Anda di halaman 1dari 25

PENGUNGKAPAN DIRI REMAJA PUTRI PADA MEDIA SOSIAL TWITTER

FITUR REPLY

(Studi Deskriptif Kualitatif Pengguna Twitter Usia 17-22 tahun di Daerah Klaten)

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Program studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Komunikasi dan Informatika

Oleh:

RISVANDA LUSTINAWATI

L100180257

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022
i
ii
iii
PENGUNGKAPAN DIRI REMAJA PUTRI PADA MEDIA SOSIAL TWITTER
FITUR REPLY

Abstrak

Pengungkapan diri sangat penting dilakukan dalam sebuah komunikasi sebab dengan
membuka diri, memudahkan seseorang untuk menilai dan juga bisa saling berbagi
perasaan yang sedang dirasakan. Teknologi komunikasi dan informatika yang
semakin berkembang pengungkapan diri dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja
dengan melalui jejaring sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan
fitur reply Twitter sebagai tempat pengungkapan diri remaja putri. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik wawancara dan observasi kepada 4 informan. Teknik sample dalam penelitian
ini menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
remaja putri menggunakan fitur reply untuk mengekspresikan diri. Penggunaan fitur
reply dapat memudahkan bagi penggunanya yang memiliki kecenderungan menutup
diri ketika berada di kehidupan nyata. Remaja putri melakukan pengungkapan diri
pada akun Twitter menggunakan identitas anonim. Remaja putri merasa lebih nyaman
dan bebas ketika mengungkapkan keluh kesahnya pada fitur reply. Topik
pembicaraan mengenai cuitan pengguna lain yang memiliki kesamaan dalam
permasalahan, peristiwa sedang mereka alami, gaya hidup, K-pop, dan edukasi.
Kata Kunci : Pengungkapan diri, reply Twitter, remaja putri

Abstract

Self-disclosure is very important in a communication because by opening up, it makes


it easier for someone to judge and also be able to share the feelings that are being felt.
Communication and informatics technology that is increasingly developing self-
disclosure can be done anytime and anywhere through social networks. This study
aims to determine the use of the Twitter reply feature as a place for self-disclosure of
young women. This study used descriptive qualitative method. Data collection
techniques using interview and observation techniques to 4 informants. The sampling
technique in this study used purposive sampling. The results of this study indicate that
young women use the reply feature to express themselves. The use of the reply feature
can make it easier for users who have a tendency to close themselves off when in real
life. Teenage girls make self-disclosures on Twitter accounts using anonymous
identities. Young women feel more comfortable and free when expressing their
complaints on the reply feature. The topic of conversation is about the tweets of other
users who have similar problems, events they are experiencing, lifestyle, K-pop, and
education.
Keywords : Self-disclosure, Twitter reply, teenage girls

1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial yang berarti manusia saling mendukung dan
membantu satu sama lain. Seseorang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain,
untuk itu ciptakan interaksi dan sosialisasi. Melalui berinteraksi, hal ini dapat terjadi
tidak hanya secara face to face, tetapi juga melalui media perantara dengan
menggunakan media sosial. Penyingkapan diri pada media sosial sering dilakukan
dalam bentuk membagikan foto, video, komentar, dan lainnya tentang masalah pribadi,
peristiwa yang pernah dialami dan perasaan yang dirasakan agar orang lain tahu
(Sagiyanto & Ardiyanti, 2018). Hal ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi
komunikasi yang selalu berubah dan berkembang, dengan adanya konvergensi media
massa mengakibatkan munculnya jejaring sosial yang dapat menemukan seseorang
yang lama tidak bertemu dengan menggunakan media sosial.
Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kita membutuhkan pengungkapan diri
agar hubungannya semakin dekat. Pengungkapan diri sangat penting dilakukan dalam
sebuah komunikasi sebab dengan membuka diri, kita memudahkan seseorang untuk
menilai diri kita dan kita juga bisa saling berbagi perasaan yang sedang kita rasakan.
Ketika kita dapat memulai membuka diri dalam hubungan, maka kita dapat memancing
seseorang untuk melalukan keterbukaan diri juga.
Teknologi yang semakin berkembang saat ini, pengungkapan diri dapat dilakukan
secara virtual melalui media sosial bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Pengguna sering menggunakan Twitter sebagai tempat untuk mengadu tentang apa
yang mereka rasakan dan alami. Pengguna melakukan penyikapan diri di Twitter, kita
bisa melihat sisi lain dari orang yang tidak pernah mereka temui secara langsung.
Selain itu, pengguna merasa nyaman membuka diri di Twitter.
Proses komunikasi yang menggunakan perangkat komputer dengan didukung
oleh internet disebut Computer Mediated Communication (CMC). Salah satu contoh
CMC melakukan pengungkapan diri melalui jejaring sosial Twitter menggunakan fitur
reply. Twitter merupakan salah satu situs jejaring sosial yang sangat populer kalangan
remaja, dimana pengguna dapat berbagi foto, video, cuitan, dan memberikan komentar
atau like pada postingan pengguna Twitter. Selain, untuk berkicau dan berkomunikasi
dengan pengguna lain, Twitter juga menyediakan banyak informasi. Kita bisa mencari
informasi apa saja yang kita inginkan, dengan ini tentu bisa lebih update terhadap
perkembangan dunia luar.
2
Sebuah media sosial tentu memiliki berbagai fitur yang dapat digunakan oleh
pengguna. Fitur-fitur dalam Twitter kita dapat mengetahui perbedaan sosial media
dengan media sosial lainnya. Fitur Twitter menjadi fitur yang menarik karena
memberikan kemudahan untuk penggunanya dalam berbagi peristiwa seperti
membagikan informasi, curhatan, perasaan sedang dialami, dan masih banyak lagi.
Terdapat enam fitur yang disediakan Twitter untuk penggunanya yaitu pertama, fitur
reply Twitter digunakan untuk membalas tweet postingan dari orang lain. dapat
membalas dengan mengeklik ikon balas dari tweet. Ketika kita membalas tweet orang
lain, akan menampilkan pesan “Membalas” saat dilihat di timeline halaman profil. Jika
ada seseorang membalas salah satu tweet kita, akan melihat “Membalas Anda” di atas
tweet tersebut dan menerima notifikasi di tab notifikasi.
Kedua, fitur retweet Twitter dapat digunakan untuk membagikan tweet orang lain.
Retweet dapat membagikan tweet diri sendiri atau orang lain. Retweet pada umumnya
ada 2 tipe, yaitu kita dapat dengan langsung retweet pengguna lain dan kedua Kutip
tweet yaitu dengan menulis kembali tweet user yang ingin di retweet kemudian klik
icon “Tweet” untuk mengirimnya.
Ketiga, fitur like tweet ketika kita menyukai sebuah postingan dari user lain dan
berguna juga ingin menyimpan suatu tweet. Untuk melalukannya sangat mudah, cukup
klik simbol love di bawah tweet, maka secara langsung akan tersimpan. Keempat, fitur
mengikuti, pengikut, dan membatalkan pertemanan (follow, followers, and
unfollowing). Fitur tersebut berfungsi agar pengguna dapat saling terhubung dan
berkomunikasi dengan pengguna lain, serta mendapatkan tweet terbaru secara real-time
melalui beranda di Twitter. Selain itu, pengguna juga dapat melakukan pemblokiran
pada akun yang dirasa menganggu.
Kelima, fitur direct message digunakan untuk mengirim pesan langsung pada
individu di Twitter tanpa diketahui dengan orang lain. Keenam, topik hangat (trending
topics) Twitter merupakan jejaring sosial yang pertama kali memperkenalkan topik
hangat. Topik hangat membantu Twitter dan pengguna untuk memahami apa yang
sedang terjadi di dunia. Keuntungan di fitur ini kita bisa melihat topik-topik yang
sedang populer di kota bahkan di negara lain.
Berbagai macam fitur di Twitter salah satunya adalah fitur reply yang membuat
pengguna mendapatkan feedback secara langsung kepada sesama pengguna Twitter,
dengan membagikan cuitan, curahan isi hatinya, foto, atau video terlebih dahulu. Ketika
memberikan pendapat dalam fitur reply postingan user lain dapat mengetahui respon
3
positif atau negatif. Disisi lain reply, sebagai alat untuk menunjukkan kebaikan seorang
kepada orang lain dan dapat menjaga hubungan yang baik di Twitter.
Remaja dalam mengakses Twitter memiliki intensitas yang tinggi dibandingkan
usia lainnya. Berdasarkan data dari KOMINFO, menyebutkan Indonesia termasuk
pengguna Twitter terbesar kelima di dunia setelah negara Inggris dan negara lain.
Berdasarkan data dari PT Bakrie Telecom, telah menjangkau 19,5 juta pengguna di
Indonesia dari total 500 juta pengguna global. Berdasarkan demografi pengguna
Twitter di Indonesia kebanyakan pengguna pria 53% dan wanita 47%, mayoritas
berusia 16 sampai 21 tahun. Twitter memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi
secara efektif.
Komunikasi interpersonal melalui keterbukaan diri dapat mempermudah
mengungkapkan perasaan yang mereka alami dan menyampaikan pendapat dengan
bebas ketika menggunakan media sosial. Aplikasi Twitter memungkinkan komunikasi
interpersonal dapat terjadi di masyarakat yang cenderung menggunakan situs jejaring
sosial. Hal ini, dilakukan keterbukaan diri melalui media sosial membuat seseorang
dapat memberikan informasi pribadi dan mengungkapkan pendapat secara bebas dan
aman (Sari, 2018).

