Anda di halaman 1dari 17

ANGGARAN DASAR BAB I

NAHDLATUL ULAMA NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
MUQODDIMAH Perkumpulan/Jam’iyah ini bernama NAHDLATUL ULAMA disingkat NU. Didirikan di
Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan tanggal 31 JanuaRI
Bahwa agama Islam adalah rahmat bagi seluruh alam karena ajarannya mendorong 1926 M untuk waktu yang terbatas.
kegiatan para pemeluknya untuk mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan
hidupdi dunia dan akhirat. Pasal 2
NAHDLATUL ULAMA berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia yang
Bahwa para ulama’lus sunnah wal jama’ah Indonesia terpanggil untuk melanjutkan merupakan tempat kedudukan pengurus besarnya.
da’wah Islamiyah dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dengan
mengorganisasikan kegiatan-kegiatannya dalam suatu wadah yang bernama BAB II
NAHDLATUL ULAMA, yang bertujuan untuk mengamalkan ajaran Islam menurut AQIDAH / AZAS
faham Ahlussunnah waljama’ah.
1. NAHDLATUL ULAMA sebagai Jam’yah Diniyah Islamiyah beraqidah / berazas
Bahwa kemaslahatan dan kesejahteraan warga NAHDLATUL ULAMA menuju Islam menganut faham Ahlussunnah waljama’ah dan menurut salah satu dari
khoiro ummah adalah bagian mutlak dari kemaslahatan dan kesejahteraan madzhab empat : Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
masyarakat Indonesia. Maka dengan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam 2. Da;lam kedudukan berbangsa dan bernegara, NAHDLATUL ULAMA
perjuangan mencapai maysarakat adil makmur yang menjadi cita-cita seluruh berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
masyarakat Indonesia, perkumpulan/jam’iyah NAHDLATUL ULAMA beradab, persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
beraqidah/berazas Islam menganut faham Ahlussunnah waljama’ah dan menganut kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan dan Keadilan sosial bagi
salah satu dari madzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Dalam seluruh rakyat Indonesia.
kehidupan berbangsa dan bernegara, NAHDLATUL ULAMA berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan BAB III
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dan LAMBANG
permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa bagi ummat Islam merupakan keimanan kepada Pasal 4
Allah Subhanahu wa Ta’ála sebagai aqidah Islam yang meyakini bahwa tidak ada Lambang NAHDLATUL ULAMA berupa gambar bola dunia yang dilingkari tali
yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ála tersimpul, dikitari oleh 9 (sembilan) bintang, 5 (lima) bintang terletak melingkari
Bahwa cita-cita bangsa Indonesia hanya bisa diwujudkan secara utuh apabila diatas garis kalistiwa yang terbesar diantaranya terletak di tengah atas, sedang 4
seluruh potensi nasional difungsikan secara baik, dan NAHDLATUL ULAMA (empat) bintang lainnya terletak melingkar d ibawah garis katulistiwa, dengan tulisan
berkeyakinan bahwa keterlibatannya secara penuh dalam proses perjuangan dan NAHDLATUL ULAMA dalam huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola
pembangunan nasional merupakan suatu keharusan. dunia ke sebelah kiri, semua terlukis dengan warna putih diatas dasar hijau.
Bahwa untuk mewujudkan hubungan antar bangsa yang adil, damai dan manusiawi BAB IV
menuntut saling pengertian dan saling memerlukan, maka NAHDLATUL ULAMA TUJUAN DAN USAHA
bertekad untuk mengembangkan ukhuwah Islamiyah,Ukhuwah wathoniyah dan
ukhuwah insaniyah yang mengemban kpentingan nasional dan Internasional. Pasal 5
Menyadari hal-hal diatas, perkumpulan / Jam’iyah sebagai suatu organisasi maka Tujuan NAHDLATUL ULAMA adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut
disusunlah Anggaran Dasar NAHDLATUL ULAMA sebagai berikut : faham Ahlussunnah waljama’ah dan nenurut salah satu madzhab empat untuk
terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi
kemaslahatan dan kesejahteraan ummat.
Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU

01
02
a. Pengurus Besar
Pasal 6 b. Pengurus Wilayah
Untuk mewujudkan sebagaimana pasal 5 diatas maka NAHDLATUL ULAMA c. Pengurus Cabang/Pengurus Cabang Istimewa
melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut : d. Pengurus Ranting.
a. Dibidang agama, mengupayakan terlkaksananya ajaran Islam yang menganut
faham ahlussunnah waljama’ah dan menurut salah satu Madzhab 4 (empat) Pasal 10
dalam masyarakat dengan melaksanakan dakwah Islamiyah dan amar ma’ruf 1. Untuk melkaksanakan tujuan dan usaha-usaha sebagaimana dimaksud Pasal 5
Nahi munkar. dan 6, NahdlatulUalama membentuk perangkat organisasi yang meliputi
b. Dibidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya Lembaga, Lajnah dan Badan otonom yang meruapakan bagian dari kesatuan
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan organisasi / Jam’iyah NAHDLATUL ULAMA.
kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar 2. Ketentuan pembentukan Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom diatur dalam
menjadi muslim yang taqwa berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil, anggaran Rumah Tangga.
serta berguna bagi agama, bangsa dan negara.
c. Di bidang sosial, mengupayakan terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin BAB VII
bagi rakyat Indonesia. KEPENGURUSAN
d. Di bidang ekonomi, mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk
pemerataan kesempatan berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan, Pasal 11
dengan mengutakan tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan. 1. Kepengurusan NAHDLATUL ULAMA terdiri dari Mustasyar, Syuriyah dan
tanfidziyah
e. Mengembangkan usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak 2. Mustasyar adalah Penasehat yang terdapat di Pengurus Besar, pengurus
guna terwujudnya khoiro ummah. Wilayah, Pengurus Cabang, Pengurus Cabang Istimewa dan Pengurus Majelis
Wakil cabang.
BAB V 3. Syuriyah adalah pimpinan tertinggi NAHDLATUL ULAMA
KEANGGOTAAN 4. Tanfidziyah adalah pelaksana.
5. Tugas, wewenang, kewajiban dan hak Mustasyar, Suriyah dan Tanfidziyah diatur
Pasal 7 dalam Anggaran Rumah Tangga.
1. Keanggotaan NAHDLATUL ULAMA terdiri dari anggota biasa, anggota luar
biasa, dan anggota kehormatan. Pasal 12
2. Tiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan sudah aqil baligh yang 1. Masa Jabatan Pengurus sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 adalah 5 (lima)
menyatakan kesediaannya dan taat pada Anggaran Dasar dan Anggaran tahun di semua tingkatan, kecuali Pengurus Cabang Istimewa selama 3 (tiga)
Rumah tangga. tahun.
3. Ketentuan menjadi anggota dan pemberhentian keanggotaan diatur dalam 2. Masa Pengurus Lembaga dan Lajnah disesuaikan dengan masa jabatan
Anggaran Rumah Tangga. Pengurus NAHDLATUL ULAMA di tingkat masing-masing.
3. Masa jabatan Pengurus Badan Otonom ditentukan dan Peraturan Dasar Badan
Pasal 8 Otonom yang bersangkutan.
Ketentuan mengenai kewajiban dan hak anggota serta lain-llainnya diaatur dalam
Anggaran Rumah Tangga. Pasal 13
1. Pengurus Besar NAHDLATUL ULAMA terdiri dari :
BAB VI a. Mustasyar Pengurus Besar
STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI b. Pengurus Besar Harian Syuriyah
c. Pengurus Besar Lengkap Syuriyah
Pasal 9 d. Pengurus Besar Harian Tanfidziyah
Struktur organisasi NAHDLATUL ULAMA terdiri dari : e. Pengurus Besar Lengkap Tanfidziyah
Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU 03 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU 04
f. Pengurus Besar Pleno 7. Ketentan mengenai susunan dan komposisi Pengurus diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
2. Pengurus Wilayah NAHDLATUL ULAMA terdiri dari :
a. Mustasyar Pengurus Wilayah
b. Pengurus Wilayah Harian Syuriyah Pasal 14
c. Pengurus Wilayah Lengkap Syuriyah 1. Pengurus NAHDLATUL ULAMA di semua tingkatan dipilih dan ditetapkan dalam
d. Pengurus Wilayah Harian Tanfidziyah musyawarah sesuai tingkatannya.
e. Pengurus Wilayah Lengkap Tanfidziyah 2. Ketentuan pemilihan dan penetapan Pengurus Nahldotul Ulama, diatur dalam
f. Pengurus Wilayah Pleno. Anggaran Rumah Tangga.

