Anda di halaman 1dari 9

JPdK Volume 2 No1 Tahun 2020 Halaman 12-20

JURNAL PENDIDIKAN dan KONSELING


Research & Learning in Primary Education

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Sekolah Dasar

Citra Maesari1, Rusdial Marta2, Yusnira3

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Email penulis: citramaesari@gmil.com
Research & Learning in Primary
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untukEducation
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas IV SDN 004 Bangkinang Kota dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Solving pada materi operasi hitung bilangan cacah. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 004 Bangkinang Kota tahun ajaran 2019/2020
yang berjumlah 12 orang siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan 2 siklus, masing-masing siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Pengambilan
data dilakukan dengan tes kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi guru, dan
siswa sebagai tingkat keterlaksanaan dan pencapaian dalam menggunakan model
pembelajaran Problem Solving. Hasil kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat dari
hasil tes prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada tes prasiklus nilai rata-rata 59,16 dengan
persentase ketuntasan belajar 25%, pada siklus 1 pertemuan I mengalami peningkatan
dengan nilai rata-rata siswa 63,5 dengan persentase ketuntasan belajar 33,33% dan pada
siklus 1 pertemuan II mengalami peningkatan juga dengan nilai rata-rata 70,16 dengan
persentase ketuntasan belajar 58,33%. Pada siklus 2 pertemuan I mengalami peningkatan
dengan nilai rata-rata 76,00 dengan persentase ketuntasan belajar 75%, dan pada siklus 2
pertemuan II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 84,66 dengan persentase
ketuntasan belajar 83,33%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada materi operasi hitung bilangan cacah di kelas IV SD Negeri 004
Bangkinang Kota.

Kata kunci : Kemampuan Pemecahan Masalah, Model Pembelajaran Problem Solving,


Matematika

Abstract
This research is aimed at improving mathematical problem solving competency of the
fourth grade students at SDN 004 Bangkinang Kota by implementing problem solving
learning model on mathematical operation material on whole number. The subjects of this
research are the fourth grade students of SDN 004 Bangkinang Kota in the academic year
2019/2020, 12 students. This is Classroom Action Research which is carried out in 2
cycles, each cycles consist of 2 meeting. The date were obtained by administering
problem solving questions, observing teachers and students activities to find out the
students achievement through problem solving learning model. The findings of problem
solving competency are obtained from the result of the pre-cycle test, cycle 1 cycle 2. In
the pre cycle test the average score of the students were 59,16 with the learning
achievement percentages of 25%. In the cycle 1 first meeting, there was an in increase of

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2020


the average student score is 63,5 with the learning achievement percentages of 33,33%,
and in the cycle 1 meeting second there was an increase of the average student score is
70,16 with the learning achievement percentages 58,33%. %. In the cycle 2 first meeting,
there was an in increase of the average student score is 76,00 with the learning
achievement percentages of 75%, and in the cycle 2 meeting second there was an increase
of the average student score is 84,66 with the learning achievement percentages 83,33%.
The findings showed that problem solving learning model is able to improve the
mathematical problem solving competency elementary school students on operation count
whole number material of grade IV SDN Bangkinang Kota.

