0 FINAL Bukuajaretikabisnis
0 FINAL Bukuajaretikabisnis
net/publication/353485162
CITATIONS READS
2 20,728
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Laila Refiana Said on 27 July 2021.
Diterbitkan melalui :
Penerbit Lakeisha
Anggota IKAPI No.181/JTE/2019
Jl. Jatinom Boyolali, Srikaton, RT.003, RW.001,
Pucangmiliran, Tulung, Klaten, Jateng
Telepon: +62(0) 898-9880-852
Email : penerbit_lakeisha@yahoo.com
Website: www.penerbitlakeisha.com
iii
Teruntuk:
iv E t i k a B i s n i s
Daftar Isi
v
3 Teori-Teori Alternatif dalam Etika Bisnis ....... 57
A. Tujuan pembelajaran ................................... 58
B. Pendahuluan ............................................... 58
C. Teori kebajikan ............................................ 59
D. Kesadaran dan ketidaksadaran ................... 61
E. Evaluasi / soal latihan ................................. 63
vi E t i k a B i s n i s
7 Etika dan lingkungan ..................................... 99
A. Tujuan pembelajaran ..................................100
B. Polusi dan berkurangnya sumber daya alam
...................................................................100
C. Etika untuk mengendalikan polusi .............103
D. Tanggung jawab perusahaan ......................105
E. Etika menjaga sumber daya........................108
F. Evaluasi / soal latihan................................110
vii
Daftar Gambar
viii E t i k a B i s n i s
Profil Penulis
ix
1
1 ETIKA DAN BISNIS
A n a l i s i s T i t i k I m p a s d a l a m P r o y e k s i
K e u a n g a n 1
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
2 E t i k a B i s n i s
Menurut Velasquez (2018), standar moral adalah
standar yang melibatkan penilaian kebaikan dan
keburukan, preferensi orang banyak dibandingkan
untuk kepentingan diri sendiri, tidak dikembangkan
oleh pemerintah atau orang yang berkuasa (figur
otoritas), dirasakan bersifat universal, berbasiskan
pertimbangan yang tidak memihak, diasosiasikan
dengan emosi khusus (seperti rasa bersalah) dan
perbendaharaan kata (seperti obligasi, hak, keadilan).
E t i k a d a n B i s n i s 3
dapat bertahan. Sebagai contoh, masyarakat
khususnya generasi milineal lebih menghargai dan
memilih produsen yang menjalankan bisnisnya secara
beretika. Perusahaan yang disukai oleh generasi masa
kini adalah yang berbisnis secara bertanggung jawab,
misalnya proses produksinya tidak merusak
lingkungan serta tidak melakukan eksperimen pada
hewan.
4 E t i k a B i s n i s
C. PERTIMBANGAN MORAL DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
E t i k a d a n B i s n i s 5
terhadap orang lain dan sampai kepada tanggung
jawab untuk orang lain dan diri sendiri.
6 E t i k a B i s n i s
budaya yang berbeda-beda pula. Perbedaan-perbedaan
ini menjadikan para manajer dan pimpinan
perusahaan multinasional sering menghadapi dilema
dalam pengambilan keputusan.
E t i k a d a n B i s n i s 7
Contoh lainnya adalah tentang keamanan
mengonsumsi produk bagi konsumen dan aturan
dalam pelabelan. Di negara maju, perlindungan
konsumen dalam hal efek samping produk, peringatan
dan bahan-bahan produksi harus dicantumkan secara
jelas.
8 E t i k a B i s n i s
mengharuskan pengolahan limbah secara spesifik,
maka tindakan mereka dapat dibenarkan walaupun di
negara asalnya (Amerika Serikat) mereka menuruti
aturan yang lebih ketat.
E t i k a d a n B i s n i s 9
suatu organisasi sering terjadi di berbagai negara. Hal
ini terjadi karena tidak ada aturan hukum yang tegas
dalam hal anti diskriminasi.
10 E t i k a B i s n i s
standar dari suatu masyarakat ke masyarakat yang
lain. Ketiga, teori relativisme etika berargumen tentang
perlunya menerima standar di masyarakat kita sendiri.
Namun penerimaan ini memerlukan pengkajian dan
pengajaran tentang etika yang bertujuan untuk
mempelajari dan mengembangkan pengetahuan
tentang berbagai macam etika. Kesimpulannya adalah
ilmu etika perlu dipelajari. Khususnya dalam dunia
bisnis di masa globalisasi ini, pembelajaran tentang
etika sangat diperlukan karena adanya pasar dan
perdagangan bebas antar negara/bangsa yang
melibatkan masyarakat berbeda.
E t i k a d a n B i s n i s 11
2. Membuat penilaian tentang suatu tindakan
dianggap beretika atau tidak, karena bisa jadi
adanya bias dalam hal pandangan yang
ditentukan oleh perbedaan standar moral diri kita
dan orang lain.
12 E t i k a B i s n i s
jawab secara moral terhadap suatu kesalahan adalah
sebagai berikut:
E t i k a d a n B i s n i s 13
H. EVALUASI / SOAL LATIHAN
14 E t i k a B i s n i s
2
1 EMPAT PRINSIP
DASAR DALAM ETIKA
BISNIS
A n a l i s i s T i t i k I m p a s d a l a m P r o y e k s i
K e u a n g a n 15
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
16 E t i k a B i s n i s
B. PENDAHULUAN
C. PENDEKATAN UTILITIARISME
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 17
moral dibenarkan apabila manfaat yang dirasakan
lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan atau
pengorbanan yang dilakukan. Pendekatan utilitiarisme
ini juga disebut sebagai pendekatan konsekuensi
(consequentialist) karena berfokus pada apakah
konsekuensi suatu tindakan tersebut baik atau buruk
(Velasquez, 2018).
1. Prinsip Utilitiarisme
18 E t i k a B i s n i s
keputusan, buatlah keputusan yang paling sedikit
menimbulkan kerusakan.
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 19
pendukung hedonisme psikologis. Rasa sakit dan
kesenangan memberikan dasar bagi Bentham tentang
teori moral 'apa yang harus kita lakukan.' Bentham
juga memperkenalkan tentang teori kewajiban yang
'berbasis sanksi' dan diterapkan pada sistem hukum.
Kritik umum terhadap versi sederhana dari teori seperti
utilitarianisme Bentham adalah bahwa "pandangan ini
mereduksi seluk-beluk kehidupan manusia menjadi
kalkulasi yang gamblang tentang kesenangan seperti
binatang, tanpa memperhatikan bagaimana
kesenangan ini diproduksi.
