Anda di halaman 1dari 11

PAPER

PERANG SAUDARA DI PAHANG (1857-1863)

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Islam dan Masyarakat Melayu Kontemporer
Dosen Pengampu: Dr. Midawati, M.Hum

Oleh:
Nabilah Nur Yasinda
2010712022

ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pahang merupakan sebuah negeri di Malaysia yang sejak dulu masyarakatnya
sudah memeluk agama Islam sejak abad ke-15 melalui penaklukkan Kerajaan
Melayu Malaka. Sehingga tidak mengherankan jika Pahang memiliki kerajaan
sendiri yang sudah berdiri pada akhir abad ke-18. Tun Abdul Majid merupakan
raja pertama kerajaan Pahang, lalu digantikan oleh Tun Koris, lalu digantikan oleh
Tun Ali. Lalu, dari Tun Ali dilanjutkan oleh Tun Mutahir. Pada masa
pemerintahan Tun Ali lah perang saudara terjadi dan meninggalnya Tun Ali yang
membuat permasalahan surat wasiatnya menjadi besar.
Perang menurut prinsip Macchiavelli adalah sebagai jalan utama untuk
mencapai suatu kepentingan nasional suatu negara. Terdapat 10 prinsip perang
menurut Macchiavelli, yaitu Perang merupakan suatu aktivitas penting dalam
kehidupan politik. Kedua, di dalam perang terdapat eksistensi perjuangan, namun
bentuk serta metodenya tidak pasti.Ketiga, tujuan perang harus berupa kekalahan
total pada musuhnya. Keempat, perang harus short dan sharp demi pencapaian
yang pasti agar segala upaya ataupun kerugian tidak sia-sia. Kelima, segala hal
yang mungkin harus dilakukan untuk memastikan kemenangan. Keenam, adanya
tujuan kampanye militer untuk menentukan perang, perencanaan dan koordinasi
yang baik. Ketujuh, ada tata tertib/perintah dan ketertiban. Kesembilan, hubungan
yang baik antara militer dan institusi politik. Terakhir adalah tentara yang tepat.
Kesepuluh prinsip diatas juga ada dalam perang saudara di Pahang ini. Perang
saudara Pahang ini menjadi aktivitas penting dalam kehidupan politik, dimana
dalam perang ini pada dasarnya adalah ingin menjatuhkan Tun Mutahir dan
mendapatkan hak Tun Ahmad kembali. Selain itu, perang ini tentang perjuangan
mempertahankan daerah Pahang dari serangan Tun Ahmad dan pasukannya
hingga pada akhirnya pihak Tun Mutahir kalah. Kemenangan Tun Ahmad ini
merupakan hasil dari rencana, strategi, dan koordinasi yang baik antara militer
dan pemerintahan Inggris saat itu.
Perang saudara ini terbagi atas tiga tingkat, yaitu Perang Kamaman, Perang
Kuantan dan Endau, terakhir adalah perang Temai. Ketiga perang ini terjadi
dalam kurun waktu 1857-1863 atau sesudah Tun Ali meninggal dunia hingga Tun
Mutahir meninggal dunia. Permasalahan dalam perang ini lebih kacau saat Inggris
mulai ikut campur tangan dan tertarik dengan masalah surat wasiat Tun Ali yang
diperdebatkan, walaupun sudah terungkap fakta yang sebenarnya, bahwa surat itu
hanyalah sebuah konspirasi dari salah satu istri Tun Ali.
Perang ini membawa perubahan bagi pemerintahan Negeri Pahang. Pahang pada
masa Tun Ahmad menjalankan pemerintahan yang sistemmya lebih modern.
Sehingga Tun Ahmad adalah pemimpin Pahang yang dinobatkan sebagai Sultan
modern pertama Pahang.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis Pahang


