Anda di halaman 1dari 8

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI RESORT LEKAWAI

KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN


SINTANG KALIMANTAN BARAT
The Diversity Herpetofauna At The Resort Lekawai In Bukit Baka Bukit Raya
National Park Sintang Regency In West Kalimantan
Muhammad Sardi , Erianto, Sarma Siahaan
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura PontianakJalan Imam Bonjol 78124
Email : herpet.alaw@gmail.com

ABSTRACT
Herpetofauna is fauna group consisting of reptiles and amphibians. This study aims to
determine the diversity of herpetofauna at Lekawai Resort in Area Bukit Baka Bukit Raya
National Park West Kalimantan . The method of data collection was done by using Visual
Encounter Survey (VES) combining with of tracking systems. Herpetofauna found as many as 35
species which are divided into 24 kinds of amphibians and 11 species of reptiles. Air humidity
ranged between 81 % - 85 %, air temperature 270C - 290C, water temperature 220C - 240C and
pH of water 6. Highest species diversity index in aquatic habitats by H'= 0.996 and the lowest
in terrestrial habitats that H'= 0.957. The highest evenness index in aquatic habitats that are e=
0.765 and lowest in terrestrial habitats is e= 0.724. However, the similarity index value types
(S) between the two habitats is obtained with a value of 0.3. The highest abundance of
amphibians in class Limnonectes kuhlii ie by 18 % . Relative abundance of reptiles found in the
type of class Eutropis rudis of 5.4 %. The largest Chance encounter was belonged types
Limnonectes kuhlii of 0.643 individuals / hour.

Keywords: Herpetofauna, species diversity, TNBBBR

PENDAHULUAN biologi terutama kajian taksonomi serta


Taman Nasional Bukit Baka Bukit ekologi. Penelitian tersebut akan
Raya (TNBBBR) memiliki kekayaan bermuara kepada keselarasan antara
flora yang tinggi dengan jenis yang manusia dengan ekosistemnya dan
bervariasi mulai dari kaki bukit hingga lingkungan di sekitar kita juga
ke puncak bukitnya. Keistimewaan dari merupakan habitat bagi mahluk hidup
TNBBBR adalah terdapatnya lainnya. Selain itu pengetahuan tentang
beranekaragam jenis satwa yang jenis-jenis fauna yang terdapat pada
diantaranya termasuk jenis-jenis area tertentu merupakan kunci untuk
terancam dan atau endemik Kalimantan memahami keanekaragaman hayati
(MacKinnon, 1986). Herpetofauna yang ada (Das,1997).
adalah kelompok fauna yang terdiri dari Data mengenai keanekaragaman
reptil dan amfibi. Herpetofauna jenis herpetofauna di Resort Lekawai
merupakan salah satu potensi Kawasan TNBBBR ini masih belum
keanekaragaman hayati hewani yang ada, padahal sangatlah penting bagi
masyarakat luas masih belum begitu suatu kawasan konservasi memiliki data
menyadari keberadaannya. Penelitian fauna, karena masing-masing fauna
tentang keanekaragaman dan termasuk herpetofauna memiliki
kelimpahan herpetofauna memiliki peranan yang penting. Keragamannya
peranan penting dalam studi di bidang merupakan salah satu parameter

