Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang

masing-masing berkelompok lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

bola ke gawang lawan, dengan memainkan bola dengan kaki. Selain lima

pemain utama, setiap tim juga diizinkan memiliki pemain cadangan.

Lapangan futsal ukurannya lebih kecil, dibatasi garis, bukan net atau papan

dan waktu permainan selama 2x20 menit. Menurut Halim (2009) Istilah

“futsal” adalah istilah internasional yang berasal dari kata Spanyol atau

Portugis, football (sepakbola) dan sala (ruangan).

Sekarang ini sudah banyak club futsal yang berdiri, baik diwilayah Kota

Semarang maupun wilayah lainnya.Futsal tidak hanya dimainkan oleh laki-

laki. Saat ini banyak perempuan yang menyukai olahraga futsal dan

memutuskan untuk menjadi atlet futsal, hal ini dapat dilihat pada kejuaraan-

kejuaraan futsal yang diselenggarakan di berbagai daerah. Seorang pemain

futsal wanita harus berlatih dalam aspek fisik, teknik, taktik maupun mental

agar mempunyai kemampuan yang baik.

Di dalam kehidupan setiap manusia umumnya memiliki berbagai

permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak cara

yang dapat dilakukan individu dalam menyikapi permasalahan itu. Ada

individu yang dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik, dan ada juga

1
2

individu yang membutuhkan bantuan oranglain untuk meyelesaikan

masalahnya. Bagi individu yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya

dengan baik, permasalahan yang dihadapi dapat menimbulkan tekanan dalam

dirinya bahkan akan mengakibatkan gangguan pikiran maupun gangguan

pada kejiwaannya, gangguan itu akan membuat individu menjadi stres,

depresi dan juga akan menjadi gila. Dengan demikian individu tersebut

menjadi terganggu dan dapat dikategorikan mempunyai mental yang tidak

sehat. Lain halnya dengan individu yang mempunyai mental sehat, individu

tersebut akan merasakan kebahagiaan, ketenangan dan keharmonisan yang

ada di dalam kehidupannya. Individu yang dapat menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang ada dapat mencapai kebahagian dan

ketenangan didalam hidupnya.

Dalam pembinaan suatu olahraga , tidak dapat dipungkiri bahwa

prestasi atlet menjadi tolak ukur keberhasilan dalam proses pembinaan yang

dilakukan. Namun dalam perjalanan untuk meraih prestasi tersebut, atlet

kerap berhadapan dengan berbagai hal yang membuat motivasinya menurun,

seperti beberapa atlet futsal wanita yang mempunyai permasalahan menjadi

tidak fokus saat berlatih dan bertanding. Saat akan menghadapi kejuaraan

atlet diminta untuk menambah program latihan, program latihan itu dilakukan

diluar program latihan dari club. Selain itu masalah yang sering mengganggu

seorang atlet saat menghadapi kejuaraan biasanya mengenai masalah mental.

Masalah mental tersebut membuat atlet mengalami kecemasan, stres, terlihat

sangat agresif, tidak tenang dan menggunakan emosi yang berlebihan.


3

Permasalahan dengan keluarga, teman, maupun masalah pribadi yang belum

diselesaikan.

Bagi seorang atlet, pelatih merupakan tempat pertama dan utama bagi

pertumbuhan dan perkembangannya, fungsi utama pelatih adalah sebagai

wahana untuk berkomunikasi, mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan

atlet, mengembangkan kemampuan seluruh anak didiknya agar dapat

menjalankan fungsinya di lingkup olahraga dengan baik. Sering dikatakan

bahwa hubungan pelatih dan atlet adalah jantung pengelolaan yang efektif

(Muhammad,2014:172). Untuk itu komunikasi interpersonal yang terjadi

didalam pembinaan khususnya antara pelatih dengan pemain harus dilakukan

dengan efektif agar segala kegiatan latihan maupun di dalam pertandingan.

Agar hubungan ini berhasil dan berjalan efektif harus adanya keterbukaan,

empati, dukungan, sifat positif dan kesetaraan antara pelatih dan pemain

(Wiryanto, 2005: 36).

Setiap manusia dalam melaksanakan kegiatannya, pada dasarnya

didorong dengan adanya motivasi. Motivasi atlet itu harus nampak dalam

atlet setelah atlet tersebut mempelajari berbagai keterampilan dalam olahraga.

Terkait dengan hal tersebut, pelatih harus memiliki kemampuan untuk

memotivasi atlet agar atlet tertarik untuk berlatih keterampilan dan teknik

selanjutnya mampu menerapkannya dalam situasi kompetisi yang sangat

kritis. Kemampuan yang dimaksud terkait dengan beragam strategi yang

digunakan oleh pelatih untuk meningkatkan motivasi atlet (Brewer,2009:8).

Komunikasi interpersonal yang efektif oleh pelatih didalam pembinaan dapat


4

meningkatkan keberhasilan klub serta motivasi pemain klub tersebut

(Gunarsa, 2004: 113)

Pola komunikasi yang digunakan antara pelatih dan atlet adalah

komunikasi interpersonal yang dianggap efektif dalam membangun motivasi

untuk meningkatkan prestasi para atlet. Komunikasi interpersonal merupakan

salah satu aspek penting didalam hubungan hubungan antar individu di ruang

lingkup pembinaan mereka, baik antara pemain dengan pelatih maupun

pendirinya. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antar orang

yang biasanya dilakukan secara tatap muka dalam situasi yang pribadi

maupun non-pribadi (Morissan,2013:14).

