Anda di halaman 1dari 23

Derivative, Option and Hedging Theory

Disusun Oleh :

a) Irfan Rakhman Hidayat (C2C022030)


b) Aryo Bimo Sakti (C2C022050)
c) Aditya Pratama (C2C022054)

MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS JENDERAL SUDIRMAN
2022
BAB I
DERIVATIF

1. Pendahuluan
Derivatif adalah suatu instrumen keuangan atau kontrak lain yang
mendapatkan nilainya dari pergerakan harga serta nilai tukar valuta asing atau
suku bunga (Stice, 2005). Menurut Glantz dan Kissell (2014), derivatif adalah
instrumen keuangan dengan tingkat pengembalian (payoff) didapatkan atau
diturunkan dari tingkat pengembalian underlying financial instrument atau aset
lainnya. Beberapa contoh derivatif adalah:
1. Options
2. Forward
3. Futures
4. Swap
Dalam konteks manajemen keuangan, risiko adalah sesuatu yang tidak
diharapkan. Individu akan memilih efek yang lebih memiliki risiko hanya jika
expected return efek tersebut cukup tinggi dalam mengkompensasi risiko.
Perusahaan akan mengambil proyek berisiko tinggi hanya jika return atas proyek
tersebut dapat mengkompensasi risiko. Perusahaan menggunakan derivatif
sebagai alat untuk menurunkan risiko (risk exposure). Lebih lanjut, perusahaan
menggunakan derivatif untuk mengurangi porsi risk exposure yang tidak
diharapkan dan merubah risk exposure tersebut ke dalam bentuk lain (Cowell,
2006).
Perusahaan besar lebih banyak memanfaatkan derivatif dibandingkan
perusahaan kecil, terutama derivatif suku bunga dan nilai tukar valuta asing.
Derivatif juga lebih banyak dimanfaatkan untuk mengelola liabilitas dibandingkan
dengan aset. Sekitar 60% perusahaan memanfaatkan derivatif untuk mengelola
risiko liabilitas. Hanya 55% perusahaan yang memanfaatkan derivatif untuk
mengelola aset jangka pendek dan 30% perusahaan yang memanfaatkan derivatif
untuk mengelola aset jangka panjang (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015).
Lindung nilai (hedging) adalah cara perusahaan mengurangi risiko.
Pemanfaatan derivatif oleh perusahaan untuk menurunkan risk exposure
perusahaan disebut dengan lindung nilai (hedging). Lindung nilai mengimbangi
risiko lain yang dimiliki perusahaan, sebagai contoh risiko pada suatu proyek,
dengan menggunakan satu atau lebih transaksi derivatif. Selain untuk lindung
nilai, derivatif dapat dimanfaatkan untuk merubah dan/atau meningkatkan risk
exposure perusahaan namun ika perusahaan tidak memiliki offsetting risk
exposure (risk exposure yang mengimbangi derivatif tersebut) maka transaksi
tersebut adalah transaksi spekulasi (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015).

A. Forward contracts
Forward contracts adalah kontrak antara kedua belah pihak (kontrak
bilateral) yang memberikan kewajiban kepada satu pihak untuk membeli;
dan pihak yang lain untuk menjual aset pada jumlah tertentu, pada harga
yang telah menjadi kesepakatan dan pada tanggal tertentu di masa depan.
Pihak pembeli disebut memiliki posisi long sedangkan pihak penjual
disebut memiliki posisi short (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015)
Saat forward contracts berakhir terdapat 2 (dua) cara yang dapat
dilaksanakan yakni:
1. Pengiriman fisik; yakni pihak penjual melakukan pengiriman aset
kepada pembeli serta pembeli melakukan pembayaran dengan uang
tunai
2. Cash settlement; yakni tidak ada pengiriman aset secara fisik
namun pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian harus menutup
segala posisi terbuka (open position) dengan melakukan
pembayaran atau penerimaan kas berdasarkan selisih harga antara
harga settlement dengan harga settlement akhir sebelumnya
B. Future contract
Kontrak pengiriman yang mewajibkan bagi posisi long untuk
melakukan pembelian dan posisi short untuk melakukan penjualan
sejumlah tertentu dari aset pada harga tertentu untuk tanggal tertentu di
masa depan. Konsep future contract dan forward contract memiliki
beberapa kesamaan; perbedaan antara kedua konsep tersebut adalah pada
kontrak forward adalah kontrak pribadi antara dua pihak sementara
kontrak future adalah kontrak yang didukung oleh suatu bursa (trading
exchange) serta dapat diperdagangkan oleh beberapa pihak, beberapa kali
pada satu hari yang sama. Dalam future contract terdapat kegiatan mark-
to-market setiap hari, yakni membandingkan harga hari ini dengan harga
hari sebelumnya (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015).

