SEHATDENGANSHOLATDHUHA
SEHATDENGANSHOLATDHUHA
net/publication/331397544
CITATIONS READS
0 2,163
1 author:
Mukhamad Rajin
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum
8 PUBLICATIONS 18 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
THE POTENTIAL OF GOAT MILK SOAP WITH PROBIOTIC AND SULFUR FOR PREVENTING AND TREATING SCABIES DISEASE View project
All content following this page was uploaded by Mukhamad Rajin on 28 February 2019.
Pasal 2
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana:
Pasal 72
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Sehat dengan Sholat Dhuha | i
SEHAT DENGAN SHOLAT DHUHA
© Mukhamad Rajin, S.Kep. Ns. M.Kes
Copyright © 2016
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang.
Dilarang Memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis termasuk
memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya
tanpa izin tertulis dari penerbit
Diterbitkan Oleh:
Lentera Kreasindo
Jl. Depokan II No 530 Peleman Kotagede Yogyakarta
Telp (0274) 4436767, 0815 7876 6720 Email:
lenterakreasindo@yahoo.co.id
Dicetak Oleh:
Lingkar Media Yogyakarta
www.linkmedprojogja.com
Penulis
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB 4 GLUKOSA 49
4.1. Absorbsi Glukosa 50
4.2. Metabolisme Glukosa 51
4.3. Glukosa dan Metabolisme Energi 52
BAB 8 PENUTUP 82
Daftar Pustaka 84
Glosarium 87
Indeks 88
Daftar Singkatan Kata 90
Tentang Penulis 91
Halaman
1. Berdiri dalam sholat 7
2. Rukuk 8
3. Sujud 9
4. Tasyahud awal 11
5. Tasyahud akhir 12
6. Jaringan ikat yang melindungi otot rangka
(Powers, 2007:142) 22
7. Struktut mikro otot yang terdiri dari beberapa
miofibril, setiap miofibril terdiri dari unit-unit
yang disebut sarkomer (Powers, 2007:143) 24
8. A, Molekul miosin. B, kombinasi beberapa
molekul miosin membentuk filamen miosin.
Menunjukan beberapa jembatan penyebarangan
dan interaksi antara kepala miosisn dengan filamen
aktin (Guyton, 2006:75). 26
9. Filamen aktin, terdiri dari dua molekul F-aktin,
dua molekul tropomiosin, dan komplek troponin
(Guyton, 2006:76). 27
10. Hubungan retikulum sakoplasmik dan tubulus T
pada miofibril otot rangka (Marieb, 2007:288) 29
11. Keadaan relaksasi dan kontraksi dari pergeseran
filamen aktin (ping) antara filamen miosin (merah)
dan menyebabkan memendeknya jarak antar Z
(Guyton, 2006:75) 30
12. Beberapa langkah dalam eksitasi, kontraksi dan
relaksasi otot (Powers, 2007:150). 32
13. Tahap-tahap dalam kontraksi otot (Powers, 2007:
151). 33
14. Struktut kimia adenosin trifosfat (ATP) (Guyton,
2006:830) 34
Sunat dhuha adalah salah satu sholat sunat yang sangat dianjurkan oleh
Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam, maka adalah kebaikan bagi
kita untuk mengetahui sunnah ini. Waktu yang utama sholat Dhuha
adalah sholat sunat yang dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00
hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka'at sholat dhuha minimal
dua rakaat dan maksimal dua belas roka'at dengan satu salam setiap dua
roka'at. Manfaat dari sholat dhuha adalah supaya dilapangkan dada
dalam segala hal, terutama rejeki. Saat melakukan sholat dhuha
sebaiknya membaca ayat-ayat surat Al-Waqi'ah, Adh-Dhuha, Al-
Quraisy, Asy-Syamsi, Al-Kafirun dan Al-Ikhlas (Hilmi, 2008).
Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam, beliau
bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan
dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap
tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah
sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma‟ruf) dan melarang dari
Gambar 2. Rukuk
6) I'tidal
Bangkit dari rukuk seraya mengucapkan "Sami'allahu liman
hamidah", disunahkan mengangkat tangan seperti ketika takbiratul
ihram. Hendaknya dilakukan sampai tegak lurus berdiri (H.R. Bukhari
Sehat dengan Sholat Dhuha | 8
Muslim). Setelah tegak berdiri, hendaklah membaca doa i'tidal: Rabbana
wa lakal hamdu, kemudian disunnahkan untuk membaca doa: Segala
puji bagi Allah, pujian yang banyak dan baik lagi penuh berkah. (H.R.
Bukhari).
7) Sujud
Gerakan sujud dimulai dengan mengucapkan takbir: "Allahu
Akbar", turun dengan mendahulukan kedua lutut baru kemudian kedua
tangan (H.R. Hakim). Sujud dilakukan dengan tujuh anggota badan,
yaitu jari jemari kedua kaki, kedua lutut, kedua tangan dan di atas dahi
(H.R. Bukhari Muslim). Kedua tangan diletakkan dengan
menghadapkan jari-jari ke arah kiblat, tanpa menggenggam dan tidak
pula mengembangkannya (HR Abu Dawud). Disunahkan untuk
merenggangkan jarak antara kedua lutut, yaitu tidak merapatkannya.
Berbeda dengan kaki, Rasulullah ketika bersujud, merapatkan kedua
tumitnya. (H.R. Ibnu Huzaimah).
Ada beberapa macam doa yang dibaca pada waktu sujud, antara
lain: Maha suci Engkau Wahai Allah, Rabb kami dan segala puji hanya
bagiMu. Ya Allah, ampunilah aku. (H.R. Bukhari Muslim). Atau
membaca doa berikut, satu atau beberapa kali: Maha suci Rabbku Yang
Maha Luhur.
Gambar 3. Sujud
8) Duduk antara dua sujud
Ketika bangkit dari sujud, disunnahkan membaca takbir
kemudian duduk di antara dua sujud dengan bertelekan di atas telapak
kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan (duduk iftirasy). Tangan
Sehat dengan Sholat Dhuha | 9
diletakkan di atas paha dan ujung jari-jari tangan di atas lutut. Tangan
kanan diletakkan di atas lutut kanan, tangan kiri di atas lutut kiri, seolah-
olah menggenggamnya, seraya mengucapkan doa: “Ya Allah,
ampunilah aku, sayangi diriku, maafkan, berilah petunjuk kepadaku dan
karuniakanlah rizki kepadaku”.
9) Tuma'ninah
Ketika rukuk, sujud, berdiri, dan duduk tuma'ninah ditegaskan
pada saat rukuk, sujud, dan duduk, sedang i'tidal pada saat berdiri. Hal
ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW : "Sampai kamu merasakan
tuma'ninah". (H.R. Bukhari & Muslim). Hakikat tuma'ninah ialah orang
yang rukuk, sujud, duduk atau berdiri itu berdiam sejenak. Lamanya
sekadar waktu yang cukup untuk membaca bacaan yang dituntunkan
sebanyak satu kali setelah semua anggota tubuhnya berdiam. Adapun
selebihnya dari itu adalah sunah hukumnya.
10) Bangkit dari sujud
Selesai sujud kedua kemudian bangkit untuk mengerjakan raka'at
kedua dengan bertumpu pada kedua lutut seraya mengucap takbir.
Raka'at kedua dilaksanakan sebagaimana raka'at pertama, hanya tidak
perlu membaca do'a iftitah dan isti'adzah.
11) Tasyahud awal
Duduk tasyahud awal dilakukan sebagaimana cara duduk di
antara dua sujud, yaitu duduk iftirasy. Adapun posisi tangan kanan dan
pandangan diterangkan dalam hadits berikut: DariAbdullah bin Umar
dia bercerita: Lalu beliau meletakkan tangan kanan di atas paha
kanannya, mengisyaratkan jari telunjuk yang dekat dengan ibu jari ke
arah kiblat sambil mengarahkan pandangan padanya atau ke arahnya
(H.R. Nasa'i). Albani mengemukakan sunahnya terus menerus
mengisyaratkan jari telunjuk dan menggerakkannya sampai salam.
