Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“PERTUMBUHAN EKONOMI I : AKUMULASI MODAL DAN


PERTUMBUHAN PENDUDUK”
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Pengantar Ekonomi Makro
Dosem Pembimbing : Ibu Haryatih S.E., M. Si

Disusun Oleh :
Hanifah (11220820000078)
Kania Fakhira (11220820000079)
Adisty Putri Andinny (11220820000082)
Rizqia Listiani Rachmaningtyas (11220820000086)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah sebagai salah satu tugas mata kulia
Pengantar Ekonomi Makro. Makalah ini membahas mengenai Pertumbuhan
Ekonomi
Kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kulia Pengantar Ekonomi Makro, yakni Ibu Haryatih S.E., M.Si yang telah
membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami
juga berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami
masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata
bahasa. Namun, kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami
harapkan dengan harapan sebagai masukan dalamperbaikan dan penyempurnaan
pada makalah kami berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................5
1.3 TUJUAN........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Model Pertumbuhan Neo-Klasik Solow................................................6
2.2 Akumulasi Modal....................................................................................7
2.2.1 Penawaran dan Permintaan barang....................................................7
2.2.2 Permintaan Barang dan Fungsi Konsumsi.........................................9
2.2.3 Pertumbuhan Stok Modal dan Kondisi Stabil..................................10
2.2.4 Pengaruh Tabungan Terhadap Pertumbuhan.................................14
2.3 Tingkat Kaidah Emas dari Modal.......................................................17
2.3.1 Membandingkan Steady States dan Rumus Kaidah Emas.......17
2.3.2 Transisi ke Kondisi Stabil Kaidah Emas.....................................20
2.4 Pertumbuhan Penduduk.......................................................................22
2.4.1 Keadaan Mapan dengan Pertumbuhan Penduduk....................23
2.4.2 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk..............................................24
2.4.3 Perspektif Alternatif terhadap Pertumbuhan Penduduk..........26
BAB III PENUTUP..............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses dari perubahan kondisi
perekonomian yang terjadi di suatu negara secara berkesinambungan untuk
menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka waktu tertentu. Teori
pertumbuhan ekonomi menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
atau menentukan pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang,
penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang
lainya, sehingga dapat menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan
Persoalan pertumbuhan ekonomi dapat diperhitungkan sebagai masalah
makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya
kesanggupan suatu negara untuk mengadakan barang dan jasa akan meningkat.
Kesanggupan yang meningkat ini disebabkan oleh faktor-faktor produksi akan
terus mengalami peningkatan dalam kuantitas dan kualitasnya. Investasi akan
meningkatkan jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan menjadi
berkembang. Disamping itu tenaga kerja meningkat sebagai akibat pertumbuhan
populasi, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah skill mereka.
Teori teori mengenai pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan
oleh beberapa ahli ekonomi, salah satunya seorang ahli ekonomi yang bernama
Solow, ia mencoba mengembangkan teori dari yang telah dikemukakan oleh
Harrod-Domar. Solow menganggap bahwa tingkat suku bunga dapat berubah atau
tidak konstan. Sehingga dengan perubahan pada suku bunga ini, akan
mempengaruhi pergerakan pada tabungan dan investasi di masyarakat. Teori yang
dikembangkan oleh Solow dapat menggambarkan bagaimana pertumbuhan
ekonomi pada negara berkembang. Dimana Solow menggunakan kombinasi
penggunaan akumulasi modal dan tenaga kerja. Disamping itu Solow juga
menambahkan faktor teknologi dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
negara.
Berdasarkan penjelasan diatas, oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi
menjadi pembahasan makalah ini. Akan dibahas mengenai model solow
akumulasi modal, tingkat kaidah emas dari modal serta pertumbuhan populasi.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa itu teori Solow?
2. Bagaimana Akumulasi Modal dalam Pertumbuhan Ekonomi?
3. Bagaimana Tingkat Kaidah Emas pada Pertumbuhan Ekonomi?
4. Bagaimana Pertumbuhan Populasi bisa memengaruhi Pertumbuhan
ekonomi?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui teori Solow
2. Mengetahui Akumulasi Modal dalam Pertumbuhan Ekonomi
3. Mengetahui Tingkat Kaidah Emas pada Pertumbuhan Ekonomi
4. Mengetahui pengaruh Pertumbuhan Populasi terhadap Pertumbuhan
Ekonomi

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Model Pertumbuhan Neo-Klasik Solow


Solow (1956, 1957) adalah perintis teori pertumbuhan ekonomi yang
mempergunakan konsep teori neo-klasik, sehingga teori Solow dinyatakan
sebagai neoclassical growth model. Sejak pertama kali digagas oleh Robert R
Solow tahun 1956, teori yang dikembangkan Solow lebih merupakan gagasan
tentang pemodelan ekonomi makro yang melengkapi teori Keynes (1936) yang
dibangun untuk short-run analysis yang memang sejak awal dimaksudkan oleh
Keynes perlunya sebuah teori yang bersifat general untuk menyelesaikan depressi
ekonomi yang melanda dunia tahun 1930-an itu.
Solow kemudian mengajukan gagasan melengkapi teori the General Theory
dari Keynes 1936 itu dengan memadukan teori Keynes dengan teori neo-klasik
untuk membangun dimensi pertumbuhan yang tidak tersedia pada the General
Theory Keynes tersebut. Dengan demikian, saat ini teori Solow dikenal sebagai
Solow Neoclassical Model of Economic Growth. Solow mempergunakan
neoclassical production function framework yang menyertakan sejumlah variabel
seperti tabungan, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi pada sebuah
perekonomian tertutup dengan mengabaikan peranan rumah tangga pemerintah.
Sampai dengan tahun 1970-an, ketika perekonomian banyak negara
menghadapi stagnasi pertumbuhan ekonomi dengan inflasi yang semakin rumit
untuk dituntaskan, teori Solow dianggap masih belum dapat menjawab persoalan
penting teknologi yang dianggap sebagai variabel eksogen. Paul Romer (1980),
akhirnya memberikan jawaban tentang teknologi sebagai faktor endogeneous
yang perilakunya dapat dipetakan. Meskipun terdapat sejumlah pekerjaan yang
belum tuntas dari gagasan besar Robert R. Solow, tetapi merupakan dokumentasi
teori yang fundamental tentang pertumbuhan ekonomi jangka panjang, yang tidak
tersedia pada the General Theory Keynes yang bersifat jangka pendek. Model
Solow (1956) dewasa ini tetap relevan untuk dipelajari, karena pembahasan
tentang pertumbuhan ekonomi jangka panjang dari perekonomian suatu negara
tetap akan dimulai dari esensi teori yang dikemukakan pada model makro
ekonomi Solow (1956).
Pendekatan teoretis dari model Solow merupakan upaya merumuskan
penyederhanaan dari dunia nyata yang kompleks. Penyederhanaan dunia nyata
dilakukan dengan mempergunakan sejumlah asumsi meliputi antara lain:
a. Perekonomian dianggap hanya berproduksi pada satu komoditas yang
diperuntukkan untuk tujuan konsumsi maupun kepentingan investasi.