Tabel 1. Perbedaan Antara Future Contracts dan Forward Contracts


(2015)

Future contracts Forward contracts


 Diperdagangkan di bursa  Kontrak pribadi, tidak
 Terstandarisasi diperdagangkan
 Ada clearing house sebagai  Kontrak disesuaikan untuk
pihak yang berlawanan memenuhi kebutuhan pihak
dengan seluruh pihak yang yang bertransaksi
bertransaksi  Tidak diatur oleh
 Diatur oleh pemerintah pemerintah

C. Swap
Swap adalah suatu kontrak dimana dua buah pihak sepakat untuk
menukar pembayaran dimasa depan berdasarkan pergerakan harga atau
tingkat yang disepakati bersama. Jenis yang umum dari swap adalah swap
suku bunga (interest rate swap). Dalam interest rate swap, dua pihak
sepakat untuk menukar pembayaran bunga dimasa depan atas suatu jumlah
pinjaman tertentu, biasanya sekelompok pembayaran bunga adalah
berdasarkan suku bunga tetap sedangkan yang lain berdasarkan suku
bunga variabel (Zeinora, 2016)

D. Opsi (option)
Opsi adalah suatu kontrak yang memberikan hak kepada
pemegangnya, dan bukan kewajiban, untuk membeli atau menjual suatu
aktiva pada harga tertentu selama suatu periode tertentu dimasa depan.
Opsi mempunyai dua jenis umum: opsi beli (call option) dan opsi jual (put
option). Opsi beli memberi hak kepada pemegangnya untuk membeli suatu
aktiva pada harga tertentu.
Sementara opsi jual memberi hak kepada pemegangnya untuk menjual
suatu aktiva pada harga tertentu. Sebagai pertukaran untuk hak yang
melekat pada opsi, maka, pemegang opsi membayar sejumlah uang
dimuka kepada pihak lain dalam transaksi, yang disebut sebagai penerbit
opsi (writer of the option) (Zeinora, 2016).
BAB II
OPTION

A. Fitur Dasar dari Option (Opsi)

Menurut Fabozzi dan Drake (2009) Option / Opsi adalah sebuah kontrak
dimana penjual Opsi memberikan hak kepada pembelinya untuk melakukan
transaksi baik membeli atau menjual sebuah underlying asset (aset acuan) pada
suatu harga yang telah ditentukan pada atau sebelum pada tanggal yang
ditentukan.

Harga spesifik yang telah ditentukann kemudian dikenal sebagai strike price
atau exercise price dan tanggal yang ditentukan disebut sebagai expiration date.
Penjual opsi memberikan hak ini sebagai ganti atas sejumlah uang yang
diterimanya yang kemudian disebut sebagai Option Premium atau Option Price
(Harga Opsi).

Penjual opsi ini dikenal juga sebagai Option Writer, sedangkan pembelinya
disebut dengan Option Holder. Aset yang menjadi subjek dari sebuah opsi disebut
juga sebagai underlying (acuan). Underlying ini dapat berupa saham individual,
sebuah indeks saham, surat utang (bond), atau bahkan instrument turunan lainnya
seperti kontrak future. Option Writer dapat memberikan kepada Option Holder
satu atau dua hak. Jika hak tersebut terkait dengan pembelian sebuah aset acuan
(underlying) maka opsinya disebut sebagai Call Option atau Opsi Beli. Sementara
itu jika haknya terkait dengan penjualan sebuah aset acuan (underlying asset)
maka opsinya disebut sebagai Put Option atau Opsi Jual.

Suatu Opsi juga dapat dikategorikan menurut waktu eksekusinya. Hal ini
dikenal juga dengan exercise style. European Option misalnya hanya dapat di
exercise pada waktu jatuh tempo atau expiration datenya. Sementara itu,
American Option, dapat di exercise sewaktu-waktu pada saat atau sebelum
expiration datenya. Disisi lain, terdapat opsi yang dapat di exercise sebelum
tanggal ekspirasinya namun harus pada tanggal tertentu disebut Bermuda Option
atau Atlantic Option.
Kita dapat menggunakan ilustrasi untuk menjelaskan bagaimana kontrak dari
sebuah opsi bekerja. Katakanlah Jack membeli sebuah Call Option (Opsi Beli)
seharga 3 dolar dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Aset acuannya adalah satu unit aset dari perusahaan ABC


2. Exercise Price (Harga Eksekusinya) adalah 100 dolar
3. Tanggal jatuh tempo atau expiration datenya adalah 3 bulan dari
sekarang dan opsi ini dapat dieksekusi kapan saja sampai batas tanggal
jatuh temponya (Opsi gaya Amerika).

