Definisi Worldview - Harits
Definisi Worldview - Harits
Mata Kuliah,
Worldview Islam
Pengampu,
Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil.
Oleh,
Harits Mu’tasyim
Pendahuluan
1
Alparslan Acikgence, The Framework for A History of Islamic Philosophy, Al-Shajarah, Journal
of The International Institute of Islamic Thought and Civilization, Vol.1. No. 1&2, (Kuala
Lumpur: ISTAC, 1996), hlm. 6
2
Lihat Samuel P. Huntingto, The Clash of Civilization and the Remaking of World Order, (New
York: Simon & Schuster, A Touchstone Book, 1996), hlm. 21
1
tertanam pada suatu peradaban. Semua perilaku manusia secara sadar atau tidak
sadar, berakar dari apa yang diyakininya, dan tentu juga berbasis pada worldview
yang dimilikinya. 3 Kajian mengenai teori worldview ini sangat penting karena
terjadi peleburan identitas suatu bangsa, sehingga ciri suatu bangsa tidak lagi dapat
diukur dengan adat, nilai-nilai sosial, maupun gaya hidup. Oleh karena itu, tolak
ukur yang dapat mengatasi peleburan identitas tersebut adalah worldview.
3
Alparslan Acikgence, The Framework for A History of..... hlm. 6
4
Dilthey menggunakan kata tersebut untuk menjelaskan “susunan kepercayaan yang melandasi
dan membentuk pemikiran dan tindakan manusia.” Lihat James W. Sire, Naming the Elephant
(USA; Inter Varsity Press, 2004), hlm. 23-25
5
David Keith Naugle, A History and Theory of the Concept of Weltanschauung, Disertasi (Ann
Arbor; UMI, 1998)
2
Makna Terminologi Worldview
Dalam definsi tersebut Olthuis memiliki pandangan bahwa worldview adalah cara
pandang yang apriori, tidak dibentuk, dihasilkan oleh perjalanan kultural, bisa
6
Abdelaziz Berghout, dalam Chapter 2; Western Worldview; Historical Development and
Definition of a Concept; hlm. 35
7
James H. Olthuis, On Worldviews, in Stained Class; Worldviews and Social Science, ed Paul A.
Marshall, Sander Griffoen and Richard Mouw (Lanham, Md; University Press of America, 1989),
hlm. 29
3
memberikan makna hidup dan merupakan poros seseorang berpikir dan bertindak.
Sedangkan pengertian worldview menurut Wilhem Dilthey,
Terjemah bebasnya worldview adalah entitas kultur yang tercipta dalam diri
manusia (pengalaman) berdasarkan konteks geografis, historis, dan
kepentingannya. Kurang lebih definisi Nietzsche mengenai worldview ada
samanya dengan Dilthey tadi, karena basis worldview adalah entitas kultur yang
berasal dari pengalaman. Pandangan Nietzche mengenai worldview kiranya
menjadikan manusia sebagai pencipta worldview. Sementara worldview menurut
Thomas F. Wall adalah;
8
James W. Sire, Naming the Elephant; Worldview as A Concept, hal. 27
9
Friedrich Nietzsche, On Truth and Lie in an Extra-Moral Sense in The Portable Nietzsche trans,
Walter Kaufmann (New York; Viking. James W. Sire, Naming the Elephant; Worldview as A
Concept, hlm. 28
10
Thomas F Wall, Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern Introduction,
Wadsworth (Australia; Thomson Learning, 2001) hlm. 532
4
sistem kepercayaan dasar yang integral tentang hakikat diri kita, realitas, dan
tentang makna eksistensi. Lebih lanjut lagi, James Sire mendefinisikan worldview
dalam bukunya sebagai;
11
James W Sire, Naming the Elephant.... hlm. 30
12
James W Sire, Naming the Elephant.... hlm. 30
13
James W Sire, Naming the Elephant.... hlm. 29-30
5
kebenarannya harus dikembalikan ke bahasa. Jika Ludwig menolak epistemologi,
Michel Foucault justru menerima epistemologi sebagai padanan untuk worldview;
Lebih lanjut lagi ia memberikan definisi bahwa worldview adalah realitas yang
ditelaah melalui pendekatan sejarah, ini kiranya mirip dengan aliran historisisme.
