Anda di halaman 1dari 163

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SIKLUS


MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS
X DAN XI DI MAN I KOTA MADIUN

Oleh :
YOLANDA FITRIA IMASARI
NIM : 201302111

PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SIKLUS
MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS
X DAN XI DI MAN 1 KOTA MADIUN

Oleh :
YOLANDA FITRIA IMASARI
NIM : 201302111

PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017

ii
SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SIKLUS
MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS
X DAN XI DI MAN 1 KOTA MADIUN

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mrncapai gelar
Sarjana Keperawatan ( S.Kep )

Oleh :
YOLANDA FITRIA IMASARI
NIM : 201302111

PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir Skripsi dan dinyatakan

telah memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

pada Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Pada Tanggal : .................................

Dewan Penguji :

1. Ketua Dewan Penguji


Sesaria Betty, S.Kep.Ns.M.Kes : .......................................

2. Penguji 1
Sri Ratna K S.Kep.Ns.M.Kes : .......................................

3. Penguji 2
Hariyadi S Kep.M.Pd : .......................................

Mengesahkan,
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua

Zaenal Abidin, SKM,. M.Kes


NIS. 2016 0130

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik – baiknya. Skripsi ini saya persembahkan
sebagai wujud terima kasih yang tak terhingga saya kepada :
1. Kedua orangtua saya Pak Marsongko , Bu Sri Nurinda ,teman saya Vaolla
Amelia,Claratika,Dina,Devita, saudara saya Bu Lilik, teman dekat saya Agus
Saputra dan semua yang telah mendoakan, memberikan semangat, motivasi
dan tentunya materi sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu
2. Dosen Pembimbing saya , Ibu Sri Ratna Koesomawati S.Kep.Ns.M.Kes ,
Bapak Hariyadi S.Kep.M.Pd, Ibu Sessaria Betty, S.Kep.Ns.M.Kes, yang
senantiasa membimbing dan memberikan segala waktu, tenaga, dan upaya
sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.
3. Kalian teman sebimbingan aku Devi Kurnia,Resta,Ella, serta teman – teman
seperjuangan Angkatan 2013 untuk semua doa ,bantuan dan dukungannya.
Tidak pernah menyesal mengenal kalian, bakal kangen sama kalian semua.
4. Kepala sekolah MAN 1 Kota Madiun Pak Drs Imam Tafsir M.Pd yang telah
memberikan izin penelitian
5. Semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu namanya

v
PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI


PADA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI DI MAN 1 KOTA MADIUN

Menyetujui Menyetujui
Pebimbing II Pembimbing I

Hariyadi S.Kep.M.Pd Sri Ratna Koesoemawati S.Kep.Ns.M.Kes


NIP.196811092005011001 NIP.1962043021985032008

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIS.20130092

vi
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yolanda Fitria Imasari

NIM : 201302111

Prodi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiridan

di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar

Sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang

diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum atau tidak

dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.

Madiun, 18 Mei 2017

YOLANDA FITRIA IMASARI

NIM. 201302111

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : YOLANDA FITRIA IMASARI

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal : Surabaya, 4 Maret 1995

Agama : Islam

Email : yolandaimasari@gmail.com

Riwayat Pendidikan : 1. TK Al – Hidayah Madiun

2. SDN 4 Pandean Madiun

3. SMPN 7 Madiun

4. SMAN 4 Madiun

viii
ABSTRAK
Yolanda Fitria Imasari

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI


PADA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI DI MAN 1 KOTA MADIUN

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa.
Dari masalah – masalah psikologis yang dialami remaja, kecemasan merupakan salah
satu masalah psikologis yang paling banyak dialami oleh remaja. Di Indonesia
menurut Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6 % untuk usia 15 tahun
ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala - gejala kecemsan dan depresi serta
gangguan kecemasan terkait jenis kelamin wanita sebesar 60 % lebih tinggi
dibandingkan pria. Kecemasan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi siklus menstruasi dengan mempengaruhi hormonal seorang remaja.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adakah hubungan antara tingkat kecemasan
dengan siklus menstruasi pada remaja putri.
Jenis penelitian ini adalah asosiasi ( faktor yang berhubungan ) dengan deain
penelitian cross sectional ( potong lintang ). Populasi studi adalah remaja putri di
MAN 1 Kota Madiun. Jumlah sampel adalah 95 siswi. Tingkat kecemasan terbukti
mempunyai hubungan dengan siklus menstruasi pada remaja putri di MAN 1 Kota
Madiun dengan hasil analisis Chi Square P < 0,05 atau P = 0,000 terbukti ada
hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi dengan hubungan yang
tergolong rendah dilihat dari hasil koefisien kotingensi sebesar 0,536.
Variabel tingkat kecemasan yang paling banyak ditemukan adalah tingkat
kecemasan ringan serta variabel siklus menstruasi yang paling banyak ditemukan
adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Dengan makin tinggi tingkat
kecemasannya siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Peningkatan informasi tentang
manajemen kecemasan serta monitoring kecemasan pada remaja sangat diperlukan
untuk menghindari terjadinya perubahan siklus menstruasi.
Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Siklus Menstruasi, Remaja Putri

ix
ABSTRACK
Yolanda Fitria Imasari
ANXIETY LEVEL RELATIONSHIP WITH MENSTRUAL CYCLE IN
ADOLESCENT GIRL OF CLASS X AND XI IN MAN 1 MADIUN CITY
Adolescence is the transition from puberty to adulthood. From the problem of
psychological problrms experienced by adolescents, anxy\iety is one of most
common psychological problrms experienced by adolescents. In Indonesia, according
to Riskesdas in 2013 showed that 6 % for the age of 15 years or over or about 14
million people in Indonesia experienced emotional mental disorders shown by
symtoms of anxiety and depression symtoms and anxiety disorders related to female
gender by 60 higher than men. Anxiety is one factor that can affect the menstrual
cycle by affecting a teens hormonal hormone. The purpose of this study is to know
whether there is a relationship between the level of anxiety with menstrual cycle in
youn women.
This research type is association ( related factor ) with cross sectional research
design( cut latitude ). Study population is young woman in MAN 1 madiuncity. The
amount of sample is 95 student. Level of anxiety prved to have relationship with
menstrual cycle in adolescent girl in munun city 1 with result of Chi Square analysis
p < 0,05 or p = 0,000 proved there is relation between level of anxiety with menstrual
cycle with relation which is being seen from result of coefficient kotingensi to 0,536.
The most common anxiety level variable is the mild anxiety level and the
most frequent menstrual cycle variable is irregular menstrual cycle. With the higher
level of anxiety the menstrual cycle becomes irregular. Increased informton about the
management of anxiety and adolescent anxiety monitoring is needed to avoid the
change of menstrual cycle.

Key words : Anxiety levels, Menstrual Cycle, MAN 1 Madiun City, Girl Adolescent

x
DAFTAR ISI

Sampul Depan i
Sampul Dalam ii
Lembar Pengesahan iii
Lembar Persembahan iv
Lembar Persetujuan v
Lembar Pernyataan vi
Daftar Riwayat Hidup vii
Abstrak viii
Abstrack ix
Daftar Isi x
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran ixx
Daftar Singkatan xx
Daftar Istilah xxi
Kata Pengantar
xxix

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.3.1 Tujuan Umum 7
1.3.2 Tujuan Khusus 7
1.4 Manfaat Penelitian 7
1.5 Keslian Penelitian 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan 10
2.1.1 Pengertian Kecemasan 10
2.1.2 Teori Kecemasan 11
2.1.3 Etiologi Kecemasan 12
2.1.4 Jenis Kecemasan 16
2.1.5 Gangguan Kecemasan 16
2.1.6 Proses Kecemasan 18
2.1.7 Dampak Kecemasan 21
2.1.8 Kepribadian Pencemas 22
2.1.9 Tingkatan Kecemasan 23
2.1.10 Gejala Klinis Kecemasan 25
2.1.11 Mekanisme Koping Kecemasan 29
2.1.12 Penatalaksanaan Kecemasan 29

xi
2.1.13 Pengukuran Kecemasan 32
2.2 Siklus Menstruasi 37
2.2.1 Pengertian Siklus Menstruasi 37
2.2.2 Stadium Menstruasi 37
2.2.3 Sistem Hormonal Menstruasi 40
2.2.4 Tahap - Tahap Menstruasi 41
2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi 44
2.2.6 Gangguan Menstruasi 45
2.2.7 Fase Siklus Menstruasi 51
2.2.8 Macam Siklus Menstruasi 53
2.2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi 54
2.3 Remaja
2.3.1 Pengertian Remaja 57
2.3.2 Dinamika Masa Remaja 58
2.3.3 Ciri – Ciri Kejiwaan Dan Psikososial Remaja 60
2.3.4 Masa Transisi Remaja 62
2.3.5 Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja 64
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual 65
3.2 Hipotesa Penilitian 66
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Rancang Bangun Penelitian 68
4.2 Populasi dan Sampel 69
4.3 Tehnik Sampling 71
4.4 Kerangka Kerja Penelitian 72
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 73
4.6 Instrumen Penelitian 76
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 76
4.8 Produser Pengumpulan Data 77
4.9 Teknik Analisis Data 80
4.10 Etika Penelitian 83
BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 85
5.2 Analisis Univariat 86
5.3 Analisis Bivariat 88
5.4 Pembahasan 89
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 97
6.2 Saran 97
DAFTAR PUSTAKA 99
LAMPIRAN 101

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel 74


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Putri Berdasarkan Umur di MAN
1 Kota Madiun 86
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Putri Berdasarkan Kelas di MAN
1 Kota Madiun 86
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Putri Berdasarkan Tingkat
Kecemasan 87
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Putri Berdasarkan Siklus
Menstruasi 87
Tabel 5.5 Distribusi Tabel Silang Frekuensi Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi di
MAN 1 Kota Madiu 88
Tabel 5.6 Hasil Analisis Chi Square ( X2 ) 89
Tabel 5.7 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi 90

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual 65
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian 72

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Surat Ijin Pengambilan Data 101


Lampiran 2 Informed Consent 102
Lampiran 3 Instrumen 103
Lampiran 4 Kisi – Kisi Kuisoner 110
Lampiran 5 Lembar Penjelasan 114
Lampiran 6 Gambar Pengambilan Data Awal 115
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian 116
Lampiran 8 Surat Balasan Penelitian 117
Lampiran 9 Hasil Tabulasi 118
Lampiran10 Hasil Analisis 125
Lampiran 10 Lembar Revisi 132
Lampiran 11 Jadwal Kegiatan 138
Lampiran 11 Gambar Saat Penelitian 139

xv
DAFTAR SINGKATAN

DEPKES : Departemen Kesehatan


FSH : Folikel Stimulating Hormone
GABA : Gamma Amino Butiric Acid
GAD : Generalized Anxiety Disorder
GnRH : Gonadotrophin Releasing Hormone
HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale
HCG : Human Chorionic Gonadotropin
KB : Keluarga Berencana
LH : Lutenzing Hormone
PCOS : Polycystic Ovary Syndrome
PGE : Prostagladin
WHO : World Health Organization

xvi
DAFTAR ISTILAH

Adolescence : Anak remaja


Anxiety : Kecemasan
Anxiolytic : Ansiolitik
Amenorea : Tidak ada siklus menstruasi
Case Control : Kasus kontrol
Correlational : Korelasi
Cross Sectional : Potong lintang
Deskuamasi : Pengelupasan paling luar suatu jaringan
Disminorea : Nyeri saat menstruasi
Ego : Bagian terorganisir ealistis,
Endometrium : Lapisan terdalam rahim
Explanatory : Menjelaskan
Fermen : Membersihkan
Folike De Graff : Folikel yang telah matang siap mengeluarkan ovum
Folikuler : Bagian siklus menstruasi wanita yang pertama
Glikogen : Karbohidrat dalam tubuh
Hiperminorea : Pendarahan luar menstruasi yang lebih banyak
Hipomenorea : Pendarahan luar menstruasi yang lebih sedikit
Id : Himpunan tren insting tidak terkoordinasi
Kognitif : Kemampuan intelektual
Kreativitas : Kreatifitas

xvii
Luteal : Bagian siklus menstruasi wanita yang ketiga
Lymbic System : Limbik sistem
Menometrogia : Pendarahan dalam masa antara 2 menstruasi.
Menoragia : Menstruasi yang berlebihan
Mittelschmerz : Nyeri saat ovulasi
Obsesiv Kompulsif : Obsesif kompulsif ( keinginan kuat perilaku teratur )
Olimenorea : Siklus menstruasi panjang
Ovulatoir : Bagian siklus menstruasi wanita yang kedua
Peritonium : Membran yang melapisi organ perut
Pervasive : Pervasif
Polimenorea : Siklus menstruasi pendek
Prevalensi : Prefalensi
Progesteron : Hormon yang dikeluarkan setelah ovulasi
Prostagladin : Zat yang dihasilkan oleh lemak dari organ manusia
Prostasiklin :Produksi dari prostagladin
Primitive : Primitif
Psikodinamik : Sub pokok bahasan psikologi pendidikan
Psikofarmaka : Obat yang berkhasiat terhadap system saraf pusat
Psikologis : Psikologi
Reedukatif : Membangkitkan pengertian tentang konflik jiwa
Regenerasi : Pembaruan
Rekonstruktif : Menyelami alam tak sadar melalui teknik
Serviks : Leher rahim
Simtom : Gejala
Spesifik : Khusus

xviii
Superego : Bagian dari etis atau moral kepribadian
Spilling Personality : Kepribadian yang meluap
Suportif : Memberi dukungan

xix
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi dengan judul “ Hubungan

Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas X dan XI Di

MAN 1 Kota Madiun ”. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan,

saran dan dukungan moral kepada saya, untuk iru saya sampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Zaenal Abidin, S.KM.M.Kes (Epid) sebagai Ketua STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun.

2. Mega Arianti P.S. Kep.Ns.M.Kep sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

3. Sri Ratna Koesoemawati, S.Kep.Na.M.Kes sebagai pembimbing 1 skripsi

yang telah memberi petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya skripsi

ini.

4. Hariyadi S.Kp.M.Pd sebagai pembimbing 2 skripsi yang telah member

petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya skripsi ini.

5. Sesaria Betty, S.Kep.Ns.M.Kes sebagai dewan penguji.

6. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan duka dalam

penyelesaian skripsi ini.

xx
7. Kepala sekolah MAN 1 Kota Madiun Pak Drs Imam Tafsir M.Pd yang telah
memberikan izin penelitian
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT

senantiasa meidhai segala usaha kita. Amin.

Wassalamu’alaikumWr.Wb.

Madiun, Agustus 2017

Penyusun

Yolanda Fitria Imasari

NIM : 201302111

xxi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja adalah peralihan dari masa pubertas menuju masa

dewasa. Selama periode ini anak remaja banyak mengalami perubahan baik

secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Individu dikatakan sudah memasuki

masa remaja antara usia 16 atau 17 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun.

Dari masalah–masalah psikologis yang dialami remaja, kecemasan merupakan

salah satu masalah psikologis yang paling banyak dialami oleh remaja. Dalam

sebuah berita elektronik mengungkapkan bahwa remaja masa kini lebih

mudah mengalami kecemasan dibanding remaja pada generasi sebelumnya

dikarenakan tuntuttan akademik saat ini lebih dibanding jaman orangtuanya

dahulu (Herri, 2012).

Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18

% dari jumlah penduduk penduduk dunia (WHO, 2014). Menurut profil

kesehatan Indonesia tahun 2013 menunjukan bahwa jumlah penduduk

perempuan Indonesia pada tahun 2013 yang berusia 15-19 tahun sebanyak

10.729.820 orang dan yang berusia 20-24 tahun sebanyak 10.453.214 orang.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomer 25 tahun 2014 remaja adalah

penduduk dalam rentang usia 10–19 tahun di Indonesia menurut sensus

1
penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18 % dari jumlah penduduk.

(Profil Kesehatan Indonesia, 2013).

Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa muda

di Amerika adalah sekitar 42 juta atau sekitar 8,1 % orang hidup dengan

gangguan kecemasan, seperti gangguan panik, gangguan obsesiv-kompulsif,

gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan umum dan phobia,

sedangkan gangguan kecemasan terkait jenis kelamin dilaporkan bahwa

prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup pada wanita sebesar 60 %

lebih tinggi dibandingkan pria (Akbar, 2015).

Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa

sebesar 6 % untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di

Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan

gejala-gejala kecemasan dan depresi (Depkes, 2014). Hasil studi pendahuluan

(survey pendahuluan) yang dilakukan pada tanggal 18 Februari tahun 2017 di

MAN 1 Madiun didapat jumlah siswi kelas X dan kelas XI sejumlah 124

siswi dari 15 siswi sebanyak 10 siswi (66,7%) dengan kecemasan berat, 5

siswi (33,3%) dengan kecemasan sedang dan tidak ditemukan kecemasan

ringan, kecemasan yang dialami siswi tersebut karena hubungan interpersonal,

lingkungan hidup, keuangan, perkembangan, keluarga Dan trauma. Selain

data tentang tingkat kecemasan di dapatkan pula data siswi tentang siklus

2
menstruasinya terdapat 11 siswi yang siklusnya teratur, 3 siswi yang siklusnya

panjang serta 1 siswi yang siklusnya pendek.

Gejala kecemasan baik akut maupun kronik merupakan komponen

utama bagi hampir semua gangguan psikiatrik. Kecemasan akan

meningkatkan kemungkinan terjadinya depresi bahkan bunuh diri Kecemasan

sebagai rangsangan melalui system saraf diteruskan ke susunan saraf pusat

yaitu limbik system melalui tranmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autonom

(simpatis atau parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal

(endokrin) hingga mengeluarkan sekret (cairan) neurohormonal menuju

hiphofisis melalui system prontal guna mengeluarkan gonadotropin dalam

bentuk FSH (Follikel Stimulazing Hormone) dan LH (Leutinizing Hormone).

Produksi kedua hormon tersebut adalah dibawah pengaruh RH (Realezing

Hormone) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Pengeluaran RH

sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap

hipotalamus hingga selanjutnya mempengaruhi terjadinya proses menstruasi

atau haid (Prawirohardjo, 2007).

Menstruasi merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya

dinding sebelah dalam rahi (endometrium) yang banyak mengandung

pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima

implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luruh,

darah keluar melalui serviks dan vagina. Pendarahan ini terjadi secara

3
periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan menstruasi

berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi (Irianto, 2015).

Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi

sampai datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus

menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan

mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya

berkisar antara 21–32 hari dan hanya 10–15% yang memiliki siklus

menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3–5 hari, ada yang 7–8 har

(Proverati, 2009). Menurut Kusmiran, 2011 faktor yang mempengaruhi siklus

menstruasi antara lain berat badan, aktivitas fisik, stress dan kecemasan, diet,

paparan lingkungan dan kondisi kerja. Dalam mencegah serta mengatasi

kecemasan antara lain upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, terapi

somatik, psikoterapi, serta terapi psikoreligius (Hawari 2008).

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin melakukan penelitian untuk

mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi

pada remaja putri di MAN 1 Kota Madiun.

Hasil peneliti sebelumnya antara lain :

1. Penelitian Devi pada tahun 2012 yang berjudul hubungan antara

tingkat kecemasan dengan pola menstruasi pada mahasiswa D3

kebidanan tingkat 3 Universitas Muhammadiyah Semarang pada 10

mahasiswa didapatkan 6 mahasiswa atau 60% diantaranya menyatakan

pola menstruasinya tidak teratur disebabkan oleh kecemasan karena

4
kegiatan perkuliahan yang padat, persiapan menghadapi serangkaian

ujian serta kegiatan penyusunan KTI. Sedangkan 4 mahasiswa atau

40% mahasiswa lainnya menyatakan pola menstruasinya normal pada

mahasiswa ada kegiatan yang padat.

2. Penelitian Rakhmawati pada tahun 2012 yang berjudul hubungan

obesitas dengan kejadian gangguan siklus mestruasi pada wanita

dewasa muda di kecamatan tuntang kabupaten Semarang

mengungkapkan hubungan obesitas dengan kejadian gangguan siklus

menstruasi p sebesar 0,037 (p< 0,05), hubungan stress dengan kejadian

gangguan siklus menstruasi p sebesar 0,016 (p < 0,05), hubungan

obesitas dengan setelah dikontrol kejadian gangguan siklus menstruasi

dengan stres (p < 0,05) obesitas p sebesar 0,047, p stres sebesar 0,006.

3. Penelitian Ahmad pada tahun 2014 yang berjudul hubungan tingkat

kecemasan dengan pola menstruasi pada siswi kelas VIII di SMP

negeri 1 Kabila kabupaten Bone Bolango mengatakan dari 90

respoden sebagian besar cemas ringan dan sedang dengan 26

responden (28,9%), tidak cemas sebanyak 24 responden (26,7%), dan

sebagian kecil cemas berat dengan 14 responden (15,6%) dengan pola

menstruasi normal sebanyak 5 responden (63,3%) dan sebagian kecil

sebanyak 33 respondem (36,7%).

4. Penelitian Tri Suwarni pada tahun 2015 yang berjudul faktor

determinan yang mempengaruhi siklus menstruasi pada mahasiswa

5
kebidanan Poltekes Bhakti Mulia Sukoharjo sejumlah 60 orang dari

144 mahasiswi yang ada. Dalam penelitian ini meneliti status

ekonomi, kecemasan dan indeks massa tubuh ( IMT ) yang

mempengaruhi siklus menstruasi. Dari 60 mahasiswi tersebut yang

mengalami siklus menstruasi teratur sejumlah 29 ( 48,3%) sedangkan

yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur sejumlah 31 (51,7%)

dengan status ekonomi rendah sejumlah 2 (3,3%), status ekonomi

sedang sejumlah 14 ( 23,3%), status ekonomi tinggi 44 ( 73,4%).

Dengan kecemasan sedang sejumlah 2 (3,3%), kecemasan ringan

sejumlah 17 (28,3%), kecemasan berat sejumlah 41 (68,4%) dengan

IMT < 18,5 sejumlah 14 (23,3%), 18,5 -22,9 sejumlah 40 (66,7%),

23,0-24,9 sejumlah 4 (6,7%), 25,0-29,9 sejumlah 2 (3,3%).

5. Penelitian Wahyuningrum pada tahun 2016 yang berjudul hubungan

tingkat stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan

tingkat I dan II Poltekes Bhakti Mulia Sukoharjo melalui wawancara

mengatakan dari 10 mahasiswa menunjukkan bahwa keluhan terbesar

adalah oligomenore 7 mahasiswa (70%), 2 mahasiswa (20%)

mengalami polimenore dan 1 mahasiswa (10%) mengalami amenorea.

6
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

“Adakah hubungan antara tingkat kecemasan pada masa remaja dengan siklus

menstruasi pada remaja putri di MAN 1 Kota Madiun” ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan peada masa remaja dengan

siklus menstruasi pada remaja putri di MAN 1 Kota Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada masa remaja pada remaja putri di

MAN 1 Kota Madiun

2. Mengidentifikasi siklus menstruasi pada remaja putri di MAN 1 Kota Madiun.

3. Menganalisis hubungan antara kecemasan pada masa remaja dengan siklus

menstruasi atau menstruasi pada remaja putri di MAN 1 Kota Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengetahui secara teoritis

tentang hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi pada

remaja putri.

7
1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi Responden

Dapat memberi informasi serta menambah wawasan bagi remaja putri tentang

hubungan antara tingkat kecemasan pada masa remaja dengan siklus

menstruasi, sehingga mampu mencegah timbulnya kecemasan dengan harapan

siklus menstruasi teratur.

2. Bagi Institusi Pedidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas

wawasan mahasiswa Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun tentang hubungan

antara tingkat kecemasan peada masa remaja dengan siklus menstruasi.

3. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola

pendidikan dan bagi responden sebagai bahan informasi dalam meningkatkan

mutu pelayanan dibidang kesehatan reproduksi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain yang yang memiliki

pengaruh terhadap siklus menstruasi.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri

atas masukan yang berasal dari berbagai pihak serta jurnal yang berhubungan,

belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, jika dilihat

kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan

8
bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata di

kemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat di pertanggung

jawabkan sepenuhnya.

9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan

2.1.1 Pengertian Kecemasan

Cemas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang.

Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak

nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan

perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Kusumawati, 2010).

Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang

mengancam keutuhan dan keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk

perilaku seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, fobia tertentu .

Sedangkan cemas adalah emosi tanpa objek yang spesifik, penyebabnya tidak

diketahui dan didahului oleh pengalaman baru (Nursalam, 2015).

Ansietas ( Kecemasan ) adalah suatu keadaan emosional yang tidak

menyenangkan yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang

menegangkan serta tidak diinginkan. Gejala tersebut merupakan respon terhadap

stress yang normal dan sesuai, tetapi menjadi patologis bila tidak sesuai dengan

tingkat keparahan stress, berlanjut setelah stressor menghilang, atau terjadi tanpa

adanya stressor eksternal (Devies, 2009).

Kecemasan (ansietas /anxiety) adalah gangguan alam perasaan ketakutan

atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan

10
dalam menilai realistis masih baik, kepribadian masih tetap utuh tidak mengalami

keretakan pribadi (spilling personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih

dalam batas – batas normal. Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “ anxiety “

berasal dari Bahasa Latin “ angustus “ yang berarti kaku dan “ angoanchi” yang

berarti mencekik (Manurung, 2016).

Menurut Freud mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk

memperhatikan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga

reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang

melindungi ego karena kecemasan member sinyal kepada kita bahwa ada bahaya

dan kalau tidak dikalukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat

sampai ego di kalahkan (Manurung, 2016).

Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan menderita

gangguan cemas, hal ini tergantung pada struktur kepribadiannya. Orang yang

kepribadian pencemas bersiko untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari

orang yang tidak berkepribadian pencemas (Manurung, 2016).

2.1.2 Teori Kecemasan

1. Kecemasan sebagai konflik yang tidak disadari

Freud yakin bahwa kecemasan neurotis merupakan akibat dari konflik yang tidak

disadari antara impuls id (terutama seksual dan agresif) dengan kendala yang

ditetapkan oleh ego dan superego. Implus–implus id menimbulkan ancaman bagi

individu karena bertentangan dengan nilai pribadi atau nilai sosial.

2. Kecemasan sebagai respons yang dipelajari

11
Teori belajar sosial tidak memfokuskan diri pada konflik internal tetapi pada cara-

cara dimana kecemasan diasosiasikan dengan situasi tertentu melalui proses

belajar.

3. Kecemasan sebagai akibat kurangnya kendali

Pendekatan ketiga menyatakan bahwa orang mengalami kecemasan bila

menghadapi situasi yang tampak berada di luar kendali mereka . Perasaan tidak

berdaya dan tidak mampu mengendalikan apa yang terjadi merupakan pokok dari

sebagian besar teori kecemasan (Manurung, 2016).

2.1.3 Etiologi Kecemasan

Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (1995) mengembangkan teori – teori

penyebab kecemasan sebagai berikut :

1) Teori Psikoanalisis

Kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara

dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Id mengembangkan

dorongan insting dan implus primitive, super ego mencantumkan hati

nurani seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai

mediator dari tuntuta id dan super ego. Kecemasan berfungsi untuk

memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.

2) Teori Interpersonal

Kecemasan terjadi dari ketakutan dan penolakan interpersonal,

hal ini dihubungkan dengan trauma pada asa pertumbuhan seperti

12
kehilangan atau perpisahan yang menyebabkan seseorang tidak

berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat

mudah untuk mengalami kecemasan berat.

3) Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Para ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan,

yang mempelajari berdasarkan keinginan untuk mnghindari rasa takut.

Pakar teori meyakini bahwa bila pada awal kehidupan dihadapkan

pada rasa takut yang berlebihan maka akan menunjukkan kecemasan

yang berat pada masa dewasanya. Sementara para ahli teori konflik

mengatakan bahwa mengatakan bahwa kecemasan sebgai benturan –

benturan keinginan yang bertentangan. Mereka percaya bahwa

hubungan timbale balik antara konflik dan kecemasan yang kemudian

menimbulkan konflik.

4) Teori Keluarga

Gangguan kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata

dalam keluarga biasanya tumpang tindih antara gangguan kecemasan

dan depresi.

5) Teori Biologi

13
Bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk

benzodiasepia. Reseptor ini mungkin mempengaruhi kecemasan

(Nursalam, 2015).

Pada bagian sebelumnya, telah disebutkan bahwa stressor

psikososial dapat menimbulkan kecemasan. Stressor psikososial

adalah keadaan atau peristiwa yang dapat menyebabkan perubahan

pada kehidupan seseorang, sehingga harus melakukan adaptasi untuk

mengatasinya. Stressor dapat mempengaruhi semua bagian kehidupan

seseorang, menyebabkan stress mental, perubahan perilaku, masalah –

masalah dalam menghadapi orang lain dan keluhan – keluhan fisik,

salah satunya gangguan menstruasi (Sriati, 2008).

Contoh stressor psikososial antara lain :

1. Hubungan interpersonal atau antarpribadi

Hubungan dengan orang lain ( perorangan atau individu ) yang

tidak baik bisa menjadi sumber stress, misalnya bertengkar dengan

kekasih, berselisih dengan saudara atau cekcok dengan sahabat.

2. Lingkungan hidup

Kondisi lingkungan hidup atau tempat tinggal besar pengaruhnya

pada kondisi kesehatan seserang, misalnya masalah perumahan,

populasi, penghijauan, dan lain – lain.

3. Keuangan

14
Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata

merupakan salah satu sumber stress, misalnya pendapatan lebih

kecil dari pengeluaran, terlihat utang, dan lain-lain.

4. Perkembangan

Yang dimaksud dengan perkembangan di sini adalah

perkembangan fisik maupun mental seseorang, misalnya masa

kana-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan usia lanjut. Masing–

masing memiliki tahapan perkembangan yang harus dilalui dengan

baik.

5. Faktor keluarga

Kondisi keluarga yang harmonis maupun tidak dapat

mempengaruhi keadaan psikis anak dan remaja. Banyaknya jumlah

anggota keluarga juga dapat berpengaruh secara

berkesinambungan bersama dengan faktor keuangan karena

dengan jumlah anggota keluarga yang banyak akan mempengaruhi

pencapaian kebutuhan.

6. Trauma

Trauma yang terjadi seperti kecelakaan, perpisahan, kebakaran,

peperangan, pemerkosaan, dan lain-lain dapat menjadi stressor

yang mempengaruhi individu.

15
2.1.4 Jenis Kecemasan

1. Kecemasan Rasional

Meupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang

mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini

dianggap sebagai suatu unsure pokok normal dari mekanisme pertahanan

dasariah kita.

2. Kecemasan Irrasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini di bawah keadaan-

keadaan speifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.

3. Kecemasan Fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa

dirinya, unruk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya

berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang

mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia (Manurung,

2016).

2.1.5 Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki cirri

kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat

secara intensif ditampilkan dalam cara – cara yang jelas. Ada beberapa

gangguan kecemasan antara lain :

1. Fobia Spesifik

16
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau

antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.

2. Fobia Sosial

Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya

berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi

dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau

dipermalukan dan menunjukkan tanda – tanda kecemasan atau menampilkan

perilaku lain yang memalukan.

3. Gangguuan Panik

Gangguuan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panic yang

spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada

gangguan panic antara lain seperti sulit bernafas, jantung berdetak kencang,

mual, rasa sakit di dada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang

penting dalam diagnose gangguan panic adalah bahwa individu merasa

setiap serangan panic merupakan pertanda datangnya kematian atau

kecacatan.

4. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)

Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang

berlebihan dan bersifat pervasive, disertai dengan berbagai simtom

somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan simtom somatic yang

menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan

pada penderita atau menimbulkan stress yang nyata (Manurung, 2016).

17
2.1.6 Proses Kecemasan

Proses terjadinya kecemasan perasaan tidak nyaman atau terancam pada

ansietas diawali dengan adanya faktor prediposisi dan faktor presipitasi.

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan

jumlah sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stress

(Agustarika, 2009). Berbagai teori dikembangkan mengenai factor

predisposisi terjadinya ansietas :

1) Teori Psikoanalitik

Menurut Freud, kecemasan adalah konflik emsional yang terjadi antara

dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting

dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan

hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya

seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntuttan dari dua elemen yang

bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa

ada bahaya.