6
b. Perekonomian tertutup sederhana dengan tanpa peranan rumah tangga
pemerintah.
c. Seluruh potensi sumber daya diinvestasikan untuk menghasilkan output.
d. Pembentukan keseimbangan dalam jangka panjang, sehingga peranan uang
netral dalam perekonomian dan harga-harga adalah flexible.
e. Model Solow mengabaikan asumsi Harrod-Domar tentang fixed capital output
(K/Y) dan fixed capital labor ratio (K/L).
f. Tingkat pertumbuhan teknologi, pertumbuhan penduduk dan penyusutan stok
modal ditentukan secara eksogen.

2.2 Akumulasi Modal


Model pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana
pertumbuhan stok modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi
berinteraksi dalam ekonomi serta bagaimana pengaruhnya terhadap total output
barang dan jasa suatu negara. Kami akan membangun model ini dalam
serangkaian langkah. Langkah pertama kita adalah mengkaji bagaimana
penawaran dan permintaan barang menentukan akumulasi modal. Pada langkah
pertama ini, kita mengasumsikan bahwa angkatan kerja dan teknologi adalah
tetap. Kami kemudian mengendurkan asumsi-asumsi ini dengan memperkenalkan
perubahan dalam angkatan kerja nanti di bab ini dan dengan memperkenalkan
perubahan teknologi di bab berikutnya.

2.2.1 Penawaran dan Permintaan barang


Penawaran dan permintaan barang memainkan peran sentral dalam model
statis ekonomi tertutup. Hal yang sama berlaku untuk model Solow. Dengan
mempertimbangkan penawaran dan permintaan barang, kita dapat melihat apa
yang menentukan berapa banyak keluaran yang diproduksi pada waktu tertentu
dan bagaimana keluaran ini dialokasikan di antara penggunaan alternatif.
Penawaran Barang dan Fungsi Produksi Penawaran barang dalam model
Solow didasarkan pada fungsi produksi, yang menyatakan bahwa output
bergantung pada persediaan modal dan tenaga kerja:
Y=F(K, L)
Model pertumbuhan Solow mengasumsikan bahwa fungsi produksi
memiliki skala hasil konstan. Asumsi ini sering dianggap realistis, dan, seperti
yang akan kita lihat sebentar lagi, ini membantu menyederhanakan analisis.
Ingatlah bahwa fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika
zY = F(zK, zL)

7
untuk setiap bilangan positif z. Artinya, jika modal dan tenaga kerja dikalikan
dengan z, jumlah output juga dikalikan dengan z.
Fungsi produksi dengan skala hasil konstan memungkinkan kita
menganalisis semua kuantitas dalam ekonomi relatif terhadap ukuran angkatan
kerja. Untuk melihat bahwa ini benar, tetapkan z = 1/L dalam persamaan
sebelumnya untuk mendapatkan
Y/L= F(K/L, 1).
Persamaan ini menunjukkan bahwa jumlah output per pekerja Y/L
merupakan fungsi dari jumlah modal per pekerja K/L. (Angka 1 adalah konstan
dan dengan demikian dapat diabaikan). Asumsi skala hasil konstan menyiratkan
bahwa ukuran perekonomian yang diukur dengan jumlah pekerja tidak
memengaruhi hubungan antara output per pekerja dan modal per pekerja.
Karena ukuran ekonomi tidak masalah, itu akan terbukti nyaman
menunjukkan semua kuantitas dalam istilah per pekerja. Kami menetapkan
jumlah per pekerja dengan huruf kecil, jadi y = Y/L adalah output per pekerja, dan
k = K/L adalah modal per pekerja. Kemudian kita dapat menulis fungsi produksi
sebagai
y = f(k),
di mana kita mendefinisikan f(k) = F(k, 1), Gambar 2.1 mengilustrasikan fungsi
produksi ini.

Gambar 2.1
Kemiringan fungsi produksi ini menunjukkan berapa banyak output
tambahan yang dihasilkan seorang pekerja ketika diberi satu unit modal tambahan.
Jumlah ini merupakan produk marjinal dari modal MPK. Secara matematis, kita
menulis

8
MPK = f(k+1) = f(k).
Perhatikan bahwa dalam Gambar 2.1, ketika jumlah kapital meningkat, fungsi
produksi menjadi lebih datar, menunjukkan bahwa fungsi produksi menunjukkan
produk kapital marjinal yang menurun. Ketika k rendah, rata-rata pekerja hanya
memiliki sedikit modal untuk bekerja, sehingga satu unit tambahan modal sangat
berguna dan menghasilkan banyak output tambahan. Ketika k tinggi, rata-rata
pekerja sudah memiliki banyak modal, sehingga unit tambahan hanya
meningkatkan produksi sedikit.

2.2.2 Permintaan Barang dan Fungsi Konsumsi


Permintaan barang pada model Solow berasal dari konsumsi dan investasi.
Dengan kata lain, output per pekerja y dibagi antara konsumsi per pekerja c dan
investasi per pekerja i:
y = c + i.
Persamaan ini adalah versi per pekerja dari identitas akun pendapatan
nasional untuk ekonomi. Perhatikan bahwa ia menghilangkan pembelian
pemerintah (yang untuk tujuan sekarang dapat kita abaikan) dan ekspor neto
(karena kita mengasumsikan ekonomi tertutup).
Model Solow mengasumsikan bahwa setiap tahun orang menabung
sebagian kecil dari pendapatan mereka dan mengkonsumsi sebagian kecil (1-s).
Kita dapat mengungkapkan gagasan ini dengan fungsi konsumsi berikut:
c = (1 - s )y,
dimana s, tingkat tabungan, adalah angka antara nol dan satu. Perlu diingat bahwa
berbagai kebijakan pemerintah berpotensi mempengaruhi tingkat tabungan suatu
negara, jadi salah satu tujuan kita adalah menemukan tingkat tabungan s yang
diinginkan. Namun, untuk saat ini, kita hanya mengambil tingkat tabungan s
seperti yang diberikan.
Untuk melihat apa implikasi fungsi konsumsi ini terhadap investasi,
gantikan (1-s)y untuk c dalam identitas neraca pendapatan nasional:
y= (1-s) y+i.
Atur ulang persyaratan untuk mendapatkan
i = sy.
Persamaan ini menunjukkan bahwa investasi sama dengan tabungan. Jadi, tingkat
tabungan juga merupakan bagian dari output yang dikhususkan untuk investasi.

