Adoc - Pub - Tugas Narasi Filsafat Ilmu
Adoc - Pub - Tugas Narasi Filsafat Ilmu
Kelompok IA
Dengan ini kami kelompok IA menyatakan tidak melakukan plagiat dalam penulisan
narasi ini. Dalam mengerjakannya semua anggota aktif untuk memberi masukan dan ide
penulisan, dan bagi yang tidak aktif dalam pengerjaan narasi ini tidak diperbolehkan untuk
bertandatangan.
( www.khoirul-fatihin-fisip12.web.unair.ac.id )
Dalam Ilmu Logika ada yang dinamakan dengan Silogisme. Silogisme adalah suatu
bentuk penarikan konklusi secara deduktif tak langsung yang konklusinya ditarik dari premis
yang disediakan serentak. Oleh karena Silogisme adalah penarikan konklusi yang sifatnya
deduktif, maka konklusinya tidak dapat mempunyai sifat yang lebih umum dari pada
premisnya. Selanjutnya, materi mengenai Silogisme ini akan dijelaskan lebih lanjut pada
presentasi mata kuliah Filsafat Ilmu.
Seperti biasa pada hari selasa tepatnya tanggal 21 Mei 2013, mahasiswa selalu
disambut dengan mata kuliah Filsafat Ilmu khususnya dengan dosen yang fenomenal yang
tak lain adalah Pak Adib. Kata-kata yang tidak pernah lupa beliau ucapkan yaitu beliau selalu
tidak sabar untuk melakukan diskusi dengan mahasiswa cerdas Universitas Airlangga
terutama mahasiswa prodi Ilmu Administrasi Negara. Perkuliahaan yang selalu dimulai tepat
jam 10 pagi, namun masih ada beberapa mahasiswa yang datang terlambat dan Pak Adib
mempersilahkan mahasiswa yang terlambat untuk duduk dikursi kehormatan tepatnya duduk
dikursi paling depan.
Silogisme adalah suatu bentuk penarikan konklusi secara deduktif tak langsung yang
konklusinya ditarik dari premis yang disediakan serentak. Oleh karena silogisme adalah
penarikan konklusi yang sifatnya deduktif, maka konklusinya tidak dapat mempunyai sifat
yang lebih umum daripada premisnya; oleh karena silogisme merupakan penarikan konklusi
secara tak langsung, konklusi ditarik dua premis, tidak dari satu premis saja sebagaimana
halnya pada penarikan konklusi secara langsung. Misalnya:
Ciri-ciri silogisme yang membedakannya dari jenis penarikan konklusi lainnya adalah:
1. Konklusi dalam silogisme ditarik dari dua premis yang serentak disediakan, bukan
dari salah satu premisnya saja. Konklusinya tidaklah merupakan penjumlahan premis-premis
itu, tetapi merupakan sesuatu yang dapat diperoleh bila kedua premis itu diletakkan serentak.
Ciri-ciri ini membedakan silogisme dari bentuk-bentuk penarikan konklusi langsung dan
bentuk-bentuk penarikan konklusi tak langsung lainnya.
2. Konklusi dari suatu silogisme tidak dapat mempunyai sifat yang lebih umum daripada
premis-premisnya. Silogisme adalah suatu jenis penarikan konklusi secara deduktif dan
penarikan konklusi secara deduktif konklusinya tidak ada yang lebih umum dari premis-
premis yang disediakan itu.
Pada contoh di atas, konklusi : “Dina adalah anak pintar” walaupun umum sifatnya, namun
lebih sempit pengertiannya dari premis-premisnya, karena term “Dina” mengandung
pengertian yang lebih sempit daripada “mahasiswa”. Ciri ini membedakan silogisme daripada
bentuk-bentuk penarikan konklusi secara induktif yang konklusinya selalu lebih umum
daripada premisnya.
Suatu hal yang penting, pada silogisme dan pada bentuk-bentuk inferensi deduktif
yang lain, persoalan kebenaran dan ketidak benaran pada premis-premis tak pernah timbul,
karena premis-premis selalu diambil yang benar; akibatnya konklusi sudah diperlengkapi
dengan hal-hal yang benar. Dengan kata lain, silogisme tinggal hanya mempersoalkan
kebenaran formal (kebenaran bentuk) dan tidak lagi mempersoalkan kebenaran material
(kebenaran isinya).
Sebuah silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu dua buah proposisi yang diberikan
dan sebuah proposisi yang ditarik dari dua buah proposisi yang diberikan itu. Proposisi yang
ditarik itu dinamai konklusi dan dua proposisi yang diberikan itu dinamai premis.
Tiap-tiap proposisi terdiri atas dua term dan karena itu silogisme mesti mempunyai
enam term. Silogisme sebenarnya mempunyai tiga term yang mempunyai nama-nama
tertentu. Predikat konklusi dinamai term mayor, subyek konklusi dinamai term minor, dan
term yang sama-sama terdapat pada kedua proposisi itu disebut term penengah.
Term penengah menetapkan hubungan antara term mayor dan term minor dan dengan
demikian konklusi dapat ditarik dari kedua premis itu. Jika antara term mayor dan term minor
tidak terdapat hubungan, konklusi tidak dapat ditarik.
Premis yang di dalamnya terdapat term mayor dinamai premis mayor, dan premis
yang di dalamnya terdapat term minor dinamai premis minor. Dalam bentuk silogisme logika
yang sesungguhnya, premis mayor diberikan mula-mula dan sudah itu diikuti oleh premis
minor. Perlu diingat bahwa dalam silogisme lambang M dipakai untuk menunjukkan term
penengah, S menunjukkan term minor dan P untuk term mayor.