126
terhadap keseimbangan dan ke- higrometer, pH meter, GPS ( Global
berlangsungan ekosistem di kawasan Position System ), stop watch, kantong
tersebut dan kualitas lingkungan di plastik ,kantong kain, pita warna, alat
sekitarnya. Bahkan nantinya, data ini tulis, kamera, meteran 100 m, sarung
dapat memberikan daya tarik dan nilai tangan karet, kaliper, botol kaca, buku
tambah tersendiri (Primack,1998). panduan identifikasi herpetofauna di
Turun atau hilangnya populasi jenis lapangan, alat penangkap ular,
herpetofauna pada habitatnya timbangan pesola. Bahan yang
menandakan adanya perubahan kualitas digunakan adalah alkohol 70% untuk
lingkungan pada lokasi tersebut. Jenis awetan spesimen.
herpetofauna mempunyai habitat Prosedur penelitian
spesifik yang sangat bermanfaat sebagai Metode pengumpulan data
indikasi atau peringatan dini terjadinya menggunakan metode survey
perubahan lingkungan. perjumpaan visual / VES (Visual
Untuk itu adapun tujuan dari Encounter Survey) (Heyer, 1994).
penelitian ini adalah mengetahui Dikombinasikan dengan sistem jalur
keanekaragaman jenis dan jumlah (transek sampling) yang peletakkannya
individu Herpetofauna di Resort dilakukan secara purposive berdasarkan
Lekawai Kawasan Taman Nasional dua tipe habitat yaitu aquatik dan
Bukit Baka Bukit Raya Kalimantan terestrial (Kusrini, 2008).
Barat berdasarkan habitatnya dan Sebelum penangkapan, dilakukan
manfaat hasil dari penelitian ini adalah penentuan jalur habitat terestrial dan
dapat memberikan informasi mengenai akuatik, jumlah jalur yang dibuat
keanekaragaman dan jumlah individu sebanyak 6 jalur, untuk tipe habitat
herpetofauna yang terdapat di Resort akuatik dibuat 3 jalur dengan panjang
Lekawai Kawasan Taman Nasional 300 meter, lebar jalur fleksibel
Bukit Baka Bukit Raya Kalimantan mengikuti lebar sungai, dengan arah
Barat, yang dapat digunakan dalam jalur keutara (00 atau 3600) pengamatan
usaha pelestarian, pengelolaan, dilakukan di sepanjang badan sungai
pemanfaatan serta perlindungan dan lebar dari badan sungai dengan luar
herpetofauna dimasa yang akan datang. badan sungai berjarak 10 meter (5 meter
kekanan dan kekiri) badan sungai.
METODOLOGI PENELITIAN Sedangkan untuk tipe habitat
Penelitian ini dilaksanakan di teresterial dibuat 3 jalur dengan panjang
Resort Lekawai Kawasan Taman 1 km dan lebar 10 meter (5 meter ke kiri
Nasional Bukit Baka Bukit Raya dan kanan), peletakan jalur terestrial ini
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. sejajar dengan jalur akuatik dengan
Mulai dari tanggal 19 Agustus 2013 jarak 100 meter dengan arah yang sama,
sampai dengan 8 September 2013. Alat pengamatan dilakukan disepanjang jalur
yang digunakan dalam pengamatan dengan melihat obyek yang tampak baik
antara lain : Peta lokasi pengamatan, diserasah, pohon, genangan air, dan
headlamp/senter, kompas, termometer, lubang – lubang pada pohon.

127
Setiap 20 meter pada jalur HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan penandaan dengan Komposisi Jenis
menggunakan pita warna dan dilakukan Jumlah seluruh herpetofauna yang
penulisan jarak pita warna tersebut. ditemukan di Resort Lekawai Taman
Pengamatan akan dilakukan pada dua Nasional Bukit Baka Bukit Raya
waktu yang berbeda, yaitu pada pagi sebanyak 35 jenis yang terdiri dari
hari ( pukul 08.00 – 11.00WIB) dan amfibi dan reptil. Jumlah amfibi yang
malam hari (pukul 19.00 – 22.00 WIB) berhasil ditemukan sebanyak 24 jenis
dengan pengulangan sebanyak 3 kali di yang tediri dari famili Bufonidae (5
setiap jalur pengamatan. Individu yang jenis), Dicroglossidae (6 jenis), Ranidae
diamati sebagian ditangkap dan (7 jenis), Rhacophoridae (2 jenis),
dimasukkan dalam kantong plastik atau Megophrydae (3 jenis) dan
kantong kain untuk kepentingan Microhylidae (1 jenis). Namun Ordo
identifikasi. Gymnophiona tidak ditemukan di dalam
Analisis Data kawasan tersebut.
Analisis data yang digunakan Reptil yang berhasil ditemukan
adalah kondisi habitat, deskripsi jenis sebanyak 11 jenis yang terdiri dari
herpetofauna, Indeks keanekaragaman famili Scincidae (2 jenis), Gekkonidae
Shannon-wienner, Indeks Kelimpahan (1 jenis), Crotalidae (1 jenis),
Relatif, Indeks Kemerataan jenis, Colubridae (4 jenis), Agamidae (2 jenis)
Peluang Perjumpaan dan Indeks dan Geoemydidae (1 jenis). Namun
Kesamaan Jenis. Ordo Crocodyla tidak ditemukan di
dalam kawasan tersebut.