Adapun tangan kiri tetap diletakkan di atas lutut kiri seolah
menggenggamnya, atau boleh juga membentangkan tanpa
menggenggamnya seraya berdoa: “Segala pengagungan, kehormatan
dan kebaikan adalah milik Allah semata. Semoga keselamatan tercurah
atasmu wahai Nabi, juga anugrah dan berkahNya”. Semoga keselamatan
juga tercurah atas kami dan atas segenap hamba Allah yang shalih. Aku
2) Gerakan takbiratul-ihram
Gerakan memulai sholat dengan mengangkat tangan sedemikian
sehingga telapak menghadap kiblat di samping kanan kiri bahu atau
wajah kita. Beberapa hal yang penting dibahas dari sisi medis adalah :
a. Kata "Allahu Akbar". Seorang ahli psikologi dari Belanda,
Professor Vander Hoven (2002) mengumumkan temuan barunya
dari penelitian tentang pengaruh membaca Al-Qur'an dan
pengucapan berulang-ulang kata "Allah" baik pada pasien maupun
orang normal. Penelitiannya dilakukan pada subjek selama 3 tahun.
Beberapa pasiennya bahkan ada yang non-muslim, beberapa
lainnya tidak berbahasa arab sebagai bahasa ibu tetapi dilatih untuk
dapat mengucapkan kata “Allah” menurut tata cara pengucapan
bahasa arab (Alloh-rec/). Hasil penelitiannya sungguh
menakjubkan terutama pada mereka yang menderita dejection and
tension. Harian Arab Saudi Al-Watan melaporkan bahwa Professor
itu menyimpulkan, mereka orang muslim yang membaca Al-Qur'an
dengan teratur dapat mencegah penyakit-penyakit psikologis. Lebih
lanjut Profesor itu menjelaskan, bagaimana setiap huruf dari kata
"Alloh" itu mempengaruhi penyembuhan psikologis. Ternyata
pengucapan kata ini, tidak pernah dijumpai pada bahasa-bahasa lain
di dunia. Secara fisiologis, pengucapan huruf pertama yakni "A"
melapangkan sistem pernafasan, berfungsi mengontrol gerak nafas.
Kemudian saat mengucap konsonan "L" menurut cara orang arab
dengan lidah tertarik ke langit-langit dan sedikit tergelincir di
bagian rahang atas, sejenak tertahan sebelum kemudian
mengucapkan bunyi "-Loh" membentuk ruang tertentu di rongga
mulut. Jeda yang pendek dan kemudian disusul dengan jeda yang
sama secara berturutan ini menimbulkan pengaruh yang nyata
terhadap relaksasi pernafasan. Juga, pengucapan huruf terakhir
yakni "H" membuat kontak antara paru-paru dan jantung dan pada
gilirannya kontak ini dapat mengontrol denyut jantung.
Yang menarik dari studi ini adalah bahwa sang peneliti bukanlah
seorang Muslim tetapi tertarik pada ilmu-ilmu Islam dan mencari
Sehat dengan Sholat Dhuha | 14
rahasia-rahasia kitab suci Al-Qur'an. Hal ini merupakan salah satu
hikmah syari'at Islam yang barangkali tidak pernah tergali apabila
kita hanya mengacu pada Islam secara normatif, dalam arti
pelaksanaan rutinitas ritual sehari-hari.
b. Rongga dada melebar. Pada saat gerakan takbir, bahu terangkat
sedikit, tulang-tulang rusuk ikut terangkat menimbulkan pelebaran
rongga dada. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga mengecil
dan memudahkan udara nafas masuk dengan cepat.
