan membebani sumber daya alam yang
diperlukan untuk menghasilkan makanan. Kremer menyarankan bahwa
populasi yang besar dapat mendorong kemajuan teknologi.
27
3.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29