Keywords: Problem Solving Competency, Problem Solving Learning Model,


Mathematics

PENDAHULUAN (dikutip oleh Sari, 2017) juga


Matematika adalah mata merumuskan tujuan pembelajaran
pelajaran pokok yang ada di setiap matematika terdiri dari lima kemampuan
jenjang pendidikan. Hal tersebut dasar matematika yang merupakan
dirumuskan dalam permendiknas nomor standar yakni pemecahan masalah
22 Tahun 2006, yang mengatakan (Problem Solving), penalaran dan bukti
bahwa mata pelajaran matematika perlu (reasoning and proof), komunikasi
diberikan di setiap jenjang pendidikan (communication), koneksi (connections),
untuk membekali peserta didik dengan dan representasi (representation).
kemampuan berpikir logis, kritis, Berdasarkan tujuan di atas yang
analitis, sistematis, dan kreatif serta menjadi fokus penting di dalam
kemampuan bekerja sama. Matematika pembelajaran matematika di SD adalah
mempunyai peran penting dalam pemecahan masalah, seperti yang
berbagai disiplin ilmu dalam disebut Cockroft (Ismawati, 2014: 2)
mengembangkan daya pikir manusia, menyatakan bahwa: Matematika perlu
dengan mempelajari matematika siswa diajarkan kepada siswa karena (1) selalu
lebih kritis dalam memahami suatu digunakan dalam segi kehidupan; (2)
permasalahan dalam kehidupan sehari- semua bidang studi memerlukan
hari. Oleh sebab itu, pelajaran matematika yang sesuai; (3) merupakan
matematika perlu diberikan kepada sarana komunikasi yang kuat, singkat
semua siswa mulai dari Sekolah Dasar dan jelas; (4) dapat digunakan untuk
(SD) sampai ke perguruan tinggi. menyajikan informasi dalam berbagai
Matematika merupakan ilmu universal cara; (5) meningkatkan kemampuan
yang mampu memberi peluang bagi berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran
terbentuknya kemampuan ruangan, dan (6) memberikan kepuasan
berkomunikasi, berfikir, memecahkan terhadap usaha memecahkan masalah.
masalah dan bernalar bagi siswa. Bitter dan Capper (Asmariana,
Menurut Permendikbud Nomor 2013: 2) menyatakan bahwa
58 Tahun 2014 dijelaskan bahwa mata “Pengajaran matematika harus
pelajaran matematika bertujuan agar digunakan untuk memperkaya,
siswa mampu: (1) memahami konsep memperdalam, dan memperluas
matematika; (2) memecahkan masalah; kemampuan siswa dalam pemecahan
(3) menggunakan penalaran matematis; masalah matematika”. Ismawati (2014:
(4) mengomunikasikan masalah secara 3) menyatakan bahwa “kemampuan
sistematis; dan (5) memiliki sikap dan pemecahan masalah sangat penting,
perilaku yang sesuai dengan nilai dalam bukan saja bagi mereka yang kemudian
matematika. Sejalan dengan National hari akan mendalami matematika,
Council of Teachers of Mathematics melainkan juga bagi mereka yang akan