20 E t i k a B i s n i s
kesenangan dengan cara yang berbeda. Bentham
menggunakan perhitungan hedonis yang menentukan
nilai kesenangan dengan tujuh ukuran kuantitas,
yaitu: durasi, intensitas, kepastian atau
ketidakpastian, keterpencilan atau kedekatan,
kesuburan, keluasan dan kemurnian. Bentham
terkenal karena memperlakukan semua kesenangan
dengan nilai yang sama. Maksudnya bukan bahwa
semua kesenangan itu persis sama, tetapi bahwa
pembuat undang-undang tidak boleh menilai satu
kesenangan dari satu sisi semata. Kritik terhadap
Bentham adalah terlalu menyederhanakan seluk-beluk
kehidupan manusia menjadi kalkulasi yang gamblang
tentang kesenangan, tanpa memperhatikan bagaimana
kesenangan ini diproduksi.
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 21
mana kesenangan yang lebih tinggi dan lebih rendah
terlibat dalam perhitungan?
22 E t i k a B i s n i s
pilihan dan oleh karena itu budak tidak pernah bisa
dikatakan bahagia.
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 23
Masalah lain dengan utilitarianisme adalah
ketidakpraktisan menghitung kegunaan tindakan
secara real time. Perhitungan utilitas dikatakan
merugikan diri sendiri sedangkan saat tindakan
utilitarian terbaik telah dihitung dan diputuskan,
peluang untuk melakukan tindakan ini mungkin telah
berlalu. Bagaimana jika seseorang berada dalam dilema
dan harus mengambil keputusan dengan cepat? Dalam
situasi tekanan tinggi, seseorang biasanya tidak punya
waktu untuk duduk dan membuat perhitungan yang
tepat mengenai keputusan mana yang paling membawa
kebahagiaan dan meminimalkan rasa sakit. Mill
menyanggah kritik ini dengan menyatakan bahwa
manusia mempelajari prinsip moral umum melalui
pengalaman yang nantinya dapat diandalkan dalam
situasi dilema.
24 E t i k a B i s n i s
3. Keunggulan Utilitarianisme
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 25
bentuk utilitarianisme, konsep utilitas dibatasi untuk
dapat diukur secara moneter biaya dan keuntungan.
26 E t i k a B i s n i s
tiap individu di mana pun mereka tinggal tanpa
dibatasi oleh sistem hukum yang berlaku di tempat
tinggalnya tersebut.
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 27
kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan
lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan,
hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain.
Selanjutnya, tidak akan diadakan pembedaan
atas dasar kedudukan politik, hukum atau
kedudukan internasional dari negara atau daerah
dari mana seseorang berasal, baik dari negara
yang merdeka, yang berbentuk wilyah-wilayah
perwalian, jajahan atau yang berada di bawah
batasan kedaulatan yang lain.
28 E t i k a B i s n i s
perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk
diskriminasi yang bertentangan dengan Deklarasi
ini, dan terhadap segala hasutan yang mengarah
pada diskriminasi semacam ini.
• Pasal 11
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 29
memperoleh semua jaminan yang perlukan
untuk pembelaannya.
• Pasal 13
30 E t i k a B i s n i s
(2) Setiap orang berhak meninggalkan suatu
negeri, termasuk negerinya sendiri, dan
berhak kembali ke negerinya.
• Pasal 14
• Pasal 15
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 31
• Pasal 16
• Pasal 17
32 E t i k a B i s n i s
• Pasal 18 Setiap orang berhak atas kebebasan
pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal ini
termasuk kebebasan berganti agama atau
kepercayaan, dengan kebebasan untuk
menyatakan agama atau kepercayaann dengan
cara mengajarkannya, melakukannya, beribadat
dan mentaatinya, baik sendiri maupun bersama-
sama dengan orang lain, di muka umum maupun
sendiri.
• Pasal 20
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 33
• Pasal 21
34 E t i k a B i s n i s
• Pasal 23
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 35
• Pasal 25
• Pasal 26
36 E t i k a B i s n i s
umum harus terbuka bagi semua orang, dan
pendidikan tinggi harus dapat dimasuki
dengan cara yang sama oleh semua orang,
berdasarkan kepantasan.
• Pasal 27
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 37
(2) Setiap orang berhak untuk memperoleh
perlindungan atas keuntungan-keuntungan
moril maupun material yang diperoleh
sebagai hasil karya ilmiah, kesusasteraan
atau kesenian yang diciptakannya.
• Pasal 29
38 E t i k a B i s n i s
umum dalam suatu masyarakat yang
demokratis. (3) Hak-hak dan kebebasan-
kebebasan ini dengan jalan bagaimana pun
sekali-kali tidak boleh dilaksanakan
bertentangan dengan tujuan dan prinsip-
prinsip PBB. Pasal 30 Tidak sesuatu pun di
dalam Deklarasi ini boleh ditafsirkan
memberikan sesuatu Negara, kelompok
ataupun seseorang, hak untuk terlibat di
dalam kegiatan apa pun, atau melakukan
perbuatan yang bertujuan merusak hak-hak
dan kebebasan-kebebasan yang mana pun
yang termaktub di dalam Deklarasi ini.
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 39
- Hak untuk membentuk dan bergabung dengan
perkumpulan perdagangan
40 E t i k a B i s n i s
Upaya untuk menggambarkan berbagai jenis hak
dilakukan oleh Wesley Hohfeld pada publikasinya di
tahun 1919 yang mengidentifikasi sejumlah kategori
hak (Harel, 2005). Jika X mengklaim haknya, maka
harus ada orang lain yang memiliki kewajiban kepada
X terkait klaim tersebut. Inilah tesis korelasi hak dan
kewajiban. Kategori hak istimewa adalah kebebasan
untuk melakukan sesuatu, yang bisa bersifat umum
atau khusus. Hak istimewa adalah kebebasan yang
luar biasa. Misalnya, persetujuan oleh pihak keluarga
pasien kepada pihak rumah sakit (dokter) dalam
tindakan bedah.
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 41
Tentunya kita bisa menuntut mereka melakukan
kewajiban sebagaimana orang normal. Para disabilitas
mental tetap harus mendapatkan hak mereka walau
pun mereka tidak mampu memenuhi kewajibannya.
42 E t i k a B i s n i s
F. PENDEKATAN KANT
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 43
diri sendiri apakah saya bersedia dipecat jika atasan
saya tidak menyukai ras saya? Jika saya sendiri tidak
bersedia diperlakukan sewenang-wenang seperti itu,
maka secara moral salah bagi saya untuk memecat
karyawan karena alasan etnis.
44 E t i k a B i s n i s
tujuannya (Rosenberg, 2006). Konsep "bebas dan
rasional" di sini mengacu pada jenis pilihan yang dibuat
seseorang saat pilihannya tidak dipaksa dan kedua
belah pihak sama-sama tahu dan memilih apa yang
terbaik sesuai kehendaknya. Formulasi ini didasarkan
prinsip bahwa manusia memiliki harga diri sehingga
manusia bukanlah sekedar objek.
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 45
memiliki "nilai moral" juga dimotivasi oleh rasa
"kewajiban", yaitu keyakinan bahwa perilaku itu adalah
cara yang tepat bagi semua orang untuk berperilaku
serupa dalam keadaan yang sama.
46 E t i k a B i s n i s
aslinya tidak terkaburkan oleh istilah bahasa
terjemahan.