2) Teori Tingkah Laku (Pribadi)

Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan adalah hasil

frustasi, dimana segala sesuatu yang menghalangi terhadap

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dapat

meimbulkan kecemasan. Faktor presipitasi yang actual mungkin

adalah sejumlah stressor internal dan eksternal, tetapi faktor-faktor

18
tersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk memperoleh

kepuasan dan kenyamanan. Selain itu kecemasan juga sebagai suatu

dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk

menghindari kepedihan.

3) Teori Keluarga

Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang iasa

ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan tugas

perkembangan individu dalam keluarga.

4) Teori Biologis

Menunjukkan bahwa tidak mengandung reseptor khusus untuk

benzodzepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan.

Penghambat asam aminobutirikgamma neroregulator (GABA) juga

mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis

berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan

endorphin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum

seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap

kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan

selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk engatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi

Faktor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.

Ada dua kategori faktor pencetus kecemasan yaitu ancaman terhadap

integritas fisik dan terhadap system diri

19
1) Ancaman terhadap integritas fisik

Ancaman pada kategori ini meliputi ketidakmampuan fisiologis yang

akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan

mekanisme fisiologis seperti jantung, system imun, regulasi

temperature, perubahan biologis yang normal seperti kehamilan dan

penuaan. Sumber eksternal dapat berupa infeksi virus atau bakteri,

zat polutan, luka trauma. Kecemasan dapt timbul akibat kekhawatiran

terhadap tindakan operasi yang mempengaruhi integritas tubuh secara

keseluruhan.

2) Ancaman terhadap system tubuh

Ancaman pada kategori ini dapat membahayakan identitas, harga diri

dan fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa kesulitan

melakukan hubungan interpersonal di rumah, di tempat kerja dan si

masyarakat. Sumber eksternal dapat berupa kehilangan pasangan.

Orangtua, teman, perubahan status pekerjaan, dilemma etik yang

timbul dari aspek religious seseorang, tekanan dari seseorang,

tekanan dari kelompok sosial atau budaya. Ancaman terhadap system

diri terjadi saat tndakan operasi akan dilakukan sehingga akan

menghasilkan suatu kecemasan.

20
2.1.7 Dampak Kecemasan

Beberapa dampak dari kecemasan dalam beberapa simtom antara lain :

1. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya

hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang

tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur dan

dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.

2. Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada

individu mengenai hal – hal yang tidak menyenangkan yang mungkin

terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah – masalah real

yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif

dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

3. Simtom motori

Oeang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang,

gugup kegiatan motor tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki

menetuk-ngetuk dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-

tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif

2.1.8 Kepribadian Pencemas

1. Seseorang akan menderita gangguan cemas mana kala yang bersangkutan

tidak mampu mengatasi stressr psikososial, yang bersangkutan

menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau

21
kepribadian pencemas, yaitu antara lain cemas, khawatir, tidak tenang,

ragu dan bimbang.

2. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir).

3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam

panggung ).

4. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain.

5. Tidak mudah mengalah “ sering ngotot “.

6. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah.

7. Sering kali mengaluh ini dan itu (keluhan – keluhan somatik), khawatir

yang berlebihan terhadap penyakit.

8. Mudah tersinggunag, suak membesar – besarkan masalah yang kecil

(dramatisir)

9. Dalam mngambil keputusan, sering mengalami bimbang dan ragu

10. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering kali berulang – ulang.

11. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris (Manurung,2016).

2.1.9 Tingkatan Kecemasan

Menurut manurung 2016 ansietas (kecemasan) dalam 4 tingkatan, setiap

tingkatan memiliki karakteristik dalam presepsi yang berbeda, tergantung

kemampuan individu yang ada da dari dalam dan luarnya maupun dari

lingkungannnya, tingkat kecemasan ataupun ansietas yaitu

22
1. Kecemasan Ringan

Cemas yang normal menjadi bagian sehari – hari dan menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan presepsinya.

Ansietas ini dapat memotvitasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan

serta kreatifitas.

a. Individu waspada

b. Lapang presepsi luas

c. Menajamkan indra

d. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan

masalah secara efektif

e. Menghasilkan pertumbuhan dan kreatif

2. Kecemasan Sedang

Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang tidak penting. Ansietas ini

mempersempit lapang presepsi indivisu. Dengan demikian, indivisu

mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih

banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

a. Individu hanya fokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya

b. Terjadi penyempitan lapang presepsi

c. Masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain

23
3. Kecemasan Berat

Cemas ini sangat mengurangi lahan presepsi individu cenderung untuk

memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat

berfikir pada hal yang lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi

tegangan individu memerlukan banyak pengesahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

a. Lapangan presepsi individu sangat sempit

b. Perhatian hanya pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat

berfikir tentang hal – hal yang lain.

c. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu

banyak perintah atau arahan untuk focus pada area lain.

4. Panik

Tingkat panic dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan dan

terror, karea mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panic

tidak mampu melakukan suatu walaupun dengan pengarahan, panic

mengakibatkan disorganisasi kepribadian, dengan panic terjadi

penngkatan antivitas motorik menurunnya kemampuan untuk

berhubungan denagn orang lain, presepsi yang menyimpang dan

kehilangan peikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan

dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama

dapat terjadi kelahan yang sangat bahkan kematian.

a. Individu kehilangan kendali diri dan detil.

24
b. Detil perhatian hilang.

c. Tidak bisa melakukan apapun meskipun dengan perintah,

d. Terjadi peningkatan aktivitas motorik.

e. Berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain.

f. Penyimpangan presepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu

berfungsi secra efektif.

g. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian.

Kriteria serangan panik adalah palpitasi, berkeringat, gemetar

atau goyah, sesak nafas, merasa tersedak, nyeri dada, mual, distress

abdomen, pening, derealisasi atau depersonalisasi, ketaakutan

kehilangan kendali diri, ketakutan mati,dan parestesia.

2.1.10 Gejala Klinis Kecemasan

1. Gejala kecemasan secara umum :

a. Gejala Fisik

a) Ketegangan motorik seperti gemetar, gugup, nyeri otot, dan mudah lelah

b) Nafas pendek atau perasaan tercekik

c) Tangan dingin dan keringat

d) Mulut kering dan pusing

e) Mual, diare atau tidak nyaman abdomen

f) Sering berkemi

g) Tiba – tiba panas atau tiba – tiba mengigil

h) Tekanan darah meningkat

25
b. Gejala Psikologis

a) Kegelisahan yang berlebihan

b) Waspada yang berlebihan

c) Sulit berkonsentrasi

d) Respon kaget yang berlebihan

e) Sulit tidur

f) Mudah tersinggung

g) Hipersensitif

2. Gejala Kecemasan menurut tingkatan

- Kecemasan Ringan

a. Gejala Fisik

a) Sesekali sesak napas

b) Nadi dan tekanan darah naik

c) Gangguan ringan pada lambung

d) Mulut berkerut

e) Bibir gemetar

b. Gejala Psikologis

a) Presepsi meluas

b) Masih mampu menerima stimulus yang kompleks

c) Mampu menyelesaikan masalah

d) Gelisah

e) Adanya tremor halus pada tangan

26
f) Suara terkadang tinggi

- Kecemasan Sedang

a. Gejala Fisik

a) Sering nafas pendek

b) Nadi dan tekanan darah meningkat

c) Mulut kering

d) Anoreksia

e) Diare

f) Konstipasi

b. Gejala Psikologis

a) Presepsi menyempit

b) Tidak mampu menerima rangsangan

c) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

d) Gerakan tersentak

e) Meremasi tangan

f) Bicara banyak dan lebih cepat

g) Insomnia

h) Perasaan taka man

i) Gelisah

- Kecemasan Berat

a. Gejala Fisik

a) Nafas pendek

27
b) Tekanan darah dan nadi naik

c) Berkeringat

d) Sakit kepala

e) Penglihatan kabur

f) Ketegangan

b. Gejala Psikologis

a) Lapangan presepsi sempit

b) Tidak mampu menyelesaikan masalah

c) Perasaan terancam

d) Verbalisasi cepat

e) Blocking

- Panik

a. Gejala Fisik

a) Nafas pendek

b) Tekanan darah dan nadi naik

c) Aktivitas motorik meningkat

d) Ketegangan

b. Gejala Psikologis

a) Lapangan presepsi sangat sempit

b) Hilangnya rasional

c) Tidak dapat melakukan aktivitas

d) Perasaan tidak aman atau terancam semakin meningkat

28
e) Menurunnya hubungan dengan orang lain

f) Tidak dapat kendalikan diri ( Herri, 2012 ).

2.1.11 Mekanisme Koping Kecemasan

1. Menyerang

1) Pola kostruktif : berupa memecahkan masalah secara efektif

2) Pola destruktif : marah dan bermusuhan

2. Menarik diri

Menjauhi sumber stres

3. Kompromi

Mengubah cara bekerja atau cara penyelesaian, menyesuaikan tujuan atau

mengorbankan salah satu kebutuhan pribadi

Semakin bertambahnya usia mekanisme kopingnya akan kecemasan

semakin baik karena banyaknya pengetahuan yang dimiliki sehingga lebih

dapat mengelola emosinya (Gail, 2007)

2.1.12 Penatalaksanaan Kecemasan

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan

terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu

mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan

psikoreligius.

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress

a. Makan makan yang bergizi dan seimbang

b. Tidur yang cukup

29
c. Cukup olahraga

d. Tidak merokok.

e. Tidak meminum minuman keras.

2. Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan

memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan

neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak

(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti

cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,

lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

3. Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan

atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan

keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang

ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

4. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan

dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan

diberi keyakinan serta percaya diri.

b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila

dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

30
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali

(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat

stressor.

d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu

kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses

dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak

mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami

kecemasan.

f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,

agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor

keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.

5. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya

dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai

problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

2.1.13 Pengukuran Kecemasan

Menurut Nursalam (2016), instrument yang dapat digunakan untuk mengukur

skala kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Alat ukur ini

terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing – masing kelompok dirinci lagi

dengan gejala – gejala yang lebih spesifik. yaitu :

31
1. Perasaan cemas

- Firasat buruk

- Takut akan pikiran sendiri

- Mudah tersinggung

2. Ketegangan

- Merasa tegang

- Lesu

- Mudah terkejut

- Tidak dapat istirahat dengan nyenyak

- Mudah menangis

- Gemetar

- Gelisah

3. Ketakutan

- Pada gelap

- Ditinggal sendiri

- Pada orang asing

- Pada binatang besar

- Pada keramaian lalu lintas

- Pada kerumunan banyak orang

4. Gangguan tidur

- Sukar memulai tidur

- Terbangun malam hari

32
- Tidur pulas

- Mimpi buruk

- Mimpi menakutkan

5. Gangguan kecerdasan

- Daya ingat buruk

- Sukar konsentrasi

- Sering bingung

6. Perasaan depresi (murung)

- Kehilangan minat

- Sedih

- Bangun dini hari

- Berkurang kesenangan pada hobi

- Perasaan berubah – ubah sepanjang hari

7. Gejala somatik (fsik otot)

- Nyeri otot

- Kaku

- Kedutan otot

- Gigi gemelutuk

- Suara tidak stabil

8. Gejala sensorik

- Telinga berdenging

- Penglihatan kabur

33
- Muka merah atau pucat

- Merasa lemah

- Perasaan ditusuk - tusuk

9. Gejala kardiovaskuler

- Denyut nadi cepat

- Berdebar – debar

- Nyeri di dada

- Denyut nadi mengeras

- Rasa lemah seperti mau pingsan

- Detak jantung hilang sekejap

10. Gejala respiratori (pernafasan)

- Rasa tertekan atau sempit di dada

- Perasaan tercekik

- Merasa napas pendek atau sesak

- Sering menarik napas panjang

11. Gejala gastrointestinal (pencernaan)

- Sulit menelan

- Mual mutah

- Berat badan menurun

- Konstipasi atau sulit buang air besar

- Perut melilit

- Gangguan pencernaan

34
- Nyeri lambung sebelum atau sesudah makan

- Rasa panas di perut

- Perut terasa penuh dan kembung

12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)

- Sering kencing

- Tidak dapat menahan kencing

- Menstruasi tidak teratur

- Frigiditas

13. Gejala autonom

- Mulut kering

- Muka kering

- Mudah berkeringat

- Pusing atau sakit kepala

- Bulu – bulu berdiri

14. Tingkah laku sikap

- Gelisah

- Tidak tenang

- Mengerutkan dahi muka tegang

- Tonus atau ketegangan otot meningkat

- Nafas pendek dan cepat

- Muka merah

35
Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian angka skor antara 0-4, yang

artinya adalah sebagai berikut :

1. 0 = tidak ada gejala (tidak ada gejala yang muncul)

2. 1 = gejala ringan (tampak 1 gejala yang muncul)

3. 2 = gejala sedang (tampak 2 gejala atau setengah gejala yang muncul dari

gejala yang ada)

4. 3 = gejala berat (tampak lebih dari 2 gejala yang muncul atau lebih dari

setengah dari gejala yang ada)

5. 4 = gejala berat sekali (tampak semua gejala muncul)

Masing-masing nilai (skor) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan

dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan

sseorang yaitu :

1. < 6 = tidak ada kecemasan

2. 6 - 14 = kecemasan ringan

3. 15 - 27 = kecemasan sedang

4. > 27 = kecemasan berat

2.2 Siklus Menstruasi

2.2.1 Pengertian Siklus Menstruasi

Mentruasi atau mens atau haid atau datang bulan adalah pendarahan yang

terjadi seca berulang setiap bulannya (kecuali saat kehamilan) pada uterus

36
seorang wanita dikarenakan adanya proses deskuamasi atau peluruhan dinding

atau endometrium ( Irianto, 2015 ).

Siklus mensturuasi adalah waktu sejak hari pertama menstruasi sampai

datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi

adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya

menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara

21 – 32 hari dan hanya 10 – 15 % yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan

lama menstruasi 3 – 5 hari, ada yang 7 – 8 hari (Proverati, 2009).

2.2.2 Stadium Menstruasi

1. Stadium menstruasi atau deskuamasi

Pada stadium ini, endometrium luruh dari dinding rahim disertai

dengan pendarahan. Hanya lapisan tipis yang tertinggal yaitu stratum

basale. Darah ini tidak membeku karena adanya fermen yang mencegah

pembekuan darah dan mencairkan potongan -potongan mukosa. Bila darah

banyak keluar, fermen tidak mencukupi hingga timbul bekuan darah dalam

darah haid. Pada saat itu ovarium mulai membentuk esterogen.

2. Stadium post menstrum atau regenerasi

Pada stadium regenerasi, endometrium mulai menebal. Luka

peluruhan ditutup oleh selaput lendir baru yang terbentuk dari sel epitel

kelenjar- kelenjar endometrium. Pada saat ini tebal endometrium kira –

kira 0,5 mm. Stadium ini sudah melai saat stadium menstruasi dan

berlangsung kir – kira 4 hari.

37
3. Stadium intermenstrum atau stadium proliferasi

Pada stadium proliferasi, endometrium tumbuh menjadi cepat menjadi

tebal kira-kira 3,5 mm. Kelenjar endometrium tumbuh lebih cepat hingga

berkelok-kelok. Stadium proliferasi berlangsung pada hari ke 5-14 dari

hari haid. Pada saat ini pengkatan FSH yang memicu terjadinya

pematangan folikel di ovarium menjadi folike de Graaf. Filikel ini

menghasilkan estrogen dimana estrogen menghambat kerja FSH sehingga

pembentukan folikel lainnya dapat dihambat sehingga didapatkan satu

folikel de Graaf saja yang matang. Estrogen memulai pembentukan

lapisan baru pada uterus. Ketika folikel telah matang, folikel ensekresikan

cukup estradiol untuk memacu perlepasa LH secra akut. Pelepasan LH ini

terjadi pada hari ke-12 dan bertahan selama 48 jam. LH mematangkan

ovum, menipiskan dinding folikel sehingga memungkinkan untuk

terjadinya letupan pada folikel agar terjadi ovulasi. Pada ovarium manakah

ovulasi terjadi masih belum diketahui, ovulasi terjadipada ovarium secara

acak. Pada beberapa wanita, ovulasi disertai oleh nyeri tengah siklus yang

disebut mittelschmerz akibat ada cairan yang terbebas dari folikel yang

meletup yang jatuh ke rongga abdomen dan merangsang terjadinya

rangsang peritoneum. Perubahan hormonal tiba-tiba saat ovulasi dapat

menyebabkan pendarahan ringan pada tengah siklus. Pada beberapa

penelitian didapatkan peningkatan penciuman wanita saat menstruasi.