Dalam hal ini, kita bisa melihat bahwa Jack memiliki hak untuk membeli
kepada Writer (penjual opsi) salah satu unit aset perusahaan ABC seharga 100
dolar sebelum tanggal jatuh tempo opsi. Lalu bagaimana Jack mendapatkan
keuntungan dari kontrak ini? Misalkan Jack memprediksi harga saham ABC naik
menjadi katakanlah 120 dolar (dan pada saat jatuh tempo prediksi ini benar), maka
ia dapat menggunakan hak opsinya untuk membeli saham tersebut seharga 100
dolar sebelum tanggal jatuh tempo opsinya. Dengan kata lain, ia akan memperoleh
keuntungan sebesar 20 dolar. Setelah dikurangi biaya pembelian opsi sebesar 3
dolar. Maka ia akan memperoleh keuntungan bersih sebesar 17 dolar.
Lalu bagaimana jika prediksi Jack salah dan harga saham ABC turun menjadi
katakanlah 90 dolar? Maka Jack tidak akan menggunakan hak opsinya dan akan
kehilangan sebesar 3 dolar untuk biaya opsi. Namun, hal ini lebih baik daripada
Jack memutuskan untuk membeli saham ABC secara langsung dan kehilangan 10
dolar.

B. Perbedaan antara kontrak Opsi dan Future

Bila kita perhatikan dengan seksama, salah satu pihak dalam kontrak opsi
(dalam hal ini pembeli) tidak memiliki kewajiban untuk melakukan transaksi.
Dengan kata lain, apa yang dimiliki oleh pembeli sebuah opsi adalah hak dan
bukan kewajiban untuk melakukan transaksi. Tentu saja penjual opsi memiliki
kewajiban untuk melakukan transaksi jika pembeli opsi memutuskan untuk
menggunakan haknya.

Disisi lain, pada kontrak future, kedua belah pihak baik pembeli maupun
penjual memiliki kewajiban untuk melakukan transaksi. Tentu saja, dalam hal ini
pihak pembeli dari kontrak future tidak memiliki kewajiban untuk membayar
seperti pada pembeli opsi.

Konsekuensinya adalah, karakteristik risiko dan reward dari kedua kontrak ini
berbeda. Pada kasus kontrak future misalnya, pembeli dari kontrak akan
merasakan dampak secara langsung jika nilai kontraknya naik ataupun turun (jika
naik maka ia akan mendapatkan keuntungan dan jika turun ia akan merugi).

Opsi disisi lain, tidak memiliki karakteristik ini. Pembeli opsi, paling banyak
akan kehilangan sebesar harga opsi jika prediksinya meleset dan akan
mendapatkan keuntungan sebesar kenaikan nilai saham yang menjadi underlying
assetnya.

Opsi sendiri dapat diperjual-belikan melalui dua mekanisme. Mekanisme


pertama adalah jual beli pada pasar modal seperti layaknya saham dan bisa juga
menggunakan sistem OTC (Over The Counter). Sistem OTC memungkinkan
penjualan dilakukan melalui jaringan dealer atau broker.

Berbicara mengenai sistem penjualan Opsi, Erdhard dan Brigham (2010)


menambahkan tentang adanya jenis opsi yang disebut sebagai covered option dan
naked option. Covered Option adalah opsi yang memiliki back up surat berharga
seperti saham sedangkan Naked Option adalah yang tidak. Hal ini memungkinkan
terjadi karena mekanisme penerbitan (writing) dari sebuah option cukup mudah
dengan regulasi yang tidak terlalu ketat.

Normalnya, sebuah opsi memiliki masa jatuh tempo kurang dari 6 bulan.
Namun demikian, terdapat sebuah opsi yang disebut sebagai Long Term Equity
AnticiPation Security (LEAPS) yang memiliki masa jatuh tempo hingga 3 tahun.
LEAPS yang memiliki masa jatuh tempo 1 tahun bisa memiliki harga 2 kali lipat
dari sebuah opsi yang memiliki jatuh tempo 3 bulan. Hal ini karena lamanya
waktu jatuh tempo membuat surat berharga ini memiliki potensi yang lebih besar.

C. Karakteristik Risiko dan Return dari Opsi

Berikut akan disajikan 4 posisi kontrak opsi yaitu membeli sebuah call option
menjual sebuah call option, membeli Put Option dan menjual Put Option. Mari
kita dalami satu persatu secara mendetail.