1. Distributive justice
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 47
hendaknya diarahkan berdasarkan kebutuhan dan
kemampuan seseorang.
48 E t i k a B i s n i s
Teori yang dikemukakan oleh Rawls menyatakan
bahwa pendistribusian manfaat dan beban hendaknya
berdasarkan kebebasan yang setara, kesempatan yang
setara, serta perhitungan dari kebutuhan kelompok
masyarakat yang kurang beruntung (disadvantages)
(Velasquez, 2018).
2. Retributive justice
3. Compensatory justice
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 49
berkenaan dengan keadilan bagi keluarga korban yang
kehilangan nyawa.
H. ETIKA KEPEDULIAN
50 E t i k a B i s n i s
pendukung paham etika peduli, orang tua lah yang
harus diselamatkan karena hubungan kekerabatan
yang lebih dekat walaupun sudah renta dan kurang
memberikan kontribusi kepada masyarakat banyak.
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 51
Untuk lebih mengenal konsep ethic of care, maka
perlu diperhatikan tiga perbedaan bentuk kepedulian
(Noddings, 2013), yaitu:
52 E t i k a B i s n i s
dalam posisi kita untuk peduli, sehingga kita
bersikap objektif dan rasional dalam
mengarahkan rasa peduli. Hal ini berbeda dengan
caring for someone, yaitu kasih sayang yang
dicurahkan tanpa batasan dan sifatnya kedekatan
serta bersifat subjektifitas (keberpihakan). Caring
after someone juga tidak termaksud dalam ethic of
care.
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 53
Konsep kepedulian, keadilan dan hak dijelaskan
sebagai berikut (Velasquez, 2018):
54 E t i k a B i s n i s
I. RINGKASAN
E m p a t P r i n s i p D a s a r d a l a m E t i k a B i s n i s 55
J. EVALUASI / SOAL LATIHAN
56 E t i k a B i s n i s
3
1 TEORI-TEORI
ALTERNATIF DALAM
ETIKA BISNIS
A n a l i s i s T i t i k I m p a s d a l a m P r o y e k s i
K e u a n g a n 57
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. PENDAHULUAN
58 E t i k a B i s n i s
C. TEORI KEBAJIKAN
T e o r i - t e o r i A l t e r n a t i f d a l a m E t i k a B i s n i s 59
jauh tapi juga cukup jauh untuk memuaskan rasa dan
tindakannya. Dalam hal ini, ia akan secara memilih
jalan tengah antara tindakan yang terlalu ekstrem
berbahaya namun cukup menantang untuk dilakukan
sesuai kemampuannya.
60 E t i k a B i s n i s
D. KESADARAN DAN KETIDAKSADARAN
T e o r i - t e o r i A l t e r n a t i f d a l a m E t i k a B i s n i s 61
masa lalu. Kemudian otak akan mengidentifikasi
perilaku apa yang pantas dilakukan untuk situasi baru
tersebut berdasarkan kemiripan situasi dan perilaku
yang pantas di masa lalu. Juga otak akan
mengidentifikasi norma moral yang pantas untuk
situasi baru serta emosi yang sama dan ternampakkan.
Proses kerja otak ini adalah proses ‘di balik layar’
sebagai proses ketidaksadaran manusia. Semua
mekanisme dilakukan oleh otak yang memasangkan
situasi baru dengan situasi lama dalam prototypes
memori kita.
62 E t i k a B i s n i s
berkata jujur maka akan menyakiti hati seseorang.
Proses kesadaran pengambilan keputusan terjadi
ketika kita memilih untuk berkata jujur atau
berbohong dalam situasi tersebut.
T e o r i - t e o r i A l t e r n a t i f d a l a m E t i k a B i s n i s 63
4
1 PANDANGAN
PRO TERHADAP
PASAR BEBAS
A n a l i s i s T i t i k I m p a s d a l a m P r o y e k s i
K e u a n g a n 65
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. DAMPAK GLOBALISASI
66 E t i k a B i s n i s
secara bebas antarnegara. Aliran perdagangan menjadi
lebih cepat dan lebih murah karena sistem komunikasi
dan transportasi semakin canggih. Selain sistem yang
didukung teknologi canggih, berbagai perjanjian
antarnegara juga sangat berperan dalam lancarnya
perdagangan bebas. Organisasi yang mengatur pasar
bebas antara lain adalah World Trade Organization
(WTO), di mana negara anggotanya sepakat untuk
melaksanakan pasar terbuka dan bebas.
P a n d a n g a n P r o t e r h a d a p P a s a r B e b a s 67
terjamin beserta berbagai hak perlindungan
pekerja lainnya. Namun, pada akhirnya investor
yang telah menanamkan modal dan pabriknya di
negara tersebut akan beralih ke negara lain yang
lebih murah lagi. Sehingga, ketika pabrik tersebut
tutup di suatu negara, maka akan menyisakan
banyak pengangguran. Pemerintah pada akhirnya
akan disalahkan karena naiknya angka
pengangguran.
68 E t i k a B i s n i s
berada pada keadaan alamiah (state of nature). Pada
keadaan alamiah ini, tiap individu secara politis adalah
setara dan bebas dari tekanan orang lain, selain hanya
hukum alam yang berlaku. Hukum alam (the law of
nature) menurut Locke adalah prinsip moral dari Tuhan
kepada manusia dan apa pun takdir yang terjadi
terhadap manusia adalah kewajiban manusia itu untuk
mengambil hikmahnya.
P a n d a n g a n P r o t e r h a d a p P a s a r B e b a s 69
namun banyak ahli mengaplikasikan teori Locke dalam
pembahasan pasar bebas (Macpherson, 2010). Ketika
seseorang memiliki hak kebebasan dan kepemilikan
properti, seperti yang diungkapkan oleh Locke, maka
pemerintah semestinya membebaskan individu untuk
melakukan perdagangan dan pertukaran tenaga kerja
serta kebebasan dalam kepemilikan properti
(antarnegara). Dalam hal ini, konsep Locke tersebut
mirip dengan konsep pasar bebas di mana perusahaan
swasta bebas melakukan pertukaran ekonomi,
pemerintah tidak mencampuri, tetapi hanya
melindungi hak kepemilikan individu dan membiarkan
pertukaran antar individu secara suka rela (Nielsen,
1978 dalam Velasquez, 2018).
70 E t i k a B i s n i s
Hak natural dari Locke adalah hak ‘negatif’.
Maksud ‘negatif’ di sini adalah hak untuk tidak
diganggu oleh orang lain. Hak negatif bisa berkonflik
dengan hak ‘positif’, yaitu kewajiban orang lain untuk
memberikan manfaat bagi yang berhak. Sebagai contoh
dalam situasi perdagangan bebas, apabila pasar itu
bebas maka pasar bebas tersebut bida mendatangkan
ketidakadilan yang berakibat pada ketidaksetaraan
Ketika pemerintah tidak bisa mencampuri perusahaan
besar yang memangsa perusahaan-perusahaan kecil.