c. Sekat rongga badan (diafragma) terlatih. Pada saat yang sama, kita
harus mengucapkan kalimat takbir "Allohu Akbar" padahal dinding
dada sedang meregang. Untuk dapat mengucapkan suatu kata,
udara harus mengalir keluar guna menggetarkan pita suara, maka
tidak lain hal ini hanya bisa dikerjakan oleh sekat rongga badan
(diafragma). Benar-benar suatu sinergisme yang rapi dan sangat
efektif. Dan tentu saja sinergi ini juga berpengaruh terhadap fungsi-
fungsi fisiologis lainnya karena pasti di otak terjadi asosiasi dan
sinkronisasi pusat-pusat pengaturan gerakan dan kerja organ-organ
dalam.
d. Ketiak dibuka. Ketiak adalah stasiun regional utama bagi peredaran
limfe (getah bening) yang merupakan kumpulan dari keseluruhan
anggota gerak bagian atas (tangan, lengan bawah, lengan atas, dan
bahu). Gerakan takbir ini adalah gerakan "active pumping" yang
sangat bermanfaat.
3) Rukuk
Rukuk adalah membungkukkan badan sedemikian sehingga
punggung, leher dan kepala menjadi posisi horizontal sama sekali.
Posisi kaki masih tetap seperti saat berdiri pada awalnya. Pada saat
rukuk sempurna, tulang belakang menjadi relatif lurus. Ada dua hal
penting yang perlu diperhatikan :
a. Posisi horizontal. Posisi ini memungkinkan berat badan bergeser ke
depan dan tubuh seakan-akan mau terperosok ke depan. Dengan
posisi demikian, kompresi antar ruas-ruas tulang belakang dapat
dikurangi.
b. Kedua lengan menyangga, tangan memegang di lutut. Penyanggaan
ini lebih mendorong lagi ke depan ruas-ruas tulang belakang
Sehat dengan Sholat Dhuha | 15
sehingga kompresi bukan hanya dikurangi akan tetapi bahkan
terjadi gerakan anti-kompresi alias peregangan. Ini dapat kita
rasakan pada saat rukuk seperti ada tarikan di tulang punggung.
Sensasi ini hanya terjadi bila rukuk dilakukan cukup waktu,
sehingga sudah terjadi relaksasi otot-otot punggung. Orang yang
sholatnya buru-buru, dengan perubahan posisi yang demikian tidak
bisa merasakan efek apa pun oleh karena otot-ototnya masih
tegang. Di sinilah manfaat tuma'ninah (harus ada periode tenang)
dalam tiap gerakan sholat.
4) Sujud
Sujud adalah bentuk ketundukan tertinggi seorang hamba di
hadapan Tuhannya. Betapa tidak, kepala orang yang bersujud itu
direndahkan serendah kaki menapak. Dari sudut pandang medis, tentu
ini sangat unik. Sujud adalah satu-satunya posisi di maha otak bisa lebih
rendah dari jantung, yang mudah dikerjakan tanpa harus menjungkir-
balikkan tubuh.
Gerakan sujud merupakan urut-urutan dari gerakan-gerakan
sebagai berikut:
a. Tubuh merendah dengan menekukkan badan dan lutut
b. Telapak tangan mencapai lantai
c. Disusul lutut mencapai lantai, jari-jari kaki tertekuk, telapak kaki
berdiri tegak
d. Tangan di lantai geser maju ke depan
e. Muka tersungkur menyentuh lantai pada jidat dan hidung
f. Pantat diangkat, paha pada posisi tegak lurus (jika tahap ini tidak
dikerjakan, sujud akan tanpak seperti mendekam)
g. Kedua telapak kaki dirapatkan, dengan tetap berdiri tegak dan jari-
jari menekuk sehingga tetap mengarah ke kiblat.
Cobalah perhatikan dan praktikkan detail dari gerakan sujud
tersebut diatas. Anda akan merasakan tarikan di tulang belakang daerah
pertengahan punggung yang disebabkan oleh gravitasi karena
pergeseran titik berat batang tubuh. Efek terhadap alignment
(pengaturan pelurusan) ruas-ruas tulang belakang sehingga kompresi
dikurangi bahkan terjadi gerakan anti-kompresi alias peregangan.
Sehat dengan Sholat Dhuha | 16
Seperti halnya pada saat ruku', sensasi ini hanya terjadi bila dilakukan
cukup waktu, sehingga sudah terjadi relaksasi otot-otot punggung.