9
Kami sekarang telah memperkenalkan dua bahan utama model Solow,
fungsi produksi dan fungsi konsumsi yang menggambarkan perekonomian setiap
saat. Untuk setiap persediaan modal k, fungsi produksi y = f(k) menentukan
berapa banyak output yang dihasilkan perekonomian, dan tingkat tabungan
menentukan alokasi output tersebut antara konsumsi dan investasi.

2.2.3 Pertumbuhan Persediaan Modal dan Kondisi Mapan


Setiap saat, stok modal merupakan penentu utama output perekonomian,
tetapi stok modal dapat berubah seiring waktu, dan perubahan tersebut dapat
menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Secara khusus, dua kekuatan yang
mempengaruhi persediaan modal adalah investasi dan depresiasi. Investasi adalah
pengeluaran untuk pabrik dan peralatan baru, dan hal itu menyebabkan persediaan
modal meningkat. Depresiasi adalah habisnya modal lama, dan itu menyebabkan
persediaan modal jatuh. Seperti yang telah kita catat, investasi per pekerja i sama
dengan sy. Dengan mengganti y dengan fungsi produksi, kita dapat menyatakan
investasi per pekerja sebagai fungsi dari persediaan modal per pekerja:
i = sf(k).
Persamaan ini menghubungkan stok kapital k yang ada dengan akumulasi kapital
baru i. Gambar 2.2 menunjukkan hubungan ini. Gambar ini mengilustrasikan
bagaimana, untuk setiap nilai k, jumlah output ditentukan oleh fungsi produksi
f(k),

Gambar 2.2
dan alokasi output antara konsumsi dan tabungan ditentukan oleh tingkat
tabungan s.
Untuk memasukkan penyusutan ke dalam model, kita asumsikan bahwa
sebagian kecil dari ẟ persediaan modal habis dipakai setiap tahun. Di sini ẟ (delta
huruf Yunani, huruf kecil) disebut tingkat depresiasi. Misalnya, jika modal

10
bertahan rata-rata 25 tahun, maka tingkat penyusutannya adalah 4 persen per
tahun (ẟ = 0,04). Jumlah modal yang terdepresiasi setiap tahun adalah ẟk.
Gambar 2.3 menunjukkan berapa jumlah penyusutan tergantung pada persediaan
modal.

Gambar 2.3
Kita dapat mengungkapkan dampak investasi dan depresiasi pada
persediaan modal dengan persamaan ini:
Perubahan Modal = Investasi - Depresiasi
Δk = i - ẟk
dimana Δk adalah perubahan persediaan modal antara satu tahun dan tahun
berikutnya. Karena investasi i sama dengan sf(k), kita dapat menuliskannya
sebagai
Δk = sf(k) - ẟk.

Gambar2.4
Gambar 2.4 menggambarkan istilah-istilah dari persamaan investasi dan
depresiasi untuk berbagai tingkat persediaan modal k. Semakin tinggi persediaan
modal, semakin besar jumlah output dan investasi. Namun semakin tinggi
persediaan modal, semakin besar pula jumlah penyusutannya.

11
Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.4, ada satu persediaan modal k*
di mana jumlah investasi sama dengan jumlah depresiasi. Jika perekonomian
berada pada tingkat persediaan modal ini, persediaan modal tidak akan berubah
karena dua kekuatan bertindak atasnya investasi dan depresiasi seimbang. Artinya
pada k*, Δk = 0, sehingga persediaan modal k dan output f(k) stabil dari waktu ke
waktu (daripada tumbuh atau menyusut). Oleh karena itu, kita menyebut k*
kondisi mapan (stabil) tingkat modal negara.
Kondisi mapan penting karena dua alasan. Seperti yang baru saja kita
lihat, ekonomi pada kondisi mapan akan tetap ada. Selain itu, dan tidak kalah
pentingnya, ekonomi yang tidak stabil akan pergi ke sana. Artinya, terlepas dari
levelnya modal yang dengannya ekonomi dimulai, ia berakhir dengan kondisi
mapan tingkat modal. Dalam pengertian ini, kondisi mapan mewakili ekuilibrium
jangka panjang dari ekonomi.
Untuk melihat mengapa ekonomi selalu berakhir pada kondisi mapan,
misalkan ekonomi dimulai dengan tingkat modal yang kurang dari kondisi mapan,
seperti tingkat k, pada Gambar 2.4. Dalam hal ini, tingkat investasi melebihi
jumlah depresiasi. Seiring waktu, persediaan modal akan meningkat dan akan
terus meningkat seiring dengan output f(k) hingga mendekati kondisi mapan k*.
Demikian pula, misalkan ekonomi dimulai dengan lebih dari tingkat
modal kondisi mapan, seperti tingkat k 2. Dalam hal ini, investasi lebih kecil
daripada depresiasi: modal lebih cepat usang daripada diganti. Persediaan modal
akan turun, sekali lagi mendekati tingkat kondisi mapan. Begitu persediaan
modal mencapai kondisi mapan, investasi sama dengan depresiasi, dan tidak ada
tekanan bagi persediaan modal untuk naik atau turun.

Mendekati Kondisi Mapan: Contoh Numerik


Mari kita gunakan contoh numerik untuk melihat bagaimana model Solow bekerja
dan bagaimana perekonomian mendekati kondisi mapan. Untuk contoh ini, kita
asumsikan bahwa fungsi produksi adalah

Y = K 1 /2 L1 /2

Anda akan mengenali ini sebagai fungsi produksi Cobb-Douglas dengan


parameter modal α sama dengan 1/2. Untuk menurunkan per pekerja fungsi
produksi f(k), bagi kedua sisi fungsi produksi dengan angkatan kerja L
1 /2 1/ 2
Y K L
=
L L

12
Atur ulang untuk mendapatkan:

( )
1 /2
Y K
=
L L

Karena y = Y/L dan k = K/L, persamaan ini menjadi:

y = k 1/2

yang juga dapat ditulis sebagai:

y = √k

Bentuk fungsi produksi ini menyatakan bahwa output per pekerja sama dengan
akar kuadrat dari jumlah kapital per pekerja.
Untuk melengkapi contoh, mari kita asumsikan bahwa 30 persen output
disimpan (s = 0,3), bahwa 10 persen dari persediaan modal terdepresiasi setiap
tahun (ẟ = 0,1), dan bahwa perekonomian dimulai dengan 4 unit modal per
pekerja (k = 4). Mengingat angka-angka ini, kita sekarang dapat memeriksa apa
yang terjadi pada perekonomian ini dari waktu ke waktu.
Kita mulai dengan melihat produksi dan alokasi keluaran pada tahun
pertama, ketika perekonomian memiliki 4 unit modal per pekerja. Inilah langkah-
langkah yang kita ikuti

 Menurut fungsi produksi y = √ k , 4 unit modal per pekerja (k)


menghasilkan 2 unit output per pekerja (y).
 Karena 30 persen output ditabung dan diinvestasikan dan 70 persen
dikonsumsi, i = 0.6 dan c = 1.4.
 Karena 10 persen dari persediaan modal terdepresiasi, ẟk = 0,4.
 Dengan investasi 0,6 dan depresiasi 0,4, perubahan modal adalah Δk = 0,2.