P a n d a n g a n P r o t e r h a d a p P a s a r B e b a s 71
Tuhan’ (the invisible hand) menuju kepada
kesejahteraan publik.
72 E t i k a B i s n i s
E. KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN PASAR
BEBAS
P a n d a n g a n P r o t e r h a d a p P a s a r B e b a s 73
menyatakan bahwa pemikiran Ricardo sangat
mengejutkan dan berlawanan dengan konsep ekonomi
yang biasa dianut oleh para ahli ekonomi saat itu
(Velasquez, 2018). Keunggulan komparatif adalah
konsep paling penting untuk teori perdagangan
internasional. Konsep Ricardo inilah yang dijadikan
pijakan oleh para pendukung globalisasi, khususnya
para politisi dan ekonomi. Poin penting dari Ricardo
adalah, walaupun suatu negara mampu memproduksi
semua kebutuhannya, namun lebih baik untuk
melakukan perdagangan internasional karena secara
total output ekonomi menguntungkan dan semua orang
berkontribusi terhadap peningkatan output ekonomi
ini.
74 E t i k a B i s n i s
3. Jelaskan argumen utilitarian Adam Smith
terhadap pasar bebas.
P a n d a n g a n P r o t e r h a d a p P a s a r B e b a s 75
5
1 PANDANGAN
KONTRA TERHADAP
PASAR BEBAS
A n a l i s i s T i t i k I m p a s d a l a m P r o y e k s i
K e u a n g a n 77
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
78 E t i k a B i s n i s
tersebut. Marx hidup pada masa Revolusi Industri,
sehingga dia menyaksikan semua hal yang banyak
berhubungan dengan eksploitasi pekerja golongan
bawah di Inggris, Eropa, dan seluruh dunia. Dalam
beberapa karyanya, Marx menulis tentang eksploitasi
anak bahkan seusia 7 tahun untuk bekerja selama 12
– 15 jam per hari (Guback & Bettig, 1987).
P a n d a n g a n K o n t r a t e r h a d a p P a s a r B e b a s 79
4. Ekonomi kapitalis memisahkan pekerja dari diri
pekerja itu sendiri.
80 E t i k a B i s n i s
manajer hanya memikirkan keuntungan. Inilah yang
disebut Marx sebagai kalkulasi egois (Velasquez, 2018).
P a n d a n g a n K o n t r a t e r h a d a p P a s a r B e b a s 81
Marx menawarkan solusi tatanan masyarakat
tanpa adanya kelas-kelas. Menurutnya, problema
terhadap kapitalisme karena adanya perselisihan
antarkelas masyarakat, yaitu konflik antara
kelompok/kelas pemilik dan kelompok/kelas pekerja.
Dengan demikian, penghapusan kelas mutlak
dilakukan untuk menghilangkan konflik antarkelas
tersebut. Inilah yang menjadi dasar revolusi komunis
(Marx & Engels, 1962).
C. MIXED ECONOMY
82 E t i k a B i s n i s
Cina dan Singapura di mana pemerintah juga berperan
selain adanya pasar bebas tersebut (Lodge, 1990).
P a n d a n g a n K o n t r a t e r h a d a p P a s a r B e b a s 83
bebas dan regulasi pemerintah. Negara-negara dunia
lainnya pun menyadari bahwa yang penting adalah
keseimbangan antara sistem pasar bebas dan regulasi
pemerintah untuk mengatur pasar tersebut untuk
melindungi warganegara dan bertujuan untuk
kesejahteraan bangsa dan negara. Keseimbangan
diperlukan antara manfaat pasar bebas yang dipercaya
oleh kaum utilitarian dengan memperhatikan hak asasi
manusia, keadilan, dan kepedulian dalam regulasi yang
dibuat oleh masing-masing negara.
84 E t i k a B i s n i s
D. EVALUASI / SOAL LATIHAN
P a n d a n g a n K o n t r a t e r h a d a p P a s a r B e b a s 85
6
1 ETIKA PASAR
A n a l i s i s T i t i k I m p a s d a l a m P r o y e k s i
K e u a n g a n 87
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
88 E t i k a B i s n i s
B. PENERAPAN ETIKA PADA PASAR
E t i k a P a s a r 89
C. PERSAINGAN SEMPURNA
90 E t i k a B i s n i s
Kurva penawaran S (supply) mengindikasikan
harga yang penjual dapatkan untuk menutupi biaya
(termasuk keuntungan normal) dari penawaran
sejumlah produk (Gambar 6.2). Harga pada kurva
penawaran adalah harga yang layak/adil (dalam
kaitannya dengan keadilan kapitalis) bagi penjual
karena harga tersebut setara nilainya dengan biaya
produksi produk tersebut.
E t i k a P a s a r 91
persaingan sempurna, harga secara terus-menerus
mengarah ke titik ekuilibrium karena jika harga naik di
atas ekuilibrium, maka terjadi surplus sehingga harga
akan kembali turun ke titik ekuilibrium. Sedangkan
jika harga turun di bawah titik ekuilibrium, maka
kelangkaan akan terjadi sehingga harga akan kembali
naik menuju titik ekuilibrium.
92 E t i k a B i s n i s
Gambar 6.4 Kenaikan level ekuilibrium
E t i k a P a s a r 93
Dalam pasar persaingan sempurna, jumlah
barang dan harga selalu bergerak ke titik ekuilibrium,
sehingga pergerakan tersebut menghasilkan angka
yang adil bagi penjual dan pembeli. Dengan kata lain,
pasar persaingan sempurna selalu menghasilkan rasa
keadilan bagi penjual dan pembeli.
94 E t i k a B i s n i s
D. MONOPOLI – PASAR TANPA PERSAINGAN
E t i k a P a s a r 95
E. PERSAINGAN OLIGOPOLI
96 E t i k a B i s n i s
Ada satu teori yang disebut ‘fraud triangle‘
(segitiga penipuan) yang menjelaskan kenapa
seseorang melakukan tindakan bertentangan dengan
hukum. Ada tiga alasan yang melatarbelakanginya,
yaitu: adanya tekanan, adanya kesempatan, dan
kemampuan untuk merasionalisasi tindakan tersebut
(Velasquez, 2018). Pasar oligopoli, seperti halnya
dengan monopoli, bertentangan dengan hak moral dan
hak legal.
E t i k a P a s a r 97
yang melakukan monopoli dan oligopoli menjadi lebih
kecil sehingga diharapkan akan menjadi perusahaan-
perusahaan yang kompetitif. Sedangkan pandangan
yang ketiga adalah menganggap bahwa monopoli dan
oligopoli dapat mendatangkan manfaat, oleh karenanya
tidak perlu dipecah tetapi hanya dibatasi/diawasi
melalui regulasi pemerintah.
98 E t i k a B i s n i s
7
1 ETIKA DAN
LINGKUNGAN
A n a l i s i s T i t i k I m p a s d a l a m P r o y e k s i
K e u a n g a n 99
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
100 E t i k a B i s n i s
permasalahan tersebut merupakan permasalahan
utama etika bisnis lingkungan.
