Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
IPI/ICU
RSU MATERNA TAHUN 2020
A. LATAR BELAKANG
Instalasi perawatan Intensive/IPI adalah suatu bagian dari rumah sakit
yang mandiri ( instalasi dibawah direktur pelayanan) dengan staf yang
kusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera
atau penyulit –penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa dengan prognosis terkait. IPI/ICU menyediakan kemampuan dan
sarana,prasarana serta peralatan khusus yang menunjang fungsi-fungsi
dengan mengggunakan keterampilan staf medis perawat dan staf lain yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan –keadaan tersebut
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat
pasca bedah . pada sekitar tahun 1942, Mayoclinic membuat suatu ruangan
khusus dimana pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan diawasi
sampai sadar dan stabil fungsi Vitalnya , serta bebas dari pengaruh sisa obat
anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal dipandang perlunya
untuk melanjutkan pelayanan serupa tidak pada masa pulih sadar , namun
juga pada masa pasca bedah.
Rumah Saki t sebagai penyedia pelayanan kesehatan mempuyai
fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan IPI/ICU yang
profesional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien .
pada instalasi perawatan intensif (IPI/ICU), Perawatan untuk pasien
dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri
dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam Tim. Pengembangan
tim multidisiplin yang kuat sama penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan yang bermutu dan mengutamakan
keselamatan pasien
2. Tujuan Khusus.
1. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan IPI/ICU Di Rumah
Sakit
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien IPI/ICU
di rumah sakit
3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan IPI/ICU dirumah sakit
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai dasar dikeluarkanya surat keputusan ini adalah ketentuan
dalam bidang kesehatan terutama yang menyangkut hak pasien dan
keluarga, serta kwajiban staf rumah sakit yang terlibat dalam pelayanan
pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien sebagai berikut :
1. KMK No. 129/Menkes /SK/II/2008 Tentang Standar
pelayanan Minimal RS
1. Pengelolaan pasien
3. Manajemen Unit
1. TRIASE
B. Distribusi Ketenagaan
1. IPI/ICU
Depkes
H = Rata –rata Pasien Perhari x Jlh Rata2 Jam perawatan
Jam Efektif
= 6 x 12
7
= 12,5 + 25 % Faktor Koreksi
= 13
Perhitungan Gillies
H = 9,25 x 6 x 365
( 365-78) x 8
= 9 + 25%
= 11
Total yang dibutuhkan 11 + 1 Karu + 1 Logistik
= 14 Orang
C. Pengaturan Jaga
Instalasi Perawatan Intensif (IPI/ICU) dalam pengaturan jam dinas
dibagi menjadi 3 shift dimana pada shift I dinas mulai Jam 08.00 wib s/d
jam 14.30 wib, shift 2 dinas mulai Jam 14.30 wib s/d jam 21.00 wib
dan shift 3 dinas mulai 21.00 wib s/d jam 08.00 wib
BAB III
STANDAR FASILITAS
Desain :
1. Terisolasi
2. Mempunyai standar tertentu terhadap
a. Bahaya api
b. Ventilasi
c. AC
d. Exhaus fan
e. Pipa air
f. Komunikasi
g. Bakteriologis
h. Kabel Monitor
1. IPI.ICU A
2. IPI.ICU B
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
2. PASIEN PRIOTITAS II
Kondisi pasien pada kelompok ini memerlukan
pemantauan intensif dari ICU , sebab sangat beresiko bila tidak
mendapatkan therapy intensif segera , misalnya : pemantauan
intensif menggunakan metoda pulmonary arterial catheter sangat
menolong , contoh pasien ini antara lain mereka yang menderita
penyakit dasar jantung paru , gagal ginjal akut dan berat atau
yang telah mengalami pembedahan mayor . Therapi pada prioritas
II tidak mempunyai batas , karena kondisi mediknya senantiasa
berubah.