38
4. Stadium praementruum atau stadium sekresi

Pada stadium sekresi, tebal endometrium kira-kira tetap tetapi bentuk

kelenjar menjadi berliku dan mengeluarkan getah. Dalam endometrium

sudah terjadi penimbunan glikogen dan kapur untuk mekanan telur.

Stadium sekresi ini beralangsung pada hari ke 14-28 dari haid pertama.

Setelah terjadi ovulasi, folikel yang sudah kehilangan ovum berubah

menjadi korpus luteum di bawah pengaruh kelenjar hipofisis. Korpus

luteum menghasilkan progesterone dan tambahan estrogen untuk sekitar 2

minggu, setelah itu korpus luteum mati. Progesteron bertugas untuk

menghasilkan lapisan yang cocok untuk implantasi embrio. Progesteron

meningkatkan suhu basal sekitar 0,50F. BIla fertilisasi terjadi, embrio akan

mengalir ke dalam kavum uteri dan berimpantasi 6-12 hari setelah ovulasi.

Segera setelah implantasi embrio memberikan sinyal pada system

maternal. Sinyal awal berupa hCG. Sinyal ini berguna mempertahankan

korpus luteum agar terus dapat menghasilkan progesterone. Bila tidak

terjadi kehamilan maka endometrium akan meluruhsehingga terjadilah

menstruasi. Prostagladin dihasilkan pada dinding uterus dan menyebakan

otot uterus kontraksi. Proses ini membantu untuk mengeluarkan darah dari

uterus dari dinding rongga uterus. Proses ini juga menjelaskan bagaimana

terjadinya nyeri saat haid (Irianto, 2015)

39
2.2.3 Sistem Hormonal Menstrasi

1. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)

Adalah hormon yang di sekresi oleh hipotalamus pada masa pertumbuhan

dan reproduktif untuk merangsang hipofisis untuk induksi pelepasan FSH

dan LH.

2. FSH (Folikel Stimulating Hormone)

Adalah hormone yang dihasilkan oleh hipofisis untuk pertumbuhan folikel

dalam ovarium dan merangsang ovarium untuk mengeluarkan estrogen

pada masa proliferasi endometrium.

3. LH (Lutenzing Hormone)

Adalah hormone yang dikeluarkan oleh hipofisis untuk menginduksi

progesterone. Peningkatan hormone ini menyebabkan terjadinya pelepasan

sel ovum pada masa menstruasi.

4. Estrogen

Adalah hormone yang dikeluarkan oleh ovarium, berperan dan

mendominasi pada fase proliferative. Hormon ini merangsang

pertumbuhan dan regenerasi sel kelenjar epitel dan stroma endometrium.

5. Progesterone

Adalah hormon yang dikeluarkan oeh ovarium, tepatnya korpus luteum

untuk mematangkan sel kelenjar endometrium sehingga berada dalam

masa sekretorik. Progesteron ini yang mempertahankan endometrium tetap

40
bertahan apabila terjadi pembuahan dan siap menerima hasil konsepsi oleh

berimplantasi.

6. Prostagladin dan prostasiklin

Adalah hormone yang dihasilkan oleh sel stroma dalam endometrium dan

memilki peran vasokontraktor dan vasodilator (Irianto, 2015).

2.2.4 Tahap – Tahap Menstruasi

1. Fase Proliferasi

Merupakan fase pemulihan dan regenerasi sel-sel epitel kelenjar dan

stroma endometrium kearah luar. Pembentukan kembali permukaan

endometrium dimulai sejak menstruasi berhenti samapai 3 hari

sesudahnya. Endometrium pada fase proliferative dini tipis kelenjarnya

sedekit, sempit, lurus, dan dilapisi sel kuboid dan stromanya padat. Fase

proliferative dini berlangsung dari hari ke 3 sampai hari ke 7 siklus

menstruasi. Kelenjar-kelenjar epitel semakin cepat dan tumbuh ke bawah

atau keluar tegak lurus dengan permukaan. Sel – selnya menjadi

kolumnar dengan nuklei di basal. Sel – sel stroma berproliferasi, tetap

padat dan berbentuk kumparan. Pembelahan sel terjadi secara mitosis.

Endometrium disuplai oleh arteri – arteri basal di endometrium yang

memberikan percabangan pada sudut yang tepat untuk mendarahi

endometrium. Pada awalnya, ketika menembus endometrium basal arteri

berjalan lurus, tetapi pada lapisan medial dan superficial arteri berubah

menjadi spiral. Bergelungnya arteri ini, memungkinkannya memberikan

41
suplai darah pada endometrium yang terus tumbuh hingga menjadi tidak

berkelok lagi. Setiap arteri spiral mensuplai suatu daerah endometrium

tertentu.

2. Fase Luteal

Adalah masa dimana endometrium berada dalam tahap sekresi dan siap

menerima hasil konsepsi bila terjadi pembuahan. JIka terjadi ovulasi,

endometrium mengalami perubahan – perubahan yang nyata, kecuali

pada awal dan akhir masa reproduksi. Perubahan ini terjadi pada 2 hari

terakhir fase proliferative, tetapi meningkat setelah menstruasi. Vakuol -

vakuol sekretorik, yang kaya akan glikogen, tampak di dalam sel – sel

yang meapisi kelenjar endometrium. Pada mulanya vakuol-vakuol

tersebut terdapat di bagian basal dan menggeser inti se kea rah superfisal.

Jumlahnya cepat meningkat dan kelenjar berkelok-kelok pada hari ke 6

setelah ovulasi, fase sekresi mencapai puncak. Vakuol-vakuol telah

melewati nucleus. Beberapa diantaranya sudah mengeluarkan mucus

kedalam kelenjar mukus kedalam rongga kelenjar, yang lain penuh

dengan mukus sehingga tampak seperti gigi gergaji. Arteri spiral

bertambah panjang dengan meluruskan gelungan. Apabila tidak ada

kehamilan, kadar estrogen dan progesterone akan menurun karena korpus

luteum menjadi tua.

42
3. Fase iskemia

Adalah masa berkurangnya jumlah darah yang mengaliri dan menghidupi

endometrium dalam arteri spiral, sehingga menyebabkan berhentinya

pertumbuhan dan terjadinya penyusutan pada endometrium. Hal ini

karena kadar estrogen dan progesterone yang diproduksi menurun.

Penurunan ini menyebabkan peningkatan asam arakidonat dan

endoperoksidase bebas dalam endometrium. Enzim-enzim ini

menginduksi lisosom sel troma untuk mensitesis dam mensekresi

prostaglandin (PGF2a dan PGE2) dan prostasiklin. PGF2a

merupakansuatu vasokonstriktor kuat dan menyebabkan kontraksi uterus,

sedangkan PGE2 menyebabkan kontraksi dan vasodilatasi, prostasiklin

merupakan vasodilator yang menyebabkan relaksasi otot dan

menghambat agresi trombosit. Perbandingan PGF2a dengan kedua

prostaglandin meningkat selama menstruasi. Perubahan ini mengurangi

aliran darah melalui kapiler endometrium dan menyebabkan pergeseran

cairan dari jaringan endometrium ke dalam kapiler, sehingga mengurangi

ketebalan endometrium. Ini menyebabkan bertambahnya kelokan arteri

spiral bersamaan dengan terus berkurangnya aliran darah. Daerah

endometrium yang disuplai arteri spiral menjadi hipoksik, sehingga

terjadi nekrosis iskemia.

43
4. Fase Menstruasi

Adalah fase pelepasan atau peluruhan endometrium ke arah luar. Daerah

endometrium mengelupas kedalam rongga uterus disertai dengan darah

dan cairan jaringan (Irianto, 2015 ).

2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi

1. Faktor Hormon

Hormon-hormone yang mempengaruhi terjadinya haid pada seseorang

wanita yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang dikeluarkan

oleh hipofisis, estrogen yang dihasilkan oleh ovarium, Luteinizing

Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis, serta progesterone yang

dihasilkan oleh ovarium.

2. Faktor Enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang

berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme

sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan pendarahan.

3. Faktor Vaskular

Saat fase proliferasi, terjadi pembentuan system vaskularisasi dalam

lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut

tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena dan hubungan di antara keduanya.

Dengan regresi endometrium, timbul atau statis dalam vena – vena

serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan

44
akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan

hematom, baik dari arteri maupun vena.

4. Faktor Prosagladin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya

desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan

kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi

pendarahan pada haid (Kusmiran, 2013).

2.2.6 Gangguan Menstruasi

Gangguan menstruasi adalah masalah yang umum terjadi pada masa remaja.

Gangguan ini dapat menyebabkan rasa cemas yang signifikan pada pasien

maupun keluarganya. Faktor fisik dan psikologis berperan pada masalah ini

(Prawiroharjo, 2007).

Klasifikasi gangguan menstruasi menurut Prawiroharjo (2007) adalah sebagai

berikut :

1. Gangguan lama dan jumlah darah menstruasi

1) Hipermenorea atau menoragia

Hipermenorea ( menoragia) adalah pendarahan luar menstruasi yang

lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8

hari). Sebab kelainan ini karena kondisi uterus.

2) Hipomenora

Hipomenora adalah pendarahan haid yang lebih pendek dan lebih

kurang dari biasanya. Disebabkan gangguan endokrin.

45
2. Gangguan siklus menstruasi

1) Polimenorea

a. Pengertian

Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari

panjang siklus haid klasik yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya,

sementara volume pendarahannya kurang lebih sama tau lebih

banyak dari volume pendarah menstruasi yang biasanya. Polimenore

yang disertai dengan pengeluaran darah menstruasi yang lebih

banyak dari biasanya dinamakan polimenoragia (epimenoragia)

b. Penyebab

- Gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan proses

ovulasi atau memendeknya fase luteal dari siklus haid

- Kongesti (bendungan) pada ovarium yang disebabkan oleh

proses peradangan atau infeksi

- Endometriosis

c. Pengobatan

Keadaan ini dapat diperbaiki dengan terapi hormonal. Stadium

proliferasi dapat diperpanjang dengan estrogen dan stadium

sekresi dapat deperpanjang dengan kombinasi estrogen-

prosterogen.

46
2) Olimenorea

a. Pengertian

Oligomenore merupakan suatu keadaan dimana siklus

menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah

pendarahan tetap sama.Wanita yang mengalami oligomenore

akan mengalami menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya.

Namun, jika berhentinya siklus menstruasi ini berlangsung

selama lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai

amenorrhea sekunder.

b. Penyebab

- Kelainan endokrin sepert kehamilan, gangguan hipofisis –

hipotalamus dan monopose

- Sindrom ovarium polikistik

- Stres fisik dan emosional

c. Pengobatan

- Pengobatan tergantung pada penyebabnya jika atlit dengan

mengubah pola makan hingga pola latihan.

- Terapi hormon memberikan hormon yang mengalami

penurunan dalam tubuh

47
3) Amenorea

a. Pengertian

Amenorea adalah istilah medis untuk tidak adanya periode

menstruasi. Amenorea tidak normal kecuali sebelum pubertas,

selama kehamilan dan menyusui disri dan, setelah menopause-

hiperling. Kasus tidak haid ada yang primer kalau sejak awal

seseorang wanita belum pernah mengalami mens. Maka, kalau

lewat usia pubertas masih belum mens, perlu dipikirkan

kemungkinan kasus ini.Jenis tidak haid yang sekunder, awalnya

kasus demikian sudah pernah mens, tetapi belakangan tidak mens

lagi. Disebut amenorea sekunder bila yang tadinya biasa datang

haid, kemudian tiga bulan berturut – turut mens tak datang lagi.

b. Penyebab

Amenorea disebut primer jika seorang wanita belum mulai

menstruasi pada usia 16 tahun. Amenorea primer biasanya karena

masalahorgan genetik atau reproduksi yang hadir pada saat lahir

tetapi tidak melihat sampai pubertas. Sindrom Turner adalah

salah satu contoh. Amenore disebut sekunder jika seorang wanita

yang memiliki periode di masa lalu kehilangan menstruasi selama

minimal enam bulan. Kehamilan adalah penyebab paling umum

dari amenore sekunder. Penyebab umum lainnya adalah

menopause dini, juga disebut insufisiensi ovarium primer (POI)

48
atau kegagalan ovarium premature. Amenore hipotalamus terjadi

ketika hipotalamus di otak melambat atau berhenti melepaskan

GnRH, hormone yang mengontrol siklus menstruasi. Wanita

biasanya terkena adalah merea dengan gangguan makan atau

yang atlet, penari balet seperti, skaters sosok dan pelari. Apa yang

mereka memiliki kesamaan adalah : berat badan rendah,

presentase lemak tubuh yang rendah, kalori sangat rendah atau

asupan lemak, stress emosional, olahraga berat ymembakar kalori

lebih dari yang diambil dalam memelalui makanan, dan beberapa

kondisi medis atau penyakit. Amenore juga bisa disebabkan oleh

tumor jinak pada pada kelenjar pituitary, obesitas, sindrom

ovarium polikistik, dan gangguan kelenjar adrenal. (Adrenals dua

kelenjar kecil yang terletak di atas setiap ginjal yang

memproduksi beberapa hormone seks). Sindrom ovarium

pilikistik (PCOS) adalah masalah reproduksi umum yang kadang

kadang menyebabkan amenore. Namun, kebanyakan wanita

dengan PCOS memiliki periode menstruasi tidak teratur, tidak

amenore.

c. Pengobatan

Pengobatan amenore bervariasi tergantung pada penyebabnya.

Ini bisa melibatkan perubahan gaya hidup seperti memperoleh

atau kehilangan berat badan, berolahraga kurang intens, atau

49
mengurangi stress, obat – obattan, operasi untuk memperbaiki

kelainan pada organ reproduksi, atau kombiasi pendekatan.

Beberapa wanita minum pil KB untuk mengatur periode mereka.

Obat – obat ini yang menggabungkan estrogen dan progesterone,

mempertahankan tingkat keseimbangan hormon – hormon dalam

tubuh. Amenore berkepanjangan dapat meningkatkan resiko

keropos tulang, sehingga mengambil suplemen kalsium dan

vitamin D dianjurkan. Wanita dengan amenore hipotalamus juga

perlu menambah berat badan atau benar masalah mendasar

lainnya untuk menaga tulang yang kuat (Irianto, 2015).

3. Ganggguan pendarahan di luar siklus menstruasi

1) Menometroragia

Pendarahan yang terjadi dalam masaa ntara 2 menstruasi.

4. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi

1) Dismenorea

Disminore atau nyeri menstruasi mungkin merupakan suatu gejala

yang paling sering menyebabkan wanita – wanita muda pergi ke

dokter.

2) Sindroma prahaid

Keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa

hari sebelum datangnya menstruasi dan menghilang sesudah

menstruasi datang walauoun kadang-kadang berlangsung terus

50
sampai menstruasi berhenti. Keluhan terdiri atas gangguan

emosional.

2.2.7 Fase Siklus Menstruasi

1. Fase Folikuler

Fase ini dimulai dari hari ke01 hingga saat sebelum kadar LH

(Luteinizing Hormone), hormone gonadotropik yang disekresi oleh

kelenjar pituitary anterior serta berfugsi merangsang pelepasan sel

telur dan membantu pematangan serta perkembangan sel telu,

meningkat dan terjadi pelepasan sel telur dan membantu pematangan

serta perkembangan sel telur dan membantu pematangan serta

perkembangan sel telur, meningkat dan terjadi pelepasan sel telur atau

ovulasi. Dinamakan fase foliker karena pada masa ini terjadi

pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada masa pertengahan fase

folikuler, kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone) meningkat

sehingga merangsang pertumbuhan folikel sebanyak 3-30 folikel yang

masing – masing mengandung satu sel telur. Hanya satu folikel yang

akan terus tumbuh dan yang lainnya akan hancur. FSH adalah hormon

gonadotropin yang merangsang (menstimulasi) sel telur (ovarium)

untuk memproduksi folikel dominan yang akan matang dan

melepaskan telur yang dibuahi saat ovulasi (pelepasan sel telur), dan

berperan untuk menstimulasi folikel ovarium untuk memproduksi

hormone estrogen. Pada suatu siklus, sebagian indung telur terdiri dari

51
tiga lapisan. Lapisan yang paling atas dan lapisan tengah adalah bagian

yang dilepaskan. Sedangkan lapisan dasar akan tetap dipertahankan

dan menghasilkan sel – sel baru untuk membentuk kedua lapisan yang

telah dilepaskan. Darah haid tidak membeku, kecuali jika terjadi

pendarahan yang hebat. Setiap kali haid, dara yag hilang sebanyak 28

– 283 gram.