Masa remaja merupakan masa perubahan dari masa anak-anak ke masa dewasa
yang meliputi perubahan biologik, psikologis, dan sosial. Kebanyakan masa remaja
pada umumnya dimulai antara usia 10-13 sampai 18-22 tahun (Notoarmojo, 2020).
Remaja putri juga memiliki kebebasan berekspresi dengan fitur reply. Remaja putri saat
mengakses jejaring sosial Twitter terlibat dalam berbagi kegiatan, misalnya menulis
tweet tentang dirinya atau masalah yang sedang dihadapi dalam postingan sesama
pengguna Twitter. Jika seseorang menemukan sebuah postingan user lain dengan
permasalahan yang menurutnya sama terkadang mereka akan melakukan
pengungkapan diri melalui fitur reply.

Kebebasan dalam berpendapat mempermudah individu mengekspresikan


dirinya dalam fitur reply. Remaja mungkin merasa lebih nyaman dan aman
melampiaskan apa yang dialami melalui Twitter, dan bisa menjadi tertutup dengan
teman pada dunia nyata karena merasa tidak nyaman saat ingin mengekspresikan diri
(Felita et.al, 2016). Remaja putri lebih sering melakukan pengungkapan diri
dibandingkan dengan remaja putra. Remaja putri lebih mudah dan ekspresif
mencurahkan isi hatinya melalui jejaring sosial, sedangkan remaja putra lebih sering

4
memberikan informasi daripada mencurahkan keluh kesahnya (Suyadi & Triyono,
2017).

