Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Bahasa Indonesia Oleh:

Mohammad Fajar Yunus dan Muhtadhi Billah


Koparat53@gmail.com dan Muhtadhi55@gmail.com

Abstrak:

Bahasa Indonesia adalah bentuk standar bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa
resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari
sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusiBahasa Indonesia lahir pada
tanggal 28 Oktober 1928. Dimana pada tanggal tersebut, para pemuda dari seluruh pelosok
Nusantara berkumpul dan berikrar Sumpah Pemuda dengan isi :
1. Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
2. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan
3. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Dengan Sumpah Pemuda itulah, bahasa Indonesia kemudian dikukuhkan menjadi bahasa
nasional. Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945, bahasa Indonesia menjadi bahasa negara
dan terkandung dalam UUD 1945 Bab XV, Pasal 36.

Kata kunci:
Bahasa Indonesia

Pendahuluan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian juga, Bahasa Indonesia menjadi sarana budaya dan sarana berpikir masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, peranan Bahasa Indonesia menjadi sangat penting. Mengingat
pentingnya bahasa Indonesia, kami sebagai mahasiswa dituntut untuk lebih memahami
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. yang salah satunya adalah dengan mengetahui
sejarah bahasa Indonesia.

Pembahasan
Bahasa bertugas menyampaikan sesuatu yang ingin diekspresikan oleh pikiran. (Eko
Ariwidodo, 2014). Dan Bahasa yang paling baik dalam menunjukkan identitas kultural suatu
bangsa. Dengan kata lain bahasa menunjukkkan bangsa. Itu sebabnya penting bagi bangsa
malensia melestarikan sekitar 250 bahasa etnisnya dari arus besar dominasi 'bahasa
Indonesia'. Sejauh mana dominasi itu ? Apa dampaknya ? Bagaimana proses historisnya ?
Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, penting sebagai upaya melestarikan identitas bangsa
Malensia, yang selama ini 'lebur' dalam 'NKRI' dan dalam banyak hal justru mengalami
jawanisasi. Ini kontradiktif dengan gagasan Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
Dewasa ini, bangsa Malensia menggunakan bahasa Indonesia, sebagaimana bahasa ini
adalah ''bahasa pemersatu'' yang mendapat tempat utama dalam media komunikasi formal,
baik sebagai bahasa teks maupun lisan, disekolah, perkantoran dan tentu saja pada media
cetak dan elektronik, memang ada sisi baiknya, bahwa bahasa Indonesia memainkan peran
penting sebagai 'jembatan' komunikasi menerobos diversitas linguistik yang berbeda satu
sama lain (termasuk di papua), dan memungkinkan para penuturnya menjangkau dunia
pendidikan modern. Namun mesti disadari pula akan sisi buruknya, terutama bahwa bahasa
Indonesia menjadi dominan sehingga bahasa-bahasa lain kemungkinan akan tersisihkan.
Entah bahasa Batak, Jawa, Bali dan termasuk 250 bahasa etnis Malensia di tanah papua.
Padahal bahasa Indonesia baru digunakan secara serius sejak 1950 di papua oleh para
pendakwah dan pejabat kolonial dalam rangka 'menyatukan' wilayah papua dengan wilayah
Hindia Belanda lainnya. Hal ini seiring memperbolehkan bahasa Belanda diajarkan pada garis
kerurunan tertentu saja. Apabila melihat lebih jauh ke masa sebelumnya, maka bangsa
malensia sebenarnya belum cukup dikenal para nasionalis Indonesia, selain sebagai koloni
Belanda yang dalam banyak hal tidak terlibat langsung dalam sejarah kemerdekaan
Indonesia. Diluar itu, wilayah ini cukup terisolir dari koloni belanda di sebelah barat, kecuali
wilayah pesisir utara yang menjalin hubungan dagang tradisional dengan Maluku. Selebihnya
hanya bayang-bayang penjara besar Boven Digul, di tengah sebaguan besar masyarakat
yang masih hidup di zaman batu (Anderson:2002) ini berarti bangsa Malesnsia, tidak terlibat
dalam beberapa proses sejarah penting terkait dengan penggunaan bahasa indonesia.
Pertama, saat bahasa Indonesia dipermaklumkan sebagai bahasa persatuan pada sumpah
pemuda 1928, tidak ada yang mewakili bangsa papua dalam peristiwa tersebuta, kedua, saat
bahasa Indonesia dianjurkan semasa pendudukan jepang untuk menggusur belanda, hal itu
tidak terjadi dipapua, apalagi karena pertimbangan militer dan kondisi sosial politim waktu itu,
jepang membagi Hindia belanda menjadi tiga wilayah koloni terpisah, dan papua verada
dibawah angkatan laut yang berpusat di makasar, ketiga, saat bahasa Indonesia
dipergunakan sebagai wahana perlawanan menyerang kolonialisme yang dipuncaki
proklamasi kemerdekaan RI 1945, justru bangsa papua belum mengenal NKRI.
Dari tiga fakta ini, bisa dikatakan bahasa Indonesia adalah produk historis yang dalam
prosesnya tidak sepenuhnya melibatkan bangsa Malensia. Barulah pada tahun 1963 ketika
Orde Lama merencanakan operasi Trikora, dan disusul pelaksanaan Pepera semasa Orde
Baru tahun 1969 bahasa Indonesia mula dijadikan ‘bahasa resmi’ di papua. Bahasa Indonesia
adalah bahasa resmi Republik Indonesia yang sebagaimana disebutkan dalam
undangundang dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga merupakan bahasa pemersatuanbangsa
Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Meski demikian,
ia hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya
sebagai bahasa ibu karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat
Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu
seperti bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dll. Untuk sebagian besar lainnya
bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adaalah
bahasa pertama. Bahasa Indonesia ialah sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa
resmi Republik Indonesia kata “Indonesia” berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu Indo
yang berarti “India” dan nesos yang berarti “pulau”.