Pahang merupakan salah satu negeri di Malaysia yang memiliki luas
wilayah 35.964 Km2. Negeri Pahang berbatasan dengan Kuantan di utara,
Perak, Selangor, dan Negeri Sembilan di barat, Johor di Selatan, dan
Terengganu dan Laut China Selatan di timur. Pahang merupakan produsen
beras, eksportir timah, dan berbagai produk hutan seperti jeruk nipis dan
gaharu.
Ibu negeri Pahang dahulu adalah Pekan, sedangkan sekarang adalah
Kuantan. Pahang dihuni oleh beberapa etnis dari Cina, Melayu, India, dan
sebagainya. Penduduk multi etnis ini tersebar ke 12 daerah di Pahang,
yaitu Bentong, Bera, Cameron Highlands, Jerantut, Kuantan, Lipis, Maran,
Pekan, Raub, Rompin, Temerloh, Kuala Krau. Daerah-daerah di Pahang
ini terdapat geografi fisik seperti dataran tinggi, hutan hujan, dan kawasan
pinggir laut.
Daerah dataran tinggi Pahang salah satunya adalah Cameron Highlands
yang memiliki tingkat kelembapan yang tinggi. Suhu tahunan rata-rata
diperkirakan 18oC, dan suhu terendah terjadi pada tahun 1978 yaitu 7,8 oC.
Selain itu, di Cameron terdapat delapan gunung, yaitu Gunung Batu
Brinchang, Gunung Berembun, Gunung Irau, Gunung Jasar, Gunung
Mentigi, Gunung Perdah, dan Gunung Siku. Selain itu, Cameron Highland
juga memiliki perkebunan teh yang luas dan pemasok utama kacang-
kacangan dan sayuran ke Malaysia dan Singapura.
Untuk Hutan hujan di Pahang ada Taman Negara yang terletak di
bagian Utara Pahang. Sedangkan kawasan pinggir laut panjang
membentang di Kuantan, Pekan, dan Rompin. Kawasan pinggir laut
Pahang indah membentang, seperti Cempedak, Beserah, Batu Hitam, dan
Tanjung Sepat. Lalu di sepanjang dataran pesisir juga terdapat 32 km2
dataran luas tanah alluvial yang mencakup dataran delta dan muara
Kuantan, Pahang, Rompin, Endau, dan Sungai Mersing.
Selain itu di Pahang ada lembah sungai yang saling berhubungan dengan
dua danau air tawar alami terbesar di Malaysia, Bera, dan Chini. Pahang
memiliki gunung tertinggi mencapai 2.187 m bernama Gunung Tahan
yang juga merupakan titik tertinggi Malaysia.