Twitter sebagai media penggungkapan diri pernah diteliti oleh Zaskya, et. Al
(2021) mengatakan pengguna lebih memilih melakukan keterbukaan diri melalui
Twitter, karena menurut mereka dibandingkan jejaring sosial lain lebih mengutamakan
visual gambar jika ingin membuka diri. Hampir pengguna Twitter melakukan
keterbukaan diri, namun mereka ada yang lebih memilih membatasi cuitan dan lebih
menyaring kata-kata relevan akan diposting di Twitter. Seseorang melakukan
pengungkapan diri dengan hati-hati di Twitter mengetahui bagaimana menempatkan
diri mereka dihadapan pengikut dan pesan yang akan mereka ungkapkan (Yunita,
2019).
Pengungkapan diri melalui Twitter remaja akan terlibat dengan beberapa kegiatan
di dalamnya misalnya menulis tweet mengenai curahan isi hati, perasaan, dan emosi.
Menurut Dewi & Delliana (2020), pengungkapan diri melalui twitter berupa
kecemasan, emosi, dan kesedihan dimana pengguna merasa lega dengan adanya
dukungan sebagai bentuk balasan. Rasa percaya diri dibangun dan sudah mengenal
dengan diri sendiri sehingga merasa aman berada dalam satu frekuensi. Topik
pengungkapan diri terbatas, jadi tidak ada yang akan menjatuhkan nama orang lain.
Tamaraya & Ubaedullah (2021) mengatakan mengenai terbuktinya pengaruh
penggunaan Twitter keterbukaan diri mahasiswa. Tingkat pengungkapan diri
mahasiswa dapat dijelaskan dengan tinggi atau rendah identitas mahasiswa dalam
menggunakan Twitter sebagai menyampaikan informasi.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, penelitian ini berusaha untuk
menjelaskan penggunaan fitur reply sebagai media pengungkapan diri pada remaja
putri terutama yang berusia 17-22 tahun di daerah Klaten yang aktif menggunakan
Twitter. Pengungkapan diri dalam fitur reply remaja putri memiliki kebebasan
berpendapat dalam postingan user lain yang permasalahannya sama. Fungsi Twitter
kini telah mengalami pergeseran dari sekadar pengganti interaksi langsung menjadi
tempat mengekspresikan dan mengungkapkan diri. Dari permasalahan dalam proposal
penelitian ini adalah bagaimana penggunaan fitur reply Twitter sebagai media
pengungkapan diri remaja putri usia 17-22 tahun di Klaten?. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penggunaan fitur reply Twitter sebagai tempat pengungkapan diri
remaja putri.

5
1.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam dunia penelitian
mengenai pengungkapan diri melalui media sosial Twitter dengan menggunakan
fitur reply. Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat dijadikan perbandingan
dengan penelitian sebelumnya yang sudah diteliti.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini memiliki maksud untuk memberikan gambaran mengenai
pengungkapan diri melalui media sosial twitter dengan menggunakan fitur replay.
Dari hasil penelitian dapat digunakan menjadi bahan pertimbangan saat ingin
mengambil keputusan.
3. Manfaat empiris
Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan ilmu yang sudah didapatkan
selama perkuliahan serta diharapkan dapat menambah ilmunya dan pengetahuan
tentang pengungkapan diri.

1.3 Teori Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri sebagai bentuk komunikasi diri, yaitu berbagi informasi


tentang diri sendiri yang biasanya disembunyikan, dikomunikasikan kepada orang lain
(Devito, 2011). Selain itu, pengungkapan diri merupakan salah satu bentuk perilaku
keterbukaan diri yang mempengaruhi perkembangan komunikasi interpersonal yang
efektif (Tamaraya & Ubaedullah, 2021). Definisi tersebut mengartikan bahwa
mengungkapkan diri berarti menceritakan perasaan dan keluh kesah terhadap suatu
peristiwa yang dialami kepada orang lain. Sikap terbuka yang terjadi di antara
komunikator menimbulkan rasa saling menghormati, saling pengertian, dan saling
membuatkan hubungan interpersonal. Maka dengan memberikan informasi kepada
orang lain akan menimbulkan hubungan interpersonal yang baik dan efektif antara
komunikator.

Seseorang akan melakukan pengungkapan diri ketika individu membagikan


informasi pribadi seperti emosi, kesedihan, kegembiraan, pikiran, dan pengalaman.
Membuka diri akan membuat orang lain melakukan pengungkapan diri juga (Wood,
2012). Hal ini, dapat terjadi karena sikap saling percaya, sehingga orang yang

6
mengetahui informasi pribadinya juga terbuka terhadap orang tersebut. Seseorang
melakukan pengungkapan diri tidak lepas dari tujuan yang didapat, sehingga
keterbukaan diri dilakukan dengan orang tertentu.

Saifulloh & Siregar (2019), mengatakan komputer sebagai media komunikasi


merupakan alat yang memungkinkan pengiriman pesan secara cepat dan penggunaan
alat lain seperti gawai, laptop, dan lainnya. Computer Mediated Communication (CMC)
yaitu komunikasi antar dua orang atau dengan menggunakan komputer untuk
berkomunikasi. Penggunaan komputer yang diperlukan untuk menjalankan proses
komunikasi membuat keberadaan komputer sangat penting dalam menentukan
bagaimana proses yang terjadi. Pola CMC ini mendukung berkomunikasi dengan
seseorang atau suatu kelompok tanpa harus bertemu secara langsung dan berdekatan
secara fisik, dengan menggunakan alat komunikasi yang berbasis komputer didukung
perangkat internet dan aplikasi (Arnus, 2019). Suatu hubungan yang berkembang
melalui CMC mungkin lebih positif dibandingkan dengan hubungan secara bertatap
muka yang sebanding, fenomena yang dikenal sebagai komunikasi hiperpersonal
(Walther, 1996).

Kim & Dindia (2011) menyatakan, CMC atau komunikasi yang diperantarakan
komputer bersifat lebih pribadi, dengan ini memiliki tingkat keterbukaan yang lebih
tinggi daripada face to face. Saat melakukan keterbukaan diri secara online, individu di
CMC sering menggunakan anonim untuk melindungi identitasnya. Fitur anonim
memudahkan individu melakukan pengungkapan diri dan lebih cepat untuk dekat
dengan satu sama lain dibandingkan dengan bertatap muka. Identitas anonim sering kali
membuat individu mendapatkan kenyamanan, sehingga membuat individu dapat
membuka diri dengan bebas dan terkadang lebih intim.

CMC atau komunikasi yang diperantarakan komputer bersifat hyperpersonal


karena melibatkan dalam pengirim, penerima, saluran, dan umpan balik. Pengirim
menggunakan CMC untuk tujuan presentasi diri dengan citra diri yang ideal dan positif,
sedangkan penerima terlibat astribusi ideal dan positif dari mitra online, kemudian
saluran menyediakan pesan meningkatkan tujuan dalam membangun pesan, dan
terakhir umpan balik diharapkan menciptakan perkiraan yang terpenuhi antara pengirim
dan penerima, sebab fitur CMC memungkinkan pengguna online mempunyai
kesempatan lebih besar untuk mempresentasikan diri secara efektif (Walther, 1996).

