Marsinta Selma Daniati 044061971 T2 MKWU4101.757
Marsinta Selma Daniati 044061971 T2 MKWU4101.757
1. Hukum Islam bersumber dari Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia.
2. Al-Quran dan Sunnah menjadi sumber moral dan akhlak bagi manusia. Suri
tauladan pelaksanaannya ada pada diri Rasulullah SAW. Dalam kerangka
pendidikan dan pembinaan akhlak manusia.
a. Jelaskan sumber moral dan akhlak menurut isi kandungan QS. An-
Nahl/16:125!
b. Jelaskan peranan agama sebagai sumber akhlak menurut isi kandungan QS.
Al-Ahzab/33:21!
3. Banyak ayat Al-quran yang berbicara tentang alam raya, materi dan
fenomenanya, dan yang memerintahkan kepada manusia untuk mengetahui dan
memanfaatkannya. QS. Al-Jaatsiyah 45:13 menyatakan bahwa alam raya diciptakan
dan ditundukkan Allah untuk manusia.
JAWABAN
1.
a) Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-
’Ankabut/29:45!
2. Sunnah
Yaitu apabila dikerjakan maka orang yang mengerjakan akan mendapat pahala
dan apabila ditinggalkan tidak mendapat siksa.
Secara garis besar hukum sunnah dibagi menjadi tiga yaitu, Sunnah Muakkad,
Sunnah ghoiru muakkad.
• Sunnah Muakkad yaitu perbuatan yang amat sering dilakukan oleh
Rasulullah SAW, bahkan jarang sekali beliau tinggalkan, kecuali
beberapa kali saja. Meskipun demikian tetap dinilai sebagai sunnah
karena bagi yang tidak mengerjakan tidak mendapat siksa. Sebagai
contoh hukum sunnah ibadah antara lain, berkumur dalam wudhu,
adzan dan iqamah dalam shalat berjamaah, membaca ayat Al-Quran
setelah Al-Fatihah dalam shalat.
• Sunnah ghoiru muakkad yaitu suatu aktivitas atau perbuatan yang
dianjurkan oleh Rasulullah SAW tetapi tuntunannya tidak sekuat
sunnah muakkad. Salah satu alasannya adalah Nabi SAW pernah
mengerjakannya tetapi juga sering meninggalkannya. Termasuk dalam
hal ini adalah segala perbuatan Nabi SAW yang berkaitan dengan
beliau sebagai manusia, seperti jenis makanannya, warna pakaiannya,
meskipun tidak termasuk kewajiban tetapi apabila diniatkan untuk
mengikuti sunnah maka termasuk kelompok sunnah ghoiru muakkad.
Artinya bagi yang tidak mengakui tidak dapat dikatakan buruk karena
hal tersebut bukanlah bagian dari hukum syariat, contohnya adalah
shalatُsunnahُqobliyahُisya’.
3. Haram, adalah segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan akan
mendapat pahala sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan
mendapat siksa.
Satu perbuatan dinilai haram berdasarkan teks ayat atau hadits yang biasanya
dinyatakan dengan beberapa ungkapan antara lain :
• Kalimat larangan tersebut dinyatakan dengan jelas dan tegas, misalnya
harrama dengan segala bentuknya.
• Kalimat yang melarang itu menggunakan kata kerja yang melarang dan
dibarengi dengan petunjuk (qarinah) yang menunjukkan bahwa
perbuatan tersebut benar-benar dilarang
• Diperintahkan untuk menjauhinya.
• Diancam dengan suatu hukuman atau siksa bagi orang-orang yang
melakukannnya.
4. Makruh, adalah apabila perbuatan tersebut ditinggalkan maka orang yang
meninggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan maka orang tersebut
tidak mendapat siksa.
Satu perbuatan diketahui makruh dilihat dari beberapa hal, antara lain :
• Ungkapan yang dipakai untuk melarang itu sudah menunjukkan
kemakruhannnya, seperti dengan menggunakan perkataan karaha
(memakruhkan) dengan segala bentuk dan perubahannya.
• Dengan lafadz yang melarang mengerjakan suatu perbuatan kemudian
didapatkan di dalam ayat lain suatu kata yang menjadi petunjuk bahwa
larangan yang terdapat pada ayat tersebut bukan menunjukkan
keharamannya.
5. Mubah, adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan orang yang
mengerjakan tidak mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
Suatu perbuatan dikatakan makruh dapat diketahui melalui beberapa cara
antara lain :
• Perbuatan tersebut ditetapkan secara tegas kebolehannya oleh agama,
misalnya dengan ungkapan ayat atau hadits : “tidak mengapa, tidak
ada halangan, tidak berdosa…”
• Ada petunjuk dari ayat atau hadits berupa perintah untuk
melakukannya tetapi ada qarinah yang menunjukkan bahwa perintah
tersebut hanya untuk mubah saja.
• Ditetapkan kemubahannya karena adanya kaidah yang menyatakan
bahwa pada asalnya segala sesuatu itu adalah mubah, selama tidak ada
dalil yang memakruhkan atau mengharamkan.
2.
a) Jelaskan sumber moral dan akhlak menurut isi kandungan
QS. An-Nahl/16:125!
Menurut QS. An-Nahl/16:125, menjelaskan kepada kita agar kita
mengajak manusia kepada kebenaran itu dengan cara hikmah.
Termasuk ke dalam makna hikmah adalah cara penyampaian yang
tidak menyakitkan orang yang didakwahinya dengan cara bertahap
disesuaikan dengan kemmapuan objek dakwah yang dilakukan tidak
sekaligus. Ayat ini juga mengindikasikan keharusan memahami
kondisi sosio-kultural masyarakat, termasuk tradisi yang diwarisinya.
Selama adat itu tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syara’,ُmakaُ
ia bisa menjadi bagian yang harus kita laksanakan termasuk perihal
akhlak.