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2020


menerapkannya dalam bidang studi lain yang mengaitkan pola kehidupan nyata
maupun kehidupan sehari-hari”. siswa, dan mengaitkan pada
Berdasarkan hasil observasi pengetahuan yang berbeda atau yang
yang dilakukan di kelas IV SD Negeri belum diketahui siswa.
004 Bangkinang Kota terdapat beberapa Model pembelajaran yang dapat
permasalahan dalam pembelajaran menunjang hal tersebut, adalah model
matematika khususnya di kelas IV yaitu pembelajaran Problem Solving.
(1) siswa mengalami kesulitan dalam Kegiatan pembelajarannya, siswa
menyelesaikan soal-soal matematika dituntut untuk aktif dalam
yang berupa soal pemecahan masalah menyelesaikan masalah di dalam proses
matematika. Jika guru memberi soal pembelajaran. Model pembelajaran
yang berbeda dari contoh yang Problem Solving merupakan suatu
diberikan, maka sebagian besar siswa model pembelajaran yang melibatkan
kesulitan mengerjakan, sebagian besar siswa secara aktif, serta memanfaatkan
siswa mengeluh saat guru memberikan representasi yang dimiliki oleh siswa.
soal yang rumit seperti soal pemecahan Model Problem Solving cocok untuk
masalah; (2) siswa jarang melatih meningkatkan kemampuan pemecahan
kemampuan pemecahan masalah yang masalah matematika, karena model
dimilikinya; (3) siswa ribut dalam pembelajaran Problem Solving adalah
proses pembelajaran matematika; (4) suatu model pembelajaran yang
siswa pasif dalam mengikuti memusatkan pada pengajaran dan
pembelajaran karena hanya keterampilan pemecahan masalah yang
mendengarkan materi yang disampaikan diikuti dengan penguatan keterampilan.
oleh guru (5) siswa tidak dapat Siswa dilatih untuk menemukan solusi
menjawab pertanyaan dalam proses dari masalah yang diberikan oleh guru
pembelajaran terlihat siswa hanya diam secara aktif, logis, dan kreatif dengan
saja ketika diajukan pertanyaan. Adapun mengikuti langkah-langkah yang telah
dalam pelaksanaan proses pembelajaran ditentukan meliputi klarifikasi masalah,
guru sudah menggunakan model dan pengungkapan gagasan, evaluasi dan
media, namun belum maksimal dan seleksi, serta implementasi.
masih belum dapat meningkatkan Shoimin (2014 : 136)
kemampuan pemecahan masalah menyatakan bahwa “Model problem
matematika siswa, guru hanya solving adalah salah satu model
memberikan rumus yang tercepat agar mengajar yang digunakan oleh guru
siswa dapat menyelesaikan soal dalam kegiatan proses pembelajaran.
matematika yang bersifat konsep, bukan Model ini dapat menstimulasi peserta
yang bersifat soal pemecahan masalah. didik dalam berpikir yang dimulai dari
Faktor-faktor yang dapat mencari data sampai merumuskan
menghambat berkembangnya kesimpulan sehingga peserta didik dapat
kemampuan pemecahan masalah mengambil makna dari kegiatan
matematika tersebut apabila dibiarkan, pembelajaran”.
maka siswa kurang dapat Pemecahan masalah (Problem
mengembangkan proses berpikir kreatif, Solving) adalah penggunaan model
kritis dan berpikir tingkat tinggi. Selain dalam kegiatan pembelajaran dengan
itu siswa akan lebih sulit jalan melatih peserta didik menghadapi
mengaplikasikan materi yang telah berbagai masalah baik itu masalah
dipelajarinya. Seharusnya di dalam pribadi atau perorangan maupun
mengembangkan kemampuan masalah kelompok untuk dipecahkan
pemecahan masalah matematika ini sendiri atau secara bersama-sama (Marta
didasari oleh proses belajar mengajar Rusdial, 2017). Proses pembelajarannya

