Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Reztiana
2006124688
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang sangat
melimpah, ini merupakan bahan baku penting dalam perkembangan bioteknologi
modern (teknologi DNA), bahan baku ini digunakan sebagai sumber gen-gen baru
untuk meningkatkan produkitvitas industri pertanian.
Teknologi rekayasa genetik (teknologi DNA) digunakan untuk perbaikan sifat
tanaman melalui modifikasi genetik, dengan tujuan mendapatkan tanaman yang
mempunyai sifat baru dan unggul. Teknologi DNA mengembangkan dan
memanfaatkan teknik isolasi dan tranfer gen dari sifat yang diinginkan ke tanaman
transgenik. Dengan teknologi DNA dapat dihasilkan tanaman transgenik yang
memiliki sifat baru, misalnya ketahanan terhadap serangga, hama, herbisida, atau
cekaman abiotik. Tanaman transgenik tahan serangga hama sudah banyak ditanam
dan di pasarkan di berbagai negara. Di Indonesia tanaman transgenik dalam perakitan
dan data terakhir mulai pelepasan tebu transgenik di Jawa Timur, dan Padi transgenik
di Jawa Barat (Hadi Susilo, 2019).
Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang berarti
pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke
makhluk hidup lainnya, baik dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau dari gen
hewan ke tanaman. Transgenik secara definisi adalah the use of gene manipulation to
permanently modify the cell or germ cells of organism (penggunaan manipulasi gen
untuk mengadakan perubahan yang tetap pada sel makhluk hidup) (Sugianto, 2017).
Hama serangga yang menyerang tanaman, secara konvensional dibasmi
dengan memakai insektisida (bahan kimia), atau dengan cara menggunakan predator,
namun kedua cara ini belum efisien. Penggunaan insektisida dapat mengakibatkan
kerusakan lingkungan, disamping itu penggunaan insektisida juga dapa
mengakibakan tergangunya kesehatan manusia, yang lebih berbahaya adalah
munculnya hama yang tahan terhadap insektisida tersebut, sehingga hama tersebut
tidak pernah dapat dibasmi. Terakhir, penggunaan insektisida dalam membasmi hama
akan menambah biaya produksi. Kelebihan tanaman transgenik adalah hama akan
terbasmi sendiri tanpa harus menggunakan insektisida dalam jumlah besar.
Kerusakan lingkungan akibat tercemarnya bahan kimia, biaya produksi dapat ditekan
karena tidak membeli pestisida (Hadi Susilo, 2019).
Tanaman transgenik perlu dikarakterisasi secara molekuler untuk
mengkonfirmasi integritas gen yang diintroduksi dengan menentukan jumlah kopi
dalam genom tanaman. Tanaman juga perlu dikarakterisasi secara biokimia untuk
menentukan apakah gen berfungsi dengan benar. Setelah tahapan biologi sel dan
molekuler dilalui, tanaman transgenik perlu dikarakterisasi sifat yang diinginkan di
laboraorium dan rumah kaca. Untuk mengkonfirmasi apakah sifat baru diinginkan
tersebut dapat diturunkan, maka perlu dilakukan persilangan genetik.
ISI
1. Perakitan Tanaman Tebu Transgenik Tahan Hama Penggerek Batang
dengan Transformasi Gen Fusi cry1Abcry1Ac Menggunakan Metode
Agrobacterium tumefaciens
Gen-gen cry yang digunakan dalam perakitan tanaman transgenik tahan
serangga hama telah mendapakan izin dari EPA, AS (Hadi Susilo, 2019). Gen cry
yang berasal dari bakteri tanah Bacillus thuringiensis merupakan gen pengendali
pembentukan kristal endotoksin (crystalline inclusions, δendotoxins). Kristal yang
bersifat toksin ini menimbulkan kerusakan berupa lisis dan terbentuknya lubang pada
saluran tengah pencernaan (midgut) serangga yang memakannya, mengakibatkan
serangga tersebut mati (Deden Sukmadjaja, Sri Koerniati, dan Auliya Lukman, 2021).
Gen cry mengode pembentukan protein kristal endotoksin. Cara kerja toksin
Cry sebagai Cry-3D melibatkan interaksi yang berurutan antara protein Cry dan
beberapa protein pencernaan serangga, memfasilitasi terbentuknya struktur
oligomerik, menginduksi insersi toksin ke dalam membran, kemudian membentuk
pori yang mematikan sel-sel saluran pencernaan di bagian tengah (Bravo et al. 2013).
Toksin Cry-3D ini bekerja sangat spesifik terhadap serangga targetnya, hanya
mematikan untuk sejumlah kecil spesies sehingga sangat aman untuk manusia, hewan
vertebrata, dan tanaman. Toksin tersebut juga terdegradasi secara alami. Struktur
protein Cry-3D ini ketika diekspresikan pada tanaman transgenik akan berkontribusi
terhadap pengendalian hama secara efisien dan pengurangan penggunaan pestisida
kimia. Satu di antara gen cry tersebut adalah gen cry1Ab (Bravo et al. 2013).
Pemanfaatan gen cry untuk menginduksi sifat ketahanan terhadap hama penggerek
pada beberapa spesies tanaman pertanian telah banyak dilaporkan, di antaranya
tanaman padi.
Pemanfaatan gen cry pada tanaman tebu telah dilaporkan dalam upaya
pembentukan galur tebu elit. Weng et al. (2011) menyintesis gen m-cry1Ac yang
terpotong dengan cara meningkatkan kandungan GC dari 37,4% menjadi 54,8%. Cara
ini mampu menghasilkan 50 mg protein Cry1Ac dalam setiap mg protein terlarut.