B. Kerajaan Pahang dan Bendahara-Bendaharanya


Kerajaan Pahang sudah berdiri pada akhir abad ke-10 M dan belum
dikuasai oleh kerajaan Malaka. Kerajaan Malaka mulai menguasai Pahang
saat Raja Mansor Shah diberi gelar Sultan Muhammad Shah. Lalu, pada
tahun 1600-an Bendahara Johor bergabung dengan Pahang. Khususnya
pada masa pemerintahan Sultan Johor yang ke-8, yaitu Sultan Abdul Jalil
Shah III yang juga dikenal dengan nama Raja Bujang. Selama itu,
bendahara berperan sebagai menteri tertinggi pemerintahan yang mampu
melemahkan kekuasaan Sultan. Tetapi ketika Sultan Mahmud Shah II
(Sultan Johor-Riau-Lingga-Pahang) meninggal dunia pada tahun 1699,
Bendahara Tun Abdul Jalil menjadi Sultan selanjutnya dengan gelar Abdul
Jalil Shah IV dari keluarga Bendahara yang pertama yang menjadi Sultan.
Pengangkatannya diterima oleh kepala suku Johor tanpa warisan.
Kemudian putra dari Sultan Abdul Jalil IV yang bernama Tun Abbas
Temenggung dilantik menjadi bendahara Pahang dalam periode 1722-
1735. Dari Tun Abbas dilanjutkan pemerintahan Pahang dari keluarga-
keluarga bendahara lainnya. Setelah Tun Abbas, digantikan oleh putranya,
Tun Abdul Majid yang merupakan Raja Pahang pertama, disaat status
Pahang sudah menjadi sebuah tanah pegangan atau tanah kurnia. Hal ini
membuat para Bendahara yang berkuasa memperoleh gelar Raja. Setelah
Tun Abdul Majid, ada Tun Koris (1803-1806), lalu Tun Koris digantikan
oleh Tun Ali (1853-1857). Pada masa pemerintahan Tun Ali Pahang
mendeklarasikan merdeka dari Johor dengan persetujuan orang-orang kaya
di Pahang. Hali ini dikarenakan Johor saat itu sudah terpecah karna Inggris
dan Belanda. Pada tahun 1853, Bendahara Muda Tun Mutahir menyatakan
bahwa Pahang merdeka. Lalu, pemerintahan dilanjutkan oleh Tun Mutahir
(1857-1863), yang merupakan anak tiri dari Tun Ali. Sedangkan saudara
Tun Mutahir, yaitu Sultan Ahmad Al-Muazzam Shah menggantikan Tun
Mutahir dan menjabat selama (1882-1914). Pada masa pemerintahan
Sultan Ahmad Al-Muazzam Shah pemerintahan Pahang lebih modern dan
ia diproklamasikan sebagai Sultan Modern Pahang yang pertama. Lalu,
digantikan oleh Sultan Mahmud (1914-1917), kemudian Sultan Abdullah
(1917-1932), Sultan Sir Abu Bakar (1932-1974), dan yang keempat adalah
Sultan Ahmad Syah Al-Mustain Billah (1974-2019), dan sekarang
dipimpin oleh Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin.