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2020


siswa menggunakan segenap pemikiran, Adapun yang menjadi subjek
memilih strategi pemecahannya, dan dalam penelitian ini adalah siswa kelas
memproses hingga menemukan IV SD Negeri 004 Bangkinang Kota
penyelesaian dari suatu pemecahan sebanyak 12 orang siswa yang terdiri
masalah. dari 6 orang laki-laki dan 6 orang
Model pemecahan masalah perempuan. Sedangkan objeknya adalah
(Problem Solving) adalah penggunaan kemampuan pemecahan masalah
model dalam kegiatan pembelajaran matematika siswa kelas IV SDN 004
dengan jalan melatih siswa menghadapi Bangkinang Kota. Penelitian tindakan
berbagai masalah baik itu masalah kelas ini dilaksanakan dua siklus.
pribadi atau perorangan maupun Instrumen penelitian adalah alat
masalah kelompok untuk dipecahkan atau fasilitas yang digunakan peneliti
sendiri atau secara bersama-sama dalam mengumpulkan data agar
(Ahmadi: 2013:55). pekerjaaannya lebih mudah dan hasilnya
Adapun rumusan masalah pada lebih baik, dalam arti lebih cermat,
penelitian ini adalah apakah model lengkap dan sistematis sehingga lebih
pembelajaran Problem Solving dapat mudah diolah. Agar penelitian ini dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan dilaksanakan dengan baik maka perlu
masalah matematika siswa kelas IV SD dipersiapkan instrument penelitian.
Negeri 004 Bangkinang kota?. Adapun instrument penelitian yang perlu
Sesuai dengan rumusan masalah dipersiapkan sebagai berikut:
di atas, maka tujuan penelitian ini adalah 1. Lembar Observasi
untuk mendeskripsikan peningkatan Lembar observasi tentang aktivitas
kemampuan pemecahan masalah guru dan siswa, pada saat
matematika dengan menerapkan model pelaksanaan penelitian ini mengacu
pembelajaran Problem Solving kelas IV kepada penerangan model
SD Negeri 004 Bangkinang Kota. pembelajaran Problem Solving
digunakan untuk memperoleh data
METODOLOGI PENELITIAN tentang aktivitas guru dan siswa
Menurut Aqib (2011: 3) PTK selama proses pembelajaran.
adalah penelitian yang dilakukan oleh 2. Lembar Tes
guru di kelasnya sendiri melalui refleksi Adapun lembar tes yang digunakan
diri dengan tujuan untuk memperbaiki dalam penelitian berupa butir soal
kinerjanya sehingga hasil belajar yang dilakukan setelah melakukan
siswanya meningkat. Sedangkan proses pembelajaran yang diperlukan
menurut Kusumah (2012: 8) PTK adalah untuk mendapatkan data tentang
bentuk penelitian reflektif yang pemecahan masalah matematis yang
dilakukan oleh guru sendiri yang berisi tentang soal berdasarkan
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat indikator yang akan dicapai sehingga
untuk pengembangan keahlian kualitas pemecahan masalah
mengajar. Jenis penelitian ini adalah matematika di ketahui.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 3. Lembar Dokumentasi
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV Lembar dokumentasi ini digunakan
SDN 004 Bangkinang Kota, Kab. untuk melihat kelengkapan data yang
Kampar. Subjek penelitian ini adalah digunakan dalam proses
siswa kelas IV SDN 004 Bangkinang pembelajaran dan kegiatan penelitian
Kota tahun ajaran 2019/2020 dengan berupa foto-foto, Silabus, rencana
jumlah siswanya 12 orang , yang terdiri pelaksanaan pembelajaran (RPP).
dari 6 orang siswa laki-laki dan 6 orang
siswa perempuan. Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2020


dalam penelitian karena tujuan utama dapat dihitung dengan
dari penelitian adalah untuk menggunakan rumus sebagai
mendapatkan data. Adapun teknik berikut:
pengumpulan data yang akan diambil ∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
P= 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
x 100
sebagai berikut:
Keterangan :
1. Tes
Tes kemampuan pemecahan masalah P = Nilai akhir.
dilakukan dengan cara siswa
mengerjakakan soal pemecahan Tabel 3.2
masalah matematika yang sesuai Interval Kategori Kemampuan
dengan materi pelajaran, dengan Pemecahan Masalah
tujuan untuk mengetahui seberapa Persentase Kategori
besar siswa menguasai pelajaran. Interval
Cara mengumpulkan tes yaitu dengan 90-100 Sangat baik
cara mengumpulkan hasil jawaban
80-89 Baik
peserta didik.
70-79 Cukup
2. Observasi
60-69 Kurang
Observasi dilakukan untuk
mengamati aktivitas guru dan siswa <60 Sangat kurang
selama pembelajaran berlangsung Sumber: (Mawaddah & Anisah, 2015)
yang menerapkan model b. Ketuntasan Klasikal
pembelajaran problem solving Jika ketuntasan klasikal
dengan cara mengisi kolom lembar siswa telah mencapai 80% dari
aktivitas guru dan aktivitas siswa seluruh siswa, maka secara klasikal
dengan menggunakan metode check telah tercapai dengan baik (wardhani,
list (√). 2007: 25). Untuk menentukan
3. Dokumentasi ketuntasan klasikal, rumus yang
Dokumentasi dilakukan dengan digunakan sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
mengumpulkan data-data mengenai KK= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100%
profil sekolah, data guru, data siswa Keterangan:
serta sarana dan prasarana sekolah. KK = Ketuntasan Klasikal
Analisis data yang digunakan Adapun kriteria
dalam dalam penelitian ini adalah ketuntasan klasikal sebagai
analisis data kualitatif dan kuantitatif. berikut:
Analisis kualitatif digunakan untuk Tabel 3.3
menganalisis lembar observasi aktivitas Interval Kategori Kriteria
guru dan siswa saat proses Ketuntasan Klasikal
pembelajaran. Sedangkan analisis data Persentase Kategori
kuantitatif untuk menganalisis nilai Interval
kemampuan pemecahan masalah 90-100% Sangat Baik
matematika siswa berikut 80-89% Baik
penjelasannya: 70-79% Cukup
1. Analisis Kuantitatif 60-69% Kurang
a. Analisis Kemampuan Pemecahan
<60% Sangat Kurang
Masalah
Sumber: Wardhani (2007: 40)
Untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah HASIL PENELITIAN DAN
matematika melalui pembelajaran PEMBAHASAN
yang menerapkan model
pembelajaran Problem Solving A. Deskripsi Tindakan