Dengan demikian, ekonomi memulai tahun keduanya dengan 4,2 unit modal per
pekerja.

13
Gambar 2.5
Kita dapat melakukan perhitungan yang sama untuk setiap tahun
berikutnya. Gambar 2.5 menunjukkan bagaimana perekonomian berkembang.
Setiap tahun, karena investasi melebihi depresiasi, kapital baru ditambahkan dan
output tumbuh. Selama bertahun-tahun, ekonomi mendekati kondisi mapan
dengan 9 unit modal per pekerja. Dalam keadaan mapan ini, investasi sebesar 0,9,
persis mengimbangi depresiasi sebesar 0,9, sehingga persediaan modal dan output
tidak lagi tumbuh.
Mengikuti perkembangan ekonomi selama bertahun-tahun adalah salah
satu cara untuk menemukan modal steady state, tetapi ada cara lain yang
membutuhkan lebih sedikit perhitungan.
Δk = sf(k) - ẟk
Persamaan ini menunjukkan bagaimana k berkembang dari waktu ke waktu.
Karena steady state adalah (menurut definisi) nilai k di mana Δk = 0,
0 = sf(k) - ẟk*
Atau setara,
k¿ s
¿ =
f (k ) ẟ

Persamaan ini memberikan cara untuk menemukan tingkat steady state modal per
pekerja, k*. Mengganti angka dan fungsi produksi dari contoh kita, kita dapatkan
k ¿ 0,3
=
√ k ¿ 0,1

14
Sekarang kuadratkan kedua sisi persamaan ini untuk mencari
k* = 9.
Stok modal kondisi mapan adalah 9 unit per pekerja. Hasil ini menegaskan
perhitungan kondisi mapan pada Gambar 2.5.

2.2.4 Pengaruh Tabungan Terhadap Pertumbuhan


Pertimbangkan apa yang terjadi pada suatu perekonomian ketika tingkat
tabungannya meningkat. Perekonomian diasumsikan dimulai pada kondisi mapan
dengan tingkat tabungan s1 dan stok modal k*1. Ketika tingkat tabungan
meningkat dari s1 ke s2, kurva sf(k) bergeser ke atas. Pada tingkat tabungan awal
s1 dan stok modal awal k*1, jumlah investasi hanya mengimbangi jumlah
penyusutan. Segera setelah tingkat tabungan naik, investasi menjadi lebih tinggi,
namun stok modal dan depresiasi tidak berubah, sehingga investasi melebihi
depresiasi, dan stok modal secara bertahap akan naik hingga perekonomian
mencapai kondisi mapan yang baru, k*2, yang memiliki stok modal yang lebih
tinggi dan tingkat output yang lebih tinggi daripada kondisi mapan yang lama.
Model Solow menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah penentu utama
dari stok kapital kondisi mapan. Jika tingkat tabungan tinggi, perekonomian akan
memiliki stok modal yang modal yang besar dan tingkat output yang tinggi. Jika
tingkat tabungan rendah, perekonomian akan memiliki stok modal yang kecil dan
tingkat modal yang kecil dan tingkat output yang rendah. Defisit anggaran
pemerintah dapat dapat mengurangi tabungan nasional dan menghambat investasi.
Sekarang kita dapat melihat bahwa konsekuensi jangka panjang dari berkurangnya
tingkat tabungan adalah stok modal yang lebih rendah dan pendapatan nasional
yang lebih rendah. Inilah sebabnya mengapa banyak ekonom mengkritik defisit
anggaran yang terus-menerus.
Apa yang dikatakan model Solow tentang hubungan antara tabungan dan
pertumbuhan ekonomi? Tabungan yang lebih tinggi menyebabkan pertumbuhan
yang lebih cepat dalam model Solow, tetapi hanya untuk sementara. Peningkatan
tingkat tabungan meningkatkan pertumbuhan hanya sampai ekonomi mencapai
kondisi stabil yang baru. Jika perekonomian mempertahankan tingkat simpanan
yang tinggi yang tinggi, maka akan mempertahankan stok modal yang besar dan
tingkat output yang tinggi, tetapi tidak akan mempertahankan tingkat
pertumbuhan yang tinggi selamanya.

Studi kasus
Tabungan dan Investasi di Seluruh Dunia

15
Mengapa beberapa negara begitu kaya sementara yang lain terperosok dalam
kemiskinan? Menurut model Solow, jika suatu negara mencurahkan sebagian
besar pendapatannya untuk tabungan dan investasi, negara tersebut akan memiliki
modal kondisi mapan (steady state) yang tinggi dan tingkat pendapatan yang
tinggi. Jika suatu negara hanya menabung dan menginvestasikan sebagian kecil
dari pendapatannya, steady state modal dan pendapatan negaranya akan rendah.

Gambar 2.6
Bukti Internasional tentang Tingkat Investasi dan Pendapatan per Orang Grafik
sebar ini menunjukkan pengalaman 96 negara, masing-masing diwakili oleh satu
titik. Sumbu horizontal menunjukkan tingkat investasi negara, dan sumbu
vertikal menunjukkan pendapatan negara per orang. Investasi yang tinggi
dikaitkan dengan pendapatan yang tinggi per orang, seperti yang diprediksi oleh
model Solow.
Sekarang mari lihat beberapa data untuk melihat apakah hasil teoretis ini
benar-benar membantu menjelaskan variasi internasional yang besar dalam
standar kehidupan. Gambar 2.6 adalah sebaran data dari 96 negara. (Angka
tersebut mencakup sebagian besar perekonomian dunia. Tidak termasuk negara-
negara penghasil minyak utama dan negara-negara komunis selama sebagian
besar periode ini, karena pengalaman mereka dijelaskan dalam kondisi khusus).
Data menunjukkan hubungan positif antara fraksi output yang dikhususkan untuk
investasi dan tingkat pendapatan per orang. Artinya, negara dengan tingkat
investasi yang tinggi, seperti Amerika Serikat dan Jepang, biasanya memiliki
pendapatan yang tinggi, sedangkan negara dengan tingkat investasi yang rendah,
seperti Etiopia dan Burundi, memiliki pendapatan yang rendah. Dengan
demikian, data tersebut konsisten dengan prediksi model Solow bahwa tingkat
investasi merupakan penentu utama apakah suatu negara kaya atau miskin.
Korelasi kuat yang ditunjukkan dalam gambar ini adalah fakta penting,
tetapi menimbulkan banyak pertanyaan sekaligus pemecahannya. Orang mungkin