2. Fase Ovulatoir

Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat. Pada fase inilah

sel telur dilepaskan. Pada umumnya, sel telur dilepaskan setelah 16 –

32 jam terjadinya peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan

tampak menonjol dari permukaan indung telur sehingga akhirnya

pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat terjadi pelepasan sel telur

ini, beberapa perempuan sering merasakan nyeri yang hebat pada perut

bagian bawah. Nyeri ini akan terjadi selama beberapa menit hingga

beberapa jam, megikuti proses pelepasan sel telur.

3. Fase Luteal

Fase ini terjadi setelah pelepasan sel telur dan dan berlangsung

selama 14 hari. Setelah melepaskan sel telur, folikel yang pecah akan

kembali menutup dan membentuk corpus luteum (disebut juga yellow

body, struktur anatomis yang kecil dan berwarna kuning pada

permukaan ovarium. Selama masa subur atau reproduksi wanita atau

pelepasan sel telur) yang menghasilkan progesteron dalam jumlah

52
cukup besar. Hormon progesteron ini akan menyebabkan suhu tubuh

meningkat. Ini terjadi selama fase luteal dan akan terus tinggi sampai

siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu badan ini dapat digunakan

sebagai perkiraan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, corpus luteum

akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai. Ini akan terus terajdi

selama perempuan dalam masa aktif reproduksi, kecuali jika terjadi

pembuahan dan menyebabkan kehamilan. Jika telur dibuahi maka

corpus luteum akan menghasilkan HCG (Human Chronic

Gonadotropine) yang memelihara progesterone hingga dapat

menghasilkan hormone sendiri. Tes kahamilan didasarkan pada

adanya peningkatan kadar HCG (Anugroho, 2011).

2.2.8 Macam Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi berdasarkan rentang waktunya dibagi menjadi tiga antara

lain :

a. Siklus Pendek

Jika siklus enstruasi berlangsung setiap 18 -23 hari dihitung dari hari

pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi berikutnya.

b. Siklus Normal

Jika siklus menstruasi berlangsung setiap 28 hari dihitung dari hari

pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi berikunya.

c. Siklus Panjang

53
Jika siklus menstruasi berlangsung setiap 33-35 hari dihitung dari hari

pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi berikutnya ( Irianto,

2015 ).

Menurut Wahyuningrum 2016 pada wanita siklus menstruasi seringkali

terjadi perubahan

a. Siklus Memstruasi Teratur

Siklus menstruasi dengan rentang waktu 21 – 35 hari. Berlangsung dengan

siklus sama selama 3 bulan.

b. Siklus Menstruasi Tidak Teratur

Apabila siklus menstruasi yang terjadi diluar keadaan normal atau dengan

kata lain tidak berada pada interval pola menstruasi dengan rentang

kurang dari 21 hari (polimenorea), lebih dari 35 hari (oligomenorea) serta

rentang selama 90 hari atau lebih tidak menstruasi (amenorea). Jika

dalam jangka waktu 3 bulan terjadi siklus menstruasi tidak normal maka

dikatakan siklus menstruasi tidak teratur.

2.2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi

Kusmiran (2013) mengatakan penelitian mengenai faktor risiko

dari variabilitas siklus menstruasi adalah sebagai berikut:

1) Berat Badan

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi

menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan

gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium

54
dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat

badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan

penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan amenorrhea.

2) Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapatmembatasi fungsi

menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, penari balet memiliki resiko

mengalami amenorrhea anovulasi dan defek pada fase luteal. Aktivitas

fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hirmon (

GnRH ) dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari

serum estrogen.

3) Stres dan Kecemasan

Stress menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya

system persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau

endogen opiat yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan

menurunkan hormone lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea. Stres

dapat mempengaruhi siklus menstruasi, karena pada saat stres, hormon

stres yaitu hormon kortisol sebagai produk dari glukokortiroid korteks

adrenal yang disintesa pada zona fasikulata bisa mengganggu siklus

menstruasi karena mempengaruhi jumlah hormon progesteron dalam

tubuh. Jumlah hormon dalam darah yang terlalu banyak inilah yang dapat

menyebabkan perubahan siklus menstruasi. Menurut Rakhmawati (2012)

stres atau kecemasan merupakan suatu kedaan yang dapat menyebabkan

55
fluktuasi kadar FSH dan LH sehingga lam proses proliferasi dan sekresi

mengalami pemendekan atau pemanjangan. Pemendekan dan

pemanjangan kedua masa tersebut dapat menyebabkan terjadinya

pemendekan dan pemanjangan siklus menstruasi sehingga menyebabkan

gangguan pada panjang masa siklus menstruasi.

Prawirohardjo (2007) mengatakan kecemasan (gangguan emosional)

sebagai rangsangan melalui system saraf diteruskan ke susunan saraf

pusat yaitu bagian otak yang disebut limbic system melalui tranmisi saraf,

selanjutnya melalui saraf autonom (simpatis atau parasimpatis) akan

diteruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) hingga

mengeluarkan sekret (cairan) neurohormonal menuju hiphofisis melalui

system prontal guna mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk FSH

(Follikel Stimulazing Hormone) dan LH (Leutinizing Hormone).

Produksi kedua hormon ini adalah dibawah pengaruh RH (Realezing

Hormone) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Pengeluaran RH

sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap

hipotalamus juga pengaruh luar seperti cahaya, bau-bauan dan hal-hal

psikologik hingga selanjutnya mempengaruhi terjadinya proses

menstruasi atau haid.

4) Diet

Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan

dengan anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yang

56
pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun).

Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi

dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan

rendah lemak berhubungan dengan amenorrhea.

5) Paparan Lingkungan dan Kondisi Kerja

Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang

panjang dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang. Wanita

yang bekerja perkantoran. Paparan suara bising di pabrik (Kusmiran,

2013 ).

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Pendapat tentang rentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli,

organisasi, atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode transisi

perkembangan dari masa anak ke masa dewasa, usia antara 10 – 24 tahun.

Secara etimiologi, remaja berarti “ tumbuh menjadi dewasa “ Definisi remaja

( adolescence ) menurut organisasi kesehatan dunia ( WHO ) adalah periode

usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa ( PBB

) menebut kaum muda ( youth ) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun.

Sementara itu, menurut The Health Resources and Services Administrations

Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11 – 21 tahun dan

terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11 – 14 tahun), remaja

menengah (15 – 17 tahun), dan remaja akhir (18 – 21 tahun). Definisi ini

57
kemudian disatukan dalam terminology kaum muda yang mencakup usia 10 -

24 tahun.

Definisi remaja sendiri dapat mencakup usia 10-24 tahun.

1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun

sampai 20 – 21 tahun.

2. Secara fisik, remaja ditandai oleh cirri perubahan pada penampilan fisik dan

fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.

3. Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami

perubahan – perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di

antara masa anak – anak menuju masa dewasa.

Gunarsa (1978) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa

peralihan dan anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan

yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah

masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini

penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju

masa dewasa yang menuntut tanggung jawab. (Kusmiran, 2013).

2.3.2 Dinamika Masa Remaja

Masa remaja adalah peralihan dari masa pubertas menuju masa

dewasa. Selama periode ini, anak remaja banyak mengalami perubahan baik

secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Menurut Irianto 2015 rentang usia

58
remaja ini biasanya dibedakan menjadi tiga yaitu masa remaja awal 12-15

tahun, masa remaja pertengahan 15-8 tahun, dan masa remaja akhir 18-21

tahun. Untuk memudahkannnya , masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Remaja Awal

Ciri – cirri dinamika remaja awal :

a. Mulai menerima kondisi dirinya.

b. Berkembangnya cara berfikir.

c. Menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi

d. Bersikap overestimate, seperti meremehkan segala masalah,

meremehkan kemampuan orang lain dan terkesan sombong.

e. Akibat sombong menjadikan dia gegabah dan kurang waspada.

f. Proporsi tubuh semakin proposional.

g. Tindakan masih kanak – kanak, akibat ketidakstabilan emosi.

h. Sikap dan moralitasnya masih bersifat egosentris.

i. Banyak perubahan dalam kecerdasan dan kemampuan mental.

j. Selalu merasa kebingungan dalam status.

k. Periode yang sulit dan kritis.

2. Remaja Tengah

Ciri dinamika remaja tengah :

a. Bentuk fisik makin sempurna dan mirip dengan orang dewasa.

b. Perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna.

c. Semakin berkembang keinginan untuk mendapatkan status.

59
d. Ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat, dan minat.

e. Keinginan untuk menolong dan ditolong oeang lain.

f. Pergaulan sudah mengarah pada heteroseksual.

g. Belajar beranggung jawab.

h. Apatis akibat selalu ditentang sehingga malas mengulanginya.

i. Perilaku agresif akibat diperlakukan seperti kanak – kanak.

3. Remaja Akhir

Ciri – ciri dinamika remaja akhir :

a. Disebut dewasa muda dan meninggalkan dunia kanak – kanak.

b. Berlatih mandiri dalam membuat keputusan.

c. Kematangan emosional dan belajar mengendalikan emosi.

d. Dapat berfikir objektif sehingga mamu bersikap sesuai situasi.

e. Belajar menyesuaikan diri dengan norma – norma yang berlaku.

f. Membina hubungan sosial secara heteroseksual.

2.3.3 Ciri – Ciri Kejiwaan Dan Psikososial Remaja

1. Usia Remaja Muda (12-15 Tahun)

a. Sikap protes terhadap orangtua.

Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup

orangtuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap

orangtua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering kai

disertai dengan menjauhkan diri dari orangtuanya. Dalam upaya

pencarian idetitas diri, remja cenderung melihat kepada tokoh –

60
tokoh di luar lingkungan keluarganya, yaitu : guru, figure ideal yang

terdapat di film, atau tokoh idola.

b. Preokupasi dengan badan sendiri.

Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang cepat

sekali. Perubahan-perubahan ini menjadi perhatian khusus bagi diri

remaja.

c. Kesetiakawanan dengan kelompok seusia.

Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterikata dan

kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya mencari

kelompok senasib. Hal ini tercemin dalam cara berperilaku sosial.

d. Kemampuan untuk berfikir secara abstrak.

Daya kemampuan berpikir seorang remaja mulai berkembang dan

dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam

kepercayaan diri.

e. Perilaku yang labil dan berubah – ubah

Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah – ubah. Pada

suatu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain

tampak masa bodoh dan tidak bertanggung jawa. Remaja merasa

cemas akan perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian

menunjukkan bahwa dalam diri remaja terdapat konflik yang

memerlukan pengertian da penanganan yang bijaksana.

61
2. Usia Remaja Penuh (16-19 Tahun)

a. Kebebasan dari orangtua.

Dorongan untuk menjauhkan diri dari orangtua menjadi realitas.

Remaja mulai merasakan kebebasa, tetapi juga merasa kurang

menyenangkan. Pada diri remaja timbul kebutuhan untuk terikat

dengan orang lain melalui ikatan cinta yang atabil

b. Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas

Sering kali remaja menunjakkan minat pada suatu tugas tertentu yang

ditekuni secara mendalam. Terjadi pengembangan akan cita – cita

masa depan yaitu mulai memikirkan melanjutkan sekolah atau

langsung untuk mencari nafkah.

c. Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap.

Remaja mulai menyusun nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan cita-

cita.

d. Pengembangan hubungan pribadi yang labil.

Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil menyebabkan

terbentuknya kestabila diri remaja

e. Penghargaan kembali pada orangtua dalam kedudukan yang sejajar

2.3.4 Masa Transisi Remaja

Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi

tersebut menurut Gunarsa (1978) dalam disertai PKBI (2000) adalah sebagai

berikut.

62
1. Transisi fisk berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh.

Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak – anak, tetapi belum

sepenuhnya menampilkan bentukn tubuh orang dewasa. Hal ini

menyebabkan kebingungan peran, didukung pula dengan sikap

masyarakat yang kurang konsisten.

2. Transisi dalam kehidupan emosi.

Peubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan

peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan

ketidakstbilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung,

melmun, dan sedih, tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa, ataupu

marah – marah.

3. Transisi dalam kehidupan sosial.

Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, di mana

lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran

ikatan pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri (

melepaskan ikatan dengan keluarga ).

4. Transisi dalam nilai – nilai moral

Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju

nilai-nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai

sendiri.

5. Transisi dalam pemahaman

63
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai

mengembangkan kemampuan berpikir abstrak (Irianto, 2015).

2.3.5 Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja

Proses perubahan kejiwaan pada remaja berlangsung lebih lambat

dibandingkan perubahan fisk meliputi :

1. Perubahan emosi : sehingga remaja menjadi

a. sensitive ( mudah menangis, tertawa, cemas dan frustasi ), mudah

bereaksi terhadap rangsangan dari luar

b. agresif sehigga mudah berkelahi.

2. Perkembangan inteligensia : sehingga remaja menjadi

a. mampu berpikir abstrak dan senang member kritik

b. ingin mengetahui hal – hal baru sehingga muncul perilaku ingin

mencoba hal yang baru. Perilaku ingin mencoba ini sangat penting

dalam kesehatan reproduksi (Kusmiran, 2013).

64
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Variabel independen Variabel dependen

Tingkat Kecemasan Siklus Menstruasi


1. Kecemasan Ringan 1. Siklus Teratur
2. Kecemasan Sedang 2. Siklus Tidak Teratur
3. Kecemasan Berat

Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecemasan `Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
1. Hubungan Interpersonal Siklus Menstruasi
2. Lingkungan Hidup
3. Keuangan 1. Berat Badan
4. Perkembangan 2. Aktivitas Fisik
5. Keluarga 3. Stres da Kecemasan
6. Trauma 4. Diet
5. Paparan Lingkungan dan Kondisi Kerja

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Berhubungan
: Berpengaruh
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada

Remaja Putri Kelas X dan XI Di MAN 1 Kota Madiun


65
Kerangka Konseptual adalah menjelaskan secara teoritis model konseptual

variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang

berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel

bebas dengan variabel terikat (Iskandar, 2008). Dalam penelitian ini kecemasan

dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang dan

kecemasan berat, serta kecemasan itu sendiri dibagi menjadi beberapa faktor antara

lain hubungan interpersonal, lingkungan hidup, keuangan, perkembangan, keluarga

dan t rauma. Tingkat kecemasan berhubungan dengan siklus menstruasi terdiri dari

siklus teratur dan siklus tidak teratur. Siklus menstruasi disebabkan oleh beberapa

faktor yang berpengaruh antara lain berat badan, aktivitas fisik, stress dan kecemasan,

diet, paparan lingkungan dan kondisi kerja.

3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel

yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Hipotesis

berdasarkan rumusan pernyataannya dibagi menjadi 2 yaitu hipotesis kerja (hipotesis

alternative) dan hipotess statistik (hipotesis null). Artinya jika hipotesis statistik

(hipotesis null / Ho) ditolak maka hipotesis kerja ( hipotesis alternative / Ha )

diterima atau sebaliknya (Dharma, 2011).

- Ha (hipotesis alternatif atau hipotesis kerja ) adalah pernyataan tentang

prediksi hasil penelitian berupa hubungan antar variabel yang diletiti

66
(Dharma, 2011). Dalam penelitian ini Ha ( hipotesis alternatif atau hipotesis

kerja) adalah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus

menstruasi pada remaja putri di MAN 1 Kota Madiun.

67
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancang Bangun Penelitian

Rancangan penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk

melakukan suatu penelitian yang memberikan arah tehadap jalannya penelitian

(Dharma,2011). Rancangan penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam

proses penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini, metode penelitian harus diuraikan

secara rinci seperti variabel penelitian, rancangan penelitian, teknik pengumpulan

data, analisi data, cara penafsiran dan penyimpulan hasil penelitian (Dharma,2011).