1. Membeli sebuah Call Option


Pembelian sebuah Call Option menciptakan sebuah posisi yang disebut
sebagai long call position. Untuk menggambarkan posisi ini, katakanlah
terdapat sebuah call option dari aset X yang akan jatuh tempo dalam 1
bulan dan memiliki exercise price sebesar 60 dolar. Harga kontrak opsinya
adalah 2 dolar.
Pertanyaanya apa keuntungan atau kerugian dari investor yang
membeli opsi ini dan menahannya sampai waktu jatuh tempo? Terdapat
beberapa jenis kemungkinan yang dapat terjadi, antara lain :

 Bila harga aset X pada saat jatuh tempo Opsi ternyata kurang dari
60 dolar, maka pembeli opsi tidak akan menggunakan hak opsinya.
Dalam hal ini pembeli akan kehilangan 2 dolar atau seharga nilai
kontrak opsi.
 Bila harga aset X sama dengan 60 dolar ketika jatuh tempo, maka
tidak ada untungnya bagi investor untuk menggunakan hak
opsinya. Dalam hal ini, pembeli opsi kembali akan kehilangan 2
dolar atau setara harga opsi.
 Bila nilai aset X naik lebih dari 60 dolar tetapi kurang dari 62 dolar
pada saat jatuh tempo kontrak opsi. Maka bila hak opsi dieksekusi,
misal ketika aset X bernilai 61 dolar, maka pembeli akan
mengalami kerugian sebesar 1 dolar, sedangkan jika hak ini tidak
digunakan ia akan kehilangan 2 dolar.
 Bila nilai aset X sama dengan 62 dolar dan pembeli menggunakan
hak opsinya, maka akan mengalami break even karena keuntungan
2 dolar yang ada nilainya sama dengan biaya kontrak opsi.
 Bila nilai aset X naik lebih dari 62 dolar dan investor
menggunakan hak opsinya, maka ia akan mendapatkan
keuntungan. Katakanlah harga aset X naik menjadi 70 dolar, maka
pembeli tadi mendapatkan keuntungan sebesar 10 dolar dan
keuntungan bersih sebesar 8 dolar (karena 2 dolar digunakan untuk
membeli opsi).

2. Writing (Menjual) Call Options


Penjual option beli, dalam hal bisa dikatakan berada pada short call
position. Bila kita menggunakan ilustrasi sebelumnya sebagai contoh,
maka posisi dari seorang penjual opsi (option writer) adalah berkebalikan
dari posisi pembeli opsi (Option Holder). Dengan kata lain, posisi untung
dari penjual opsi call adalah posisi rugi dari pembeli opsi call itu sendiri.

3. Membeli Put Options (Opsi Jual)


Pembelian dari Opsi Jual atau Put Option akan menciptakan suatu
posisi financial yang disebut sebagai long put position. Misal kita
ilustrasikan bahwa seseorang membeli put option untuk aset X dengan
waktu jatuh tempo sebulan dan harga exercisenya adalah 60 dolar dan
harga beli put optionnya adalah 2 dolar maka kita dapat melihat beberapa
kemungkinan yaitu :

 Jika harga aset X lebih besar dari 60 dolar maka pembeli opsi
put tidak akan menggunakan haknya, karena nilai pasar jauh
lebih tinggi dari perkiraan investor tersebut. Ia akan mengalami
kerugian sebesar harga opsi put tersebut yakni 2 dolar.
 Jika harga aset X sama dengan 60 dolar, hak kontrak opsi juga
tidak akan digunakan dan investor akan mengalami kerugian
sebesar 2 dolar.
 Bila harga aset X kurang dari 60 dolar namun lebih besar dari
58 dolar maka kondisi ini akan menyebabkan kerugian bagi
investor namun kerugian yang ditanggung akan kurang dari 2
dolar. Misal harga aset X sebesar 59 dolar, maka total kerugian
dari investor tersebut adalah 1 dolar.
 Bila harga aset X sama dengan 58 dolar dan hak opsi put
digunakan maka hal ini akan menyebabkan kondisi break even
(impas). Hal ini karena keuntungan dari penggunaan opsi sama
besarnya dengan harga opsi itu sendiri.
 Jika harga aset X kurang dari 58 dolar dan hak opsi put
digunakan pada waktu jatuh tempo, maka pembeli akan
mendapatkan keuntungan. Misal harga aset X turun menjadi 40
dolar, maka pembeli opsi akan mendapatkan keuntungan
sebesar 20 dolar, setelah dikurangi harga put optionnya maka
keuntungan bersihnya adalah 18 dolar.

4. Writing (Menjual) Put Options


Penjualan sebuah opsi jual (put option) akan menciptakan sebuah
posisi yang disebut sebagai short put position. Keuntungan dan kerugian
dari posisi ini adalah kebalikan dari posisi pembelian Put Option.
Keuntungan maksimum yang dapat dicapai adalah sebesar harga opsinya
dan kerugiannya adalah ketika harga aset acuannya turun kurang dari
exercise pricenya. Pada kondisi ekstrem jika harga saham turun menjadi
nol, maka kerugian penjual adalah sebesar nilai saham dikurangi harga put
optionnya.