16
bertanya, mengapa tingkat tabungan dan investasi sangat bervariasi dari satu
negara ke negara lain? Ada banyak jawaban potensial, seperti kebijakan pajak,
pola pensiun, perkembangan pasar keuangan, dan perbedaan budaya. Selain itu,
stabilitas politik juga berperan: tidak mengejutkan, tingkat tabungan dan investasi
cenderung rendah di negara-negara yang sering mengalami perang, revolusi, dan
kudeta. Tabungan dan investasi juga cenderung rendah di negara-negara dengan
institusi politik yang buruk, yang diukur dengan estimasi korupsi pejabat.
Interpretasi terakhir dari bukti pada Gambar 2.6 adalah penyebab terbalik:
mungkin tingkat pendapatan yang tinggi entah bagaimana mendorong tingkat
tabungan dan investasi yang tinggi. Sayangnya, tidak ada konsensus di antara
para ekonom tentang mana dari banyak kemungkinan penjelasan yang paling
penting.
Hubungan antara tingkat investasi dan pendapatan per orang sangat kuat,
dan ini merupakan petunjuk penting mengapa beberapa negara kaya dan yang lain
miskin, tetapi ini bukanlah keseluruhan cerita. Korelasi antara kedua variabel ini
jauh dari sempurna. Amerika Serikat dan Peru, misalnya, memiliki tingkat
investasi yang sama, tetapi pendapatan per orang lebih dari delapan kali lebih
tinggi di Amerika Serikat. Harus ada faktor penentu lain dari standar hidup di
luar tabungan dan investasi.

2.3 Tingkat Kaidah Emas dari Modal


Sejauh ini, kita sudah memakai model Solow untuk meninjau bagaimana
tingkat tabungan serta investasi suatu perekonomian. Analisis ini bisa jadi
membuat berpikir bahwa tabungan yang lebih besar selalu menggambarkan hal
yang baik, sebab selalu menghasilkan pendapatan yang lebih besar. Tetapi,
anggaplah suatu negara mempunyai tingkatan tabungan 100 persen. Perihal
tersebut akan menghasilkan stok modal terbesar serta pendapatan terbesar. Tetapi
bila seluruh pendapatan ini ditabung serta tidak ada yang dikonsumsi, apa
manfaatnya? Bagian ini memakai model Solow untuk mangulas jumlah akumulasi
modal yang maksimal dari sudut pandang kesejahteraan ekonomi. Pada bab
berikutnya, kita akan mangulas bagaimana kebijakan pemerintah pengaruhi
tingkatan tabungan suatu negara. Tetapi lebih dahulu, pada bagian ini, kami
menyajikan teori di balik keputusan-keputusan kebijakan tersebut.

2.3.1 Membandingkan Steady States dan Rumus Kaidah Emas


Untuk membuat analisis kita tetap sederhana, mari kita asumsikan kalau
pembentuk kebijakan bisa mengendalikan tingkatan tabungan ekonomi pada
tingkat berapa pun. Dengan menetapkan tingkat tabungan, pembentuk kebijakan

17
memastikan kondisi stabil ekonomi, kondisi stabil apa yang wajib dipilih oleh
pembentuk kebijakan?
Pada saat memilih keadaan steady state, tujuan pembentuk kebijakan yakni
untuk mengoptimalkan kesejahteraan individu- individu yang membentuk
masyarakat. Individu- individu itu sendiri tidak hirau dengan jumlah modal dalam
perekonomian, maupun jumlah output. Mereka peduli dengan jumlah barang dan
jasa yang bisa mereka konsumsi. Dengan demikian, seorang pembentuk kebijakan
yang baik hati akan memilih keadaan mapan dengan tingkatan konsumsi paling
tinggi, nilai k yang memaksimalkan konsumsi disebut sebagai tingkat kapital
Golden Rule serta dilambangkan dengan k*gold.
Bagaimana kita bisa mengetahui apakah sesuatu perekonomian terletak pada
tingkatan Kaidah Emas? Untuk menjawab persoalan ini, pertama- tama kita harus
menentukan konsumsi per pekerja dalam keadaan mapan. Setelah itu kita bisa
melihat keadaan normal mana yang menciptakan konsumsi paling banyak
Untuk menemukan konsumsi tiap pekerja konsumsi ketika kondisi mapan,
dimulai dari identitas pos pendapatan nasional :

C=y−i
Persamaan ini menyatakan konsumsi adalah output dikurangi investasi.
Karena kita ingin menemukan kondisi mapan, maka substitusi nilai kondisi mapan
untuk output dan investasi. Output tiap pekerja pada kondisi mapan adalah f(k*),
di mana k* adalah modal kondisi stabil stok modal per pekerja. Lebih jauh lagi,
karena stok modal tidak berubah dalam kondisi investasi sama dengan penyusutan
δk*. Mengganti f(k*) untuk y dan δk* untuk i, kita dapat menulis konsumsi per
pekerja dalam kondisi mapan sebagai berikut :

c* = f(k*) – δk*
Menurut persamaan ini, konsumsi pada kondisi mapan adalah sisa dari
output kondisi mapan dikurangi depresiasi pada kondisi mapan. Ini menunjukkan
bahwa kenaikan modal kondisi mapan memiliki dua efek berlawanan pada kondisi
mapan. Di satu sisi, lebih banyak modal berarti lebih banyak output. Di sisi lain,
lebih banyak modal berarti lebih banyak output yang harus digunakan untuk
mengganti modal yang habis dipakai.
Gambar 3.1 menunjukkan grafik output kondisi mapan dan depresiasi
kondisi mapan sebagai fungsi dari stok modal kondisi mapan. Konsumsi kondisi
mapan adalah selisih antara output dan penyusutan, gambar ini menunjukkan
bahwa ada satu tingkat stok kapital modal - level k*gold—yang memaksimalkan
konsumsi.

18
Output perekonomian digunakan
untuk konsumsi atau investasi dalam
kondisi mapan, investasi sama dengan
depresiasi. oleh karena itu, konsumsi
kondisi mapan adalah perbedaan antara
output f(k*) dan depresiasi k*. Konsumsi
mapan dimaksimalkan pada kondisi
mapan kaidah emas. Persediaan modal
kaidah emas dinyatakan dinyatakan dalam
k*gold dan konsumsi kaidah emas
Gambar 3.1 dinyatakan dalam C*gold.