Penelitian ini menggunakan jenis rancangan asosiasi ( faktor yang berhubungan )

penelitian ini disebut juga explanatory atau correlational, bertujuan untuk

menentukan faktor apakah yang terjadi sebelum atau bersama – sama tanpa adanya

suatu intervensi dari peneliti. Rancangan yang dipergunakan bisa menggunakan cross

sectional atau jenis rancangan lainnya seperti kohort, case control ( Nursalam, 2016 ).

Dalam penelitian ini menggunakan Cross sectional ( potong lintang ) adalah

desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel

dimana variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi pada satu waktu

tertentu ( Dharma, 2011 ). Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian

analitik. Penelitian analitik adalah penelitian yang bertujuan mencari hubungan antar

68
variabel yang deteliti. Hubungan antar variabel ini ditentukan berdasarkan uji statistik

( Nursalam, 2016 ).

4.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan ( Nursalam, 2016 ). Dalam penelitian ini populasi berjumlah 124 siswi

terdiri dari siswi kelas X dan siswi kelas XI MAN 1 Kota Madiun.

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui Sampling. Sementara sampling adalah proses menyeleksi

porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada ( Nursalam, 2016 ).

Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 95 orang. Perhitungan ini

diperoleh dari rumus menghitung sampel yang populasinya kurang dari 1000 orang.

n= 2

= 2

= 95

Keterangan :

69
n = jumlah sampel

N= jumlah populasi

d= tingkat signifikasi (p)

Kriteria sampel : Inklusi dan eksklusi

a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus

menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi ( Nursalam, 2016 ).

Dalam penelitian ini kriteria inklusi antara lain :

1. Remaja putri kelas X dan XI MAN 1 Kota Madiun

2. Sudah mengalami menstruasi

3. Sehat jasmani dan rohani

4. Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi berbagai sebab, antara lain :

- Remaja mempunyai penyakit reproduksi seperti Ca Serviks, Mioma

( Nursalam, 2016 ).

70
4.3 Tehnik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Teknik sampling merupakan cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang benar – benar sesuai dengan keseluruhan

subjek penelitian ( Nursalam, 2016 ).

Dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling ( pemilihan

sampel yang tidak dilakukan secaa acak ) yaitu purposive sampling yaitu suatu

metode pemiliha sampel yang dilakukan berdasarkan maksud atau tujuan tertentu

yang ditentukan oleh peneliti. Seseorang dapat dijadikan sebagai sampel karena

peniliti mengganggap bahwa orang tersebut memiliki informasi yang diperlukan

untuk penelitiannya ( Dharma, 2011 ).

71
4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja adalah pentahapan atau langkah-langkah dalam aktivitas

ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian (Nursalam,2010).


Populasi
Remaja putri kelas X dan XI di MAN 1 Kota Madiun sebanyak 124 responden

Sampel
Sebagian remaja putri kelas X dan XI sebanyak 95 responden

Sampling
Purposive sampling

Pengumpulan Data
Kuisoner

Variabel bebas : Tingkat kecemasan Variabel terikat : Siklus menstruasi

Pengolahan Data
Editing, coding, tabulating, scoring

Analisa data
Korelasi sederhana

Hasil dan kesimpulan penelitian

4.1 Gambar Kerangka Kerja Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada

Remaja Putri Kelas X Dan XI Di MAN 1 Kota Madiun

72
4.5 Variabel Penelitian dan Defnisi Operasional Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu ( Nursalam, 2016 ). Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam -

macam tipe untuk menjelaskan penggunaannya dalam penelitian. Macam - macam

tipe variabel meliputi :

1. Variabel Independen ( Bebas )

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variable lain. Suatu

kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak

pada variabel dependen ( Nursalam, 2016 ).

Kecemasan yang diteliti dalam penelitian ini adalah kecemasan yang

dirasakan remaja putri kelas X dan XI di MAN 1 Kota Madiun selama ini

sampai dilakukan penelitian. Dalam penelitian ini variabel independen adalah

tingkat kecemasan yang diantaranya adalah kecemasan ringan, kecemasan

sedang, dan kecemasan berat.

2. Variabel Dependen ( Terikat )

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variable lain. Variabel

respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain (

Nursalam, 2016 ).

Siklus menstruasi yang diteliti dalam penelitan ini adalah siklus menstruasi

terakhir yang terjadi pada remaja putri kelas X dan XI di MAN 1 Kota

Madiun 3 bulan terakhir. Dalam penelitian ini variabel dependen ( terikat )

73
adalah siklus menstruasi yang diantaranya adalah siklus teratur dan siklus

tidak teratur.

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakterstik yang diamati

dari suatu yang didefinisikan tersebut ( Nursalam, 2016 ).

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor


Operasional Data
Kecemasan suatu keadaan Pengukuran menurut Kuisoner Ordinal - Tidak ada
emosional kuisoner HARS HARS Kecemasan = < 6
yang tidak terdapat 14 indikator - Kecemasan
menyenangkan ringan = 6 - 14
penilaian antara lain
yang ditandai - Kecemasan
oleh rasa : sedang = 15 – 27
ketakutan serta 1. Perasaan - Kecemasan berat
gejala fisik cemas = > 27
yang 2. Ketegangan
menegangkan 3. Ketakutan
serta tidak 4. Gangguan
diinginkan. tidur
Kecemasan 5. Gngguan
yang diteliti kecerdasan
dalam 6. Perasaan
penelitian ini depresi
adalah 7. Gejala
kecemasan somatik
yang dirasakan 8. Gejala
remaja putri sensorik
kelas X dan XI 9. Gejala
di MAN 1 kardiovaskul
Kota Madiun er
selama ini 10. Gejala
sampai respiratori
dilakukan 11. Gejala
penelitian. gastrointestin
al
12. Gejala
urogenital

74
13. Gejala
otonom
14. Tingkah laku
Siklus waktu sejak Penilaian siklus Kuisoner Nominal Pertanyaan
Menstruasi hari pertama menstruasi terdiri Siklus 1. Siklus teratur 21 –
menstruasi dari : Menstruasi 35 hari = skor 0
2. Siklus Tidak
sampai 1. Siklus Teratur
teratur = skor 1
datangnya 2. Siklus Tidak
Teratur - < 21 hari
menstruasi
( polimenorea )
periode
- > 35 hari (
berikutnya,
olimenorea )
sedangkan
- 90 hari / 3 bulan (
panjang siklus
amenorea )
menstruasi
adalah jarak
antara tanggal
mulainya
menstruasi
yang lalu dan
mulainya
menstruasi
berikutnya.
Siklus
menstruasi
yang diteliti
dalam
penelitan ini
adalah siklus
menstruasi
terakhir remaja
putri kelas X
dan XI di
MAN 1 Kota
Madiun 3
bulan terakhir

4.1 Tabel Definisi Operasional Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja

Putri Kelas X Dan XI Di MAN 1 Kota Madiun


75
4.6 Instrumen Penelitian

1. Kueisoner atau angket

Kueisoner adalah suatu bentuk atau dokumen yang berisi beberapa item

pertanyaan atau pernyataan yang dibuat berdasarkan indikator – indikator

suatu variabel ( Dharma, 2011 ). Dalam penelitian ini kuisoner yang

digunakan adalah kueisoner HARS ( Hamilton Anxiety Rating Scale ) untuk

mengukur tingkat kecemasan yang berisi 14 indikator penilaian untuk

dibagikan ke remaja putri kelas X dan XI MAN 1 Madiun. Serta untuk

mengukur siklus menstruasi dalam penelitian ini menggunakan skala gutman

dengan pernyataan” teratur” bernilai 0 dan “tidak teratur” bernilai 0 dengan 1

pertanyaan tersirat. Kedua kuesoner tersebut tidak dilakukan uji validitas dan

uji realiabilitas karena kuesoner HARS dan siklus menstruasi sudah baku serta

telah sesuai teori yang terdapat dalam buku.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di MAN 1 kota Madiun. Waktu penelitian di

mulai dari bulan november hinggadesember 2016 yaitu mulai mempersiapkan

proposal setelah itu pengumpulan data dilakukan bulan januari hingga april

2017.Ujian proposal dilakukan bulanmei 2017 dan selanjutnya melakukan

76
penelitian di MAN 1 kota Madiun dimulai bulan Mei hingga penelitian selesai

dilakukan.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam,2016). Setelah mendapat ijin dari Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun dan Kepala Sekolah MAN 1 Kota Madiun, peneliti mengadakan dengan

responden untuk mendapatkan persetujuan responden sebagai subjek penelitian. Cara

pengambilan data dengan menggunakan kuisoner yang dibagikan kepada responden,

kemudian ditunggu selama kurang lebih 30 menit,karena jumlah responden untuk

sampel besar dibagi dalam 3 sesi untuk setiap sesi diberi waktu 30 menit termasuk

didalamnya antara lain membagikan lembar kuisoner, menjelaskan tujuan dan cara

pengisian serta pengisian kuisoner dari responden setelah waktu habis kemudian

diambil oleh peneliti dan mengoreksi apakah semua soal pada lembar sudah diisi

semua oleh responden, setelah kuisoner terkumpul peneliti melakukan pengolahan

data, kemudian peneliti melakukan penyusunan hasil penelitian.

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah – langkah yang harus ditempuh,

di antaranya :

1. Editing

77
Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali

apakah isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai upaya

menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut (Moh.Nazir,2011).

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan. Apabila ada

data-data yang belum lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan

pengambilan data ulang untuk melengkapi data-data tersebut. Tetapi apabila

tidak memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau

dimasukkan dalam pengolahan “data missing”. Editing adalah tahap dimana

peneliti memeriksa kembali daftar pernyataan yang telah diserahkan kembali

oleh responden dan memeriksa kelengkapan jawaban satu persatu apakah

checklist sudah diisi sesuai petunjuk yang telah ditentukan yang meliputi:

a. Mengecek kelengkapan identitas pengisian.

b. Setelah lengkap baru menyelesaikan kodenya.

c. Mengecek masing-masing kekurangan isian data.

2. Coding

Coding adalah tahap kedua setelah editing, dimana peneliti

mengklasifikasi hasil kuisoner menurut kriteria tertentu. Klasifikasi pada

umumnya ditandai dengan kode tertentu yang biasanya berupa

angka(Moh.Nazir, 2011). Dalam memberikan kode terhadap kelompok

variabel sebagai berikut:

Data demografi

Kelas:

78
1= X 2=XI

3. Scoring

Skoring adalah menetapkan pemberian skore pada lembar observasi

(Moh.Nazir, 2011). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan bobot pada

masing-masing jawaban, sehingga mempermudah perhitungan.

1) Untuk mengukur tingkat kecemasan mengguakan kuisoner HARS dengan

14 indikator dengan skor 0 – 4 yang masing – masing skor memiliki

kategori sendiri – sendiri seperti :

0 = tidak ada gejala ( tidak ada gejala yang muncul )

1 = gejala ringan ( tampak 1 gejala yang muncul )

2 = gejala sedang ( tampak 2 gejala atau setengah gejala yang muncul dari

gejala yang ada )

3 = gejala berat ( tampak lebih dari 2 gejala yang muncul atau lebih dari

setengah dari gejala yang ada )

4 = gejala berat sekali ( tampak semua gejala muncul )

Masing - ,masing nilai (skor ) dari ke 14 kelompok gejala tersebut

dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat

kecemasan sseorang yaitu :

<6 = tidak ada kecemasan

6 - 14 = kecemasan ringan

79
15 - 27 = kecemasan sedang

> 27 = kecemasan berat

2) Untuk mengukur siklus menstruasi menggunakan kuisoner siklus

menstruasi dengan skala gutman dengan pernyataan “ teratur “ bernilai 0

dan “ tidak teratur “ bernilai 1

4. Tabulating

Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk table ( Moh.Nazir,

2011). Dalam penelitian ini tabulasi terdiri dari hasil data kuesioner tingkat

kecemasan dan siklus mestruasi serta data demografi.

4.9 Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan pengolahan data dan menganalisa data dengan tekhnik

tertentu (Notoatmodjo,2010).

1. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan analisis terhadap tiap variabel dan hasil

penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap

variabel (Notoadmojo, 2010). Analisa univariat adalah data diperoleh oleh

hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, ukuran

tendensi sentra dan grafik (Saryono, 2013).

Distribusi frekuensi dalam penelitian ini untuk data kategorik sebagai berikut :

Usia dan Kelas

P =∑f/N X 100%

80
Keterangan

P : Presentase

N : Jumlah Populasi

F : Frekuensi Jawaban

Tendensi sentral adalah pengukuran statistik untuk menentukan skor tunggal

yang menetapkan pusat dari distribusi. Tujuan tendensi sentral adalah untuk

menemukan skor single yang paling khusus atau paling representatif dalam

kelompok (Gravetter & Wallnau, 2007). Tiga metode dalam pengukuran

tendensi sentral yakni: mean, median, modus.

1. Mean ( rata – rata hitung )

Keterangan :

xi = data

ke-i dan n = jumlah data

2. Median

Median adalah suatu nilai yang membagi distribusi data menjadi dua bagian

yang sama besar atau suatu nilai yang menbagi 50% frekuensi bagian atas dan

50% frekuensi bagian bawah, sehingga frekuensi yang terdapat di atas sama

dengan frekuensi yang terdapat di bawah,

Me =

81
Keterangan :

Me : Nilai tengah data

Xe : Banyaknya data

3. Modus ( Nilai ftrekuensi terbesar )

Modus merupakan suatu nilai yang paling sering muncul ( nilai dengan

frekuensi muncul terbesar )

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoadmojo, 2010). Untuk

menguji hipotesa yang digunakan adalah uji chi square dengan skala

pengukuran ordinal-nominal untuk mendapatkan hasil hipotesa untuk

meneliti “ hubungan tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi” yang

dilakukan pada remaja puti kelas X dan XI MAN 1 Madiun. Melalui uji chi –

square sengan tingkat kemaknaan 95% (P<0,05) sehingga diketahui ada

tidaknya hubungan bermakna secara statistik dengan menggunakan program

SPSS for windows. Selanjutnya ditarik pada kesimpulan bila P lebih kecil dari

alpha (P<0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan adanya

hubungan bermakna antara variabel dependen dan independen dan jika P lebih

besar alpha (P>0,05) maka H0 diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan

tidak adanya hubungan antar variabel dependen dan independen (Saryono,

2013).

82
Rumus Chi Square menurut Priyatno (2010)

2
k
( f0 fh )2
i 1 fh

Keterangan :

f0 : banyaknya observasi

fh : banyaknya observasi yang diharapkan

Nilai Koefisien Kotingensi berkisar antara 0,000-1,000. Menurut Sugiyono

(2010), tingkat hubungan dinyatakan dengan

0,00 - 0,199 = sangat rendah

0,20 - 0,399 = rendah

0,40 - 0,599 = sedang

0,60 - 0,799 = kuat

0,80 - 1,000 = sangat kuat

4.10 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian permohonan dari Direktur untuk

mendapatkan persetujuan, kemudian kuesioner dikirim ke subjek (responden)

yang akan diteliti dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

83
1. Inform Conset (Lembar persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan akan diedarkan sebelum peneliti melaksanakan

kepada seluruh subyek yang akan diteliti. Tujuannya bersedia untuk

diteliti, maka peneliti tetap menghormati hak-hak klien.

2. Anominity(Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak mencantumkan

nama yang diisi oleh subyek, lembaran tersebut hanya diisi nomer kode

tertentu.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek terjamin

kerahasiaan oleh peneliti hanya kelompok tertentu yang akan disajikan

pada hasil penelitian.

84
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

MAN 1 Kota Madiun yakni salah satu SMA ( Sekolah Menengah Atas )

negeri yang berada di kota Madiun. Lokasinya ada di Jalan Soekarno Hatta 68 B

Demangan Kota Madiun, Jawa Timur Indonesia. Sekolah ini merupakan sekolah

negeri yang berbasis Madrasah Aliyah yaitu sekolah dimana terdapat tambahan

pelajaran tentang agama di dalamnya. Jumlah kelas yang dimiliki sekolah ini

terdapat 2 kelas setiap jenjang tingkatan dan jurusan seperti untuk jurusan IPA

terdapat IPA 1, IPA 2. Di sekolah ini terdapat kelas X, XI dan XI yang rata – rata

jumlah siswa putri lebih banyak dari pada siswa laki – laki.