7
Lea & Spears (1991), teori model identitas dan efek deindividuasi atau SIDE
menjelaskan betapa anonimitas dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan diri secara
online, dalam hal ini komunikasi melibatkan komunikasi yang terdapat dalam platform
masuk kedalam komunikasi kelompok, karena seseorang berkomunikasi, berbagi, dan
berkumpul individu memiliki kebebasan memilih untuk menjadi diri sendiri dalam
tempat tersebut. SIDE (Social identity model of deindividuation effects), menjelaskan
bagaimana anonimitas visual dalam media online dapat meningkatkan sensitivitas
seseorang untuk menekankan salah satu identitas personal atau sosial (Nguyen, et.al
2012).

1.4 Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi yang efektif dapat meningkatkan hubungan antar pribadi dengan


orang lain, dengan ini dapat diartikan sebagai serangkaian interaksi yang menghasilkan
hubungan antara dua orang (Tania & Nurudin, 2021). Hubungan komunikasi
antarpribadi dapat bertahan lama, jika saling mempertahankan dan menjaga satu sama
lain. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan dua individu atau
lebih saling bergantung satu sama lain, dalam verbal maupun non verbal (Devito,
2013).

Komunikasi antarpribadi berhubungan dengan pola CMC, dilakukan secara


verbal dan non verbal. Pertukaran informasi melalui jaringan internet yang dapat
dipresentasikan melalui teks, gambar, audio, dan video (Maryani, 2006). Ketika
berinteraksi kepada seseorang dengan cara berkomunikasi, bentuk komunikasi yang
paling umum dalam proses interaksi adalah komunikasi antar pribadi. Kunci sukses dari
komunikasi antar pribadi yaitu melakukan keterbukaan diri, yang merupakan proses
dimana seseorang mengungkapkan informasi tentang dirinya dan orang lain (Devito,
2007).

Jenis komunikasi antar pribadi diyakini paling efektif dalam mengubah


pendapat, perilaku, dan sikap orang-orang yang terlibat dalam proses dialogis (Johana,
et.al 2020). Berkembangnya teknologi komunikasi antar pribadi tidak hanya dilakukan
secara tatap muka (face to face) yang terjadi banyak perubahan. Komunikasi antara dua
orang atau lebih tidak dapat dibatasi secara tatap muka saja, dengan ini disebabkan
perkembangan teknologi dan informasi dalam komunikasi antar pribadi dapat dilakukan
berinterksi menggunakan media, seperti gawai, jejaring sosial, dan lainnya (Liliweni,

8
1997). Keterbukaan diri merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Suatu
bentuk mengungkapan informasi tentang diri kepada orang lain biasanya
disembunyikan dan dipendam jika bersifat pribadi.

2. METODE

Metode penelitian ini menggunakan penelitian bersifat kualitatif dengan


pendekatan deskriptif, tujuan penelitian yaitu untuk menggambarkan secara terstruktur
fakta dan akurat tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan sifat dan hubungan
fenomena yang diteliti dalam bentuk kata dan gambar bukan dengan angka (Prihantoro,
et.al 2020). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menjelaskan peristiwa
sedalam-dalamnya dari data yang diperoleh. Alasan penulis menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif karena penulis ingin meneliti bagaimana
penggunaan fitur reply Twitter menjadi media pengungkapan diri remaja putri, dimana
penulis membutuhkan jawaban yang jelas dan fakta dengan menurut pengalaman
pribadi informan.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik


purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan
menentukan kriteria tertentu (Sugiyono, 2008). Subjek penelitian ini adalah pengguna
aktif Twitter remaja putri usia sekitar 17-22 tahun di Klaten, dikarenakan peneliti
mengetahui bahwa remaja putri lebih sering melakukan pengungkapan diri di fitur reply
dibandingkan dengan remaja putra. Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan
wawancara remaja putri pengguna aktif Twitter menggunakan fitur reply. Data
sekunder diperoleh melalui penelitian terdahulu jurnal internasional maupun nasional
dan buku berkaitan dengan penelitian.

Penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan


observasi. Wawancara yaitu metode pengumpulan data digunakan untuk memperoleh
informasi secara langsung dari informan (Krisyantono, 2010). Wawancara dilakukan
secara mendalam, mendapatkan informasi dari informan sejujur-jujurnya proses dalam
wawancara. Observasi diartikan untuk mengamati kegiatan secara langsung. Observasi
dilakukan dengan cara non participant terhadap remaja putri yang menggunakan
jejaring sosial Twitter untuk keterbukaan diri.

9
Langkah selanjutnya analisis data, teknik analisis data merupakan proses
mengolah data untuk mempermudah bagi peneliti dalam mendapatkan kesimpulan.
Teknik analisis yang akan digunakan oleh peneliti adalah kajian dari Miles &
Huberman terdapat tiga tahap dalam kajian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan
kesimpulan. Kemudian untuk menguji validasi data, maka peneliti menggunakan
trianggulasi sumber. Teknik triangulasi sumber digunakan untuk memeriksa data
tentang validitasnya dan membandingkan hasil dengan isi dokumen dengan
memanfaatkan berbagai sumber data informasi sebagai bahan pertimbangan. Teknik
triangulasi memiliki tujuan untuk melakukan pengecekan data yang didapat, sehingga
saat analisis data akan menghasilkan data yang valid.

Tabel 1. Responden Penelitian :

Intensitas
NO Nama Jenis Kelamin Usia Akun Twitter
Menggunakan IG
1 AN Perempuan 21 th @Mp Sering
2 AV Perempuan 22 th @Es Sering
3 TA Perempuan 22 th @St Sering
4 ZI Perempuan 20 th @Es Sering

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil penelitian
Dalam penelitian ini, hal yang akan ditanyakan oleh peneliti kepada para
informan mengenai bagaimana penggunaan fitur reply Twitter sebagai media
pengungkapan diri, maka peneliti melakukan wawancara dengan empat informan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan mengenai
pengungkapan diri melalui fitur reply Twitter, penggunanya memiliki karakter yang
berbeda ada yang lebih nyaman melakukan pengungkapan diri di reply dan
pengungkapan diri secara face to face.
Pengungkapan diri pada reply Twitter sebagai tempat untuk membagikan keluh
kesahnya dan memberikan ruang pada diri mereka yang sebelumnya tidak percaya diri
mengungkapkan secara tatap muka dan hal yang mengganjal pada dirinya.
Keterbukaan diri di reply Twitter membuat perasaan lebih baik dan lega, terlebih jika