Jika tingkat modal berada di bawah tingkat kaidah emas maka kenaikan
persediaan modal akan meningkatkan output lebih banyak ketimbang depresiasi,
sehingga konsumsi meningkatkan. Sebaliknya, jika persediaan modal berada di
atas tingkat kaidah emas maka kenaikan persediaan modal mengurangi konsumsi,
karena kenaikan output lebih kecil ketimbang kenaikan depresiasi. Kita buat
kondisi sederhana yang mencirikan tingkat kain modal kaidah emas. Ingat
kemiringan fungsi produksi adalah produk Marginal MPK. Kemiringan garis δk*
adalah δ. Karena kedua kemiringan ini sama pada k*gold, Aturan Emas (Golden
Rule) dapat dijelaskan oleh persamaan sebagai berikut :

MPK = δ
Pada tingkat modal kaidah emas, produk marjinal modal sama dengan tingkat
depresiasi. Ingat, perekonomian tidak otomatis bergravitasi menuju kondisi mapan
tertentu, seperti kaidah emas, kita butuh tingkat tabungan tertentu untuk
mendukungnya.
Gambar 3.2 menunjukkan kondisi steady-state jika tingkat tabungan ditetapkan
untuk menghasilkan tingkat modal. Jika tingkat simpanan lebih tinggi dari yang
digunakan dalam gambar ini, maka stok modal steady state akan terlalu tinggi.
Jika tingkat tabungan lebih rendah, stok modal kondisi stabil akan terlalu rendah.
Dalam kedua kasus tersebut, konsumsi steady-state akan lebih rendah daripada
pada kondisi steady state Golden Rule Tingkat Tabungan dan Kaidah Emas

19
Gambar 3.2
Hanya ada satu tingkat tabungan yang memproduksi tingkat modal kaidah emas
k*gold. Setiap perubahan dalam tingkat tabungan akan menggeser kurva sf(k) dan
akan menggerakkan perekonomian menuju kondisi mapan dengan tingkat
konsumsi yang lebih rendah.

2.3.2 Transisi ke Kondisi Stabil Kaidah Emas


Kita harus mempertimbangkan dua kasus: perekonomian mungkin dimulai
dengan modal yang lebih banyak dibandingkan pada kondisi stabil Golden Rule,
atau dengan modal yang lebih sedikit. Ternyata kedua kasus tersebut memberikan
masalah yang sangat berbeda bagi para pembuat kebijakan. (Seperti yang akan
kita lihat pada bab berikutnya, kasus kedua - modal yang terlalu sedikit -
menggambarkan sebagian besar perekonomian aktual, termasuk Amerika Serikat).
a) Memulai dengan Terlalu Banyak Modal
Jika persediaan modal terlalu besar, maka pembuat kebijakan akan
mengeluarkan kebijakan yang membuat tingkat tabungan menurun
(misalnya menurunkan tingkat bunga deposito). Penurunan tingkat
simpanan membuat konsumsi meningkat, investasi menurun, dan secara
bertahap persediaan modal menurun. Investasi menurun membuat
jumlahnya kurang dari depresiasi, akibatnya ekonomi tidak lagi berada
dalam kondisi mapan. Persediaan modal yang secara bertahap menurun
membuat output, konsumsi dan investasi juga menurun. Tiga variabel akan
terus menurun sampai ekonomi mencapai kondisi mapan baru.
Jika investasi kecil, maka akan menikmati konsumsi yang besar
dan menyebabkan generasi yang akan datang menikmati konsumsi yang
lebih rendah. Dibandingkan dengan kondisi mapan yang lama, konsumsi
lebih tinggi tidak hanya dalam kondisi mapan yang baru tetapi juga
disepanjang jalur menuju kondisi mapan tersebut. Ketika persediaan
modal melebihi tingkat kaidah emas, mengurangi tabungan jelas
merupakan kebijakan yang baik. karena meningkatkan konsumsi di setiap
titik waktu.

20
Gambar ini menunjukkan
apa yang terjadi dari
waktu ke waktu terhadap
output, konsumsi, dan
investasi ketika
perekonomian dimulai
dengan modal yang lebih
besar dari tingkat Aturan
Emas dan tingkat
tabungan berkurang.
Penurunan tingkat
tabungan (pada waktu t0)
menyebabkan peningkatan
langsung dalam konsumsi dan penurunan yang sama dalam investasi.
Seiring berjalannya waktu, ketika stok modal turun, output, konsumsi, dan
investasi turun bersama-sama. Karena perekonomian dimulai dengan
terlalu banyak modal, kondisi steady state yang baru memiliki memiliki
tingkat konsumsi yang lebih tinggi dari kondisi keadaan mapan awal.

b) Memulai dengan Terlalu Sedikit Modal


Ketika perekonomian dimulai dengan modal yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kondisi steady state Golden Rule, maka pembuat
kebijakan harus menaikkan tingkat tabungan untuk mencapai Golden
Rule. Gambar 3.3 menunjukkan apa yang terjadi. Kenaikan tingkat
tabungan pada waktu t0 menyebabkan penurunan konsumsi dan
peningkatan investasi. Seiring waktu, investasi yang lebih tinggi
menyebabkan stok modal meningkat. Ketika modal terakumulasi, output,
konsumsi, dan investasi secara bertahap meningkat, yang pada akhirnya
mendekati tingkat kondisi stabil yang baru. Karena kondisi stabil awal
berada di bawah Golden Rule, peningkatan tabungan pada akhirnya
mengarah ke tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang berlaku
pada awalnya.

Gambar ini menunjukkan apa yang terjadi dari


waktu ke waktu terhadap output, konsumsi, dan
investasi ketika perekonomian dimulai dengan
modal yang lebih sedikit daripada Golden Rule,
dan tingkat tabungan meningkat. Kenaikan
tingkat tabungan (pada waktu t0) menyebabkan

21
penurunan langsung dalam konsumsi dan lonjakan yang
sama dalam investasi. Seiring berjalannya waktu, seiring dengan pertumbuhan
stok modal, output, konsumsi, dan investasi meningkat secara bersamaan. Karena
perekonomian dimulai dengan modal yang lebih sedikit dari Aturan Emas, kondisi
mapan yang baru memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada kondisi
mapan awal.