C. Perang Saudara Pahang (1857-1863)


Perang saudara Pahang atau Perang Bendahara adalah perang yang
terjadi antara pasukan Raja Bendahara Tun Mutahir dengan pasukan
saudaranya Wan Ahmad atau Tun Ahmad. Perang saudara ini disebabkan
karena kemangkatan ayah Tun Mutahir dan Wan Ahmad yaitu Tun Ali.
Keputusan yang diambil Tun Ali ini sudah mempertimbangkan Tun
Mutahir memimpin pemerintahan. Bendahara Tun Ali setelah akatan
melantik Tun Mutahir pada tahun 1847 sebagai pemimpin pemerintahan
Pahang dan Bendahara bagi Kesultanan Johor lama. Tetapi, hukuman itu
ditangguhkan karna Tun Ali sedang berada di luar. Kesempatan itulah ia
melarikan diri ke Kemaman di Trengganu. Semasa Tun Mutahir
memimpin, Pahang masih bisa terlindungi dari siasat-siasat Inggris dan
yang lainnya. Sedangkan Tun Ahmad melarikan diri ke Singapura karna
perbuatannya yang membuat Tun Ali menindak tegasnya dengan
menjatuhkan hukuman kepadanya. Tetapi, pada tahun 1857 Tun Ali ayah
Tun Mutahir dan Tun Ahmad meninggal dunia. Tun Ahmad dikabarkan
sudah berada di Pahang di sisi Ayahnya dan menemani ayahnya hingga ke
peristirahatan terakhir. Setelah, ayah mereka dikebumikan, timbullah
sebuah permasalhan diantara mereka.. Tun Ahmad dan Tun Mutahir
berkelahi, tetapi masih bisa diredakan pada saat itu. Tun Ahmad langsung
pergi ke Singapura Bersama para pengikutnya untuk mempersiapkan
serangan ke Pahang.
Kemudian, pada 23 Juli 1857, Maharaja Johor, Temenggung Ibrahim
yang menetap di Singapura menulis surat kepada Gubernur Inggris tentang
informasi bahwa Tun Ahmad mempersiapkan serangan ke Pahang di
Pulau Tekong. Ia juga memohon agar Gubernur Inggris menghalangi Tun
Ahmad. Tetapi gagal, dan Tun Ahmad sudah sampai di Pekan dan
Gancong, di saat Tun Mutahir dan putranya pergi ke Singapura untuk
menikahi putrinya Temenggung Ibrahim. Tun Ahmad bersama
pasukannya berhasil menawan Ganchong selama satu hari. Tun Ahmad di
Gancong berhasil merampas harta dan dilantik menjadi Bendahara Siwa
Raja oleh orang Kamaman dan dengan campur tangan Inggris didalamnya.
Tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama, karena Tun Mutahir telah
kembali dan berhasil memukul mundur Tun Ahmad bersama pasukannya.
Lalu, pada bulan Desember Tun Mutahir mengirim surat kepada Tun
Ahmad, untuk berunding dan mencari jalan keluar dari permasalahan
mereka, tetapi Tun Ahmad menolak. Pada tahun 1857 ini adalah perang
tingkat pertama yang dikenal dengan Perang Kamaman.
Perang Kedua adalah perang Endau dan Kuantan pada tahun 1861,
dimana Tun Ahmad dibantu oleh Orang Besar Berempat Pahang, yaitu
Maharaja Perba dari Jelai yang akatan Tok Raja Wan Idris. Tok Raja
memutuskan untuk membantu Tun Ahmad karna anaknya, Wan Embong
dibunug oleh hulubalang Tun Mutahir karna memberontak. Walaupun,
sebelumnya Tok Raja juga sudah berkhianat terhadap Tun Mutahir.
Dengan dukungan Tok Raja, Tun Ahmad mengatur startegi penyerangan
selanjutnya. Sedangkan Tun Mutahir sudah mendapat kabar akan hal ini.
Hal ini terjadi karena surat wasiat yang ditulis oleh Tun Ali. Tun Ahmad
mengklaim bahwa Tun Ali tidak menjalankan surat wasiat yang berisi
warisan daerah Kuantan dan Endau untuk Tun Ahmad. Ia memperkuat
klaimnya dengan fakta ialah yang menemani ayahnya sampai almarhum
menghembuskan nafas terakhirnya. Selain Tok Raja, ada Sultan Mahmud
yang juga menjadi pengikut Tun Ahmad. Itu terjadi Ketika Sultan
Mahmud pergi ke daerah Jelai selama beberapa bulan dan tak lama
kemudian di diiringi oleh Tok Raja dan Wan Muhammad kembali ke
Pekan.
Gubernur Cavenagh yang tertarik dengan masalah ini, bertemu dengan
Tun Mutahir. Dari pertemuan mereka dihasilkan sebuah persetujuan dari
Tun Mutahir untuk mengemukakan bukti tentang kepalsuan klaim Tun
Ahmad. Tetapi, disaat perundingan Tun Mutahir dan Gubernur Cavenagh
bersama Perdana Menteri Engku Sayyid terungkap kebenaran bahwa surat
wasiat yang sebenarnya itu hanyalah sebuah konspirasi dari salah satu istri
Tun Ali. Ia juga menegaskan bahwa Tun Ali sempat berwasiat kepada Tun
Mutahir untuk mengusir Tun Ahmad dari Pahang karena tidak bisa lagi
memaafkan siasatnya. Tun Ahmad yang saat itu sudah menjalankan
perangnya dan sudah terkepung di Kuantan berhasil lolos dan kembali ke
Trengganu karena longgarnya sistem pengawalan. Kemudian dikirimlah
surat perjanjian agar Tun Ahmad diajak berunding yang sudah
ditandatangani oleh Tun Mutahir. Tetapi, Tun Ahmad tetap ingin
menawan Pahang dan Menyusun kembali rencana dan strategi perang
yang ketiga.
Perang yang ketiga ini adalah perang yang terakhir yang biasa disebut
dengan Perang Temai. Perang ini terjadi pada awal tahun 1862. Dimana
Tun Ahmad, Tok Raja, dan Wan Daud (sepupu Tok Raja) berencana
kembali untuk melakukan perang di Ulu Pahang. Penyerangan mulai
terjadi, dan perlahan-lahan daerah-daerah kecil mulai dikuasai, walaupun
pada awlanya bisa ditangkis oleh pasukan Tun Mutahir. Tok Raja yang
memimpin penyerangan tersebut lalu pergi menjemput Tun Ahmad
kembali ke Pahang. Tun Ahmad disambut dengan meriah oleh
pengikutnya disana. Tak lama kemudian wilayah di Ulu Pahang makin
banyak dikuasai, dan membuat Tun Mutahir terdesak. Hingga
Temenggung Abu Bakar ikut campur dalam hal ini dengan restu dari
Inggris. Tetapi perintah yang ia keluarkan membuat para pejabat Pahang
marah besar pejabat lokal. Hal ini membuat keadaan semakin bergejolak
dan membuat rakyat Pahang terpecah. Mereka tidak menyadari bahwa
dibalik perang ini ada tipu muslihat Inggris, dengan ikut campur di dalam
perang saudara ini. Sayangnya, pada tahun 1863 Tun Mutahir dan
putranya Bendahara Muda Tun Koris meninggal saat ia mundur di Kuala
Sedili. Wan Koris meninggal di Kuala Pahang dan Wan Mutahir
meninggal di Kuala Sedeli. Dan dibawa ke Johor dan dimakamkan di
Tanjung Puteri.