E t i k a d a n l i n g k u n g a n 101
Banyak sumber daya alam sekarang menjadi
makin langka. Antara lain spesies hewan dan tanaman
menjadi langka bahkan terancam punah karena
adanya perubahan iklim dan musnahnya habitat
alamiahnya. Demikian pula sumber minyak bumi dan
berbagai mineral, seperti besi, aluminium, indium,
tantalum dan sebagainya sebagai bahan produksi
industri sekarang makin menipis persediaan di muka
bumi ini.
102 E t i k a B i s n i s
C. ETIKA UNTUK MENGENDALIKAN POLUSI
E t i k a d a n l i n g k u n g a n 103
Pandangan kedua adalah hak atas lingkungan
yang bersih polusi dan bermanfaat untuk manusia.
William T. Blackstone adalah orang yang
menggambarkan bahwa kehidupan lingkungan yang
sehat itu tidak saja berkaitan dengan kenyamanan,
namun juga merupakan hak manusia (Blackstone,
1974). Oleh karena itu, pihak mana pun yang
mengakibatkan polusi adalah salah karena tiap
manusia berhak atas kehidupan lingkungannya yang
sehat.
104 E t i k a B i s n i s
D. TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
E t i k a d a n l i n g k u n g a n 105
sosial dan lingkungan yang berlaku bagi perseroan
yang mengelola/memiliki dampak terhadap
sumberdaya alam. Undang-undang tersebut
mewajibkan industri atau perusahaan untuk
menerapkan program CSR. Apabila tidak
melaksanakan kewajiban tersebut, perusahaan akan
dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku.
106 E t i k a B i s n i s
mengesampingkan aspek lingkungan dan sosial.
Kedua, berhubungan dengan efisiensi biaya. Artinya
biaya yang dikeluarkan akan berkurang karena kasus
lingkungan dan sosial akibat kelalaian perusahaan
dapat diminimalisir. Ketiga, berhubungan dengan
peningkatan produktivitas. Perusahaan yang
memberikan bantuan kepada karyawannya (bagian
dari program CSR) dapat meningkatkan kinerja dan
kualitas kerja karyawan. Keempat, memperbesar
kemungkinan untuk mendapat insentif-insentif lain,
seperti insentif pajak. Insentif pajak dapat
mempengaruhi investor untuk menanamkan
modalnya.
E t i k a d a n l i n g k u n g a n 107
1. Peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan
kinerja finansial yang lebih baik.
108 E t i k a B i s n i s
keadilan, yaitu: keadilan dalam hal ekonomi, sosial,
dan lingkungan. CSR merupakan komitmen
perusahaan untuk terus bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan ikut dalam meningkatkan
ekonomi, kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya serta meningkatkan kualitas masyarakat
secara luas. CSR bertujuan untuk menyeimbangkan
tanggung jawab perusahaan dalam hal ekonomi,
lingkungan, dan sosial (van Marrewijk, 2003; Montiel,
2008).
E t i k a d a n l i n g k u n g a n 109
“Profit” adalah aspek ekonomi, “planet” adalah
aspek lingkungan dan “people” sebagai aspek sosial.
Profit dalam hal ini adalah mengejar keuntungan agar
dapat memenuhi operasional perusahaan dan mampu
meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. People
adalah pemenuhan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan planet dalam hal ini adalah perusahaan
harus memperhatikan dan menjaga kelestarian alam.
Bila dikaitkan dengan konsep Triple Bottom Line yang
terdiri dari aspek keuangan, aspek sosial dan aspek
lingkungan perusahaan tersebut, pembangunan
berkelanjutan meliputi kesejahteraan atau
kemakmuran ekonomi (economic prosperity),
peningkatan kualitas lingkungan (environmental
quality) dan keadilan sosial (social justice).
110 E t i k a B i s n i s
3. Jelaskan tentang etika yang berhubungan dengan
konservasi sumber daya bagi kepentingan
generasi di masa depan.
E t i k a d a n l i n g k u n g a n 111
8
1 ETIKA PEMASARAN
DAN PRODUK
KONSUMSI
A n a l i s i s T i t i k I m p a s d a l a m P r o y e k s i
K e u a n g a n 113
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
114 E t i k a B i s n i s
B. PASAR DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
E t i k a p e m a s a r a n d a n p r o d u k k o n s u m s i 115
dilakukan bersifat impulsif (impulsive buying), yaitu
tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu.
116 E t i k a B i s n i s
C. THE CONTRACTUAL VIEW
E t i k a p e m a s a r a n d a n p r o d u k k o n s u m s i 117
ditandatanganinya. Di lain pihak, pihak asuransi juga
cenderung menutupi detil cara klaim. Kecuali calon
nasabah ingin mengetahui lebih lanjut dan proaktif
bertanya, hal-hal detil tersebut tidak diungkapkan
secara eksplisit.
118 E t i k a B i s n i s
Pandangan due-care tidak luput dari
ketidaksempurnaan. Pandangan due-care tidak
menspesifikasi siapa yang akan membayar kerugian
apabila produk yang dipakai konsumen ternyata
membahayakan konsumen. Membahayakan yang
dimaksud di sini adalah ketika pihak produsen dan
konsumen sama-sama tidak menyadari potensi bahaya
tersebut. Apakah termasuk tindakan
ketidaksengajaan? Kemudian, setelah diketahui
bahaya tersebut maka siapa yang akan bertanggung
jawab?
E t i k a p e m a s a r a n d a n p r o d u k k o n s u m s i 119
Pandangan biaya sosial menyempurnakan
pandangan due-care, karena pandangan biaya sosial
menyebutkan secara spesifik pihak mana yang harus
bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita
konsumen.
F. ETIKA PERIKLANAN
120 E t i k a B i s n i s
Nilai keindahan dan kecantikan telah didikte oleh
produsen make-up dan produk-produk pelangsing.
G. PRIVASI KONSUMEN
E t i k a p e m a s a r a n d a n p r o d u k k o n s u m s i 121
ketika kita bermaksud menjadi pelanggan provider
telepon seluler, kita hanya ingin pihak provider saja
yang bisa mengakses data pribadi kita sebagai
persyaratan menjadi pelanggan. Kita tidak memberi
otorisasi terhadap pihak lain untuk menggunakan data
kita. Kenyataannya, setelah telepon seluler kita aktif
banyak pesan spam memenuhi telepon seluler kita.
122 E t i k a B i s n i s
H. EVALUASI / SOAL LATIHAN
E t i k a p e m a s a r a n d a n p r o d u k k o n s u m s i 123
9
1 ETIKA DAN
DISKRIMINASI
TENAGA KERJA
A n a l i s i s T i t i k I m p a s d a l a m P r o y e k s i
K e u a n g a n 125
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
126 E t i k a B i s n i s
Tindakan diskriminasi terhadap tenaga kerja
dapat berupa diskriminasi upah antara tenaga kerja
pria dan wanita. Biasanya, tenaga kerja wanita
mendapat gaji yang lebih rendah daripada rekan kerja
pria pada level pendidikan yang setara (Carrington &
Troske, 1995; Reskin & Padavic, 1994; Semega, 2009).