Orang yang sholatnya tergesa-gesa, tidak tuma'ninah, dengan perubahan
posisi yang demikian tidak bisa merasakan efek apa pun oleh karena
otot-ototnya masih tegang. Beberapa hal yang sering menyebabkan
sujud tidak berfungsi optimal untuk pelurusan tulang belakang adalah:
a. Tidak menegakkan paha dan mengangkat pantat, biasanya
terpengaruh oleh pendeknya sajadah (alas sholat) sehingga kepala
tidak cukup menjulur ke depan, titik berat batang tubuh masih di
belakang tumpuan lutut. Jadi, sensasi tarikan ke bawah di tulang
belakang tidak terjadi.
b. Bila poin (a) di atas sudah dilakukan, masih ada satu syarat lagi,
yakni berat tubuh bagian depan jangan ditopang penuh oleh tangan,
akan tetapi kening menyangga lebih besar, kening terletak satu
garis sumbu tubuh. Saat sujud seluruh ruas tulang belakang seperti
digantungkan pada dua titik tumpu, ujung depan dan belakang, efek
anti-bongkok dapat dipahami dari posisi ini. Bila kening tidak
menumpu, penyanggaan oleh tangan akan menyebabkan tegangnya
otot-otot bahu dan punggung, relaksasi tidak terjadi.
Pengaruh sujud terhadap peredaran darah di otak juga dapat
dipahami. Elastisitas pembuluh darah merupakan faktor terpenting yang
dapat mempertahankan tekanan darah. Debit darah yang naik karena
posisi jantung lebih tinggi dari otak ini merupakan latihan otak
menambah elastisitas pembuluh darah, pada gilirannya gerakan sujud
bisa merupakan gerakan anti-stroke. Stroke terjadi bila terdapat
pembuluh darah di otak tersumbat atau pecah, sehingga sebagian otak
mengalami gangguan, tanpak sebagai keadaan lumpuh separuh badan
(Godam, 2006).
6) Gerakan salam
Salam adalah perbuatan yang terakhir dalam sholat. Salam
diucapkan dua kali, disertai dengan gerakan menoleh ke kanan dan ke
kiri sehingga pipi dapat dilihat oleh orang yang berada di belakangnya.
Salam pertama termasuk rukun sholat, sedang yang kedua hukumnya
sunah. Secara anatomis, leher adalah bagian tubuh yang amat vital
Otot rangka merupakan alat gerak yang aktif, dan memainkan peranan
yang sangat penting dalam proses terjadinya gerakan yang dikehendaki.
Tubuh manusia terdiri dari 400 otot rangka lebih, yang membentuk 40%
sampai dengan 50% dari total berat badan. Otot rangka melekat pada
tulang melalui jaringan ikat yang disebut tendon. Kemudian pada ujung
otot yang berlawanan melekat pada tulang lain, yang mendekati aksial
skeletal disebut origo sedang yang menjauhi aksial insersio. Dengan
demikian pada saat terjadi kontraksi otot rangka akan timbul gerakan.
Jenis gerakan yang timbul tergantung pada jenis sendi dan jenis otot
yang terlibat. Otot yang menurunkan sudut sendi disebut otot fleksor,
sedangkan yang meningkatkan sudut sendi disebut otot ekstensor
(Powers, 2007).
Otot rangka terdiri dari beberapa jenis jaringan. Setiap otot
rangka tersusun dari serabut-serabut otot, jaringan saraf, pembuluh
darah, dan beberapa jenis jaringan ikat. Sebuah otot dipisahkan satu
dengan yang lain dan melekat pada posisinya oleh jaringan ikat yang
Sehat dengan Sholat Dhuha | 20
disebut Fascia. Terdapat 3 (tiga) lapisan jaringan ikat pemisah yang
ditemukan pada otot rangka. Lapisan yang paling luar yang melapisi
seluruh otot disebut Epimisium. Tepat di bawah epimisium terdapat
serabut jaringan ikat yang berwarna putih yang disebut Perimisium.