D. Komponen-Komponen Dasar Harga Opsi


Harga dari sebuah opsi merupakan refleksi terhadap nilai intrinsik dari
opsi itu sendiri dan tambahan apapun terhadap nilai intrinsik tersebut. Premi
terhadap nilai intrinsik sering disebut juga sebagai time premium (premi
waktu).
Seperti halnya pada kontrak Futures dan Forward, secara teoritis harga
dari sebuah opsi juga hasil dari sebuah kesepakatan. Meskipun demikian,
konsep harga pada sebuah opsi tidaklah sesimpel pada kontrak Future maupun
Forward. Secara teoritis, harga dari sebuah opsi terdiri dari dua komponen
yaitu nilai intrinsik dan premi terhadap nilai intrinsik. Berikut penjelasan dari
kedua komponen tersebut :

1. Intrinsic Value (Nilai Intrinsik)


Nilai intrinsik adalah nilai ekonomis dari sebuah opsi jika opsi
tersebut di exercise secara langsung. Jika tidak terdapat nilai ekonomis
yang positif dari tindakan exercise opsi secara langsung, maka nilai
intrinsik dari opsi tersebut sama dengan nol. Nilai intrinsik dari sebuah
opsi mudah dihitung mengingat kita bisa dengan mudah menghitung
harga dari aset acuannya dan juga strike pricenya.
Untuk sebuah call option, nilai intrinsiknya adalah sebesar selisih
antara nilai pasar sekarang dari aset acuannya dan harga eksekusinya
(strike pricenya). Jika selisih ini bersifat positif maka nilai intrinsik ini
akan bernilai sama dengan selisihnya sementara itu jika selisihnya
negatif maka nilai intrinsik dari opsi tersebut adalah sama dengan nol.
Kondisi ketika nilai intrinsik positif disebut sebagai in-the money.
Sementara itu, jika nilai intrinsik sama dengan nol disebut out-of-the-
money. Sedangkan ketika nilai intrinsik opsi sama dengan nilai aset
acuannya, kondisi ini disebut at-the-money. Kondisi at-the-money dan
out-of-the-money keduanya memiliki nilai intrinsik nol, sehingga pada
kondisi ini tidak menguntungkan untuk melakukan exercise hak opsi.
Sementara itu, untuk opsi jual (put option), nilai intrinsiknya
adalah sama dengan selisih jumlahnya ketika harga aset acuannya
dibawah strike pricenya. Misal, jika strike price sebuah put option
adalah 100 dolar, dan harga pasar untuk aset acuannya adalah 95 dolar,
maka nilai intrinsik dari put option tersebut adalah 5 dolar.

2. Time Premium (Premi Waktu)


Time premium dari sebuah opsi sering disebut juga nilai waktu dari
sebuah opsi, adalah jumlah ketika harga pasar dari sebuah opsi
melebihi nilai intrinsiknya. Hal ini merupakan bentuk ekspektasi dari
pembeli opsi bahwa beberapa waktu sebelum tanggal jatuh tempo,
akan mendorong kenaikan nilai opsi. Karena adanya ekspektasi inilah
seorang pembeli mau untuk membeli opsi diatas nilai intrinsiknya.
Misal sebuah opsi beli (call option) memiliki strike price sebesar 100
dolar dan harga opsinya adalah 12 dolar. Bila harga pasar untuk aset
acuannya adalah 104 dolar maka nilai time premiumnya adalah 8 dolar
(12 dolar – 4 dolar). Andaikan harga pasar aset acuannya turun
menjadi 95 dolar, nilai time premiumnya tetap 12 dolar karena nilai
intrinsiknya sama dengan 0.

E. Put-Call Parity Relationship


Untuk opsi jual dan opsi beli tipe Europa dengan nilai aset acuan, strike
price dan jatuh tempo yang sama, akan ada hubungan antara harga dari opsi
beli, harga opsi jual, harga aset acuan dan strike price. Hubungan ini dikenal
dengan nama Put-Call Parity Relationship. Hubunganya kira-kira seperti ini :
Harga Opsi Jual- Harga Opsi Beli = Nilai sekarang dari strike price + Nilai
Sekarang dari Cash Distribution – Harga aset acuan.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Opsi


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga dari sebuah opsi yaitu
:
1. Nilai Pasar dari aset acuan
Harga dari sebuah opsi akan berubah seiring dengan perubahan
nilai dari aset acuannya. Untuk opsi beli (call option) misalnya, seiring
meningkatnya harga aset acuan (dengan asumsi faktor-faktor lain
tetap), maka harga opsi juga akan naik. Hal yang berkebalikan akan
terjadi pada opsi jual (put option), seiring dengan menurunnya harga
pasar aset acuan maka harga dari opsi jual akan semakin menurun.