10
permasalahan yang sedang dialami sama dengan pengguna lain terkadang individu
mendapatkan masukan dan simpati dari pengguna lain.
3.1.1 Ekspresi Diri
Perkembangan teknologi yang semakin maju individu dapat mengungkapkan
diri melalui reply Twitter dengan menggunakan handphone dan internet, sehingga
memudahkan bagi seseorang terutama yang berkepribadian introvert. Adanya media
sosial membuat individu bebas mengekspreksikan diri dengan beramsumsi bahwa
pesan mereka dapat dilihat oleh pengguna lain (Dewi & Delliana, 2020). Salah satu
bentuk pengungkapan diri pada jejaring sosial yaitu curhat, bahwa seseorang
melakukan curhat di Twitter untuk memuaskan dan melampiaskan kecemasan atau
beban yang ada dalam dirinya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan keempat
informan, Twitter menjadi tempat mengekspresikan diri terutama dalam fitur reply.

“Iya sih, soalnya kalau di Twitter bebas berpendapat apalagi kalau ada
cuitan yang relate sama apa yang dirasakan dengan user lain jadi bisa
saling bertukar pikiran.” (TA, 22 th)

Informan TA menyatakan lebih mengekspreksikan dirinya melalui reply


daripada bertatap muka, jika melalui Twitter informan TA mendapatkan tanggapan dari
pengguna lain terkadang tidak hanya satu atau dua orang saja yang menanggapi cuitan
tetapi banyak yang bersimpati dan Informan TA merasa mendapatkan informasi yang
banyak dari beberapa orang di Twitter. Memiliki kebebasan dalam berekspresi
mengenai perasaan atau emosi yang dirasakan sama dengan cuitan pengguna lain.
Begitu juga dengan informan AN dan ZI mereka menjadikan fitur reply untuk
mengekspreksikan dirinya, namun informan AV juga mengekspresikan diri di reply
walaupun hanya kadang-kadang. Dari hasil wawancara dengan informan mereka sama
mengekspreksikan diri melalui reply untuk mengeluarkan keluh kesahnya. Bebas dalam
berekspresi, informan lebih nyaman mengungkapkan diri di reply atau face to face.

“Nyaman nyaman saja soalnya kalo di Twitter kan banyak yang tidak
dikenali jadi bebas berekspresi dan bebas mengungkapkan hal-hal yang
ingin diungkapkan.” (TA, 22 th)

11
Informan TA mengakui lebih nyaman mengungkapkan perasaan yang sedang
dialami melalui fitur reply, karena TA merasa memiliki kebebasan mengutarakan
pendapat dan mengekspresikan diri tanpa merasa canggung dibandingkan bertatap
muka. Sedangkan informan AV, AN, dan ZI lebih nyaman mengungkapkan diri secara
bertatap muka. Dari hasil wawancara ini ditemukan perbedaan pada setiap informan.
Informan AV, AN, dan ZI mengakui nyaman secara bertatap muka karena bisa lebih
ekspresif dan bisa menggunakan bahasa tubuh.
3.1.2 Respon Pengguna Lain Terkait Dengan Unggahan
Individu melakukan pengungkapan diri di reply terhadap pengguna lain, sesama
pengikut, atau orang asing akan memberikan tanggapan yang umum, seperti semangat,
memberi dukungan, atau bertanya balik. Mereka melakukan pengungkapan diri dalam
reply jika mengenai permasalahan yang sedang dialami, relate, dan menarik. Respon
pengguna lain saat seseorang mencurahkan isi hatinya, seperti pernyataan informan AN
berikut:

“Respon pengguna lain sangat supportif, termasuk misalnya kalau


lihat pengguna lain juga melakukan pengungkapan diri terkadang ada
yang merasa simpati juga sama apa yang diungkapkan.” (informan
AN, 21 th)

Begitu juga dengan informan TA, AV, dan ZI mereka mendapatkan respon
pengguna lain yang saling mendukung dan peduli dengan apa yang diungkapkan. Dari
hasil wawancara yang sudah dilakukan dengan informan, mereka mendapatkan respon
yang baik membuat mereka lebih dalam saat mengungkapkan diri serta dapat berdiskusi
mencari jalan keluar juga dukungan terkait masalah yang sedang dialami.
3.1.3 Penggunaan Identitas di Twitter
Identitas yang digunakan untuk akun Twitter dapat mempengaruhi seseorang
seolah-olah mereka berada di dunia maya, dalam wawancara dengan informan ZI yang
memilih menggunakan identitas anonim pada akun Twitternya. Informan ZI
mengatakan bahwa dirinya sedikit kurang percaya diri jika menggunakan nama asli.

“Lebih memilih anonim karena terkadang aku kurang percaya diri


dan biar jadi misterius, kalau pakai anonim jadi percaya diri kalau

12
ingin menceritakan isi hati atau keluh kesahku di reply.” (informan
ZI, 20 th)

Informan ZI menggunakan identitas anonim di Twitter agar lebih percaya diri


dan agar menjadi misterius. Identitas anonim memberi mereka lebih leluasa saat
mengekspreksikan dan melakukan keterbukaan diri dengan tetap menjaga privasi.
Begitu juga dengan informan AN, AV, dan TA juga menggunakan identitas anonim.
Menurut Ayundari & Perbawani (2021) bahwa menggunakan nama anonim individu
dapat bertukar pendapat atau informasi tanpa menunjukkan identitas aslinya dan lebih
memperlihatkan diri di dunia maya.

“Iya tidak menggunakan nama asli, ya soalnya jadi merasa lebih


bebas sih kalau mau cerita-cerita jadi lebih ada privasi juga”
(informan TA, 22 th)

Berdasarkan dari hasil wawancara yang didapat dari informan AV, AN, TA, dan
ZI, mereka lebih percaya diri menggunakan identitas samaran di akun Twitter, karena
dapat bebas saat mencurahkan isi hatinya dengan pengguna lain tanpa diketahui oleh
teman yang mereka kenal di kehidupan nyata.
3.1.4 Menghindari Pengguna Tertentu
Banyak hal yang dapat dilakukan saat mengakses Twitter dengan saling
terhubung dengan pengguna lain, terdapat berbagai cara untuk menghindari user lain
agar lebih menjaga privasi. Ada dua informan yang menyatakan bahwa ada seseorang
yang ingin dihindari ketika mengungkapkan diri melalui Twitter.