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2020


Sebelum dilakukan (<60%) dan pertemuan 2 meningkat
tindakan, peneliti melakukan menjadi 58,33% dengan kategori
observasi yaitu untuk mengetahui kurang sekali (60%). Pada siklus II
kemampuan pemecahan masalah pertemuan 1 meningkat menjadi 75%
matematika siswa. Data dari yang dengan kategori cukup (70%-79%).
dilakukan dengan guru kelas IV Kemudian meningkat lagi pada
SDN 004 Bangkinang Kota bahwa pertemuan 2 sebesar 83,33% dengan
kemampuan pemecahan masalah kategori baik (80%-89%).
matematika siswa masih rendah dan Untuk mengetahui secara
masih belum sesuai dengan yang jelas peningkatan setiap tindakan
diharapkan. dapat dilihat pada diagram dibawah
Berdasarkan data nilai ini :
kemampuan pemecahan masalag 90
matematika siswa yang di peroleh 80
dari pre test peneliti menganalisis 70
60 Rata-rata
data tersebut dengan KKM 70, dari 50 Kelas
12 orang siswa hanya 3 orang siswa 40
30 Ketuntasan
(25%) orang yang mencapai KKM. 20 Klasikal
Sedangkan siswa yang tidak 10
0
mencapai KKM sebanyak 9 orang
siswa (75%).
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap
Siklus
Perbandingan kemampuan
pemecahan masalah matematika
dengan menggunakan model
Problem Solving kelas IV di SDN Gambar 4.1
004 Bangkinang Kota pada siklus I (Diagram Perbandingan Nilai Siswa
dan siklus II terdapatnya Pratindakan, Siklus I dan Siklus II)
peningkatan pada kemampuan Dilihat dari diagram di atas,
pemecahan masalah matematika dapat dilihat hasil kemampuan
dengan menggunakan model pemecahan masalah matematika baik
Problem Solving kelas IV SDN 004 secara klasikal maupun secara nilai rata-
Bangkinang kota. rata yang diperoleh siswa mengalami
Diketahui bahwa nilai rata- peningkatan.
rata siswa pada siklus I pertemuan 1 Berdasarkan dari hasil penelitian
sebesar 63,5 dengan kategori kurang yang telah dilakukan, maka beberapa hal
(60-69) dan meningkat pada yang akan dibahas terkait penelitian ini
pertemuan 2 sebesar 70,16 dengan adalah:
kategori cukup (70-79). Kemudian Sebagaimana telah diuraikan
pada siklus II pertemuan 1 diatas menjelaskan bahwa dengan
mengalami peningkatan menjadi menggunakan model pembelajaran
76,00 dengan kategori cukup (70-79). Problem Solving secara benar maka
Lalu meningkat lagi pada pertemuan kemampuan pemecahan masalah
2 menjadi 84,66 dengan kategori baik matematika siswa menjadi lebih aktif
(80-89). Sedangkan presentase atau baik.
ketuntasan klasikal kemampuan Diperoleh hasil di atas
pemecahan masalah matematika pada dikarenakan dalam pembelajaran
siklus I pertemuan 1 sebesar 33,33% menggunakan model Problem Solving,
dengan kategori kurang sekali siswa berperan aktif dalam proses