D. Syair Perang Saudara di Pahang (Perang Bendahara)

Kisah nan tidak hamba panjangkan,


Ceritanya banyak lagi disebutkan,
Ini sekadar sahaya ringkaskan,
Kisah berperang pula diceterakan.

Bait pertama, menceritakan kisah peperangan yang pernah terjadi pada


masa lali. Kisah tersebut selalu disebut-sebut orang.

Putera laki-lakiyang tuanya,


Ialah memangku paduka ayahandanya,
Perintah negeri terserah kepadanya,
Bendahara Tun Tahir kononnamanya.
Bait kedua, putra sulung raja itu dilantik sebagai pemimpin. Sejak itu,
semua administrasi negara diserahkan kepadanya. Setelah menjadi raja, ia
mengubah akatan menjadi Bendahara Tun Tahir.

Encik Engku Ahmad seorang anakanda,


Putera yang tengah raja berida,
Lima orang laki-laki padukan anakanda,
Sikapnya elok lakunya syahda

Bait ketiga, Encik Engku Ahmad memiliki lima saudara laki-laki. Dia
adalah anak raja kedua. Kelimanya baik dan memiliki budi pekerti yang
baik.

Selang tiada berapa lama,


Encik Engku Ahmad keluar mengembara,
Pergi belayar ke Singapura,
Sambil menghibur hati yang lara.

Bait keempat, setelah beberapa lama baginda sultan mangkat, Encik


Engku Ahmad mengembara ke Singapura untuk menghilangkan
kesedihan.

Pelayaran tiada berapa lamanya,


Sampailah sudah konon dianya,
Di Kampung Gelam tempat berhentinya,
Di dalam kota tempat berhentinya

Bait kelima, setelah beberapa hari belayar, maka sampailah Encik Engku
Ahmad di Kampung Gelam. Selama di sana, Encik Engku Ahmad
menetap di kota.

Duduk bersama putera Sultan,


Tengku Jafar akatan tuan,
Itulah konon menjadi taulan,
Duduk di sana terlalu hairan.

Bait keenam, Encik Engku Ahmad berteman dengan Tengku Jaafar


yang merupakan anak Sultan Singapura. Encik Engku Ahmad berasa
sungguh akatan berada di sana.