Berbeda dengan sebelumnya, Ninian Smart berpendapat bahwa agama itulah
worldview; “A religion is after all, a worldview” 15 . Dalam tulisan tersebut
disebutkan bahwa Smart mengutip definisi agama dari Clifford Greetz berikut;
Dengan demikian, jika worldview adalah agama maka worldview adalah sistem
kepercayaan yang bertindak untuk membangun, menguatkan, dan membentuk
suasana hati dan motivasi bagi seorang individu. Mengutip penjelasan Prof. Dr.
Hamid Fahmy Zarkasyi, worldview menurut Ninian Smart adalah kepercayaan,
perasaan, dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang berfungsi sebagai
motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral. 17 Lebih luas dari lagi,
worldview menurut Prof. Alparslan adalah;
14
Michel Foucault, The Archaeology of Knowledge, trans. A. M. Sheridan Smith (New York;
Random House, 1972) hlm. 15
15
Michael P. Levine; Ninian Smart on The Philosophy of Worldviews. Sophia Vol. 36 No. 1 1997
hlm. 18
16
Michael P. Levine; Ninian Smart ..... hlm. 13
17
Hamid Fahmy Zarkasyi, Worldview Islam dan Kapitalisme Barat, Tsaqofah, Vol. 9 No. 1. hlm.
18
6
“the foundation of all human conduct, including scientific and
technological activities. Every human activity is ultimately traceable
to its worldview, and as such it is reducible to that worldview” 18
Alparslan berpendapat bahwa worldview adalah asas bagi setiap perilaku manusia,
termasuk aktivitas-aktivitas ilmiah dan teknologi. Setiap aktivitas manusia akhirnya
dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dalam pengertian itu, maka aktivitas
seseorang adalah proyeksi dari pandangan hidupnya.
18
Alparslan Acikgence, The Framework for A History of..... hlm. 6
19
Abu al-A’la Mawdûdî, The Process of Islamic Revolution, (Lahore, 1967), hlm. 14
7
Tidak jauh berbeda dengan al-Mawdudui, Atif al-Zayn mengartikan
worldview sebagai al-Mabda’ al-Islami atau Islamic Principle yang berarti aqidah
fikriyyah atau kepercayaan rasional yang berdasarkan pada akal. Sebab setiap
muslim wajib beriman kepada hakikat wujud Allah, kenabian, al-Qur’an yang tidak
bisa dipungkiri secara logis.
Lahirnya Worldview
20
Kholid Muslih, et. al., Worldview Islam; Pembahasan tentang Konsep-Konsep Penting dalam
Islam, (Ponorogo; UNIDA Press, 2018) hlm. 6-7
8
transparen. Meski demikian antara keduanya tetap memiliki perbedaan yang jelas
(secara definitif akan dijelaskan di sub bab elemen worldview).
Elemen Worldview
Kerja ilmiah yang dilakukan oleh Thomas F. Wall dan Ninian Smart dalam
merumuskan elemen worldview kiranya berguna sebagai upaya mencari pokok atau
standar yang bisa digunakan untuk komparasi antara satu worldview dengan
worldview lainnya. Walaupun Ninian Smart mendefinisikan agama sebagai
worldview, justru ia tidak menyebutkan Tuhan sebagai salah satu elemen
worldview. Kiranya ia dipengaruhi oleh persepsi agama di Barat. Sementara
Thomas, meski terlihat lebih komprehensif dan lebih filosofis dari Ninian, tetap saja
elemen-elemen tersebut tidak selengkap elemen-elemen dalam worldview Islam.