Di berbagai negara barat masih banyak kasus gaji
kaum minoritas ras kulit berwarna lebih rendah
dibandingkan gaji kaum mayoritas ras kulit putih.
Rumah tangga yang dimotori oleh perempuan sebagai
kepala rumah tangga secara umum angka
kemiskinannya lebih tinggi dibandingkan kepala
rumah tangga oleh pria. Bagaimana dengan situasi di
negara Indonesia? Kasus diskriminatif ketenagakerjaan
juga banyak ditemui, namun data belum sepenuhnya
terpublikasi.
E t i k a d a n d i s k r i m i n a s i t e n a g a k e r j a 127
pelatihan dan kinerja yang setara dengan pria
(Velasquez, 2018).
128 E t i k a B i s n i s
C. PANDANGAN HUKUM NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
E t i k a d a n d i s k r i m i n a s i t e n a g a k e r j a 129
Negara Indonesia berusaha mewujudkan harkat
dan martabat serta rasa hormat yang sama untuk
semua warga negara. Hal ini juga dimaksudkan untuk
tercapainya keadilan sosial dan ekonomi. Prinsip-
prinsip kesetaraan dan non diskriminatif telah
disepakati secara internasional sebagai standar
perilaku untuk mencapai pembangunan ekonomi dan
sosial yang berkelanjutan serta untuk efisiensi dalam
pasar tenaga kerja.
130 E t i k a B i s n i s
melakukan tindakan diskriminatif dapat berbentuk
teguran, peringatan tertulis, pembatasan kegiatan
usaha, pembekuan kegiatan usaha, pembatalan
persetujuan, pembatalan pendaftaran, penghentian
sementara sebagian atau seluruh alat produksi, hingga
pencabutan ijin. Pasal-pasal dalam UU nomor 13
tahun 2013 antara lain pasal 5 tentang Diskriminasi
dalam memperoleh pekerjaan, dan pasal 6 tentang
Diskriminasi dalam Bekerja.
E t i k a d a n d i s k r i m i n a s i t e n a g a k e r j a 131
paling sedikit 1% tenaga kerja penyandang disabilitas
(Undang-Undang nomor 8, 2016).
132 E t i k a B i s n i s
E. EVALUASI / SOAL LATIHAN
E t i k a d a n d i s k r i m i n a s i t e n a g a k e r j a 133
10
1 ETIKA DAN
ORGANISASI
A n a l i s i s T i t i k I m p a s d a l a m P r o y e k s i
K e u a n g a n 135
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
136 E t i k a B i s n i s
kerja (employee). Pihak pemberi kerja menyediakan gaji
serta kondisi kerja yang layak untuk tenaga kerjanya.
Sedangkan pihak tenaga kerja diharuskan patuh
terhadap aturan organisasi dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
E t i k a d a n O r g a n i s a s i 137
lingkungan kerjanya dan apabila ada potensi risiko,
pegawai berhak untuk mengetahui terlebih dahulu.
Dengan demikian, hubungan yang bersifat kontraktual
ini semestinya bersifat setara, adil, serta
memperhatikan aspek kewajaran (equal, justice, and
fair).
138 E t i k a B i s n i s
oleh pimpinan organisasi untuk mencapai
keinginannya (Kaufman, 1964).
E t i k a d a n O r g a n i s a s i 139
manusia, bukan keuntungan. Kepedulian merupakan
tujuan organisasi, dan bukan sekedar sarana
organisasi untuk memacu produktivitas.
140 E t i k a B i s n i s
E. EVALUASI / SOAL LATIHAN
E t i k a d a n O r g a n i s a s i 141
DAFTAR PUSTAKA
D a f t a r P u s t a k a 143
Gilligan, C. (1993). In a different voice: Psychological
theory and women’s development. Harvard
University Press.
Guback, T., & Bettig, R. (1987). Translating the
Manifesto into English; Nineteenth Century
Communication, Twentieth Century Confusion.
Journal of Communication Inquiry, 11(2), 3–16.
Harel, A. (2005). Theories of rights. Philosophy of Law
and Legal Theory, 191–206.
Harjoto, M. A., & Jo, H. (2011). Corporate Governance
and CSR Nexus. Journal of Business Ethics,
100(1), 45–67.
Hohfeld, W. N. (1923). Fundamental legal conceptions as
applied in judicial reasoning: and other legal
essays. Yale University Press.
Judge, T. A., Locke, E. A., Durham, C. C., & Kluger, A.
N. (1998). Dispositional effects on job and life
satisfaction: The role of core evaluations. Journal
of Applied Psychology, 83(1), 17–34. doi:
10.1037/0021-9010.83.1.17
Kaufman, H. (1964). Organization theory and political
theory. The American Political Science Review,
58(1), 5–14.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia (2012). Kesetaraan dan non
diskriminasi di tempat kerja di Indonesia;
Panduan.
Kusumadilaga, R. (2010). Pengaruh corporate social
responsibility terhadap nilai perusahaan dengan
profitabilitas sebagai variabel moderating (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia) [Universitas
Diponegoro]. http://eprints.undip.ac.id/22572/
144 E t i k a B i s n i s
Lodge, G. C. (1990). Perestroika for America:
restructuring US business-government relations for
competitiveness in the world economy. Harvard
Business School Press.
Macpherson, C. B. (2010). The political theory of
possessive individualism: Hobbes to Locke. Oxford
University Press.
Marx, K. (1988). Economic and philosophic manuscripts
of 1844. Martin Milligan (Trans.). Amherst, NY:
Prometheus Books.
Marx, K. (2010). A contribution to the critique of
political economy. In Marx Today (pp. 91–94).
Springer.
Marx, K., & Engels, F. (1962). Manifesto of the
Communist Party: By Karl Marx and Friedrich
Engels. International Publishers.
McCloskey, H. J. (1957). An examination of restricted
utilitarianism. The Philosophical Review, 66(4),
466–485.
McWilliams, A., & Siegel, D. (2000). Corporate social
responsibility and financial performance:
correlation or misspecification? Strategic
Management Journal, 21(5), 603–609. doi:
10.1002/(SICI)1097-
0266(200005)21:5<603::AID-SMJ101>3.0.CO;2-3
Mill, J. S. (1863). Utilitariarism. Chapter 2: What
Utilitarianism Is.
Mirrlees, J. A. (1982). The economic uses of
utilitarianism.
Montiel, I. (2008). Corporate social responsibility and
corporate sustainability. Organization &
Environment, 21(3), 245–269. doi:
10.1177/1086026608321329
D a f t a r P u s t a k a 145
Müller-Schneider, T. (2013). Jeremy Bentham: An
Introduction to the Principles of Morals and
Legislation. In Hauptwerke der Emotionssoziologie
(pp. 50–54). Springer.