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2020


pembelajaran dan secara kreatif Peneliti menyimpulkan bahwa
berusaha menemukan solusi dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
permasalahan yang diajukan, saling sudah dikatakan berhasil. Oleh karena
berinteraksi dengan teman maupun guru, itu, peneliti menyudahi pelaksanaan
saling bertukar pikiran, sehingga tindakan hanya smpai pada siklus II.
wawasan dan daya pikir mereka Secara keseluruhan penerapan model
berkembang. Hal ini akan banyak pembelajaran Problem Solving untuk
membantu siswa dalam mningkatkan meningkatkan kemampuan pemecahan
kemampuan pemecahan masalah masalah matematika siswa kelas IV SD
matematika, sehingga ketika mereka Negeri 004 Bangkinang Kota telah
dihadapkan dengan suatu pertanyaan, mencapai titik keberhasilan.
mereka dapat melakukan keterampilan Keberhasilan pelajaran matematika
memecahkan masalah untuj memilih dan siswa kelas IV SD Negeri 004
mengembangkan tanggapannya tidak Bangkinang Kota ditandai dengan
hanya dengan cara menghafal tanpa adanya peningkatan dan perubahan pada
memmperdalam dan memperluaskan setiap siklus
pemikirannya. SIMPULAN
Berdasarkan data-data tersebut, Berdasarkan hasil penelitian
peneliti menyimpulkan bahwa yang telah dilakukan peneliti dengan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 penerapan model pembelajaran Problem
masih belum berhasil. Untuk itu peneliti Solving untuk meningkatkan
dan observer melaksanakan tindakan kemampuan pemecahan masalah
pada siklus berikutnya dengan matematika siswa kelas IV SD Negeri
melakukan refleksi, kekurangan- 004 Bangkinang Kota tahun ajaran
kekurangan yang muncul pada siklus 1 2019/2020 dapat disimpulkan sebagai
akan diperbaiki pada siklus berikutnya berikut:
yaitu siklus II. Pada siklus II, 1. Model pembelajaran Problem
kemampuan pemecahan masalah Solving dapat meningkatkan
matematika siswa dalam proses kemampuan pemecahan masalah
pembelajaran dengan model matematika siswa kelas IV SD
pembelajaran Problem Solving berjalan Negeri 004 Bangkinang Kota
dengan sangat baik. Hal itu dapat berjalan dengan baik dapat dilihat
dibuktikan pada siklus II kemampuan dari hasil tes. Hasil tes pada siklus 1
pemecahan masalah matematika siswa pertemuan I menunjukkan ada 4
mengalami peningkatan yaitu mencapai orang siswa (33,33%) dari 12 siswa
80% yang termasuk dalam kategori yang termasuk tuntas dengan
tuntas karena sudah memenuhi kriteria kategori sangat kurang (<60), dan
ketuntasan minimal. pada siklus 1 pertemuan II
Penelitian ini masih ada 2 siswa menunjukkan ada 7 orang siswa (
yang masih belum paham tentang 58,33%) dari 12 siswa yang termasuk
menyelesaikan soal pemecahan masalah tuntas dengan kategori cukup (70-
matematika, terbukti dengan masih 79%), sedangkan pada siklus 2
adanya nilai siswa yang belum tuntas, pertemuan 1 menunjukkan ada 9
ini disebabkan karena siswa tersebut orang siswa (75%) dari 12 orang
belum dapat memahami operasi hitung. siswa yang termasuk tuntas dengan
Itulah sebabnya guru harus melatih kategori cukup (70-79%), dan pada
kemampuan siswa dalam menyelesaikan siklus 2 pertemuan II menunjukkan
suatu perhitungan, memperbaki dan ada 10 orang siswa (83,33%) dari 12
menyempurnakan pengetahuan para orang siswa yang termasuk tuntas
siswa sebelum membahas materi baru. dalam kategori baik (80-89%).