Apakah peningkatan simpanan yang mengarah ke kondisi stabil Golden


Rule meningkatkan kesejahteraan ekonomi? Pada akhirnya ya, karena tingkat
konsumsi pada kondisi stabil lebih tinggi. Namun, untuk mencapai kondisi stabil
yang baru tersebut, diperlukan periode awal pengurangan konsumsi. Perhatikan
perbedaannya dengan kasus di mana perekonomian dimulai di atas Golden Rule,
ketika perekonomian dimulai di atas Golden Rule, mencapai Golden Rule akan
menghasilkan konsumsi yang lebih tinggi di semua titik waktu, ketika
perekonomian dimulai di bawah Golden Rule, mencapai Golden Rule
membutuhkan pengurangan konsumsi pada awalnya untuk meningkatkan
konsumsi di masa depan. Ketika memutuskan apakah akan mencoba mencapai
kondisi stabil Golden Rule, pembuat kebijakan harus mempertimbangkan bahwa
konsumen saat ini dan konsumen di masa depan tidak selalu sama. Mencapai
Kaidah Emas akan mencapai kondisi tertinggi dan dengan demikian akan
menguntungkan generasi mendatang.
Namun ketika ekonomi pada awalnya berada di bawah Kaidah Emas,
untuk mencapai Kaidah Emas perlu meningkatkan investasi dan dengan demikian
menurunkan konsumsi generasi saat ini. Dengan demikian, ketika memilih apakah
akan meningkatkan akumulasi modal, pembuat pembuat kebijakan menghadapi
pengorbanan di antara kesejahteraan generasi yang berbeda. Seorang pembuat
kebijakan yang lebih peduli pada generasi saat ini daripada generasi yang akan
datang mungkin memutuskan untuk tidak melanjutkan kebijakan untuk mencapai
kondisi stabil Golden Rule. Sebaliknya, seorang pembuat kebijakan yang peduli
dengan semua generasi secara setara akan memilih untuk mencapai mencapai
Kaidah Emas. Meskipun generasi saat ini akan mengkonsumsi lebih sedikit,
sejumlah generasi generasi mendatang yang tak terbatas akan mendapatkan
keuntungan dengan beralih ke Aturan Emas.

2.4 Pertumbuhan Penduduk


Model dasar Solow menunjukkan bahwa akumulasi modal, dengan
sendirinya, tidak dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan:
tingkat tabungan yang tinggi menyebabkan pertumbuhan yang tinggi untuk
sementara, tetapi perekonomian pada akhirnya mendekati kondisi mapan di mana
modal dan output konstan. Untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang

22
berkelanjutan yang kita amati di sebagian besar dunia, kita harus memperluas
model solow untuk menggabungkan dua sumber pertumbuhan ekonomi lainnya
yaitu pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.

2.4.1 Keadaan Mapan dengan Pertumbuhan Penduduk


Bagaimana pertumbuhan penduduk mempengaruhi keadaan mapan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus membahas bagaimana pertumbuhan
penduduk, bersama dengan investasi dan derpresiasi, mempengaruhi akumulasi
modal per pekerja. Invstasi meningkatkan stok modal dan depresiasi
menguranginya. Tapi sekarang ada gaya ketiga yang bertindak untuk mengubah
jumlah modal per pekerja: pertumbuhan jumlah pekerja menyebabkan modal per
pekerja turun.
Huruf kecil digunakan sebagai simbol kualitas per pekerja. Jadi, k = K/L
adalah modal per pekerja, dan y = Y/L adalah output per pekerja. Pelu diingat,
bagaimanapun, bahwa jumlah pekerja tumbuh dari waktu ke waktu. Perubahan
modal saham per pekerja adalah

Persamaan ini menunjukkan bagaimana investasi, depresiasi, dan


pertumbuhan penduduk mempengaruhi persediaan modal per pekerja. Investasi
meningkatkan k, sedangkan depresiasi dan pertumbuhan penduduk menurunkan k.
Kita dapat menganggap istilah (δ + n) untuk mendefinisikan investasi titik
impas (jumlah investasi yang diperlukan untuk menjaga persediaan modal per
pekerja tetap konstan). Investasi titik impas mencakup penyusutan modal yang
ada, yang sama dengan δk . Ini juga mencakup jumlah investasi yang diperlukan
untuk menyediakan pekerja baru dengan modal. Jumlah investasi yang diperlukan
untuk tujuan ini adalah nk, karena ada pekerja baru untuk setiap pekerja yang ada
dan karena k adalah jumlah modal untuk setiap pekerja. Persamaan menunjukkan
bahwa pertumbuhan populasi mengurangi akumulasi modal per pekerja seperti
halnya depresiasi. Depresiasi mengurangi k dengan menghabiskan persediaan
modal, sedangkan pertumbuhan populasi mengurangi k dengan menyebarkan
persediaan modal secara lebih tipis di antara populasi pekerja yang lebih besar.
Analisis kami dengan pertumbuhan populasi sekarang berjalan seperti
sebelumnya. Pertama, subtitusi sf(k) dengan i. Persamaan tersebut kemudian dapat
ditulis sebagai

23
Pertumbuhan
Populasi dalam
Model Solow
Seperti depresiasi,
populasi
pertumbuhan
ekonomi adalah salah
satu alasan mengapa
persediaan modal per
pekerja menyusut.
Jika n adalah tingkat
pertumbuhan
populasi dan δ adalah
tingkat depresiasi, maka (δ + n)k adalah impas investasi—jumlah investasi yang
diperlukan untuk menjaga agar persediaan modal per pekerja k tetap konstan.
Agar ekonomi berada dalam kondisi mapan, investasi sf(k) harus mengimbangi
efek depresiasi dan pertumbuhan populasi (δ + n)k. Hal ini diwakili oleh
persimpangan dari dua kurva.
Gambar di atas digunakan ntuk melihat apa yang menentukan tingkat kondisi
mapan modal per pekerja. Perekonomian berada dalam kondisi mapan jika modal
per pekerja k tidak berubah. Seperti sebelumnya, kita menetapkan nilai kondisi
mapan k sebagai k*. Jika k kurang dari k*, investasi lebih besar dari investasi
impas, jadi k naik. Jika k lebih besar dari k*, investasi kurang dari investasi impas,
jadi k turun.
Pada kondisi mapan, investasi berpengaruh positif terhadap modal
saham per pekerja persis menyeimbangkan efek negatif dari depresiasi dan
populasi pertumbuhan. Artinya, pada k*, ∆k = 0 dan i* = δ k* + nk*. Setelah
perekonomian berada di kondisi mapan, investasi memiliki dua tujuan. Sebagian
(δ k*) menggantikan modal yang terdepresiasi, dan sisanya (nk*) menyediakan
pekerja baru dengan kondisi-mapan jumlah modal.