Narvaez, D., & Bock, T. (2002). Moral schemas and tacit
judgement or how the Defining Issues Test is
supported by cognitive science. Journal of Moral
Education, 31(3), 297–314.
Newman, L. (2007). The Cambridge Companion to
Locke’s’ Essay Concerning Human Understanding’.
Cambridge University Press.
Nielsen, K. (1978). Class and justice. Justice and
Economic Distribution, 225–245.
Nielsen, K. (1982). Bibliography: Radical Critiques of
Rawls. Graduate Faculty Philosophy Journal,
8(1/2), 257–267.
Noddings, N. (2002). Starting at home: Caring and social
policy. Univ of California Press.
Noddings, N. (2013). Caring: A Relational Approach to
Ethics and Moral Education. University of
California Press.
O’neill, O. (2000). Bounds of Justice. Cambridge
University Press.
Pennino, C. M. (2004). Norman E. Bowie, Business
Ethics, A Kantian Perspective. Journal of Business
Ethics, 50(4), 415.
Reskin, B. F., & Padavic, I. (1994). Women and Men at
Work (Vol. 8). Pine Forge Press.
Rest, J. R., Thoma, S. J., & Bebeau, M. J. (1999).
Postconventional Moral Thinking: A Neo-
Kohlbergian Approach. Psychology Press.
Reynolds, S. J. (2006). A neurocognitive model of the
ethical decision-making process: Implications for
146 E t i k a B i s n i s
study and practice. Journal of Applied Psychology,
91(4), 737.
Ricardo, D. (1819). On the Principles of Political Economy
and Taxation. Georgetown. J. Milligan.
Rorty, R. (1992). A More Banal Politics. Australian Left
Review, 1(144), 14–17.
Rosenberg, J. F. (2006). Reassessing immortality: The
Makropulos case revisited. The Good, The Right,
Life and Death: Essays in Honor of Fred Feldman,
227–240.
Semega, J. (2009). Men’s and women’s earnings by
state: 2008 American Community Survey. US
Department of Commerce, Economics and
Statistics Administration, US
Sen, S., & Bhattacharya, C. B. (2001). Does Doing Good
Always Lead to Doing Better? Consumer Reactions
to Corporate Social Responsibility. Journal of
Marketing Research, 38(2), 225–243.
Sheng, C. L. (1991). Comparisons with Other Theories.
In A New Approach to Utilitarianism (pp. 237–282).
Springer.
Smith, A. (2010). The Wealth of Nations: An Inquiry into
the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
Harriman House Limited.
Susiloadi, P. (2008). Implementasi corporate social
responsibility untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan. Universitas Sebelas Maret.
UKEssays. (2018). Critique of Utilitarianism Theory.
https://www.ukessays.com/essays/philosophy/
what-are-the-problems-with-utilitarianism-
philosophy-essay.php?vref=1
Undang-Undang nomor 8 (2016). Penyandang
Disabilitas. Negara Kesatuan Republik Indonesia.
D a f t a r P u s t a k a 147
United Nations (1948). Universal Declaration of Human
Rights. http://www.un.org/en/universal-
%0Adeclarationhuman-%0Arights/
van Marrewijk, M. (2003). Concepts and definitions of
csr and corporate sustainability: Between agency
and communion. Journal of Business Ethics, 44(2),
95–105. doi: 10.1023/A:1023331212247
Varadarajan, P. R., & Menon, A. (1988). Cause-related
marketing: A coalignment of marketing strategy
and corporate philanthropy. Journal of Marketing,
52(3), 58–74. doi: 10.2307/1251450
Velasquez, M. G. (2018). Business Ethics; Concepts and
Cases (8th ed.). Pearson.
Vermunt, R., & Steensma, H. (1991). Social Justice in
Human Relations, Volume 1: Societal and
Psychological Origins of Justice.
Werhane, P. H. (1991). Adam Smith and his legacy for
modern capitalism. Oxford University Press.
148 E t i k a B i s n i s
GLOSARIUM
G l o s a r i u m 149
Pareto optimality Sistem pasar persaingan sempurna
akan mengarah pada penggunaan sumber daya dan
variasi harga yang memungkinkan konsumen untuk
memaksimalkan keuntungan mereka dalam suatu
transaksi.
Pendekatan konsekuensi (consequentialist)
Berfokus pada konsekuensi suatu tindakan, apakah
baik atau buruk.
Retributive justice Jenis keadilan mengacu pada
pemberian hukuman atau penalti kepada siapa pun
yang bersalah.
Reversibility Alasan seseorang memperlakukan orang
lain karena dia juga ingin orang lain mempelakukannya
seperti itu.
Standar moral Standar yang melibatkan penilaian
kebaikan dan keburukan, preferensi orang banyak
dibandingkan untuk kepentingan diri sendiri, tidak
dikembangkan oleh pemerintah atau orang yang
berkuasa (figur otoritas), dirasakan bersifat universal,
berbasiskan pertimbangan yang tidak memihak,
diasosiasikan dengan emosi khusus (seperti rasa
bersalah) dan perbendaharaan kata (seperti obligasi,
hak, keadilan).
Standar moral Standar yang melibatkan penilaian
kebaikan dan keburukan, preferensi orang banyak
dibandingkan untuk kepentingan diri sendiri, tidak
dikembangkan oleh pemerintah atau orang yang
berkuasa (figur otoritas), dirasakan bersifat universal,
berbasiskan pertimbangan yang tidak memihak,
diasosiasikan dengan emosi khusus (seperti rasa
bersalah) dan perbendaharaan kata (seperti obligasi,
hak, keadilan).
Teori Kant Didasarkan pada prinsip moral yang
disebut categorical imperative.
150 E t i k a B i s n i s
Teori relativisme etika Menyatakan bahwa tidak ada
standar etika yang bersifat benar secara mutlak.
Universalizability Alasan seseorang melakukan suatu
tindakan karena secara prinsip semua orang juga
bertindak seperti itu.
Utilitiarisme Pandangan yang menyatakan bahwa
tindakan dan kebijakan harus dievaluasi berdasarkan
pertimbangan manfaat dan biaya sosial.