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2020


2. Proses meningkatkan kemampuan menyampaikan materi
pemecahan masalah matematika pembelajaran lebih baik lagi, agar
siswa SD Negeri 004 Bangkinang apa yang disampaikan guru dapat
Kota dengan model pembelajaran dimengerti dengan baik.
Problem Solving yaitu, a) siswa 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
dilibatkan secara langsung dengan Penelitian ini diharapkan
soal cerita, kemudian mencari data- mampu menjadi menjadi referensi
data yang diketahui dan data yang bagi peneliti selanjutnya untuk
ditanyakan, serta menyajikan mengembangkan model
masalah secara sistematis, b) siswa pembelajaran Problem Solving di
menemukan solusi dari masalah serta sekolah-sekolah dasar lainnya
menghubungkan data yang sehingga dapat meningkatkan
ditanyakan dan memilih konsep, kemampuan pemecahan masalah
rumus, atau strategi yang akan matematika.
digunakan, c) siswa dapat
menyelesaikan model matematika DAFTAR PUSTAKA
meliputi kemampuan pengerjaan dan Ahmadi, A. (2013). Strategi Belajar
perhitungan serta kemampuan Mengajar. Bandung: Pustaka
mengembangkan rumus atau strategi Setia
yang dipilih, d) siswa dapat dan Aqib, Z. (2011). Penelitian Tindakan
mampu menafsirkan solusi, yaitu Kelas. Bandung: Yrama Widya.
memeriksa kembali jawaban yang Asmariana, A.H. (2013). Pendekatan
didapat dan menarik kesimpulan atas Keterampilan Metakognitif
jawaban tersebut. Untuk Meningkatkan
Berdasarkan hasil penelitian di Kemampuan Pemecahan
atas, maka saran peneliti yang Masalah matematis Siswa SD.
berhubungan dengan penelitian ini (Skripsi). Sekolah Sarjana,
adalah sebagai berikut: Universitas Pendidikan
1. Bagi Guru Indonesia, Bandung.
Hendaknya memiliki Ismawati D.Y. (2014). Perbedaan
sikap inovatif dalam proses Kemampuan Pemecahan
belajar mengajar sehingga siswa Masalah Matematis Siswa
akan tertarik untuk mengikut Menggunakan Pendekatan
pembelajaran. Selain itu guru Diskursif Metode Two Stay Two
hendaknya menggunakan Stray Dengan Pembelajaran
berbagai pendekatan Konvensional. (Skripsi).
pembelajaran dalam mengajar. Sekolah Sarjana, Universitas
Salah satunya menggunakan Pendidikan Indonesia, Bandung.
model pembelajaran Problem Kusumah, W. (2012). Penelitian
Solving untuk memperbaiki Tindakan Kelas. Jakarta: PT
kemampuan pemecahan masalah Indeks.
matematika di kelas. Marta Rusdial. (2017). Peningkatan
2. Bagi Siswa Hasil Belajar Matematika
Siswa sebaiknya Dengan Pendekatan Problem
mengulang materi yang dipelajari Solving Siswa Sekolah Dasar.
di kelas ketika telah berada di Journal Cendekia:Jurnal
rumah, agar dapat menguasai Pendidikan Matematika.
dengan baik apa yang telah Mawaddah, S., & Anisah, H. (2015).
dipelajari. Diharapkan siswa Kemampuan Pemecahan
dapat memperhatikan guru Masalah Matematis Siswa Pada

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2020


Pembelajaran Matematika
dengan Menggunakag) di SMPn
Model Pembelajaran Generatif
(Generative Learning) di SMP.
EDU-MAT: Jurnal Pendidikan
Matematika.
https://doi.org/10.20527/edumat.
v3i2.644
Shoimin, A. (2014). 68 Model
Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Wardhani. (2007). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka.

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2020

Anda mungkin juga menyukai