Jadi kata Indonesia berarti kepulauan India, atau kepulauan yang berara di wilayah India
Bahasa Indonesiadiresmian pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata
baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari daerah dan asing. Bahasa Indonesia
adalah dialek baku dari dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantaran dalam kongres Bahasa Indonesia 1 tahun 1939 di Solo, jawa tengah, “jang
dinamakan ‘bahasa Indonesia’jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal
dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerang menoeroet
keperloean zaman dam alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai rakjat di
seloeroeh Indonensia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe
haroes dilakoekan oleh kaoem alhin jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan
Indonesia”. Atau sebagaimana diungkapkan dalam kongres bahasa Indonesi ialah bahasa
Melayu. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan
pertumbuhannya dalam masyarakat Indonesia”.

Secara sejarah, bahasa Indonesiamerupakan salah satu dialek temporal darai bahasa
Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan
dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu klasik dan bahasa Melayu kuno.
Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap “lahir” atau
diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18
angustus 1945 bahasa indonesia secara resmi diakui keberadaannya.

Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah. Dasar-dasar yang penting
untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai penghantar pendidikan di perguruan-
perguruan di Indonesia. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua
franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya
sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya bisa sampai
sebanyak 360).

Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional ke 2 di Jakarta,
dicangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk negara Indonesia pasca
kemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa ( yang sebenarnya juga
bahasa mayoritas saat itu ), namun beliau memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan
dari Bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.
Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara Rebuplik Indonesia atas
berapa pertimbangan sebagai berikut : jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau
puak lain di Rebuplik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang meruypakan puak
( golongan ) mayoritas Republik Indonesia. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari
dibandingkan dengan Bahasa Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar
yang dipergunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia,derajat, ataupun pangkat. Bila
pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat menimbulkan kesan negatif lebih besar
Bahsa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan Bahasa Melayu Pontianak, atau Banjar Masin,
atau Samarinda, atau Maluku, atau Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan pertimbangan
pertama suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang terakhir pun pergi ke Riau
selepas Malaka direbut oleh Portugis. Kedua, ia sebagai lingua franca, Bahasa Melayu Riau
yang paliung sedikit terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa Hokkien, Tiociu, Ke,
ataupun dari bahasa lainnya.
Penggunaan Bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia. Pada tahun 1945,
pengguna Bahasa Melayu selain Republik Indonesia masih di jajah Inggris. Malaysia, Brunai,
dan Singapura masih di jajah Inggris. Pada saat itu, dengan menggunakan Bahasa Melayu
sebagai bhasa persatuan, diharapkan dinegara-negara kawasan seperti di Mayalsia, Bruani,
dan Singapura bisa ditumbuhkan semangat patriotik dan Nasionalismeh dinegaranegara Jiran
di Asia Tenggara.
Dengan memilih Bahasa Melayu riau, para pejuang kemerdekaan bersatu lagi pada masa
islam berkembang di Indonesia, namun kali ini dengan tujuan persatuan dan kebangsaan.
Bahasa Indonesia yang sudah dipilih ini kemudian distandarisasi (dibakukan) lagi dengan
nahu (tatabahsa), dan kamus baku juga diciptakan. Hal ini sudah dilakukan pada zaman
penjajahan Jepang.
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa indonesia
berikut;
1. Tahun 1896 disusunlah ejaan resmi bnahasa Melayu oleh Van Ophuijsen yang dibantu
oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat
dalam kitab Logat Melayu
2. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commnissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat),
yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini
menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun
bercocok tanam, penuntun melihara kesehatan, yanbg tidak sedikit membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas
3. Tanggal 16 juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya hal ini untuk pertama kalinya dalam sidang Volksaad, seseorang berpidato
menggunakan bahasa Indonesia
4. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Mohammad Yamin mengusulkan agar bahasa
Melayu menjadi bahasa persatuyan Indonesia
5. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya
sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Ali Syahbana.
6. Tahun 1936 Sutan Takdir Ali Syahbana menyusun TataBahasa Baru Bahasa
Indonesia.
7. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari
bahasa kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
pengemembangan bahasa Indonesia dilakukan secara sadar oleh cendikiawan dan
budayawan saat itu.
8. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undsang-Undang Dasar 1945 yang salah
satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa indonesia sebagai bhasa negara.
9. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti
ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
10. Tanggal 28 Oktober S.D. 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia
untuk terus menerus menyempurnakan bahasa indonesia yang di angkat sebagai
bahasa negara.
11. Tanggal 16 Agustus 1972 H.M.Soeharto Presiden Republik Indosnesia, diresmikan
menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia dan Disempurnakan (EYD) melalui pidato
kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden
No.57 tahun 1972.
12. Tanggal 31 Agustus 1972 Mentri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
pembentukan pedoman resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan
Nusantara).
13. Tanggal 28 Oktober S.D 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia III di Jakarta. Kongres yang di adakan dalam rangkla memperingatyi
Sumpah Pemuda yang ke 50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan bahsa Indonmesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan
kedudukan dan berfungsi bahasa Indonesia.
14. Tanggal 21-26 November 1983 di selenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di
Jakarta. Kongres ini di selenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke 55 dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih di tingkatkan sehingga amanat yang
tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada
semua negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
dapat tercapai semaksimal mungkin.
15. Tanggal 28 Oktober S.D 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia V di Jakarta. Kongres ini di hadiri oleh kira-kira 700 pakar bahasa Indonesia
dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Berunai
Darussalam, Malaysia, Siangapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu di
tandatangani dengan dipersembahkannya karya besar pusat pembinaan dan
pengembangan bahasa kepada pencinta bahasa di nusantara, yakni kamus besar
bahasa Indonesia dan tata bahasa baku bahasa Indonesia.

Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian juga, Bahasa Indonesia menjadi sarana budaya dan sarana berpikir masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, peranan Bahasa Indonesia menjadi sangat penting. Mengingat
pentingnya bahasa Indonesia, kami sebagai mahasiswa dituntut untuk lebih memahami
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. yang salah satunya adalah dengan mengetahui
sejarah bahasa Indonesia.
Untuk itulah materi ini sangat penting untuk dipelajari, karena sangat disayangkan jika
sebagai pemakai bahasa Indonesia tidak mengetahui tentang sejarah bahasa Indonesia.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan
yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maupun dari segi tata bahasa dan kosa
kata serta maknanya. Sekarang Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa modern yang
digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga di banyak negara.
Bahkan keberhasilan bangsa Indonesia dalam mengajarkan Bahasa Indonesia kepada
generasi muda dicatat sebagai prestasi dari segi peningkatan komunikasi antara warga
Negara Indonesia. Mahasiswa peserta kuliah perlu disadarkan akan kenyataan ini dan
ditimbulkan kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita. Mahasiswa yang berkepribadian
baik adalah mahasiswa yang menghargai sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.

Daftar Pustaka
Ariwidodo, Eko.(2013). Logodentrisme jacques derrida dalam filsafat bahasa. Jurnal Karsa,
21(2).
Effendy Hafid, Kasak Kusuk Bahasa Indonesia,(Surabaya: CV.Salsabila Putra Pratama,
2015),hlm.45-52

Anda mungkin juga menyukai