Kode /Nama Mata Kuliah : PDGK4407/ Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Masa Tutorial :20222
Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian anak berkebutuhan khusus (ABK) dan Anak Berbakat?
2. Jelaskan penyebab dan dampak terjadinya anak berkebutuhan khusus? 3. Jelaskan dampak anak berbakat dilihat dari segi akademik, sosial/emosi dan fisik? 4. Anak berbakat memiliki kebutuhan pendidikan secara khusus, sebutkan kebutuhan yang dimaksud dan mengapa? 5. Jelaskan model-model layanan bagi anak berbakat? 6. Jelaskan dan uraikan contoh kasus anak berkebutuhan khusus yang anda temui baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat berdasarkan salah satu dari Jenis layanan pendidikan,Jenis layanan pendidikan khusus, dan Pendekatan kolaboratif ?
Jawab
1. A) Anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan fisik, intelektual, emosional atau sosial. Anak-anak ini mengalami cacat perkembangan, seperti tidak berkembang sebaik teman sebayanya. Hal ini menciptakan anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan perlakuan khusus. Seorang anak dengan disabilitas fisik belum tentu memiliki disabilitas intelektual, emosional, atau sosial. Tetapi ketika anak-anak memiliki keterbatasan intelektual, emosional, dan sosial, mereka biasanya memiliki keterbatasan fisik. Derajat dan frekuensi penyimpangan dari norma diperlukan, karena tidak mudah untuk mengetahui apakah anak tersebut termasuk anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang sering dan sangat menyimpang dari norma sehingga mengganggu keberhasilannya dalam kegiatan sosial, pribadi, atau pendidikan. Kategori anak berkebutuhan khusus didefinisikan oleh para ahli sebagai Cacat, Sulit (Disabled), Cacat (Disabled), Cacat (Disabled), atau Disabled (Abnormal). (Haring, 1982). B) Anak berkebutuhan khusus Apa itu anak berbakat? Anak-anak berbakat perlu multi-faceted karena mereka mungkin di atas rata-rata berbakat, kompeten, atau sangat cerdas. Menurut Dipdiknas (2003), anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi sebagai siswa dengan nilai memuaskan dan kemampuan intelektual umum. 2. A) Dampak Fisiologis Efek fisiologis, terutama pada kasus anak dengan kelainan fisik, termasuk kelainan sensorimotor, terlihat pada kondisi fisik orang berkebutuhan khusus yang mengalami penurunan kemampuan koordinasi gerakan tubuh. Seorang berusia 5 tahun atau beberapa tidak bisa berjalan sama sekali. Tanda-tanda fisik penyandang berkebutuhan khusus yang tidak mampu mengkoordinasikan gerakannya adalah kurangnya koordinasi sensorimotor, kegagalan untuk melakukan gerakan yang tepat dan terarah, dan pemeliharaan kesehatan yang baik. B) Dampak Psikologis Efek psikologis terjadi dalam kaitannya dengan kemampuan mental lainnya karena keadaan mental yang tidak stabil mencegah proses psikologis untuk merespon tuntutan lingkungan. Kurangnya penyesuaian diri yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan pribadi akibat rendahnya “harga diri” dan kegagalan pengaturan diri. C) Dampak Sosiologis Pengaruh sosiologis muncul melalui hubungan dengan kelompok dan individu di sekitarnya, terutama anggota keluarga dan kerabat. Ketika sebuah keluarga memiliki anak berkebutuhan khusus, ada banyak perubahan dalam keluarga. Keluarga sebagai unit sosial dalam masyarakat dengan anak berkebutuhan khusus merupakan bencana, duka dan beban berat. Keadaan ini bermanifestasi dalam berbagai reaksi, termasuk kekecewaan, keterkejutan, kemarahan, depresi, rasa bersalah, dan kebingungan. Reaksi yang berbeda-beda ini dapat mempengaruhi hubungan antara anggota keluarga, dan mereka tidak akan pernah sama lagi. Secara umum, ibu yang paling trauma menemukan peran mereka terbatas di depan anak-anak mereka dengan kebutuhan khusus. Merawat anak berkebutuhan khusus membutuhkan banyak waktu. Itu berarti banyak tugas lain menjadi semakin berkurang. Dengan bertambahnya jumlah anak berkebutuhan khusus, peran ibu adalah merawat mereka dan tugasnya adalah mendorong kemandirian anak. Semua masalah keluarga harus ditanggung oleh keluarga. Itu beban sosial. Anak berkebutuhan khusus yang kurang mampu beradaptasi dengan tuntutan lingkungan