2.4.2 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk


Pertumbuhan populasi mengubah model dasar Solow dalam tiga cara.
Pertama, itu membawa kita lebih dekat untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Dalam kondisi stabil dengan pertumbuhan penduduk, modal
per pekerja dan output per pekerja adalah konstan. Karena jumlah pekerja tumbuh
pada tingkat n, bagaimanapun, modal total dan total output juga harus tumbuh
pada tingkat n. Oleh karena itu, meskipun pertumbuhan populasi tidak dapat

24
menjelaskan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam standar hidup (karena output
per pekerja konstan dalam kondisi mapan), ini dapat membantu menjelaskan
pertumbuhan berkelanjutan pengeluaran total.
Kedua, pertumbuhan populasi memberi kita penjelasan lain mengapa beberapa
negara kaya dan yang lainnya miskin. Pertimbangkan efek dari peningkatan
pertumbuhan populasi. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan laju pertumbuhan penduduk dari n1 ke n2 mengurangi tingkat modal
per pekerja dari k1* ke k2*.

Dampak Pertumbuhan
Penduduk
Peningkatan laju
pertumbuhan penduduk dari
n₁ sampai n₂ menggeser
garis yang mewakili
pertumbuhan penduduk dan
depresiasi ke atas. Keadaan
mapan k*2 yang baru
memiliki tingkat modal per
pekerja yang lebih rendah
daripada k*1 keadaan
mapan awal. Dengan
demikian, model Solow
memprediksi bahwa
perekonomian dengan
tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi akan memiliki tingkat modal per
pekerja yang lebih rendah dan pendapatan yang lebih rendah.

Karena k* lebih rendah, dan karena y* = f(k*), tingkat output per pekerja y* juga
lebih rendah. Dengan demikian, model Solow memprediksi negara-negara dengan
pertumbuhan populasi yang lebih tinggi akan memiliki tingkat yang lebih rendah
dari PDB per orang.
Terakhir, pertumbuhan populasi memengaruhi kriteria kami untuk
menentukan Aturan Emas (memaksimalkan konsumsi) tingkat modal. Untuk
melihat bagaimana kriteria ini berubah, perhatikan bahwa konsumsi per pekerja
adalah
c = y − i.
Karena output kondisi—mapan adalah (k) dan investasi kondisi—mapan adalah
(δ + n)k*, kita dapat menyatakan konsumsi kondisi—mapan sebagai
c* = f(k*) − (δ + n)k*

25
Menggunakan argumen yang sebagian besar sama seperti sebelumnya, kami
menyimpulkan bahwa tingkat k* yang memaksimalkan konsumsi adalah salah
satu di mana
MPK = δ + n,
atau setara
MPK - δ = n
Dalam kondisi mapan Kaidah Emas, produk marjinal modal setelah dikurangi
depresiasi sama dengan tingkat pertumbuhan populasi.

2.4.3 Perspektif Alternatif terhadap Pertumbuhan Penduduk


Model Malthusian
Thomas Robert malthus dalam bukunya: An Essay on The Principle of Population
As It Effect The Future Improvement of Society, menyatakan bahwa kenaikan
populasi penduduk adalah hambatan dalam usaha meningkatkan standar hidup.
Model Kremerian
Sementara itu, Kremerian menyatakan bahwa kenaikan populasi adalah kunci dari
kenaikan kesejahteraan ekonomi. Jika terdapat lebih banyak orang, maka akan
terdapat lebih banyak ilmuwan, penemu, dan teknisi untuk berkontribusi dalam
penemuan dan kemajuan teknologi.

26
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Model solow yang dikembangkan sejauh ini menujukkan bagaimana
tabungan dan pertumbuhan populasi menetukan persedian modal kondisi
mapan perekonomian dan tingkat pendapatan perkapita pada kondisi
mapan.
2. Dalam model Solow, peningkatan tingkat tabungan memiliki efek tingkat
pada pendapatan per pekerja, hal itu menyebabkan periode pertumbuhan
yang cepat, tetapi pada akhirnya pertumbuhan tersebut melambat seiring
dengan tercapainya keadaan mapan yang baru.
3. Jika ekonomi memiliki lebih banyak modal daripada kondisi mapan
Kaidah Emas, maka pengurangan tabungan akan meningkatkan konsumsi
di semua titik waktu. Sebaliknya, jika perekonomian memiliki modal
yang lebih sedikit daripada kondisi mapan Kaidah Emas, maka untuk
mencapai Kaidah Emas diperlukan peningkatan investasi dan dengan
demikian konsumsi yang lebih rendah untuk generasi saat ini.
4. Model Solow menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk dalam
perekonomian merupakan penentu standar hidup jangka panjang lainnya.
Menurut model Solow, semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk,
semakin rendah tingkat modal per pekerja dan output per pekerja. Teori
lain menyoroti efek lain dari pertumbuhan penduduk. Malthus menyatakan
bahwa pertumbuhan penduduk akan membebani sumber daya alam yang
diperlukan untuk menghasilkan makanan. Kremer menyarankan bahwa
populasi yang besar dapat mendorong kemajuan teknologi.

27
3.2 Saran

Saran yang bisa kami berikan sebagai masukan dalam upaya


meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yaitu dalam akumulasi modal sebaiknya
pemerintah lebih gencar mengadakan sosialisasi dan mengajak masyarakat untuk
berinvestasi dan membuat iklim investasi yang kondusif, diharapkan memberi
jalan yang sederhana serta sarana yang menunjang dan peraturan dalam
berinvestasi, supaya keamanan dalam berinvestasi terjamin. Dari kebijakan yang
dibuat diharapkan nilai investasi dapat terus meningkat, karena apabila semakin
banyak investor yang menanamkan modal akan membantu pertumbuhan ekonomi.
Dalam pertumbuhan populasi atau penduduk masyarakat diimbau mengikuti
gerakan “Keluarga Berencana” untuk membatasi kelahiran agar pertumbuhan
penduduk dapat terkendali. Kedua hal tersebut dinilai dapat mengurangi resiko
penurunan akumulasi modal per pekerja.

28
DAFTAR PUSTAKA

Budhiana, Sudjana. 2012. Makro Ekonomi Aplikasi Untuk Indonesia. Bali:


Udayana University Press
Sukirno, Sadono. 2016. Mikroekonomi Teori Pengantar. 2016. Jakarta: PT
Grafindo Persada.
Phelps, Edmund. 1961. The Golden Rule of Accumulation: A Fable for
Growthmen. Amerika: American Economic Review 51
Mankiw, N. Gregory. (2003). Macroeconomics, Fifth Edition. Jakarta:
Erlangga
Mankiw, N. Gregory. (2015). Macroeconomics, Seventh Edition. Stanford:
Cangage Learning.

29

Anda mungkin juga menyukai