3. Pengurus Cabang NAHDLATUL ULAMA terdiri dari : Pasal 15


a. Mustasyar Pengurus Cabang Apabila terjadi kekosongan jabatan antar waktu dalam kepengurusan NAHDLATUL
b. Pengurus Cabang Harian Syuriyah ULAMA, maka ketentuan pengisiannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
c. Pengurus Cabang Lengkap Syuriyah
d. Pengurus Cabang Harian Tanfidziyah BAB VIII
e. Pengurus Cabang Lengkap Tanfidziyah PERMUSYAWARATAN
f. Pengurus Cabang Pleno
Pasal 16
Permusyawaratan di lingkungan NAHDLATUL ULAMA meliputi :
4. Pengurus Cabang Istimewa NAHDLATUL ULAMA terdiri dari : a. Permusyawaratan Tingat nasional
a. Mustasyar Pengurus Cabang b. Permusyawaratan Tingkat daerah
b. Pengurus Cabang Harian Syuriyah c. Permusyawaratan bagi Perangkat Organisasi.
c. Pengurus Cabang Lengkap Syuriyah
d. Pengurus Cabang Harian Tanfidziyah Pasal 17
e. Pengurus Cabang Lengkap Tanfidziyah 1. Permusyawaratan Tingkat nasional di lingkungan NAHDLATUL ULAMA adalah:
f. Pengurus Cabang Pleno a. Muktamar
b. Muktamar Luar Biasa
c. Konferensi besar
5. Pengurus Majelis Wakil Cabang NAHDLATUL ULAMA terdiri dari d. Musyawarah Nasional Alim Ulama.
a. Mustasyar Pengurus Majelis Wakil Cabang e. Rapat Koordinasi Nasional
b. Pengurus Majelis Wakil Cabang Harian Syuriyah
c. Pengurus Majelis Wakil Cabang Lengkap Syuriyah 2. Ketentuan Permusyawaratan Nasional sebagaimana tersebut dalam ayat 1
d. Pengurus Majelis Wakil Cabang Harian Tanfidziyah Pasal 17 diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
e. Pengurus Majelis Wakil Cabang Lengkap Tanfidziyah
f. Pengurus Majelis Wakil Cabang Pleno Pasal 18
1. Permusyawaratan untuk kepengurusan tingkat daerah meliputi :
6. Pengurus Ranting NAHDLATUL ULAMA terdiri dari a. Konferensi Wilayah
a. Pengurus Ranting Harian Syuriyah b. Musyswarah Kerja Wilayah
b. Pengurus Ranting Lengkap Syuriyah c. Konferensi Cabang/Konferensi Cabang Istimewa
c. Pengurus Ranting Harian Tanfidziyah d. Musyawarah Kerja Cabang/Musyswarah Kerja Cabang Istimewa.
d. Pengurus Ranting Lengkap Tanfidziyah e. Konferensi Majelis Wakil Cabang
f. Pengurus Ranting Pleno f. Musyawarah Majelis Wakil Cabang
g. Musyswarah Anggota. 06
Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU 05 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU
2. Permusyawaratan tingkat daerah sebagaimana disebut dalam ayat 1 Pasal 18 3. Pengurus Besar NAHDLATUL ULAMA dapat melimpahkan pengusaan,
diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. pengelolaan dan atau pengurusan kekayaan NAHDLATUL ULAMA kepada
Permusyawaratan untuk lingkungan Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, Pengurus Cabang Istimewa dan atau
diatur dalam ketentuan internal lembaga, Lajnah dan Badan Otonom yang kepada Pengurus Majelis Wakil Cabang yang ketentuannya diatur dalam
bersangkutan dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut : Peraturan Organisasi.
a. Permusyawaratan Tertinggi badan Otonom merujuk kepada Anggaran 4. Segala asset NAHDLATUL ULAMA hanya dapat digunakan untuk kepentingan
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan program-program NAHDLATUL organisasi NAHDLATUL ULAMA dan atau perangkatnya.
ULAMA.
b. Permusyawaratan Lembaga dan Lajnah diatur dalam Peraturan BAB X
Organisasi Lembaga dan Lajnah yang bersangkutan. PERUBAHAN
c. Permusyawaratan Badan Otonom diatur dalam Peraturan Dasar dan
Peraturan Rumah Tangganya. Pasal 22
d. Segala hasil Permusyawaratan dan kebijakan Lembaga, Lajnah dan 1. Anggaran dasar ini hanya dapat diubah oleh Keputusan Muktamar yang sah
Badan Otonom dinyatakan tidak sah sepanjang bertentangan dengan yang dihadiri sedikitnya dua pertiga dari jumlah Pengurus Wilayah dan
keputusan Muktamar, Musyawarah Nasional Alim Ulama, Konferensi Pengurus Cabang/Pengurus Cabang Istimewa yang sah dan sedikitnya
Besar dan Musyawarah Pimpinan Nasional. disetujui oleh dua pertiga dari jumlah suara yang sah.
2. Dalam hal Muktamar yang dimaksud ayat (1) Pasal ini tidak dapat diadakan
karena tidak tercapai korum, maka ditunda selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
BAB IX dan selanjutnya dengan memenuhi syarat dan ketentuan yang sama Muktamar
KEUANGAN DAN KEKAYAAN dapat dimulai dan dapat mengambil keputusan yang sah.

Pasal 20 BAB XI
1. Keuangan NAHDLATUL ULAMA digali dari sumber-sumber dana dilingkungan PEMBUBARAN ORGANISASI
NAHDLATUL ULAMA, umat Islam, maupun sumber-sumber lain yang halal
dan tidak mengikat. Pasal 23
2. Sumber dana dilingkungan NAHDLATUL ULAMA diperoleh dari. 1. Pembubaran perkumpulan/jam’iyah NAHDLATUL ULAMA sebagai suatu
a. Uang pangkal organisasi hanya dapat dilakukan apabila mendapat persetujuan dari seluruh
b. Uang I’anah Syahriyah anggota dan Pengurus di semua tingkatan.
c. Uang I’anah Sanawiyah 2. Apabila NAHDLATUL ULAMA dibubarkan, maka segala kekayaannya
d. Sumbangan dari warga dan simpatisan NAHDLATUL ULAMA diserahkan kepada organisasi atau badan amal yang sefaham.
e. Usaha-usaha lain yang halal.
BAB XII
3. Pemanfaatan uang pangkal, I’anah Syahriyah dan I’anah Sanawiyah diatur PENUTUP
dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 24
Pasal 21 Muqaddimah Qanun Asasy oleh Rais Akbar Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari
1. Kekayaan NAHDLATUL ULAMA dan perangkatnya berupa dana, harta benda dan Naskah Khittah NAHDLATUL ULAMA merupakan bagian tak terpisahkan dari
bergerak dan atau harta benda tidak bergerak harus dicatatkan sebagai Anggaran Dasar ini.
kekayaan organisasi NAHDLATUL ULAMA
2. Rais Aam dan Ketua Umum mewakili NAHDLATUL ULAMA di dalam maupun Pasal 25
diluar Pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian, baik mengenai Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur
kepengurusan maupun tindakan kepemilikan dengan tidak mengurangi dalam Anggaran Rumah Tangga. 08
07
pembatasan yang diputuskan muktamar.
Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU
dan menurut salah satu Madzhab Emapt, sudah aqil baligh, menyetujui aqidah,
azas, tujuan, usaha-usaha serta sanggup melaksanakan semua keputusan
Pasal 26 NAHDLATUL ULAMA.
Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak saat disahkan. b. Anggota Luar Biasa, ialah setiap orang yang beragama Islam, menganut
faham Ahlussunnah wal Jama’ah dan menurut salah satu Madzhab Emapt,
Disahkan di : Boyolali sudah aqil baligh, menyetujui aqidah, azas, tujuan, usaha-usaha NAHDLATUL
Pada tanggal : 18 Syawal 1425 H
ULAMA, namun yang brsangkutan berdomisili secara tetap diliuar Wilayah
01 Desember 2004 M
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
MUKTAMAR XXXI NAHDLATUL ULAMA c. Anggota Kehormatan, ialah setiap orang yang bukananggota biasa atau
PIMPINAN SIDANG PLENO IX anggota luar biasa yang dinyatakan telah berjasa kepada NAHDLATUL
ULAMA dan ditetapkan dalam kwputusan Pengurus Besar.