sosialnya dapat memicu reaksi sosial lingkungan yang negatif pada anak berkebutuhan khusus. Akibatnya, anak dijauhi atau ditolak oleh lingkungan sosialnya, menciptakan kesenjangan komunikasi antara anak berkebutuhan khusus dengan orang-orang di sekitarnya. Kesenjangan komunikasi dapat terjadi karena orang-orang di sekitarnya memberikan pesan verbal yang tidak sesuai dengan kemampuan dan kemampuan anak berkebutuhan khusus tersebut. Ini adalah efek yang menciptakan disparitas di antara anak-anak. 3. A) Masalah kesulitan belajar Keterbatasan fisik pada anak berkebutuhan khusus menyulitkan pencapaian prestasi akademik. Dalam kondisi ini, perlu diperhatikan bahwa program pengobatan berusaha untuk memenuhi kebutuhan anak dalam rangka mencapai keberhasilan belajar. Dalam mempelajari suatu disiplin ilmu dicari bahan, metode, dan peralatannya sesuai dengan kondisinya. B) Masalah penyesuaian diri Kemampuan Anda untuk beradaptasi dengan lingkungan Anda dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kecerdasan. Kecerdasan yang rendah menyebabkan anak mengalami gangguan penyesuaian dan berkebutuhan khusus. Kondisi ini menyebabkan kecenderungan untuk mengasingkan diri dari keluarga dan masyarakat. Kecenderungan mereka untuk mengasingkan diri membuat pendidikan pribadi mereka tidak memadai. Dengan demikian, program pengobatan harus menyarankan agar tidak mengisolasi mereka dari anggota keluarga. C) Masalah gangguan kepribadian dan emosi Keterbatasan fisiologis anak berkebutuhan khusus membuat keseimbangan pribadi mereka tidak stabil. Ada jam-jam hening, gerakan hiperaktif, lekas marah, lekas marah, suka mengganggu orang lain di sekitar mereka, dan bahkan perilaku destruktif. D) Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan perawatan diri. Banyak penyakit yang melumpuhkan menghadapi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, terutama mereka yang berkebutuhan khusus dalam kategori 'parah' dan 'sangat parah'. Situasi ini menunjukkan bahwa program pengobatan harus memprioritaskan instruksi dan keterampilan latihan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, terutama merawat diri sendiri, seperti makan, menyikat gigi, berpakaian, memakai sepatu, dan pekerjaan rumah tangga yang sangat sederhana. diharapkan. 4. Potensi anak berbakat jauh lebih besar daripada anak normal sehingga untuk mencapai potensinya perlu: Anak berbakat membutuhkan kesempatan untuk menyadari potensinya dengan menggunakan fungsi otaknya secara efektif dan efisien; Mereka sudah memiliki otak yang bagus, tetapi mereka masih membutuhkan pengembangan fungsi otak;Apalagi penggunaan kapasitas otaknya hanya 5% dari total fungsinya; Melalui pendidikan terjadi interaksi antara potensi bawaan individu dengan lingkungannya. Agar tidak hanya menjadi orang yang cerdas, tetapi juga orang yang mudah beradaptasi, anak-anak membutuhkan kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak lain.; Upaya membesarkan anak berbakat lebih dari sekedar aspek intelektual, sehingga anak membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan motivasi batinnya untuk mengembangkan kreativitas dan keunggulannya. Kebutuhan pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat Mendidik anak berbakat membutuhkan dukungan masyarakat, antara lain: Perlu adanya kesadaran masyarakat terhadap perkembangan potensi anak berbakat. Jika pengasuhan ini tidak ada atau kurang, potensi anak menjadi mubazir. Artinya, anak berbakat berada di bawah potensinya. Untuk itu perlu dikembangkan sumber daya manusia yang mumpuni. Upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia yang unggul adalah penyesuaian dan pengembangan kekayaan nasional. Karena anak-anak berbakat ini dapat menjadi penopang dan mesin kemajuan negara karena potensi mereka dikembangkan secara optimal. Anak berbakat membutuhkan keselarasan dengan kemampuan dan pengalaman belajarnya. Upaya harus dilakukan untuk mengenali kemampuan sejati anak berbakat melalui latihan yang disesuaikan dengan bakat anak berbakat itu sendiri. Jenis layanan untuk anak berbakat 5. A) Mmodel layanan kognitif afektif. B) Model layanan perkembangan moral. C) Model perkembangan nilai.