PENGECUALIAN
Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan kepala ICU ,
indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bias dikecualikan
dengan catatan bahwa pasien dengan golongan demikian sewaktu
waktu harus dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas
dapat digunakan untuk pasien prioritas I , II , III . Pasien yang
tergolong demikian antara lain :
2. Sistem Pulmonar
Gagal nafas akut memerlukan support ventilator
Emboli paru dengan hemodinamik tak stabil
Gagal nafas dengan kemungkinan perlu intubasi
Pneumonia berat
3. GangguanNeurologi
Stroke akut dengan gangguan kesadaran
Koma metabolic toksik dan antoksik
Perdarahan intra cranial dengan potensial herniasi
Perdarahan sub aracnoid akut
Meningitis dengan gangguan kesadaran atau gangguan respirasi
Gangguan sistem syaraf pusat, neuromuskuler dengan perbu-
rukan neurologi dan fungsi pernafasan
Status epileptikus
6. Endokrin
Diabetik ketoasidosis dengan komplikasi hemodinamik tak
stabil , gangguan kesadaran , insufiensi pernafasan atau asido-
sis berat
Thyroidstorm dengan hemodinamik tak stabil
Hipo / hipernatremia dengan kejang kejang atau gangguan ke-
sadaran
Hipo / hiperkaemia dengan disritmia / kelemahan otot
7. Lain–lain
Septic shock dengan hemodinamik tak stabil
Monitoring hemodinamik
Kondisi klinis memerlukan perawatan intensif
8. PemeriksaanFisik
Kesadaran: GCS<9
Pupil anisokor yang tidak sama besar kanan / kiri sesuai dengan
penyakit
cc
An uria tidak B AK ±45 /hari
12
9. Tanda – TandaVital
10. PemeriksaanPenunjang
Laboratorium
Natriumserum <110 mEq/Latau >170 mEq/L
Kaliumserum <2 mEq/Latau >7 mEq/L
PaO2 <50 mmHg
PH <7,1 mmHgatau >7,7 mmHg
Kadargula darah >800mmHg
Calciumserum >15 mg/dl
13
12. EKG
Miocard infark akut dengan aritmia , hemodinamik tidak stabil dan gagal
jantung kongestif.
Ventrikel tachi cardi dan ventrikel fibrilasi
Blok jantung dengan gangguan hemodinamik
2. Pasien Prioritas II
Hasil pemantauan intensif menunjukkan bahwa perawatan intensif
tidak dibutuhkan lagi.
Pemantauan intensif selanjutnya tidak dibutuhkan lagi
atau terapi telah gagal dan prognosis dalam waktu dekat memburuk
serta manfaat terapi intensif sangat kecil , dalam hal yang kedua perlu
persetujuan dokter yang mengirim.
7) Bila ada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak memerlukan tin-
a) Pasien usia lanjut dengan gagal organ atau lebih yang tidak mem-
berikan respon terhadap terapi intensif selama72 jam.
b) Pasien mati otak atau koma ( bukan karena trauma ) yang menim-
bulkan keadaan vegetative dan sangat kecil kemungkinan untuk
pulih.
c) Pasien dengan bermacam– macam diagnosis seperti PPOM , jantung
terminal , karsinoma menyebar.
d) Pasien yang tidak perlu rawat di ICU dengan kriteria:
Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laborato-
2. SISTEM RESPIRASI
Pasien dengan gangguan respirasi pasca lepas ventilator dengan kon-
disi stabil.
Pasien dengan respirasi berpotensi mengalami gangguan
hemodinamik atau resiko memburuk.
Pasien dengan gangguan respirasi yang memerlukan pemantauan
tanda vital.
3. SISTEM NEUROLOGI
Pasien dengan trauma kepala akut GCS > 9 yang memerlukan monitoring
namik
Gagal hati akut dengan hemodinamik stabil
6. PEMBEDAHAN
Pasien paska operasi ,hemodinamik stabil namun memerlukan resusitasi
7. INTOKSIKASI OBAT
Pasien yang memerlukan monitoring hemodinamik, neurologi dan frespi-
8. LAIN – LAIN
Syock septic
Pasien yang secara umum membutuhkan pemantauan monitoring
hemodinamik
Pasien DBD yang mengalami syock.
1. Perawat melakukan pengkajian sesuai dengan masalah pasien.
1) Anamnesa, keluhan utama pasien
2) Objek yang terdiri dari pemeriksaan fisik head to toe , tanda - tanda vital.
3) Assesman : diagnosis yang di dapatkan , diagnose banding bila ada
4) Planning : tindakan /pengobatan yang diberikan.
2. Perawat melakukan pengkajian sesuai dengan masalah pasien.
3. Tentukan diagnose pasien, buat rencana keperawatan / medis berdasarkan skala
a. prioritas ( mulai dari kaedaaan umum pasien, pemeriksaan fisik dan
b. pemeriksaan penunjang ) kolaborasikan dengan dokter spesialis lain atau
yang
c. merawat untuk tindakan medis, pemberian terapi dan tindakan pelayanan
d. selanjutnya atau kolaborasikan dengan tim medis lain bila diperlukan.
