Derivative Option and Hedging Theory
Derivative Option and Hedging Theory
Disusun Oleh :
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS JENDERAL SUDIRMAN
2022
BAB I
DERIVATIF
1. Pendahuluan
Derivatif adalah suatu instrumen keuangan atau kontrak lain yang
mendapatkan nilainya dari pergerakan harga serta nilai tukar valuta asing atau
suku bunga (Stice, 2005). Menurut Glantz dan Kissell (2014), derivatif adalah
instrumen keuangan dengan tingkat pengembalian (payoff) didapatkan atau
diturunkan dari tingkat pengembalian underlying financial instrument atau aset
lainnya. Beberapa contoh derivatif adalah:
1. Options
2. Forward
3. Futures
4. Swap
Dalam konteks manajemen keuangan, risiko adalah sesuatu yang tidak
diharapkan. Individu akan memilih efek yang lebih memiliki risiko hanya jika
expected return efek tersebut cukup tinggi dalam mengkompensasi risiko.
Perusahaan akan mengambil proyek berisiko tinggi hanya jika return atas proyek
tersebut dapat mengkompensasi risiko. Perusahaan menggunakan derivatif
sebagai alat untuk menurunkan risiko (risk exposure). Lebih lanjut, perusahaan
menggunakan derivatif untuk mengurangi porsi risk exposure yang tidak
diharapkan dan merubah risk exposure tersebut ke dalam bentuk lain (Cowell,
2006).
Perusahaan besar lebih banyak memanfaatkan derivatif dibandingkan
perusahaan kecil, terutama derivatif suku bunga dan nilai tukar valuta asing.
Derivatif juga lebih banyak dimanfaatkan untuk mengelola liabilitas dibandingkan
dengan aset. Sekitar 60% perusahaan memanfaatkan derivatif untuk mengelola
risiko liabilitas. Hanya 55% perusahaan yang memanfaatkan derivatif untuk
mengelola aset jangka pendek dan 30% perusahaan yang memanfaatkan derivatif
untuk mengelola aset jangka panjang (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015).
Lindung nilai (hedging) adalah cara perusahaan mengurangi risiko.
Pemanfaatan derivatif oleh perusahaan untuk menurunkan risk exposure
perusahaan disebut dengan lindung nilai (hedging). Lindung nilai mengimbangi
risiko lain yang dimiliki perusahaan, sebagai contoh risiko pada suatu proyek,
dengan menggunakan satu atau lebih transaksi derivatif. Selain untuk lindung
nilai, derivatif dapat dimanfaatkan untuk merubah dan/atau meningkatkan risk
exposure perusahaan namun ika perusahaan tidak memiliki offsetting risk
exposure (risk exposure yang mengimbangi derivatif tersebut) maka transaksi
tersebut adalah transaksi spekulasi (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015).
A. Forward contracts
Forward contracts adalah kontrak antara kedua belah pihak (kontrak
bilateral) yang memberikan kewajiban kepada satu pihak untuk membeli;
dan pihak yang lain untuk menjual aset pada jumlah tertentu, pada harga
yang telah menjadi kesepakatan dan pada tanggal tertentu di masa depan.
Pihak pembeli disebut memiliki posisi long sedangkan pihak penjual
disebut memiliki posisi short (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015)
Saat forward contracts berakhir terdapat 2 (dua) cara yang dapat
dilaksanakan yakni:
1. Pengiriman fisik; yakni pihak penjual melakukan pengiriman aset
kepada pembeli serta pembeli melakukan pembayaran dengan uang
tunai
2. Cash settlement; yakni tidak ada pengiriman aset secara fisik
namun pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian harus menutup
segala posisi terbuka (open position) dengan melakukan
pembayaran atau penerimaan kas berdasarkan selisih harga antara
harga settlement dengan harga settlement akhir sebelumnya
B. Future contract
Kontrak pengiriman yang mewajibkan bagi posisi long untuk
melakukan pembelian dan posisi short untuk melakukan penjualan
sejumlah tertentu dari aset pada harga tertentu untuk tanggal tertentu di
masa depan. Konsep future contract dan forward contract memiliki
beberapa kesamaan; perbedaan antara kedua konsep tersebut adalah pada
kontrak forward adalah kontrak pribadi antara dua pihak sementara
kontrak future adalah kontrak yang didukung oleh suatu bursa (trading
exchange) serta dapat diperdagangkan oleh beberapa pihak, beberapa kali
pada satu hari yang sama. Dalam future contract terdapat kegiatan mark-
to-market setiap hari, yakni membandingkan harga hari ini dengan harga
hari sebelumnya (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015).