G l o s a r i u m 151
INDEKS
I n d e k s s 153
E G
Ecofeminism · 104 Generasi milineal · 4
Ekuilibrium · 91, 92, 93, 94, Globalisasi · 2, 6, 11, 13, 66,
95 74
Ethic of care · 50, 52, 53
Ethical relativism theory · 10
H
Etika · 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10,
11, 13, 16, 17, 18, 19, 25, Hak asasi · 37
43, 50, 51, 53, 54, 56, 58, Hak dasar · 29, 68
88, 89, 96, 98, 99, 100, Hak hukum · 26
102, 103, 105, 108, 110, Hak istimewa · 41
111, 113, 114, 116, 118, Hak moral · 8, 26, 27, 40, 43,
120, 123, 125, 126, 132, 45, 55, 97
133, 135, 136, 137, 139, Hak negatif · 27, 71
140 Hak positif · 27
Etika bisnis · 2, 3, 13, 16, Hak privasi · 114, 121, 122,
56, 58, 100, 120 123
Etika ekologi · 103 Harga · 25, 45, 80, 90, 91,
Etika pasar · 116 92, 93, 94, 95, 96, 104
Etika peduli · 50, 51, 54 Hedonis · 21
Etis · 4, 11, 16, 18, 88, 89, Hedonisme psikologis · 20
95, 97, 98, 105, 109, 114,
123
I
Impulsive buying · 116
F
Insentif pajak · 107
Fairness · 46 Institusi · 6
Fraud triangle · 97
154 E t i k a B i s n i s
Keselamatan kerja · 7
J
Kesetaraan · 129, 130
Jeremy Bentham · 18, 19, 20 Keunggulan komparatif · 66,
John Locke · 66, 68, 74 73, 74, 75
John Stuart Mill · 18, 20, 21, Keuntungan · 8, 23, 25, 38,
22 48, 81, 91, 92, 102, 106,
Justice · 46, 47, 110, 138 107, 110, 140
Kinerja · 106, 107, 108, 128
Konsumen · 7, 25, 94, 114,
K
115, 116, 117, 118, 119,
Kalkulasi egois · 81 120, 121, 122, 123
Kant · 43, 45, 46 Konsumsi · 100, 110, 113
Kapitalisme · 79, 80, 82 Korelatifitas · 41, 42
Karl Marx · 78, 83 Korupsi · 9
Karyawan · 4, 43, 49, 107, Kurva penawaran · 91
109 Kurva permintaan · 90, 91
Kaum egalitarian · 47
Kaum kapitalis · 48, 80, 81
L
Keadilan · 3, 16, 23, 46, 47,
48, 49, 50, 54, 55, 56, 84, Lawrence Kohlberg · 5
90, 91, 94, 95, 96, 109, Lingkungan · 3, 4, 99, 100,
110, 126, 130, 132, 133 101, 103, 104, 106, 107,
Keamanan kerja · 7 108, 109, 110, 126, 128,
Kebahagiaan · 19, 20, 23, 24 133, 138
Keberanian · 60 Lingkungan bisnis · 3
Kebijakan · 6, 17, 68, 88, 97, Logis · 6, 41, 42
98, 126
Keputusan bisnis · 8, 9, 16,
M
19, 55, 56
Kesejahteraan · 36, 38, 71, Manajer · 6, 7, 8, 9, 12, 43,
84, 110 80
I n d e k s 155
Masyarakat · 4, 10, 18, 23, Pasar · 8, 11, 25, 66, 67, 68,
32, 34, 37, 38, 39, 40, 47, 70, 71, 73, 74, 75, 78, 80,
49, 51, 81, 82, 104, 108, 82, 83, 85, 88, 89, 90, 91,
109, 110 94, 95, 96, 97, 98, 104,
Mixed economy · 78, 82, 83, 105, 115, 116, 120, 130
85 Pasar bebas · 66, 67, 70, 71,
Monopoli · 88, 95, 96, 97, 98, 73, 74, 75, 78, 82, 83, 84,
116 85
Moral virtue · 59, 60 Pasar persaingan sempurna ·
25, 92, 94, 95, 96
Pekerja · 35, 39, 68, 78, 79,
N
80, 81, 82, 85, 130, 140
Natural rights · 66, 74 Pelanggan · 4, 117, 122
Negara berkembang · 7, 8 Pelecehan · 128
Negara maju · 7, 8 Pemasaran · 113
Nepotisme · 9 Pembangunan berkelanjutan
Nilai pribadi · 9 · 109, 110
Pemerintahan · 6, 34, 68, 69
Pendekatan berbasis hak ·
O
16, 26, 27, 41, 56
Oligopoli · 88, 96, 97, 98, Pendekatan konsekuensi · 18
116 Pengajaran etika · 10
Organisasi · 9, 11, 60, 67, Pengambilan keputusan · 2,
68, 108, 126, 128, 135, 4, 6, 13, 16, 17, 58, 61,
136, 137, 138, 139, 140, 62, 63, 89, 137
141 Perbudakan · 22, 23
Perdagangan bebas · 11, 66,
67, 71, 72, 75, 78, 82, 84,
P
85
156 E t i k a B i s n i s
Perilaku · 6, 25, 45, 55, 59,
R
60, 61, 62, 121, 130
Persaingan sempurna · 88, Rational organization · 136
90, 92, 94, 98 Regulasi · 7, 83, 84, 98
Persaingan tidak sempurna · Relativisme · 9, 10
96 Retributive justice · 49
Perserikatan Bangsa-Bangsa Reversibility · 44
· 27, 31, 39 Revolusi komunis · 82
Pertimbangan moral · 2, 3, 4,
5, 11, 13, 14, 17, 55
S
Perusahaan · 4, 6, 7, 8, 17,
70, 71, 89, 94, 97, 100, Schemas · 61
105, 106, 107, 108, 109, Scott Reynolds · 61
110, 130, 131, 140 Sistem hukum · 6, 20, 26
Perusahaan multinasional · 6 Social costs · 114, 116, 119,
Political organization · 138 123
Polusi · 100, 101, 103, 104, Social marketing · 108
110 Socrates · 22
Postconventional · 5 Sosialis · 47
Preconventional · 5 Stakeholders · 4, 108, 130
Prinsip moral · 24, 43, 69 Standar moral · 2, 3, 4, 5, 6,
Produksi · 7, 8, 72, 79, 81, 9, 10, 11, 16
91, 100, 102, 104, 110, State of nature · 69
120, 131 Struktur ekonomi · 81
Produsen · 4, 114, 115, 116, Sumber daya · 25, 34, 94,
117, 118, 119, 121, 123 100, 102, 108, 111
Properti · 39, 68, 69, 70, 81, Super struktur sosial · 81
83 Supply · 91
Prototypes · 61, 62, 63 Sustainability development ·
109
I n d e k s 157
Utilitarian · 20, 23, 24, 40,
T
55, 66, 71, 75, 84, 94, 95,
Tenaga kerja · 70, 72, 125, 96, 126, 132, 133
126, 127, 128, 130, 131, Utilitarianism · 20
132, 137 Utilitiarisme · 17, 18, 19, 40
Teori kewajiban · 20
Teori moral · 20
V
Teori relativisme etika · 10
The invisible hand · 72 Velasquez · 2, 3, 5, 7, 18, 19,
The last man · 103 26, 39, 49, 53, 54, 55, 59,
The law of nature · 69 60, 62, 67, 69, 70, 73, 74,
Theory of virtue · 59 81, 94, 96, 97, 115, 128,
Triple P · 109 136, 140
U W
Universalizability · 44 Wesley Hohfeld · 41
William T. Blackstone · 104
158 E t i k a B i s n i s