4. Informasikan / berikan edukasi kepada keluarga/ pasien untuk ikut dalam
pengambilan keputusan untuk pelayanan selanjutnya dan didokukmentasikan.
3. Ekstubasi
4. Balance cairan
5. Lumbal Fungsi
2. Infusion Pump
3. Suction Pump
4. Defiblrilator
5. Monitoring
A. PENGERTIAN
Manajemen Instalasi Perawatan Intensif dan unit pelayanan lain yang terlibat
dalam penggunaan asesmen pasien merupakan penyelenggaraan pengurusan bahan
habis pakai dan formulir-formulir pendukung terhadap kebutuhan asesmen pasien
dan barang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di rumah sakit secara teratur dalam
kurun waktu tertentu secara cermat dan tepat dengan biaya seefisien mungkin.
B. TUJUAN
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang
tepat dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan.
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional di atas tercapai, dengan biaya
yang rendah.
3. Tujuan keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang
menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak
sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akuntansi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
1. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah sistim yang sudah dijalankan dirumah sakit untuk
memberikan jaminan keselamatan paien sehingga kepercayaan pasien terhadap
pelayan Instalasi Rawat Inap meningkat.Keselamatan pasien termasuk asesmen
resiko,paien.Pelaporan setiap kali terjadi insident dianalisis dan ditindak lanjuti
dengan implementasi yang dapat berulangnya kembali insident tersebut sehingga
dapat meminimalkan resiko terhadap paien
2. TUJUAN
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh tin-
dakan pelayanan yang tidak seharusnya atau seharusnya dikerjakan tidak dilak-
sanakan ,Selain itu agar tercipta budaya keselamatan pasien,
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1. KESELAMATAN KERJA
Undang-undang nomor P tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Rumah sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori tersebut di atas, be-
rarti wajib menerapkan upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Program kesehatan
dan keselamatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi
karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2 (dua) disebutkan bahwa “setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi,
yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari ke-
celakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan marta-
bat manusia.
Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlin-
dungan terhadap pekerja dalam hal ini unit gizi dan perlindungan terhadap rumah
sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pe-
gawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit adalah :.
1. Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimaksudkan untuk
menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara tepat dan
efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan.
2. Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digo-
longkan pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
3. Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
a. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
b. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
c. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin.
d. Tidak tersedia alat-alat pengaman.
e. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.
4. Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja dan petugas kesehatan
a. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
b. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
c. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
Sistem Ventilasi
a. Ventilasi Instalasi Rawat Intensif harus cukup
b. Udara diruangan Instalasi Rawat Intensif dibuat mengalir searah
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. BENTUK-BENTUK PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pencatatan dan pelaporan
a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Barang /alat habis pakai atau alat kese-
hatan
1. Bon pemesanan barang/alat habis pakai
2. Pencatatan pemesanan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan diterima
oleh bagian umum untuk di verifikasi dan diserahkan ke bagian pengadaan.
3. Pencatatan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan yang belum tereal-
isasi
b. Pencatatan dan Pelaporan Tentang pelayanan pasien
1. Dokumen rekam medis pasien.
2. Buku laporan kegiatan harian.
c. Pencatatan dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan di Unit pelayanan
1. Membuat inventaris peralatan di unit pelayanan
2. Dilaporkan kepada atasan langsung ( Kepala Ruangan)
d. Langkah-langkah Dalam Proses Pengendalian
Empat langkah dasar yang harus dilakukan :
1. Membuat standar untuk pelaksanaan yaitu:
a. Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan pelayanan serta
jasa yang harus ditentukan atau dibuat patokan (tolok ukur).
b. Standar kuantitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume yang diwujud-
kan dalam ukuran bentuk.
c. Standar biaya adalah harga taksiran dari suatu barang atau jasa yang di-
gunakan untuk mengukur biaya lain.
d. Standar prosedur adalah sebagai cara yang benar untuk kegiatan sehari-
hari dalam proses penyelenggaraan pelayanan.
2. Melatih tenaga keperawatan untuk memahami dan melaksanakan standar-
standar yang telah ditetapkan.
3. Memonitor, melihat, mengukur, mengecek pelaksanaan yang dilakukan ke-
mudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar-benar di-
lakukan dengan standar yang telah dibuat sebelumnya.