Jurusan yang terdapat di sekolah ini ada 3 yaitu IPA, IPS serta Agama.

Sekolah ini dilengkapi dengan kantin, lapangan, ruang guru, UKS, tempat ibadah,

aula, serta beberapa ruang kelas yang mengitari lapangan yang berada

ditengahnya serta tampak segar karena di setiap sudut terdapat tamanaan hijau

yang terjajar rapi.

85
5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Data Umum

Data umum atau data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber asli. Data diperoleh dapat berupa opini , data demografi, hasil observasi (

Sugiyono, 2012 ). Dalam penelitian ini yang termasuk data umum adala umur

remaja putrid dan kelas remaja putri.

1. Karakteristik responden remaja putri berdasarkan umur


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Putri Berdasarkan Umur di
MAN 1 Kota Madiun
No Umur Frekuensi ( n ) Prosentasi ( % )
1. 12 – 15 tahun 6 6,3
2. 16 – 19 tahun 89 93,7
Jumlah 95 100
Sumber : Data Umum Hasil Penelitian bulan Mei 2017

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar remaja

putri kelas X dan XI di MAN 1 Kota Madiun merupakan remaja penuh berumur

16 – 19 tahun sebanyak 89 siswi ( 93,7 % ) dan sebagian kecil remaja putri kelas

X dan XI di MAN 1 Kota Madiun merupakan remaja muda berumur 12 – 15

tahun sebanyak 6 siswi ( 6,3 % ).

2. Karakteristik responden remaja putri berdasarkan kelas

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Putri Berdasarkan Kelas di


MAN 1 Kota Madiun
No Kelas Frekuensi ( n ) Prosentasi ( % )
1. X 45 47,4
2. XI 50 52,6
Jumlah 95 100

86
Sumber : Data Umum Hasil Penelitian bulan Mei 2017

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar kelas

remaja putri di MAN 1 Kota Madiun merupakan kelas XI sebanyak 50 siswi

( 52,6 ) dan sebagian kecil merupakan kelas X sebanyak 45 siswi ( 47,4 % ).

5.2.2 Data Khusus

Data khusus atau data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh

peniliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya

berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dari arsip yang

diplubikasikan maupun tidak dipublikasikan ( Sugiyono, 2012 ). Dalam penelitian ini

yang termasuk data khusus adalah tingkat kecemasan remaja putrid dan siklus

menstruasi remaja putri.

1. Karakteristik responden remaja putri berdasarkan tingkat kecemasan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Putri Berdasarkan Tingkat


Kecemasan
No Tingkat Kecemasan Frekuensi ( n ) Prosentasi ( % )
1. Tidak ada kecemasan 9 9,5
2. Kecemasan ringan 58 61,1
3. Kecemasan sedang 26 27,4
4. Kecemasan berat 2 2,1
Jumlah 95 100
Sumber : Data Khusus Hasil Penelitian bulan Mei 2017

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar tingkat

kecemasan remaja putri di MAN 1 Kota Madiun merupakan tingkat kecemasan

ringan sebanyak 58 siswi ( 61,1 % ) dan sebagian kecil merupakan tingkat

kecemasan berat sebanyak 2 siswi ( 2,1 % ).

87
2. Karakteristik responden remaja putri berdasarkan siklus menstruasi

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Putri Berdasarkan Siklus


Menstruasi
No Siklus Menstruasi Frekuensi ( n ) Prosentasi ( % )
1. Teratur 43 45,3
2. Tidak teratur 52 54,7
Jumlah 95 100
Sumber : Data Khusus Hasil Penelitian bulan Mei 2017

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar siklus

menstruasi remaja putri di MAN 1 Kota Madiun merupakan siklus menstruasi

tidak teratur sebanyak 52 siswi ( 54,7 % ) dan sebagian kecil merupakan siklus

menstruasi teratur sebanyak 43 siswa ( 45,3 % ).

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Hasil Penelitian

Tabel 5.5 Distribusi Tabel Silang Frekuensi Tingkat Kecemasan Dengan Siklus

Menstruasi di MAN 1 Kota Madiun

Tingkat Siklus menstruasi Total


Kecemasan Teratur Tidak teratur
F % F % F %
Tidak ada 9 9,5 0 0 9 9,5
kecemasan
Kecemasan 34 35,8 24 25,3 58 61,1
ringan
Kecemasan 0 0 26 27,4 26 27,4
sedang
Kecemasan 0 0 2 2,1 2 2,1
berat
Total 43 45,3 52 54,7 95 100
P Value 0,000
C 0,536
Sumber : lampiran 8 yang diolah

88
Tabel diatas menunjukkan hasil analisis terbanyak antara tingkat kecemasan

dengan siklus menstruasi teratur diperoleh tidak ada kecemasan terbanyak adalah

siklus menstruasi teratur sebesar 9 siswi ( 9,5 % ), kecemasan ringan terbanyak

adalah siklus menstruasi teratur sebesar 34 siswi ( 35,8% ), kecemasan sedang

terbanyak adalah siklus menstruasi tidak teratur sebesar 26 siswi ( 27,4% ), serta

kecemasan berat terbanyak adalah siklus menstruasi tidak teratur sebesar 2 siswi (

2,1% ). Selanjutnya data tersebut dianalisis menggunakan analisis chi square ( X2 )

dan diolah menggunakan program statistic computer SPSS version 16.0. Hasil

analisis chi square tingkat keyakinan 95%, α = 0,05. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa P < α ( P < 0,05 ) dengan kata lain Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi pada remaja

putri di MAN 1 Kota Madiun.Setelah itu untuk menentukan keeratan hubungan

dengan analisis koefisien kotingensi adalah 0,536. Kriteria hubungan antara variabel

adalah bahwa semakin mendekati nilai 1, maka hubungan yang terjadi semakin erat

dan jika mendekati 0 maka hubungan semakin lemah. Karena nilai koefisien

kontingensi mendekati 1 maka berarti huubngan yang terjadi sedang. Hal ini dapat

diartikan bahwa antara variabel tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi pada

remaja putri di MAN 1 Kota Madiun memiliki hubungan yang sedang.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Tingkat Kecemasan

Berdasarkan analisis data penelitian tersebut dapat diketahui dari 95 responden

remaja putri di MAN 1 Kota Madiun didapatkan data bahwa tingkat kecemasan

89
terbanyak adalah tingkat kecemasan ringan yaitu sejumlah 58 siswi atau sebesar

61,1%. Sedangkan untuk tingkat kecemasan terendah yang ada di MAN 1 Kota

Madiun adalah tingkat kecemasan berat. Ditemukan dari 95 responden remaja putri di

MAN 1 Kota Madiun didapatkan data bahwa tingkat kecemasan terendah adalah

tingkat kecemasan berat yaitu sejumlah 2 siswi atau sebesar 2,1%.

Masa remaja adalah peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa. Selama

periode ini anak remaja banyak mengalami perubahan baik secara fisik, psikologis,

ataupun sosial. Individu dikatakan sudah memasuki masa remaja antara usia 16 atau

17 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun. Dari masalah–masalah psikologis yang

dialami remaja, kecemasan merupakan salah satu masalah psikologis yang paling

banyak dialami oleh remaja. Dalam sebuah berita elektronik mengungkapkan bahwa

remaja masa kini lebih mudah mengalami kecemasan dibanding remaja pada generasi

sebelumnya dikarenakan tuntuttan akademik saat ini lebih dibanding jaman

orangtuanya dahulu (Herri, 2012). Proses perubahan kejiwaan pada remaja

berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisk seperti perubahan emosi

sehingga remaja menjadi sensitif ( mudah menangis, tertawa, cemas dan frustasi ),

mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehigga mudah berkelahi

( Kumiran,2013 ). Ansietas (kecemasan) dibagi dalam 4 tingkatan, setiap tingkatan

memiliki karakteristik dalam presepsi yang berbeda, tergantung kemampuan individu

yang ada dari dalam dan luarnya maupun dari lingkungannnya, tingkat kecemasan

ataupun ansietas yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan

panik ( Manurung,2016 ). Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan

90
menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan

bahwa sebesar 6 % untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di

Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-

gejala kecemasan dan depresi (Depkes, 2014). Semakin bertambahnya usia

mekanisme kopingnya akan kecemasan semakin baik karena banyaknya pengetahuan

yang dimiliki sehingga lebih dapat mengelola emosinya ( Gail,2007 ).

Dari uraian diatas peneliti berpendapat bahwa remaja rentan mengalami

kecemasan karena proses perubahan kejiwaan pada masa remaja lebih lambat dari

pada perubahan fisik sehingga ditemukan sebagian besar siswi MAN 1 Kota Madiun

yang menjadi responden dalam penelitian ini mempunyai tingkat kecemasan ringan..

Serta peneliti berpendapat bahwa remaja semakin bertambahnya usia mekanisme

kopingnya akan kecemasan semakin baik karena banyaknya pengetahuan yang

dimiliki sehingga lebih dapat mengelola emosinya sehingga ditemukan hanya sebagin

kecil siswi MAN 1 Kota Madiun yang menjadi responden dalam penelitian ini

mempunyai tingkat kecemasan berat.

5.4.2 Siklus Menstruasi

Berdasarkan analisis data penelitian dapat diketahui bahwa dari 95 responden

remaja putri di MAN 1 Kota Madiun di dapatkan data bahwa siklus menstruasi

terbanyak adalah siklus menstruasi tidak teratur sejumlah 52 siwsi atau sebesar 54,7

%. Sedangkan didapatkan hasil siklus menstruasi terendah pada remaja putri di MAN

1 kota madiun adalah siklus menstruasi teratur. Pada remaja putrid di MAN 1 Kota

91
Madiun ditemukan sebanyak 43 siswi ( 45,3 % ) yang mengalami siklus menstruasi

yang tidak teratur.

Menstruasi merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah

dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan

endometrium dipersiapkan untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi

implantasi embrio lapisan ini akan luruh, darah keluar melalui serviks dan vagina.

Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu

dengan menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi (Irianto, 2015).

Kecemasan akan meningkatkan kemungkinan terjadinya depresi bahkan bunuh

diri Kecemasan sebagai rangsangan melalui sistem saraf diteruskan ke susunan saraf

pusat yaitu limbik system melalui tranmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autonom

(simpatis atau parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal

(endokrin) hingga mengeluarkan sekret (cairan) neurohormonal menuju hiphofisis

melalui sistem prontal guna mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk FSH (Follikel

Stimulazing Hormone) dan LH (Leutinizing Hormone). Produksi kedua hormon

tersebut adalah dibawah pengaruh RH (Realezing Hormone) yang disalurkan dari

hipotalamus ke hipofisis. Pengeluaran RH sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan

balik estrogen terhadap hipotalamus hingga selanjutnya mempengaruhi terjadinya

proses menstruasi atau haid (Prawirohardjo, 2007).

Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai

datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi

adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi

92
berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21–32 hari dan

hanya 10–15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3–5

hari, ada yang 7–8 har (Proverati, 2009). Siklus menstruasi tidak teratur yaitu apabila

siklus menstruasi yang terjadi diluar keadaan normal atau dengan kata lain tidak

berada pada interval pola menstruasi dengan rentang kurang dari 21 hari

(polimenorea), lebih dari 35 hari (oligomenorea) serta rentang selama 90 hari atau

lebih tidak menstruasi (amenorea) ( Wahyuningrum 2016 ). Menurut Wahyuningrum

2016 pada wanita siklus menstruasi seringkali terjadi perubahan serta yang dimaksud

siklus menstruasi teratur adalah siklus menstruasi dengan rentang waktu 21 – 35 hari.

Berlangsung dengan siklus sama selama 3 bulan. Menurut Kusmiran, 2011 faktor

yang mempengaruhi siklus menstruasi antara lain berat badan, aktivitas fisik, stress

dan kecemasan, diet, paparan lingkungan dan kondisi kerja.

Dari uraian diatas peneliti berpendapat bahwa kecemasan dapat mempengaruhi

siklus menstruasi serta didapatkan hasil sebagian besar siswi MAN 1 Kota Madiun

yang menjadi responden dalam penelitian ini mempunyai siklus menstruasi tidak

teratur. Serta peneliti berpendapat bahwa kecemasan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi siklus menstruasi serta didapatkan hasil sebagian kecil siswi

MAN 1 Kota Madiun yang menjadi responden dalam penelitian ini mempunyai siklus

menstruasi teratur.

93
5.4.3 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dan Siklus Menstruasi di MAN 1

Kota Madiun

Berdasarkan tabel distribusi silang tingkat kecemasan dengan siklus

menstruasi pada remaja putri kelas X dan XI di MAN 1 Kota Madiun menunjukkan

hasil analisis terbanyak antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi teratur

diperoleh tidak ada kecemasan terbanyak adalah siklus menstruasi teratur sebesar 9

siswi ( 9,5 % ), kecemasan ringan terbanyak adalah siklus menstruasi teratur sebesar

34 siswi ( 35,8% ), kecemasan sedang terbanyak adalah siklus menstruasi tidak

teratur sebesar 26 siswi ( 27,4% ), serta kecemasan berat terbanyak adalah siklus

menstruasi tidak teratur sebesar 2 siswi ( 2,1% ).

Serta melalui uji analisis Chi Square diketahui nilai P adalah 0,000. Dengan

menggunakan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 0,05. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa P < α ( P < 0,05 ) dengan kata lain Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi

pada remaja putri di MAN 1 Kota Madiun. Serta nilai koefisien kontingensi adalah

untuk menilai keeratan hubungan sebesar 0,536 yang bernilai sedang.

Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai

datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi

adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi

berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21–32 hari dan

hanya 10–15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3–5

hari, ada yang 7–8 hari (Proverati, 2009). Menurut Kusmiran, 2011 faktor yang

94
mempengaruhi siklus menstruasi antara lain berat badan, aktivitas fisik, stress dan

kecemasan, diet, paparan lingkungan dan kondisi kerja. Kecemasan akan

meningkatkan kemungkinan terjadinya depresi bahkan bunuh diri Kecemasan sebagai

rangsangan melalui system saraf diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu limbik

system melalui tranmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autonom (simpatis atau

parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) hingga

mengeluarkan sekret (cairan) neurohormonal menuju hiphofisis melalui system

prontal guna mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk FSH (Follikel Stimulazing

Hormone) dan LH (Leutinizing Hormone). Produksi kedua hormon tersebut adalah

dibawah pengaruh RH (Realezing Hormone) yang disalurkan dari hipotalamus ke

hipofisis. Pengeluaran RH sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen

terhadap hipotalamus hingga selanjutnya mempengaruhi terjadinya proses menstruasi

atau haid (Prawirohardjo, 2007).

Dari uraian diatas peneliti berpendapat bahwa kecemasan merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi dilihat dari hasil tabulasi silang

dapat dilihat bahawa semakin tinggi tingkat kecemasan siklus menstruasi pada remaja

menjadi semakin tidak teratur. Serta dalam analisa chi square didapatkan P < 0,05

artinya terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi serta

didapatkaan hasil koefisien kotingensi sebesar 0,536 yang tergolong sedang.Sesuai

dari hasil penelitian ini masyarakat dapat memahami bahwa menstruasi yang tidak

teratur dap disebabkan oleh kecemasan untuk itu untuk petugas kesehatan diharapkan

dapat memberika penyuluhan dan pendidikan ke masyarakat terkait kecemasan

95
sehingga terjadinya siklus menstruasi yang tidak teratur dapat dihindari serta remaja

putri dapat mengenali gejala – gejala kecemasan sehingga siklus menstruasi tidak

teratur dapat dihindari.

96
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dapat disampaikan kesimpulan hasil penelitian

sebagai berikut:

1. Tingkat kecemasan remaja putri di MAN 1 Kota Madiun sebagian besar

merupakan kecemasan ringan

2. Siklus menstruasi remaja putri di MAN 1 Kota Madiun sebagian besar merupakan

siklus menstruasi tidak teratur

3. Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi pada

remaja putri di MAN 1 Kota Madiun serta hubungan tingkat kecemasan dengan

siklus menstruasi pada remaja putri di MAN 1 Kota Madiun

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan temuan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya.

Dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lain yang akan mengembangkan

penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan tolak ukur bagi peneliti yang akan

meneliti variabel lain yang berhubungan dengan siklus menstruasi.