C. Swap
Swap adalah suatu kontrak dimana dua buah pihak sepakat untuk
menukar pembayaran dimasa depan berdasarkan pergerakan harga atau
tingkat yang disepakati bersama. Jenis yang umum dari swap adalah swap
suku bunga (interest rate swap). Dalam interest rate swap, dua pihak
sepakat untuk menukar pembayaran bunga dimasa depan atas suatu jumlah
pinjaman tertentu, biasanya sekelompok pembayaran bunga adalah
berdasarkan suku bunga tetap sedangkan yang lain berdasarkan suku
bunga variabel (Zeinora, 2016)
D. Opsi (option)
Opsi adalah suatu kontrak yang memberikan hak kepada
pemegangnya, dan bukan kewajiban, untuk membeli atau menjual suatu
aktiva pada harga tertentu selama suatu periode tertentu dimasa depan.
Opsi mempunyai dua jenis umum: opsi beli (call option) dan opsi jual (put
option). Opsi beli memberi hak kepada pemegangnya untuk membeli suatu
aktiva pada harga tertentu.
Sementara opsi jual memberi hak kepada pemegangnya untuk menjual
suatu aktiva pada harga tertentu. Sebagai pertukaran untuk hak yang
melekat pada opsi, maka, pemegang opsi membayar sejumlah uang
dimuka kepada pihak lain dalam transaksi, yang disebut sebagai penerbit
opsi (writer of the option) (Zeinora, 2016).
BAB II
OPTION
Menurut Fabozzi dan Drake (2009) Option / Opsi adalah sebuah kontrak
dimana penjual Opsi memberikan hak kepada pembelinya untuk melakukan
transaksi baik membeli atau menjual sebuah underlying asset (aset acuan) pada
suatu harga yang telah ditentukan pada atau sebelum pada tanggal yang
ditentukan.
Harga spesifik yang telah ditentukann kemudian dikenal sebagai strike price
atau exercise price dan tanggal yang ditentukan disebut sebagai expiration date.
Penjual opsi memberikan hak ini sebagai ganti atas sejumlah uang yang
diterimanya yang kemudian disebut sebagai Option Premium atau Option Price
(Harga Opsi).
Penjual opsi ini dikenal juga sebagai Option Writer, sedangkan pembelinya
disebut dengan Option Holder. Aset yang menjadi subjek dari sebuah opsi disebut
juga sebagai underlying (acuan). Underlying ini dapat berupa saham individual,
sebuah indeks saham, surat utang (bond), atau bahkan instrument turunan lainnya
seperti kontrak future. Option Writer dapat memberikan kepada Option Holder
satu atau dua hak. Jika hak tersebut terkait dengan pembelian sebuah aset acuan
(underlying) maka opsinya disebut sebagai Call Option atau Opsi Beli. Sementara
itu jika haknya terkait dengan penjualan sebuah aset acuan (underlying asset)
maka opsinya disebut sebagai Put Option atau Opsi Jual.
Suatu Opsi juga dapat dikategorikan menurut waktu eksekusinya. Hal ini
dikenal juga dengan exercise style. European Option misalnya hanya dapat di
exercise pada waktu jatuh tempo atau expiration datenya. Sementara itu,
American Option, dapat di exercise sewaktu-waktu pada saat atau sebelum
expiration datenya. Disisi lain, terdapat opsi yang dapat di exercise sebelum
tanggal ekspirasinya namun harus pada tanggal tertentu disebut Bermuda Option
atau Atlantic Option.
Kita dapat menggunakan ilustrasi untuk menjelaskan bagaimana kontrak dari
sebuah opsi bekerja. Katakanlah Jack membeli sebuah Call Option (Opsi Beli)
seharga 3 dolar dengan ketentuan sebagai berikut :
Dalam hal ini, kita bisa melihat bahwa Jack memiliki hak untuk membeli
kepada Writer (penjual opsi) salah satu unit aset perusahaan ABC seharga 100
dolar sebelum tanggal jatuh tempo opsi. Lalu bagaimana Jack mendapatkan
keuntungan dari kontrak ini? Misalkan Jack memprediksi harga saham ABC naik
menjadi katakanlah 120 dolar (dan pada saat jatuh tempo prediksi ini benar), maka
ia dapat menggunakan hak opsinya untuk membeli saham tersebut seharga 100
dolar sebelum tanggal jatuh tempo opsinya. Dengan kata lain, ia akan memperoleh
keuntungan sebesar 20 dolar. Setelah dikurangi biaya pembelian opsi sebesar 3
dolar. Maka ia akan memperoleh keuntungan bersih sebesar 17 dolar.
Lalu bagaimana jika prediksi Jack salah dan harga saham ABC turun menjadi
katakanlah 90 dolar? Maka Jack tidak akan menggunakan hak opsinya dan akan
kehilangan sebesar 3 dolar untuk biaya opsi. Namun, hal ini lebih baik daripada
Jack memutuskan untuk membeli saham ABC secara langsung dan kehilangan 10
dolar.