2. Strike Price dari Opsi


Besaran strike price sifatnya tetap selama jangka hidup sebuah
opsi. Bila semua faktor dianggap sama, maka semakin rendah nilai
strike price maka semakin tinggi harga dari opsi belinya. Untuk opsi
jual, semakin tinggi nilai strike pricenya, semakin tinggi harga
opsinya.

3. Waktu Jatuh Tempo dari Opsi


Setelah jatuh tempo, sebuah kontrak opsi tidak lagi berguna.
Sehingga semakin panjang waktu kadaluarsa (jatuh tempo) dari sebuah
opsi maka akan semakin tinggi harganya. Hal ini juga terkait dengan
waktu suatu aset acuan naik (pada opsi beli) dan turun (pada opsi jual).

4. Ekspektasi tingkat volatilitas dari aset acuan selama jangka hidup


dari sebuah Opsi.
Semakin besar tingkat volatilitas yang diharapkan (diukur dengan
menggunakan standar deviasi dan varian) dari sebuah aset acuan maka
pembeli opsi akan semakin berminat untuk membelinya, begitu juga
dengan penjual opsi.
Hal ini karena semakin tinggi tingkat volatilitas maka semakin
tinggi juga kemungkinan pergerakan dari aset acuan untuk berubah
menuju arah yang menguntungkan bagi pembeli opsi.
5. Tingkat bunga bebas risiko jangka pendek selama jangka hidup
dari sebuah opsi.
Membeli sebuah aset acuan membutuhkan investasi dana yang
tidak sedikit. Disisi lain, investor dapat membeli opsi yang nilainya
sebesar aset acuannya dan menggunakan sisanya untuk membeli
sebuah aset bebas risiko jangka pendek.
Sehingga semakin tinggi nilai suku bunga bebas risiko jangka
pendek yang ditawarkan maka akan semakin menarik untuk membeli
opsi dibandingkan membeli aset realnya. Sebagai konsekuensinya,
harga opsi juga akan semakin meningkat.

6. Antisipasi terhadap pembayaran cash dari aset acuan selama


jangka hidup sebuah opsi.
Pembayaran kas pada sebuah aset acuan memiliki tendensi untuk
mengurangi harga dari sebuah opsi beli karena pembayaran kas
membuat investor lebih tertarik untuk memegang aset acuan
dibandingkan memegang opsi. Untuk opsi jual, pembayaran cash pada
aset acuan memiliki tendensi untuk meningkatkan harga.

G. Option Pricing Model


Beberapa model telah dikembangkan untuk menentukan nilai teoritis dari
sebuah opsi. Salah satu yang paling popular adalah yang dikembangkan oleh
Fischer Black dan Myron Scholes (1973) untuk menilai Opsi Beli tipe Eropa
pada saham biasa.
Dalam menurunkan modelnya Fischer Black dan Myron Scholes membuat
beberapa asumsi sebagai berikut :
1. Saham yang menjadi dasar acuan dari sebuah opsi beli diasumsikan
tidak memberikan dividen atau distribusi lainnya selama jangka hidup
suatu opsi.
2. Tidak terdapat biaya transaksi untuk melakukan pembelian atau
penjualan baik saham maupun opsi.
3. Tingkat bunga bebas risiko jangka pendek diketahui dan nilainya
konstan selama jangka hidup opsi.
4. Setiap pembeli dari surat berharga diperbolehkan untuk meminjam
sebagian kecil dari harga beli pada tingkat bunga bebas risiko jangka
pendek.
5. Penjualan jangka pendek diperbolehkan, dan penjualnya akan
menerima secara langsung keseluruhan uang tunai yang menjadi hasil
penjualan saham jangka pendek pada hari itu.
6. Opsi beli hanya dapat di exercise pada waktu jatuh temponya
(European Style).
7. Perdagangan semua surat berharga terjadi secara terus-menerus dan
harga saham bergerak secara acak.

Setelah mengetahui asumsi-asumsi yang mendasari model penentuan


harga opsi Black-Scholes, selanjutnya kita akan masuk pada persamaannya
:

Dimana :

VC = Nilai sekarang dari opsi beli

P = Harga sekarang dari saham acuan

N(di) = Kemungkinan bahwa sebuah deviasi yang nilainya


kurang dari d1 akan muncul di dalam sebuah distribusi
normal yang standar. Oleh karena itu, N (d1) dan N(d2)
mewakili area didalam sebuah fungsi distribusi normal
yang standar.