Tabel 1. Daftar jenis herpetofauna dan status konservasi (List of types herpetofauna
and status conservation)

™ Jalur Pengamatan
No Nama jenis
Individu Terestrial Akuatik CITES IUCN
Amfibi
Bufonidae
1 Phrynoidis aspera 5 ¥ LC
2 Pedostibes hosii * 1 ¥ LC
3 Ansonia longidigita * 7 ¥ NT
4 Ansonia spinulifer * 9 ¥ NT
5 Pelophryne sp 1 ¥ NT
Dicroglossidae
6 Limnonectes leporinus * 6 ¥ ¥ NT
7 Limnonectes paramacrodon * 6 ¥ ¥ NT
8 Limnonectes ibanorum* 36 ¥ NT
9 Limnonectes palavanensis 1 ¥ ¥ LC
10 Limnonectes malesianus 1 ¥ NT

128
11 Limnonectes kuhlii 54 ¥ ¥ LC
Ranidae
12 Staurois guttatus * 40 ¥ LC
13 Staurois laptopalmatus * 15 ¥ LC
14 Odorrana hosii 3 ¥ LC
15 Hylarana nicobariensis 2 ¥ LC
16 Hylarana picturata * 2 ¥ ¥ LC
17 Hylarana raniceps 1 ¥ LC
18 Meristogenys phaeomerus * 13 ¥ ¥ LC
Rhacophoridae
19 Polypedates colletti 1 ¥ LC
20 Rhacophorus cyanopunctatus * 3 ¥ LC
Megophrydae
21 Megophrys nasuta 18 ¥ LC
22 Leptolalax gracilis* 1 ¥ NT
23 Leptobrachium abbotti* 35 ¥ LC
Microhylidae
24 Microhyla perparva 1 ¥ LC
Scincidae
25 Eutropis rudis 16 ¥ NT
26 Trophidophorus sp 7 ¥ -
Gekkonidae
27 Cyrtodactylus malayanus 4 ¥ NT
Crotalidae
28 Trimeresurus sumatranus 1 ¥ LC
Colubridae LC
29 Macropisthodon rhadomelas 1 ¥ LC
30 Rhabdophis chrysargos 1 ¥ LC
31 Psammodynastes pictus 1 ¥ NT
32 Xenochrophis maculatus 2 ¥ LC
Agamidae
33 Phoxophrys nigrilabris* 1 ¥ NT
34 Gonocephalus borneensis* 2 ¥ ¥ LC
Geoemydidae
35 Notochelys platynota 1 ¥ VU
Total 299
Keterangan :
* : Endemik Kalimantan
LC : Least Concern (berisiko rendah)
VU : Vulnerable (rawan)
NT : Near Threatened (mendekati terancam)
CITES : Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora
IUCN : International Union for Conservation of Nature