21
Thomas F. Wall, Thinking...., 16
22
Thomas F Wall, Thinking Critically ....., 532
23
Ninian Smart, Worldview...., 8-9
9
Atif al-Zayn menyebutkan tiga karakteristik worldview Islam, yakni;
berasal dari wahyu Allah, berdasarkan konsep dien yang tidak terpisah dari Negara,
dan kesatuan antara spritiual dan material. 24 Sayyid Qutb menyebutkan tujuh
karakteristik worldview dalam bukunya khasaish al-tashawwur al-islamiy,
rabbaniyah (berasal Allah), tsabat (konsisten), syumul (universal), tawazun
(seimbang), ijabiy (melihat positif), waqi’iyyah (aplikatif), dan tauhid (esa). Sayyid
Qutb lebih menekankan bahwa karakteristik tersebut merupakan karakter yang
bukan ciptaan manusia melainkan berasal dari Allah langusng. 25 Sementara itu,
Naquib al-Attas menyebutkan bahwa worldview Islam memiliki elemen yang
sangat banyak dan saling berhubungan satu sama lain –kiranya ini mirip dengan
Thomas yang menyatakan integrasi antar elemen. Di antara elemen yang paling
utama tersebut ialah; Tuhan, Wahyu, Penciptaan, Manusia, Ilmu, Agama,
Kebebasan, Nilai, dan Kebahagiaan.26
24
Arif al-Zayn, al-Islam..., 11-12
25
Sayyid Qutb, Khashaish al-Tashawwur al-Islamiy wa Muqawwamatuhu (Cairo; al-Babi al-
Halabi, 1962), 45
26
S.M.N. al-Attas, The Worldview of Islam, An Outline, Opening Adress, dalam Sharifah Shifa al-
Attas (ed.), Islam and the Challenge of Modernity, Proceeding of the inaugural Symposium on
Islam and the Challenge of Modernity: Historical and Contemporary Context, Kuala Lumpur
Agustus, 1-5, 1994, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), 29.
10
jika dilihat dari konteks filsafat sains. Ketika membahas paradigma atau paradigm
atau wacana atau discourse dalam kajian Filsafat Ilmu; tokoh yang paling tersohor
adalah Thomas Kuhn dan Imre Lakatos. Baik Kuhn maupun Lakatos, keduanya
memberikan posisi worldview sebagai paradigma sebagai asas yang menyediakan
nilai, standar, dan metodologi untuk semua aktivitas ilmiah hingga bisa
menghasilkan teori-teori. Jika worldview diposisikan sebagai asas (hardcore dalam
bahasa Lakatos) maka konsekuensinya adalah worldview haruslah bersifat
permanen. Sementara lapisan-lapisan diluarnya yang meliputi (metodologi dan
teori) bersifat bisa dirubah. Dalam hal ini, worldview Islam tentulah permanen
karena berasaskan aqidah, tetapi metode dan hasil dari aktivitas ilmiah yang
berdasarkan worldview Islam bersifat lentur karena bisa berubah. Sederhananya,
(Islam) menempati hardcore/worldview sementara Ekonomi Islam menempati
(teori/series of theory). Sehingga Islam itu permanen/holistik dan Ekonomi Islam
bersifat changable.
11
Kedua, Realitas Epistemologis adalah kebenaran tentang sumber sebuah
ilmu. Dalam Islam terdapat dua sumber epistemologis; apriori dan aposteriori.
Apriori adalah pengetahuan yang didapat tanpa pengalaman empiris (laduni),
sementara Aposteriori adalah pengetahuan yang didapat dengan pengalaman
empiris (belajar, research). Barat hanya mempercayai pengetahuan Aposteriori.
Sementara itu, Islam mengintegrasikan antara apriori dan aposteriori, dengan
bahasa lain; integrasi antara intelektual dan spiritual.
Kesimpulan
12
Ketiga, worldview Islam memiliki elemen yang lebih kompleks dan
komprehensif dari pada worldview Barat. Di antaranya adalah; konsep Tuhan,
wahyu, penciptaan, manusia, ilmu, agama, kebebasan, nilai dan kebahagiaan.
Kesemua elemen tadi berkaitan satu dengan yang lain sekaligus pada satu hal, yakni
aqidah.
13
Daftar Pustaka
1
Wall, Thomas F. 2001. Thinking Critically About Philosophical Problem, A
Modern Introduction, Wadsworth (Australia; Thomson Learning)
Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2013. Worldview Islam dan Kapitalisme Barat, Tsaqofah,
Vol. 9 No. 1.