X = Strike Price dari Opsi

e = 2,7183

Rrf = Tingkat bunga bebas risiko

t = Waktu sampai opsi tersebut kadarluarsa/jatuh tempo.

ln(P/X) = Logaritma alami dari P/X

σ = Standar deviasi

Harga saham saat ini (P), Exercise Price (X) dan waktu hingga jatuh
tempo (t) semuanya dapat didapatkan melalui surat kabar maupun internet.
Tingkat suku bunga bebas risiko (rRF) adalah yield dari sebuah surat utang
negara yang memiliki jangka hidup yang sama dengan opsi. Standar deviasi
dari pengembalian saham (σ) dapat diestimasi dari harga saham harian.
Dari semua info diatas, kita akan menggunakan model Black-Scholes
untuk mengestimasi harga opsi beli dari sebuah perusahan bernama Western.
Inputnya adalah sebagai berikut :

P = $40
X = $35
t = 6 bulan (0,5 tahun)
rRF = 8,0 % atau 0,080
σ = 31,557% = 0,31557

Pertama-tama kita cari dahulu nilai d1 dan d2 dari persamaan 8-10 dan 8-
11 :
Untuk memudahkan, nilai N(d1) dan N(d2) yang merepresentasikan fungsi
standar distribusi normal, dapat dicari dengan menggunakan excel. Sebagai
contoh, kita dapat menggunakan fungsi =NORMDIST(0.8832) yang memberikan
nilai dari N(d1) sebesar 0,8131. Dengan cara yang sama kita bisa mencari nilai
dari N(d2) yaitu 0,7473. Sehingga kita dapat memasukan semua data dalam
persamaan Black-Scholes sebagai berikut :

BAB III
Hedging

A. Gambaran Umum Hedging


Pada operasi perbankan, finance dan treasury, tujuan dari true hedging
adalah pengurangan risiko yang muncul sebagai akibat adanya trading
(perdagangan surat berharga) dan investasi. Hedges dibuat untuk komoditas fisik
menggunakan kontrak future dan opsi.

Secara teoritis, dan hanya di dalam teori saja, tujuan hedging adalah untuk
mengurangi risiko dari instrument keuangan yang dilindung nilaikan, dengan cara
mengkombinasikannya dengan instrument hedging seperti Opsi, forward, future
dan swap. Ditambah lagi, meskipun secara teoritis perubahan nilai dari satu
instrumen akan dapat diimbangi dengan perubahan nilai pada instrument yang
lain, namun pada prakteknya hal ini tidak pernah terjadi karena perilaku harga
dari instrument yang dilindungi dan yang melindungi seringkali asimetris.
Kita misalkan, sebuah kontrak future dapat saja bertentangan dengan harga
pasar untuk komoditas yang sama. Inilah yang menjadi alasan kenapa hedging
dapat memberikan hasil yang bersifat asimetris.

Mengingat bahwa pola historis dari harga komoditas yang dilindung nilaikan
seringkali sangat fluktuatif dan ekstrapolasi dari harga komoditas di masa depan
seringkali meleset. Maka untuk membuat sebuah hedging yang baik, diperlukan
cara pandang pasar secara global ditambah dengan pertimbangan terkait dengan
tren harga pada beberapa komoditas dan sektor industri.

Terdapat beberapa jenis hedges (lindung nilai) yang berbeda.

1. Cash Flow Hedges, pertukaran tingkat bunga yang didesain untuk


melindungi terhadap perubahan pada arus kas karena salah satu masalah
terkait dengan isu utang.
2. Fair value hedges, utamanya terdiri dari pertukaran tingkat bunga untuk
melindungi terhadap perubahan pada fair value (nilai kewajaran) dari
utang jangka menengah dengan tingkat bunga tetap hingga utang jangka
panjang, sebagai akibat dari perubahan paa tingkat suku bunga pasar.