“Ada yang ingin aku hindari, misalnya teman-teman saya di


kehidupan nyata takut kalau misal mereka jadi tahu saja dan
membuat saya merasa kurang nyaman.” (informan AV, 22 th)

Informan TA yang sependapat dengan informan AV ada seseorang yang ingin


mereka hindari. Untuk menghindari dari pengguna lain atau tidak diinginkan, informan
AV dan TA memilih untuk tidak mengikuti teman yang ada di kehidupan nyata jika
terlanjur follow informan memilih untuk memblokir pengguna tersebut, sehingga
informan merasa nyaman dan bebas untuk mengungkapkan tentang dirinya di reply
13
Twitter. Informan AN dan ZI menyatakan tidak ada pengguna lain yang mereka ingin
hindari di akun Twitter.

“Enggak ada sih, aku gak terlalu memikirkan omongan orang jadi
gapapa kalau mereka tahu apa yang aku ungkapin di reply.”
(informan AN, 21 th)

Begitu juga dengan informan ZI berpendapat dengan informan AN dari


pernyataan tersebut, peneliti dapat menganalisis bahwa informan AN dan ZI tidak
keberatan jika teman di kehidupan nyata mengetahui apa yang mereka curahkan
mengenai dirinya mengenai perasaaan, percintaan, atau peristiwa yang sedang dialami
karena reply menjadi tempat mengekspreksikan diri mereka dan tidak memikirkan
omongan orang lain.
3.1.5 Topik Pembicaraan Dalam Mewakili Perasaan
Saat melakukan pengungkapan diri topik yang sering diungkapkan melalui
wawancara dengan empat informan ternyata terdapat perbedaan dalam topik
pembicaraan. Informan TA dan AN tergantung dari situasi dan kondisi atau melihat
cuitan dari pengguna lain yang relate dengan mereka, jika sesuai dengan yang sedang
mereka alami akan membuka diri.

“Kalau topiknya random, kadang tergantung situasi kadang juga


tergantung lihat tweet pengguna lain lagi ngetweet apa yang relate
sama perasaanku.” (informan AN, 21 th)

“Topiknya tuh kadang mengenai life style, edukasi, dan K-pop, aku
jarang ngungkapin perasaaan atau emosi ku di reply” (Informan ZI,
20 th)

Terdapat perbedaan antara informan keduanya, informan TA memiliki


kesamaan dengan informan AN terkait topik yang sering dibicarakan saat melakukan
keterbukaan diri. Sedangkan, informan AV satu pendapat dengan informan ZI lebih
sering membicarakan mengenai life style, edukasi, dan K-pop, namun juga terkadang
mencurahkan isi hatinya mengenai kesedihan, perasaan, kegundahan, dan emosi.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan keempat informan, terdapat perbedaan antara
14
keduanya terkait dengan topik yang menjadi pembahasan di reply dan sesuai dengan
apa yang mereka alami atau relate.
3.1.6 Penggunaan Fitur Reply
Dalam melakukan pengungkapan diri di reply mendapatkan keuntungan yang
diharapkan oleh informan, meskipun ada kerugian yang akan ditanggung. Melalui
wawancara yang telah dilakukan antara keempat informan, mereka satu pendapat
mengakui perasaan lega dan mendapatkan rasa peduli dari orang lain adalah
keuntungan yang didapat saat melakukan keterbukaan diri.

“Keuntungannya bisa saling sharing sesama pengguna Twitter, kalau


ngungkapin jadi ngerasa lega gitu.” (informan ZI, 20 th)

“Keuntungannya mendapatkan kepedulian dari pengguna lain.”


(informan AN, 21 th)

Dari hasil wawancara diatas, keempat informan mengakui mendapatkan


keuntungan saat membuka diri menjadi merasa lega dan mendapatkan rasa simpati dari
orang lain. Saat melakukan keterbukaan diri salah satu hal yang remaja putri
pertimbangkan yaitu tujuan. Informan memiliki tujuan saat membuka diri, informan
Tea mengakui agar merasa tidak terbebani.

“Tujuan agar tidak merasa terbebani kalau sharing kan jadi enak
merasa ada yang mendengarkan meskipun bukan secara langsung
tapi reply sangat membantu sih untuk jadi bisa lebih ekspresif”
(informan TA, 22 th)

“Bisa saling bertukar pendapat dan pikiran dengan pengguna lain”


(informan AV, 22 th)