4. Menetapkan tindakan perbaikan/koreksi untuk mengatasi penyimpangan
dengan melaksanakan cara-cara yang telah disepakati berdasarkan data
kegiatan terdahulu.
c. Pelayanan perinatal
1) Pengkajian awal keperawatan pasien baru dalam 24 jam
2) Pengkajian adawal medis pasien baru dalam 24 jam
3) Pre visite anestesia
4) Pasien stroke yang dilakukan asesmen rehab medik
5) Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan tranfusi
6) Kejadian reaksi tranfusi
7) Kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri ( APS )
8) Waktu tunggu operasi elektif
9) Angka ketidaktepatan identifikasi pasien
10) Kejadian dekubitus selama masa perawatan
11) Angka kejadian pasien jatuh
12) Angka kematian BBLR kurang dari 2500
13) Pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir selama masa Perawatan.
BAB IX
STRUKTUR ORGANISASI
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI FUNGSIONAL
INSTALASI PERAWATAN INTENSIF
RSU. MATERNA MEDAN
DIREKTUR
Ka. Pelayanan
Ka. Instalasi
Ka. Ruangan
PJ PP Logistik CS
Ditetapkan :
Tanggal : 03 Januari 2019
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI FUNGSIONAL
INSTALASI PERAWATAN INTENSIF
RSU. MATERNA MEDAN
Ditetapkan :
Tanggal : 03 Januari 2019
KARU
Ditetapkan di : Medan
Pada Tanggal : 03Januari 2020
KARU
SAIDAN NUR, AMK
Uraian tugas :
Tanggung Jawab:
Wewenang:
Tugas Pokok:
Melaksanakan asuhan keperawatan, menetapkan etika mutu keperawatan
serta Mengevaluasi dan memenuhi logistik keperawtan secara efisien dan efektif
Tanggung Jawab:
Wewenang :
Tugas Pokok:
Tanggung Jawab:
Uraian Tugas:
Wewenang:
AXBXC = F = H
(C- D) X E G
Keterangan:
A : Rata-rata jumlah perawatan /pasien /Hari
B: Rata-rata Jumlah Pasien /Hari
C : Jumlah Hari/Tahun
D : Jumlah Hari Libur Masing-masing perawat
E : Jumlah Jam Kerja Masing-masing Perawat
F : Jumlah Jam Perawatan Yang dibutuhkan Pertahun
G : Jumlah Jam perawatan Yang diberikan Perawat Pertahun
H : Jumlah perawat Yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan
- Perawatan Langsung :
Self care membutuhkan waktu perawatan 2 jam
Partial Care Membutuhkan Waktu perawatan 3 Jam
Total Care Membutuhkan Waktu Perawatan 4 -6 Jam
Intensif Care Membutuhkan Waktu perawatan 8 Jam
- Perawatan Tak langsung
Meliputi kegiatan –kegiatan membuat renpra,
Pendidikan Kesehatan perpasien 15 Menit.
CATATAN:
Pola ketenagaan dimonitor dan tetap dievaluasi, apabila Jumlah pasien
Harian Perawatan Intensif Meningkat dan tidak sesuai dengan Jumlah
tenaga yang ada, maka berdasarkan SK ( Surat Kebijakan) Maka
tenaga akan disesuaikan dengan memperbantukan tenaga yang ada
dirungan lain sesuai dengan Kebutuhan. Sehingga Tidak tidak terjadi
masalah dalam hal pelaksanaan asuhan keperawatan dengan tujuan
utama memenuhi kebutuhan pasien.
BAB X
KEGIATAN ORIENTASI
Kegiatan orientasi di instalasi Perawatan Intensif sebagai upaya untuk
menyesuaikan Diri pada tempat /unit kerja baru dalam rangka memenuhi syarat
bagi pekerjaan /Jabatan dengan situasi baru yang berbeda dan asing.
2. Materi umum
a. Struktur Organisasi rumah sakit Dan Bidang kepererawatan
b. Falsafah Dan Tujuan Sakit dan pelayanan keperawatan
c. Kebijakan dan prosedur yang belaku di rumah sakit/pelayanan keperawatan
d. Metode pemberian asuhan keperawatan
e. Pola ketenagaan dan sistem penilaian kinerja keperawatan
f. Prosedur pengamatan dalam berbagai bidang di rumah sakit
g. Hak dan Kewajiban Perawat
h. Hak dan Kewajiban Pasien
3. Materi Khusus
a. Struktur organisasi Instalasi/Ruangan
b. Tata Tertib instalasi ruangan
c. Prosedur administrasi ruangan
d. Prosedur Penerimaan pasien
e. Manajemen penggunaan alat –alat khusus
f. Manajemen alat –alat logistiK
g. Manajemen Pencucian Dan sterilisasi alat
Ditetapkan di : Medan
Pada tanggal : 03 Maret 2019 Diketahui oleh