Perimisium ini membungkus bendelan-bendelan otot yang disebut
sebagai Fasikulus. Setiap serabut otot dibungkus oleh jaringan ikat yang
disebut Endomisium. Tepat di profundus endomisium dan membungkus
setiap serabut otot adalah lapisan jaringan ikat yang lain yang disebut
Lamina Eksternal (Powers, 2007).
Sebuah serabut otot dikenal sebagai sebuah sel otot yang
berbentuk silinder, memanjang dengan garis tengah 10 sampai 100
mikrometer, dan panjangnya sampai 750.000 mikrometer (Sherwood,
2001). Menurut Marieb (2007) beberapa sel otot kadang panjangnya
sampai 30 cm. Setiap serabut otot mempunyai beberapa organela seperti
pada sel yang lain, tetapi tidak seperti sel yang lain sel otot rangka
adalah multinukleat yang mempunyai banyak nukleus (Powers, 2007).
Setiap serabut otot terdiri dari berbagai komponen seperti: inti sel,
mitokondria. sarkoplasma, filamen tebal (miosin), filamen tipis (aktin),
lysosom, glikogen, lemak, protein, dan lain-lain.
Setiap serabut otot yang berbentuk sel silinder memanjang
dengan beberapa nukleus dibungkus oleh suatu pelindung yang disebut
Sarkolemma (Marieb, 2007). Sarkolemma adalah membran sel dari
serabut otot. Sarkolemma terdiri dari membran sel yang sebenarnya,
yang disebut membran plasma, dan sebuah lapisan luar yang tipis yang
mengandung sebuah serat kolagen tipis. Pada ujung serabut otot, lapisan
permukaan sarkolemma bersatu dengan serat tendon, dan serat-serat
tendon berkumpul manjadi berkas untuk membentuk tendon otot
(Guyton, 2006).
Terletak di bagian superfisial sarkolemma dan di profundus
lamina eksternal terdapat sekelompok sel prekusor otot yang disebut Sel
Satelit. Sel satelit sel yang mempunyai peran kunci dalam perbaikan dan
pertumbuhan sel otot. Ketika serabut otot rusak, maka sel satelit akan
berdifferensiasi untuk memperbaiki sel otot yang rusak. Sel satelit juga
mempunyai kontribusi untuk pertumbuhan otot selama latihan berat
dengan membagi dan menyebarkan nukleus yang ada dalam serabut
otot. Peningkatan jumlah nukleus dalam serabut otot akan memperbesar
b. Filamen Aktin
Sebuah filamen tipis yang terutama tersusun dari protein
berdiameter 7-8 nm adalah Aktin (Marieb, 2007). Panjang filamen aktin
adalah kurang lebih 1 mikrometer. Bagian dasar dari filamen aktin
tersisipkan dengan kuat ke dalam lempeng Z, sedangkan ujung-ujung
yang lain menonjol ke dalam sarkomer yang berdekatan untuk berada
dalam ruangan antara molekul miosin (Guyton, 2006).
Tulang punggung filamen aktin adalah suatu molekul protein F-
aktin untai ganda. Kedua untai membelit dalam bentuk heliks dengan
perputaran yang sempurna setiap 70 nanometer. Setiap untai F aktin
tersusun dari molekul G aktin terpolimerisasi, yang masing-masing
mempunyai berat molekul sekitar 42.000. Pada setiap G aktin melekat
satu molekul ADP, yang diperkirakan merupakan bagian aktif (aktif
side) dari filamen aktin yang beriteraksi dengan jembatan
penyebarangan miosin saat kontraksi (Guyton, 2006).
Gambar 9. Filamen aktin, terdiri dari dua molekul F-aktin, dua molekul
tropomiosin, dan komplek troponin (Guyton, 2006 :76).