Jenis-jenis silogisme:
Silogisme
Murni Campuran
Kategoris
disjunktif
Silogisme dibagi menjadi silogisme murni dan silogisme campuran. Silogisme murni
juga dapat dibagi lagi menjadi tiga yaitu silogisme murni kategoris, silogisme murni
hipotesis, dan silogisme disjunktif. Silogisme campuran juga dapat dibagi lagi menjadi tiga
yaitu silogisme campuran kategoris hipotesis, silogisme campuran kategoris disjunktif, dan
silogisme campuran dilemma.
1. Hipotetis kategoris. Dalam silogisme ini premis mayor hipotetis, premis minor kategoris
dan konklusi kategoris.
2. Disjunktif kategoris. Dalam silogisme ini premis mayor disjunktif, premis minor kategoris
dan konklusi kategoris.
3. Dilemma. Dalam dilemma: premis mayor hipotetis, premis minor disjunktif dan konklusi
kategoris atau disjunktif.
Bentuk Silogisme
1. Bentuk I
Term tengah (M) berkedudukan sebagai subyek di dalam premis mayor, dan
berkedudukan sebagai predikat dalam premis minor.
Maka bentuknya adalah :
Bentuk I :
M – P dengan model
S – M
S – P
JIKA :
S : Term Mayor Misal : Kantor Pajak
P : Term Minor Misal : Pelayan Publik
M : Term Tengah Misal : birokrasi
Misal
Premis Mayor (M-P): Semua birokrasi adalah pelayan publik
Premis Minor (S-M): Kantor pajak adalah birokrasi
Silogisme (S-P): Kantor pajak adalah pelayan publik
2. Bentuk II :
Term tengah (M) berkedudukan sebagai predikat baik, di dalam premis mayor
maupun di dalam premis minor.
Maka bentuknya adalah :
P – M dengan model
S – M
S – P
Misal
Premis Mayor (P-M): Semua pelayan public adalah aparatur birokrat
Premis Minor (S-M):Zahra adalah aparatur birokrat
Silogisme (S-P): Zahra adalah pelayan publik
3. Bentuk III :
Term tengah (M) berkedudukan sebagai subyek, baik di dalam premis mayor maupun
di dalam premis minor.
Maka bentuknya adalah :
M – S dengan model
M – P
S – P
Misal
Premis Mayor (M-S): Pembuat kebijakan adalah administrator publik
Premis Minor (M-P): Pembuat kebijakan adalah pelayan publik
Silogisme (S-P): Administrator public adalah pelayan publik
4. Bentuk IV :
Term tengah (M) berkedudukan sebagai predikat di dalam premis mayor, dan
berkedudukan sebagai subyek dalam premis minor.
Maka bentuknya adalah :
S – M dengan model
M – P
S – P
Misal
Premis Mayor (S-M): semua koruptor adalah orang tidak beretika.
Premis Minor (M-P): orang yang tidak beretika adalah pelaku kejahatan publik
Silogisme (S-P):semua koruptor adalah pelaku kejahatan publik
Mood Silogisme
Bentuk II
Middel adalah predikat premis mayor dan premis minor. Dan ketentuan khususnya adalah:
1. Premis mayor harus universal
2. Premis minor kualitasnya harus berbeda dengan premis mayor
Bentuk yang sah dari figur ini adalah
Bentuk III
Medium adalah subyek premis mayor dan subyek premis minor. Peraturan khususnya adalah
premis minor harus afirmatif dan konklusi harus partikuler.
Bentuk yang sah dari figur ini adalah
A : Semua koruptor adalah tersangka
A : Semua koruptor memakan uang rakyat
I : Sebagian yang memakan uang rakyat adalah tersangka
Mood ini disebut Darapti (AAI)
A : semua anggota DPR bependidikan
I : sebagian anggota DPR tidak jujur
I : sebagian yag tidak jujur berpendidikan
Mood ini disebut Datisi (AII)
Bentuk IV
Middel adalah predikat premis mayor dan subyek premis minor. Peraturan khususnya adalah:
1. Bila premis mayor afirmatif maka premis minor harus universal
2. Bila premis minor negatif maka premis mayor universal
Bentuk yang sah dari figur ini adalah
A : Semua administrator public menggunakan kewenangannya
A : Semua yang menggunakan kewenangnannya mempunyai etika
I : Sebagian yang mempunyai etika adalah administrator publik
Mood ini disebut Bramantip (AAI)
A : Semua administrator public mempunyai etika
E : Tak satu pun yang mempunyai etika salah dalam bersikap
E : Tak satu pun yang salah dalam bersikap adalah administrator publik
Mood ini disebut Camenes (AEE)
I : Beberapa politikus menguasai beberapa bahasa
A : Semua yang menguasai beberapa bahasa rajin membaca
I : Sebagian yang rajin membaca adalah politikus
Mood ini disebut Dimaris (IAI)
E : Tidak ada koruptor yang disenangi
A : Semua yang disenangi adalah pelayan publik
O : Sebagian pelayan publik adalah bukan koruptor
Mood ini disebut Fesapo (EAO)
E : Tidak ada koruptor beretika
I : Sebagian yang mempunyai etika merupakan administrator publik
O : Sebagian administrator public buan koruptor
Mood ini disebut Fresion (EIO)