129
Perbandingan jumlah jenis tidak (2008), menyatakan bahwa kisaran pH
jauh berbeda apabila dilihat dari air yang berada di daerah tropis adalah
perolehan jenis dari penelitian antara 4,3 - 7,5. Ukuran pH tersebut
Mediyansyah (2008) yang menemukan merupakan kondisi yang baik dalam
25 jenis amfibi, penelitian Susilo (2008) kehidupan amfibi, sehingga pada
yang menemukan 14 jenis reptil (Ordo penelitian ini tidak ditemukan kecacatan
Squamata) di Stasiun Riset Cabang yang terjadi pada amfibi.
Panti Taman Nasional Gunung Palung Kelembaban di lokasi penelitian
dan penelitian Widyananto (2009) yang berkisar antara 81% - 85%. Hal tersebut
menemukan 40 jenis herpetofauna 26 menunjukan kondisi kelembaban cukup
jenis reptil dan 14 jenis amfibi di Areal tinggi. Kelembaban di hutan relatif
Siberut Conservation Program (SCP) lebih tinggi, hal ini disebabkan oleh
Kepulauan Mentawai Sumatera Barat. adanya penutupan tajuk pohon yang
Adanya perbedaan dalam perolehan menghalangi sinar matahari dan angin
jenis ini dipengaruhi oleh beberapa (Inger, 1966). Kebanyakan jenis amfibi
faktor, diantaranya; effort (usaha) yang hidup di kawasan berhutan, karena
dilakukan dalam pencarian satwa amfibi membutuhkan kelembaban yang cukup
dan reptil. Penghitungan effort biasanya untuk melindungi tubuh dari kekeringan
berdasarkan lamanya waktu pencarian (Iskandar, 1998).
di lapangan dan luasan areal yang Indeks keanekaragaman jenis
disurvei (Kusrini, 2007). Nilai indeks keanekaragaman jenis
Faktor Lingkungan herpetofauna pada jalur pengamatan
Berdasarkan hasil pengukuran tidak begitu berbeda jauh untuk nilai
selama di lapangan diperoleh kisaran tertinggi terdapat pada habitat akuatik
suhu udara 270C – 290C, hal tersebut dengan nilai H'= 0,996 dan terendah
sesuai dengan yang dikemukakan oleh pada habitat terestrial dengan nilai H' =
Berry (1975) yang menyatakan amfibi 0,957. Margalef (1972) dalam Magurran
mendapatkan suhu pertumbuhan yang (1988) menyatakan bahwa tingkat
optimum antara 26°C - 33° C dan Van keanekaragaman jenis yang tinggi
Hoeve (2003) yang menyatakan reptil ditunjukkan dengan nilai Indeks
hidup aktif pada suhu antara 20°C - Shannon-Wiener lebih dari 3,5;
40°C. digolongkan sedang dengan nilai Indeks
Suhu air selama pengamatan 1,5 - 3,5 dan tergolong rendah dengan
diperoleh 220C - 240C hasil ini sesuai nilai Indeks kurang dari 1,5.
dengan Kanna (2005) mengatakan Indeks kemerataan jenis
bahwa secara umum, katak dapat hidup Nilai indeks kemerataan jenis
di sembarang tempat, baik pantai herpetofauna pada jalur habitat tidak
maupun dataran tinggi, dengan suhu air begitu jauh berbeda untuk nilai tertinggi
antara 20oC - 35oC. Data pH air di terdapat pada habitat akuatik dengan
habitat akuatik diperoleh kisaran pH 6 nilai e = 0,765 dan terendah pada
menunjukkan bahwa kondisi air hampir habitat terestrial dengan nilai e = 0,724
netral. Payne (1986) dalam Darmawan karena adanya jenis yang mendominasi