Bioasai di rumah kaca menunjukkan sebanyak 62% dari lini transgenik memiliki sifat
tahan terhadap penggerek batang tebu (Weng et al. 2011). Arvinth et al. (2010) telah
menggunakan pyramiding kombinasi gen cry1Ab dan lektin snowdrop (Galanthus
nivalis agglutinin/GNA) untuk mengembangkan tebu tahan hama penggerek di India.
Sementara, Cristofoletti et al. (2018) telah mengembangkan tebu tahan hama
penggerek di Brazil dengan menggunakan gen fusi cry1Ab dan cry2A.
Proses Perakitan
Materi Genetik
Materi genetik tebu yang digunakan adalah varietas BL dan bakteri A.
tumefaciens strain EHA105 (Cambia, Canberra, Australia) dan strain GV3101
(Durham University, Durham, UK) yang mengandung plasmid pCambia-
5300_OaRbcS-prom-cTP-cry1Abcry1Ac.
Potongan eksplan ditanam pada media induksi kalus MS padat yang diperkaya
dengan zat pengatur tumbuh (ZPT) 2,4-dichlorophenoxy acetic acid (2,4-D) 3 mg/l
dikombinasikan dengan casein hydrolisate 3 g/l. Inisiasi kalus berlangsung dalam
kondisi gelap di ruangan inkubasi pada 24°C±2°C. Kalus yang digunakan sebagai
target dipilih yang bersifat embriogenik dengan penampilan fisik berwarna putih
kekuningan dan bersifat friable.
Analisis Molekuler
Konfirmasi keberadaan T-DNA (gen fusi cry1Abcry1Ac) di dalam genom
tebu transforman putatif dilakukan dengan analisis molekuler menggunakan PCR
yang sama dengan yang digunakan untuk mengindentifikasi DNA plasmid pada
kultur Agrobacterium. Hal yang berbeda yaitu untuk planlet transforman putatif tidak
menggunakan DNA yang diisolasi dari jaringan planlet, namun menggunakan
langsung bagian dari jaringan muda planlet dan tunas bibit (dengan ukuran 0,5 µl)
sebagai template untuk PCR direct dan NFW sebagai kontrol negatif.
Gambar 2. Eksplan tebu dan pembentukan kalus yang digunakan sebagai target
transformasi. (A) Potongan eksplan berupa gulungan daun muda. (B) Struktur kalus
tebu embriogenik yang friable
Gambar 8. Pola amplifikasi DNA hasil PCR gen cry1Ac dari sampel tunas
tanaman tebu hasil transformasi dengan metode transformasi A. tumefaciens. L =
DNA ladder 100 bp. DNA sampel pada sumur gel agarosa: 1 = 7.1.1, 2 = 7.1.2, 3 =
7.1.3, 4 = 7.1.4, 5 = 7.1.5, 6 = 7.1.6, 7 = 7.1.7, 8 = varietas BL (wild type, kontrol
negatif), 9 = kultur A. tumefaciens strain EHA105 yang digunakan pada transformasi
(kontrol positif).
DAFTAR PUSTAKA
Arvinth, S., Arun, S., Selvakesavan, R.K., Srikanth, J., Mukunthan, N., Kumar, P.A.,
Premachandran, M.N. & Subramonian, N. 2010. Genetic transformation and
pyramiding of aprotinin-expressing sugarcane with cry1Ab for shoot borer
(Chilo infuscatellus) resistance. Plant Cell Reports, 29 (4)
Bravo, A., Gómez, I., Porta, H., García-Gómez, B.I., Rodriguez-Almazan, C., Pardo,
L. & Soberón, M. 2013. Evolution of Bacillus thuringiensis Cry toxins
insecticidal activity. Microbial Biotechnology, 6(1)
Cristofoletti, P.T., Kemper, E.L., Capella, A.N. et al. 2018). Development of
transgenic sugarcane resistant to sugarcane borer. Tropical Plant Biology, 11
(1–2),
Deden Sukmadjaja, Sri Koerniati, dan Auliya Lukman. 2021. Perakitan Tanaman
Tebu Transgenik Tahan Hama Penggerek Batang dengan Transformasi Gen
Fusi cry1Abcry1Ac Menggunakan Metode Agrobacterium tumefaciens. Jurnal
AgroBiogen, 17(1)
Dwi Adi Sunarto, Nurindah, dan Lilik Harsanti. 2015. Uji Ketahanan Beberapa Galur
Kapas (Gossypium hirsutum ) Hasil Radiasi Terhadap Serangga Hama
Penggerek Buah Helicoverpa armigera (Hǖbner). Agrovigor, 8(1)
Hadi Susilo. 2019. Analisis Potensi Budidaya Tanaman Transgenik di Indonesia.
Jurnalis, 2(1)
Nono Carsono, Irma Mangatur, Fitri Utami Hasan, Santika Sari, Nenet Susniahti,
Hersanti. 2017. Ketahanan Padi Transgenik DB1 terhadap Penggerek Batang
Padi Kuning Scirpophaga incertulas Walker (Lepidoptera: Pyralidae). Jurnal
Agrikultura, 28(2)
Sahoo, K.K., Tripathi, A.K., Pareek, A., Sopory, S.K. & Singla-Pareek, S.L. 2011.
An improved protocol for efficient transformation and regeneration of diverse
indica rice cultivars. Plant Methods, 7(49)
Sugianto. 2017. Kajian Bioetika Tanaman Transgenik. Mangifera Edu:Jurnal Biologi
dan Pendidikan Biologi, 1(2)
Weng, L.X., Deng, H.H., Xu, J.L., Li, Q., Zhang, Y.Q., Jiang, Z.D., Li, Q.W., Chen,
J.W. & Zhang, L.H. 2011 Transgenic sugarcane plants expressing high levels of
modified cry1Ac provide effective control against stem borers in field trials.
Transgenic Research, 20(4)