Bila kita perhatikan dengan seksama, salah satu pihak dalam kontrak opsi
(dalam hal ini pembeli) tidak memiliki kewajiban untuk melakukan transaksi.
Dengan kata lain, apa yang dimiliki oleh pembeli sebuah opsi adalah hak dan
bukan kewajiban untuk melakukan transaksi. Tentu saja penjual opsi memiliki
kewajiban untuk melakukan transaksi jika pembeli opsi memutuskan untuk
menggunakan haknya.
Disisi lain, pada kontrak future, kedua belah pihak baik pembeli maupun
penjual memiliki kewajiban untuk melakukan transaksi. Tentu saja, dalam hal ini
pihak pembeli dari kontrak future tidak memiliki kewajiban untuk membayar
seperti pada pembeli opsi.
Konsekuensinya adalah, karakteristik risiko dan reward dari kedua kontrak ini
berbeda. Pada kasus kontrak future misalnya, pembeli dari kontrak akan
merasakan dampak secara langsung jika nilai kontraknya naik ataupun turun (jika
naik maka ia akan mendapatkan keuntungan dan jika turun ia akan merugi).
Opsi disisi lain, tidak memiliki karakteristik ini. Pembeli opsi, paling banyak
akan kehilangan sebesar harga opsi jika prediksinya meleset dan akan
mendapatkan keuntungan sebesar kenaikan nilai saham yang menjadi underlying
assetnya.
Normalnya, sebuah opsi memiliki masa jatuh tempo kurang dari 6 bulan.
Namun demikian, terdapat sebuah opsi yang disebut sebagai Long Term Equity
AnticiPation Security (LEAPS) yang memiliki masa jatuh tempo hingga 3 tahun.
LEAPS yang memiliki masa jatuh tempo 1 tahun bisa memiliki harga 2 kali lipat
dari sebuah opsi yang memiliki jatuh tempo 3 bulan. Hal ini karena lamanya
waktu jatuh tempo membuat surat berharga ini memiliki potensi yang lebih besar.
Berikut akan disajikan 4 posisi kontrak opsi yaitu membeli sebuah call option
menjual sebuah call option, membeli Put Option dan menjual Put Option. Mari
kita dalami satu persatu secara mendetail.
Bila harga aset X pada saat jatuh tempo Opsi ternyata kurang dari
60 dolar, maka pembeli opsi tidak akan menggunakan hak opsinya.
Dalam hal ini pembeli akan kehilangan 2 dolar atau seharga nilai
kontrak opsi.
Bila harga aset X sama dengan 60 dolar ketika jatuh tempo, maka
tidak ada untungnya bagi investor untuk menggunakan hak
opsinya. Dalam hal ini, pembeli opsi kembali akan kehilangan 2
dolar atau setara harga opsi.
Bila nilai aset X naik lebih dari 60 dolar tetapi kurang dari 62 dolar
pada saat jatuh tempo kontrak opsi. Maka bila hak opsi dieksekusi,
misal ketika aset X bernilai 61 dolar, maka pembeli akan
mengalami kerugian sebesar 1 dolar, sedangkan jika hak ini tidak
digunakan ia akan kehilangan 2 dolar.
Bila nilai aset X sama dengan 62 dolar dan pembeli menggunakan
hak opsinya, maka akan mengalami break even karena keuntungan
2 dolar yang ada nilainya sama dengan biaya kontrak opsi.
Bila nilai aset X naik lebih dari 62 dolar dan investor
menggunakan hak opsinya, maka ia akan mendapatkan
keuntungan. Katakanlah harga aset X naik menjadi 70 dolar, maka
pembeli tadi mendapatkan keuntungan sebesar 10 dolar dan
keuntungan bersih sebesar 8 dolar (karena 2 dolar digunakan untuk
membeli opsi).
Jika harga aset X lebih besar dari 60 dolar maka pembeli opsi
put tidak akan menggunakan haknya, karena nilai pasar jauh
lebih tinggi dari perkiraan investor tersebut. Ia akan mengalami
kerugian sebesar harga opsi put tersebut yakni 2 dolar.
Jika harga aset X sama dengan 60 dolar, hak kontrak opsi juga
tidak akan digunakan dan investor akan mengalami kerugian
sebesar 2 dolar.
Bila harga aset X kurang dari 60 dolar namun lebih besar dari
58 dolar maka kondisi ini akan menyebabkan kerugian bagi
investor namun kerugian yang ditanggung akan kurang dari 2
dolar. Misal harga aset X sebesar 59 dolar, maka total kerugian
dari investor tersebut adalah 1 dolar.
Bila harga aset X sama dengan 58 dolar dan hak opsi put
digunakan maka hal ini akan menyebabkan kondisi break even
(impas). Hal ini karena keuntungan dari penggunaan opsi sama
besarnya dengan harga opsi itu sendiri.