130
Leptobrachium abbotti. Jenis ini sering kelas amfibi diperoleh nilai kelimpahan
ditemukan di lantai dan serasah-serasah jenis tertinggi terdapat pada jenis
hutan (Inger,1996). Menurut Mac Limnonectes kuhlii sebesar 18%, jenis
Arthur (1972), bahwa tingginya nilai ini paling banyak ditemukan di jalur
kemerataan menunjukkan tidak adanya habitat akuatik, sedangkan nilai
dominasi jenis yang sangat menonjol persentase untuk kelimpahan relatif
dalam setiap komunitas, tetapi setiap pada kelas reptil diperoleh nilai
jenis memiliki sebaran individu yang kelimpahan jenis tertinggi yaitu pada
relatif sama. Husni dalam Lumne jenis Eutropis rudis dengan nilai
(1994) menyatakan bahwa apabila nilai persentase sebesar 5,4 %, jenis ini
indeks kemerataan mendekati 1, maka paling banyak ditemukan pada jalur
sebaran individu antar spesies relatif habitat terestrial.
merata, sedang bila nilai indeks Persentase kelimpahan relatif
mendekati 0 maka sebaran individu herpetofauna berdasarkan famili kelas
antar spesies sangat tidak merata. Amfibi yaitu famili Ranidae memiliki
Indeks kesamaan jenis nilai kelimpahan relatif tertinggi sebesar
Nilai indeks kesamaan jenis 29% Suku katak ini memiliki
herpetofauna di Resort Lekawai penyebaran yang luas di Indonesia
Kawasan TNBBBR yaitu habitat (Iskandar,1998). Dan Persentase
akuatik dan terestrial diperoleh nilai S= kelimpahan relatif pada famili kelas
0,3. Artinya kurang lebih 30% jenis reptil yaitu famili Colubridae memiliki
herpetofauna di kedua habitat tersebut nilai kelimpahan relatif tertinggi sebesar
adalah sama dan 70 % jenis 36 % famili dari ular ini merupakan
herpetofauna di kedua habitat tersebut yang paling banyak dari ular yang lain
tidak sama. Hal ini disebabkan karena (Tweedie, 1983).
kedua habitat tersebut mempunyai Rendahnya nilai kelimpahan jenis
ketinggian yang sama di bawah 250 reptil karena jika dibandingkan dengan
mdpl. Letak geografis dapat amfibi, reptil merupakan jenis satwa
menentukan jumlah jenis penghuninya yang mempunyai mobilitas yang tinggi
(Alikodra, 2002 dalam Darmawan, dan mempunyai tempat hidup yang
2008). Penyebaran satwaliar tersembunyi. Sedangkan amfibi
mempunyai pembatas-pembatas fisik mempunyai mobilitas yang rendah dan
seperti sungai, samudera, dan gunung tinggal pada habitat yang spesifik,
serta pembatas ekologis seperti batas sehingga lebih mudah untuk
tipe hutan dan jenis pesaing yang telah menemukannya.
lebih lama beradaptasi di wilayah Peluang perjumpaan
tersebut (Alikodra, 2002 dalam Peluang perjumpaan terbesar
Darmawan, 2008). dimiliki oleh jenis Limnonectes kuhlii
Indeks kelimpahan relatif sebesar 0,643 individu/jam, jenis ini
Berdasarkan hasil perhitungan paling banyak dijumpai di habitat
Nilai Percent Similary untuk akuatik. Jenis lain dengan peluang
kelimpahan jenis herpetofauna pada perjumpaan terbesar kedua Staurois

131
guttatus 0,476 individu/jam, jenis ini DAFTAR PUSTAKA
paling banyak dijumpai di habitat
akuatik, setelah itu Leptobrachium Alikodra HS. 2002. Pengelolaan
Satwaliar. Bogor: Yayasan
abbotti merupakan jenis yang
Penerbit Fakultas Kehutanan.
mendominasi untuk habitat teresterial
yaitu sebesar 0,147 individu/jam. Berry.1975. The Amphibian Fauna of
Herpetofauna (amfibi dan reptil) Peninsular Malaysia. Kuala
biasanya menggunakan berbagai Lumpur: Tropical Pr.
mikrohabitat dan substrat sehingga
Darmawan B. 2008. Keanekaragaman
berdasarkan kemampuannya tersebut Amfibi di Berbagai Tipe Habitat;
dikelompokkan lagi menjadi ”habitat StudiKasus di Eks-HPH PT.
specialists” dan ”non-specialists” Rimba Karya Indah Kabupaten
(Mistar, 2003). Setiap jenis mempunyai Bungo, ProvinsiJambi. Skripsi
peluang yang sama dalam setiap Fakultas Kehutanan Jurusan
perjumpaannya. Selain mengetahui Konservasi SumberdayaHutan
dan Ekowisata. Institut Pertanian
kebiasaan hidupnya, penting juga
Bogor, Bogor.
memprediksikan jenis yang dijumpai Tidakdipublikasikan.
berdasarkan makro habitatnya yaitu
akuatik, terestrial, fossorial atau Das,I. 1997. Conservation problem of
arboreal (Mistar, 2003). tropical Asia’s most threatened
turtle, In: Van Abbema, J. (Ed).
KESIMPULAN DAN SARAN Proceeding : Conservation,
Kesimpulan restro-ration and management of
Dari hasil penelitian ini dapat tortoise and turtle, 295-308.
disimpulkan Indeks Keanekaragaman Heyer WR, Donnelly MA, McDiarmid
jenis tertinggi terdapat pada jalur habitat RV, Hayer LA & Foster MS.
akuatik dengan nilai H’= 0,996 dan (eds).1994. Measuring and
terendah terdapat pada habitat terestrial Monitoring Biological Diversity.
sebesar H’= 0,957. Standard Methods for
Amphibians. Smithsonian
Saran
Institution Press, Washington
Perlu dilakukan studi lanjutan DC.
mengenai keanekaragaman jenis
herpetofauna di kawasan Taman Inger RF. 1966. The Systematics and
Nasional Bukit Baka Bukit Raya karena Zoogeography of The Amphibia
dimungkinan ditemukan jenis-jenis baru of Borneo. Field Museum of
Natural History. Chicago, U. S.
melihat ekosistem di TNBBBR sangat
A. 402 hal.
lengkap.
Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan
Ucapan Terimakasih Bali – Seri Panduan Lapangan.
Kepada Pihak Balai Taman Nasional Puslitbang LIPI. Bogor.
Bukit Baka Bukit Raya Kabupaten
Sintang yang telah memberikan izin Kanna I. 2005. Bullfrog Pembenihan
dalam penelitian ini. dan Pembesaran – Seri Budi