B. Praktek Hedging
Secara prinsip, bangkir, bendahara dan investor harus dilihat sebagai
perantara di dalam sebuah rantai pemindahan risiko. Deskripsi ini masuk akal
karena apa yang mereka lakukan melalui hedging adalah pertukaran risiko
satu sama lain.
Pada kenyataanya, reaksi berantai ini lebih kompleks karena hampir
setiap instrument keuangan memiliki kebutuhan yang berbeda untuk
hedging.
Dalam literatur-literatur teknis disebutkan bahwa kelompok yang
berseberangan masuk ke dalam transaksi hedging dalam rangka untuk
melindungi suatu aset, kewajiban atau arus kas tertentu dari pergerakan
dalam suatu pasar. Maka itu, dari perspektif manajemen risiko, transaksi-
transaksi yang dilakukan untuk melakukan hedging secara umum dianggap
sebagai sesuatu yang jinak.
Salah satu praktek paling mendasar dari hedging adalah membuat posisi,
katakanlah pada pasar future yakni sama dan berkebalikan dari posisi
komoditas aktualnya. Sebagai contoh, produsen perak yang memegang posisi
long untuk 100.000 ons peraknya mungkin akan melakukan hedging dengan
melakukan short pada kontrak future dengan menempatkan posisi setara
dan berkebalikan.
Dengan melakukan hal demikian, maka seorang yang melakukan hedging
akan dapat memperbaiki posisinya di masa depan dengan cara menggunakan
instrument derivative. Dalam hal ini, kerugian di satu posisi akan dapat
diimbangi dengan keuntungan di sisi lainnya.

C. Tipe-tipe Instrumen Hedging


Kontrak future dan Opsi secara umum diperdagangkan oleh investor yang
memiliki tujuan mendapatkan keuntungan yang rasional dan menggunakan
derivative sebagai cara untuk mengelola risiko harga.
Akan tetapi, setiap instrument keuangan dan semua komoditas memiliki
karakteristiknya sendiri-sendiri dalam melihat produk mana saja yang harus
dinilai, dimasukan kedalam persediaan dan mana yang harus diperdagangkan
:
1. Jangka waktu hidup dari kontrak future dan opsi relative cepat
2. Tidak seperti saham atau utang, sangat tidak memungkinkan untuk
membeli sebuah kontrak futures dari sebuah komoditas dan
kemudiannya menyimpannya selama bertahun-tahun.

Tantangan terbesarnya sebenarnya adalah menemukan atau


menggunakan instrument mana yang paling tepat pada suatu kondisi
tertentu. Selain kontrak future dan opsi, terdapat instrument lainnya yakni
swaps. Dalam hal ini Chorafas (2008) ia menjelaskan mengenai beberapa
jenis swap antra lain :

1. Basis Swaps, merupakan jenis dari kesepakatan swap tingkat bunga


dimana tingkat variable diterima dan dibayar, akan tetapi keduanya
memiliki dasar tingkat indeks yang berbeda.
2. Leveraged swaps adalah tipe lain lagi dari instrument bunga
dimanaperubahan pada tingkat bunga variable di multiplikasi dengan
faktor leverage dari kontrak seperti halnya 4 kali lipat dari LIBOR
(London Interbank Offered Rate).

3. Instrumen lainnya yang juga digunakan untuk melakukan hedging


dengan cara mengatasi masalah fluktuasi tingkat pertukaran yang
berdampak pada nilai dari kontrak yang adal. Dalam hal ini Currency
Forward dan opsi adalah yang paling sering digunakan. Currency
Swaps juga digunakan, namun lebih disukai pada situasi dimana :
 Pasar forward jangka panjang belum tersedia
 Klien membutuhkan sebuah instrument yang terkostumisasi untuk
melakukan hedging terhadap arus kas valas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brigham, E. F., & Ehrhardt, M. C. (2013). Financial management: Theory


& practice. Cengage Learning.
2. César Augusto Giraldo-Prieto , Gabriel Jaime González Uribe ,Cristhian
Vesga Bermejo, Diana Carolina Ferreira Herrera da Universidad de
Antioquia, Colombia ,27 November 2017, Financial hedging with
derivatives and its impact on the Colombian market value for listed
companies,Instituto Tecnológico Metropolitano-ITM, Colombia
Universidad Autónoma de Bucaramanga, Colombia Universidad Piloto de
Colombia, Colombia
3. Cowell, F. 2006. Risk management for derivatives. J Deriv Hedge Funds,
228-243. https://doi.org/10.1057/palgrave.dutr.1850044
4. Fabozzi, F. J., & Drake, P. P. (2009). Finance: capital markets, financial
management, and investment management (Vol. 178). John Wiley & Sons.
5. Glantz, M., dan Kissell, R. 2014. Equity Derivatives. Multi-Asset Risk
Modeling, 189–215. doi:10.1016/b978-0-12-401690-3.00006-8
6. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2015. Modul Chartered Accountant:
Manajemen Keuangan Lanjutan. Jakarta: Salemba empat
7. Stice et al. 2005. Akuntansi Intermediate, edisi 15. Jakarta: Salemba empat
8. Zeinora. 2016. Hedging, future contract dengan swap contract untuk
meminimalisasi risiko fluktuasi kurs valas. Journal of Applied Business and
Economics. 3(1): 10-18.

Anda mungkin juga menyukai