Komunikasi interpersonal yang dilakukan pelatih, terlebih dalam masa-

masa dimana atlet mengalami penurunan motivasi dan kepercayaan diri

nyatanya memberikan dampak yang positif bagi atlet. Keberadaan pelatih

akan dirasakan sebagai sesuatu yang positif. Beban yang harus dipikul akan

terasa lebih ringan jika seorang pelatih hadir sebagai sumber inspirasi

maupun sumber kekuatan dalam suatu pertandingan (Gunarsa, 2004: 55).

Faktor tersebut merupakan catatan pelatih untuk melakukan pembinaan

kepada anak didiknya dan menyikapi pengaruh dari lingkungan olahraga

dengan baik. Motivasi dari pelatih memiliki peranan terpenting dalam

membantu menentukan berhasil tidaknya pemain dalam proses berlatih dan

bertanding.
5

Sebaliknya,pabila tidak mendapat dukungan dalam keputusannya,

kemungkinan atlet tersebut akan menurun kualitas kemampuannya dan

berpengaruh pada performa bertanding, karena atlet yang diterima di

lingkungan olahraganya akan merasa didukung oleh lingkungan olahraganya.

Maka dari itu, perlu adanya komunikasi interpersonal yang dilakukan pelatih,

terlebih pada saat pemain mengalami penurunan motivasi sehingga

memberikan dampak positif bagi pemain dan menimbulkan pengertian,

kenyamanan, pengaruh sikap dan hubungan serta tindakan yang baik agar

tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan maksimal.

Peneliti melakukan peninjauan dan observasi terhadap beberapa

literatur hasil penelitian yang terdahulu yang setema dengan penelitian

peneliti. Berikut rujukan yang sejenis dengan judul “Pola Komunikasi Pelatih

dengan Atlet Basket”. Penelitian tersebut disusun oleh Jennie Raharjo,

mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun

2015. Penelitian tersebut berfokus untuk mendeskripsikan dan menganalisis

pesan-pesan yang disampaikan pelatih kepada atlet dalam meningkatkan

prestasi atlet basket serta penerimaan pesan-pesan yang diterima atlet dari

pelatih dalam meningkatkan prestasi atlet basket serta subyek penelitiannya

adalah atlet basket.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti adalah memiliki jenis penelitian yang sama yaitu kualitatif.

Perbedaannya terletak pasa subjek penelitian, subjek penelitian dari skripsi

tersebut adalah adalah pelatih dan atlet di klub basket Sritex Dragon Solo,
6

sementara subjek penelitian peneliti adalah pelatih futsal putri Bintang Lima

FC Semarang yang berfokus memotivasi anak didiknya untuk meminimalisir

rasa kebosanan, stress, tidak percaya diri, situasi yang tidak di harapkan

maupun individualisme dalam meningkatkan prestasi.

Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan komunikasi seorang pelatih

dapat diarahkan untuk motivasi dan prestasi olahraga para atlet, maka fokus

pada penelitian ini adalalah pelajar puteri dan mahasiswi yang berprestasi di

dalam klub pada bidang olahraga futsal. Apabila tidak adanya komunikasi

yang baik antara pelatih dengan atlet maka pelatih tidak tahu akan keinginan

dari anak didiknya serta para atlet menginginkan pelatih saling terbuka.

Apabila tidak ingin terjadi kesalahpahaman sebaiknya pelatih dengan atlet

menjalin komunikasi secara intens dan efektif. Evaluasi diantara pelatih dan

atlet disetiap usai latihan dan pertandingan adalah kunci dimana kesuksesan

berawal,karena dengan adanya evaluasi dapat memperbaiki apa saja yang

menjadi kekurangan tim pada saat bertanding, serta memperbaiki kekurangan

tersebut pada pertandingan selanjutnya. Penelitian ini memilih Bintang Lima

FC sebagai obyek penelitian, karena klub futsal puteri Bintang Lima FC

memiliki banyak prestasi di tingkat kota Semarang maupun Se-Jateng dan

DIY. Dalam hal ini peneliti ingin sekali mengungkapkan dan meneliti tentang

bagaimana pentingnya komunikasi interpersonal yang baik antara pelatih

dengan movitasi dalam membangun prestasi olahraga klub futsal puteri

Bintang Lima FC.


7

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti memiliki sebuah

rumusan masalah yaitu “Bagaimana Pentingnya Komunikasi Interpersonal

Pelatih dalam memotivasi pemain futsal puteri untuk meningkatkan prestasi

di klub Bintang Lima FC ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui entingnya Komunikasi

Interpersonal apa yang digunakan pelatih dalam memotivasi pemain futsal

puteri Bintang Lima FC supaya anak didiknya dalam mengembangkan

kualitas sehingga kemampuan/bakat yang dimiliki menjadi sebuah prestasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tentang bagaimana Komunikasi Interpersonal Pelatih dengan

Atlet Futsal Puteri Bintang Lima FC Semarang dalam Membangun

Memotivasi Prestasi Olahraga memiliki 2 manfaat yaitu secara teoritis dan

secara praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini penulis mengkaji teori komunikasi

interpersonal dan pola komunikasi yang berkaitan dengan penelitian

pentingnya komunikasi interpersonal pelatih dalam memotivasi dan

prestasi olahraga atlet futsal puteri Bintang Lima FC Semarang

sehingga penulis mampu menjelaskan pentingnya komunikasi


8

interpersonal antara pelatih dan atlet mempunyai pengaruh yang

signifikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

bagi seluruh pelatih dalam mengetahui pentingnya komunikasi

interpersonal dalam memotivasi atletnya terhadap terbentuknya

kualitas permainan para atlet sehingga menghasilnya prestasi.

Anda mungkin juga menyukai