Ttd. Ttd. Ttd. BAB II


TATACARA PENERIMAAN DAN
PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN
Drs. KH. Hafidz Utsman HM. Rozi Munir SE. MSc Drs. H. Taufiq
R.Abdullah Pasal 2
Ketua Wk Ketua Sekretaris 1. Anggota biasa diterima melalui Ranting di tempat tinggalnya.
2. Apabila tidak ada Pengurus Ranting di tempat tinggalnya maka pendaftaran
Tim Perumus : anggota dilakukan di ranting terdekat.
KH. A. Hafidz Utsman Ketua merangkat Anggota ( PBNU ) 3. Anggota Luar Biasa diterima melalui Pengurus Cabang Istimewa.
HM Rozy Munir, SE. MSc Anggota (PBNU)
Drs. H. Taufiq R. Abdullah Anggota (PBNU) Pasal 3
Drs. H. Ahmad Fayumi Anggota (PBNU) 1. Penerimaan anggota biasa maupun anggota luar biasa diatur dengan cara :
Drs. H. Syamsuddin Asrofi M.Hum Anggota (PWNU Jateng) a. Mengajukan permintaan menjadi anggota disertai pernyataan setuju pada
H. Soleh Hayat, SH Anggota (PWNU Jatim) aqidah, asas, tujuan dan usaha-usaha NAHDLATUL ULAMA secara tertulis
H. Imron Masyudi Anggota (PCI Saudi Arabia) atau lisan, membayar uang pangkal sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah).
Drs. Isnadi Nori Anggota (PWNU Sumsel) b. Jika permintaan itu diluluskan, maka yang bersangkutan menjadi calon
H. Komari, S.PdI Anggota (PWNU Papua) anggota selama 6 (enam) bulan, dengan hak menghadiri kegiatan-kegiatan
Tedy Suryana Anggota (PWNU Kalsel) NAHDLATUL ULAMA yang dilaksanakan secara terbuka.
c. Apabila selama menjadi calon anggota yang bersangkutan menunjukkan
hal-hal yang positif, maka ia diterima menjadi anggota penuh dan
kepadanya diberikan Kartu Tanda Anggota NAHDLATUL ULAMA
ANGGARAN RUMAH TANGGA (KARTANU)
NAHDLATUL ULAMA d. Permintaan menjadi anggota dapat ditolak apabila terdapat alasan yang
kuat, baik syar’i maupun organisasi.
BAB I
KEANGGOTAAN 2. Anggota keluarga dari anggota biasa dan anggota luar biasa NAHDLATUL
ULAMA diakui sebagai anggota keluarga besar Perkumpulan/Jam’iyah
Pasal 1 NAHDLATUL ULAMA.
Keanggotaan NAHDLATUL ULAMA terdiri dari :
a. Anggota biasa, selanjutnya disebut anggota, ialah setiap Warga Negara Pasal 4
09 10
Indonesia yang beragama Islam, menganut faham Ahlussunnah wal Jama’ah
Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU
1. Anggota kehormatan dapat diusulkan oleh Pengurus Cabang Pengurus j. Pengurus Besar mempunyai wewenang memecat anggota secara langsung
Cabang Istimewa, atau pengurus Wilayah. jika tidak dapat dilakukan oleh pengurus dibawahnya.
2. Setelah mempertimbangkan kesediaan yang bersangkutan dan memperoleh k. Pemecatan kepada seorang anggota yang dilakukan langsung oleh
persetujuan Pengurus Besar NAHDLATUL ULAMA, kepadanya diberikan surat Pengurus Besar berdasarkan hasil Rapat Pleno Pengurus Besar.
pengesahan. l. Anggota yang dipecat langsung oleh Pengurus Besar dapat membela diri
dalam Konferensi Besar atau Muktamar.
Pasal 5
1. Seseorang dinayatakan berhenti dari keanggotaan NAHDLATUL ULAMA 3. Pertimbangan dan tatacara tersebut pada ayat (3) juga berlaku terhadap
karena permintaan sendiri, dipecat, atau tidak lagi memenuhi syarat pencabutan anggota kehormatan.
keanggotaan NAHDLATUL ULAMA.
2. Seseorang berhenti dari keanggotaan NAHDLATUL ULAMA karena BAB III
permintaan sendiri yang diajukan kepada Pengurus Ranting secara tertulis, KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
atau jika dinyatakan secara lisan perlu disaksikan oleh sedikitnya 2 (dua) orang
anggota Pengurus Ranting. Pasal 6
3. Seseorang dipecat dari keanggotaan NAHDLATUL ULAMA karena dengan Anggota NAHDLATUL ULAMA berkewajiban :
sengaja tidak memenuhi kewajibannya sebagai anggota atau melakukan a. Setia, tunduk dan taat kepada Perkumpulan / Jam’iyah NAHDLATUL ULAMA
perbuatan yang mencerminkan dan menonai nama NAHDLATUL ULAMA, baik b. Bersungguh – sungguh mendukung dan membantu segala langkah
ditinjau dari segi syar’i, kemaslahatan umum maupun organisasi dengan NAHDLATUL ULAMA, serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
prosedur sebagai berikut : diamantkan kepadanya.
a. Pemecatan anggota biasa dilakukan berdasarkan Rapat Pleno Pengurus c. Membayar I’anah Syahriyah (Iuran bulanan) dan I’anah Sanawiyah (Iuran
Cabang setelah menerima usul dari pengurus ranting, berdasarkan rapat tahunan) yang jumlahnya ditetapkan oleh Pengurus Besar NAHDLATUL
pleno Pengurus Ranting. ULAMA.
b. Pemecatan anggota luar biasa dilakukan berdasarkan Rapat Pleno d. Memupuk dan memelihara Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah, dan
Pengurus Cabang Istimewa. Ukhuwah Insaniyah serta persatuan nasional dalam kerangka Negara
c. Sebelum dipecat, anggota yang bersangkutan diberi surat peringatan oleh Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
pengurus ranting.
d. Jika setelah 15 (lima belas) hari peringatan itu tidak diperhatikan, maka Pasal 7
pengurus Cabang dapat memberhentikan sementara selama 3 (tiga) bulan. 1. Anggota biasa berhak :
e. Anggota biasa yang diberhentikan sementara atau dipecat dapat membela a. Menghadiri Rapat Anggota Rating, mengenmukakan pendapat dan memberika
diri dalam suatu Konferensi Cabang atau naik banding ke Pengurus suara.
Wilayah. b. Memilih dan dipilih menjadi Pengurus atau menduduki jabatan lain yang
f. Anggota luar biasa yang diberhentikan sementara atau dipecat dapat ditetapkan baginya.
membela diri dalam suatu Konfenrensi Cabang Istimewa atau naik banding c. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh NAHDLATUL ULAMA
ke Pengurus Besar. d. Memberikan usulan, masukan dan koreksi kepada Pengurus dengan cara dan
g. Pengurus Besar / Pengurus Wilayah dapat mengambil keputusan atas tujuan yang baik.
pembelaan itu. e. Mendapatkan pembelaan, perlindungan dan pelayanan.
h. Surat pemberhentian atau pemecatan sebagai anggota dikeluarkan oleh f. Melakukan pembelaan atas keputusan NAHDLATUL ULAMA terhadap dirinya.
Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa bersangkutan atas
keputusan rapat Pleno Pengurus Cabang / Rapat Pleno Pengurus Cabang 2. Anggota Luar biasa berhak :
Istimewa. a. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh NAHDLATUL ULAMA
i. Jika selama pemberhentian sementara yang bersangkiutan tidak ruju’ ilal b. Memberikan usulan, masukan dan koreksi kepada Pengurus dengan cara dan
haq, maka keanggotaannya gugur dengan sendirinya. tujuan yang baik..
11
Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU 12
c. Mendapatkan pelayanan Informasi tentang program dan kegiatan NAHDLATUL daerah yang bersangkutan dan jumlah Cabang yang ada di daerah itu setelah
ULAMA melalui masa percobaan 3 (tiga) bulan.
d. Melakukan pembelaan atas keputusan NAHDLATUL ULAMA terhadap dirinya. 4. Pengurus Wilayah berfungsi sebagai koordinator Cabang-Cabang di
daerahnya dan sebagai pelaksana Pengurus Besar untuk daerah yang
3. Anggota kehormatan berhak menghadiri kegiatan-kegiatan NAHDLATUL ULAMA bersangkutan.
atas undangan Pengurus dan dapat memberikan saran-saran / pendapatnya,
namun tidak memiliki hak suara atas pendapatnya maupun hak memilih dan Pasal 11
dipilih. 1. Pengurus Cabang NAHDLATUL ULAMA adalah kepengurusan organisasi
4. Anggota biasa dan luar biasa NAHDLATUL ULAMA tidak diperkenankan NAHDLATUL ULAMA di tingkat Kabupaten / Kota dan berkedudukan di ibukota
merangkap menjadi anggota organisasi sosial kemasyarakatan lain yang Kabupaten/Kota.
mempunyai aqidah, asas dan tujuan yang berbeda atau merugikan 2. Dalam hal-hal yang menyimpang dari ketentuan ayat (1) diatas disebabkan
NAHDLATUL ULAMA. oleh besarnya jumlah penduduk dan luasnya daerah atau sulitnya komonikasi
dan atau faktor kesejahteraan, pembentukan Cabang diatur oleh kebijakan
BAB IV Pengurus Besar NAHDLATUL ULAMA.
TINGKAT KEPENGURUSAN 3. Pengurus Cabang NAHDLATUL ULAMA dapat dibentuk jika terdapat
sekurang-kurangnya 3 (tiga) Majelis Wakil Cabang.
Pasal 8 4. Permintaan untuk membentuk Pengurus Cabang disampaikan kepada
Tingkat kepengurusan dalam organisasi NAHDLATUL ULAMA terdiri dari : Pengurus Besar NAHDLATUL ULAMA dalam bentuk permohonan yang
a. Pengurus Besar (PB) untuk tingkat Pusat. dikuatkan oleh Pengurus Wilayah yang bersangkutan setelah melalui masa
b. Pengurus Wilayah (PW) untuk Tingkat Propinsi percobaan selama 3 (tiga) bulan.
c. Pengurus Cabang (PC) untuk tingkat Kabupaten / Kota dan Pengurus Cabang 5. Pengurus Cabang NAHDLATUL ULAMA memimpin dan mengkoordinir Majleis
Istimewa (PCI) untuk Luar Negeri. Wakil Cabang dan Ranting di daerah Kewenangannya, melaksanakan
d. Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) untuk tingkat Kecamatan kebijaksanaan Pengurus Wilayah dan Pengurus Besar untuk daerahnya.
e. Pengurus Ranting (PR) untuk tingkat Kelurahan / Desa
Pasal 12
Pasal 9 1. Pengurus Cabang Istimewa NAHDLATUL ULAMA adalah kepengurusan
1. Pengurus Besar NAHDLATUL ULAMA adalah kepengurusan Perkumpulan / organisasi NAHDLATUL ULAMA setingkat Cabang yang berada di luar Negeri.
Jaíay sebagai suatu organisasi ditingkat pusat dan berkedudukan di Ibukota 2. Pengurus Cabang Istimewa NAHDLATUL ULAMA dibentuk oleh Pengurus
Negara Republik Indonesia. Besar NAHDLATUL ULAMA atas permohonan sekurang-kurangnya 25 (dua
2. Pengurus Besar NAHDLATUL ULAMA sebagai tingkat kepengurusan tertinggi puluh lima) orang anggota setelah melalui masa percobaan selama 3 (tiga)
dalam NAHDLATUL ULAMA merupakan penanggung jawab kebijakan dalam bulan.
pengendalian organisasi dan pelaksanaan keputusan-keputusan Muktamar.
Pasal 13
1. Pengurus Majelis Wakil Cabang NAHDLATUL ULAMA adalah tingkat
kepengurusan organisasi NAHDLATUL ULAMA di tingkat Kecamatan.
Pasal 10 2. Pengurus Majelis Wakil Cabang NAHDLATUL ULAMA dapat dibentuk jika
1. Pengurus Wilayah NAHDLATUL ULAMA adalah kepengurusan organisasi terdapat sekurang-kurangnya 4 (empat) Ranting.
NAHDLATUL ULAMA ditingkat Propinsi dan berkedudukan di Ibukota Propinsi. 3. Permintaan untuk membentuk Majelis Wakil Cabang NAHDLATUL ULAMA
2. Pengurus Wilayah NAHDLATUL ULAMA dapat dibentuk jika terdapat disampaikan kepada Pengurus Wilayah dengan rekomendasi Pengurus Cabang
sekurang-kurangnya 5 (lima) Cabang. dan dapat disahkan oleh Pengurus Wilayah setelah melalui masa percobaan
3. Permintaan untuk membentuk Pengurus Wilayah NAHDLATUL ULAMA selama 3 (tiga) bulan.
disampaikan kepada Pengurus Besar dengan disertai keterangan tentang

Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU 13 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU 14


Pasal 14 d. Lembaga Perekonomian NAHDLATUL ULAMA disngkat LPNU
1. Pengurus Ranting NAHDLATUL ULAMA adalah tingkat kepengurusan organisasi bertugas melaksakan kebijakan NAHDLATUL ULAMA dibidang
NAHDLATUL ULAMA di tingkat Kelurahan / Desa. pengembangan ekonomi warga NAHDLATUL ULAMA.
2. Pengurus Ranting NAHDLATUL ULAMA yang dimaksud dalam ayat 1 (satu) e. Lembaga Pengembangan Pertanian NAHDLATUL ULAMA
pasal 14 dapat dibentuk jika di suatu Kelurahan/Desa terdapat sekurang- disingkat LP2NU, bertugas melaksanakan kebijakan NAHDLATUL
kurangnya 15 (lima belas) orang anggota. ULAMA dibidang pengembangan pertanian, lingkungan hidup dan
3. Permintaan pembentukan Ranting NAHDLATUL ULAMA disampaikan kepada eksplorasi kelautan.
Pengurus Cabang dengan rekomendasi Pengurus Majelis Wakil Cabang dan f. Lembaga Kemaslahatan Keluarga NAHDLATUL ULAMA
dapat disahkan oleh Pengurus Cabang setelah melalui masa percobaan selama disingkat LKKNU, bertugas melaksanakan kebijakan NAHDLATUL
3 (tiga) bulan. ULAMA dibidang kesejahteraan keluarga, Sosial dan kependudukan.
4. Untuk efektifitas organisasi dan pengembangan anggota, dapat dibentuk g. Lembaga Kajian dan Pengembangan sumberdaya Manusia
Kelompok Anak Ranting (KAR). Setiap KAR sedikitnya terdiri dari 10 (sepuluh) disingkat Lakspesdam, bertugas melaksanakan kebijakan NAHDLATUL
orang anggota. ULAMA dibidang pengkajian dan pengembangan sumber daya manusia.
h. Lembaga Penyuluhan danBantuan Hukum diangkat LPBHNU,
BAB V bertugas melaksanakan penyuluhan dan pemberian bantuan hukum.
PERANGKAT ORGANISASI i. Lembaga Seni Budaya Muskimin Indonesia disingkat Lesbumi,
bertugas melaksanakan kebijakan NAHDLATUL ULAMA dibidang seni
Pasal 15 dan budaya.
Perangkat organisasi NAHDLATUL ULAMA terdiri dari : j. Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah NAHDLATUL
a. Lembaga ULAMA disingkat LAZISNU, bertugas menghimpun, mengelola dan
b. Lajnah mentasharufkan, zakat, infaq dan shadaqah.
c. Badan Otonom k. Lembaga Waqaf dan Pertanahan NAHDLATUL ULAMA
disingkat LWPNU, bertugas mengurus, mengelola serta mengembangkan
Pasal 16 tanah dan bangunan serta harta benda waqaf lainnya milik NAHDLATUL
1. Lembaga adalah perangkat departementasi organisasi NAHDLATUL ULAMA ULAMA
yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan NAHDLATUL ULAMA berkaitan l. Lembaga Bahtsul Masail disngkat LBM, bertugas membahas
dengan suatu bidang tertentu. dan memecahkan masalah-masalah yang maudlu’iyah (tematik) dan
2. Ketua Lembaga ditunjuk langsung dan bertanggung jawab kepada Pengurus waqi’iyah (aktual) yang memerlukan kepastian hukum.
NAHDLATUL ULAMA sesuai dengan tingkatannya. m. Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia disingkat LTMI, bertugas
3. Ketua Lembaga dapat diaangkat untuk maksimal (dua) masa jabatan. melaksanakan kebijakan NAHDLATUL ULAMA dibidang pengembangan
4. Lembaga sebagaimana dimaksud pasa Pasal 15 butir (a) dan ayat (1) Pasal dan pemberdayaan Masjid.
16 adalah : n. Lembaga Pelayanan Kesehatan NAHDLATUL ULAMA disingkat
a. Lembaga Dakwah NAHDLATUL ULAMA disngkat LDNU, bertugas LPKNU, bertugas melaksanakan kebijakan NAHDLATUL ULAMA di
melaksanakan kebijakan NAHDLATUL ULAMA di bidang pengembangan bidang kesehatan.
agama Islam yang menganut fahamAhlussunnah wal Jama’ah. 5. Pembentukan dan penghapusan lembaga ditetapkan oleh
b. Lembaga Pendidikan Ma’arif NAHDLATUL ULAMA diaingkat LP Ma’arif permusyawaratan pada mamsing-masing tingkat kepengurusan NAHDLATUL
NU, bertugas melaksanakan kebijakan NAHDLATUL ULAMA dibidang ULAMA.
pendidikan dan pengajaran formal. 6. Pembentukan Lembaga di tingkat Wilayah, Cabang dan Cabang Istimewa,
c. Rabithah Ma’ahid al Islamiyah disingkat RMI, bertugas disesuaikan dengan kebutuhan penanganan program.
melaksanakan kebijakan NAHDLATUL ULAMA dibidang pengembangan
Pondok Pesantren. Pasal 17

Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU 15 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU


1. Lajnah adalah perangkat organisasi NAHDLATUL ULAMA untuk d. Fatayat NAHDLATUL ULAMA disingkat Fatayat NU, adalah Badan
melaksanakan program NAHDLATUL ULAMA yang memerlukan penanganan Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan
khusus. NAHDLATUL ULAMA pada anggota perempuan muda NAHDLATUL
2. Lajnah sebagaimana yang dimaksud Pasal 15 butir (b) dan ayat (1) Pasal
16 ULAMA.
17 adalah : e. Gerakan Pemuda Ansor disingkat GP Ansor, adalah Badan Otonom yang
17
a. Lajnah Falakiyah, bertugas mengurus masalah hisab dan ru’yah, serta berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NAHDLATUL ULAMA pada
pengembangan ilmu falak anggota pemuda NAHDLATUL ULAMA.
b. Lajnah Ta’lif wan Nasyr, bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan f. Ikatan Pelajar NAHDLATUL ULAMA disingkat IPNU, adalah Badan
dan penerbitan Kitab/Buku serta media ifformasi menurut faham Ahlussunnah Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan
wal Jama’ah. NAHDLATUL ULAMA pada pelajar laki-laki dan santri laki-laki.
3. Pembentukan dan penghapusan Lajnah ditetapkan oleh permusyawaratan pada g. Ikatan Pelajar Putri NAHDLATUL ULAMA disingkat IPPNU, adalah Badan
masing-masing tingkat kepengurusan NAHDLATUL ULAMA. Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan
4. Pembentukan Lajnah ditingkat Wilayah, Cabang dan Majelis Wakil Cabang NAHDLATUL ULAMA pada pelajar perempuan dan santri perempuan
dilakukan sesuai dengan keperluan penanganan program khusus dan tenaga h. Ikatan sarjana NAHDLATUL ULAMA disingkat ISNU, adalah Badan
yang tersedia. Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan
NAHDLATUL ULAMA pada kelompok sarjana dan kaum intelektual di
Pasal 18 kalangan NAHDLATUL ULAMA.
1. Badan Otonom adalah perangkat organisasi NAHDLATUL ULAMA yang i. Sarikat Buruh Muslimin Indonesia disingkat Sarbumusi, adalah Badan
berfungsi melaksanakan kebijakan NAHDLATUL ULAMA yang berkaitan dengan Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan Nahdlotul
kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan. Ulama dibidang kesejahteraan dan pengembangan ketenagaan.
2. Badan otonom berkewajiban menyesuaikan dengan aqidah, asas dan tujuan j. Pagar Nusa, adalah Badan Otonom yang berfungsi membantu
NAHDLATUL ULAMA. melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama pada seni bela diri.
3. Kepengurusan Badon Otonom diatur menurut Peraturan Dasar dan Peraturan
Rumah Tangga masing-masing sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Pasal 19
Rumah Tangga NAHDLATUL ULAMA Pengurus Nahdlotul Ulama berkewajiban membina dan mengayomi seluruh
4. Keputusan Konggres atau Konferensi Badan Otonom dilaporkan kepada Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom pada tingkat masing-masing.
Pengurus Besar NAHDLATUL ULAMA atau Pengurus NAHDLATUL ULAMA
menurut tingkatannya masing – masing. BAB VI
5. Dalam melaksanakan program, Badan Otonom memiliki keleluasan yang tidak SUSUNAN PENGURUS BESAR
bertentangan dengan kebijakan NAHDLATUL ULAMA.
6. Badan Otonom sebagaimana dimaksud Pasal 15 butir (c) dan ayat (1) Pasal 18 Pasal 20
adalah : 1. Mustasyar Pengurus Besar terdiri dari beberapa orang.
a. Jam’iyyah Ahli Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyah, adalah Badan 2. Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais Aam, Wakil Rais Aam, beberapa
Ootonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NAHDLATUL Rais, Katib Aam dan beberapa Wakil Katib.
ULAMA pada pengkut thariqah yang mu’tabar dilingkungan NAHDLATUL 3. Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian Syuriyah dan Aam.
ULAMA serta membina dan mengembangkan seni hadrah.
b. Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh, adalah Badan Otonom yang berfungsi Pasal 21
membantu melaksanakan kebijakan NAHDLATUL ULAMA pada kelompok 1. Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua Umum, beberapa Ketua,
Qari / Qariah dan Hafizh / Hafizhah di lingkungan NAHDLATUL ULAMA Sekretaris Jenderal, beberapa Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara dan
c. Muslimat NAHDLATUL ULAMA disingkat Muslimat NU, adalah Badan beberapa wakil Bendahara.
Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan 2. Pengurus Lengkap Tanfidziyah terdiri atas Pengurus Harian Tanfidziyah dan
NAHDLATUL ULAMA pada anggota perempuan NAHDLATUL ULAMA. Ketua Lembaga dan Lajnah Pusat.

Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU


Pasal 22 Pengurus Pleno terdiri dari Mustasyar, Pengurus Lengkap Syuriyah, Pengurus
Pengurus Pleno terdiri dari Mustasyar, Pengurus Lengkap Syuriyah, Pengurus Lengkap Tanfidziyah dan Ketua Badan Otonom tingkat Cabang.
Lengkap Tanfidziyah dan Ketua Badan Otonom tingkat pusat.

BAB VII 18
SUSUNAN PENGURUS WILAYAH BAB IX
SUSUNAN PENGURUS 19
Pasal 23 MAJELIS WAKIL CABANG
1. Mustasyar Pengurus Wilayah terdiri dari beberapa orang.
2. Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais, beberapa Wakil Rais, Katib dan Pasal 29
beberapa Wakil Katib. 1. Mustasyar Majelis Wakil cabang terdiri dari beberapa orang.
3. Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian Syuriyah dan A’wan. 2. Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais, beberapa Wakil
Rais, Katib dan beberapa Wakil Katib.
Pasal 24 3. Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian
1. Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua, beberapa Wakil Ketua, Syuriyah dan A’wan
Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara, dan beberapa Wakil
Bendahara. Pasal 30
2. Pengurus Lengkap Tanfidziyah terdiri atas Pengurus Harian Tanfidziyah dan 1. Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua, beberapa Wakil Ketua,
Ketua Lembaga dan Lajnah tingkat Wilayah. Sekretatis, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Wakil
Bendahara.
Pasal 25 2. Pengurus Lengkap Tanfidziyah terdiri dari Pengurus Harian Tanfidziyah dan
Pengurus Pleno terdiri dari Mustasyar, Pengurus Lengkap Syuriyah, Pengurus Ketua Lembaga Tingkat Majleis Wakil Cabang.
Lengkap Tanfidziyah dan Ketua Lembaga Otonom tingkat wilayah.
Pasal 31
BAB VII Pengurus Pleno terdiri dari Mustasyar, Pengurus Lengkap Syuriyah, Pengurus
SUSUNAN PENGURUS CABANG/PENGURUS Lengkap Tanfidziyah dan Ketua Badan Otonom tingkat Majleis Wakil Cabang.
CABANG ISTIMEWA
BAB X
Pasal 26 SUSUNAN PENGURUS RANTING
1. Mustasyar Pengurus Cabang terdiri dari beberapa orang.
2. Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais, beberapa Wakil Rais, Katib dan Pasal 32
beberapa Wakil Katib.
3. Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian Syuriyah dan A’wan 1. Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais, beberapa Wakil Rais, Katib dan
beberapa Wakil Katib.
Pasal 27 2. Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian Syuriyah dan A’wan
1. Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua, beberapa Wakil Ketua,
Sekretatis, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Wakil Pasal 33
Bendahara. Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretatis,
2. Pengurus Lengkap Tanfidziyah terdiri dari Pengurus Harian Tanfidziyah dan beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Wakil Bendahara.
Ketua Lembaga dan Lajnah tingkat Cabang.
Pasal 34
Pasal 28 Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Syuriyah, Pengurus Tanfidziyah dan Ketua
Badan Otonom tingkat Ranting.
Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU
f. Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dapat membentuk Tim tertentu
untuk menyusun kelengkapan Pengurus Lembaga dan Lajnah.

Pasal 37

Pemilihan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama :


BAB XI 20 a. Rais Syuriyah dipilih secara langsung oleh Konferensi Wilayah
SYARAT MENJADI PENGURUS b. Ketua Tanfidziyah dipilih secara langsung oleh Konferensi Wilayah dengan
21
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Rais Syuriyah terpilih setelah
Pasal 35 mempertimbangkan aspirasi yang berkembang.
1. Untuk menjadi Pengurus Ranting atau Majelis Wakil Cabang, seorang Calon c. Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah terpilih bertugas melengkapi susunan
harus sudah aktif menjadi anggota Nahdlatul Ulama atau Badan Otonomnya Pengurus : Mustasyar, Harian Syuriyah dan Harian Tanfidziyah dengan
sekurang – kurangnya selama 1 (satu) tahun. dibantu oleh beberapa anggota mede formatur yang dipilih dari dan oleh
2. Untuk menjadi Pengurus Cabang, seorang calon harus aktif menjadi anggota peserta Konferensi Willayah..
Nahdlatul Ulama atau Badan Otonomnya sekurang-kuranya selama 2 (dua) d. Pengisian A’wan, Ketua Lembaga dan Ketua Lajnah ditetapkan oleh Pengurus
tahun Harian Syuriyah dan Tanfidziyah.
3. Untuk menjadi Pengurus Wilayah, seorang calon harus aktif menjadi anggota e. Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dapat membentuk tim untuk
Nahdlatul Ulama atau Badan Otonomnya sekurang-kuranya selama 3 (tiga) menyusun kelengkapan Pengurus Lembaga dan Lajnah.
tahun
4. Untuk menjadi Pengurus Besar, seorang calon harus aktif menjadi anggota Pasal 38
Nahdlatul Ulama atau Badan Otonomnya sekurang-kuranya selama 4 (empat)
tahun Pemilihan Pengurus Cabang /Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama:
5. Keanggotaan pada ayat 1, 2, 3 dan 4 pasal ini adalah sebagaimana dimaksud a. Rais Syuriyah dipilih secara langsung oleh Konferensi Cabang/Cabang
Pasal 7 ayat (2) Anggaran dasar dan Pasal 1 butir (a) dan (b) Anggaran Istimewa
Rumah Tangga. b. Ketua Tanfidziyah dipilih secara langsung oleh Konferensi Cabang/Cabang
Istimewa dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Rais Syuriyah
BAB XII terpilih setelah mempertimbangkan aspirasi yang berkembang.
PEMILIHAN DAN PENETAPAN PENGURUS c. Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah terpilih bertugas melengkapi susunan
Pengurus : Mustasyar, Harian Syuriyah dan Harian Tanfidziyah dengan
Pasal 36 dibantu oleh beberapa anggota mede formatur yang dipilih dari dan oleh
Pemilihan dan penetapan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama : peserta Konferensi Cabang/Cabang Istimewa
a. Rais Aam dipilih secara langsung oleh Muktamar d. Pengisian A’wan, Ketua Lembaga dan Ketua Lajnah ditetapkan oleh Pengurus
b. Wakil Rais Aam ditunjuk oleh Raois Aam terpilih setelah mempertimbangkan Harian Syuriyah dan Tanfidziyah.
aspirasi yang berkembang. e. Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dapat membentuk tim untuk
c. Ketua Umum dipilih secara langsung oleh Muktamar dengan terlebih dahulu menyusun kelengkapan Pengurus Lembaga dan Lajnah
mendapat persetujuan dari Rais Aam terpilih setelah mempertimbangkan
aspirasi yang berkembang. Pasal 39
d. Rais Aam terpilih, Wakil Rais Aam dan Ketua Umum terpilih bertugas
melengkapi susunan Pengurus dengan dibantu oleh beberapa anggota mede Pemilihan Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama:
formatur yang dipilih dari dan oleh peserta Muktamar. a. Rais Syuriyah dipilih secara langsung oleh Konferensi Majelis Wakil Cabang
e. Pengisian A’wan, Ketua Lembaga dan Ketua Lajnah, ditetapkan oleh Pengurus b. Ketua Tanfidziyah dipilih secara langsung oleh Konferensi Majelis Wakil
Harian Syuriyah dan Tanfidziyah Cabang dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Rais Syuriyah
terpilih setelah mempertimbangkan aspirasi yang berkembang.
Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU
c. Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah terpilih bertugas melengkapi susunan Apabila Ketua Umum berhalangan sementara, maka Ketua Umum menunjuk salah
Pengurus : Mustasyar, Harian Syuriyah dan Harian Tanfidziyah dengan seorang Ketua Tanfidziyah sebagai pelakskana Tugas Harian.
dibantu oleh beberapa anggota mede formatur yang dipilih dari dan oleh 1. apabila Ketua Umum berhalangan tetap, maka rapat Pengurus Besar Harian
peserta Konferensi Majelis wakil Cabang Syuriyah dan Tanfidziyah menetapkan pejabatn Ketua Umum.
d. Pengisian A’wan, dan Ketua Lembaga ditetapkan oleh Pengurus Harian 2. Apabila terjadi kekosongan jabatan Ketua Tanfidziyah Sekretaris Jenderal,
Syuriyah dan Tanfidziyah. Wakil Sekretaris Jenderal, Bendnahara, Wakil Bendahara, dan Ketua
e. Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dapat membentuk tim untuk Lembaga, ditetapkan melalui Rapat Pengurus Besar Harian Syuriyah dan
menyusun kelengkapan Pengurus Lembaga 22 Tanfidziyah. 23
Pasal 40 Pasal 43
Apabila terjadi kekosongan jabatan pada pimpinan Wilayah, pimpinan Cabang/
Pemilihan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama: Cabang Istimewa, Majelis Wakil Cabang, dan Ranting, maka proses pengisian
a. Rais Syuriyah dipilih secara langsung oleh Musyawarah Anggota jabatan tersebut disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam
b. Ketua Tanfidziyah dipilih secara langsung oleh Musyawarah Anggota dengan Pasal 41 dan 42 Anggaran Rumah Tangga.
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Rais Syuriyah terpilih setelah
mempertimbangkan aspirasi yang berkembang. BAB XIV
c. Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah terpilih bertugas melengkapi susunan MASA JABATAN
Pengurus : Mustasyar, Harian Syuriyah dan Harian Tanfidziyah dengan
dibantu oleh beberapa anggota mede formatur yang dipilih dari dan oleh Pasal 44
peserta Musyawarah Anggota 1. Masa jabatan dalam kepengurusan Nahdlatul Ulama mengikuti Pasal 12
d. Pengisian A’wan, ditetapkan oleh Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah. Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama.
2. Rais Aam dan Ketua Umum dapat dipilih kembali.
BAB XIII 3. Pengurus Lembaga dan Lajnah yang masa jabatannya sudah berakhir, tetap
PENGISIAN JABATAN ANTAR WAKTU melaksanakan tugasnya sampai dengan terbentuknya kepengurusan yang
baru, dengan tidak mengambil kebijakan yang mendasar.
Pasal 41 4. Masa Jabatan Badan Otonom sesuai dengan ketentuan Badan Otonom yang
1. Apabila terjadi kekosongan jabatan Rais Aam, maka Wakil Rais Aam menjadi bersangkutan.
pejabat Rais Aam.
2. Apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Rais Aam, maka Rais Aam BAB XV
menunjuk salah seoarang Rais untuk menjadi Wakil Rais Aam. RANGKAP JABATAN
3. Apabila Wakil Rais Aam menjadi pejabat Rais Aam, maka pengisian Wakil
Rais Aam ditetapkan melalui rapat Pengurus Besar Harian Syuriyah. Pasal 45
4. Apabila Rais Aam dan wakil Rais Aam berhalangan tetap dalam waktu yang 1. Jabatan Pengurus Harian Nahdlatul Ulama, Lembaga, Lajnah dan Badan
bersamaan, maka : Ootonom, tidak dapat dirangkap dengan jabatan Pengurus harian pada semua
a. Rapat Pengurus Lengkap Syuriyah menetapkan Pejabat Rais Aam. tingkat kepengurusan yang lain, baik dalam organisasi Nahdlatul Ulama,
b. Pejabat Rais Aam yang telah ditetapkan menunjuk Pejabat Wakil Rais Aam. maupun dalam perangkatnya.
5. Apabila terjadi kekoosongan jabatan Mustasyar, Rais Syuriyah, Katib Aam, 2. Jabatan Pengurus Harian Nahdlatul Ulama, Lembaga Lajnah dan Badan
Katib dan A’wan, maka pengisian jabatan tersebut ditetapkan melalui rapat Ootonom pada semua tingkat kepengurusan tidak dapat dirangkap dengan
Pengurus Besar Harian Syuriyah. jabatan Pengurus Harian Partai Politik dan atau organisasi yang berafiliasi
kepadanya.
3. Jika Pengurus Harian Nahdlatul Ulama mencalonkan dan atau dicalonkan
Pasal 42 untuk mendapat jabatan politik, maka yang bersangkutan harus non aktif
sementara hingga penetapan jabatan politik tersebut dinyatakan final dan
Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU
apbila terpilih maka yang bersangkutan dapat mengundurkan diri atau 6. Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah pembekuan harus sudah
diberhentikan dengan hormat. terselenggara permusyawaratan untuk memilih pengurus baru.
4. Rincian aturan pelarangan rangkap jabatan pada ayat (1), (2) dan (3) diatur
dalam Peraturan organisasi.