Serta beriringan teman dan kawan,


Ramai menghantar handai dan taulan,
Seketika sampai di dalam kenaikan,
Lalu kembali mereka sekalian
Bait ketujuh, selama Encik Engku Ahmad hendak pulang dari Singapura,
baginda diiringi oleh semua sahabat yang pandai dan taulan sampai ke
kapal. Di Singapura, baginda diterima baik oleh masyarakat setempat.

Sauh pun dibongkar dengan segera,


Belayarlah sudah muda perwira,
Ke sebelah barat mencari kira,
Pergi Kemaman kononnya cetera.

Bait kedelapan, Encik Engku Ahmad yang gagah perkasa itu pergi
pelayaran. Baginda belayar ke sebelah barat pula, iaitu menuju ke
Kemaman.

Kata orang empunya madah,


Ke dalam Kemaman sampailah sudah,
Di situlah berhenti muda yang indah,
Sultan Terengganu punya perintah.

Bait kesembilan, menurut cerita orang, Encik Engku Ahmad pun sampai
di Kemaman yang menjadi tanah jajahan Sultan Terengganu.

Tiada berapa lama antara,


Sampai di Kemaman lalu terkira,
Dapatlah akatan dengan segera,
Hendak melanggar Pahang segera.

Bait kesepuluh, setelah beberapa hari belayar, baginda pun sampai di


Kemaman. Penduduk Kemaman berpakat untuk membantu baginda
menyerang Pahang
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang saudara yang biasa disebut dengan Perang bendahara terjadi
di Pahang. Perang ini terjadi antara anak Tun Ali, yaitu Tun Mutahir
dengan Tun Ahmad. Perang ini sebenarnya terjadi karena adanya
kesalahpahaman diantara mereka yang berkaitan dengan surat wasiat
ayahnya. Walaupun mereka sudah mengetahui kebenaran isi wasiat itu,
Tun Ahmad tetap menolak rundingan dengan Tun Mutahir, dan
bersikeras untuk menyerang Pahang. Tetapi, dibalik peperangan hal
tersebut ada campur tangan pemerintahan Inggris yang membuat
masalah mereka menjadi tambah runyam dan tegang.
Perang saudara ini terjadi pada tahun 1857-1863, dimana pada
akhirnya Tun Mutahir gagal mempertahankan wilayah Pahang dari
serangan adiknya Tun Ahmad. Perang antara keduanya terbagi atas
tiga tingkat, yaitu Perang kamaman, Perang Kuantan dan Endau, dan
terakhir adalah Perang Termai, dimana Tun Mutahir meninggal dunia
dan menjadi akhir dari perang saudara ini yang telah berlangsung
selama 6 tahun lamanya.

.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber internet:
Perang Menurut Prinsip Machiavelli | Seni Berpikir

https://negeripahang.com/sejarah-perang-saudara-di-pahang-pada-tahun-1857-
1863
Kerajaan Pahang - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kerajaan Pahang - Wikipedia (wikitrev.com)

Pahang - Wikipedia

Geografi Pahang - Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas

Perang Saudara Pahang - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

E-Book:
Suzana (Tun) HJ Othman (Tun). 2001. Mencari Sejarah: Tun Mutahir Tun Ali
Bendahara Seri Maharaja Pahang (1857-1863). Pustaka BSM Enterprise.
Suzana (Tun) HJ Othman (Tun). 2014.Sejarah Pergolakan dan Pergelutan
Bendahara Johor-Pahang (1613-1863). Dewan Bahasa dan Pustaka. Kuala
Lumpur.

E-Jurnal:
Ikhlas dan Rahimin (2017) Hubungan Ar-Raniri dan Perkembangan Islam di
Pahang. Universitas Malaya. Jurnal Ushuluddin 45 (2) 2017:87-104.

Anda mungkin juga menyukai