Gambar 11. Keadaan relaksasi dan kontraksi dari pergeseran filamen aktin
(ping) antara filamen miosin (merah) dan menyebabkan
memendeknya jarak antar Z (Guyton, 2006:75)
2) Proses kontraksi otot
Menurut Powers (2007), proses kontraksi otot merupakan
penggabungan proses eksitasi dan kontraksi (Excitation-Contraction
Coupling). Pada proses eksitasi terdapat dua proses yang terjadi, yaitu:
Aksi potensial yang menjalar pada saraf motorik menyebabkan
pengeluaran asetilkolin pada celah sinaps menuju ke sambungan saraf-
otot (Neuro-muscular Junction). Selanjutnya, reseptor yang terdapat
pada motor end-plate mengikat asetilkolin dan menghasilkan potensial
Sehat dengan Sholat Dhuha | 30
pada end-plate yang kemudian menyebabkan depolarisasi yang
diteruskan ke dalam tubulus tranversal menuju serabut otot. Kemudian
depolarisasi ini menyebabkan keluarnya kalsium dari retikulum
sarkoplasmik.
Proses selanjutnya adalah proses kontraksi yang terdiri dari lima
tahap. Pertama, dalam keadaan istirahat jembatan penyebangan miosin
terikat lemah pada aktin. Tahap Kedua, ketika terjadi depolarisasi
sampai pada retikulum sarkoplasmik, Ca++ dikeluarkan ke dalam
sarkoplasma. Ca++ terikat pada troponin dan ikatan ini menggeser posisi
tropomiosin yang menutupi aktif side pada aktin, sehingga
menyebabkan ikatan yang kuat pada jembatan penyebarangan (Cross-
bridge) dengan aktif side pada aktin. Tahap ketiga, fosfat inorganik
dikeluarkan dari jembatan penyebarangan miosin dan memberi energi
jembatan penyeberangan miosin untuk menarik molekul aktin.
Selanjutnya pada tahap keempat, gerakan jembatan
penyeberangan menjadi lengkap dengan keluarnya ADP dari jembatan
penyeberangan miosin. Pada tahap kontraksi ini ikatan antara jembatan
penyebarangan miosin dan aktif side aktin adalah yang paling kuat.
Pada tahap kelima, jembatan penyeberangan mengikat ATP sehingga
menyebabkan ikatan antara jembatan penyeberangan miosin menjadi
lemah. Dalam keadaan ikatan yang lemah ini ATP dipecah menjadi
ADP, fosfat, dan energi yang digunakan sebagai energi jembatan
penyeberangan miosin.
Siklus kontraksi ini dapat terjadi terus-menerus dan berulang-
ulang selama Ca++ dan ATP masih tersedia. Dan siklus kontraksi ini
akan berhenti, ketika aksi potensial berhenti dan Ca++ dalam
sarkoplasma masuk kembali ke retikulum sarkoplasmik (Powers, 2007).
1) Latihan isotonik
Latihan isotonik adalah latihan yang ototnya mengalami kontraksi
yang isotonik atau bisa juga disebut dengan kontraksi konsentrik, dalam
kontraksi ini terjadi pemendekan otot (Fox dkk, 1993). Kontraksi
isotonik (iso = sama, ton = tegangan), yaitu kontraksi otot dimana
terjadi penurunan sudut sendi dan pergerakan beban (Marieb, 2007).
Menuruk Nossek, kontraksi isotonik adalah suatu bentuk kontraksi otot
yang aktif dilakukan dengan suatu Pemendekan atau perubahan jarak
otot. Dalam kontraksi isotonik akan nampak terjadi gerakan dari
anggota tubuh, yang disebabkan oleh memanjang dan memendeknya
otot-otot (Harsono, 1988). Latihan isotonik dilakukan dengan kecepatan
Gambar 15. Latihan isotonik pada tangan, nampak perpindahan beban, terjadi
kontraksi konsentrik dan penurunan sudut sendi siku (Powers,
2007:159)
Gambar 16. Latihan isometrik pada tangan, tidak nampak perpindahan beban,
dan tidak terjadi penurunan sudut sendi siku (Powers, 2007:159)
1) Insulin
Insulin disekresi oleh sel beta pankreas. Adanya kelebihan energi
yang berasal dari karbohidrat (glukosa), oleh insulin kelebihan tersebut
untuk disimpan. Karbohidrat disimpan dalam bentuk glikogen terutama
di otot skelet dan hepar atau diubah menjadi lemak (Guyton, 2006).