BAB XVI 24
PENGESAHAN DAN PEMBEKUAN PENGURUS BAB XVII 25
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
Pasal 46
1. Susunan dan personalia Pengurus Wilayah, pengurus Cabang dan Pengurus Pasal 49
Cabang Istimewa disahkan oleh Pengurus Besar. 1. Mustasyar adalah ulama atau tokoh yang telah memberikan dedikasi,
2. Dalam pengesahan susunan dan personalia Pengurus Cabang, kecuali pengabdian dan loyalitasnya kepada Nahdlatul Ualama
Pengurus Cabang Istimewa harus dengan rekomendasi Pengurus Wilayah. 2. Mustasyar bertugas memberikan nasehat kepada Pengurus Nahdlatul Ualama
3. Susunan dan personalia Pengurus Majelis Wakil Cabang disahkan oleh menurut tingkatannya baik diminta atau tidak.
Pengurus Cabang.
4. Susunan dan Personalia Pengurus Ranting disahkan oleh Pengurus Cabang Pasal 50
dengan rekomendasi Pengurus Majelis Wakil Cabang. 1. Pengurus Syuriyah selaku pimpinan tertinggi sebagai pembina, pengendali,
pengawas, dan penentu kebijakan Nahdlatul Ulama mempunyai tugas dan
Pasal 47 wewenang :
1. Susunan dan personalia pimpinan Lembaga dan Lajnah tingkat pusat a. Menentukan arah kebijakan Nahdlatul Ulama dalam melakukan
ditetapkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama usaha dan tindakan untuk mencapai tujuan Nahdlatul Ulama
2. Susunan dan personalia pimpinan Lembaga dan lajnah tingkat Wilayah b. Memberikan petunjuk, bimbingan dan pembinaan pemahaman,
ditetapkan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama dan dilaporkan kepada pengamalan dan pengembngan ajaran Islam berdasar faham
pimpinan Pusat Lembaga atau Lajnah yang bersangkutan. Ahlussunnah wal Jama’ah,l baik dibidang aqidah, syari’ah, maupun
3. Susunan dan personalia pimpinan Lembaga dan lajnah tingkat Cabang akhlaq/tasawuf.
ditetapkan oleh Pengurus cabang/ cabang Istimewa Nahdlatul Ulama dan c. Mengendalikan, mengawasi dan memberikan koreksi sesuai
dilaporkan kepada Pimpinan Wialayah dan Pimpinan Pusat Lembaga atau dengan pertimbangan syar’i dan ketentuan organisasi.
Lajnah yang bersangkutan d. Mmembatalkan keputusan perangkat organisasi Nahdlatul
Ulama sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 19 butir (d) Anggaran
Pasal 48 Dasar.
1. Pengurus Besar dapat membekukan Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang
melalui Keputusan yang ditetapkan oleh Rapat P_leno Pengurus Besar. 2. Pembagian tugas diantara anggota Pengurus Syuriyah diatur dalam Peraturan
2. Pengurus Besar dapat membekukan Pengurus Majelis Wakil cabang dan Tata Kerja Organisasi.
Pengurus Ranting setelah mendapat rekomendasi dari Pengurus Cabang .
3. Pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasal ini didasarkan Pasal 51
pada pertimbangan syar’i dan atau ketentuan organisasi. 1. Pengurus Tanfidziyah sebagai pelaksana mempunyai kewajiban memimpin
4. Sekurang-kurangnya 15 (lima belas ) hari sebelum pembekuan dilakukan, organisasi.
terlebih dahulu diberi peringatan tertulis untuk memperbaiki. 2. Pengurus Tanfidziyah sebagai pelaksana mempunyai tugas :
5. Kepengurusan yang dibekukan diambil alih oleh pengurus setingkat lebih tinggi a. Memimpin jalan organisasi sehari-hari sesuai dengan kebijakan yang
dengan tugas mempersiapkan penyelenggaraan permusyawaratan yang akan ditentukan oleh Pengurus Syuriyah.
memilih pengurus baru. b. Melaksanakan program jam’iyah Nahdlatul Ulama

Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU


c. Membina dan mengawasi kegiatan semua perangkat Jam’iyah yang 4. Muktamar adalah sah apabila dihadiri oleh dua pertiga jumlah Wilayah dan
berada dibawahnya. Cabang/ Cabang Istimewa yang sah
d. Menyampaikan laporan secara periodik kepada Pengurus Syuriyah 5. Untuk menyelenggarakan Muktamar, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
tentang pelaksanaan tugasnya. membentuk Panitia Penyelenggara yang bertanggung jawab kepada Pengurus
3. Dalam menggerakkan dan mengelola program Pengurus Tanfidziyah Besar Nahdlatul Ulama
berwenang membentuk tim kerja tetap atau sementara sesuai kebutuhan. 6. PBNU berkewajiban menyampaikan Laporan Pertanggung Jawaban
4. Ketua Umum Pengurus Besar, Ketua Pengurus Wilayah Ketua Pengurus Organisasi dalam Muktamar.
Cabang/ Cabang Istimewa, Ketua Pengurus Majelis Wakil Cabang dan Ketua 7. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama membuat Susunan Acara Muktamar
Pengurus Ranting karena jabatannya berhak mengahdiri Rapat harian dan dan Rancangan Peraturan Tata Tertib Muktamar yang mencakup susunan dan
Rapat Lengkap Pengurus Syuriyah sesuai dengan tingkatannya masing- 26 tata cara pemilihan Pengurus. 27
masing.
5. Pembagian tugas diantara anggota Pengurus Tanfidziyah diatur dalam Pasal 54
Peraturan Tata Kerja Organisasi. Muktamar Luar Biasa sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (1) butir (b) Anggaran
Dasar, dapat diselenggarakan atas permintaan Pengurus Besar Syuriyah dengan
BAB XVIII ketentuan :
KEWAJIBAN DAN HAK PENGURUS a. Diselesaikan untuk menyelesaikan masalah-masalah nasional atau mengenai
keberadaan Perkumpulan/ Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Pasal 52 b. Penyelesaian masalah-maslah dimaksud butir (a) tak dapat diselesaikan dalam
1. Pengurus berkewajiban : permusyawaratan lain.
a. Menjaga dan menjalankan amanat organisasi. c. Atas dasar keputusan Rapat Pleno Pengurus Besar dan Rekomendasi
b. Menjaga keutuhan organisasi kedalam maupun meluar Konferensi Besar.
c. Mematuhi ketntuan-ketentuan organisasi.
2. Pengurus berhak : Pasal 55
a. Membuat kebijakan, keputusan dan peraturan organisasi sepanjang tidak 1. Konferensi Besar merupakan instansi permusyawaratan tertinggi setelah
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muktamar dan diadakan oleh Pengurus Besar.
atau keputusan Pengurus Nahdlatul Ulama yang lebih tinggi. 2. Konferensi Besar dihadiri oleh anggota Pengurus Besar Pleno dan utusan
b. Memberikan saran atau koreksi kepada Pengurus setingkat lebih tinggi Pengurus Wilayah.
dengan tujuan dan cara yang baik. 3. Konferensi Besar juga dapat diselenggarakan atas permintaan sekurang-
c. Memberikan motivasi dan dorongan kepada Lembaga, Lajnah dan Badan kurangnya separuh dari jumlah Pengurus Wilayah yang sah.
Otonom untuk meningkatkan kinerjanya. 4. Konferensi Besar membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan Muktamar
dan mengkaji perkembangan organisasi serta peranannya ditengah
BAB XIX masyarakat.
PERMUSYAWARATAN TINGKAT NASIONAL 5. Konferensi Besar tidak dapat mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga keputusan Muktamar dan tidak memilih Pengurus baru.
Pasal 53 6. Konferensi Besar adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah
1. Muktamar adalah instansi permusyawaratan tertinggi di dalam organisasi peserta sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini.
Nahdlatul Ulama, diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 7. Susunan Acara dan peraturan tata Tertib Konferensi Besar ditetapkan oleh
sekali dalam 5 (lma) tahun. Pengurus Besar.
2. Muktamar dipimpinn oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 8. Konferensi Besar dipimpin oleh Pengurus Besar
3. Muktamar dihadiri oleh : 9. Konferensi Besar diadakan satu kali dalam tengah masa jabatan Pengurus
a. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Besar.
b. Pengurus Wilayah
c. Pengurus Cabang/ Cabang Istimewa Pasal 56
Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU
1. Musyawarah Nasional Alim Ulama yang diselenggrakan oleh Pengurus Besar sebagai lembaga dan tiap-tiap Cabang yang hadi mempunyai hak satu (1)
Syuriyah sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu (1) masa jabatan suara.
kepengurusan untuk membicarakan maslah keagamaan.
2. Musyswarah tersebut dapat mengundang Alim Ulama, Pengasuh Pondok Pasal 59
Pesantren dan Tenaga Ahli, baik dari dalam maupun dari luar Pengurus 1. Musyawarah Kerja Wilayah diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah sekurang-
Nahdlatul Ulama kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) periode kepengurusan
3. Musyawarah Nasional Alim Ulama tidak dapat mengubah Aggaran Dasar, 2. Musyawarah Kerja Wilayah dihadiri oleh Pengurus Pleno Wilayah dan
Anggaran Rumah Tanga, Keputusan-keputusan Muktamar dan 28 tidak Pengurus Cabang di Daerahnya. 29
mengadakan pemilihan pengurus. 3. Musyawarah Kerja Wilayah membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan
4. Musyawarah Alim Ulama yang serupa dapat juga diselenggarakan oleh konferensi Wilayah, mengkaji perkembangan organisasi dan peranannya
Wilayah atau Cabang , sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam 1 (satu) masa ditengah masyarakat, membahas masalah keagamaan dan kemasyarakatan.
jabatan. 4. Dalam Musyawarah Kerja Wilayah tidak diadakan pemilihan pengurus baru.