Keterbukaan diri melalui fitur reply sangat membantu informan, karena dapat
meringankan beban dan agar tidak memendam bebannya sendiri. Selain itu,
keterbukaan diri yang dilakukan dapat membentuk suatu hubungan dan dapat menjadi
dekat dengan pengguna lain. Tidak hanya itu, saat informan bertukar pendapat dan
pikiran dengan teman di Twitter dapat menambah informasi yang berguna.
15
3.2 PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi di era globalisasi memudahkan bagi para pengguna
untuk berkomunikasi secara efesien dan efektif. Media baru terus berkembang dan
menghasilkan berbagai macam inovasi. Dari sebuah inovasi terciptalah berbagai jenis
media sosial, salah satunya adalah Twitter. Twitter menjadi tempat pengungkapan diri
bagi para penggunanya terutama di fitur reply.
Penggunaan fitur reply sebagai media pengungkapan diri memudahkan bagi
penggunanya yang memiliki kecenderungan menutup diri ketika berada di kehidupan
nyata, namun merasa lebih leluasa ketika melakukan pengungkapan diri di media
sosial. Informan menggunakan fitur reply untuk mencurahkan isi hatinya terkait
dengan perasaan dan emosional. Jejaring sosial atau pola komunikasi yang bermediasi
komputer merupakan satu jembatan untuk mengatasi kesulitan seseorang ketika
mengungkapkan emosi atau perasaan lewat komunikasi tatap muka bisa karena alasan
psikologis (Arnus, 2016). Keterbukaan diri melalui jejaring sosial memiliki kebebasan
dalam menyampaikan pendapat. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Sari (2018)
menyatakan bahwa keterbukaan diri yang dilakukan melalui jejaring sosial
memungkinkan dapat mengungkapkan informasi tentang dirinya secara bebas dan
aman.
Fitur reply menjadi tempat mengekspresikan dan pengungkapan diri mengenai
apa yang sedang dirasakan atau relate dengan postingan pengguna lain. Ketika
melakukan keterbukaan diri pada fitur reply mendapatkan keuntungan yaitu
mendapatkan simpati dan perasaan lega. Keterbukaan diri pada fitur reply Twitter
dapat bertujuan untuk meringankan beban dan melepaskan emosi. Hal ini didukung
oleh Johana, et.al (2020), pengungkapan diri melalui jejaring sosial membuat perasaan
lebih baik, dengan membuka diri melalui jejering sosial terkadang seseorang
mendapatkan umpan balik mengenai masalah yang dialami, sehingga masukan atau
dukungan yang diberikan membuat tenang dan semangat.
Informan melakukan mengungkapkan diri melalui fitur reply mendapatkan
feedback terkait dengan balasan yang mereka upload dalam unggahan pengguna lain,
jika itu hal yang relate atau menarik. Respon pengguna lain ketika informan
melakukan keterbukaan diri sangat supportif dan mendapatkan respon yang positif.
Informan mendapatkan respon yang baik membuat lebih dalam saat membuka diri dan
mendapatkan saran dari user lain terkait dengan masalah yang sedang informan alami.
Komunikasi bermediasi komputer membuat individu membangun hubungan,
16
informasi, dan pertemanan dengan mudah oleh pengguna lain. Kemampuan dari
komunikasi diperantarakan komputer yang berbasis teks mengarahkan pengguna
untuk membangun persepsi dan hubungan yang ideal (Antheunisa et.al, 2020).
Individu melakukan penyikapan diri pada akun jejaring sosial dapat memilih
menggunakan identitas asli atau anonim, dari hasil wawancara kepada informan lebih
memilih menggunakan identitas anonim. Pengungkapan diri oleh individu pada pola
CMC sering menggunakan anonim dan kenyamanan psikologis dari anonimitas
memungkinkan seseorang untuk melakukan keterbukaan diri lebih banyak dan bebas
(Wallace, 1999). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengguna merasa lebih nyaman
dengan menggunakan identitas anonim sehingga leluasa untuk mengekspresikan
perasaannya tanpa rasa malu (Maryani, 2006).
Menurut Walther (dalam Sosiawan & Wibowo, 2018), anonim dalam
komunikasi yang diperantarakan komputer juga dijelaskan dalam identitas sosial dan
efek deindividuasi atau SIDE teori yang menjelaskan perilaku individu yang
dipengaruhi oleh anonimitas menekankan bahwa proses CMC menunjukkan
terjadinya legitimasi kepada orang lain dalam mendeskripsikan diri yang dilakukan
individu secara online. Informan lebih menggunakan akun anonim untuk menutupi
nama asli mereka di akun Twitter. Informan memilih untuk menggunakan nama yang
bagi mereka menarik dan tidak ada hubungannya dengan nama asli. Mereka menjaga
privasinya pada akun Twitter agar lebih intim ketika mengungkapkan diri di fitur
reply. Individu menggunakan identitas samaran selain sebagai privasi juga menjadi
sebuah hiburan untuk menghilangkan kepenatan di kehidupan nyata, akun aninom
dapat memberikan pengaruh positif terhadap kesejahteraan psikologis seseorang
karena ada keinginan untuk hiburan dari penggunaan akun anonim (Ayundari &
Perbawani, 2021).
Topik pembicaraan seseorang untuk mengetahui sejauh mana pengungkapan
diri yang dilakukan oleh informan. Topik pembicaraan yang dibicarakan oleh
informan tergantung dengan situasi dan kondisi. Topik informan ketika
mengungkapkan diri memiliki perbedaan ada yang mengenai perasaan atau sesuatu
hal yang relate dengan postingan pengguna lain dan ada yang membahas edukasi,
gaya hidup, dan K-pop. Semakin akrab hubungan dengan pengguna Twitter maka
akan lebih mendalam topik pembicaraan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan
Yunita (2019) bahwa keterbukaan individu dapat menentukan hubungan dengan

17
individu lainnya, terlihat pada kedalaman topik pembicaraan dan keterbukaan diri
sangat terkait dengan konsep diri seseorang.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, peneliti
menyimpulkan penggunaan fitur reply Twitter sebagai media pengungkapan diri
memudahkan bagi penggunanya yang memiliki kecenderungan menutup diri ketika
berada di kehidupan nyata, namun dengan adanya fitur reply pengguna memiliki
kebebasan dalam pengungkapan diri. Remaja putri memiliki tujuan ketika
mengungkapkan diri, agar tidak merasa terbebani saat membagikan keluh kesahnya dan
dapat saling bertukar pikiran dengan pengguna lain. Fitur reply menjadi tempat untuk
mengeluarkan keluh kesah dan pengalihan emosi dengan melalui kicauan dari
postingan pengguna lain. Informan saat melakukan keterbukaan diri menggunakan
identitas anonim agar lebih privasi. Pola CMC atau komunikasi bermediasi komputer
yang bersifat lebih pribadi memiliki tingkat keterbukaan diri lebih tinggi daripada
bertatap muka. Identitas anonim memiliki kebebasan mengungkapkan diri agar menjadi
lebih intim dengan pengguna lain. Topik yang sering menjadi pembicaraan, tergantung
dengan kicauan pengguna Twitter yang sesuai mereka alami dan ada membahas
mengenai gaya hidup, K-pop, dan edukasi. Akan tetapi informan saat melakukan
penyikapan diri berdasarkan dengan tingkat kenyamanan dan rasa percaya diri dalam
berkomunikasi di Twitter. Teknologi komunikasi dan informasi yang semakin maju
dalam berkomunikasi, sebagai pengguna jejaring sosial kita harus tetap mengedepankan
etika dan menjaga ketikan yang kurang baik.
Peneliti memberikan saran yang ditujukan kepada peneliti selanjutnya untuk
mengembangkan penelitian yang tidak hanya penggunaan jejaring sosial di Twitter dan
menggali informasi lebih mendalam. Peneliti juga berharap agar masyarakat atau
individu menggunakan media sosial dengan bijak dan dimanfaatkan dengan baik dalam
kehidupan, tetap menjaga kesopanan dan etika ketika menggunakan jejaring sosial.