Transport glukosa ke dalam sel akan meningkat 10 kali atau lebih
dengan adanya insulin dubandingkan dengan tidak ada insulin. Glukosa
yang masuk sel ini dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk
metabolisme, sehingga penggunaan karbohidrat dalam hal ini terutama
glukosa tergantung pada sekresi insulin oleh pankreas (Guyton, 2006;
King, 2003).
Pada metabolisme glukosa hepar, insulin mendukung masuknya
glukosa ke dalam sel hepar dan mendukung konversi glukosa menjadi
glukosa 6-fosfat, sehingga gradien kadar glukosa darah dan hepar besar
maka glukosa banyak masuk ke dalam hepar (Mayes, 2000; Henriksen,
2002).
Kadar glukosa darah sebelum sholat dhuha baik pada kelompok kontrol
dan perlakuan sama dan dalam batas normal, karena semua responden
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus. Sedangkan
kadar glukosa darah setelah sholat dhuha selama 30 menit dalam 8
rakaat pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan, sedangkan pada
kelompok perlakuan terjadi penurunan. Penurunan kadar glukosa darah
post pandrial pada kelompok perlakuan disebabkan karena peningkatan
uptake glukosa.
Sholat dhuha yang dilakukan selama 30 menit dengan 8 rakaat
dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan sangat signifikan.
Penurunan kadar glukosa darah post pandrial disebabkan karena sholat
dhuha yang dilakukan selama 30 menit dengan 8 rakaat terjadi kontraksi
otot isometrik predominan, sehingga uptake glukosa menjadi lebih
besar.
Frontera WR, Herring SA, Micheli LJ, Silver JK,. 2007. Clinical Sports
Medicine: Medical Management and Rehabilitation, First
Published. Sounders Elsevier.
Guelfi KJ, Ratnam N, Smythe GA, Jones TW, Fournier PA. 2007.
Effect of intermittenthigh-intensity compared with continuous
moderate exercise on glucoseproduction and utilization in
individuals with type 1 diabetes. Am J Physiol Endocrinol
Metabolism. 292: E865-E870.
Rajin M., Zulfa Kh. 2013. Decreasing of Blood Glucose Level of Sholat
With Isometric Predominant Movement and Jogging. Unair
Surabaya: Improving Quality of Nursing Care Througt
Competencies to Encounter Globalization Era, The Proceding of
The 5th Internasional Nursing Conference.
Syafii, JM. 2008. Sehat dan Bugar dengan Kekuatan Gerakan Sholat.
Cikarang : Duha Khasanah.
isotrop, 23
A
Adenohipofise, 59
J
Agonis, 75 Julus, 17
ATPase, 34
K
D katekolamin, 56, 71, 76, 77, 84
Disakaridase, 51 Katekolamin, 12, 58
kortisol, 65
Kreatin fosfat, 35
E
Eksentrik, 45
Ekstensor, 20
L
Endomisium, 21 Limfe, 15
Epimisium, 21
Epinephrin, 65
M
F Mesocycle, 44
Miofibril, 23
Fascia, 21 Mioglobine, 22
Fasikulus, 21
Fleksor, 20
Fosfatagen, 35 N
Nervus vagus, 19
G Nitride oxside, 76
Glikolisis, 2
Glukagon, 58 P
glukokortikoid, 59, 71, 76 Postprandial, 59
Glukokortikoid, 12
Guanosin trifosfat, 38
S
H Sarkolemma, 21
Sarkomer, 23
Homeostasis, 39 Sarkoplasma, 22
Saturasi, 18
I Siklus cori, 53
Siklus krebs, 38
Iftirasy, 10 Sisterna terminal, 28
Sehat dengan Sholat Dhuha | 88
striated, 23 Torticolis, 19
Tropomiosin, 27
Troponin, 27
T Tubulus T, 28
Tapering, 42
Tawarruk, 11