Pasal 57 Pasal 60
1. Rapat Koordinasi Nasional diselenggarakan oleh Pengurus Besar untuk 1. Konferensi Cabang adalah instansi permusyawaratan tertinggi untuk tingkat
melaksanakan koordinasi atas suatu masalah atau kewajiban organisasi yang Cabang, dihadiri oleh Pengurus Cabang, utusan Majelis Wakil Cabang dan
mendesak. Pengurus Ranting yang ada di daerahnya, terdiri dari Syuriyah dan
2. Rapat Koordinasi Nasional dapat diselenggarakan sewaktu-waktu sesuai Tanfidziyah.
dengan keperluan. 2. Konferensi Cabang diadakan atas undangan Pengurus Cabang atau atas
3. Rapat Koordinasi Nasional dihadiri ileh Pengurus Besar dan Pengurus permintaan sekurang-kurangnya separuh dari jumlah Majelis Wakil Cabang
Wilayah. dan Ranting didaerahnya.
3. Konferensi Cabang membicarakan pertanggungjawaban Pengurus Cabang,
BAB XX menyusun rencana kerja 5 (lima) tahun, memilih Pengurus Cabang dan
PERMUSYAWARATAN TINGKAT DAERAH membahas masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan apada
umumnya, terutama yang terjadi di Cabang yang bersangkutan.
Pasal 58 4. Pengurus Cabang membuat Rancangan Tata Tertib Konferensi, termasuk
1. Konferensi Wilayah adalah instansi permusyawaratan tertinggi untuk tingkat Tatacara pemilihan Pengurus sebagaimana dimaksud Pasal 38 Anggaran
Wilayah, dihadiri oleh Pengurus Wilayah dan utusan Pengurus Cabangyang Rumah Tangga.
ada di daerahnya, terdiri dari Syuriyah dan Tanfidziyah. 5. Konferensi Cabang adalah sah apabila dihadiri oleh separuh dari jumlah
2. Konfernsi Wilayah diselenggarakan sekali dalam 5 (lima) tahun Majelis Wakil Cabang dan Ranting di daerahnya dan dalam pengambilan
3. Konferensi Wilayah diselenggarakan atas undangan Pengurus Wilayah atau keputusan, Pengurus Cabang sebagai lembaga dan tiap-tiap Majelis Wakil
atas permintaan sekurang-kurangnya separuh jumalh Cabang yang ada di Cabang dan Ranting yang hadir mempunyai hak 1 (satu) suara.
daerahnya.
4. Konferensi Wilayah membicarakan pertanggung jawaban Pengurus Wilayah, Pasal 61
menyusun rencana kerja 5 (lima) tahun, memilih Pengurus Wilayah yang baru 1. Musyawarah Kerja Cabang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang sekurang-
dan membahas masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan pada kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu periode kepengurusan.
umumnya terutama yang terjadi di wilayah bersangkutan. 2. Musyawarah Kerja Cabang dihadiri oleh Pengurus Pleno Cabang dan
5. Pengurus Wilayah membuat Rancangan tata tertib konferensi termasuk Pengurus Majelis Wakil Cabang di daerahnya.
didalamnya tata tertib pemilihan Pengurus Baru sebagaimana dimaksud Pasal 3. Musyawarah Kerja Cabang membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan
(37) Anggaran Rumah Tangga. Konferensi cabang, mengkaji perkembangan organisasi dan peranannya di
6. Konferensi Wilayah adalah sah apabila dihadiri oleh lebih separuh jumlah tengah masyarakat, membahas masalah keagamaan dan kemasyarakatan.
Cabang di daerahnya dan dalam pengambilan keputusan, Pengurus Wilayah 4. Dalam Musyawarah Cabang tidak diadakan pemilihan Pengurus baru.

Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU


Pasal 62 4. Musyawarah Anggota membicarakan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus
1. Konferensi Majelis Wakil Cabang adalah instansi permusyawaratan tertinggi Ranting, menyusun Rencana Kerja untuk 5 (lima) tahun, memilih Pengurus
untuk tingkat Majelis Wakil Cabang, dihadiri oleh Pengurus Majelis Wakil Ranting dan membahas masalah-masalah kemasyarakatan pada umumnya,
Cabang, dan utusan Pengurus Ranting yang ada di daerahnya, terdiri dari terutama yang terjadi di daerahnya sebagaimana dimaksud Pasal 40 Anggaran
Syuriyah dan Tanfidziyah. Rumah Tangga.
2. Konferensi Majelis Wakil Cabang diselenggarakan atas undangan Pengurus BAB XXI 31
Majelis Wakil Cabang atau atas permintaan sekurang-kurangnya setengah30dari KEUANGAN DAN KEKAYAAN
jumlah Ranting di daerahnya.
3. Konferensi Majelis Wakil Cabang membicarakan pertanggungjawaban Pasal 65
Pengurus Majelis Wakil Cabang, menyusun rencana kerja 5 (lima) tahun, Uang pangkal, I’anah Syahriyah dan I’anah Sanawiyah yang diterima dari anggota
memilih Pengurus Wakil Cabang dan membahas masalah-masalah Nahdlatul Ulama digunakan untuk membiayai kegiatan organisasi dan dimanfaatkan
kemasyarakatan apada umumnya, terutama yang terjadi di daerahnya dengan perimbangan sebagai berikut :
4. Pengurus Majelis wakil Cabang membuat Rancangan Tata Tertib Konferensi, a. 55% untuk membiayai kegiatan Ranting
termasuk Tatacara pemilihan Pengurus sebagaimana dimaksud Pasal 39 b. 20% untuk membiayai kegiatan Majelis Wakil Cabang
Anggaran Rumah Tangga. c. 15% untuk membiayai kegiatan Cabang/ Cabang Istimewa
5. Konferensi Majelis Wakil Cabang adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari d. 10% untuk membiayai kegiatan Wilayah
separuh dari jumlah Ranting di daerahnya. Dalam setiap pengambilan
keputusan, Pengurus Majelis Wakil Cabang sebagai satu kesatuan dan tiap- Pasal 66
tiap Ranting yang hadir mempunyai hak 1 (satu) suara. 1. Dalam laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar kepada Muktamar
dimuat pula pertanggungjawaban kuangan dan inventaris Pengurus Besar,
Pasal 63 Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom.
1. Musyawarah Kerja Majelis Wakil Cabang diselenggarakan oleh Pengurus 2. Dalam laporan pertanggungjawaban Pengurus Wilayah kepada Konferensi
Majelis Wakil Cabang sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu periode dilaporkan pula pertanggungjawaban keuangan dan inventaris Pengurus
kepengurusan. Wilayah, Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom
2. Musyawarah Kerja Majelis Wakil Cabang dihadiri oleh Pengurus Pleno Majelis 3. Dalam laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang/ Cabang Istimewa
Wakil Cabang dan Pengurus Ranting di daerahnya. kepada Konferensi dilaporkan pula pertanggungjawaban keuangan dan
3. Musyawarah Kerja Majelis Wakil Cabang membicarakan pelaksanaan inventaris Pengurus Cabang/ Cabang Istimewa, Lembaga, Lajnah dan Badan
keputusan-keputusan Konferensi Majelis Wakil cabang, mengkaji Otonom
perkembangan organisasi dan peranannya di tengah masyarakat, membahas 4. Dalam laporan pertanggungjawaban Pengurus Majelis Wakil Cabang kepada
masalah keagamaan dan kemasyarakatan. Konferensi dilaporkan pula pertanggungjawaban keuangan dan inventaris
4. Dalam Musyawarah Majelis Wakil Cabang tidak diadakan pemilihan Pengurus Majelis Waklil Cabang, Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom
baru. 5. Dalam laporan pertanggungjawaban Pengurus Ranting kepada Rapat
Anggotai dilaporkan pula pertanggungjawaban keuangan dan inventaris
Pasal 64 Ranting, dan Badan Otonom
1. Musyawarah Anggota adalah instansi tertinggi pada tingkat Ranting yang
dihadiri oleh anggota-anggota Nahdlatul Ulama di daerah Ranting dan Pasal 67
diselenggarakan sekali (1) dalam 5 (lima) tahun Kekayaan Nahdlatul Ulama yang berupa harta benda tidak bergerak tidak dapat
2. Musyawarah Anggota diselenggarakan atas undangan Pengurus Ranting atau dialihkan hak kepemilkannya kepada pihak lain kecuali atas persetujuan Pengurus
atas permintaan sekurang-kurangnya separuh dari jumlah Anggota Nahdlatul Besar.
Ulama di Ranting bersangkutan.
3. Konferensi Anggota adalah sah, apabila dihadiri lebih dari separuh Anggota
Nahdlatul Ulama di Ranting tersebut. Setiap anggota mempunyai hak 1 (satu)
suara.
Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP 32 33

Pasal 68
1. Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini
ditetapkan lebih lanjut oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
2. Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah oleh Muktamar.

Ditetapkan di : Boyolali
Pada Tanggal : 18 Syawal 1425 H
01 Desember 2004 M

MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA


PIMPINAN SIDANG PLENO IX

Ttd ttd ttd

Drs. KH. A. Hafidz Utsman H.M. Rozy Munir, SE, MSc Drs. H. Taufiq Abdullah
Ketua Wk. Ketua Sekretaris

Tim Perumus : 34

KH. A. Hafidz Utsman : Ketua merangkap anggota ( PBNU )


H.M. Rozy Munir, SE, MSc Anggota (PBNU)
Drs. H. Taufiq R. Abdullah Anggota (PBNU)
Drs. H. Ahmad Fayumi Anggota (PBNU)
Drs. H. Syamsuddin Asrofi M.Hum Anggota (PWNU Jateng)
H. Soleh Hayat, SH Anggota (PWNU Jatim)
H. Imron Masyudi Anggota (PCI Saudi Arabia)
Drs. Isnadi Nori Anggota (PWNU Sumsel)
H. Komari, S.PdI Anggota (PWNU Papua)
Tedy Suryana Anggota (PWNU Kalsel)

Aggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU

Anda mungkin juga menyukai