18
PERSANTUNAN
Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran,
kesehatan, dan kekuatan dalam proses penulisan karya ilmiah ini. Terimakasih saya ucapkan
kepada orang tua dan teman-teman yang telah memberikan doa dan dukungan agar karya
ilmiah dapat selesai dengan lancar. Tidak lupa kepada bapak Dr. Edy Purwo Saputro,
S.E.,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dalam proses pengerjaan karya
ilmiah dengan ikhlas dan sabar hingga selesainya karya ilmiah ini. Terimakasih saya ucapkan
kepada informan yang bersedia berpartisipasi sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Antheunis, M. L., Schouten, A. P., & Walther, J. B. (2020). The Hyperpersonal Effect In
Online Dating: Effects Of Text-Based CMC Vs. Videoconferencing Before Meeting
Face-To-Face. Media Psychology, 23(6), 820-839.

Arnus, S. H. (2016). Self disclosure di Media Sosial pada Mahasiswa IAIN Kendari (Suatu
Kajian Psikologi Komunikasi Pada Pengguna Media Sosial). Al-Izzah: Jurnal Hasil-
Hasil Penelitian, 11(2), 143-160.

Arnus, S. H. (2018). Pengaplikasian Pola Computer Mediated Communication (CMC) Dalam


Dakwah. Jurnal Jurnalisa, 4(1).

Ayundari, K. W., & Perbawani, P. S. (2021). Dinamika Online Persona Akun Anonim
Twitter Penggemar KPop. Jurnal Media dan Komunikasi Indonesia, 2(1), 40-54.

Clark-Gordon, C. V., Bowman, N. D., Goodboy, A. K., & Wright, A. (2019). Anonymity and
online self-disclosure: A meta-analysis. Communication Reports, 32(2), 98-111.

Dewi, A. P., & Delliana, S. (2020). Self Disclosure Generasi Z Di Twitter. Ekspresi Dan
Persepsi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 62-69.

Febyantari, R. (2019). Instagram Story Sebagai Bentuk Self Disclosure Bagi Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Jember. Mediakom, 2(2), 159-183.

Johana, K., Lestari, F. D., & Fauziah, D.N. (2020). Penggunaan Fitur Instagram Story
Sebagai Media Self Disclosure dan Perilaku Keseharian Mahasiswi Public Relations
Universitas Mercu Buana. Jurnal Ilmu Manajemen Terapan, I (3), 280-289.

19
Kim, J., Dindia, K. (2011). Online self-disclosure: A review of research. Computer-Mediated
Communication In Personal Relationships, 156.

Lea, M., & Spears, R. (1991). Computer-mediated communication, de-individuation and


group decision-making. International Journal of Man-Machine Studies, 34(2), 283-
301.

Mailoor, A., Senduk, J. J., & Londa, J. W. (2017). Pengaruh Penggunaan Media Sosial
Snapchat terhadap Pengungkapan Diri Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi. Acta Diurna Komunikasi, 6(1).

Maryani, A. (2006). Karakteristik “Hyperpersonal Communication” dalam “Internet Relay


Chat” sebagai Bagian dari “Computer Mediated Comunication”. Mediator: Jurnal
Komunikasi, 7(1), 95-102.

Nguyen, M., Bin, Y. S., & Campbell, A. (2012). Comparing Online and Offline Self-
Disclosure: A systematic review. Cyberpsychology, Behavior, and Social
Networking, 15(2), 103-111.

Prasanti, D. (2018). Penggunaan Media Komunikasi Bagi Remaja Perempuan Dalam


Pencarian Informasi Kesehatan. LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi, 6 (1), 15-22.

Prihantoro, E., Damintana, K. P. I., & Ohrella, N. R. (2020). Self Disclosure Generasi
Milenial Melalui Second Account Instagram. Jurnal Ilmu Komunikasi, 18(3), 312-
323.

Ruppel, E. K., Gross, C., Stoll, A., Peck, B. S., Allen, M., & Kim, S. Y. (2017). Reflecting
On Connecting: Meta-Analysis Of Differences Between Computer-Mediated And
Face-To-Face Self-Disclosure. Journal of Computer-Mediated Communication, 22(1),
18-34.

Sagiyanto, A., & Ardiyanti, N. (2018). Self Disclosure Melalui Media Sosial Instagram
(Studi kasus pada Anggota Galeri Quote). Nyimak: Journal of Communication, 2(1),
81-94.

Sari, D. (2018). Pembukaan Diri Secara Online (Online Self Disclosure) Remaja Generasi
Z. Jurnal Penelitian, 22(1), 13-19.

20
Setiadi, A. (2016). Pemanfaatan Media Sosial Untuk Efektifitas Komunikasi. Cakrawala-
Jurnal Humaniora,16 (2).

Sosiawan, E. A., & Wibowo, R. (2019). Model dan Pola Computer Mediated Communication
Pengguna Remaja Instagram dan Pembentukan Budaya Visual. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 16(2), 147-157.

Tamaraya, A., & Ubaedullah, D. (2021). Dampak Penggunaan Twitter Terhadap


Pengungkapan Diri Mahasiswa. Interaksi Peradaban, 1(1).

Tania, A. S. R., & Nurudin, N. (2021). Self Disclosure Komunikasi Antar Pribadi Pasangan
Jarak Jauh dalam Mempertahankan Hubungan Saat Physical Distancing Era Pandemic
COVID-19. Komuniti: Jurnal Komunikasi dan Teknologi Informasi, 13(1), 1-15.

Yunita, R. (2019). Aktivitas Pengungkapan Diri Remaja Putri Melalui Social Media Twitter.
Jurnal Komunikasi, 10 (1),26-32.

Zaskya, M., Boham, A., & Lotulung, L. J. H. (2021). Twitter Sebagai Media Mengungkapkan
Diri Pada Kalangan Milenial. Acta Diurna Komunikasi, 3(1).

21

Anda mungkin juga menyukai