Jika harga aset X kurang dari 58 dolar dan hak opsi put
digunakan pada waktu jatuh tempo, maka pembeli akan
mendapatkan keuntungan. Misal harga aset X turun menjadi 40
dolar, maka pembeli opsi akan mendapatkan keuntungan
sebesar 20 dolar, setelah dikurangi harga put optionnya maka
keuntungan bersihnya adalah 18 dolar.
Dimana :
e = 2,7183
σ = Standar deviasi
Harga saham saat ini (P), Exercise Price (X) dan waktu hingga jatuh
tempo (t) semuanya dapat didapatkan melalui surat kabar maupun internet.
Tingkat suku bunga bebas risiko (rRF) adalah yield dari sebuah surat utang
negara yang memiliki jangka hidup yang sama dengan opsi. Standar deviasi
dari pengembalian saham (σ) dapat diestimasi dari harga saham harian.
Dari semua info diatas, kita akan menggunakan model Black-Scholes
untuk mengestimasi harga opsi beli dari sebuah perusahan bernama Western.
Inputnya adalah sebagai berikut :
P = $40
X = $35
t = 6 bulan (0,5 tahun)
rRF = 8,0 % atau 0,080
σ = 31,557% = 0,31557
Pertama-tama kita cari dahulu nilai d1 dan d2 dari persamaan 8-10 dan 8-
11 :
Untuk memudahkan, nilai N(d1) dan N(d2) yang merepresentasikan fungsi
standar distribusi normal, dapat dicari dengan menggunakan excel. Sebagai
contoh, kita dapat menggunakan fungsi =NORMDIST(0.8832) yang memberikan
nilai dari N(d1) sebesar 0,8131. Dengan cara yang sama kita bisa mencari nilai
dari N(d2) yaitu 0,7473. Sehingga kita dapat memasukan semua data dalam
persamaan Black-Scholes sebagai berikut :
BAB III
Hedging
Secara teoritis, dan hanya di dalam teori saja, tujuan hedging adalah untuk
mengurangi risiko dari instrument keuangan yang dilindung nilaikan, dengan cara
mengkombinasikannya dengan instrument hedging seperti Opsi, forward, future
dan swap. Ditambah lagi, meskipun secara teoritis perubahan nilai dari satu
instrumen akan dapat diimbangi dengan perubahan nilai pada instrument yang
lain, namun pada prakteknya hal ini tidak pernah terjadi karena perilaku harga
dari instrument yang dilindungi dan yang melindungi seringkali asimetris.
Kita misalkan, sebuah kontrak future dapat saja bertentangan dengan harga
pasar untuk komoditas yang sama. Inilah yang menjadi alasan kenapa hedging
dapat memberikan hasil yang bersifat asimetris.
Mengingat bahwa pola historis dari harga komoditas yang dilindung nilaikan
seringkali sangat fluktuatif dan ekstrapolasi dari harga komoditas di masa depan
seringkali meleset. Maka untuk membuat sebuah hedging yang baik, diperlukan
cara pandang pasar secara global ditambah dengan pertimbangan terkait dengan
tren harga pada beberapa komoditas dan sektor industri.
B. Praktek Hedging
Secara prinsip, bangkir, bendahara dan investor harus dilihat sebagai
perantara di dalam sebuah rantai pemindahan risiko. Deskripsi ini masuk akal
karena apa yang mereka lakukan melalui hedging adalah pertukaran risiko
satu sama lain.
Pada kenyataanya, reaksi berantai ini lebih kompleks karena hampir
setiap instrument keuangan memiliki kebutuhan yang berbeda untuk
hedging.
Dalam literatur-literatur teknis disebutkan bahwa kelompok yang
berseberangan masuk ke dalam transaksi hedging dalam rangka untuk
melindungi suatu aset, kewajiban atau arus kas tertentu dari pergerakan
dalam suatu pasar. Maka itu, dari perspektif manajemen risiko, transaksi-
transaksi yang dilakukan untuk melakukan hedging secara umum dianggap
sebagai sesuatu yang jinak.
Salah satu praktek paling mendasar dari hedging adalah membuat posisi,
katakanlah pada pasar future yakni sama dan berkebalikan dari posisi
komoditas aktualnya. Sebagai contoh, produsen perak yang memegang posisi
long untuk 100.000 ons peraknya mungkin akan melakukan hedging dengan
melakukan short pada kontrak future dengan menempatkan posisi setara
dan berkebalikan.
Dengan melakukan hal demikian, maka seorang yang melakukan hedging
akan dapat memperbaiki posisinya di masa depan dengan cara menggunakan
instrument derivative. Dalam hal ini, kerugian di satu posisi akan dapat
diimbangi dengan keuntungan di sisi lainnya.