97
2. Bagi Remaja Putri

Hendaknya para remaja putri mengenali gejala-gejala terkait dengan kecemasan

sehingga dapat mengurangi semaksimal mungkin siklus menstruasi yang tidak

teratur pada remaja putri.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi remaja putri

terkait dengan siklus menstruasi dan tingkat kecemasan sebagai akibat dari siklus

menstruasi yang tidak teratur.

4. Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi petugas kesehatan

dalam memberikan penyuluhan dan pendidikan ke masyarakat terkait kecemasan

yang mempegaruhi siklus menstruasi.

98
DAFTAR PUSTAKA

Agustarika. 2009. Buku Ajar Keperawatan jiwa. Jakarta : EGC.


Ahmad. 2014. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Pola Menstruasi Pada Siswi
Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango.
Akbar. 2015 Hubungan Kecemasan Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa di
Fakultas Psikologi Universitas Muhhamadiyah Surakarta.
Anugroho. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogjakarta : Penerbit Andi
Devi. 2012. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Pola Menstruasi Pada
Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat 3 Universitas Muhammadiyah Semarang.
Devies.2009. ABC Of Mental Health. Jakarta : EGC
Dharma, 2011.Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Gail. 2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Herri. 2012. Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Jakarta : Kencana Pranada
Media Group
Irianto. 2015. Kesehatan Reproduksi. Bandung : Alfabet
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.
Kusmiran, E. 2013. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba
Medika.
Kusumawati F & Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
Manurung. 2016. Terapi Reminscence. Jakarta : CV Trans Info Medika.
Nazir, Nohammad P,D. 2011. Metode Penelitian . Jakarta : Ghalia Indonesia.
Notoadmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2015 . Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

99
.2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Priyatno. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta : Media
Kom.
Proverawati. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yoyakarta : Nuha
Medika.
Rakhmawati. 2012. Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Gangguan Siklus
Menstruasi Pada Wanita Dewasa Muda Di Kecamatan Tuntang kabupaten
Semarang
Sriati. 2008. Tinjauan Tentang Stres. Jati Jagor : Universitas Padjajaran Fakultas
Ilmu Keperawatan Jatinagor.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R & D. Bandung :
Alfabeta.
Tri Suwarni. 2015. Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi Pada
Mahasiswa Kebidanan Poltekes Bhakti Mulia Sukoharjo.
Wahyuningrum. 2016. Hubungan Tingkat Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada
Mahasiswa Kebidanan Tingkat I dan II Poltekes Bhakti Mulia Sukoharjo.

100
LAMPIRAN 1

PERMOHONAN SURAT IJIN PENGAMBILAN DATA

101
LAMPIRAN 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

( Informed Consent )

Dengan hormat,

Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti


Husada Mulia Madiun,

Nama : Yolanda Fitria Imasari

NIM : 201302111

Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Tingkat Kecemasan


Dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas X dan XI Di MAN 1 Kota
Madiun”

Adapun informasi yang Saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya dan saya
bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan merugikan saudara.

Sehubungan dengan hal tersebut, apabila saudara setuju ikut serta dalam
penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.

Untuk kesediaan dan kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih.

Madiun, April 2016

Peneliti Responden

Yolanda Fitria Imasari

NIM 201302111

102
LAMPIRAN 3

ALAT UKUR ( INSTRUMEN )

ANGKET UNTUK SISWA

INSTRUMEN KUISONER ( ANGKET ) SISWA

Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas X

dan XI Di MAN 1 Kota Madiun

Tujuan

1. Untuk mengetahui ada tidaknya kecemasan pada remaja putri kelas X dan

XI Di MAN 1 Kota Madiun

2. Untuk mengukur tingkat kecemasan pada remaja putri kelas X dan XI Di

MAN 1 Kota Madiun

3. Untuk mengetahui siklus menstruasi remaja putrid kelas X dan XI Di

MAN 1 Kota Madiun

DATA UMUM RESPONDEN

1. Nama Lengkap :

2. Kelas :

3. Usia :

4. Tanggal Pengambilan Data :

103
TINGKAT KECEMASAN – HARS

( HAMILTON ANXIETY RATING SCALE )

A. Penilaian :

0 : Tidak ada ( tidak ada gejala sama sekali )

1 : Ringan ( satu gejala dari pilihan yang ada )

2 : Sedang ( separuh dari gejala yang ada )

3 : Berat ( lebih dari separuh dari gejala yang ada )

4 : Sangat berat ( semua gejala ada )

B. Penilaian Derajat Kecemasan

Skor < 6 ( tidak ada kecemasan )

Skor 6 – 14 ( kecemasan ringan )

Skor 15 – 27 ( kecemasan sedang )

Skor > 27 ( kecemasan berat )

Berilah tanda ( √ ) jika terdapat gejala tersebut yang terjadi pada remaja putri kelas

X dan XI mengalami kecemasan saat ini di MAN 1 Kota Madiun.

1) Perasaan cemas
□ Firasat buruk
□ Takut akan pikiran sendiri
□ Mudah tersinggung
2) Ketegangan

104
□ Merasa tegang
□ Lesu
□ Mudah terkejut
□ Tidak dapat istirahat dengan nyenyak
□ Mudah menangis
□ Gemetar
□ Gelisah
3) Ketakutan
□ Pada gelap
□ Ditinggal sendiri
□ Pada orang asing
□ Pada binatang besar
□ Pada keramaian lalu lintas
□ Pada kerumunan banyak orang
4) Gangguan tidur
□ Sukar memulai tidur
□ Terbangun malam hari
□ Tidak pulas
□ Mimpi buruk
□ Mimpi yang menakutkan
5) Gangguan kecerdasan
□ Daya ingat buruk
□ Sulit berkonsentrasi
□ Sering bingung
6) Perasaan depresi
□ Kehilangan minat
□ Sedih
□ Bangun dini hari
□ Berkurangnya kesukaan pada hobi

105
□ Perasaan berubah – ubah sepanjang hari
7) Gejala somatik ( otot – otot )
□ Nyeri otot
□ Kaku
□ Kedutan otot
□ Gigi gemeretak
□ Suara tak stabil
8) Gejala sensorik
□ Telinga berdengung
□ Penglihatan kabur
□ Muka merah dan pucat
□ Merasa lemah
□ Perasaan ditusuk - tusuk
9) Gejala kardiovaskuler
□ Denyut nadi cepat
□ Berdebar – debar
□ Nyeri dada
□ Denyut nadi mengeras
□ Rasa lemah seperti mau pingsan
□ Denyut jantung hilang sekejap
10) Gejala pernapasan
□ Rasa tertekan di dada
□ Perasaan tercekik
□ Merasa napas pendek ( sesak )
□ Sering menarik napas panjang
11) Gejala gastrointestinal
□ Sulit menelan
□ Mual muntah
□ Berat badan menurun

106
□ Konstipasi atau sulit buang air besar
□ Perut melilit
□ Gangguan pencernaan
□ Nyeri lambung sebelum atau sesudah makan
□ Rasa panas di perut
□ Perut terasa penuh ( kembung )
12) Gejala urogenital
□ Sering kencing
□ Tidak dapat menahan kencing
□ Amenor ( menstruasi tidak teratur )
□ Frigiditas
13) Gejala vegetative ( otonom )
□ Mulut kering
□ Muka kering
□ Mudah berkeringat
□ Pusing ( sakit kepala )
□ Bulu roma berdiri
14) Apakah Remaja merasakan
□ Gelisah
□ Tidak terang
□ Mengerutkan dahi muka tegang
□ Tonus ( ketegangan otot meningkat )
□ Napas pendek dan cepat
□ Muka merah

Jumlah skor :

Kesimpulan :

□ Tidak ada kecemasan

107
□ Kecemasan ringan
□ Kecemasan sedang
□ Kecemasan berat

108
109
LAMPIRAN 4

KISI – KISI KUISONER

JUDUL :

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI

PADA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI DI MAN 1 KOTA MADIUN

Varuabel Sub Variabel Jumlah Soal No. Soal

Tingkat Kecemasan yang terjadi pada

Kecemasan remaja

1. Perasaan cemas 1 1

2. Ketegangan 1 2

3. Ketakutan 1 3

4. Gangguan pada pada 1 4

pola istirahat

5. Gangguan kecerdasan 1 5

6. Perasaan depresi

7. Gejala somatic 1 6

8. Gejala sensorik 1 7

9. Gejala kardiovaskuler 1 8

10. Gejala pernafasan 1 9

11. Gastrointestinal

12. Gejala urogenital 1 10

13. Gejala vegetative 1 11

110
14. Perilaku sewaktu 1 12

wawancara 1 13

1 14

Siklus Siklus Menstruasi

Menstruasi 1. Siklus Menstruasi 1 1

Teratur

2. Siklus Menstruasi

Tidak Teratur

- Polimeorea

- Olimenorea

- Ameorea

111
LAMPIRAN 5

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI


PADA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI DI MAN 1 KOTA MADIUN

Oleh :

YOLANDA FITRIA IMASARI

Penulis adalah mahasiswa sarjana keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia


Madiun, penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan
sarjana keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Tujuan penulisan ini untuk mempelajari dan mengetahui besarnya hubungan


antara tingkat kecemasan remaja putri dengan siklus menstruasi yang dialami remaja
putrid. Peneliti mengharap informasi yang anda berikan nanti sesuai dengan keadaan
yang sesungguhnya tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Peneliti menjamin kerahasiaan
pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan
digunakan untuk mengembangkan ilmu pendidikan dan tidak akan dipergunakan
untuk maksud – maksud lain.

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat bebas, anda bebas untuk ikut atau
tidak tanpa adanya sanksi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden penelitian
ini, silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.

Madiun, Mei 2017

Peneliti

Yolanda Fitria Imasari

NIM : 201302111

112
LAMPIRAN 6

GAMBAR PENGAMBILAN DATA AWAL

113
LAMPIRAN 7

SURAT IZIN PENELITIAN

114
LAMPIRAN 8

SURAT BALASAN PENELITIAN

115
LAMPIRAN 10

HASIL ANALISIS

GET

FILE='E:\SKRIPSI KU BARU\Data Mentah Tabulasi Terbaru.sav'.

DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.

CROSSTABS

/TABLES=T.Kecemasan BY S.Menstruasi

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ CC

/CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Notes

Output Created 15-Aug-2017 20:11:34

Comments

Input Data E:\SKRIPSI KU BARU\Data Mentah


Tabulasi Terbaru.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 95

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the
cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.

116
Syntax CROSSTABS

/TABLES=T.Kecemasan BY S.Menstruasi

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ CC

/CELLS=COUNT EXPECTED ROW


COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.015

Elapsed Time 00:00:00.015

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet1] E:\SKRIPSI KU BARU\Data Mentah Tabulasi Terbaru.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat Kecemasan * Siklus


95 100.0% 0 .0% 95 100.0%
Menstruasi

Tingkat Kecemasan * Siklus Menstruasi Crosstabulation

Siklus Menstruasi

117
Teratur Tidak teratur

Tingkat Kecemasan Tidak ada kecemasan Count 9 0

Expected Count 4.1 4.9

% within Tingkat Kecemasan 100.0% .0%

% within Siklus Menstruasi 20.9% .0%

% of Total 9.5% .0%

Kecemasan ringan Count 34 24

Expected Count 26.3 31.7

% within Tingkat Kecemasan 58.6% 41.4%

% within Siklus Menstruasi 79.1% 46.2%

% of Total 35.8% 25.3%

Kecemasan sedang Count 0 26

Expected Count 11.8 14.2

% within Tingkat Kecemasan .0% 100.0%

% within Siklus Menstruasi .0% 50.0%

% of Total .0% 27.4%

Kecemasan berat Count 0 2

Expected Count .9 1.1

% within Tingkat Kecemasan .0% 100.0%

% within Siklus Menstruasi .0% 3.8%

% of Total .0% 2.1%

Total Count 43 52

Expected Count 43.0 52.0

118
% within Tingkat Kecemasan 45.3% 54.7%

% within Siklus Menstruasi 100.0% 100.0%

% of Total 45.3% 54.7%

Crosstabs

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

a
Pearson Chi-Square 38.214 3 .000

Likelihood Ratio 52.172 3 .000

Linear-by-Linear Association 35.655 1 .000

N of Valid Cases 95

a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .91.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .536 .000

N of Valid Cases 95

119
FREQUENCIES VARIABLES=T.Kecemasan S.Menstruasi

/STATISTICS=MEAN MEDIAN MODE SUM

/PIECHART FREQ

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 16-Aug-2017 05:51:04

Comments

Input Data E:\SKRIPSI KU BARU\Data Mentah


Tabulasi Terbaru.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 95

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid


data.

120
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=T.Kecemasan
S.Menstruasi

/STATISTICS=MEAN MEDIAN MODE


SUM

/PIECHART FREQ

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:01.015

Elapsed Time 00:00:01.140

[DataSet1] E:\SKRIPSI KU BARU\Data Mentah Tabulasi Terbaru.sav

Statistics

Tingkat
Kecemasan Siklus Menstruasi

N Valid 95 95

Missing 0 0

Mean 1.2211 .5474

Median 1.0000 1.0000

Mode 1.00 1.00

Sum 116.00 52.00

Frequency Table

121
Tingkat Kecemasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak ada kecemasan 9 9.5 9.5 9.5

Kecemasan ringan 58 61.1 61.1 70.5

Kecemasan sedang 26 27.4 27.4 97.9

Kecemasan berat 2 2.1 2.1 100.0

Total 95 100.0 100.0

Siklus Menstruasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Teratur 43 45.3 45.3 45.3

Tidak teratur 52 54.7 54.7 100.0

Total 95 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=Kelas

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM

/PIECHART FREQ

122
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 18-Aug-2017 01:15:41

Comments

Input Data E:\SKRIPSI KU BARU\SKRIPSI JADI\Spss


Tendensi Sentral Kelas.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 96

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid


data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=Kelas

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE
RANGE MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM

/PIECHART FREQ

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.921

Elapsed Time 00:00:00.867

123
[DataSet1] E:\SKRIPSI KU BARU\SKRIPSI JADI\Spss Tendensi Sentral Kelas.sav

Statistics

Kelas

N Valid 95

Missing 1

Mean 10.5158

Std. Error of Mean .05155

Median 11.0000

Mode 11.00

Std. Deviation .50240

Variance .252

Range 1.00

Minimum 10.00

Maximum 11.00

Sum 999.00

Kelas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 10 46 47.9 48.4 48.4

11 49 51.0 51.6 100.0

Total 95 99.0 100.0

124
Missing System 1 1.0

Total 96 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=umur

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM

/PIECHART FREQ

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 18-Aug-2017 01:05:11

Comments

Input Data E:\SKRIPSI KU BARU\SKRIPSI JADI\Spss


Tendensi Sental Umur.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 97

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid


data.

125
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=umur

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE
RANGE MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM

/PIECHART FREQ

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.812

Elapsed Time 00:00:00.986

[DataSet1] E:\SKRIPSI KU BARU\SKRIPSI JADI\Spss Tendensi Sental Umur.sav

Statistics

umur

N Valid 95

Missing 2

Mean 16.5579

Std. Error of Mean .08158

Median 17.0000

Mode 17.00

Std. Deviation .79514

Variance .632

Range 4.00

Minimum 15.00

Maximum 19.00

126
Statistics

umur

N Valid 95

Missing 2

Mean 16.5579

Std. Error of Mean .08158

Median 17.0000

Mode 17.00

Std. Deviation .79514

Variance .632

Range 4.00

Minimum 15.00

Maximum 19.00

Sum 1573.00

umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 15 6 6.2 6.3 6.3

16 39 40.2 41.1 47.4

17 44 45.4 46.3 93.7

18 3 3.1 3.2 96.8

19 3 3.1 3.2 100.0

127
Total 95 97.9 100.0

Missing System 2 2.1

Total 97 100.0

LAMPIRAN 11

LEMBAR REVISI

128
129
130
131
132
133
134
LAMPIRAN 12

JADWAL KEGIATAN

No Kegiatan Bulan
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pembuatan
dan konsul
judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Bimbingan
Proposal
4. Ujian
Proposal
5. Revisi
Proposal
6. Pengambilan
Data
7. Penyusunan
dan Konsul
Skripsi
8. Ujian
Skripsi

135
LAMPIRAN 13

LEMBAR KONSULTASI

136
137
138
139
140
141
LAMPIRAN 14

GAMBAR SAAT PENELITIAN

142

Anda mungkin juga menyukai