132
Daya. PenerbitKanisius, Stasiun Riset Cabang Panti
Yogyakarta. Hal 22 & 28. Taman Nasional Gunung Palung
Kabupaten Ketapang Kalimantan
Kusrini MD. 2008. Pedoman Penelitian Barat. Skripsi Fakultas
Dan Survey Amfibi Di Alam. Kehutanan Jurusan Manajemen
Fakultas Kehutanan, Institut Hutan Universitas tanjung Pura.
Pertanian Bogor. Pontianak. Tidak dipublikasikan.
Kusrini MD, Endarwin W, Ul-Hasanah Mistar. 2003. Panduan Lapangan
A, Yazid M. 2007. Metode Amfibi Kawasan Ekosistem
Pengamatan Herpetofauna di Leuser. Perpustakaan Nasional.
Taman Nasional Bantimurung Jakarta.
Bulusaraung, Sulawesi Selatan.
Modul Pelatihan. Departemen Primack, Richard B., Jatna Supriatna,
Konservasi Sumberdaya Hutan M. Indrawan dan P.
dan Ekowisata, Fakultas Kramadibrata. 1998, Biologi
Kehutanan Institut Pertanian konservasi, Yayasan Obor
Bogor, Bogor. Tanggal 30 Indonesia, Jakarta.
Agustus-2 September 2007.
Susilo.B. 2008. Keanekaragaman Jenis
Lumne AL. 1994. Pengaruh Reptil (Ordo Squamata) di
Penebangan Terhadap Stasiun Riset Cabang Panti
Keanekaragaman Satwaliar : Taman Nasional Gunung Palung
Studi Kasus di Areal HPH di Kabupaten Ketapang Kalimantan
Propinsi Sulawesi Tengah. Barat. Skripsi Fakultas
Skripsi Jurusan Konservasi Kehutanan Jurusan Manajemen
Sumberdaya Hutan, Fakultas Hutan Universitas tanjung Pura.
Kuhutanan, IPB. Bogor. Pontianak. Tidak dipublikasikan.

Mac Arthur RH. 1972. Geographycal Tweedie MWF. 1983. The Snake Of
Ecology: Patterns in Distrobution Malaya. Singapore: Singapore
of Spesies. HarperdanRow National Prienter Ltd.
Publisher.
Widyananto. R. 2009. Keanekaragaman
Magurran AE. 1988. Ecological Herpetofauna Di Areal Siberut
Diversity and It’s Measurement. Conservation Program (Scp),
New Jersey : Princeton Pulau Siberut, Kepulauan
University Press. Mentawai, Sumatera Barat.
Skripsi Fakultas Kehutanan
Mediyansyah. 2008. Keanekaragaman Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jenis Amfibi (Ordo Anura) di Tidak di Publikasikan.

133

Anda mungkin juga menyukai